artritis reumatoid

14
 BAB I ARTRITIS REUMATOID PENDAHULUAN Ilmu yang mempelajari penyakit reumatik dan sendi disebut Reumatologi. Penyakit reumatik sendiri sebenarnya telah ada sejak zaman dahulu, yang terbukti dari fosil binatang purba yang mengalami perubahan degeneratif, yang dikenal sebagai osteoartritis. Bila pada abad yang lalu para dokter masih sukar untuk membedakan berbagai jenis artritis, dan menganggap bahwa artritis itu hanya terdiri dan beberapa jenis saja, maka pada saat ini telah dikenal lebih dan 100 jenis artitis. Walaupun demikian dalam praktek sehari-hari hanya  bebera pa jenis gangguan reumatik saja yang sering dijumpai yaitu peny akit sendi degeneratif rematik luar sendi (seperti nyeri pinggang, tendinitis dan fasciitis), artritis reumatoid, kelompok spondiloartropati seronegatif dan artritis gout. (1) DEFINISI Artritis reumatoid (RA) merupakan penyakit inflamasi kronik, sistemik, dengan etiologi yang tidak diketahui, yang terutama menyerang sendi. Artritis rematoid (AR) merupakan s uatu penyakit autoimun yang ditandai deng an terdapatnya si novi tis ero sif sim et rik , me sk ipu n te rut ama me nge nai jar ing an pe rs end ian se rin gk al i melibat kan organ tubuh lainnya. Sebagian besar pasien menu njukk an gejala penyakit kronik yang hilang timbul,yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakkan persendian dan deformi tas sendi yang progresif yang menyebabkan distabilitas bahkan kematian dini. Inflamasi sendi dapat mengalami remisi, tetapi bila berlangsung terus akan terjadi destruksi sendi yang progresif deformitas, dan berakibat ketidakmampuan dalam berbagai tingkat. Dapat ditemu kan manifes tasi ekstraar tikuler seperti nodul reumatoid , arteritis, neuropati, skleritis,  perikard itis, limfadenop ati dan spleno megal i. 1

Upload: anggri-septyan

Post on 18-Jul-2015

820 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARTRITIS REUMATOID

5/16/2018 ARTRITIS REUMATOID - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artritis-reumatoid-55ab55bc70573 1/14

BAB I

ARTRITIS REUMATOID

PENDAHULUAN

Ilmu yang mempelajari penyakit reumatik dan sendi disebut Reumatologi. Penyakit reumatik 

sendiri sebenarnya telah ada sejak zaman dahulu, yang terbukti dari fosil binatang purba yang

mengalami perubahan degeneratif, yang dikenal sebagai osteoartritis.

Bila pada abad yang lalu para dokter masih sukar untuk membedakan berbagai jenis artritis,

dan menganggap bahwa artritis itu hanya terdiri dan beberapa jenis saja, maka pada saat ini

telah dikenal lebih dan 100 jenis artitis. Walaupun demikian dalam praktek sehari-hari hanya

 beberapa jenis gangguan reumatik saja yang sering dijumpai yaitu penyakit sendi degeneratif 

rematik luar sendi (seperti nyeri pinggang, tendinitis dan fasciitis), artritis reumatoid, kelompok 

spondiloartropati seronegatif dan artritis gout. (1)

DEFINISI

Artritis reumatoid (RA) merupakan penyakit inflamasi kronik, sistemik, dengan etiologi yang

tidak diketahui, yang terutama menyerang sendi.

Artritis rematoid (AR) merupakan suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya

sinovitis erosif simetrik , meskipun terutama mengenai jaringan persendian seringkali

melibatkan organ tubuh lainnya. Sebagian besar pasien menunjukkan gejala penyakit kronik 

yang hilang timbul,yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakkan persendian

dan deformi tas sendi yang progresif yang menyebabkan distabilitas bahkan kematian dini.

