antibiotik-1

8
ANTIBIOTIK Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang dihasilkan oleh mikroorganisme bakteri ataupun jamur. Pada dasarnya tujuan utama penggunaan antibiotik untuk meniadakan infeksi, namun semakin luasnya penggunaan antibiotik sekarang ini justru semakin meluas pula timbulnya infeksi baru akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya : Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin; Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, Antimetabolit, misalnya azaserine. Penggolongan Antibiotik berdasarkan struktur kimia : Aminoglikosida Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin. Beta-Laktam Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta- laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). Glikopeptida Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin. Polipeptida Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin). Polimiksin Diantaranya polimiksin dan kolistin. Kinolon (fluorokinolon) Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin. Streptogramin Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.

Upload: benediktus-yudha-baskara

Post on 28-Oct-2015

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Antibiotik

TRANSCRIPT

Page 1: Antibiotik-1

ANTIBIOTIK

Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang dihasilkan

oleh mikroorganisme bakteri ataupun jamur. Pada dasarnya tujuan utama penggunaan

antibiotik untuk meniadakan infeksi, namun semakin luasnya penggunaan antibiotik

sekarang ini justru semakin meluas pula timbulnya infeksi baru akibat penggunaan

antibiotik yang tidak rasional.

Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :

Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan

Cephalosporin

Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,

Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan

Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline

Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;

Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,

Antimetabolit, misalnya azaserine.

Penggolongan Antibiotik berdasarkan struktur kimia :

Aminoglikosida

Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin,

paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.

Beta-Laktam

Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan

sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-

laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).

Glikopeptida

Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.

Polipeptida

Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin),

golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin,

klortetrasiklin).

Polimiksin

Diantaranya polimiksin dan kolistin.

Kinolon (fluorokinolon)

Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan

trovafloksasin.

Streptogramin

Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.

Page 2: Antibiotik-1

Oksazolidinon

Diantaranya linezolid dan AZD2563.

Sulfonamida

Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.

Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat

Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya :

Bakterisid :

Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam golongan

ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol ,

polipeptida, rifampisin, isoniazid dll.

Bakteriostatik :

Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambatpertumbuhan

kuman, TIDAK MEMBUNUHNYA, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung

pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin,

kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam

paraaminosalisilat, dll.

Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya terbatas, yakni

pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien dengan kondisi yang sangat

lemah (debilitated) atau pada kasus-kasus dengan depresi imunologik tidak boleh memakai

antibiotika bakteriostatik, tetapi harus bakterisid.

Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya :

Spektrum luas (aktivitas luas) :

Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram

positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid,

ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin.

Spektrum sempit (aktivitas sempit) :

Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri

gram positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya

bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja

terhadap kuman gram-negatif.

Penggolongan antibiotik berdasarkan penyakitnya :

Golongan Penisilin

Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. Aktif terutama pada bakteri gram (+)

dan beberapa gram (-). Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi pada

Page 3: Antibiotik-1

saluran napas bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk

infeksi telinga, bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).

Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin.

Untuk meningkatkan ketahanan thp b-laktamase : penambahan senyawa untuk memblokir

& menginaktivasi b-laktamase. Misalnya Amoksisilin + asam klavulanat, Ampisilin +

sulbaktam, Piperasilin + tazobaktam.

Efek samping : reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian,Gangguan lambung & usus. Pada

dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi nefrotoksik dan neurotoksik. Aman bagi wanita

hamil & menyusui

Golongan Sefalosporin

Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum kerjanya luas meliputi

bakteri gram positif dan negatif. Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan

digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan bagian atas (hidung dan

tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan

lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).

contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin, Sefaklor,

Sefadroksil, Sefaleksin, E.coli, Klebsiella dan Proteus.

Penggolongan sefalosporin berdasarkan aktivitas & resistensinya terhadap b-

laktamase:

Generasi I : aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak tahan pada b

laktamase. Misalnya sefalotin, sefazolin, sefradin, sefaleksin, sefadroksil. Digunakan

secara oral pada infeksi saluran kemih ringan, infeksi saluran pernafasan yang tidak

serius

Generasi II : lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Lebih kuat terhadap blaktamase.

Misalnya sefaklor, sefamandol, sefmetazol,sefuroksim

Generasi III : lebih aktif terhadap bakteri gram negatif , meliputi Pseudomonas

aeruginosa dan bacteroides. Misalnya sefoperazone, sefotaksim, seftizoksim, sefotiam,

sefiksim.Digunakan secara parenteral,pilihan pertama untuk sifilis

Generasi IV : Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya sefpirome dan sefepim

Golongan Lincosamides

Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis. Obat golongan ini

dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang alergi terhadap

penisilin atau pada kasus yang tidak sesuai diobati dengan penisilin. Spektrum kerjanya

lebih sempit dari makrolida, terutama terhadap gram positif dan anaerob.

