artikel-sejarah kota lamongan.pdf

Upload: davit-beck-likehistory

Post on 31-Oct-2015

116 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

skripsi

TRANSCRIPT

  • artikel | sejarah kota lamonganCopyright zenny [email protected]://zenny.student.umm.ac.id/2011/08/10/sejarah-kota-lamongan/

    sejarah kota lamongan

    LATAR BELAKANG SEJARAH KABUPATEN LAMONGAN.

    page 1 / 6

  • artikel | sejarah kota lamonganCopyright zenny [email protected]://zenny.student.umm.ac.id/2011/08/10/sejarah-kota-lamongan/

    http://youtu.be/qoC61998rw0

    Kesejarahan Kabupaten Lamongan dibanding dengan beberapa wilayah KabupatenLainnya di Jawa Timur, nama Lamongan seolah tenggelam dalam khasanahkesejarahan yang beredar di masyarakat Indonesia pada umum. Beberapa daerahkabupaten lain di sekitar Lamongan mungkin sangat dikenal oleh banyak orang dariaspek kesejarahan wilayahnya, kita ambil contoh Mojokerto dengan kerajaanMajapahit-nya, Kabupaten Tuban dengan sejarah adipati Ranggalawe-nya yang jugaterkenal pada era pemerintahan kerajaan Majapahit. Sejarah tidak banyak mencatattentang keberadaan Kabupaten/wilayah Lamongan segamblang Kadipaten atauKerajaan Tuban terlebih bila dibandingkan dengan Majapahit. Berikut ini merupakan sekilas penggalan sejarah Kabupaten Lamongan yang telahberhasil dihimpun oleh Pemerintah Daerah Lamongan dan juga beberapa sumberlain yang saling menguatkan terhadap kesejarahan tersebut. I. Kurun Pra-Sejarah Wilayah kabupaten Lamongan sebenarnya sudah dihuni oleh manusia semenjak

    page 2 / 6

  • artikel | sejarah kota lamonganCopyright zenny [email protected]://zenny.student.umm.ac.id/2011/08/10/sejarah-kota-lamongan/