Inflamasi sendi dapat mengalami remisi, tetapi bila berlangsung terus akan terjadi destruksi

sendi yang progresif deformitas, dan berakibat ketidakmampuan dalam berbagai tingkat. Dapat

ditemukan manifestasi ekstraartikuler seperti nodul reumatoid, arteritis, neuropati, skleritis,

 perikarditis, limfadenopati dan splenomegali.

1

Page 2: ARTRITIS REUMATOID

5/16/2018 ARTRITIS REUMATOID - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artritis-reumatoid-55ab55bc70573 2/14

Berbeda dengan osteoartritis, dimana kelainan utamanya dimulai dan proses degenerasi pada

rawan sendi, maka pada artritis reumatoid dimulai dengan radang pada sinovia (sinovitis)

disusul oleh proses kerusakan sendi yang disebabkan oleb 2 hal yaitu :

1. Akibat proses inflamasi sinovia, akan dikeluarkan komponen destruktif kedalam cairan

sinovia yang akan merusak rawan sendi.

2. Kerusakan pada rawan sendi akibat proliferasi dan jaringan granulasi yang disebut pannus.

Destruksi terjadi pada rawan sendi, ligamen tendon dan tulang. (1,2,3)

INSIDENS

Artritis reumatoid kira-kira 2 ½ kali lebih sering menyerang wanita daripada pria. Insidens

meningkat dengan bertambahnya usia terutama pada wanita. Insidens puncak adalah antara usia

40 – 60 tahun. (3)

BAB II

TEORI ARTRITIS REUMATOID

2

Page 3: ARTRITIS REUMATOID

5/16/2018 ARTRITIS REUMATOID - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artritis-reumatoid-55ab55bc70573 3/14

ETIOLOGI

Walaupun telah dilakukan penelitian yang intersif, etiologi dari RA hingga saat ini masih

 belum dapat dipastikan. Penelitian mencoba menghubungkan dengan faktor endokrin,

metabolik, faktor nutrisi, geografi, pekerjaan, faktor psikososial, infeksi bakteri, spirokaeta,

virus dan imunologik. (1,2,3)

GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinik artritis reumatoid sangat bervariasi tergantung dari saat kita memeriksa

 penderita. Variasi sangat luas, mulai dari gejala klinik yang ringan sampai ke tingkat yang

sangat berat dimana penderita dalam keadaan cacat dan tidak lagi mampu untuk bergerak.

Perjalanan penyakit juga sangat bervariasi ada penderita yang dalam waktu singkat menderita

 penyakit yang berat, tetapi ada pula penderita yang menderita sejak puluhan tahun tetapi tidak 

menderita cacat yang berat. Pada sebagian besar penderita maka awal penyakit berlangsung

secara bertahap selama beberapa minggu sampai beberapa bulan, disertai dengan gejala

kelemahan dan kelelahan dan nyeri pada otot dan tulang. (1)

Gejala pada sendi meliputi:

1. Poliartritis yang nyata pada sendi tertentu yang akan mengalami pembengkakan, nyeri, panas

dan kemerahan, serta gangguan fungsi.

3

Page 4: ARTRITIS REUMATOID

5/16/2018 ARTRITIS REUMATOID - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artritis-reumatoid-55ab55bc70573 4/14

2. Simetris, sendi sisi kiri dan kanan terserang serentak atau berturut-turut.

3. Sendi yang terserang ialah : tangan, pergelangan tangan, siku, bahu, panggul, lutut,

 pergelangan kaki, kaki dan vertebra cervical, temporomandibular dan sendi cricoaritenoid.

Sendi tangan yang terserang ialah sendi carpalis, sendi metakarpofalangeal (MCP) dan sendi

 proksimal interfalang (PIP), sedangkan yang tidak pernah terserang ialah sendi distal

interfalang (DIP). Tidak terserangnya sendi DIP ini penting untuk membedakan dengan artritis

lainnya (misalnya terhadap osteoartritis).

