analisis pengaruh modal sendiri dan modal …/analisis...1 analisis pengaruh modal sendiri dan modal...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS PENGARUH MODAL SENDIRI DAN MODAL PINJAMAN
TERHADAP PEROLEHAN BESARNYA SISA HASIL USAHA (SHU)
PADA KPRI KOTA SURAKARTA TAHUN 2008
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas – tugas Dan Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh : FETRI MAYA SARI
NIM : F1106029
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
2
3
4
5
6
MOTTO
“Allah akan meninggikan orang-orang yang BERIMAN dan BERILMU
sebanyak beberapa derajat”
(QS. Al Mujadilah 11)
Around here, however, we don’t look backforwaed for every long.
We keep moving forward, opening up new doors and doing new things, because
curius….
And curiousity keep leading us down new paths
(Walt Disney)
“Sesungguhnya Setelah Kesulitan Itu Ada Kemudahan, Maka
Apabila Kamu Telah Selesai (Dari Sesuatu Urusan), Kerjakanlah
Sungguh-Sungguh (Urusan) Yang Lain, Dan Hanya Kepada
Tuhan Mu Lah Hendaknya Kamu Berharap”
(An Nahl :6-8)
“Berdoalah Selagi Kamu Masih Berdoa, Berusahalah Selagi Kamu Masih
Kuat Berusaha, Karena Dengan Berdoa dan Berusaha Niscaya Kemenangan
Hidup Akan Menghampirimu”
(Penulis)
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirahim
Skripsi ini ku persembahkan, untuk :
v
7
Allah swt, mahasuci Allah telah membimbing que melewati semuanya dan
memberikan kasih dan sayangNYA kepada hambaNYA
Kedua orang tua que tercinta yang telah memeberikan kasih sayank dan
mengorbankan semua untuk anaknya
Kaka and ade que yang telah telah memberikan kasih sayanknya untuk aque
Sahabat-sahabat que yang telah telah mewarnai hari-hari que
Almamater que yang menuntun ke masa depan que
MOLTE GRAZI
que buat:
Allah swt Maha suci Allah
Yang telah memberikan kasih dan sayangNYA kepada hambaNYA yang
senantiasa menuntun que dan membimbing que menghadapi semuanya.
Que yakin akan semua ini J
Kedua orang tua que :
Bapak que Kuswanto dan Ibu que Sartinah, kebanggaanq, yang telah
mengorbankan segalanya bagi anaknya, terimakasih atas doa dan kasih sayank
serta didikannya sehingga membuat que seperti sekarang ini. Semoga anakmu ini
dapat menjadi seperti apa yang kalian harapkan. Amien….J
Kedua little sista que,
Kaka que Dwi, terimakasih banyak telah membantu que dalam mencari jurnalnya
J selalu baik yach sama que and keysha J Ade que Keysha, yang selalu bikin
que kangen sama rumah, kamu jangan nakal donk de’ sama mamah and bapa’…J
vi
8
Someone Special que….
Aguz (Pentel), thankz u yach jelek atas semua support, kasih sayank and
perhatiannya buat que walaupun kamu sibuk kerja tapi kamu selalu ada buat
que… u are my everything
always love u jelek……J
Sobat” que in kampuz….
Mamih Tizna, thankz 4 all bantuannya udah bela-belain buat nemeni que nyari
data di PKPRI, hehehe…sukses selalu yach mih buat kamu J Susan, makasih
udah nemeni que foto and ngajarin que mengolah data n sekarang que jadi ingat
lagi dech tentang eviews, hehehe….J Erma, Wiwin, Adit, Dani, Wawan, Vina,
Nurul and semua temen2 que anak EP ’06 Non-Reguler yang ga bisa que
sebutin semuanya…thankz 4 every little things!! Jaga komunikasi yach!!! J
Friends in Semarang….
Teguh, thankz u yach atas semua kebaikan n support yang u berikan buat
que…semangat donk buat nyelesaiin skripsinya n jangan males-malesan terus,
entar keburu tua lho di kampuz….hehehe J J (Orang yang paling NYEBELIN),
cepat selesaiin kuliahmu n jangan gonta-ganti cewek teruz...!!! J Dedy and
Ikbal, thankz u yach atas bantuannya dalam mencari jurnal di Unes. Sukses selalu
buat kalian….J
DICMA big family’s….
Williz, moga langgeng yach sama maz Adi…amien J Liryh (Bundo que),
thankz u yach bun udah bantuin que (anakmu ini) dalam memilih baju
kebayaknya n jilbab’y buat foto J Aniz, thankz u udah minjemin flash disknya,
gara-gara mp4 que hilang que jadi ga punya flash disk dech…hehehe J Neri,
makasih atas pinjeman jilbab and supportnya J Uwi, jangan online terus dikamar,
kerjain tuch skripsimu semoga sukses and cepet dapat cowok lagi katanya kamu
udah bosan jadi jomblowati, hehehe…peace!! J Jo2 (Bi2 que), thankz u dah
bantuin que buat ppt’y n moga cepat selesai skripsi’y J Mba Ida, thankz u udah
minjemin que baju kebayaknya buat foto walaupun size badan qita beda tapi que
9
tetap memakainya,,hehehe J Mba Fafa and mba Rani, thankz u juga udah
menjadi mba kozt que yang baik and moga kalian cepet selesai yach koasnya biar
entar jadi bu dokter…J Yolla, sukses sama sibuk2nya and thankz u udah
semangatnya J
MOLTE GRAZI, ARRIVEDERCI!!!
With LoVe,
FeTri JJ
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan rasa syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidah-Nya, sehingga penulis dapat menyelasaikan pembuatan skripsi dengan judul
“Analisis Pengaruh Modal Sendiri Dan Modal Pinjaman Terhadap Perolehan
Besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada KPRI Kota Surakarta”, guna memenuhi
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi UNS Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak-pihak lain, penyusunan
skripsi ini tidak dapat selesai sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, perkenanlah
dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Izza Mafruhah, SE, M.Si, selaku dosen Pembimbing yang telah
berkenan memberikan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan
memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselasaikan.
10
2. Bp. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara langsung maupun tidak
langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Dwi Prasetyani, SE, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Non-Reguler Universitas Sebelas Maret.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta beserta staff dan karyawan yang telah memberikan ilmu,
bimbingan, arahan dan pelayanan kepada penulis.
6. Kedua orang tuaku serta kakak dan adekku tersayang, yang senantiasa
selalu mendoakan, memberi dorongan dan bimbingan kepada penulis.
7. Bapak Mursit yang telah meminjamkan buku-buku RAT Koperasi
Pegawai Republik Indonesia.
8. Bapak dan Ibu Pegawai Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia yang
telah meluangkan waktu ditengah-tengah kesibukan menjalankan tugasnya
untuk memberikan pelayanan kepada peneliti dalam perolehan data untuk
penyusunan skripsi ini.
9. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2006 Non Reguler dan
semua sahabatku terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya.
vii
11
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara
langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga
terselesaikannya penelitian ini.
Dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, maka
masukan dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan untuk
menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga apa yang
terkandung dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Surakarta,
Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
H
a
l
a
m
a
n
viii
12
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..…………… i ABSTRAK…………………………………………………………………………………. ii PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………………….…… iii PENGESAHAN TIM PENGUJI………………………………………………………..…. iv MOTTO………………………………………………………………………………….…. v PERSEMBAHAN…………………………………………………………………….……. vi KATA PENGANTAR………………………………………………………….…………. vii DAFTAR ISI………………………………………………………………………………. ix DAFTAR TABEL…………………………………………………………………………. xi DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………....... xii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………...…. xiii BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
MASALAH……………………………………………..… 1
B. PERUMUSAN
MASALAH………………………………………………….…… 7
C. TUJUAN
PENELITIAN……………………………………………………………
7
D. MANFAAT
PENELITIAN…………………………………………………………........
……… 8
13
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN
TEORI………………………………………………….………….. 9
B. PENELITIAN
TERDAHULU……………………………………………….……. 32
C. KERANGKA
PEMIKIRAN………………………………………………...…….. 36
D. HIPOTESIS…………………………………………………………………
….….. 38
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP
PENELITIAN………………………………………………. 40
B. JENIS DAN SUMBER
DATA……………………………………………………. 40
C. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL DAN UKURAN
SAMPEL………………. 40
D. CARA PENGUMPULAN
DATA…………………………………………………. 45
E. DEFINISI OPERASIONAL
VARIABEL……………………………………….... 46
F. TEKNIK ANALISIS
DATA……………………………………………………….. 47
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN OBJEK
PENELITIAN…………………………………………...... 56
B. KEADAAN
DEMOGRAFI……………………………………………………….. 62
ix
14
C. KEADAAN SOSIAL
EKONOMI………………………………………………... 64
D. ANALISIS
DESKRIPTIF………………………………………………………..... 66
E. ANALISIS
EKONOMI……………………………………………………………. 77
BAB V. PENUTUP
A. KESIMPULAN……………………………………………………………
………. 80
B. SARAN……………………………………………………………………
………. 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
H
a
l
a
m
a
n
x
15
Tabel 3.1 Daftar KPRI Kota
Surakarta……………………………………………….. 42
Tabel 4.1 Luas Penggunaan Tanah Tiap Kecamatan
di Kota Surakarta Tahun
2008……………………………………………… 58
Tabel 4.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin
dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota
Surakarta Tahun
2008……………………………………………………… 61
Tabel 4.3 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota
Surakarta Tahun
2008……………………………………………………… 62
Tabel 4.4 Banyaknya Kelahiran dan Kematian di Kota Surakarta
Menurut Jenis Kelamin Tahun
2008……………………………………….. 63
Tabel 4.5 Banyaknya Penduduk 5 Tahun Ke atas Menurut
Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun
2008……………………….. 64
Tabel 4.6 Jumlah SHU KPRI Kota
Surakarta………………………………………… 67
Tabel 4.7 Modal Sendiri di KPRI Kota
Surakarta…………………………………….. 68
16
Tabel 4.8 Modal Pinjaman di KPRI Kota
Surakarta………………………………….. 69
Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Regresi Linear
Berganda……………………………….. 70
Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Uji
t…………………………………………………….. 72
Tabel 4.11 Hasil Uji
Multikolinearitas…………………………………………………. 74
Tabel 4.12 Hasil Uji
Heteoskedastisitas……………………………………………….. 75
Tabel 4.13 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-
Watson…………………………………….. 76
xi
17
DAFTAR GAMBAR
H
a
l
a
m
a
n
Gambar 2.1 Kerangka
Pemikiran………………………………………………………. 38
Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji
t………………………………………………………….. 49
Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji
F…………………………………………………………. 51
Gambar 3.3 Daerah Ho Diterima dan Ditolak
Uji Autokorelasi (Durbin-
Watson)…………………………………………. 54
xii
18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Data Tabulasi Penelitian Lampiran 2. Hasil Olah Data Regresi Lampiran 3. Multikolinearitas Test Lampiran 4. Heteroskedastisitas Test Lampiran 5. Autokorelasi Test
xiii
xiv
19
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Koperasi merupakan salah satu kekuatan ekonomi yang tumbuh
di kalangan masyarakat sebagai pendorong tumbuhnya perekonomian
nasional sekaligus sebagai soko guru dalam perekonomian di Negara
Indonesia. Menurut UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian Pasal
1 Koperasi adalah “ Badan usaha yang beranggotakan orang seorang
atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas azas kekeluargaan”.
Koperasi tidak dikenal istilah ”keuntungan”, karena kegiatan
usaha koperasi tujuan utamanya bukan berorientasi mencari untung
(non profit oriented) melainkan berorientasi pada manfaat (benefit
oriented). Pada dasarnya koperasi dikelola dengan tujuan
mensejahterakan anggotanya dan masyarakat pada umumnya, bukan
mengejar keuntungan semata. Sekalipun koperasi tidak mengutamakan
keuntungan, akan tetapi usaha-usaha yang dikelola oleh koperasi harus
tetap memperoleh penghasilan yang layak demi menjaga
kelangsungan hidup dan meningkatkan kemampuan usaha bukan untuk
memupuk kekayaan. Sehingga pada akhir periode usahanya diharapkan
20
dan ditargetkan menghasilkan Sisa Hasil Usaha (SHU).
Keuntungan di dalam koperasi biasa disebut dengan istilah “Sisa
Hasil Usaha”. Berdasarkan UU No.25 Tahun 1992 Pasal 45 Ayat 1” Sisa
Hasil Usaha merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam
waktu satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan
kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang
bersangkutan”.
Sebagai badan usaha, pendapatan atau hasil usaha sangat
menentukan besar kecilnya SHU yang diperoleh koperasi. Dalam setiap
tahunnya SHU yang diperoleh koperasi disisihkan dan dibagi untuk
keperluan: Cadangan koperasi, Jasa anggota, Dana Pengurus, Dana
Pegawai, Dana Pendidikan, Dana Sosial dan Dana Pembangunan daerah
Kerja. Adapun cara dan besarnya penyisihan SHU ditetapkan dalam
Rapat Anggota Tahunan (RAT) masing-masing koperasi.
Mengingat kegunaan dan fungsi dari penyisihan SHU yang
begitu banyak, maka perolehan SHU bagi koperasi pada setiap
tahunnya menjadi sangat penting. Melalui SHU koperasi dapat
memupuk modal sendiri yaitu dengan dana cadangan yang disisihkan
setiap akhir periode tutup buku, sehingga akan memperkuat struktur
modalnya. Selain itu dana-dana yang disisihkan dari SHU, apabila
belum dicairkan atau digunakan maka akan diperlakukan sebagai
tambahan modal yaitu sebagai modal pinjaman tanpa dikenakan biaya
modal. Oleh sebab itu apabila koperasi dapat meningkatkan
21
perolehan SHU dalam setiap tahunnya dengan sendirinya akan
memperkuat struktur finansialnya.
