anonim,(2013 - johannessimatupang’s weblog web viewperkebunan kelapa sawit merupakan salah...
TRANSCRIPT
FLUKTUASI HARGA KARET DAN TBS
SERTA KEPUTUSAN PETANI
DI SUSUN
OLEH :
KELOMPOK 4
(25) Rizka Hidayati : RRC1B014046
(06) Sumi Hariyanti Rukmana : RRC1B014010
(19) Dila Hernita : RRC1B014036
Dosen Pengampu : DR.JOHANNES,SE,M.Si
PROGRAM REGULER MANDIRIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN 2BUNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Ilmiah mata kuliah “ BAHASA INDONESIA “ dengan tema
“FLUKTUASI HARGA KARET DAN TBS SERTA KEPUTUSAN PETANI “ .
Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al – Qur’an dan
as-sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Karya Ilmiah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia. Karya Ilmia ini di buat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu
tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa di pertanggungjawabkan
hasilnya. Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah
membantu dalam menghadapi berbagai hambatan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
Karya Ilmiah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi yang membutuhkan.
Terima Kasih
Jambi, Juni 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata pengantar......................................................................................................ii
Daftarisi................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang......................................................................................12. Tujuan Penulisan...................................................................................23. RumusaMasalah....................................................................................2
Bab II Pembahasan
1. Komiditi Harga Karet............................................................................32. Fluktuasi Harga TBS..............................................................................6
Bab III Penutup
1. Kesimpulan..........................................................................................11
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor perkebunan unggulan di
Indonesia yang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan tanaman kelapa
sawit telah dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia dan menjadi unggulan tanaman
perkebunan. Hal ini dikarenakan kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan dengan nilai
ekonomis yang cukup tinggi. Untuk meningkatkan nilai guna kelapa sawit dan menambah
nilai jualnya, maka akan lebih menguntungkan apabila hasil panen kelapa sawit diolah
terlebih dahulu dibandingkan dengan menjual kelapa sawit tersebut tanpa diolah. Selanjutnya
dalam proses pengolahan produk perkebunan kelapa sawit ini akan melibatkan berbagai
macam pihak dan membutuhkan banyak sumber daya.
Sejarah karet di Indonesia juga mencapai puncaknya pada periode sebelum Perang
Dunia II hingga tahun 1956. Pada masa itu Indonesia menjadi Negara penghasil karet alam
terbesar di dunia. Komoditas ini pernah begitu diandalkan sebagai penopang perekonomian
Negara. Waktu itu sampai terkenal ucapan “rubber is de kurk waarop wij dirjven” yang
berarti karet adalah gabus tempat kita mengapung. Tanaman karet mulai dikenal di Indonesia
sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai
tanaman koleksi sekaligus kegiatan uji coba. Selanjutnya, karet dikembangkan menjadi
tanaman perkebunan dan tersebar di beberapa daerah. Dalam perencanaan produksi, faktor
yang tidak kalah penting adalah harga CPO yang mengalami fluktuasi. Hal ini karena harga
CPO akan mempengaruhi jumlah produksi yang akan dihasilkan dan berpengaruh juga
terhadap permintaan CPO itu sendiri. Dengan adanya fluktuasi harga maka akan terlihat
pengaruhnya terhadap proses perencanaan produksi, dan dampaknya terhadap permintaan itu
sendiri. Permintaan CPO berasal dari pasar dalam negeri dan luar negeri. Sebagian besar
produksi CPO indonesia di ekspor ke luar negeri. Kontribusi CPO Indonesia mencapai 44, 3
% dari total produksi CPO dunia, lebih tinggi 41,2 % pangsa CPO Malaysia. . Harga getah
karet di tingkat petani mencapai Rp 15.000 per kg atau kurang, suatu insentif negatif yang
1
cukup berbahaya. Upaya peningkatan produksi karet sampai 3 juta ton sekalipun belum
cukup untuk memperbaiki kesejahteraan petani karet di dalam negeri.