Penggunaannya aktif terhadap Propionibacter acnes sehingga digunakan secara topikal

pada acne.

Contoh obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin (linkomisin).

Golongan Tetracycline

Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus. Obat golongan ini

Page 4: Antibiotik-1

digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin dan

juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker,

konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula

untuk mengobati beberapa jenis jerawat.

Adapun contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, doksisiklin dan

minosiklin.

Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv dapat dicapai kadar plasma yang

bersifat bakterisid lemah.Mekanisme kerjanya mengganggu sintesis protein kuman

Spektrum kerjanya luas kecuali thp Psudomonas & Proteus. Juga aktif terhadap Chlamydia

trachomatis (penyebab penyakit mata), leptospirae, beberapa protozoa. Penggunaannya

yaitu infeksi saluran nafas, paru-paru, saluran kemih, kulit dan mata. Namun dibatasi

karena resistensinya dan efek sampingnya selama kehamilan & pada anak kecil.

Golongan Kloramfenikol

Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan perintangan

sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis

& H. influenza. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya

yang tidak efektif bila diobati dengan antibiotik yang kurang efektif. Penggunaannya

secara oral, sejak thn 1970-an dilarang di negara barat karena menyebabkan anemia

aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi) dan meningitis

(khusus akibat H. influenzae). Juga digunakan sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-

1%. Contoh obatnya adalah Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.

Golongan Makrolida

Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan reversibel pada ribosom

kuman, sehingga mengganggu sintesis protein. Penggunaannya merupakan pilihan

pertama pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas

bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian

bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif

untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula

digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.Contoh obatnya : eritromisin,

klaritromisin, roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta spiramisin.

Golongan Kuinolon

Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn menghambat enzim DNA

gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA. Digunakan untuk mengobati

sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah serta pneumonia nosokomial,

infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi tulang sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis

uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra abdominal complicated,

demam tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif untuk mengobati Anthrax

inhalational.

Penggolongan :

o Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa komplikasi

Page 5: Antibiotik-1

o Generasi II : senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin, norfloksasin,

pefloksasin,ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas, dan dapat digunakan untuk infeksi

sistemik lain.

Zat-zat long acting : misal sparfloksasin, trovafloksasin dan grepafloksasin.Spektrum

kerja sangat luas dan meliputi gram positif.

Aminoglikosida

Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.Mekanisme kerjanya :

bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam

sel.

Contoh obatnya : streptomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisin

Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin & kanamisin Þ injeksi pada TBC juga pada

endocarditis,Gentamisin, amikasin bersama dengan penisilin pada infeksi dengan

Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin, neomisin juga sering diberikan secara topikal

sebagai salep atau tetes mata/telinga,Efek samping : kerusakan pada organ pendengar dan

keseimbangan serta nefrotoksik.

Monobaktam

Dihasilkan oleh Chromobacterium violaceum Bersifat bakterisid, dengan mekanisme

yang sama dengan gol. b-laktam lainnya.Bekerja khusus pada kuman gram negatif

aerob misal Pseudomonas, H.influenza yang resisten terhadap penisilinase Contoh :

aztreonam

Sulfonamide

Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif dan negatif. Bersifat

bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam folat dalam bakteri yang

dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk DNA dan RNA bakteri.Kombinasi

sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfamezatin dengan perbandingan

sama),Kotrimoksazol (sulfametoksazol + trimetoprim dengan perbandingan

5:1),Sulfadoksin + pirimetamin.

Penggunaan:

Infeksi saluran kemih : kotrimoksazol

Infeksi mata : sulfasetamid

Radang usus : sulfasalazin

Malaria tropikana : fansidar.

Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazine.

Tifus : kotrimoksazol.

Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazol

Sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan teruama trimeseter akhir : icterus,

hiperbilirubinemia

Page 6: Antibiotik-1

Vankomisin

Dihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid thp kuman gram positif aerob

dan anaerob.Merupakan antibiotik terakhir jika obat-obat lain tidak ampuh lagi

Penggunaan Antibiotik kombinasi :

Pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan antifungi atau,

dua antibiotik dengan spektrum sempit (gram positif + gram negatif) untuk memperluas

aktifitas terapi : Basitrasin dan polimiksin dalam sediaan topikal.