4. Kaku pagi (morning stiffness) merupakan ciri khas dan penyakit ini, biasanya berlangsung panjang (lebih dari 1 jam). Makin berat penyakit makin bertambah panjang pula waktu kaku

 pagi. Setelah masa istirahat lama seperti tidur atau duduk lama selalu diikuti dengan kaku

sendi.

5. Deformitas sendi yang khas dapat ditemukan pada berbagai sendi. (1)

4

Page 5: ARTRITIS REUMATOID

5/16/2018 ARTRITIS REUMATOID - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artritis-reumatoid-55ab55bc70573 5/14

RA Tangan

Gejala awal yang khas dan RA pada tangan ialah pembengkakan sendi PIP yang membentuk 

gambaran fusiform atau spindle-shape. Keadaan ini kemudian diikuti dengan pembengkakan

sendi metakarpofalangeal (MCP) yang simetrik. Proses peradangan yang lama akan

menyebabkan kelemahan dari jaringan lunak disertai pula dengan subluksasi falang proksimal

sehingga menyebabkan deviasi jari-jari tangan kearah ulnar (ulnar aeviation). Deviasi ulnar ini

selalu disertai dengan deviasi radial dan sendi radiocarpalis, sehingga akan memberikan

gambaran deformitas zig-zag .

Pada kasus lanjut dapat terjadi deformitas leher angsa (swan-neck) , sebagai akibat kombinasi

dan hiper ekstensi sendi PIP dan fleksi sendi DIP. Kombinasi dari fleksi sendi PIP dan ekstensi

sendi DIP akan menyebabkan deformitas boutonniere. Akibat dan semua ini akan

mengakibatkan tangan tidak dapat berfungsi dengan sempurna.

RA Pergelangan tangan

RA hampir selalu menyerang pengelangan tangan, pada awalnya berupa sinovitis yang dapat

diraba, dan pada keadaan lanjut terjadi deformitas sehingga gerakan dorsofleksi pergelangan

tangan terbatas (kurang dan 180o). Proliferasi sinovia kearah palmar akan menyebabkan

 penekanan pada nervus medianus sehingga mengakibatkan terjadinya sindrom carpal-tunnel,

 berupa parestesi pada aspek palmar ibujari, jari kedua dan ketiga dan aspek radial jari keempat.

RA Siku

RA siku menyebabkan pembengkakan dan kontraktur fleksi. Keadaan ini sering dijumpai dan

menyebabkan kerusanan melakukan aktivitas sehari-hari.

RA Bahu

RA bahu biasanya terjadi pada tahap lanjut penyakit ini, akibatnya terjadi keterbatasan gerak 

dan rasa nyeri pada prosesus coracoid bagian bawah dan lateral.

RA Cervikal

5

Page 6: ARTRITIS REUMATOID

5/16/2018 ARTRITIS REUMATOID - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artritis-reumatoid-55ab55bc70573 6/14

RA cervical menyebabkan nyeri dan kaku tengkuk. Biasanya sendi yang terserang ialah Cl dan

C2. Pada keadaan lanjut dapat terjadi subluksasi atlanto-oksipital yang mengakibatkan

 penekanan pada syaraf spinal dan menyebabkan gangguan neurologik.

RA Panggul

Gejala RA panggul yang dapat dilihat ialah gangguan jalan dan keterbatasan gerakan sendi,

sedangkan pembengkakan dan nyeri sendi sulit diobservasi, penderita hanya merasa tidak enak 

di lipat paha yang menjalar ke pantat, pinggang bawah dan lutut.

RA Lutut

Gejala yang sering terlihat ialah hipertrofi sinovia dan efusi sendi.