Dalam jangka pendek, pemerintah harus segera melakukan diplomasi terukur dengan
negara-negara produsen, khususnya Thailand dan Malaysia, agar bersepakat mengurangi
pasokan karet ke pasar global. Strategi manajemen pasokan ini menjadi ujian awal apakah
produsen karet di negara berkembang mampu memengaruhi harga di tingkat global atau
tidak. Upaya pengembangan industri hilir karet di dalam negeri perlu segera direalisasikan
selagi sedang semangat merealisasikan rencana aksi Rencana Induk Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia sampai tahun 2025.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui bagaimana perusahaan dalam menentukan persediaan bahan baku
dalam menunjang proses produksi pada PTPN VI Unit Usaha Rimbo Dua.
b) Untuk mengetahui informasi yang relevan tentang persediaan dan pengadaan bahan
baku dalam menjaga kelangsungan proses produksi.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah adalah bagaimana harga tbs dan karet dapat sesuai
dengan pergerakan harga komoditas pertanian di tingkat global semakin tak menentu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KOMODITI HARGA KARET
Penelusuran lebih mendalam dan lebih hati-hati terhadap karakter fluktuasi harga dan
sifat komoditas pertanian serta kondisi sosial-ekonomi yang melingkupinya menjadi amat
krusial. Kelompok komoditas perkebunan mengalami penurunan harga paling signifikan
selama dua tahun ini. Lesunya perekonomian global ikut mengurangi permintaan terhadap
komoditas perkebunan, memicu kelebihan penawaran dan penurunan harga. Penurunan
harga pada kelompok perkebunan dapat memengaruhi sistem insentif ekonomi yang tercipta
dan kegairahan petani domestik dalam meningkatkan produksi dan produktivitasnya.
Penurunan harga komoditas ekspor yang terlalu lama berkonsekuensi mengganggu
keseimbangan internal dan eksternal perekonomian. Harga rata-rata karet dunia anjlok dari
4,52 dollar AS per kilogram (kg) tahun 2011 menjadi 3,18 dollar AS per kg tahun 2012,
bahkan menyentuh di bawah 2,90 dollar AS per kg pada Desember 2012. Harga getah karet
di tingkat petani mencapai Rp 15.000 per kg atau kurang, suatu insentif negatif yang cukup
berbahaya. Upaya peningkatan produksi karet sampai 3 juta ton sekalipun belum cukup untuk
memperbaiki kesejahteraan petani karet di dalam negeri.
Perusahaan perkebunan (BUMN) menghasilkan 252,000 ton, dan perkebunan besar
swasta diperkirakan mampu memproduksi 274 000 ton karet alam pada 2010 dan menjadi
276 000 ton pada 2011. Masalahnya tinggal bagaimana pemerintah memberikan berbagai
skema insentif kepada para investor untuk mengembangkan industri karet ini dengan
menyediakan teknologi.
Dari sektor hulu pemerintah diharapkan juga membantu petani dalam
mengintensifikasi tanaman karet, sehingga para petani tidak perlu memiliki lahan yang luas.
Akan tetapi, bagaimana petani dapat meningkatkan produktivitasnya dari 1000 kg menjadi
1500-1800 kg per hektar.
3
Harga karet selama ini memang ditentukan oleh harga karet dunia. ketika pasaran
harga di dunia turun maka pasaran harga di tingkat petani juga akan turun.mestinya petani
tidak hanya mengandalkan produksi karet, tetapi bagaimana agar mereka diiversifikasi
tanaman-tanaman yang menguntungkan atau komoditas pertanian lain yang bisa menopang
penghidupan mereka.