Untuk memperoleh potensial, misalnya sulfametoksazol dengan trimetoprim (=

kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan gentamisin pada infeksi pseudomonas. Multi drug

therapy (AZT + 3TC + ritonavir ) terhadap AIDS juga menghasilkan efek sangat baik.

Untuk mengatasi resistensi, misalnya Amoksisilin + asam klavulanat yang menginaktivir

enzim penisilinase.

Untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti tuberkulosa

(rifampisin + INH + pirazinamida ) dan kusta (dapson + klofazimin dan /atau rifampisin).

Untuk mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostatika, karena dosis masing-

masing komponen dapat dikurangi.

Berikut merupakan efek samping antibiotik yang

umumnya terjadi.

1. Efek samping antibiotik antara lain dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti

rasa gatal, peradangan atau ruam, yang menyebabkan adanya pembengkakan.

Pembengkakan dapat terjadi di leher, hidung, tenggorokan, atau mulut,

sehingga dapat mengganggu kemampuan Anda dalam bernapas. Pada reaksi alergi

yang sangat kronis, berakibat terjadinya penurunan tekanan darah yang sangat

drastis. Reaksi alergi pada perempuan dapat menyebabkan gatal-gatal pada

vagina.

2. Gangguan pencernaan seperti diare, muntah, sakit perut, merupakan efek

samping antibiotik yang sering terjadi. Pada manusia dalam kondisi sehat

terdapat bakteri “baik” yang mengatur metabolisme, membantu pencernaan,

memproduksi vitamin tertentu. Bakteri tersebut dapat terbunuh oleh obat

antibiotik, sehingga mengganggu keseimbangan dalam usus, dan memungkinkan

bakteri yang merugikan akan tumbuh. Sebab tempat bakteri biasanya berkolonial

telah terbunuh, kemungkinan akan ditumbuhi jamur. Clindamycin merupakan obat

antibiotik yang digunakan untuk infeksi yang paling serius, dengan efek

samping akan mengalami radang usus (sejenis kolitis) yang dapat menyebabkan

diare kronis, terutama bagi pasien lanjut usia.

3. Efek samping terbesar terjadi pada organ hati dan ginjal. Bahaya antibiotik

akan sangat tampak, ketika obat dikonsumsi dengan dosis tinggi oleh pasien

yang menderita penyakit seperti pielonefritis, glomerulonefritis dan

Page 7: Antibiotik-1

hepatitis. Sehingga dapat berakibat pada kerusakan hati, dengan gejala

seperti penyakit kuning, demam, dan perubahan warna feses serta urin yang

lebih gelap.

Berikut ini adalah daftar efek samping yang jarang terjadi dari

beberapa obat antibiotik:

Pembentukan batu ginjal (sulphonamides)

Pembekuan darah yang abnormal (sefalosporin)

Kepekaan berlebihan terhadap matahari (tetrasiklin)

Kelainan pada darah (trimetoprim)

Berkurangnya fungsi indra pendengar (eritromisin dan aminoglikosida)

Penelitian baru-baru ini menyatakan bahwa penggunaan antibiotik secara terus-

menerus dapat menyebabkan supresi imun. Sebab antibiotik bekerja menghambat

proses enzimatis suatu bakteri, sehingga sel-sel normal juga akan

terpengaruh, dan berakibatnya akan melemahkan respon kekebalan tubuh.

Meskipun antibiotik berpotensi menyebabkan beberapa efek samping, bukan

berarti Anda harus menghindarinya. Ketika obat antibiotik digunakan dengan

tepat dan di bawah pengawasan dokter, dapat menjadi cara efektif dalam

pengobatan berbagai jenis infeksi. Jangan pernah mengkonsumsi antibiotik

tanpa resep dokter, sebab hal tersebut dapat membahayakan kesehatan Anda.

Efek Samping

Antibiotik memang benar sangat efektif dalam mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi

bakteri. Namun seperti semua obat lainnya mereka memiliki potensi untuk menyebabkan efek samping

yang tidak diinginkan.

Beberapa orang alergi terhadap antibiotik, khususnya penisilin. Reaksi alergi bisa menyebabkan

pembengkakan seperi gatal di wajah dan kulit serta pada kasus yang berat akan mengalami kesulitan

bernapas. Reaksi alergi membutuhkan terapi yang tepat.

INDIKASI ANTIBIOTIK

Page 8: Antibiotik-1

Indikasi yang tepat dan benar dalam penggunaan antibiotika pada anak adalah bila penyebab infeksi tersebut adalah

bakteri. Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention) indikasi pemberian antibiotika adalah

bila batuk dan pilek berkelanjutan selama lebih 10 – 14 hari.yang terjadi sepanjang hari (bukan hanya pada

malam hari dan pagi hari).