Besarnya SHU yang diperoleh koperasi disetiap tahunnya juga
sebagai pertanda bahwa koperasi telah dikelola secara profesional.
Pengelolaan yang profesional memerlukan sistem pertanggung jawaban
yang baik serta informasi yang relevan dan dapat diandalkan. Hal itu
dapat dicapai apabila koperasi sebagai badan usaha yang bergerak di
bidang ekonomi melaksanakan akuntansi dalam kegiatan usahanya
seperti badan usaha lainnya.
Semakin besar SHU yang diperoleh koperasi akan
meningkatkan kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat pada
umumya. Dan untuk meningkatkan perolehan SHU sangat
tergantung dari besarnya modal yang berhasil dihimpun oleh koperasi
untuk menjalankan usahanya.
Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.
Modal sendiri dapat berasal dari: simpanan pokok, simpanan wajib, dana
cadangan dan hibah. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari :
anggota, koperasi lainnya dan atau anggotanya, bank dan lembaga
keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, serta
sumber lainnya yang sah (UU No. 25 tahun 1992 Pasal 41 ayat 1 & 2).
Dengan demikian permodalan koperasi tidak hanya mencakup modal
yang disetor oleh anggota, akan tetapi meliputi seluruh sumber
pembelanjaan koperasi yang dapat bersifat permanen maupun sementara.
22
Pihak-pihak yang mempunyai klaim terhadap sumber pembelanjaan
koperasi terdiri dari kreditur, anggota atau pemilik dan badan usaha
koperasi itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa koperasi mempunyai
eksistensi tersendiri yang terpisah dari anggota-anggotanya (Sitio dan
Tamba 2002: 125).
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) adalah koperasi yang
anggota-anggotanya terdiri dari para pegawai negeri Republik Indonesia
dalam suatu daerah kerja. KPRI merupakan salah satu jenis koperasi
yang membutuhkan modal yang cukup untuk menggerakkan dan
meningkatkan seluruh bidang usahanya.
Sebagian besar KPRI dalam mengelola usahanya lebih
mengutamakan menggunakan modal sendiri daripada modal
pinjaman. Hal ini dikarenakan KPRI belum memperhatikan struktur
modal yang sesuai, sedangkan struktur modal yang efektif
memungkinkan adanya kemudahan dalam pengumpulan modal
tambahan bila diperlukan.
Menurut Riyanto (2001:23) beranggapan bahwa pembelanjaan yang
sehat itu pertama-tama dibangun atas dasar modal sendiri, yaitu modal
yang tahan resiko. Maka aturan dalam struktur finansial menetapkan
bahwa besarnya modal asing dalam keadaan bagaimanapun juga tidak
boleh melebihi besarnya modal sendiri. Struktur finansial tersebut akan
memperlihatkan dengan jelas modal yang dimiliki oleh sebuah koperasi,
yaitu perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
23
Mengingat semakin pesat persaingan dalam pasar global, yang
pada akhirnya menuntut koperasi untuk ikut ambil bagian didalamya.
Oleh karena itu bukan tidak mungkin lambat laun kebutuhan para
anggota koperasi dan masyarakat pada umumnya semakin
meningkat. Untuk mengantisipasi hal tersebut koperasi perlu
memperbesar volume usaha yang pastinya akan membutuhkan
tambahan modal cukup besar. Dan kebutuhan akan tambahan modal
tersebut dapat dipenuhi dengan pinjaman dari pihak luar.
Ditinjau dari kepentingan modal sendiri atau pemilik
perusahaan, penambahan modal pinjaman hanya dibenarkan jika
penambahan tersebut mempunyai efek finansial yang menguntungkan
(Favorable finansial leverage) terhadap perolehan SHU. Penambahan
modal pinjaman dari luar hanya akan memberikan efek yamg
menguntungkan terhadap perolehan SHU apabila “rate of return”dari
tambahan modal (modal pinjaman) tersebut lebih besar daripada biaya
modalnya atau bunganya. Demikian pula sebaliknya , apabila tingkat
bunga lebih besar dari “rate of return”nya akan mempunyai efek yang
merugikan.
Pengumpulan modal yang berhasil dilakukan koperasi , baik
modal sendiri maupun modal pinjaman secara bersama-sama akan
digunakan untuk menggerakan kegiatan usaha. Kedua sumber
modal tersebut mendukung keberhasilan usaha koperasi dengan
posisinya masing-masing.
24
Return of Investment (ROI) adalah kemampuan dari seluruh modal
yang digunakan perusahaan baik modal sendiri maupun modal
pinjaman dalam menghasilkan laba. Untuk menentukan tinggi
rendahnya ROI dalam koperasi dapat diukur dari besarnya SHU yang
diperoleh. Misalkan rata-rata ROI yang diperoleh KPRI selama ini
adalah ± 10%. Dari besarnya ROI tersebut dapat dianalisa bahwa
dengan menggunakan modal sendiri dan modal pinjaman yang
dimilikinya, KPRI mendapatkan keuntungan sebesar 10% dari total
modalnya. Besarnya keuntungan tersebut tidak relevan dengan tingkat
suku bunga saat ini mencapai 22%. Hal ini dikarenakan dengan
keuntungan 10% KPRI harus menanggung beban bunga modal dari
modal pinjamannya sebesar 22%.
Apabila KPRI menggunakan modal pinjaman lebih besar dalam
menjalankan usahanya maka akan sangat merugikan. Sebab beban bunga
yang lebih besar dari keuntungan yang diperoleh akan memperkecil SHU,
sehingga pada akhirnya akan berdampak buruk pada kesehatan keuangan
koperasi.
Dari uraian hasil penelitian di atas dapat disimpulkan, terdapat
kesamaan. Hal tersebut dikarenakan KPRI yang dijadikan sampel
penelitian lebih dominan menggunakan modal sendiri daripada modal
pinjaman. Maka terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan, oleh
karena itu penelitian tentang pengaruh modal sendiri dan modal pinjaman
terhadap SHU di Surakarta perlu dilakukan.
25
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan,
maka peneliti mengambil judul penelitian tentang “ANALISIS
PENGARUH MODAL SENDIRI DAN MODAL PINJAMAN
TERHADAP PEROLEHAN BESARNYA SISA HASIL USAHA
(SHU) PADA KPRI KOTA SURAKARTA”.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh modal sendiri terhadap perolehan besarnya Sisa
Hasil Usaha (SHU) pada KPRI Kota Surakarta ?
2. Bagaimana pengaruh modal pinjaman terhadap perolehan besarnya Sisa
Hasil Usaha (SHU) pada KPRI Kota Surakarta ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh modal sendiri terhadap
perolehan besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI Kota
Surakarta.
2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh modal pinjaman terhadap
perolehan besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI Kota
Surakarta.
26
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
Bagi para akademisi hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi ataupun manfaat dalam pengembangan
perkoperasian terutama menyangkut masalah SHU.
2. Manfaat Praktis
1. Dapat menjadi sumbangan teoritis dalam pengembangan
perkoperasian terutama menyangkut masalah SHU.
2. Memberikan masukan bagi pengurus KPRI untuk mengetahui
pentingnya penetapan struktur finansial dan struktur modal yang efektif,
serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh modal sendiri dan modal
pinjaman terhadap SHU, sehingga pengurus akan dapat mengambil
keputusan yang tepat demi kemajuan KPRI.
27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Koperasi
Dilihat dari asal katanya, istilah koperasi berasal dari bahasa inggris
co-operation berarti ‘bekerja sama’. Co berarti ’bersama’ dan operation
berarti ’bekerja’ (Suwandi, 1985:10). Para warga koperasi di Indonesia
terutama angkatan lama masih menuliskan koperasi dengan kooperasi
yang diambil dari kata bahasa Inggris atau dari kata bahasa Belanda yang
bertuliskan cooperatie yang artinya sama dengan arti kata cooperation dari
bahasa inggris. Kata koperasi untuk pertama kalinya dikenal dalam
Undang-Undang Nomor 79 tahun 1958 yang mengubah kata kooperasi
menjadi koperasi. Jadi, apabila hanya dilihat dari asal katanya, koperasi
berarti ’bekerja bersama atau berusaha bersama-sama’. Tetapi dalam
ilmu ekonomi, koperasi mempunyai pengertian tersendiri.
Pada umumnya tiap peneliti, tiap negara, dan tiap peraturan
memberikan definisi koperasi secara sendiri. Oleh karena itu sulit untuk
memahami koperasi. Akan tetapi dari berbagai definisi itu ada
kesamaannya sehingga gambaran tentang adanya kesatuan diantara
perbedaa-perbedaan tersebut akhirnya diperoleh juga. Beberapa definisi
28
dari berbagai sumber dapat dikemukakan sebagai berikut (Sitio dan
Tamba, 2002:16) :
a. Dalam ILO recommendation nomor 127 pasal 12 (1) dirumuskan
Koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang yang berkumpul secara
sukarela untuk berusaha bersama mencapai tujuan bersama melalui
organisasi yang dikontrol secara demokratis, bersama-sama
berkontribusi sejumlah uang dalam membentuk modal yang diperlukan
untuk mencapai tujuan bersama tersebut dan bersedia bertanggung
jawab menanggung resiko dari kegiatan tersebut, turut menikmati
manfaat usaha bersama tersebut, sesuai kontribusi permodalan yang
diberikan orang-orang tersebut secara bersama-sama dan langsung
turut memanfaatkan organisasi tadi.
b. Definisi menurut Chaniago
Koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang
atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk
masuk dan keluar, dengan bekerja sama secara kekeluargaan
menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para
anggotanya.
c. Definisi menurut International Cooperative Alliance (ICA)
Koperasi adalah perkumpulan dari orang-orang yang bersatu secara
sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi
ekonomi, sosial dan budaya bersama, melalui perusahaan yang mereka
miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis.
29
d. Definisi menurut Hatta
Koperasi adalah usaha bersama yang didirikan sebagai persekutuan
kaum yang lemah untuk membela keperluan hidupnya. Mencapai
keperluan hidupnya dengan ongkos yang semurah-murahnya, itulah
yang dituju. Pada koperasi didahulukan keperluan bersama, bukan
keuntungan.
e. Definisi menurut Soeriaatmadja
Koperasi adalah suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar
persamaan derajat sebagai manusia, dengan tidak memandang halauan
agama dan politik secara sukarela masuk untuk sekedar memenuhi
kebutuhan bersama yang bersifat kebendaaan atas tanggungan
bersama.
f. Undang-undang No.12 Tahun 1967 Tentang Pokok-pokok
Perkoperasian (Panji, 1998:4)
Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak
sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi
yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan.
g. Undang-undang No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian
Koperasi Indonesia adalah suatu badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan segala
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
30
Berdasarkan beberapa pengertian diatas bisa ditarik suatu kesimpulan,
koperasi sebagai suatu gerakan ekonomi rakyat, beranggotakan orang-
perorangan atau badan-badan hukum koperasi yang mempunyai landasan
serta menggunakan asas kekeluargaan.
2. Landasan Koperasi Indonesia
Adapun landasan-landasan Koperasi di Indonesia adalah sebagai
berikut :
a. Landasan idiil koperasi Indonesia adalah Pancasila. Hal ini tidak dapat
lain dari itu, karena landasan idiil Negara Republik Indonesia adalah
Pancasila. Pancasila adalah falsafat Negara Republik Indonesia dan
sudah menjadi pedoman hidup seluruh rakyat Indonesia. Kelima sila
Pancasila kita harus pula merupakan dasar-dasar di dalam kehidupan
koperasi Indonesia. Sila-sila yang tercantum di dalam Pancasila kita itu
harus pula menjadi falsafah hidup dan aspirasi anggota-anggota
koperasi Indonesia. Pancasila harus dihayati dan diamalkan oleh
anggota-anggota Koperasi Indonesia.
b. Landasan struktural koperasi Indonesia adalah UUD 1945. Hal ini
seperti juga halnya Pancasila tidak dapat lain dari itu, karena landasan
struktural Negara Republik Indonesia adalah UUD 1945. Rakyat
Indonesia telah bertekad bulat untuk melaksanakan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen. Gerak langkah Koperasi Indonesia harus sesuai
dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
31
c. Landasan operasional koperasi Indonesia adalah :
1. UUD 1945 pasal 33 serta penjelasannya
2. Ketetapan MPR nomor II/ MPR/ 1983 tentang GBHN
3. UU Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Koperasi
4. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi
Jadi Koperasi Indonesia seharusnya tidak akan mengalami
hambatan, apalagi tantangan dari pihak siapa atau manapun. Bahkan
pemerintah berkewajiban untuk memberikan bimbingan, penyuluhan,
pengawasan, dan perlindungan kepada koperasi Indonesia, agar
koperasi Indonesia mampu menjamin kemajuan dan kesejahteraan
bersama. Seperti juga anjuran Presiden Soeharto, “ Koperasi harus
menjadi sokoguru ekonomi nasional kita yang menjamin kemajuan dan
kemakmuran bersama”. Pemerintah dan rakyat Indonesia harus
berusaha agar Koperasi Indonesia benar-benar mampu melaksanakan
pasal 33 UUD 1945. Koperasi Indonesia harus dibuat mampu turut
mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
d. Koperasi Indonesia harus diberi landasan mental. Anggota-anggota
Koperasi Indonesia, terutama pengurus-pengurusnya harus diusahakan
agar memiliki kesadaran berkoperasi dan harga diri yang tinggi.
