anastesi spinal ka fit

Upload: dimas-hervian-putera

Post on 06-Jul-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Anastesi Spinal Ka Fit

    1/17

    SPINAL ANESTHESIA

    PENDAHULUAN

    Anestesi spinal merupakan salah satu dari sekian banyak teknik anestesi regional

    yang paling umum dari segi praktis pada saat ini.

    Anestesi spinal menghasilkan kombinasi anestesi regional yang ideal, termasuk 

    teknik yang mudah, reliabilitas tinggi, komplikasi rendah dan kemampuan untuk 

    menghasilkan kontrol nyeri postoperatif. Anestesi spinal dimulai pertama kali oleh

     beberapa dokter Jerman. Pada tahun 1884, Dr. Carl Kaler pertama kalinya

    mengaplikasikan kokain pada kornea dan konun!ti"a untuk menghasilkan anestesia

    topikal.

    Pada tahun 18#$, dr. bedah Jerman, Dr. August %ier memakai arum spinal yang

    dikembangkan oleh seorang dokter dari &ni"ersitas %erlin, Dr. 'raneus (uin!ke,

    untuk mengineksikan kokain ke ruangan subara!hroid. Pada a)al eksperimen, %ier 

    dan asistennya saling menyuntikkan anastesi spinal ini satu sama lain. *etelah pulih

    dari blok motorik dan sensoris, masing+masing peneliti melaporkan timbulnya

     postdural puncture headache yang parah.

    Anestesi spinal a)alnya dihambat oleh nyeri kepala hebat, hipotensi, pilihan

    farmakologi yang terbatas dan komplikasi infeksi. *aat ini masing+masing hal

    tersebut diatas sudah dapat diatasi.  Postdural puncture headache  dapat berkurang

    hingga -, / dengan pemakaian pencil point spinal needle dan blood patch  telah

    dikembangkan untuk terapi yang efektif. 0idrasi intra"ena dan pemakaian

    "asokonstriktor yang biaksana merupakan terapi yang simpel dan efektif untuk atasi

    masalah spinal anesthesia induced hypotensi.

    Ada banyak pilihan farmakologi yang tersedia sehingga dapat disesuaikan dengan

    kebutuhan ketinggian blok dan durasi kera yang dibutuhkan sesuai dengan prosedur 

     bedah tertentu. Akhirnya, teknik yang aseptik dan kit spinal anestesia yang steril dan

    sekali pakai akan mengurangi komplikasi infeksi.

    1

  • 8/17/2019 Anastesi Spinal Ka Fit

    2/17

    ANATOMI

    uangan subara!hnoid spinal dimulai dari foramen magnum dan berlanut dengan

    ruang subara!hnoid intrakranial 2gb. 13+1. uang subara!honoid spinal tersebar 

    sampai dengan kira+kira setinggi sakral -.

    Kolumna "ertebralis melindungi  spinal cord  dan nerve root proksimal  dalam suatu

    ruangan tulang yang protektif dan dibagi menadi $ ser"ikal, 1- thoraks, lumbal

    2gb. 13+-. Di !audal dari 5umbal terdapat sa!rum dan koksigeal. Diantara sa!rum

    dan koksigeal terdapat  posterior opening   disebut  sacral hiatus  yang se!ara klinis

    dipakai untuk melakukan teknik blok kaudal epidural.

    Kolumna "ertebralis memiliki beberapa kur"e yang rele"an se!ara klinis. Pada saat

     pasien dengan posisi supinasi 6

    7itik paling tinggi 2paling anterior pada kolumna "ertebralis adalah C dan

    54+.

    7itik paling posterior adalah 7 dan *-

    Anatomi ini, bersama dengan barisitas dari anestesi yang disuntikkan dapat dipakai

    untuk mengontrol le"el dermatom dari anestesia. asing+masing "ertebra

    dihubungkan olel rangkaian ligament 2gb.13+9 yang menaga kestabilan saat

     pergerakan. Di anterior dari kanalis spinalis, korpus "ertebra dihubungkan oleh

    ligamentum longitudinal anterior dan posterior. Di posterior dari kanalis spinalis,

    rangkaian dari 9 buah ligamen menghubungkan lamina dan pro!essus spinosus dari

    "ertebra yang saling berdampingan.

    5igamen fla"um adalah yang paling kuat, dari pro!essus artikuler ke midline

     processus spinosus.

    5igamentum interspinosus menghubungkan dengan ligamentum fla"um di

     bagian anterior dan di bagian posterior dengan ligamentum supraspinosus. Di

     bagian superior dan posterior berhubungan dengan processus spinosus.

    5igamentum supraspinosus dari C$ : *1, menghubungkan apeks dari

     pro!essus spinosus di posterior.