    jaman sebelum masehi, hal ini berdasarkan temuan benda-benda kuno berupakapak corang, candrasa, dan gelang-gelang (perhiasan) kuno di sekitar DesaMantup Kecamatan Mantup. Beberapa penemuan lain berupa Nekara dari perungguyang ditemukan di Desa Kradenanrejo Kecamatan Kedungpring. Benda-bendatersebut menurut periodesasi prasejarah termasuk dalam masa perundagian diIndonesia yang berkembang semenjak lebih kurang 300 SM. Bukti-bukti lain yang memperkuat bahwa wilayah Lamongan telah dihuni manusiapada prasejarah ialah ditemukannya kerangka manusia, dan manik-manik kaca,lempengan emas, kalung-kalung emas, benda-benda besi, gerabah, tulang binatangdan lain-lain juga di Desa Kradenanrejo Kecamatan Kedungpring. Sistempenguburan dengan menggunakan nekara sebagai wadah jasad manusia danbenda-benda milik si mati, berlaku pada masa perundagian. Kapak corong dancandrasa saat ini disimpan di Museum Mpu Tantular Surabaya di bawah no.4437dan 4438, begitu juga dengan nekara. II. Masa Perkembangan Hindu Pengaruh agama dan kebudayaan hindu di wilayah Lamongan agaknya cukup luas,hal ini terbukti dengan ditemukannya arca dan lingga -yoni. Arca yang ditemukan diwilayah Lamongan sebanyak 7 buah, tersebar di wilayah kecamatan Lamongan,Paciran, Modo, Sambeng, dan Kembangbahu. Sedangkan lingga dan yoni ditemukandi 3 wilayah Kecamatan, yaitu Kecamatan Ngimbang, Kembangbahu dan Sugio. Hingga sekarang belum dapat dipastikan sejak kapan pengaruh agama dankebudayaan hindu tersebut mulai masuk dalam kehidupan masyarakat di wilayahLamongan, namun munculnya nama wilayah ini dalam panggung sejarah majapahithingga arti penting wilayah ini bagi kerajaan majapahit adalah pada akhir abad XIV.Peranan wilayah Lamongan dalam Pemerintahan Majapahit ini dapat diketahuidengan ditemukannya 43 buah prasasti peninggalan Majapahit di wilayahLamongan. Menilik dari sebaran prasasti yang ada di wilayah Lamongan, dapat dipastikanbahwa eksistensi masyarakat Lamongan dalam bidang politik dan keagamaandisamping merata, juga kuat. Sebaran prasasti itu terdapat di wilayah-wilayahkecamatan meliputi Kecamatan Lamongan sebanyak 2 buah, Mantup 2 buah, Modo7 buah, Ngimbang 8 buah, Sambeng 9 buah, Bluluk 6 buah, Sugio 2 buah, Deket 1buah, Turi 1 buah, Sukodadi 1 buah, Babat 1 Buah, Brondong 1 buah, Paciran 2buah. Dari 43 buah prasasti tersebut, 39 buah diguris di atas batu dan 4 lainya digurisdiatas lempengan tembaga, yang dikenal dengan Pasasti Biluluk I,II,III, dan IV yangsaat ini disimpan di Museum Nasional Jakarta dengan kode E.97 a-d. Prasasti iniberasal dari zaman Raja Hayam Wuruk (1350-1389) dan Wikramawhardana(1389-1429). Prasasti tersebut ditulis dalam huruf jawa kuno dan telah di transkripoleh Dr. Callenfels dalam OV.1917,1918, dan 1919. H.M Yamin memuat kembalitranskrip itu dengan sari terjemahannya kedalam bahasa Indonesia dalam bukunyaTata Negara Majapahit Parwa II . Museum Nasional menyalin kembali dalam bukuPrasasti Koleksi Museum Nasional I, dan Pigeaud membahasnya secara mendalampada bab tersendiri dalam bukunya Java in the 14th Century. Dari banyaknya prasasti yang ditemukan, diperoleh petunjuk yang kuat bahwawilayah lamongan merupakan wilayah yang cukup berarti bagi pemerintahan

    page 3 / 6

  • artikel | sejarah kota lamonganCopyright zenny [email protected]://zenny.student.umm.ac.id/2011/08/10/sejarah-kota-lamongan/