Indikasi lain bila terdapat gejala infeksi sinusitis akut yang berat seperti panas > 39 C dengan cairan hidung

purulen, nyeri, pembengkakan sekitar mata dan wajah.

Pilihan pertama pengobatan antibiotika untuk kasus ini cukup dengan pemberian Amoxicillin, Amoxicillinm

atau Clavulanate. Bila dalam 2 – 3 hari membaik pengobatan dapat dilanjutkan selama 7 hari setelah

keluhan membaik atau biasanya selama 10 – 14 hari.

Bila batuk dan pilek yang berkelanjutan yang terjadi hanya pada malam hari dan pagi hari (bukan sepanjang

hari) biasanya berkaitan dengan alergi atau bukan lagi dalam fase infeksi dan tidak perlu antibiotika Indikasi lain bila

terdapat gejala infeksi sinusitis akut yang berat seperti panas > 39 C dengan cairan hidung purulen, nyeri, bengkak

di sekitar mata dan wajah. Pilihan pertama pengobatan antibiotika untuk kasus ini cukup dengan pemberian

Amoxicillin, Amoxicillinm atau Clavulanate. Bila dalam 2 – 3 hari membaik pengobatan dapat dilanjutkan selama 7

hari setelah keluhan membaik atau biasanya selama 10 – 14 hari. Indikasi lainnya adalah radang tenggorokan

karena infeksi kuman streptokokus. Penyakit ini pada umumnya menyerang anak berusia 7 tahun atau lebih. Pada

anak usia 4 tahun hanya 15% yang mengalami radang tenggorokan karena kuman ini. Bila sakit batuk dan pilek

timbul sepanjang hari (bukan hanya malam dan pagi hari) lebih dari 10-14 hari disertai cairan hidung mukopurulen

(kuning atau hijau). Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan kultur yang

membutuhkan beberapa hari untuk observasi. Apabila dicurigai adanya infeksi saluran kemih, dilakukan pemeriksaan

sample urin dan kemudian di lakukan pemeriksaan kultur di rumah sakit. Setelah beberapa hari akan ketahuan bila

ada infeksi bakteri berikut jenisnya dan sensitivitas terhadap jenis obatnya.

Penyakit yang lain yang harus mendapatkan antibiotika adalah infeksi saluran kemih dan penyakit tifus Untuk

mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan kultur darah atau urine. Apabila dicurigai adanya

infeksi saluran kemih, dilakukan pemeriksaan kulut urine. Setelah beberapa hari akan diketahui bila ada infeksi

bakteri berikut jenis dan sensitivitas terhadap antibiotika. Untuk mengetahui penyakit tifus harus dilakukan

pemeriksaan darah Widal dan kultur darah gal. Anak usia di bawah 5 tahun yang mengalami infeksi virus sering

mengalami overdiagnosis penyakit Tifus. Sering terjadi kesalahan persepsi dalam pembacaan hasil laboratorium.

Infeksi virus dengan peningkatan sedkit pemeriksaan nilai widal sudah divonis gejala tifus dan dihantam dengan

antibiotika.

Sebagian besar kasus penyakit infeksi pada anak penyebabnya adalah virus. Dengan kata lain seharusnya

kemungkinan penggunaan antibiotika yang benar tidak besar atau mungkin hanya sekitar 10 – 15% penderita anak.

Penyakit virus adalah penyakit yang termasuk “self limiting disease” atau penyakit yang sembuh sendiri dalam waktu

5 – 7 hari. Sebagian besar penyakit infeksi diare, batuk, pilek dan panas penyebabnya adalah virus. Secara umum

setiap anak akan mengalami 2 hingga 9 kali penyakit saluran napas karena virus. Sebaiknya jangan terlalu mudah

mendiagnosis (overdiagnosis) sinusitis pada anak. Bila tidak terdapat komplikasi lainnya secara alamiah pilek, batuk

dan pengeluaran cairan hidung akan menetap paling lama sampai 14 hari setelah gejala lainnya membaik. Sebuah

penelitian terhadap gejala pada 139 anak penderita pilek(flu) karena virus didapatkan bahwa pemberian antibiotik

pada kelompok kontrol tidak memperbaiki cairan mucopurulent dari hidung. Antibiotika tidak efektif mengobati

Infeksi saluran napas Atas dan tidak mencegah infeksi bakteri tumpangan. Sebagian besar infeksi Saluran napas

Atas termasuk sinus paranasalis sangat jarana sekali terjadi komplikasi bakteri.