Anggota-anggota Koperasi Indonesia harus memiliki kepercayaan
akan kemampuan yang ada pada mereka sendiri. Landasan mental ini
diperlukan oleh koperasi untuk menghadapi segala rintangan dan
32
hambatan. Landasan mental ini mutlak harus ada bagi koperasi untuk
meningkatkan taraf hidup dan kemakmuran bersama.
3. Tujuan, Fungsi, Peran, dan Prinsip Koperasi Indonesia
a. Tujuan Koperasi
Tujuan koperasi dapat dilihat dalam Bab II pasal 3 Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992. Menurut pasal tersebut, Koperasi Indonesia
bertujuan sebagai berikut :
“Koperasi Indonesia bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,
adil, makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang 1945”.
Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa koperasi
Indonesia bertujuan untuk :
a. Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya
b. Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat, dan
c. Ikut serta membangun tatanan perekonomian nasional.
Dari pasal tiga tersebut, jelas bahwa tujuan dari koperasi adalah untuk
memajukan kesejahteraan anggota, setelah itu baru masyarakat. Karena
anggota koperasi juga merupakan anggota masyarakat, berarti peningkatan
taraf hidup anggota juga berarti peningkatan taraf hidup masyarakat yang
bertahap (Firdaus, 2002:43).
33
b. Fungsi dan Peran Koperasi
Koperasi sebagai suatu lembaga ekonomi rakyat selalu berupaya untuk
memacu kesejahteraan sosial masyarakat. Koperasi sebagai sebuah
lembaga tentu memiliki beberapa fungsi dan peranan. Fungsi dan peranan
koperasi adalah :
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan
ekonomi anggota pada khususnya masyarakat pada umumnya
untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.
2. Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas manusia
dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian nasional sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko
gurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama atas dasar kekeluargaan
dan demokrasi ekonomi.
Fungsi dan peranan koperasi yang disebutkan diatas ditetapkan
berdasarkan atas kepentingan dan tujuan ekonomi anggotanya, karena
koperasi didirikan dalam rangka menunjang peningkatan kondisi ekonomi
rumah tangga anggotanya.
c. Prinsip-Prinsip Koperasi
ICA (1999) merumuskan prinsip-prinsip koperasi adalah :
34
Pertama : Koperasi adalah perkumpulan sukarela, terbuka bagi
semua orang yang mampu menggunakan jasa-jasa
perkumpulan dan bersedia menerima tanggung jawab
keanggotaan tanpa diskriminasi gender, sosial, rasial,
politik, dan agama.
Kedua : Koperasi adalah perkumpulan demokratis, dikendalikan
oleh para anggotanya yang secara aktif berpartisipasi
dalam penetapan kebijakan-kebijakan perkumpulan dan
mengambil keputusan-keputusan.
Ketiga : Anggota koperasi menyumbang secara adil dan
mengendalikan secara demokratis, modal dari koperasi
mereka.
Keempat : Koperasi bersifat otonom, merupakan perkumpulan yang
menolong diri sendiri dan dikendalikan oleh anggota-
anggotanya.
Kelima : Koperasi menyelenggarakan pendidikan bagi
anggotanya, para wakil yang dipilih, manajer dan
karyawan, agar mereka dapat memberikan sumbangan
yang efektif bagi perkembangan koperasi.
Keenam : Koperasi dapat memberikan pelayanan efektif kepada para
anggotanya dan memperkuat gerakan koperasi dengan
cara kerjasama melalui struktur local, nasional, regional,
dan internasional.
35
4. Ciri - Ciri Koperasi Indonesia :
Koperasi Indonesia memiliki ciri - ciri sebagai berikut :
a. Koperasi bekerja sama berdasarkan persamaan derajat, hak dan
kewajiban (wadah demokrasi ekonomi dan sosial).
b. Koperasi merupakan kumpulan orang - orang, pengaruh modal dan
penggunaan modal tak boleh mengurangi makna koperasi sebagai
kumpulan orang-orang.
c. Karena dasar ekonomi maka harus dijamin bahwa koperasi milik
anggota dan diurus sesuai dengan keinginan anggota.
d. Kegiatan koperasi harus berdasarkan kesadaran tidak boleh ada
ancaman dan pengaturan dari luar.
5. Struktur Finanansial Dan Struktur Modal
5. 1. Struktur Finansial
Menurut Riyanto (2001:23) Struktur Finansiil mencerminkan cara
bagaimana aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai, dengan demikian struktur
finansiil mencerminkan pula perimbangan baik dalam artian absolut
maupun relatif antara keseluruhan modal asing (baik jangka pendek
maupun jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri.
Pedoman atau aturan struktur finansiil menurut Riyanto (2001:23)
terdiri dari :
1. Aturan struktur finansiil konservatif yang vertikal, yaitu memberikan
batas imbangan yang harus dipertimbangkan oleh suatu perusahaan
mengenai besarnya modal asing dengan modal sendiri, di mana dalam
36
keadaan bagaimanapun besarnya modal asing tidak boleh melebihi
besarnya modal sendiri.
2. Aturan struktur finansiil konservatif yang horizontal, yaitu memberikan
batas imbangan antara besarnya modal sendiri dengan besarnya aktiva
plus persediaan bersih dilain pihak.
5. 2. Struktur Modal
Menurut Riyanto (2001:22) struktur modal adalah pembelanjaan
permanen dimana mencerminkan perimbangan antara utang jangka
panjang dengan modal sendiri.
Struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor
antara lain :
1. Tingkat bunga
2. Stabilitas dari “Earning”
3. Susunan dari aktiva
4. Kadar resiko dari aktiva
5. Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan
6. Keadaan pasar modal
7. Sifat manajemen
8. Besarnya suatu perusahaan
6. Modal
6. 1 Deskriptif Modal
Menurut Ign. Sukamdiyo (1997:82) modal sangat diperlukan dalam
melakukan kegiatan usaha, sehingga tercapai hasil yang diinginkan. Tanpa
37
adanya modal aktivitas usaha tidak dapat dijalankan. Biasanya semakin
luas jangkauan usaha dan semakin banyak bidang yang ditangani maka
dibutuhkan modal yang besar pula.
Dalam arti sempit modal adalah sejumlah dana atau sejumlah nilai
uang yang dipergunakan dalam membelanjai semua keperluan usaha.
Sedangkan dalam arti luas modal adalah semua peralatan yang berupa
uang atau barang yang diprelukan untuk menjalanka usaha lebih lanjut
(U.Purwanto 1986:28).
Menurut Hendrojogi (1997:180-181) modal adalah salah satu faktor
produksi yang merupakan sarana untuk melaksanakan usaha-usaha, namun
modal dapat juga diartikan sebagai hasil produksi yang digunakan untuk
produksi lebih lanjut.
Menurut Wasis (1998:16) modal adalah jumlah harta baik berwujud
maupun tidak berwujud yang dapat dinilai dengan uang yang digunakan
untuk menjalankan suatu usaha.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa modal yaitu berupa uang
maupun harta - harta lainya yang dapat dinilai dengan uang dan digunakan
untuk menjalankan suatu usaha atau proses produksi.
1. Sumber Modal
Sumber modal adalah bagaimana mencari dan dari mana perusahaaan
memperoleh dana yang dibutuhkan untuk membelanjai usahanya guna
mencapai tujuan perusahaan itu. Adapun sumber modal menurut asalnya
dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
38
1). Sumber Internal (Internal Sources)
Sumber internal merupakan usaha yang dilakukan dengan efisien
agar pemenuhan kebutuhan dana guna membiayai operasi perusahaan
dapat dipenuhi dari dalam perusahaan sendiri (Sukamdiyo 1997:75).
Sumber modal intern dapat berwujud :
a. Laba yang tidak dibagi
b. Cadangan-cadangan yang disisihkan guna perluasan usaha
c. Penyusutan yang belum dipergunakan untuk membeli harta baru
pengganti yang disusut itu (Wasis 1998:31).
2). Sumber Eksternal (Eksternal Sources)
Sumber eksternal merupakan usaha pemenuhan kebutuhan dana
yang berasal dari luar perusahaan. Sumber-sumber ekstern ini dapat
berupa modal pinjaman (modal asing) baik yang berupa uang, bahan
maupun lainnya. Modal pinjaman ini dapat berupa hutang jangka
pendek maupun hutang jangka panjang.
2. Tujuan Pembentukan Modal
Menurut Widiyanti (1998:136) tujuan pembentukan modal koperasi
tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan anggotanya. Sedangkan
menurut Riyanto (2001:3) bagi perusahaan pembentukan modal atau dana
adalah agar perusahaan tersebut dapat menjalankan usahanya.
6. 2. Kegunaan Modal
Modal dalam koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk
kesejahteraan anggota dan bukan sekedar mencari keuntungan. Modal
39
sendiri dapat dipergunakan antara lain untuk mempertahankan likuiditas,
memberikan kredit khusus, pembelian gedung-gedung kantor, menutup
kerugian yang diderita koperasi, dan menimbulkan kepercayaan bagi para
pemberi kredit. Sedangkan modal pinjaman dapat dipergunakan untuk
menambah modal apabila koperasi tidak cukup memiliki modal sendiri,
dan penggunaan dana-dana kreditur. Agar koperasi dapat mempergunakan
modal baik itu modal sendiri dan modal pinjaman dengan sebaik -
baiknya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang. Biasanya
perencanaan dilakukan oleh pengurus koperasi.
6. 3. Peranan Modal
Pada hakikatnya modal merupakan nominal yang harus selalu ada
untuk menopang kegiatan usaha perusahaan atau badan usaha. Begitu juga
dengan koperasi, dalam menjalankan usahanya koperasi memerlukan
modal baik modal sendiri maupun modal pinjaman. Modal sangat
menentukan berjalan tidaknya usaha atau kegiatan koperasi. Menurut
Komarudin (1997:6) menjelaskan bahwa peranan modal bagi perusahaan
atau koperasi antara lain :
a. Menopang kegiatan produksi dan penjualan atau sebagai jembatan saat
pengeluaran pembelian persediaan dengan penjualan dan penerimaan
kembali hasil pembayaran.
b. Menutup dana operasional atau pengeluaran tetap dan dana yang tidak
berhubungan secara langsung dengan produksi dan penjualan.
40
6. 4. Jenis Modal
6. 4.1. Modal Sendiri
Menurut Riyanto (2001:21) modal sendiri adalah modal yang berasal
dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari pengambil
bagian, peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta, dll). Pada
dasarnya modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan
dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tentu
lamanya (Riyanto 2001:240).
Modal sendiri dalam koperasi bersumber dari :
a). Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah simpanan yang sudah ditentukan jumlahnya
dan sama besarnya bagi setiap anggota, serta diwajibkan kepada anggota
untuk menyerahkan kepada koperasi pada waktu masuk menjadi anggota.
b). Simpanan Wajib
Simpanan wajib adalah simpanan yang sudah ditentukan jumlahnya
dan wajib disimpan oleh setiap anggota pada waktu tertentu. Simpanan
wajib hanya boleh diambil kembali dengan cara yang telah ditentukan
dalam anggaran dasar, supaya modal koperasi tidak goyah.
c). Dana Cadangan
Dana cadangan merupakan bagian dari penyisihan SHU yang tidak
dibagikan kepada anggotanya yang dimaksudkan untuk memupuk modal
sendiri serta dapat untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
41
d). Hibah
Hibah adalah modal yang diterima oleh koperasi secara cuma - cuma
dari pihak lain dan menjadi modal sendiri (Sukamdiyo 1997:77).
Bagi koperasi modal sendiri merupakan sumber permodalan yang
utama, hal tersebut karena alasan :
1. Alasan Kepemilikan
Modal yang berasal dari anggota merupakan salah satu wujud
kepemilikan anggota terhadap koperasi beserta usahanya. Anggota yang
memodali usahanya sendiri akan merasa lebih bertanggung jawab terhadap
keberhasilan usaha tersebut.
2. Alasan Ekonomi
Modal yang berasal dari anggota akan dapat dikembangkan secara
lebih efisien dan murah karena tidak diperkenankan persyaratan bunga.
3. Alasan Resiko
Modal sendiri atau anggota juga mengandung resiko yang lebih kecil
dibandingkan dengan modal dari luar, khususnya pada saaat usaha tidak
berjalan dengan lancar. (Widiyanti 1998:136-137).
6. 4.2. Modal Pinjaman
Untuk mengembangkan usaha, koperasi dapat mempergunakan modal
pinjaman dengan memperhatikan kelayakan atau kelangsungan usahanya.
Modal pinjaman adalah sejumlah uang atau barang dengan nilai tertentu
yang diperoleh dari luar koperasi atas dasar perjanjian hutang antara
koperasi dan pihak yang bersangkutan. Pinjaman atau kredit ini digunakan
42
sebagai tambahan modal bagi usaha koperasi, dengan catatan bahwa
pinjaman harus dikembalikan dan atau diangsur disertai bunga.