RA Pergelangan kaki dan kaki

RA didaerah ini memberikan gambaran yang tidak berbeda dengan RA tangan. Subluksasi dari

ibu jari kaki menyebabkan terjadinya deformitas hammer toe. Disertai dengan deformitas

lainnya akan menyebabkan kesukaran dalam menggunakan sepatu normal, sehingga diperlukan

sepatu khusus. (1)

2. Manifestasi ekstra artikuler:

1. Kulit : nodul subkutan, vaskulitis

2. Jantung : fibrosis penikard, nodus reumatoid di miokand dan katup jantung.

3. Paru : nodul reumatoid di pleura, efusi pleura, pneumonitis fibrosis interstitiel difusi

4. Neurologik : mononeuritis, sindrom carpal-tunnel, kompresi medula spinalis.

5. Mata : sindrom Sjogren.

6. Sindrom Felty: splenomegali, limfadenopati, anemia, trombositopenia, dan neutropenia. (1)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

6

Page 7: ARTRITIS REUMATOID

5/16/2018 ARTRITIS REUMATOID - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artritis-reumatoid-55ab55bc70573 7/14

1. Anemia normokrom normisitik 

2. Laju endap darah meningkat, sesuai dengan aktifitas penyakit, makin aktif penyakit makin

tinggi LED.

3. Faktor reumatoid (RF) penting, tetapi bukan penentu diagnosis. Walaupun RF negatif,

diagnosis RA tetap dapat ditegakkan secara klinik dan radiologik. Penderita dengan titer RF

yang tinggi cenderung menunjukkan gejala sistemik, artritis erosif dan destruktif.

4. Anti Nuclear Antibody (ANA) dan antigen lainnya dapat ditemukan pada sebagian kecil

 penderita ,umumnya dengan titer yang rendah.

5. HLA-DR4 positif pada sebagian pasien. Pemeriksaan ini tidak dapat digunakan sebagai

 penunjang diagnosis.

6. Cairan sinovial : Jumlah sel antara 5.000-20.000 mm3, titer komplemen rendah, RF positif 

dan bekuan mucin jelek.

7. Pemeriksaan radiologik yang terbaik ialah melihat pada sendi pengelangan dan jari-jari

tangan. Pada awal penyakit menunjukkan gambaran pembengkakan jaringan lunak dan

osteoporosis juxtaartikuler. Pada stadium lebih lanjut ditemukan gambaran permukaan sendi

yang tidak rata akibat erosi sendi, penyempitan celah sendi, subluksasi dan akhinrnya ankilosis

sendi. (1,2)

8. Kadar albumin biasanya turun dan globulin naik.

7

Page 8: ARTRITIS REUMATOID

5/16/2018 ARTRITIS REUMATOID - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artritis-reumatoid-55ab55bc70573 8/14

KRITERIA DIAGNOSTIK 

Pada tahun 1987, ARA membuat kriteria diagnostik baru sebagai pengganti kriteria diagnostik 

yang lama.

Kriteria Diagnostik untuk Artritis Reumatoid :

1. Kaku pagi minimal 1 jam yang telah berlangsung paling sedikit selama 6 minggu

2. Pembengkakan pada 3 sendi atau lebih yang telah berlangsung paling sedikit selama 6

minggu

3. Pembengkakan pada sendi pergelangan tangan, metakarpofalangeal (MCP) atau proksimal

interfalang (PIP) selama 6 minggu atau lebih

4. Pembengkakan sendi yang simetrik 

5. Gambanan radiologik pada tangan menunjukkan perubahan khas untuk artritis reumatoid dan

harus disertai erosi dan dekalsifikasi tulang yang tidak rata

6. Nodul reumatoid

7. Faktor reumatoid positif dengan menggunakan metode pemeriksaan yang pada orang normal

hasil positifnya tidak lebih dari 5%.