Dalam jangka pendek, pemerintah harus segera melakukan diplomasi terukur dengan
negara-negara produsen, khususnya Thailand dan Malaysia, agar bersepakat mengurangi
pasokan karet ke pasar global. Strategi manajemen pasokan ini menjadi ujian awal apakah
produsen karet di negara berkembang mampu memengaruhi harga di tingkat global atau
tidak. Upaya pengembangan industri hilir karet di dalam negeri perlu segera direalisasikan
selagi sedang semangat merealisasikan rencana aksi Rencana Induk Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia sampai tahun 2025.
Di tahun 2015 ini ada 3 faktor yang mempengaruhi harga karet yaitu :
1. Data pertumbuhan ekonomi tiongkok yang melambat. hal ini cukup berpengaruh pada
harga karena tiongkok adalah pengimpor pertama dan terbesar untuk komoditas karet.
2. Stok karet di bursa komoditas yang melimpah. Hal ini di karenakan menurunnya
permintaan pasar di saat kisis sedangkan ekspor setiap tahun nya terus meningkat.
Sehingga secara tidak lansung menghambat pergerakan harga.
3. Pertumbuhan ekonomi di zona euro yang bergerak tidak terlalu cepat. Hal ini dampak
dari tekanan politik dan sosial keamanan regional.
Indonesia merupakan penghasil karet terbesar kedua di dunia, dan Provinsi Jambi
merupakan salah satu produsen karet terbesar di Indonesia, dengan kata lain karet merupakan
komoditi unggulan Provinsi Jambi, disamping komoditi lainnya, yakni kelapa sawit,
casiavera/kayu manis, pinang, dan lain-lain.
Pemerintah harus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas dan
nilai ekonomi perkebunan karet. upaya yang dilakukan pemerintah tersebut yaitu revitalisasi
atau lebih memberdayakan pasar lelang karet.Langkah ini sangat penting, karena masalah
harga karet seringkali menjadi masalah yang sangat vital dalam perkebunan karet, terutam
bagi para petani karet. Satu tujuan diadakannya pasar lelang karet adalah untuk
memperpendek mata rantai perdagangan dengan mempertemukan petani karet dengan
4
pembelinya.Dengan keberadaan pasar lelang ini, akan mampu meningkatkan posisi tawar
petani dan dapat diwujudkan harga yang transparan, sehingga dapat dipakai sebagai acuan
bagi pelaku pasar.
Pasar lelang karet Penerokan salah satunya yang telah dimulai kegiatannya pada tahun
1989, dengan nilai transaksi pada waktu itu baru mencapai Rp200 juta sampai Rp300 juta,
dan pada tahun 2011, penjualan telah dilakukan satu kali dalam dua minggu dengan jumlah
penjual mencapai 220 orang petani. Selama tahun 2011, nilai transaksi pelelangan mencapai
Rp11,5 miliar dan fee untuk lumbung desa mencapai Rp9,5 juta, di harapkan agar nilai
tersebut terus meningkat.selain pasar lelang yang telah mempunyai organisasi, secara alami
terbentuk juga penjualan atau semi lelang pada kelompok tani sentra produksi karet di
beberapa tempat di Provinsi Jambi, dimana transaksi yang dilakukan adalah para pembeli
akan datang pada hari yang telah disepakati bersama antara kelompok tani dan pembeli.
Di Provinsi Jambi perkebunan karet adalah tempat bersandarnya rakyat (ekonomi
kerakyatan rakyat Provinsi Jambi), karena sebagian besar milik rakyat, dan merupakan
produsen karet. dibutuhkan paling tidak satu pasar lelang karet satu kecamatan di Kabupaten
Batanghari. Untuk itu, perlunya bantuan dari pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi
Jambi untuk mendirikan dan mengelola pasar lelang karet.
Harga karet harus senantiasa dipertahankan agar jangan sampai anjlok, tetapi agar
tetap memberikan nilai ekonomi yang tinggi, terutama bagi petani karet, dimana harga karet
yang memberikan keuntungan yang baik bagi para petani karet, akan mendorong petani karet
untuk mengelola kebun karet. Selain dengan memberdayakan pasar lelang karet, faktor lain
yang tidak kalah pentingnya adalah terus meningkatkan kualitas getah karet, supaya
kompetitif di pasar internasional.