Menurut UU No. 25 tahun 1992 modal pinjaman koperasi terdiri dari :
a.) Anggota Koperasi
Modal pinjaman dari anggota adalah pinjaman yang diperoleh dari
anggota koperasi yang bersangkutan, termasuk calon anggota yang
memenuhi syarat.
b.) Koperasi dan Anggota Koperasi Lainnya
Modal pinjaman dari koperasi lain dan atau anggotanya adalah
pinjaman yang diperoleh dari koperasi lain atau anggotanya yang didasari
dengan perjanjian kerja sama antar koperasi.
c.) Bank dan Lembaga Keuangan Lainya
Modal pinjaman ini diperoleh dari bank atau lembaga keuangan lainya,
dilakukan berdasarkan ketentuan perundang - undangan yang berlaku.
d.) Penerbitan Obligasi dan Surat Hutang Lainya
Modal pinjaman ini diperoleh dari penerbitan obligasi atau surat utang
lainya, dilakukan berdasarkan perundang - undangan yang berlaku.
e.) Sumber Lain Yang Sah
Modal pinjaman ini diperoleh dari bukan anggota yang dilakukan tidak
melalui penawaran secara umum.
Apabila koperasi mengalami kerugian, maka yang menaggung
kerugian itu adalah modal sendiri. Sehingga meskipun koperasi menderita
kerugian pemilik modal pinjaman ini tetap berhak untuk mendapatkan
43
modalnya sesuai dengan perjanjian. Mengenai modal pinjaman dijelaskan
dalam UU No. 25 tahun 1992 pasal 41 ayat 3 menyebutkan “dalam
mengembangkan usaha, koperasi dapat mempergunakan modal pinjaman
dengan memperhatikan kelayakan dan kelangsungan usahanya sebagai
berikut :
a. Modal pinjaman diperoleh dari anggota, termasuk calon anggota yang
memenuhi syarat.
b. Modal yang diperoleh dari koperasi lainnya, didasari dengan perjanjian
kerjasama antar koperasi.
c. Modal pinjaman yang diperoleh dari bank dan lembaga keuangan,
berdasarkan ketentuan perundanngan yang berlaku.
d. Modal pinjaman diperoleh dari penerbitan obligasi dan surat hutang
lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan perundangan yang berlaku.
e. Modal pinjaman yang diperoleh dari sumber lain yang sah adalah
pinjaman dari bukan anggota yang dilakukan tidak melalui penawaran
secara umum.
Dalam pengambilan modal pinjaman harus mempertimbangkan faktor-
faktor tertentu. Pertimbangan ini harus memikirkan dengan matang resiko-
resiko yang dapat menghancurkan koperasi. Faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam mengambil pinjaman adalah:
a. Tingkat rentabilitas harus lebih tinggi dari tingkat suku bunga.
44
b. Pinjaman harus sesuai dengan kebutuhan. Dalam melakukan harus
dipertimbangkan kebutuhan-kebutuhan yang ada pada koperasi
tersebut.
c. Pentingnya adanya prediksi penjualan, agar tidak terjadi kesalahan yang
menimbulkan kerugian.
d. Hindarkan pinjaman yang penuh resiko. Untuk usaha yang penuh resiko
sebaiknya tidak menggunakan modal pinjaman, karena jika terjadi
kerugian maka yang menanggung resiko adalah modal sendiri dari
pemilik atau anggota koperasi.
e. Hindarkan pinjaman dengan bunga yang tinggi.
f. Usaha yang dijalankan harus stabil dimana sudah mempunyai langganan
atau nasabah yang telah mempunyai hubungan tetap dengan koperasi.
g. Kemampuan menyusun rencana pembayaran bunga atau cicilan setiap
menggunakan pinjaman atau modal luar.
7. Sisa Hasil Usaha (SHU)
Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh
dalam waktu satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan
kewajiban lainya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan
(UU No. 25 Tahun 1992 Pasal 1 & 2).
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.27)
menyebutkan bahwa, Perhitungan Hasil Usaha (PHU) adalah
Perhitungan Hasil usaha yang menyajikan informasi mengenai
pendapatan dan beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama
45
periode tertentu. Perhitungan Hasil Usaha menyajikan hasil akhir
yang disebut sisa hasil usaha. Sisa hasil usaha yang diperoleh
mencakup hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor
dengan non anggota. Istilah perhitungan hasil usaha digunakan untuk
mengingat manfaat dari usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari
sisa hasil usaha atau laba tetapi lebih ditentukan pada manfaat bagi
anggota.
Usaha koperasi yang utama diarahkan pada bidang usaha yang
berkaitan langsung dengan kepentingan anggota baik untuk menunjang
usaha maupun kesejahteraan anggotanya. Berkaitan dengan hal tersebut,
maka pengelolaan usaha koperasi harus dilakukan dengan produktif,
efektif, dan efisien. Dalam arti koperasi harus mempunyai kemampuan
mewujudkan pelayanan usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah dan
manfaat yang sebesar-besarnya terhadap anggota dan masyarakat pada
umumnya dengan tetap mempertimbangkan untuk memperoleh SHU yang
wajar.
Pada dasarnya SHU yang diperoleh koperasi di setiap tahunya akan
dibagi sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar
atau Anggaran Rumah Tangga koperasi yang bersangkutan. Acuan dasar
untuk membagi SHU adalah prinsip-prinsip dasar koperasi yang
menyebutkan bahwa, pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding
dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
46
Secara umum SHU koperasi dibagi untuk :
a . Cadangan Koperasi
Cadangan koperasi merupakan bagian dari penyisihan SHU yang tidak
dibagi dan dapat digunakan untuk memupuk modal sendiri serta untuk
menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
b. Jasa Anggota
Anggota di dalam koperasi memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai
pemilik (owner) dan sekaligus sebagi pelanggan (customer). Dengan
demikian, SHU yang diberikan kepada anggotanya berdasar atas 2 (dua)
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri, yaitu :
1. SHU atas jasa modal, adalah SHU yang diterima oleh anggota karena
jasa atas penanaman modalnya (simpanan) di dalam koperasi.
2. SHU atas jasa usaha, adalah SHU yang diterima oleh anggota karena
jasa atas transaksi yang dilakukan sebagai pelanggan di dalam
koperasi.
c. Dana Pengurus
Dana pengurus adalah SHU yang disisihkan untuk pengurus atas balas
jasanya dalam mengelola organisasi dan usaha koperasi.
d. Dana Pegawai atau Karyawan
Dana pegawai atau karyawan adalah penyisihan SHU yang digunakan
untuk membayar gaji pegawai yang bekerja dalam koperasi.
47
e. Dana Pendidikan
Dana pendidikan adalah penyisihan SHU yang digunakan untuk
membiayai pendidikan pengurus, pengelola, dan pegawai koperasi sebagai
upaya meningkatakan kemampuan dan keahlian Sumber Daya Manusia
dalam mengelola koperasi.
f. Dana Sosial
Dana sosial adalah penyisihan SHU yang dipergunakan untuk
membantu anggota dan masyarakat sekitar yang tertimpa musibah.
g. Dana Pembangunan Daerah Kerja
Dana Pembangunan Daerah Kerja adalah penyisishan SHU yang
dipergunakan untuk mengembangkan daerah kerjanya.
Agar tercermin azas keadilan, demokrasi, transparansi, dan sesuai
dengan prinsip-prinsip koperasi, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip
pembagian SHU sebagai berikut :
1). SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota.
Pada hakikatnya SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang
bersumber dari anggota sendiri, sedangkan SHU yang bukan berasal dari
anggota dijadikan sebagai cadangan koperasi. Oleh sebab itu, langkah
pertama dalam pembahgian SHU adalah memilahkan antara SHU yang
bersumber dari hasil transaksi anggota dan SHU yang bersumber dari
nonanggota.
2). SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang
dilakukan anggota sendiri.
48
SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif
dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang
dilakukannya dengan koperasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan proporsi
SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang dibagi kepada
anggota.
3). Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan.
Proses perhitungan SHU per anggota dan jumlah SHU yang dibagi
kepada anggota harus diumumkan secara transparan, sehingga setiap
anggota dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa
partisipasinya kepada koperasinya. Prinsip ini pada dasarnya juga
merupakan salah satu proses pendidikan bagi anggota koperasi dalam
membangun suatu kebersamaan, kepemilikkan terhadap suatu badan
usaha, pendidikan dalam proses demokrasi.
4). SHU anggota dibayar secara tunai.
SHU per anggota harus diberikan secara tunai, karena dengan
demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat
kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya. (Sitio dan Tamba 2002:
91-92).
B. PENELITIAN TERDAHULU
1. Eka Novi Andriani pada tahun 2009, dalam skripsinya yang berjudul:
“Pengaruh Modal Sendiri dan Modal Pinjaman Terhadap Tingkat
Rentabilitas Pada Koperasi Serba Usaha di Kabupaten Blora”. Hasil
49
penelitian menunjukkan bahwa modal sendiri dan modal pinjaman
berpengaruh terhadap rentabilitas secara simultan. Secara parsial
modal sendiri (X1) dan modal pinjaman (X2) berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap rentabilitas. Kesimpulan dalam penelitian ini
adalah secara simultan modal sendiri dan modal pinjaman
mempengaruhi rentabilitas. Secara parsial modal sendiri dan modal
pinjaman berpengaruh negatif terhadap rentabilitas, karena kurangnya
perencanaan dalam memprediksi penjualan, kesalahan perhitungan
persediaan dan tidak mengelola modal dengan baik dan banyak dana
yang menganggur di kas yang tidak menghasilkan pendapatan. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi.
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan model
regresi linear berganda.
2. Novi Hasti Anggraini pada tahun 2009, dalam skripsinya yang berjudul:
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha
Koperasi Pegawai Negeri Di Kota Surakarta Tahun 2007”. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel jumlah
anggota, jumlah modal sendiri dan jumlah modal luar mempengaruhi
jumlah Sisa Hasil Usaha koperasi pegawai negeri di kota Surakarta.
Sehubungan dengan masalah tersebut diajukan tiga hipotesis, pertama,
diduga jumlah anggota berpengaruh positif dan signifikan terhadap
besarnya SHU koperasi, kedua, diduga modal sendiri berpengaruh
positif dan signifikan terhadap besarnya SHU koperasi, ketiga diduga
50
modal luar berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya SHU
koperasi Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Data berupa
data sekunder yang didapat dari pusat koperasi pegawai negeri.
Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Peneliti menggunakan bantuan program Eviews dalam proses
pengolahan data.
3. Atmadji, penelitian ini berjudul “Faktor–Faktor Yang Menentukan
Besarnya Sisa Hasil Usaha Koperasi Dari Aspek Keuangan Dan Non-
Keuangan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara sisa hasil usaha dengan variabel-variabel keuangan dan non-
keuangan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakkan analisis deskriptif kualitatif, yaitu untuk mengetahui
perkembangan koperasi dari aspek keuangan dan non- keuangan
melalui deskripsi secara grafis dan naratif dan analisis regresi linear
berganda.
4. Khasan Setiaji, penelitian ini berjudul: “Pengaruh Partisipasi Anggota
Dan Lingkungan Usaha Terhadap Keberhasilan Koperasi Pegawai
Republik Indonesia (KPRI) Kapas Kecamatan Susukan Kabupaten
Banjarnegara”. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan
populasinya yaitu seluruh anggota KPRI Kapas Kecamatan Susukan
Kabupaten Banjarnegara. Adapun variabel yang digunakan yaitu
variabel bebasnya adalah partisipasi anggota dan lingkungan usaha,
sedangkan variabel terikatnya adalah keberhasilan koperasi.
51
Pengumpulan data dilakukan dengan metode angket, dokumentasi dan
wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis
regresi berganda. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh
signifikan antara partisipasi anggota terhadap keberhasilan KPRI
Kapas dan ada pengaruh signifikan antara lingkungan usaha terhadap
keberhasilan KPRI Kapas serta ada pengaruh signifikan antara
partisipasi anggota dan lingkungan usaha terhadap keberhasilan KPRI
Kapas Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara.
5. Retno Septiasih, penelitian ini berjudul: “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Pegawai Republik
Indonesia Di Kabupaten Rembang”. Dalam penelitian ini terdapat
pengaruh yang signifikan antara modal sendiri, modal asing dan
volume usaha terhadap sisa hasil usaha secara parsial. Peningkatan
SHU koperasi sangat tergantung dari kegiatan yang dijalankan,
sehingga aspek volume usaha sangat menentukan pendapatannya,
maka dari itu permodalan koperasi harus tercukupi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis adakah
pengaruh modal sendiri, modal asing, dan volume usaha terhadap SHU
serta variabel manakah secara parisal dan secara simultan. Variabel
penelitiannya yaitu modal sendiri, modal asing, dan volume usaha
sebagai variabel bebas dan sisa hasil usaha sebagai veriabel terikat.
Metode pengumpulan data yaitu dengan metode dokumentasi. Metode
analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis
52
inferensial yang didalamnya tercakup analisis regresi linear berganda
dan uji asumsi klasik. Kesimpulan dalam penelitian adalah variabel
modal sendiri, modal asing, dan volume usaha secara serempak
mempengaruhi SHU pada KPRI di Kabupaten Rembang. Secara
parsial, variabel volume usaha lebih dominan mempengaruhi SHU.
Penggunaan modal asing yang lebih besar dari modal sendiri akan
menurunkan laba usaha koperasi.
C. KERANGKA PEMIKIRAN
Sebagai badan usaha yang bergerak di bidang kegiatan ekonomi,
koperasi sangat memerlukan modal sebagai pembiayaan dari usahanya
tersebut. Besar kecilnya modal yang ada pada koperasi menentukan pula
besar kecilnya lapangan usaha yang dijalankan koperasi tersebut. Sehingga
dengan demikian faktor modal dalam usaha koperasi merupakan salah satu
alat yang ikut menentukan maju mundurnya koperasi. Tanpa adanya
modalnya ini, sesuatu yang bersifat ekonomis tidak akan berjalan
sebagaimana mestinya.