    Pada kanalis spinalis terdapat elemen saraf 2 spinal cord dan cauda equina, !airan

    serebrospinal 2C*; dan pembuluh darah yang mensuplai spinal cord . Pertimbangan

    anatomi yang penting adalah inferior terminus  dari  spinal cord , yaitu konus

    -

  • 8/17/2019 Anastesi Spinal Ka Fit

    3/17

    medularis 2gb. 13+4. Spinal cord tersebar hingga 5 9 pada anak+anak dan 5 1+-

     pada orang de)asa.

    Di bagian inferior dari titik ini, elemen saraf yang berada pada kanalis spinalis adalah

    nerve roots yang terendam di dalam !airan serebrospinal yang disebut Cauda Equina

    2merupakan bahasa latin dari ang membungkus C*; adalah meningen arakhnoid dan durameter. uang

    di luar dura disebut ruangan epidural, sedangkan bagian dalam dari arakhnoid

    disebut ruang subarakhnoid. Anestesi lokal yang diineksikan hanya sampai pada

     bagian eksternal dari dura disebut “epidural anestesia”.

    uangan subarakhnoid disebut uga ruangan “intrathecal”.  Anestesi lokal yang

    diineksikan ke dalam ruang subarakhnoid, menimbulkan anestesia sensoris disebut

    “spinal anestesia”.

    Piameter adalah lapisan pembungkus ketiga dan merupakan aringan dengan

    "askularisasi sangat banyak, langsung menempel pada elemen saraf. Diantara

    arakhnoid dan piameter terdapat penghubung yang lembut disebut arachnoid 

    trabeculae.

    ?lemen saraf dari kolumna spinalis terendam dalam C*;, yang merupakan

    ultrafiltrasi dari darah, yang diproduksi dan disekresi oleh pleksus khoroidea pada

    "entrikel lateral, ''' dan '@. Jumlah produksinya relatif sama, kira+kira 33 mlhari.

    Absorpsi C*; sama dengan umlah produksinya, sehingga total "olume C*; sama

    dengan umlah produksinya, total "olume C*; adalah 193 : 13 ml. Cerebrospinal 

     fluid  mengandung protein dan elektrolit 2utamanya Ba dan Cl dengan berat enis

    1,339 : 1,33# pada suhu 9$oC.

    9

  • 8/17/2019 Anastesi Spinal Ka Fit

    4/17

    PEMAKAIAN KLINIS

    Anestesia spinal sesuai untuk sebagian besar prosedur pada ekstremitas ba)ah dan

    genitourinari. Prosedur pada abdomen ba)ah seperti melahirkan le)at !aesar, ligasi tuba

     postpartum dan histerektomi tanpa komplikasi uga sesuai dengan anestesia spinal.

    Kebanyakan prosedur yang melibatkan bedah pada abdomen atas lebih baik 

    dikerakan dengan general anestesia. eskipun le"el sensoris dapat dikendalikan

    dengan adekuat oleh spinal anesthesia, tetapi tarikan peritoneal dan retraksi bedah

    seringkali menyebabkan ketidaknyamanan.

    Durasi pembedahan mempengaruhi pemilihan antara spinal atau general anestesia.

    0ampir tidak ada batasan )aktu anestesia dapat diperoleh dengan melakukan C*?

    atau continous spinal anestesia. %agaimanapun uga, seleksi pasien dan pemakaian

    sedasi yang biaksana adalah penting, karena banyak pasien akan merasa tidak 

    nyaman bila berada dalam posisi yang sama untuk )aktu lama.

    Kebanyakan studi melaporkan, lebih sedikit nausea dan "omiting akan mengikuti

    spinal anestesia daripada general anestesia. Penambahan opoid neuroaial seringkali

    dapat meningkatkan kontrol nyeri setelah pembedahan. 7ampaknya tidak ada

     perbedaan klinis yang signifikan pada outcome cardiac  antara spinal atau generalanestesia, bahkan pada pasien dengan resiko tinggi.

    utcome pulmoner   se!ara signifikan lebih baik pada pasien resiko tinggi 2misal 6

    obese dengan insisi abdomen atas yang mendapat kontrol nyeri setelah pembedahan

    dengan infus anestesi lokal kontinyu "ia epidural. >ang dimaksud dengan outcome

     pulmoner   adalah lebih sedikit ateletaksis postoperatif, desaturasi oksigen dan

     pneumonia. eskipun belum ada peningkatan yang demonstratif pada outcome

     pasien yang menerima anestesia spinal untuk pembedahan.

    'ni tampaknya menunukkan kebutuhan analgesia sampai dengan beberapa hari

    setelah pembedahan untuk meningkatkan  pulmonary toilet   dan fakta bah)a

    kebanyakan spinal anestesia dilakukan pada prosedur paru beresiko rendah yang

    melibatkan ekstremitas ba)ah.