Diagnosis artritis reumatoid ditegakkan bila ditemukan 4 kriteria atau lebih. (1)

Kriteria Remisi Klinik pada Artritis Reumatoid:

1. Lama kaku pagi tidak lebih dari 15 menit

2. Tidak ada rasa lemah

3. Tidak ada nyeri sendi (dari riwayat penyakit)

4. Tidak ada nyeri gerakan atau bengkak sendi

8

Page 9: ARTRITIS REUMATOID

5/16/2018 ARTRITIS REUMATOID - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artritis-reumatoid-55ab55bc70573 9/14

5. Tidak ada pembengkakan jaringan lunak sekitar sendi atau sekitar sarung tendon.

6. Laju endap darah kurang dan 30 mm/jam pada wanita dan 20 mm/jam pada pria (cara

Westengren).

Dinyatakan remisi bila ditemukan 5 kriteria atau lebih selama 2 bulan berturut-turut. (1)

KLASIFIKASI PROGRESIVITAS

Derajat I, Awal

1. Pada pemeriksaan radiologik tidak ditemukan perubahan destruktif.

2. Pada pemeriksaan radiologik dapat ditemukan gambaran osteoporosis.

Derajat II, Sedang

1. Pada pemeriksaan radiologik ditemui gambaran osteoporosis, dengan atau tanpa destruksi

ringan tulang subkondral dapat ditemukan destruksi ringan rawan sendi.

2. Tidak ditemukan deformitas, walaupun dapat ditemukan keterbatasan gerak sendi.

3. Atrofi otot disekitarnya

4. Dapat ditemukan lesi jaringan lunak ekstraartikuler, seperti nodul atau tenosivitis.

Derajat III, Berat

1. Pada pemeriksaan radiologik selain osteoporosis dapat ditemukan destruksi rawan sendi dan

tulang.

2. Deformitas sendi, seperti subluksasi, deviasi ulnar, hiperekstensi tanpa disertai fibrosis atau

ankilosis sendi.

3. Atrofi otot yang nyata.

4. Dapat ditemukan lesi jaringan lunak ekstraartikuter, seperti nodul atau tenosivitis.

9

Page 10: ARTRITIS REUMATOID

5/16/2018 ARTRITIS REUMATOID - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artritis-reumatoid-55ab55bc70573 10/14

Derajat IV, Terminal

1. Fibrosis atau ankilosis sendi

2. Kriteria dari derajat III (1)

PENATALAKSANAAN

Dokter harus menyadari bahwa RA merupakan penyakit sistemik dengan onset, perjalanan

 penyakit dan hasil akhir yang sangat bervariasi. Dokter perlu memberi penerangan pada

 penderita dan keluarga tentang penyakit ini dan mengajaknya berperan serta dalam

 penatalaksaan utntuk penyakit ini. Tujuan utama penatalaksanaan penyakit ini ialah

menghilangkan rasa nyeri, mengurangi dan menekan inflamasi, mengurangi sekecil mungkin

efek samping yang tidak diharapkan, memelihara fungsi otot serta sendi dan akhirnya penderita

dapat kembali kepada kehidupan yang diinginkan dan tetap produktif. Penatalaksanaan yang

dianjurkan ialah mengikuti piramid pengobatan yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

(1,2)

1. Terapi Obat

a. Obat antinflamasi non steroid (OAINS)

Sudah menjadi perjanjian bahwa pada setiap pasien artritis reumatoid baru, pengobatannya

harus dimulai dengan OAINS, kecuali ada kontra indikasi tertentu. OAINS ini merupakan obat

tahap pertama (first line) dan dikenal berbagai jenis yang mempunyai efek analgesik dan

antiflamasi yang baik. Obat golongan ini tidak dapat menghentikan/mempengaruhi perjalanan

 penyakit artritis reumatoid.