Perilaku masyarakat dalam menghadapi usaha koperasi saat ini ada
banyak macamnya. Ada yang cenderung memanfaatkan koperasi sebagai
suatu lembaga kredit, lalu sebagai pemenuh kebutuhan anggota akan
barang-barang konsumsi, dan ada pula yang memanfaatkan sebagai tempat
penyimpanan dana.
53
Koperasi sendiri mempunyai dua tujuan dalam usahanya, yaitu
meningkatkan kondisi sosial ekonomi anggotanya dan mengumpulkan
keuntungan yang nantinya akan dikembalikan ke anggotanya.
Jumlah modal sendiri yang tinggi menentukan jumlah SHU yang akan
diperoleh koperasi semakin tinggi pula. Karena dana yang bisa digunakan
sebagai modal koperasi juga semakin banyak dan bisa dimanfaatkan
dengan lebih optimal.
Modal yang di dapat dari pinjaman atau luar koperasi hendaknya terus
ditingkatkan, karena dana yang tersedia dapat menjadi tambahan untuk
modal koperasi dalam usahanya.
Dapat disimpulakan besarnya SHU koperasi tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu modal sendiri dan modal pinjaman atau luar.
Maka secara sistematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
MODAL SENDIRI
MODAL PINJAMAN
SHU
54
Keterangan :
1. Variabel Independen
- Modal Sendiri (rupiah)
- Modal Pinjaman (rupiah)
2. Variabel Dependen
- Sisa Hasil Usaha (rupiah)
D. HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini merupakan pernyataan
singkat yang disimpulkan dari tujuan penelitian, landasan teori dan
merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang dibahas. Suatu
hipotesis akan diterima jika hasil analisis data empiris membuktikan
bahwa hipotesis tersebut adalah benar, begitu pula sebaliknya.
Dari permasalahan yang diangkat di atas, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
1. Diduga ada pengaruh modal sendiri terhadap Sisa Hasil Usaha
(SHU) pada KPRI Kota Surakarta.
2. Diduga ada pengaruh modal pinjaman terhadap Sisa Hasil Usaha
(SHU) pada KPRI Kota Surakarta.
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini mengambil ruang lingkup Koperasi-koperasi Pegawai
Republik Indonesia di Kota Surakarta, Propinsi Jawa Tengah dengan
pertimbangan masih dalam jangkauan peneliti. Penelitian dilakukan
dengan mencari data sekunder tahun 2008 tentang Koperasi Pegawai
Republik Indonesia yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
B. JENIS DAN SUMBER DATA
Data yang diperoleh dari buku, arsip yang berhubungan dengan SHU,
modal sendiri dan modal pinjaman. Selain itu, data sekunder ini juga
diperoleh dari instansi pemerintah seperti Pusat Koperasi Pegawai
Republik Indonesia, Biro Pusat Statistik dan kajian pustaka yang berkaitan
erat dengan penelitian ini.
C. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL DAN UKURAN SAMPEL
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik
simple random sampling atau pengambilan sampel secara acak sederhana.
Pengambilan sampel secara acak adalah suatu metode pemilihan ukuran
sampel dari suatu populasi dimana setiap anggota populasi mempunyai
56
peluang yang sama dan semua kemungkinan penggabungannya yang
diseleksi sebagai sampel mempunyai peluang yang sama (Weirsma dalam
Sevilla, 1993:163). Pemilihan pengambilan sampel dengan teknik simple
random sampling harus diketahui terlebih dahulu jumlah populasinya.
Menurut Gay dalam Sevilla (1993:163) terdapat ukuran minimum
untuk sampel yang akan diambil. Adapun beberapa ukuran minimum yang
dalam beberapa penelitian berdasarkan tipenya yaitu, penelitian deskriptif
menggunakan 10 persen atau 20 persen dari ukuran populasinya, untuk
peneltian korelasi menggunakan 30 subjek , penelitian kausal komparatif
(ex post facto) memakai 15 subjek per kelompok dan penelitian
eksperimen sebanyak 15 subjek per kelompok.
Populasi atau Universe adalah jumlah dan keseluruhan objek yang
karakteristiknya hendak digunakan (Djarwanto, 1994:107). Berdasarkan
data yang ada di Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia tahun 2008
jumlah Koperasi Pegawai Republik Indonesia adalah 75 Koperasi. Namun
peneliti mengambil jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 70
Koperasi Pegawai Republik Indonesia.
Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh 70 KPRI yang menjadi sampel
dalam penelitian ini. Adapun daftar nama KPRI yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
57
Tabel 3.1 Daftar KPRI Kota Surakarta
NO. NAMA KPRI
1. SETIA
2. PUJT
3. RRI
4. KOPEGTEL
5. HIDUP
6. KOSPENI
7. SMEA NEGERI 1
8. PERKES
9. BINA SEJAHTERA
10. SMP NEGERI 8
11. KEJAKSAAN
12. IKHLAS
13. PRASIDA DARMA
14. SMEA NEGERI 2
15. KONSERVATORI
16. RASA TUNGGAL
17. PASU
18. SMA NEGERI 5
19. SEJAHTERA P&K
20. TUGU LILIN
58
21. SMA NEGERI 4
22. STM NEGERI 1
23. SEMBODO
24. SMPS
25. MAKARTI
26. MAKARYA
27. SMP NEGERI 2
28. SMP NEGERI 13
29. SMP NEGERI 1
30. UNS
31. SUBUR
32. MUARA
33. TRISULA
34. SEKATA
35. GURU
36. GOTONG ROYONG
37. ASIH
38. SMP NEGERI 5
39. UTAMI
40. RSU MOEWARDI
41. SEJAHTERA PEGADAIAN
42. MULYA MAKMUR
59
43. K3S
44. SEJAHTERA ST 6
45. ISI/STSI
46. SMP NEGERI 15
47. SETIA KAWAN
48. KOKAR MONAS
49. KOPERDAG
50. KOPERSOS
51. PRIMKOKAR
52. HASRAD
53. SIDO MAKMUR
54. DLLAJR
55. BAKTI SEJAHTERA
56. BALAI BAPAS
57. SUTERA
58. PERINDUSTRIAN
59. UNISRI
60. JADI MAKMUR
61. SMA NEGERI 7
62. BAKTI CANDRASA
63. MEKAR SEJATI
64. AMANAH
60
65. FAJAR
66. KARYA SENI
67. KELUARGA DINAS DIKPORA
68. SMK NEGERI 4
69. KOPKARDA
70. RUKUN HANDAYANI
Sumber: Data PKPRI Kota Surakarta Tahun 2008.
D. CARA PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data untuk kepentingan penelitian ini, menggunakan
metode deskriptif dan studi kepustakaan.
a. Metode Deskriptif
Menurut Gay dalam Sevilla (1993:71) metode penelitian deskriptif
diartikan sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam
rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut
keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian.
b. Studi kepustakaan
Studi pustaka merupakan suatu cara dalam mendapatkan kelengkapan
data yang dibutuhkan dari buku, koran dan artikel yang berhubungan
dengan topik penelitian ini. Bahan-bahan diatas dapat diperoleh baik di
perpustakaan maupun di internet.
61
E. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Berdasarkan variabel yang tercantum dalam kerangka pemikiran maka
dapat dikemukakan mengenai definisi operasional variabel yang
digunakan, yaitu :
a. Variabel Independen
1.) Modal Sendiri
Besarnya dana yang diperoleh dari simpanan wajib anggota,
simpanan pokok anggota, cadangan, dan hibah yang dihitung
dengan satuan rupiah. Simpanan wajib dibayarkan sekali sewaktu
anggota tersebut pertama kali bergabung dengan koperasi,
simpanan pokok dibayarkan tiap bulan dengan nominal yang sama,
cadangan merupakan cadangan modal sedangkan hibah merupakan
pemberian sukarela dari anggota yang besarnya tidak sama.
2.) Modal Pinjaman
Modal pinjaman baik dari anggota koperasi, koperasi dan
anggota koperasi lainnya, bank dan lembaga keuangan lainnya,
penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya serta sumber lain yang
sah dihitung malalui satuan rupiah..
b. Variabel Dependen
Sisa Hasil Usaha
Pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku
dikurangi dengan biaya penyusutan dan kewajiban lainnya
termasuk pajak dalam buku yang bersangkutan.
62
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Metode analisis yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda dimaksudkan untuk mengetahui
pengaruh variabel modal sendiri dan modal pinjaman terhadap besar
kecilnya variabel Sisa Hasil Usaha (SHU). Rumus yang digunakan
adalah:
Y= βo + β1X1 + β2X2 + Ui
Keterangan :
Y : Besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU)
βo : Konstanta
β1 : Koefisien regresi modal sendiri
β2 : Koefisien regresi modal pinjaman
X1 : Modal sendiri
X 2 : Modal pinjaman
Ui : Variabel Pengganggu
2. Uji Statistik
Proses analisa yang akan dilakukan melalui pengujian variabel-
variabel independen yang meliputi uji t (uji individual), uji F (uji bersama-
sama), dan uji R² (uji koefisien determinasi).
a. Uji t (Uji secara individu)
Uji t ini merupakan pengujian variabel - variabel secara individu,
dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh masing-masing
63
variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen,
dengan beranggapan variabel independen lain tetap atau konstan.
Langkah-langkah pengujian t adalah sebagai berikut (Gujarati,
1995: 119 dalam Hariawan Rahwanto, 2007: 51) :
i. Menentukan hipotesisnya
a) 0:H 1 =bo
Berarti suatu variabel independen secara individu tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
b) 0:Ha 1 ¹b
Berarti suatu variabel independen secara individu
berpengaruh terhadap variabel dependen.
ii. Melakukan perhitungan nilai t sebagai berikut:
a) Nilai t table = KN;t 2/ -a ………………………… (3.1)
Keterangan :
:a Derajat signifikansi
N : Jumlah sampel (banyaknya observasi)
K : Banyaknya parameter
b) Nilai t hit =)(Se i
i
bb
………………………………… (3.2)
Keterangan :
ib : Koefisien regresi
)(Se ib : Standard error koefisien regresi
64
iii. Kriteria pengujian
Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t
Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak
KN;t 2/ -- a KN;t 2/ -a
iv. Kesimpulan
a) Apabila nilai – t table < t hit < t table, maka Ho diterima.
Artinya variabel Independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen secara signifikan.
b) Apabia nilai t hit > +t table atau t hit < -t table, maka Ho
ditolak.
Artinya variabel independen mampu mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan.
b.Uji f (Uji bersama-sama)
Uji f ini merupakan pengujian bersama-sama variabel
independen yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen secara
signifikan. Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut
(Gujarati, 1995 : 134 dalam Soma Ghofur, 2008 ) :
i. Menentukan Hipotesis
a) 0:Ho 4321 =b=b=b=b
65
Berarti, semua variabel independen secara individu tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
b) 0:Ha 4321 ¹b¹b¹b¹b
Berarti, semua variabel independen secara individu
berpengaruh terhadap variabel dependen.
ii. Melakukan perhitungan nilai F sebagai berikut:
a) Nilai F table = F KN;1K; --a …………………… (3.3)
Keterangan :
N : Jumlah sampel atau data
K : Banyaknya parameter
b) Nilai F hitung = )KN)(R1(
)1K/(R2
2
---
………………… (3.4)
Keterangan :
2R : Koefisien determinasi
N : Jumlah observasi atau sampel
K : Banyaknya variabel
iii. Kriteria pengujian
Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji F
Ho diterima
Ho ditolak
)kN;1K;(F --a
66
iv. Kesimpulan
a) Apabila nilai F hit < F tabel, maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya variabel independen secara bersama-sama
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara
signifikan.
b) Apabila nilai F hit > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya variabel independen secara bersama-
sama berpengaruh terhadap variabel dependen secara
signifikan.
c. Uji R² (Uji koefisien determinasi)
Nilai 2R untuk mengetahui berapa persen variasi variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Uji ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik
dalam analisis regresi, yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien
determinasi ( 2R ) antara nol dan satu (0 < 2R < 1). Jika koefisien
determinasi 0, artinya variabel independen tidak mempengaruhi
variabel dependen, atau dengan kata lain model tersebut tidak
menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel tidak bebas.
Sedangkan koefisien determinan mendekati 1, artinya variabel
independen semakin mepengaruhi variabel dependen, atau dengan
kata lain model dikatakan lebih baik apabila koefisien
determinasinya mendekati 1.
67
3. Uji Asumsi Klasik
a. Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya
lebih dari satu hubungan linier pasti antara beberapa atau semua
variabel independen dari model regresi (Gujarati, 1995 : 320 dalam
Soma Ghofur, 2008: ). Salah satu asumsi model klasik yang
menjelaskan ada tidaknya hubungan antara beberapa atau semua
variabel dalam model regresi. Jika dalam model terdapat
multikolinier, maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang
besar sehingga koefisien tidak dapat diukur dengan ketepatan tinggi.
Salah satu metode untuk mengetahui ada tidaknya multikolinier
adalah menggunakan pengujian dengan pendekatan Koutsoyiannis.