    Kontra indikasi untuk neuroa!ial regional aneshtesia dibi!arakan pada bab #, 19 dan

    1. *pinal anestesia tidak boleh dilakukan pada keadaan dengan koagulopati, akibat

    resiko epidural hematom. 'nfeksi sistemik atau lokal pada regio lumbal merupakan

    4

  • 8/17/2019 Anastesi Spinal Ka Fit

    5/17

     predisposisi terbentuknya abses lokal meningitis. 0ipo"olemia yang signifikan

    merupakan predisposisi timbulnya hipotensi berat dan potensial menyebabkan

    cardiac arrest  pada spinal anestesia. Akhirnya, spinal anestesi seringkali dihindari

     pada pasien dengan kelainan spesifik intrakardia!, dimana pemeliharaan preload dan

    afterloadnya kritis.

    TEKNIK

     PRE BLOCK PREPARATIONS

    Karena induksi spinal anestesia seringkali menimbulkan perubahan hemodinamik 

    yang !ukup bermakna, pasien harus dimonitor kontinyu, obat+obat resusitasi dan

     peralatan harus dapat disediakan dengan segera.

    Adalah sangat membantu untuk memiliki seorang asisten untuk memposisikan

     pasien dan memberikan suport psikologis. *edasi 2analgetik dan aniolitik

    seringkali diberikan sebelum melakukan anestesi spinal untuk mengurangi rasa

    tidak nyaman dan anietas.

    Ebat+obat ini dapat menyebabkan gangguan yang signifikan pada kardiorespirasi

    dan dapat menutupi nyeri parastesia akibat ineksi intraneural. Adalah pentinguntuk mengingat bah)a tidak semua spinal anestesia sukses dan spinal anestesia

    itu sendiri bisa mengakibatkan gangguan respirasi.

    *ehingga, setiap anestesia spinal potensial memerlukan perubahan yang !epat ke

    general anestesia. Ebat+obat dan peralatan untuk air"ay management  yang tepat

    harus bisa disediakan dengan !epat.

     PATIENT POSITIONING

    5ateral dekubitus, duduk dan prone posisi, semuanya dapat digunakan untuk 

    melakukan anestesia spinal. 7iap posisi memiliki kelebihan dan kekurangan.

    5ateral dekubitus adalah posisi yang paling sering dipakai. Pasien biasanya

    merasa nyaman dengan posisi ini dan lebih sedikit menelungkup dalam bergerak,

    dibandingkan posisi duduk. *inkop lebih arang teradi daripada posisi duduk.

    Pasien diposisikan pada pinggir mea operasi 2gb. 13+ dengan pinggul dan bahu

    diposisikan "ertikal. 5aki+laki de)asa biasanya memiliki ais "ertebral sedikit

    naik, karena bahu yang sedikit lebih besar daripada lebar pinggul.

  • 8/17/2019 Anastesi Spinal Ka Fit

    6/17

    Fanita de)asa biasanya memiliki ais "ertebral sedikit turun. Kedua pinggul

    dan thora bagian atas harus difleksikan untuk memperoleh re"erse lordotik 

     posisi, yang memaksimalkan arak antara prosedur spinosus dari lumbal.Posisi duduk, rutin dipilih oleh beberapa praktisi dan seringkali dipilih saat

    dilakukan pada pasien obese. Pada populasi obese, palpasi dimidline processus

     spinosus seringkali sulit tidak memungkinkan. Pada kasus ini, posisi midline

    dapat diperkirakan dengan menghubungkan garis imaginer antara "ertebra

    !er"i!al yang paling menonol 2C$ dan !ekungan intergluteal dan hal ini lebih

    mudah dilakukan saat pasien duduk. *eorang asisten diperlukan untuk 

    mempertahankan posisi stabil, terutama apabila pasien telah tersedasi.

    Pasien diminta untuk menundukkan bahu ke depan dan berusaha memfleksikan

    tulang belakangnya 2gb.13+$. Kesalahan yang tersering adalah karena pasien

    seringkali melekukkan pinggangnya ke depan.

    Posisi duduk uga memberikan teknik spinal anestesia yang terbatas pada daerah

     pel"is. 'ni menimbulkan “saddle block” atau blok sensoris yang terbatas pada

     permukaan perineum, umumnya seperti pada bagian yang kontak dengan tempat

    duduk 2sadel saat mengendarai punggung kuda 2gb. 13+8. 'neksi anestesi lokal

    hiperbarik pada C*; dengan posisi duduk menyebabkan pooling obat di daerah

    subra!hnoid yang paling dependent 2sakrum. 7eknik ini seringkali berguna

    untuk melahirkan per "agina, seperti uga pada bedah urologi dan ginekologi.