Dikenal 6 golongan OAINS, yaitu:

1. Golongan salisilat.

Sailsilat merupakan obat pilihan pertama karena cukup efektif dan harganya cukup murah.

kekurangannya ialah efek samping pada gasrointestinal yang cukup besar. Efek samping ini

dicoba dikurangi dengan membuatnya dalam berbagai bentuk seperti bentuk buffer, bentuk 

10

Page 11: ARTRITIS REUMATOID

5/16/2018 ARTRITIS REUMATOID - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artritis-reumatoid-55ab55bc70573 11/14

tablet bersalut (enteric coated) dan bentuk nonasetilik misalnya diflusinal. Efek samping

lainnya seperti gangguan pendengaran, gangguan susunan syaraf pusat, inhibisi agregrasi

trombosit dan gangguan test faal hati. Untuk hal ini bila sarana memungkinkan perlu

memonitor terus kadar salisilat darah, sehingga tetap pada kadar yang aman.

2. Golongan indol: a.l indometasin (beredar di Indonesia), sulindak dan tolmetin (tidak beredar 

di Indonesia)

3. Golongan turunan asam propionat: a.l. ibuprofen, naproksen, ketoprofen, diklofenak (beredar 

di Indonesia), suprofen dan fenoprofen (tidak beredar di Indonesia)

4. Golongan asam antranilik: a.l. natrium meklofenamat (beredar di Indonesia).

5. Golongan oksikam: piroksikam, tenoksikam (beredar di Indonesia)

6. Golongan pirazole: fenil dan oksifenbutazon (beredar di Indonesia). Hanya dapat digunakan

untuk jangka pendek, tidak lebih dan 2 minggu, karena mempunyai efek penekanan pada

sumsum tulang.

 b. Slow-acting/disease-modifying antirheumatic drugs

Obat golongan ini dapat menekan perjalanan penyakit artritis reumatoid, karena itu disebut

sebagai obat remitif atau disease-modifying antirheumatic drugs/DMRD. Karena efek kerjanya

lambat maka disebut sebagai slowacting-antirheumatic drugs/SAARD. Obat golongan ini baru

memberikan efek setelah pemakaian selama minimal 6 bulan dan tidak mempunyai efek 

langsung menekan rasa nyeri dan inflamasi, oleh karena itu sambil menunggu efek obat ini

terbentuk, maka biasanya pada awal pengobatan diberikan bersama-sama dengan OAINS untuk 

mengurangi penderitaan pasien. Bila efek obat SAARD telah terbentuk maka OAINS dapat

dikurangi, bahkan dihentikan bila pasien sudah mencapai stadium remisi. Dengan demikian

SAARD disebut pula sebagai obat tahap kedua (second-line drug). Indikasi pemberian SAARD

terutama ditujukan pada penderita RA yang progresif, yang ditandai dengan bukti radiologik 

adanya erosi sendi dan destruksi sendi. Karena obat golongan ini sangat toksik dan mempunyai

efek samping yang besar, sehingga memerlukan pengawasan yang ketat, maka sebaiknya

 pemberian obat ini dilakukan oleh seorang dokter spesialis.

Obat yang termasuk golongan ini ialah:

11

Page 12: ARTRITIS REUMATOID

5/16/2018 ARTRITIS REUMATOID - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artritis-reumatoid-55ab55bc70573 12/14

1. Obat antimalaria : kiorokuin dan hidroksiklorokuin.

2. Garam emas

3. Penisilamin

4. Sulfasalasin

5. Obat imunosupresif.

c. Kortikosterioid

Penelitian membuktikan bahwa kortikosteroid tidak dapat menghambat progresifitas penyakit

artritis reumatoid, sehingga penggunaan kortikosteroid harus dibatasi. Memang pada awalnya

 penderita merasa tertolong dengan menggunakan kortikosteroid karena gejala nyeri dan

inflamasi berkurang, tetapi ternyata perjalanan penyakit berlangsung terus, erosi dan destruksi

sendi berjalan terus, sehingga deformitas yang terjadipun tidak dapat dihindan. Dengan kata

lain kortikosteroid hanya bersifat simptomatik dan tidak menyembuhkan (not curative).