Provinsi Jambi memiliki potensi komoditi karet dengan luas areal mencapai 649.000
hektar dan produksi baru mencapai 265.000 ton, dengan jumlah petani mencapai 251.000
orang. Untuk komoditi sawit, luas areal mencapai 504.000 hektar dan produksi dalam bentuk
Tandan Buah Segar (TBS) mencapai 6,3 juta ton, dalam bentuk CPO mencapai 1,2 juta ton
dengan jumlah petani mencapai 164.000 orang.
Seluruh pihak, baik pemerintah, petani karet, penjual karet, dan pembeli karet untuk
melakukan upaya bersama dan sinergis guna meningkatkan perekonomian Indonesia melalui
5
komoditi karet.Selain itu perlunya jalinnya komunikasi yang baik antara petani atau penjual
karet dengan pembeli karet, yang mana dengan cara ini, pembeli dapat memberitahukan
kekurangan getah karet yang dijual petani dan petani bisa memperbaiki pengelolaan karetnya,
sehingga kualitas karet lebih baik dan harga karet lebih tinggi, dan selanjutnya akan
memberikan keuntungan ekonomi yang besar baik bagi petani maupun bagi penjual getah
karet. Harga karet Indonesia jenis SIR 20 di pasar internasional menunjukkan tren meningkat.
Walaupun harga karet memang masih fluktuasi, tapi trennya terus meningkat meski tidak
terlalu besar.
Banyak faktor yang membuat harga karet menguat atau melemah mulai dari soal
kondisi perekonomian internasional, permintaan dan pasokan, menguatnya nilai mata uang
termasuk dolar AS dan Yen hingga naik turunnya harga minyak bumi.
Menguatnya harga ekspor karet Indonesia itu dewasa ini, juga langsung berimbas ke harga
bahan olah karet (bokar) di pabrikan. harga bokar sudah naik Rp2.758 per kg atau di posisi
Rp20.886-Rp22.886perkg.
Setelah lama berkubang di zona merah akhirnya harga karet di seluruh bursa
komoditas dunia menunjukan tren stabil bahkan mulai bergerak naik. Meskipun bergerak di
bawah suport level harga tanggal 1 september 2014 lalu. Namun tanda-tandanya sudah
terlihat sejak awal quartal 4 tahun ini. Namun secara garis besar pergerakan harga karet di
bursa utama dunia di pengaruhi faktor ekonomi secara global. Tapi jika mengacu data dan
siklus 5 tahunan, setelah krisis harga yang terbentuk satu tahun pertama akan stagnan dan
terus melejit setelah 2 tahun usai krisis. Kita ambil contoh, pada krisis tahun 2008 harga
anjlok menyentuh 62 yen lalu pada tahun 2009 harga stabil dan lalu melejit pada tahun 2010
sampai 2011, sehingga harga karet pun mencapai 412 yen perkilo nya. Fluktuasi harga yang
sangat tajam pada periode krisis global 2008-2009 ternyata belum menemukan tingkat
keseimbangan baru. Para petani merasa sangat keresahan akibat naik turunnya harga tersebut.
2.2 FLUKTUASI HARGA TBS
Harga rata-rata minyak sawit mentah (CPO) dunia juga turun drastis dari 1.125 dollar
AS per ton tahun 2011 menjadi 1.020 dollar AS per ton tahun 2012 dan jatuh ke kisaran 800
dollar AS per ton pada Desember 2012. Harga minyak biji sawit (PKO) dunia anjlok sampai
810 dollar AS per ton, hampir setara dengan harga CPO. Akibatnya, harga tandan buah segar
sawit di tingkat petani rontok sampai Rp 700. Terlalu mahal biaya ekonomi dan biaya sosial
6
yang ditanggung masyarakat jika produksi CPO mencapai 24 juta ton.Harga Buah Sawit di
Jambi naik antara Rp 6 hingga Rp 7 /Kg. Permintaan CPO berasal dari pasar dalam negeri
dan luar negeri. Sebagian besar produksi CPO indonesia di ekspor ke luar negeri. Kontribusi
CPO Indonesia mencapai 44, 3 % dari total produksi CPO dunia, lebih tinggi 41,2 % pangsa
CPO Malaysia.