    Posisi telungkup kadangkala dipilih untuk melakukan spinal anestesia pada

     pasien yang akan dilakukan anal surgery dengan posis a!k+knife 2gb. 13+#.

    Pasien diposisikan sesuai pembedahan lalu dilakukan lumbal punksi. Anestesi

    lokal hipobarik dipergunakan untuk membatasi efek anestesi pada dermatom

    sakral dan lumbal ba)ah.

     PUNCTURE SITE

    Punksi dura biasanya dilakukan diba)ah 5- untuk menghindari spinal cord  yang

     berakhir pada 51+5-. eskipun terdapat "ariasi dari masing+masing indi"idu,

    sebuah garis yang melalui Krista ilia!a biasanya akan melalui ruang diantara 54+

    5 2gb. 13+$. 7eknik aseptik yang baik adalah penting. 0al ini termasuk 

    melapisi regio lumbal dengan iodine dan atau larutan alkohol dan memakai

     penutup steril.

  • 8/17/2019 Anastesi Spinal Ka Fit

    7/17

     

     MIDLINE ATAU PARAMEDIAN APPROACH

    Dua pendekatan ke ruang subara!hnoid seringkali dipakai yaitu midline dan

     paramedian 2gb. 13+13. Keduanya simpel dan efektif. Praktisi harus familiar 

    dengan kedua pendekatan ini, sehingga mereka memiliki teknik alternatif pada

    saat pendekatan pertama gagal dilakukan.

    &ntuk pendekatan midline, processus spinosus dipalpasi di regio lumbal. *etelah

    membersihkan regio dan mendapatkan posisi kulit dimana terletak pro!essus,

     arum spinal dimasukkan dengan  sagittal plane, dengan orientasi arum 13o  ke

    cephalad . Erientasi ini diperlukan karena ruang interlaminer adalah sedikit

    cephalad  daripada intrespinosus space yang kita palpasi.

    Pendekatan paramedian seringkali dipilih pada pasien dengan lordosis lumbal

     berlebihan dan pasien hamil yang tidak bisa memfleksikan kolumna "ertebra

    mereka. Dengan lordosis berlebihan, pro!essus spinosus mereka adi lebih

     berdekatan di midline, men!egah pasase arum spinal ke kanalis spinalis.

    Pendekatan paramedian kurang dipengaruhi oleh fleksi suboptimal dari spine.

    Pendekatan paramedian uga dipilih pada pasien tua dengan kalsifikasi ligameninterspinosus. Dengan pendekatan paramedian, kulit disuntikkan dengan anestesi

    lokal sekitar 1 : 1, !m ke inferior dan lateral dari interspace vertebra  yang

    diinginkan. Jarum spinal disuntikkan dengan orientasi 1o  ke cephalad   dan

    medial.

    #aylor approach adalah "arian dari pendekatan paramedian yang dipakai untuk 

    memasuki interspa!e 5+*1.  $nterspace  ini adalah  interspace  lumbal terbesar 

    dan seringkali dipakai sebagai alan masuk, apabila alan masuk di interspa!e

    yang lebih tinggi sulit dilakukan. Palpasi bagian inferior dari  posterior iliaca

     spine %PS$S&.  Punksi arum dilakukan 1 !m medial dan 1 !m inferior dari batas

     PS$S   inferior 2gb. 13+13. Jarum spinal disuntikkan dengan angulasi arum ke

    midline 24 : o dan kemudian !ephalad 24+o. Pada pasien obese, arah

     arum harus 93 : 4o  ke !ephalad dan orientasi medial untuk mengatasi

    ketebalan aringan. Jika teradi kontak dengan tulang arum diarahkan lebih

    !ephalad mele)ati tulang lamina menuu interspa!e.

    $

  • 8/17/2019 Anastesi Spinal Ka Fit

    8/17

      CONTINOUS SPINAL ANESTHESIA

    &ntuk menghasilkan spinal anestesia yang kontinyu, kateter diletakkan dalam

    ruang subara!hnoid. %iasanya arum epidutal 7uohy g 18 diletakkan di ruang

    subara!hnoid melalui pendekatan midline paramedian.

    *etelah punksi duramater, kateter dimasukkan - : !m ke ruang lumbal 2metode

     paling sering dipakai adalah memakai kateter yang sama seperti saat melakukan

    anestesia epidural. 0al ini memungkinkan titrasi yang !epat dan reliabel dari

     blok spinal 2dosis ke!il berulang dapat dilakukan dan durasinya tidak terbatas

    2kateter memungkinkan dosis ulangan saat blok mulai melemah.