Kortikosteroid perlu segera diberikan pada keadaan penyakit yang berat yang ditandai dengan

 panas, anemia, berat badan menurun, neuropati, vaskulitis, perikarditis, pleuritis, skleritis dan

sindroma Felty. Pada keadaan ini diberikan dosis tinggi, yang segera dilakukan penurunan

dosis bertahap (tapering) bila gejala sudah

 berkurang. Pada penderita RA yang tidak responsif dengan OAINS atau mempunyai

kontradikasi mutlak terhadap OAINS, dapat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid dosis

rendah (5-7,5 mg/hari) dalam jangka pendek dan diberikan selang-seling (alternate day), sambil

menunggu kerja obat SAARD menjadi efektif. Pada keadaan vaskulitis sangat berat maka

untuk keselamatan hidup perlu diberikan kortikosteroid megadose. Pemberian suntikan

kortikosteroid intraartikuler dapat dipertimbangkan pada pasien RA yang pada 1-2 sendinya

masih tetap meradang, pemberian hanya boleh beberapa kali dalam 1 tahun (kira-kira

4x/tahun), dengan jarak waktu 1 suntikan dengan suntikan yang lain tidak boleh terlalu dekat.

2. Terapi Fisik 

Terapi fisik merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam penatalaksanaan RA.

Terapi fisik yang tepat dan dengan ketrampilan yang tinggi sangat membantu mengatasi

12

Page 13: ARTRITIS REUMATOID

5/16/2018 ARTRITIS REUMATOID - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artritis-reumatoid-55ab55bc70573 13/14

 problema pasien. Pada fase akut terapi fisik bertujuan mengurangi rasa nyeri dan inflamasi,

memelihara fungsi otot dan luas gerak sendi. Bila masa akut sudah terlewati, maka perlu

evaluasi terhadap keadaan otot, membentuk kembali kekuatan otot, dan tindakan proteksi sendi

mulai diprogramkan, dalam hal ini diperlukan kerjasama dengan fisioterapist. Penderita dan

keluarga perlu diberikan penjelasan tentang kegunaan berbagai modalitas yang digunakan

untuk mencapai hasil yang baik (misalnya penggunaan param cair, pemanasan dengan,

gelombang sinar atau suara, kolam renang dsb), serta kegunaan berbagai alat bantu (tongkat,

walker, kursi noda dsb)

3. Aspek Psikososial

Oleh karena RA merupakan penyakit kronik, sering menyebabkan gangguan psikis dan

keputusasaan penderita. Hal ini perlu diantisipasi dokter agar penderita tetap mematuhi

 pengobatan yang diberikan, baik obat-obatan maupun terapi fisik. Aspek sosial perlu pula

diperhatikan, karena penderita harus menyesuaikan pekerjaan dan kehidupan sehari-harinya

dengan penyakit yang dideritanya, mungkin sekali penderita perlu mengganti jenis

 pekerjaannya atau merubah kebiasaan hidupnya.

4. Pembedahan

Pembedahan dapat bersifat preventif atau reparatif. Pembedahan preventif antara lain dengan

melakukan sinovektomi untuk mencegah bertambah rusaknya sendi yang terserang.

Pembedahan reparatif terutama untuk mengoreksi deformitas yang terjadi antara lain dengan

melakukan artroplasti. (1)

13

Page 14: ARTRITIS REUMATOID

5/16/2018 ARTRITIS REUMATOID - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artritis-reumatoid-55ab55bc70573 14/14

DAFTAR PUSTAKA

1. Http://www.idionline.org/l-pkb/Penyakit%20Reumatik%201.pdf.

2. Rizazyah Daud, Adnan HM. Artritis Reumatoid. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Jilid II Edisi Keempat. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

2007: 1174 – 1181.

3. Michael AC. Artritis Reumatoid. Dalam: Price SA, Wilson LM. Patofisiologi (Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit). Edisi Bahasa Indonesia: Alih Bahasa: Anugerah P. Edisi IV. Buku 2.

EGC. Jakarta. 1995; 1223 – 31.

14