PTP Nusantara VI (Persero) sebagai pengelola perkebunan kelapa sawit Negara
memiliki wilayah kerja di dua Propinsi yaitu Propinsi Jambi dan Sumatera Barat. PKS
(Pabrik Kelapa Sawit) Kebun Rimbo Dua di Kabupaten Tebo Propinsi Jambi merupakan
salah satu dari 15 unit usaha yang ada pada PTP Nusantara VI dan memiliki pabrik
pengolahan sendiri dengan kapasitas 30 ton/TBS/jam (PTP Nusantara VI Rimdu, 2007) serta
memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit.
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang dimiliki PTP Nusantara VI adalah 5 buah dimana PKS
Rimdu saat ini merupakan satu-satunya PKS yang memperoleh pasokan TBS dari kebun inti
saja. Sedangkan PKS lain memperoleh pasokan dari kebun inti dan kebun plasma serta
perusahaan di luar PTP Nusantara VI. PKS Kebun Rimbo Dua (Rimdu) berdiri pada bulan
Juni 2006 dan menghasilkan CPO dan PK/inti sawit. Diawal berdirinya pabrik, bahan baku
diperoleh dari beberapa CV dan kebun PTP N VI Solok Selatan. Tetapi seiring dengan sudah
mulai dipanennya kebun kelapa sawit yang dimiliki Rimdu, maka pasokan TBS dari luar
dihentikan.
Sejak itu PKS Kebun Rimdu memperoleh pasokan bahan baku dari kebun inti yaitu
Kebun Rimsa (Rimbo Satu) dan Kebun Rimdu (Rimbo Dua). Akan tetapi, PKS Kebun
Rimdu memiliki kendala yaitu produksi kebun yang mereka miliki belum mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan pabrik sedangkan pasokan dari kebun lain tidak banyak karena baru
dilakukan proses peremajaan. Selain itu pasokan TBS (Tandan Buah Segar) dari kebun di
Solok Selatan, sejak bulan September 2007 tidak lagi dibawa ke PKS Rimdu karena
pertimbangan biaya transportasi yang besar.
PKS Rimbo Dua yang merupakan pabrik kelapa sawit di PTP Nusantara VI Jambi –
Sumatera Barat dimana mereka menerapkan sistem zero accident dan zero waste strategi.
Strategi yang diterapkan dalam perencanaan produksi CPO dan PK pada PKS Rimbo Dua
adalah Optimalisasi kinerja pabrik dan kebun sehingga mampu berproduksi maksimal dengan
memanfaatkan semua sumber daya yang ada.
7
Kebijakan lain yang diambil oleh PKS Rimbo Dua adalah mengurangi biaya yang
digunakan di pabrik. Efisiensi biaya dilakukan pada penghematan biaya bahan bakar mesin.
Untuk itu dalam penggunaan energi maka PKS Rimbo Dua menggunakan energi alternatif
yaitu penggunaan biodiesel dalam menjalankan mesin-mesin pabrik. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi konsumsi bahan bakar solar dengan pengalihan energi dan Strategi ini juga
digunakan untuk mengatasi kendala kekurangan bahan baku.