    kerajaan majapahit, secara kebudayaan dan agama. Petunjuk lain kyang dapatdiperoleh ialah bahwa perhubungan antara pusat wilayah kerajaan dengan wilayahLamongan sudah cukup ramai. Prasasti biluluk I-IV yang berangka tahun 1288 1317 Saka atau tahun 1366-1395M merupakan suarat atau titah raja yang diturunkan dan tujukan kepada kepadakeluarga kerajaan yang memerintah di biluluk dan Tanggulunan. Isi prasasti itu antara lain; 1. Orang biluluk diberi wewenang untuk menimba air garam pada saat upacarapemujaan sekali setahun, sebagaimana yang telah mereka miliki sejak dulu asaltidak diperdagangkan. Apabila diperdagangkan akan dikenakan cukai. 2. Rakyat biluluk dan tanggulunan memperoleh perlindungan dan restu raja,sehingga siapa saja yang merugikan mereka akan terkena supata atau kutukanyakni akan menderita kecelakaan, seperti antara lain; apabila mereka beradadipadang tegalan akan digigit ular berbisa, apabila masuk hutan akan diterkamharimau, apabila masuk rumah akan diselubungi dan dimakan api, dimana sajaakan sengsara, celaka dan mati. 3. Memberi kebebasan kepada rakyat biluluk untuk melakukan berbagai pekerjaanseperti ; berdagang , membuat arak, memotong, mencuci, mewarna, memutar(menurut pigeaud, membuat tepung, gula aren, atau tebu), dan membakar kapurtanpa dipungut pajak. 4. Status daerah perdikan biluluk dan tanggulunan ditingkatkan dari daerah shimamenjjadi daerah swatantra, sebagai daerah swatantra atau otonom dan rakyat yangdicintai oleh raja, mereka bebas dari kewajiban membayar upeti dan memberijamuan makan seerta bekal kepada para petugas kerajaan yang sedang lewat atausinggah. Mereka juga dibebaskan membayar berbagai macam cukai, sepertiperkawinan, dukun bayi, pembakaran jenazah, upacara kematian (nyadran),angkutan, pendirian rumah, pertunjukan, penitipan barang dagangan berupa cabaikemukus, kapulaga, besi, kuali besi, pinggan rotan dan kapas. 5. Petunjuk bahwa daerah bluluk dan tanggulunan diberi status swatantra, agartidak dikuasai oleh sang katrini (pejabat tinggi negara), melainkan mempunyaikekuasaan terhadap tukang dan pegawai dengan hak-hak pengaturanperekonomian, keamanan dan ketentraman. 6. Kegiatan perekonomian diwilayah kerajaan majapahit umumnya di biluluk dantanggulunan khususnya sangat penting artinya bagi negara dan penduduk sendiri.Komoditi perdagangan dari biluluk yang menonjol adalah; garam gula kelapa atauaren, dan daging dendeng. Dendeng pada masa itu tergolong makanan mewah dankomoditas dagangan yang mahal. Bagi rakyat biluluk sendiri, perdagangan dendengsangat menguntungkan. Usaha yang juga berkembang di biluluk ialah pencelupanatau pewarnaan kain, penggilingan beras atau tepung, dan bahan-bahan makanandari tepung umbi atau kentang. 7. Setiap tahun diselenggarakan keramaian atau pasar tahunan yang berfungsisebagai promosi berbagai macam barang dagangan. Menelaah prasasti Biluluk dan memperhatikan persebaran banda peninggalanpurbakala di wilayah lamongan sekarang, kata biluluk secara pasti dapatdiidentifikasi dengan Bluluk sekarang. Kata tangulunan agaknya tidak lain adalahTenggulun yang sekarang menjadi sebuah desa diwilayah Kecamatan Paciran

    page 4 / 6

  • artikel | sejarah kota lamonganCopyright zenny [email protected]://zenny.student.umm.ac.id/2011/08/10/sejarah-kota-lamongan/