     MEMPOSISIKAN PASIEN DAN BLOK YANG DIINGINKAN

    Dengan memilih posisi pasien bersamaan dengan umlah dan barisitas larutan

    lokal anestesia, ketinggian blok dapat relatif terkontrol, dan dapat di!apai deraat

    dari blok unilateral. %agaimanapun, dapat di!apai selama 1 : -3 menit pada

     posisi lateral untuk blok unilateral yang memuaskan. >ang lebih umum, pasien

    tetap dipertahankan pada posisi mereka untuk beberapa menit lalu diposisikan

    supine kembali. 0al ini akan menghasilkan blok bilateral yang hampir samasetelah beberapa menit.

    *ebagai !ontoh saat memakai barisitas dan posisi pasien, istilah “saddle block”

    dimaksud untuk menyuntikkan dosis ke!il dari lido!aine hiperbari! 2misal - mg

    dari / lido!aine dalam $, / dekstrose ke ruang lumbal pada pasien dengan

     posisi duduk pasien dibiarkan pada posisi ini selama : 13 menit setelah ineksi,

    menyebabkan larutan anestesi lokal mengalami pooling pada nerve roots sacral .

    Anestesia perineal akan teradi 2gb. 13+8 dengan minimal hipotensi 2karena

    ketinggian blok adalah diba)ah 5- : uung dari serta saraf simpatis.

    PEMILIHAN FARMAKOLOGI

    0ampir semua anestesia spinal melibatkan ineksi anestetik lokal, baik tanpa maupun

    dengan kombinasi obat+obat adu"ant. ;armakologi dari obat ini telah dibahas pada

     bab a)al. %agian ini memfokuskan pada pemakaian spesifik dari obat+obat ini di

    ruangan subara!hnoid 2tabel 13+1.

    8

  • 8/17/2019 Anastesi Spinal Ka Fit

    9/17

      ANESTESI LOKAL

    5idokain, bupi"a!aine G tetra!aine, semuanya umum dipakai untuk spinal anestesia.

    - Lidokain

    5idokain 2durasi pendek : intermediate spinal anestesia dengan dosis -3 : 133

    mg seringkali dipilih untuk kasus+kasus yang diperkirakan memakan )aktu $

    menit atau kurang. 5idokain umumnya dipakai sebagai larutan / dalam $, /

    dektrose meskipun 1, dan - / lidokain uga berguna.

    Penambahan epinephrine 3,- mg memanangkan anestesia 1 : 43 menit,

    tergantung dosis anestesi lokal yang dipakai, tetapi berhubungan dengan blok 

    motoris yang memanang se!ara signifikan dan miksi yang terlambat.

    ;entanyl 1 : - µgr adalah aditif lain yang berguna. enimbulkan reduksi

    substansial pada dosis lidokain 2untuk menimbulkan re!o"ery lebih !epat dan

    insiden transient neurologic simpton  yang lebih rendah dan efektif memblok 

    nyeri torniHuet pada ekstremitas ba)ah.

    - Bupivakain

    %upi"a!aine 2durasi intermediate spinal anestesia dengan dosis : 1 mg adalahsesuai untuk pembedahan selama 3 : 13 menit, meskipun durasi dari

     bupi"akain tampaknya memiliki de"iasi yang lebih lebar daripada standar, bila

    dibandingkan dengan lidokain.

    *pinal anestesia umumnya dilakukan dengan 3,$/ bupi"a!aine dalam 8,- /

    dekstrosa. 5arutan bupi"akain 3, / tanpa dekstrosa adalah isobarik atau sedikit

    hipobarik dan umumnya dipakai untuk pembedahan ekstremitas ba)ah.

    ?pinephrine memanangkan blok sensoris dan motoris kira+kira 93 : 4 menit

    saat ditambahkan pada bupi"akain dosis ke!il 2$, mg.

    ;entanyl uga dipakai sebagai adu"ant untuk mengurangi dosis bupi"akain

    2sehingga hipotensi lebih sedikit dan meningkatkan analgesia.

    - Tetakaine

    7etrakaine 2durasi panang spinal anestesia dengan dosis 4 : 1- mg dipakai

    untuk pembedahan dengan durasi 9 : 4 am. 7etra!aine merupakan salah satu

    dari agen spinal anestesi tertua. 7ersedia dalam sediaan komersial sebagai kristal

    #

  • 8/17/2019 Anastesi Spinal Ka Fit

    10/17

    niphanoid 2-3 mg atau larutan 1 /. 7etra!aine kurang stabil pada bentuk larutan

    !air 2daripada lidokain dan menghasilkan tetra!aine ampul dengan potensi

    rendah karena sebagian obat didegradasi selama penyimpanan. 7etra!aine adalah

    unik diantara agen spinal anestesi lainnya, karena keberhasilan untuk memblok 

    sangat tergantung dengan co'administration epinephrine.

    Kegagalan blok hampir 9 / pada plain tetra!aine. 7etra!aine G epinephrine

    adalah spinal anesteti! agent paling lama, menghasilkan anestesia pada abdomen

     ba)ah kira+kira 4 am dan ekstremitas ba)ah : am.