Hasil Rapat Tim/Pokja Penetapan Harga Tandan Buah Segar Provinsi Jambi (Dinas
Perkebunan Jambi) bertempat di Kantor Dinas Perkebunan Provinsi Jambi yang dihadiri oleh
Perusahaan Besar/Mitra, Pekebun dan lnstansi terkait lainnya dapat dilihat dalam
Daftar/Tabel Harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit untuk periode tanggal 29 Mei – 04 Juni
2015 sebagai berikut :
UmurHarga TBS
(Rp/Kg)
3 Tahun 1.261,74
4 Tahun 1.341,26
5 Tahun 1.403,44
6 Tahun 1.462,42
7 Tahun 1.499,40
8 Tahun 1.530,75
9 Tahun 1.561,23
10 – 20 Tahun 1.608,25
21 – 24 Tahun
25 Tahun
Sumber : Dinas Perkebunan Jambi
Harga rata-rata CPO = Rp 7.253,99 /Kg (Naik 65 Rp. /Kg)
Harga rata-rata Inti Sawit = Rp 4.628,61 /Kg (Naik Rp. 116/Kg)
Indeks “K” = 87,85 %
Selain itu perubahan harga CPO di pasar dunia juga mempengaruhi jumlah
permintaan dan penawaran. Fluktuasi harga CPO mempengaruhi proses produksi pabrik. Hal
ini akan berpengaruh juga pada jumlah produksi yang dihasilkan. Kenaikan harga maupun
8
penurunan harga memerlukan antisipasi yang cepat sehingga perusahaan dapat menyesuaikan
diri dengan perubahan yang terjadi.
Penumpukan CPO menjadi di antara alibi pihak perusahaan sebagai pembenaran
untuk membeli murah harga TBS petani. Di pihak lain, petani pun terpaksa tetap harus
menjual hasil produksi kebunnya. Pilihan pahit harus diambil dengan estimasi dari pada buah
membusuk begitu saja. Hal ini disebabkan ketidakstabilan perekonomian Eropa dan Amerika
Serikat (AS) yang seiring sejalan dengan tibanya masa panen produk-produk tanaman
penghasil minyak nabati lainnya, seperti bunga matahari, kedelai, dan jagung. Hingga hari
ini, harga CPO Indonesia memang sangat dominan ditentukan pasar luar negeri. Dan, bila
harus dipaksa harganya turun oleh luar negeri dengan sedikitnya permintaan CPO, jelas
berpengaruh langsung kepada rendahnya harga TBS. Boleh jadi, kenyataan demikian menjadi
di antara risiko petani tanaman komoditas ekspor.
Menteri Perdagangan tak ingin berpangku tangan menghadapi turunnya harga dua
komoditas ekspor unggulan Indonesia, yakni minyak sawit mentah (CPO) dan karet. mereka
ingin menggenjot program mandatory atau pencampuran minyak sawit dengan solar untuk
membuat biodiesel di dalam negeri.
Bila program mandatory itu berhasil dan permintaan di dalam negeri bertambah,
Menteri Perdangan yakin dampak fluktuasi harga internasional menjadi minim. Saat ini harga
CPO di pasar internasional sebesar US$ 625-650 per metrik ton. Harga itu bahkan ada di
bawah ambang batas pengenaan bea keluar, yakni US$ 750 per metrik ton.
Meski Telah Ditetapkan Pemerintah Upaya Pemerintah Provinsi Jambi untuk
menekan harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit serta karet belum berhasil. Hingga
kemarin dibeberapa daerah di Provinsi Jambi harga TBS kelapa sawit dan karet masih anjlok.
Padahal, sumber mata pencaharian masyarakat Provinsi Jambi harganya sudah ditetapkan
oleh Pemprov Jambi. Di Batanghari misalnya, harga kelapa sawit merosot sampai Rp 460/Kg
sedangkan harga karet hanya Rp 5.000/Kg.
Pardilun, Kepala Desa (Kades) Teluk Melintang, Kecamatan Mersam, Kabupaten Batanghari
kemarin mengatakan, saat ini para petani kelapa sawit dan karet di daerahnya merasa tercekik
karena merugi besar dengan anjloknya harga ini.