Metode ini dikembangkan oleh Koutsoyiannis (1977) menggunakan
metode coba-coba dalam memasukkan variabel bebas. Dari hasil
coba-coba tersebut, selanjutnya akan diklasifikasikan dalam 3
macam (Aisyah, 2007:109), yaitu :
1) suatu variabel bebas dikatakan berguna
2) suatu variabel bebas dikatakan tidak berguna
3) suatu variabel bebas dikatakan merusak
b.Heteroskedastisitas
Asumsi dari model regresi linier klasik adalah kesalahan
penggangu mempunyai variasi yang sama. Apabila asumsi tersebut
tidak terpenuhi maka akan terjadi heteroskedastisitas, yaitu suatu
68
keadaan dimana variasi dari kesalahan penggangu tidak sama untuk
semua nilai variabel bebas. Terdapat beberapa metode yang
dipergunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas dalam model
empiris yaitu Uji Park, Uji Glejser, Uji white, Uji LM ARCH dan Uji
Breusch Pagan – Godfeg. Pengujian heteroskedastisitas dalam
penelitian ini akan menggunakan uji LM ARCH.
Pada metode ini yang dijadikan tolok ukur adalah nilai Obs*R-
squared. Jika nilai Obs*R-squared lebih kecil dari nilai X² maka pada
model tersebut tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
Sebaliknya, jika Obs*R-squared lebih besar dibanding nilai X² maka
terdapat masalah heteroskedastisitas pada model tersebut (Aisyah,
2007 : 109).
c. Autokorelasi
Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana kesalahan variabel
penggangu pada suatu periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan
penggangu periode lain. Asumsi ini untuk menegaskan bahwa nilai
variabel dependen hanya diterangkan (secara sistematis) oleh
variabel independen dan bukan oleh variabel gangguan (Gujarati,
1995 : 401).
Pada penelitian ini digunakan dua metode untuk menilai apakah
dalam model tersebut terdapat masalah autokorelasi atau tidak, yaitu
metode Durbin-Watson test dan B-G test.
69
Gambar 3.3 Daerah Ho Diterima dan Ditolak uji Autokorelasi (Durbin-Watson)
Hipotesis untuk menguji ada tidaknya autokorelasi adalah :
Ho : tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif.
Untuk menguji hipotesis nol tidak ada autokorelasi, terdapat table
Durbin-Watson (D-W), dengan kriteria hasil perhitungan D-W
statistik dibandingkan dengan tabel (D-W), sebagai berikut:
Jika d < dL = Menolak Ho
Jika du < d < 4-du = tidak menolak Ho
Jika dL ≤ d ≤ du atau 4-du ≤ d ≤ 4-dL = pengujian tidak
meyakinkan (inconclusive).
Ragu- Ragu- Ragu ragu Autokore- Tidak ada Autokore- Lasi (+) Autokorelasi lasi (-) 0 dl du 2 4-du 4-dl 4
70
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN OBJEK PENELITIAN
Gambaran objek penelitian akan memberikan deskripsi mencakup
beberapa aspek yang berhubungan dengan penelitian tentang pengaruh
modal sendiri dan modal pinjaman terhadap besaranya SHU pada KPRI di
Kota Surakarta. Sebutan kota Surakarta baru dimulai dengan adanya
Undang-undang nomor 18, tanggal 1 September 1965 dan Tap MPRS
nomor XX/MPRS/1966.
1. Letak Geografis
Kota Surakarta adalah salah satu kota di Propinsi Jawa Tengah. Kota
Surakarta merupakan dataran rendah (+ 92 meter diatas permukaan air
laut) dan berada antara pertemuan sungai-sungai Pepe, Jenes dan
Bengawan Solo. Letak kota Surakarta terbilang strategis, karena terletak
pada jalur Yogyakarta Semarang, sehingga perdagangan mudah untuk
dikembangkan. Secara geografis, kota Surakarta terletak di antara
110º45’15’’ - 110º45’35’’ Bujur Timur dan antara 7º36’00’’ - 7º56’00’’
Lintang Selatan. Secara administratif, kota Surakarta berbatasan dengan :
· Sebelah utara : Kabupaten Dati II Karanganyar dan
Kabupaten Dati II Boyolali.
· Sebelah timur : Kabupaten Dati II Sukoharjo dan
71
Kabupaten Dati II Karanganyar.
· Sebelah selatan : Kabupaten Dati II Sukoharjo.
· Sebelah barat : Kabupaten Dati II Sukoharjo dan
Kabupaten Dati II Karanganyar
2. Keadaan Wilayah
a. Keadaan iklim
Di Kota Surakarta, suhu udara rata-rata berkisar antara 24,7ºC
sampai dengan 27,9ºC. Tingkat kelembaban udara berkisar antara
64 persen sampai dengan 85 persen. Pada bulan Februari terjadi
hari hujan terbanyak, yaitu sebesar 25 hari.
Untuk curah hujan yang terbanyak sebesar 699 mm, yang jatuh
pada bulan Oktober. Sedangkan rata-rata curah hujan saat hari
hujan terbesar juga jatuh pada bulan Nopember, yaitu sebesar 33,1
mm per hari hujan.
b. Keadaan tanah
Wilayah Kota Surakarta secara umum keadaannya adalah datar,
hanya di bagian utara dan timur yang agak bergelombang dengan
ketinggian kurang lebih 92 meter diatas permukaan air laut.
Jenis tanahnya sebagian merupakan tanah liat berpasir
termasuk Regosol kelabu dan Alluvial, di wilayah bagian utara
berupa tanah liat Grumosol serta wilayah bagian timur laut
tanahnya Litosol Mediteranian.
72
3. Sumber Daya Lahan
a. Luas Penggunaan Lahan
Luas penggunaan lahan di Kota Surakarta dapat dilihat dari
tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Luas Penggunaan Tanah Tiap Kecamatan
di Kota Surakarta Tahun 2008
Kecamatan Laweyan Serengan Ps.
Kliwon
Jebres Bj.sari Kota
Perumahan 563,83 210,43 308,94 673,37 980,91 2.707,3
Jasa 88,61 17,17 37,69 176,75 106,91 426,6
Perusahaan 42,20 30,16 39,73 87,00 88,39 286,56
Industri 39,40 6,11 9,77 25,38 20,76 101,42
Tanah
Kosong 7,28 2,52 16,38 16,19 11,01 56,13
Tegalan - - - 81,46 0,50 93,42
Sawah 40,90 - 3,36 21,33 80,58 163,62
Kuburan 6,05 1,38 1,67 38,98 24,78 72,86
Lap. OR 12,24 2,61 9,55 10,51 30,23 65,14
Taman Kota 0,15 - - 22,60 8,85 31,66
Lain-lain 63,20 49,02 54,43 104,61 128,18 399,44
Luas
Wilayah
Total
863,86 319,40 481,52 1.258,18 1.481,10 4.404,15
Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2008
Dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa penggunaan tanah untuk
perumahan/pemukiman menempati peringkat pertama (2707,3 m2),
sedangkan peringkat kedua adalah penggunaan tanah untuk jasa
(sebesar 426,60 m2) . Sedangkan penggunaan tanah untuk taman
kota adalah yang paling sedikit, yaitu 31,60 m2. Dengan melihat
tabel tersebut, implikasinya bagi perkembangan koperasi, koperasi
bisa melihat bahwa penggunaan lahan paling banyak adalah untuk
73
pemukiman. Peluang ini seharusnya bisa diambil oleh koperasi
karena biasanya anggota membutuhkan tempat tinggal atau
pemukiman. Koperasi bisa menyediakan jasa jual beli rumah atau
kavling, untuk para anggotanya, seperti yang telah dilakukan
beberapa dari koperasi sampel.
Secara administratif, Kota Surakarta mempunyai luas wilayah
kurang lebih 44,06 km2 yang terbagi dalam 5 Kecamatan, 51
Kelurahan, 595 Rukun Warga (RW) dan 2.669 Rukun Tetangga
(RT). Jumlah KK (Kepala Keluarga) secara keseluruhan ada
134.811 KK, maka rata-rata jumlah KK setiap RT berkisar sebesar
50 KK setiap RT.
Adapun lima kecamatan yang terdapat di Kota Surakarta antara
lain : 1). Kecamatan Laweyan, membawahi 11 Kelurahan; 2).
Kecamatan Serengan, terdiri dari 7 Kelurahan; 3). Kecamatan
Jebres, membawahi 11 Kelurahan; 4). Kecamatan Banjarsari,
membawahi 13 Kelurahan; dan 5). Kecamatan Pasar Kliwon yang
membawahi 9 Kelurahan. Kelurahan yang tersebar dalam lima
kecamatan tersebut yaitu :
1) Kecamatan Laweyan, terdiri dari Kelurahan Pajang, Kelurahan
Laweyan, Kelurahan Bumi, Kelurahan Panularan, Kelurahan
Penumping, Kelurahan Kerten, Kelurahan Sriwedari,
Kelurahan Sondakan, Kelurahan Karangasem, Kelurahan
Purwosari dan Kelurahan Jajar.
74
2) Kecamatan Serengan, terdiri dari Kelurahan Danukusuman,
Kelurahan Serengan, Kelurahan Jayengan, Kelurahan
Kemlayan, Kelurahan Tipes, Kelurahan Joyotakan, dan
Kelurahan Kratonan.
3) Kecamatan Jebres, terdiri dari Kelurahan Pucang Sawit,
Kelurahan Sewu, Kelurahan Jebres, Kelurahan Mojosongo,
Kelurahan Purwodiningratan, Kelurahan Tegalharjo, Kelurahan
Kepatihan Wetan, Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan
Jagalan, Kelurahan Gandekan, dan Kelurahan Sudiroprajan.
4) Kecamatan Banjarsari, terdiri dari Kelurahan Nusukan,
Kelurahan Kadipiro, Kelurahan Gilingan, Kelurahan Manahan,
Kelurahan Sumber, Kelurahan Banyuanyar, Kelurahan
Keprabon, Kelurahan Punggawan, Kelurahan Stabelan,
Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan Timuran, Kelurahan
Ketelan, dan Kelurahan Kestalan.
5) Kecamatan Pasar Kliwon, terdiri dari Kelurahan Joyosuran,
Kelurahan Baluwarti, Kelurahan Semanggi, Kelurahan
Kauman, Kelurahan Sangkrah, Kelurahan Gajahan, Kelurahan
Kedung Lumbu, Kelurahan Kmpung Baru, dan Kelurahan
Pasar Klliwon.
75
b. Luas Wilayah
Pembagian luas wilayah, jumlah penduduk, rasio jenis kelamin,
serta tingkat kepadatan penduduk di setiap Kecamatan di Kota
Surakarta dapat dilihat lewat tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan
Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008
Jumlah Penduduk
No.
Kecamatan
Luas
Wilayah
(km2)
Laki-
laki Perempuan Jumlah
Tingkat
Kepadatan
1.
2.
3.
4.
5.
Laweyan
Serengan
Ps. Kliwon
Jebres
Banjarsari
8,64
3,19
4,82
12,58
14,81
54.164
31.263
43.172
70.466
80.259
55.766
32.295
44.808
71.826
81.834
109.930
63.558
87.980
142.292
162.093
12.723
19.899
18.272
11.311
10.945
Jumlah 44,04 279.324 286.529 565.853 12.849
Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2008
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut, Kota Surakarta mempunyai
penduduk sebanyak 565.853 jiwa yang terdiri dari 279.324 orang
penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 286.529 orang penduduk
berjenis kelamin perempuan. Kecamatan dengan wilayah terluas
adalah Kecamatan Banjarsari, sebesar 14,81 km2 dan Kecamatan
dengan luas wilayah tersempit adalah Kecamatan Serengan dengan
3,19 km2. Tingkat kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan
Serengan, yaitu sebesar 19.899 dan yang terendah adalah
Kecamatan Banjarsari, yaitu sebesar 10.945. Kecamatan yang
mempunyai jumlah penduduk terbanyak adalah kecamatan
76
Banjarsari, dengan jumlah penduduk total sebanyak 162.093 jiwa,
dan Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit
yaitu Kecamatan Serengan, dengan jumlah penduduk sebesar
63.558 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang cukup banyak, maka
akan tercipta peluang-peluang baru dalam membentuk koperasi-
koperasi baru, atau menambah anggota bagi koperasi yang lama.
B. KEADAAN DEMOGRAFI
1. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Banyaknya julah penduduk di Kota Surakarta berdasarkan mata
pencahariannya dapat dilihat melalui melalui tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian
di Kota Surakarta Tahun 2008
kecamatan
Mt penchr
Laweyan Serengan Pasar
Kliwon
Jebres Bj.sari Kota
Petani Sendiri 38 - - 81 337 486
Buruh Tani 32 - - - 397 569
Pengusaha 964 1.124 2.237 1.119 2.810 8.042
Buruh Industri 16.421 5.264 8.894 17.653 21.802 70.254
Buruh Bangunan 12.648 4.372 7.589 16.534 21.616 64.406
Pedagang 5.387 3.713 7.751 4.478 11.045 31.975
Angkutan 2.154 1.726 4.051 1.627 6.218 17.235
PNS/TNI/POLRI 5.027 1.307 3.333 7.167 9.590 27.505
Pensiunan 3.711 647 1.826 8.637 7.862 30.791
Lain-lain 37.644 17.166 16.611 49.155 41.714 151.494
Jumlah 84.026 35.319 52.292 106.451 123.391 402.757
Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2008
77
Jumlah penduduk di kota Surakarta yang bermata pencaharian
terbanyak adalah lain-lain, sebanyak 151.494 orang. Mata pencaharian
terbanyak kedua adalah sebagai buruh industri, yaitu sebanyak 70.254
orang. Sedangkan mata pencaharian yang paling sedikit adalah penduduk
dengan mata pencaharian sebagai petani, ada 486 orang.