    ADITIF PADA SPINAL ANESTESIA

    - !a"okontikto

    @asokontriktor seringkali ditambahkan pada lokal anestetik intrathe!al untuk 

    menghambat uptake "askuler sehingga memanangkan blok. ?pinephrine dan

    lebih arang phenylephrine adalah agen yang dipakai untuk tuuan ini. *elain

    "asokontriksi, epinephrine uga menimbulkan analgesia le)at stimulasi α-

    re!eptor. Klonidine, α- agonis memperpanang blok motoris dan sensoris pada

    tetra!aine, lebih besar daripada epinephrine.

    *elain memanangkan blok sensoris, penambahan epinephrine pada spinal

    anestetik lokal uga memanangkan blok motoris dan memperlambat miksi. Dua

    faktor ini menghambat pulih dari anestesi spinal. &ntuk outpatient surgery(

    kebanyakan !enter menghindari epinephrine intrathe!al. *esungguhnya,

     pemakaian opoid lipofilik intratekal akan meningkatkan dan memanangkan

    anestesia tanpa menghambat pemulihan.

    - Opioid"

    Analgesik opioid dapat ditambahkan pada spinal anestesia. Epioid nampaknya

    menimbulkan supra+aditif 2sinergistik anestesia saat ditambahkan pada intratekal

    lokal anestetik. ?fek sinergis ini tampak menonol terutama pada nyeri "is!eral.

    Epioid spinal memblok path)ay nyeri dengan tambahan minimal pada blok serat

    motoris dan simpatis. Dua klas opioid dipakai pada spinal anestesia dan analgesia.

    13

  • 8/17/2019 Anastesi Spinal Ka Fit

    11/17

    Epioid hidrofilik biasanya ditambahkan untuk prolong postop analgesia.

    orphine sulfat 3,1 : 3,9 mg adalah yang umum dipilih. Agen ini memiliki efek 

    analgesik dalam 4 menit pada pemberian lumbal dan mengurangi kebutuhan

    tambahan analgesia postop selama 1- : -4 am.

    orpin perlahan naik pada spinal !olum dan men!apai sirkulasi 5C* kira+kira 8

     am setelah pemberian lumbal. 0al ini sesuai dengan depres nafas yang

    teradinya delayed, yang dilaporkan pada pemberian morphine intralekalI efek 

     pun!aknya tampak pada 8 : 13 am setelah pemberian.

    orphin spinal memiliki beberapa efek lain yang tidak diinginkan. Bausea dan

    "omiting tampaknya lebih banyak daripada opioid sistemik. Pruritus yang umum23 : 83 / dan yang parah 2-3 /. iksi se!ara substansial dihambat, mungkin

    karena hambatan pada mekanisme detrusor. Karena adanya sedikit resiko dari

    depres nafas yang delayed dan gangguan fungsi ken!ing, obat ini tidak sesuai

    untuk bedah pada outpatient.

    Epioid 5ipofilik 2fentanyl dan sulfentanyl populer pada spinal anestesia.

    ;entanyl 13+- µg atau sulfentanyl -, : 13 µgr dapat ditambahkan pada

    anestesia spinal untuk men!apai beberapa tuuan. Agen ini memiliki onset !epatterhadap sinergis anestetik dan meningkatkan anestesia intraoperatif. 0al ini

    seringkali ditunukkan dengan berkurangnya nyeri torniHuet saat prosedur bedah

    ortophedi, seperti uga berkurangnya nyeri dan muntah selama proses melahirkan

    seksio !esarea.

    Epioid lipofilik uga mengurangi dosis !o+administered anestesi lokal, sehingga

     pulih motoris dari anestesi spinal lebih !epat pada outpatient. 5idokain 93 mg

    23, / diskombinasi dengan fentanyl -3 µg menimbulkan anestesi yang baik 

    untuk arhtroskopi lutut dengan insiden nausea lebih rendah dan peningkatan

    kontrol nyeri postoperatif, bila dibandingkan dengan dosis standar lidokain

    hiperbarik.

    Demikian uga 9,$ mg bupi"akain 23,$/ dalam 8,-/ dekstrosa dikombinasi

    dengan - µg tentanil menghasilkan anestesia yang sangat baik untuk outpatient

    yang mendapatkan oo!yte selama fertilisasi in"itro. Depres respirasi arang

    11

  • 8/17/2019 Anastesi Spinal Ka Fit

    12/17

    teradi pada opioid lipophili! intralekal. 7idak seperti morphin, miksi tidak 

    dihambat, diantara efek spinal lokal anestetik agen.

    PROPERTI FISIK KIMIA

    - Bai"ita" In#ek"i

    7iga definisi penting untuk mengerti barisitas dan ineksi lokal anestesi 6

     )E*S$#+

    Densitas larutan adalah massa dalam gram dalam 1 mililiter larutan pada suhu

    standar.