"Saat ini dijual di pabrik (PT DMP) hanya Rp 460/Kg, sebelumya Rp 700/Kg bahkan sempat
9
Rp 1.200/Kg. Kalau dijual ke penampung hanya Rp 200 hingga Rp 300/Kg. Jadi sangat
merosot, sehingga para petani merugi besar,” keluh Pardilun kemarin.
Anjloknya harga juga menimpa karet. Menurut Pardilun yang juga merupakan petani karet ini
beberapa hari menjelang lebaran Idul Fitri 1429 H beberapa waktu lalu, harga karet sempat
menduduki posisi Rp 9.300/Kg, namun sekarang juga ikut anjlok menjadi Rp 5.000 hingga
Rp 6.000/Kg, “Karet pun juga demikian, saat ini merosot hingga Rp 5.000/Kg, padahal
sebelum lebaran mencapai Rp 9.300/Kg. Jadi semua petani mengeluh dengan kondisi harga
saat ini, padahal kelapa sawit dan karet merupakan sumber mata pencarian disini. Kami
berharap agar kondisi ini tidak lama, kepada pihak terkait agar bisa mengatasinya, semoga
harga cepat kembali stabil,” harapnya.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Karet dan sawit adalah komoditas utama Indonesia. Harga karet dan sawit begitu
berpengaruh baik untuk kesejahteraan petani maupun pertumbuhan perekonomian Negara.
Ketika harga karet dan sawit mengalami peningkatan, maka kesejahteraan petani dan
perekonomian Negara akan ikut meningkat. Sebaliknya, jika harga karet dan sawit anjlok,
maka kesejahteraan petani serta perekonomian Negara pun akan merosot.
Saat harga kedua komoditas diatas mengalami penurunan, pemerintah diharapkan bias
mengambil tindakan melalui kebijakan-kebijakan tertentu agar harganya tetap stabil.
Kestabilan harga inilah yang memicu pertumbuhan ekonomi.
3.2 SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam tugas ini. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dari Makalah kami,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada.
Hubungan dengan materi ini kami banyak berharap para pembaca yang budiman bisa
memberi kritik dan saran yang membangun kepada saya, Demi sempurnanya makalah dan
penulis karya ilmiah ini. Semoga makalah ini berguna bagi kami dan bagi pembaca yang
budiman.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,(2012) Menyiasati Fluktuasi TBS Sawit http://www.jambiekspres.co.id/berita-975-menyiasati-fluktuasi-tbs-sawit.html
Anonim,(2015) Harga CPO 2015 diperkirakan seperti 2014 http://ptpn6.com/berita-harga-cpo-2015-diperkirakan-seperti 2014.html#ixzz3cHfeRxzz
Anonim,(2013) Fluktuasi Harga Komoditas Pertanian http://regional.kompas.com/read/2013/01/07/03032863/Fluktuasi.Harga.Komoditas.Pertanian
Anonim,(2014) Harga Karet Saat Ini Merosot Tajam https://m3ekonomi.wordpress.com/2014/03/16/harga-karet-saat-ini-merosot-tajam/
Anonim, http://infojambi.com/depan/pariwara/536-revitalisasi-pasar-lelang-karet-upaya-penguatan-ekonomi-kerakyatan.html
,(2011) SEJARAH KARET ALAM DI INDONESIA http://indonesiannaturalrubber.blogspot.com/2011/02/sejarah-karet-alam-di-indonesia.html
Drs_O ,(2012) SEJARAH TANAMAN KARET DI INDONESIA http://drsoeyo.blogspot.com/2012/06/sejarah-tanaman-karet-di-indonesia.html
Anonim,(2015) Harga Sawit http://daunhijau.com/tag/harga-kelapa-sawit/
Anonim, http://infojambi.com/depan/pariwara/536-revitalisasi-pasar-lelang-karet-upaya-penguatan-ekonomi-kerakyatan.html
Anonim, (2014) Harga getah karet jambi merangkak naik http://ptpn6.com/berita-harga-getah-karet-jambi-merangkak-naik.html
12