2. Tingkat kelahiran dan kematian di Kota Surakarta
Banyaknya tingkat kelahiran dan kematian penduduk di Kota
Surakarta menurut jenis kelamin pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel
4.4 berikut ini :
Tabel 4.4 Banyaknya Kelahiran dan Kematian di Kota Surakarta
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008
S
u
Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2008
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah kelahiran dan kematian yang
paling banyak terdapat di Kecamatan Banjarsari, yaitu masing-masing
2.069 dan 1.311 jiwa. Hal ini juga dikarenakan Kecamatan Banjarsari
adalah Kecamatan dengan jumlah penduduk yang terbanyak di Kota
Surakarta. Jumlah kelahiran dan kematian yang paling rendah terdapat di
Kecamatan Serengan, yaitu masing-masing 503 dan 359 jiwa. Secara
Kelahiran Kematian Kecamatan
L P Jumlah L P Jumlah
Laweyan
Serengan
Ps.Kliwon
Jebres
Banjarsari
510
280
468
674
1.077
432
223
396
622
992
942
503
864
1.296
2.069
381
188
347
544
653
332
171
348
520
658
713
359
695
1.064
1.311
Kota 3.539 3.267 6.806 2.038 2.112 4.150
78
umum, tingkat kelahiran di Kota Surakarta lebih tinggi dari tingkat
kematiannya.
C. KEADAAN SOSIAL EKONOMI
1. Keadaan Pendidikan
Keadaan pendidikan penduduk di Kota Surakarta dapat dilihat dari
tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5 Banyaknya Penduduk 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat
Pendidikan di Kota Surakarta 2008
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tamat akademi/PT
Tamat SLTA
Tamat SLTP
Tamat SD
Tidak tamat SD
Belum tamat SD
Tidak sekolah
35.639
71.143
101.351
98.118
44.051
66.799
32.192
7,93
15,83
22,55
21,83
9,80
14,86
7,16
Jumlah 449.293 100
Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2008
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, penduduk di Kota Surakarta paling
banyak adalah tamatan SLTP, yaitu sebanyak 101.351 atau sebesar 22,5%.
Penduduk dengan tingkat pendidikan tamatan SD menduduki peringkat
kedua, dengan jumlah 98.118 atau sebesar 21,8%. Sedangkan penduduk
yang tidak bersekolah atau tidak mempunyai tingkat pendidikan adalah
sebesar 32.192 jiwa atau sebesar 7,2%. Dengan tingkat pendidikan
kebanyakan lulusan SLTP, pengetahuan tentang koperasi tentu masih
79
sangat kurang. Bagi perkembangan koperasi, hal seperti ini harus bisa
diminimalisir dengan memberikan pendidikan dan latihan tentang koperasi
bagi para anggota. Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi maka
koperasi lebih mudah dikembangkan ditengah masyarakat karena
masyarakat sudah tahu benar manfaat atau peran koperasi bagi mereka.
2. Kondisi Perekonomian
a. Jumlah pasar
Jumlah pasar tradisional di Kota Surakarta berjumlah 38 buah,
antara lain yaitu : Pasar Gede, Pasar Tanggul, Pasar Legi, Pasar
Singosaren, Pasar Harjodaksino, Pasar Klewer, Pasar Rejosari,
Pasar Mebel, Pasar Depok, Pasar Ledoksari, Pasar Nusukan, Pasar
Windujenar, Pasar Turisari, Pasar Kembang, Pasar Kadipolo, Pasar
Kabangan, Pasar Jongke, Pasar Sidodadi, Pasar Penumping, Pasar
Purwosari, Pasar Ayam, Pasar Kliwon, Pasar Jebres, Pasar
Sangkrah, Pasar Ngemplak, Pasar Mojosongo, Pasar Mojosongo
Perumnas, Pasar Joglo, Pasar Sidomulyo, Pasar Ngumbul, Pasar
Bangunharjo, Pasar Gading, Pasar Besi, Pasar Balapan, Pasar
Tanggulsari, Pasar Jurug dan Pasar Dawung. Dengan jumlah pasar
sebanyak ini, koperasi bisa menjalin kerjasama dengan para
pedagang pasar dengan cara meminjamkan modal atau bagi hasil.
b. Industri
Jumlah industri di Kota Surakarta pada tahun 2008 secara
keseluruhan sebanyak 4.990 unit yang terdiri dari :
80
1) Industri Besar/Menengah, terdiri dari :
a) Industri hasil pertanian dan kehutanan = 17
b) Industri logam mesin kimia/Aneka = 19
2) Industri Kecil
a) Formal = 975
b) Non formal = 3.910
Dengan jumlah industri yang cukup banyak, tidak menutup
kemungkinan akan didirikannya koperasi-koperasi karyawan, atau
koperasi-koperasi produksi yang bergerak di bidang industri,
seperti misalnya koperasi primer produsen tahu dan tempe.
D. ANALISIS DESKRIPTIF
Berdasarkan data sekunder yang telah diperoleh, selanjutnya dilakukan
perhitungan kuantitatif untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara
variabel bebas (independent variable) dengan variabel terikatnya
(dependent variable). Model analisis data yang digunakan adalah model
regresi linier berganda. Melalui model tersebut akan dapat dievaluasi dan
diketahui pengaruh variabel-variabel independen yang terdiri dari modal
sendiri, dan modal pinjaman terhadap variabel dependen yaitu Sisa Hasil
Usaha (SHU).
Menurut Sugiyono (2006) analisis deskriptif merupakan analisis yang
digunakan untuk menganalisa data dengan mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
81
bermaksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku umum atau
generalisasi. Karakteristik sampel disini adalah modal sendiri, dan modal
pinjaman terhadap besarnya SHU koperasi tersebut.
1. Deskriptif Variabel Penelitian
a. Sisa Hasil Usaha
Sisa Hasil Usaha yang didapat dari selisih pendapatan koperasi
setelah dipergunakan untuk memenuhi seluruh biaya-biaya operasional
organisasi koperasi seringkali ditafsirkan sebagai tujuan utama
koperasi. Padahal selai tujuan itu masih ada tujuan lain yang lebih
penting yaitu kesejahteraan ekonomi dan sosial anggotanya.
Tabel 4.6 Jumlah SHU KPRI Kota Surakarta
No. Jumlah SHU Frekuensi %
1. 0 - 10 juta 11 15,71
2. 10 juta - 20 juta 16 22,85
3. 20 juat - 30 juta 14 20
4. 30 juta – 40 juta 5 7,14
5. 40 juta – 50 juta 4 5,71
6. > 50 juta 20 28,57
Jumlah 70 100
Sumber : Data sekunder, diolah
Dari tabel diatas terlihat Koperasi dengan Sisa Hasil Usaha yang
paling banyak yaitu dengan nilai 50 juta rupiah keatas hanya terdapat
pada 20 koperasi. Hal ini dikarenakan modal usaha mereka yang tinggi,
sehingga menghasilkan SHU yang tinggi pula. Sedangkan koperasi
yang memiliki SHU paling sedikit atau rendah yaitu antara 40 - 50 juta
82
rupiah hanya terdapat 4 koperasi atau sekitar 5,71% dari keseluruhan
sampel.
b. Modal Sendiri
Modal sendiri adalah keseluruhan atau jumlah dari simpanan
pokok, simpanan wajib, cadangan dan hibah. Modal sendiri masing-
masing koperasi berbeda-beda tergantung dari hal diatas. Untuk
memperoleh modal sendiri yang banyak tentu harus meningkatkan
simpanan pokok dan simpanan wajib sedangkan cadangan dan hibah
tergantung dari besarnya pemberian hibah tersebut.
Tabel 4.7 Modal Sendiri di KPRI Kota Surakarta
No. Modal Sendiri Frekuensi %
1. < 100 juta 1 1,42
2. 100 juta – 200 juta 9 12,85
3. 200 juta – 300 juta 21 30
4. 300 juta – 400 juta 6 8,57
5. 400 juta – 500 juta 7 10
6. > 500 juta 26 37,14
Jumlah 70 100
Sumber : Data sekunder, diolah
Dari tabel diatas terlihat koperasi dengan modal sendiri yang paling
banyak yaitu dengan nilai diatas 500 juta rupiah terdapat 26 koperasi
yaitu sekitar 37,14%. Sedangkan koperasi yang mempunyai modal
sendiri paling sedikit yaitu kurang dari 100 juat rupiah hanya terdapat 1
koperasi saja atau sekitar 1,42% dari keseluruhan sampel.
83
c. Modal Pinjaman
Modal pinjaman koperasi berasal dari hutang kepada anggota
koperasi, hutang kepada koperasi dan anggota koperasi lainnya, bank
dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang
lainnya serta sumber lain yang sah. Sehingga semaksimal mungkin
sumber-sumber yang bisa digali dananya akan terus diupayakan oleh
koperasi demi kelancaran dan keberhasilan usaha koperasi.
Tabel 4.8 Modal Pinjaman di KPRI Kota Surakarta
No. Modal Pinjaman Frekuensi %
1. < 100 juta 14 20
2. 100 juta – 200 juta 18 25,71
3. 200 juta – 300 juta 7 10
4. 300 juta – 400 juta 2 2,85
5. 400 juta – 500 juta 5 7,14
6. > 500 juta 24 34,28
Jumlah 70 100
Sumber : Data sekunder, diolah
Dari tabel diatas terlihat koperasi dengan modal pinjaman yang
paling banyak yaitu dengan nilai diatas 500 juta rupiah terdapat 24
koperasi yaitu sekitar 34,28%. Sedangkan koperasi yang mempunyai
modal sendiri paling sedikit yaitu antara 300 - 400 juta rupiah hanya
terdapat 2 koperasi saja atau sekitar 2,85% dari keseluruhan sampel.
Jadi, analisis efek deskriptif dari keseluruhan data diatas adalah
pertama jumlah SHU yang paling banyak adalah di atas 50 juta yaitu 20
koperasi atau 28,57%, kedua jumlah modal sendiri yang paling banyak
84
adalah di atas 500 juta yaitu 26 koperasi atau 37,14%, dan ketiga
jumlah modal pinjaman yang paling banyak adalah di atas 500 juta
yaitu 24 koperasi atau 34,28%.
2. Hasil Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
ada tidaknya pengaruh modal sendiri dan modal pinjaman terhadap
SHU. Analisi ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda. Hasil analisis dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Regresi Linear Berganda
Dependent Variable: SHU Method: Least Squares Date: 04/09/10 Time: 21:38 Sample(adjusted): 1 70 Included observations: 70
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 10451529 22440373 0.465747 0.6429 MS 0.077243 0.022229 3.474895 0.0009 MP -0.011892 0.007689 -1.546714 0.1266
R-squared 0.232761 Mean dependent var 67361052 Adjusted R-squared 0.209859 S.D. dependent var 1.71E+08 S.E. of regression 1.52E+08 Akaike info criterion 40.56083 Sum squared resid 1.55E+18 Schwarz criterion 40.65719 Log likelihood -1416.629 F-statistic 10.16308 Durbin-Watson stat 2.047826 Prob(F-statistic) 0.000140
Keterangan : Diolah dari data sekunder
a. Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil pengolahan data untuk regresi linier berganda dengan
menggunakan program Eviews dapat dilihat pada tabel 4.9 diatas.
Dari tabel tersebut dapat disusun persamaan regresi linear berganda
sebagai berikut :
Y = 10451529 + 0,077243X1 + (-0,011892)X2 + Ui
85
Dari persamaan regresi linier berganda diatas dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Nilai konstanta bernilai positif, hal ini menunjukkan bahwa
apabila variabel modal sendiri dan modal pinjaman konstan, mka
SHU sebesar 10451529.
b. Koefisien regresi parsial variabel modal sendiri bernilai positif
dan signifikan pada level 5% yaitu sebesar 0,077243, hal ini
menunjukkan bahwa jika modal sendiri semakin meningkat, maka
jumlah SHU akan naik dengan asumsi variabel lainnya konstan.
c. Koefisien regresi parsial variabel modal pinjaman bernilai negatif
dan signifikan pada level 5% yaitu sebesar -0,011892, hal ini
menunjukkan bahwa jika modal pinjaman semakin menurun,
maka jumlah SHU akan naik dengan asumsi variabel lainnya
konstan.
b. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-
masing variabel independen secara individu. Pengujian regresi
digunakan pengujian dua arah (two tailed test) dengan menggunakan
α = 5% yang berarti bahwa tingkat keyakinan adalah sebesar 95%.
Hasil perhitungan uji dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
86
Tabel 4.10 Rangkuman Hail uji t
Variabel t-hitung Probabilitas Kesimpulan
Modal Sendiri 3,474895 0,0009 Ho ditolak
Modal Pinjaman -1,546714 0,1266 Ho diterima
Sumber : Diolah dari data primer
Dari hasil uji t pada tabel 4.10 di atas diperoleh hasil bahwa
variabel modal sendiri mempunyai nilai probabilitas signifikan level
dibawah 0,05 yatu sebesar 0,0009 (modal sendiri), berarti p < 0,05,
maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya variabel modal sendiri
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap SHU. Sedangkan
untuk variabel modal pinjaman mempunyai probabilitas di atas 0,05
yaitu sebesar 0,1266 (modal pinjaman), berarti p > 0,05, maka Ho
diterima dan Ha ditolak artinya variabel modal pinjaman tidak
berpengaruh signifikan terhadap SHU.
c. Uji F (Secara Bersama-sama)
Uji F adalah untuk mengetahui apakah variabel modal sendiri
dan modal pinjaman secara bersama-sama mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap SHU. Dari hasil analisis diperoleh nilai F
hitung sebesar 10,16308 dengan nilai probabilitas signifikan level
sebesar 0,000140, karena nilai probabilitas Fhitung (0,000140) lebih
kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian
terbukti bahwa ada pengaruh yang signifikan dari jumlah modal
sendiri dan modal pinjaman secara bersama-sama terhadap SHU.