    SPEC$,$C -/0$#+

    Adalah ratio yang membandingkan densitas larutan terhadap densitas air.

     1/$S$#/S

    Adalah ratio yang membandingkan spesifik gra"ity dari sebuah larutan

    dengan larutan lain. Jika larutan yang kedua adalah air, maka barisitasnya

    akan sama dengan spesifik gra"ity.

    'neksi 'ntratekal biasanya dideskripsikan sebagai 6

    0ipobarik 2spesifik gra"ity lebih rendah daripada 5C*

    'sobarik 2*pesifik gra"ity sama dengan 5C*

    0yperbarik 2*pesifik gra"ity lebih tinggi daripada 5C*

    *pe!ifi! gra"ity 5C* berkisar 1,339 : 1,33#.

    Dengan "ariasi posisi pasien dan memperhatikan barisitas saat ineksi, lokasi dan

    le"el blok dapat dikontrol dengan signifikan. Pada praktek klinis, ineksi

    hiperbarik lebih sering. 5arutan ini dibuat hiperbarik dengan menambahkan

    dekstrosa ke dalam larutan anestesi lokal.Penambahan dekstrosa akan meningkatkan densitas, sehingga spesifi! gra"ity

    akan meningkatkan lebih besar daripada spesifi! gra"ity 5C*. Karena larutan ini

    lebih dense  daripada 5C*, mereka !enderung berada 2mengendap pada area

    dependent dari spa!e intrathekal.

    'neksi anestetik lokal isobarik uga populer. Posisi pasien tidak mempengaruhi

     penyebaran blok dengan ineksi isobarik. *ehingga tidak penting untuk 

    1-

  • 8/17/2019 Anastesi Spinal Ka Fit

    13/17

     pertahankan pasien pada posisi tertentu untuk menimbulkan blok pada posisi

    supine. 5arutan isobarik !enderung tetap berada lokal didekat lokasi ineksi.

    Klinis, larutan isobarik dipakai termasuk 3, atau 3,$ / bupi"a!aine dan - /

    lidokain. 0arus diingat bah)a 3, / bupi"a!aine dan -/ lidokaine memiliki

    spesifi! gra"ity dekat dengan kisaran batas ba)ah spesifi! gra"ity 5*;.

    *ehingga obat ini bisa adi beraksi seperti hipobarik pada pemakaian klinis 2regio

    nondependent terblok lebih banyak.

    Juga menghangatkan larutan pada 9$oC mengurangi densitas larutan dan

    membuat 3, / bupi"a!aine dan - / lidokaine se!ara klinis hipobarik. Karena

     penyebaran bloknya yang terbatas, larutan isobarik ideal dan !o!ok untuk bedahekstremitas ba)ah dan pel"is ekstraperitoneal. %edah intraabdomen biasanya

    tidak memakai agen hipobarik.

    5arutan hipobarik kadangkala uga dipakai se!ara klinis. %upi"a!aine 3,- : 3,

    / dan lidokaine 1 : 1, / adalah hipobarik saat dihangatkan dengan suhu tubuh.

    5arutan hipobarik akan terapung pada regio nondependen di space intrathekal. 

    FAKTOR $ANG MEMPENGARUHI PEN$EBARAN BLOK

    %anyak faktor telah dipelaari untuk membantu memperkirakan ketinggian blok.

    @ariabel+"ariabel prosedur berikut sudah elas memberikan efek pada penyebaran

     blok 6

    Jumlah obat

    %arisitas obat

    Posisi pasien dan

    Arah dari apertura arum 2dengan arum pen!ilpoint.

    &sia memiliki efek pada ketinggian blok, dengan usia tua biasanya blok 

    men!apai - : 9 dermatom lebih tinggi daripada de)asa muda.

    Dengan agen spinal anestesi hiperbarik, tinggi pasien merupakan "ariabel

    minor, seperti uga anatomi spinal menentukan penyebaran blok.

    19

  • 8/17/2019 Anastesi Spinal Ka Fit

    14/17

    *esungguhnya faktor terbaik dalam menentukan ketinggian blok tidak bisa

    diukur se!ara klinis. @ariasi "olume 5C* dilumbosa!ral menelaskan mayoritas

    terbanyak 283 / dari perbedaan ketinggian blok pada spinal anestesia.

    7inggi, enis kelamin dan usia tidak se!ara adekuat dapat memperkirakan "olume

    5C*. 7inggi pasien berhubungan dengan "olume spinal tapi hubungan ini tidak 

    !ukup dekat untuk dipakai se!ara klinis. Akhirnya, ketinggian blok telah

    ditunukkan berhubungan langsung dengan densitas 5C*.