    berbatasan dengan Kecamatan Laren. Desa ini dalam buku Sejarah BrigadeRonggolawe disebut sebagai desa trenggulunan. Sedangkan kata pepadangagaknya tidak berada dalam wilayah Lamongan, mungkin sekarang Desa Padang diwilayah kecamatan Trucuk, Bojonegoro, yakni sebuah desa di tepian bengawan solosebelah barat kota Bojonegoro atau mungkin Kecmatan Padangan dekat kota Cepusekarang. Dengan demikian wilayah Lamongan pada waktu itu terbagi kedalam dua daerahswatantra atau daerah otonom, yaitu Bluluk dibagian selatan dan barat danTanggulunan dibagian utara dan timur wilayah Lamongan sekarang. Tentangadanya wilayah kekuasaan lebih dari satu di Lamongan, juga diperoleh informasidari de Graaf dan Pigeaud, bahwa pada tahun 1541 dan 1542 Demak mengalahkanpara penguasa di Lamongan (zouden de heersers Lamongan). Tentang hubungan prasasti tersebut dengan Majapahit disebutkan dalam prasastiBiluluk I, yaitu makanguni kang adapur ing majapahit, siwihos kuneng yan hanangrubuhakna wangsyaningon kang biluluk, kang tanggulunan amangguha papa,..,artinya pertama sekali kepada dapur majapahit, tetapi sekiranya ada yangmerugikan rakyatku di Biluluk dan Tanggulunan, maka mereka itu akan menderitakecelakaan Kata adapur menurut pigeaud adalah kelompok pembuat garam.Kelompok pembuat garam ini di Majapahit mendapat pujian dan penghargaan.Dengan demikian wilayah Bluluk dan Tanggulunan langsung atau tidak langsungberada dalam kekuasaan Majapahit. Dari isi prasasti juga dapat dimengerti kedudukan Lamongan terhadap Mjapahit,yakni Lamongan termasuk kategori daerah yang strategis dalam politik Majapahit,karena daerah ini merupakan jalur penting menuju dunia luar dengan Tuban(Sedayu) sebagai Pelabuhan utama. Karena pentingnya itu, maka daerah-daerahtersebut diberi hak otonomi yang luas dengan hak-hak istimewa yang menyangkutkewenangan mengatur perangkat pemerintahan, masyarakat, perpajakan, danperekonomian atau perdagangan. Disamping itu kedua daerah otonom itumemperoleh perlindungan yang memadai dari pemerintahan kerajaan Majapahit.Untuk memantapkan kekuasaan penguasa dan rakyatnya, maka kedua daerahtersebut dipercayakan dan dikuasakan kepada paman raja hayam wuruk sendiriyang bernama Sri Paduka Bathara Parameswara. Dalam hubunganya dengan kegiatan perekonomian dan perdagangan, Lamongan(Biluluk dan Tanggulunan) agaknya menempati posisi cukup penting, karena jalurutama antara pusat kerajaan Majapahit dengan palabuhan dagang Tuban haruslewat daerah ini. Jalur perdagangan itu diperkirakan melalui Mojokerto ke utaralewat Kemlagi, terus ke pamotan Wateswinangun-Lamongrejo- Ngimbang- Bluluk-Modo-Babat-Pucuk-Pringgoboyo-Laren-terus ke Tuban. Dari Tanggulunan ke pusatkerajaan agaknya juga lewat pringoboyo dengan terlebih dahulu menyusuriBengawan solo. Desa Pringgoboyo, berdasarkan temuan batu bata kuno, diperkirakan sudahmenjadi tempat yang ramai dan menjadi pos penjagaan kerajaan baik untukkepentingan keamanan pusat kerajaan, maupun untuk kepentinganperbendaharaan kerajaan, yakni tempat memeungut cukai barang dagangan yangmelewati jalur tersebut (bengawan solo). Daerah Biluluk dan Tanggulunan diatas merupakan daearah penghasil daging yang

    page 5 / 6

  • artikel | sejarah kota lamonganCopyright zenny [email protected]://zenny.student.umm.ac.id/2011/08/10/sejarah-kota-lamongan/

    dikeringkan (dendeng) dan juga Kerajinan tangan, disamping komoditi eksporgaram, gula aren dan merica. Dalam hubunganya dengan kepercayaan keagamaan, berdasarkan temuanarca-arca syiwa yang tersebar di wilayah Lamongan, kiranya kebanyakanmasyarakat Lamongan waktu itu beragama hindu aliran syiwa. Betapa agama initelah demikian dalam dan luas pengaruhnya kedalam kehidupan dan budayamasyarakat Lamongan, dapat dilihat misalnya bentuk bangunan gapura yangberbentuk candi bentar dikompleks masjid sendang dhuwur. Kompleks masjid danmakam dengan gapura tersebut didirikan disuatu bukit yang disebut gunungAmintuno (Gunung pembakaran). Tentang pengaruh agama budha di Lamongan agaknya juga ada. Sekalipun tidakada bukti peninggalan sejarah seperti arca budha dan lainya, tetapi dari penuturanorang-orang tua didesa-desa bahwa agama orang zaman dulu itu agama budha danzamanya bukan zaman hindu, melainkan zaman kabudhan. Kecuali yang sudahpernah bersekolah dan belajar sejarah, umumnya mereka tidak pernahmenyebut-nyebut agama Hindu atau Zaman Hindu.

    page 6 / 6