    KOMPLIKASI

    Komplikasi anestesia spinal termasuk sakit kepala, geala neurologis, hipotensi,

    depres respirasi dan cardiac arrest .  Postdural puncture headache dan neurologic

    injury didiskusikan pada bab 1- dan 14.

    0ipotensi umum menyertai spinal anestesia. 7ergantung pada populasi pasien dan

     pemakaian agen anestetik spinal, hipotensi 2penurunan tekanan sistolik -3 /

    teradi pada -3 : $3 / anestesia spinal. eskipun bolus !airan sebelum anestesia

    spinal seringkali diberikan untuk men!egah, efektifitasnya rendah. Cardiac output 

    lebih baik dipelihara dengan pre+hidrasi, tapi tekanan darah sangat sedikitterpengaruhi.

    Pemberian "olume simultan dengan spinal anestesi blokade dan "asokonstriktor lebih

    efektif daripada prehidrasi. Pendekatan yang efektif untuk meminimalkan hipotensi

    adalah mengubah obat yang dipakai pada anestesia spinal. Epioid lipofilik seringkali

    ditambahkan pada agen anestetik lo!al dan se!ara dramatis mengurangi 23 : $3/

    dosis anestetik lokal ini. 0al ini bentuknya, mengurangi se!ara signifikan umlah dan

    keparahan hipotensi, pemakaian "asopresor dan kebutuhan !airan.

    *ebuah analisis dari /S/ closed claims database, mengungkapkan 14 kasus cardiac

    arrest selama spinal anestesia. Dua buah pola teridentifikasi 6

    Pola pertama adalah teradi pada pasien yang menerima sedasi intra"ena

    sehingga membuatnya mengalami keadaan “sleep'like”  dengan tidak adanya

    verbali2ation  spontan. Pada kasus ini, cardias arrest   seringkali diikuti dengan

    sianosis, yang teradi sebelum insufisiensi respirasi yang menimbulkan arrest. 

    14

  • 8/17/2019 Anastesi Spinal Ka Fit

    15/17

    Pola kedua adalah pada grup penderita yang mengalami blok spinal tinggi dan

    hipotensi parah sebelum cardiac arrest. 

    Analisis terhadap hal ini menunukkan pentingnya

    + Perubahan posisi %trendelenburg&  dengan tepat akan meningkatkan central 

    venous filling dan

    + Pemakaian tepat dan agresif dari dan agonis 2epinephrine untuk mengembalikan

    !urah antung.

    %eberapa faktor dapat menyebabkan cardiac arrest( yang berhubungan dengan spinal

    anestesia yang se!ara signifikan telah banyak teradi daripada anestesia epidural atau

     blok saraf tepi.

    0ipotensi yang berat dapat menyebabkan !ardia! aritmia, pengurangan perfusi

    central nervous system  dan apneu. *emua faktor ini dapat menyebabkan cardiac

    arrest. Juga terdapat grup penderita, yang se!ara mengeutkan tampaknya beresiko

    tinggi untuk mengalami cardiac arrest.  5ebih muda, pasien atletis dengan denyut

     antung istirahat yang rendah, tampaknya beresiko untuk mengalami bradikardi dan

    asistole selama anestesia spinal.

    ;aktor resiko lainnya yang telah diidentifikasi untuk “athletic heart syndrome”  ini

    termasuk pemanangan P inter"al dan blok spinal diatas 74. ;aktor terakhir ini

    mungkin mengindikasikan blok simpatis di 7- : 74 2serat cardiac accelarator 

    sehingga input "agal ke antung tidak tertutupi.

    Depres respirasi tidak umum dengan anestesia spinal dilaporkan 3,- : 1,3 /.

    %eberapa penyebab depres respirasi, terutama dengan dosis tinggi morphin

    intrathekal. Pun!ak dari depres respirasi ini adalah 8 : 13 am setelah pemberian

    morphin spinal.

    Depres respirasi uga dapat teradi akibat blok spinal tinggi. 0ilang kesadaran dan

    apneu kemungkinan teradi skunder akibat hipotensi dan perfusi central nervous system yang tidak adekuat. Kemungkinan penyebab tersering dari depres respirasi

    adalah o"er+sedasi.

    onitoring pasien dengan kontak suara, pulse oksimetri dan capnography  akan

    membantu men!egah teradinya o"er sedasi.

    KESIMPULAN

    1

  • 8/17/2019 Anastesi Spinal Ka Fit

    16/17

    Anestesi spinal tetap merupakan salah satu bentuk regional anestesia yang paling

    umum. Dengan kemahiran pada prosedur, farmakologi, dan aspek fisiologi, blok 

    spinal dapat dilakukan dengan aman, tepat dan efisien.

    1

  • 8/17/2019 Anastesi Spinal Ka Fit

    17/17

    1$