87
d. Koefisien Determinasi
Hasil perhitungan untuk nilai R2 dengan bantuan program
Eviews, dalam analisis regresi berganda diperoleh angka koefisien
determinasi atau R2 sebesar 0,2327. Hal ini berarti 23,27% variasi
SHU dijelaskan oleh variasi perubahan modal sendiri dan modal
pinjaman. Sementara sisanya sebesar 76,73% diterangkan oleh
faktor lain yang tidak ikut terobservasi.
e. Pengujian Asumsi Klasik
Untuk mengetahui parameter dalam model yang digunakan
adalah shahih maka penelitian harus diuji mengenai asumsi klasik
dari regresi model sehingga tidak terjadi penyimpangan terhadap
asumsi multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
Untuk menguji atau mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik
menggunakan alat bantu komputer program Eviews.
1.) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas menunjukkan adanya korelasi antara
variabel independen yang satu dengan variabel independen yang
lain. Jika diantara dua variabel dependen terdapat korelasi,
sehingga koefisien korelasi sama dengan satu, maka koefisien-
koefisien menjadi tidak dapat ditaksir dan nilai standart error
setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.
Salah satu cara mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas
adalah dengan menggunakan metode pendekatan koutsoyiannis.
88
Metode Koutsoyiannis ini dilakukan dengan cara mencoba
memasukkan variabel bebas kemudian membandingkan nilai R2
yang telah dikuadratkan dari hasil matrik korelasi dengan nilai
R 2a . Jika nilai (koefisien) R2 lebih kecil dari R 2
a hasil regresi
linear, maka dalam model tersebut tidak terdapat masalah
multikolinearitas, begitu pula sebaliknya. Selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel R2
R 2a (awal) Kesimpulan
Modal Sendiri 0,205366 0,232761 Tidak Terjadi
Multikolinearitas
Modal
Pinjaman
0,094488 0,232761 Tidak Terjadi
Multikolinearitas
Sumber : Data Diolah
Dari hasil perhitungan uji multikolinearitas, diperoleh nilai
R2 antara variabel-variabel independen yang ditunjukkan dalam
tabel. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa nilai R2 dari
masing-masing variabel lebih kecil dibandingkan dengan nilai
R 2a hasil dari perhitungan regresi. Dapat diambil kesimpulan
bahwa pada model regresi yang ditaksir tidak terjadi masalah
multikolinearitas dan kedua variabel tersebut layak untuk
dimasukkan dalam model.
89
2.) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana variasi
dari kesalahan penggangu tidak sama untuk semua nilai variabel
bebas. Pengujian dalam penelitian terhadap gejala
heteroskedatisitas ini akan menggunakan uji LM ARCH.
Pada metode ini yang dijadikan tolok ukur adalah nilai
Obs*R-squared. Jika nilai Obs*R-squared lebih kecil dari nilai
X² maka pada model tersebut tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika Obs*R-squared lebih besar
dibanding nilai X² maka terdapat masalah heteroskedastisitas
pada model tersebut (Aisyah, 2007 : 109).
Tabel 4.12 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Nilai Obs*R2 Nilai X2 Kesimpulan
0,029127 3,84 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Sumber : Data Diolah
Dari perhitungan diatas diperoleh X2 (df = 1, α = 5%) =
3,841 sedangkan Obs*R2 sebesar 0,029127 sehingga apabila
dibandingkan maka Obs*R2 lebih kecil dari X2. Hal ini
menunjukkan bahwa pada model ini tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas.
3.) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi menggambarkan adanya korelasi berurutan
antara unsur-unsur variabel gangguan (disturbance term) dalam
90
suatu rangkaian data runtun waktu (time series). Untuk melihat
adanya autokorelasi dalam penelitian ini digunakan metode
Durbin-Watson (D-W). Hasil perhitungan berdasarkan bantuan
komputer diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel 4.13 Hasi Uji Autokorelasi Durbin-Watson
Model D-W dL dU 4-dU 4-dL Kesimpulan
Nilai 1,995940 1,55 1,67 2,33 2,45 Tidak Terjadi
Autokorelasi
Sumber : Hasil olah data
Hasil dari tabel diatas nilai D-W berada diantara dU sampai 4-dU
(1,67 ≤ 1,995940 ≤ 2,33) berarti pengujian autokorelasi dalam
penelitian ini adalah tidak terjadi autokorelasi.
Kesimpulan dari asumsi klasik dari penelitian ini adalah
pertama tidak terjadi multikolinearitas, karena nilai R2 dari
masing-masing variabel lebih kecil dibandingkan dengan nilai
R 2a hasil dari perhitungan regresi sehingga model regresi yang
ditaksir tidak terjadi masalah multikolinearitas dan kedua
variabel tersebut layak untuk dimasukkan dalam model dari
Metode Koutsoyiannis. Kedua tidak terjadi heteroskedastisitas,
hal ini ditunjukkan dari perhitungan diperoleh X2 (df = 1, α =
5%) = 3,841 sedangkan Obs*R2 sebesar 0,029127 sehingga
apabila dibandingkan maka Obs*R2 lebih kecil dari X2 dari Uji
91
LM ARCH. Ketiga tidak terjadi autokorelasi, karena autokorelasi
menggambarkan adanya korelasi berurutan antara unsur-unsur
variabel gangguan dalam suatu rangkaian data runtun waktu.
Dalam penelitian ini menggunakan metode Durbin-Watson
(D-W). Hasil dari perhitungan itu yaitu 1,995940 berarti tidak
ada autokorelasi.
E. ANALISIS EKONOMI
Dana yang dimiliki koperasi dari berbagai sumber (seperti modal
sendiri dan modal pinjaman) digunakan dalam berbagai usahanya diantara
bidang usahanya seperti unit simpan pinjam dan penyedia barang-barang
konsumsi. Dengan adanya usaha tersebut seluruh anggota koperasi
diharapkan memanfaatkan fasilitas tersebut seefektif mungkin dengan
menjadi pelanggannya, sehingga dengan anggota yang semakin banyak
transaksi yang dilakukan di koperasi pun semakin banyak pada akhirnya
berpengaruh pada jumlah keuntungan yang diterima oleh koperasi juga
meningkat. Karena seperti biasanya bila transaksi-transaksi yang terjadi
dalam bidang usaha koperasi semakin tinggi frekuensinya, maka
keuntungan yang diperoleh pun juga semakin besar pula keuntungannya,
sehingga pembagian SHU akan meningkat pula.
Jumlah modal sendiri yang ada dan digunakan sebagai modal usaha
seharusnya bisa digunakan anggota dan dikelola pengurus semaksimal
mungkin. Maka agar anggota juga mendapat bagian SHU yang besar, dana
92
tadi dapat digunakan seoptimal mungkin. Sehingga dengan dana yang
besar perputaran dananya pun juga akan semakin luas yaitu digunakan
untuk modal usaha unit-unit usaha lainnya dan perputaran roda ekonomi
koperasi. Sehingga transaksi usahanya juga semakin besar yang
berpengaruh terhadap SHU. Dalam penelitian ini modal sendiri
berpengaruh secara signifikan terhadap SHU. Hal ini karena koperasi bisa
mengolah dana yang ada tadi sehingga dana tadi tidak mengendap di
koperasi saja melainkan dana tersebut bisa digunakan untuk usaha para
anggota koperasi misalnya untuk jasa peminjaman koperasi telah
mengenakan prosedur yang baik sehingga anggota mau memanfaatkan
dana yang tersedia tadi untuk dipinjam. Dengan apa yang dilakukan oleh
para anggota tadi maka akan terjadi transaksi peminjaman dana. Jumlah
modal sendiri yang tinggi akan menentukan jumlah SHU yang akan
diperoleh koperasi. Karena dana bisa digunakan sebagai modal koperasi
dan bisa dimanfaatkan dengan lebih optimal.
SHU di dalam sebuah koperasi mendapat tempat yang penting dalam
menunjang kinerjanya. Hampir seluruh anggota selalu mengharapkan
nominal SHU yang akan diterima selalu tinggi, yang menentukan bahwa
rentabilitas koperasi tersebut juga tinggi. Di lain pihak keaktifan anggota
dalam bidang-bidang usaha koperasi turut menunjukkan peningkatan
pemahaman dan kesadaran anggota koperasi dalam mengembangkan
usaha koperasi tesebut sekaligus mengefektifkan kinerja koperasi tersebut.
Modal pinjaman dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan, hal
93
ini menunjukkan bahwa modal pinjaman koperasi belum mampu
menambah modal kerja secara signifikan. Modal pinjaman yang tersedia
tidak dapat dimanfaatkan secara optimal baik itu oleh anggota maupun
pengurus koperasi, sehingga tidak mempengaruhi jumlah SHU.
Kemungkinan pengurus kurang jeli dalam menangkap adanya peluang
untuk memperoleh modal pinjaman yang lebih banyak lagi. Dana yang
tersedia yang termanfaatkan secara optimal hanya sebagian kecil saja dan
lainnya kurang dapat dikelola dengan baik. Dan juga hal ini karena jumlah
modal yang besar menuntut pengelola bertindak profesional. Namun
dalam koperasi ini pengurus koperasi ternyata kurang memiliki keahlian
manajemen yang cukup hal ini karena pengurus kurang mendapatkan
pendidikan tentang perkoperasian. Selain itu suntikan modal tidak
mempengaruhi banyak sedikitnya penjualan, dengan demikian tidak
mempengaruhi SHU. Modal yang didapat dari pinjaman koperasi
hendaknya terus ditingkatkan, karena dana yang tersedia dapat menjadi
tambahan untuk modal koperasi dalam usahanya. Dapat disimpulkan
besarnya SHU koperasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
modal sendiri dan modal pinjaman.
94
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
modal sendiri dan modal pinjaman terhadap SHU. Berdasarkan hasil
analisis pada bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Koefisien regresi variabel modal sendiri bernilai positif dan signifikan
pada level 5% yaitu sebesar 0,077243 , hal ini menunjukkan bahwa
jika modal sendiri semakin meningkat, maka jumlah SHU akan naik
dengan asumsi variabel lainnya konstan. Modal sendiri berpengaruh
signifikan terhadap SHU, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi
sebesar 0,0009 (p < 0,05), berarti hipotesis yang menyatakan ”Diduga
modal sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap besarnya
SHU koperasi”, terbukti. Modal sendiri yang tinggi akan menentukan
jumlah SHU yang akan dihasilkan. Karena dana yang tersedia akan
bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin demi mencapai tujuan koperasi.
Dimana dana tersebut yang tersedia dapat digunakan untuk
kepentingan koperasi dan anggota.
2. Koefisien regresi variabel modal pinjaman bernilai negatif dan
signifikan pada level 5% yaitu sebesar -0,011892, hal ini menunjukkan
95
bahwa jika modal pinjaman semakin menurun, maka jumlah SHU
akan naik dengan asumsi variabel lainnya konstan. Modal pinjaman
berpengaruh signifikan terhadap SHU, hal ini ditunjukkan oleh nilai
signifikansi sebesar 0,1266 (p > 0,05) , berarti hipotesis kedua yang
menyatakan ”Modal pinjaman berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap beasrnya SHU koperasi”, tidak terbukti. Penyebabnya dengan
semakin tinggi jumlah modal yang dihimpun maka tuntutan
pengelolaan Koperasi Pegawai Republik Indonesia juga semakin
dituntut lebih professional, di penelitian ini kemungkinan pengurus
koperasi kurang dapat mengelola modal pinjaman yang telah berhasil
diperoleh yang seharusnya dapat digunakan sebagai modal koperasi
tersebut. Sumber Daya Manusia yang dimiliki koperasi kemungkinan
masih lemah, sehingga mereka masih kurang cakap dalam mengelola
modal yang tersedia. Pengurus koperasi masih kurang
keprofesionalannya dalam mengelola koperasi sehingga dana yang ada
tidak dapat termanfaatkan secara optimal. Selain itu jika suntikan dana
tidak menambah penjualan kemungkinannya adalah modal pinjaman
tersebut tidak bisa mempengaruhi SHU.
3. Secara keseluruhan variabel modal sendiri dan modal pinjaman
koperasi signifikan pada taraf signifikansi 5%. Hal ini menunjukkan
semua variabel independen mempengaruhi variabel SHU koperasi.
Pernyataan ini ditunjukkan dengan nilai F hitung sebesar 10,16308
dengan probabilitas sebesar 0,000140 karena nilai probabilitas
96
F hitung (0,000140) lebih kecil dari 0,05 maka berpengaruh signifikan
modal sendiri dan modal pinjaman.
4. Melihat dari uji R2 ternyata masih banyak variabel lain diluar model
yang turut mempengaruhi atau menerangkan variabel dependen sekitar
76,73% variabel lain masih bisa menerangkan selain dari variabel
jumlah modal sendiri dan modal pinjaman.
B. SARAN
1. Jumlah modal sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap SHU
koperasi, oleh karena itu perlu lebih meningkatkan usahanya terutama
dalam pemupukan modal sendiri karena modal sendiri mempunyai
pengaruh yang lebih besar terhadap Sisa Hasil Usaha daripada modal
pinjaman. Serta adanya pendidikan bagi pengurus untuk dapat
mengolah modal sendiri dan mengajak para anggota untuk tetap
membanyar simpanan pokok dan simpanan wajib sehingga modal
sendiri dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dan akhirnya dengan
dana yang besar perputaran dananya pun juga semakin luas yaitu
digunakan untuk modal usaha unit-unit usaha lainnya dan perputaran
roda ekonomi koperasi dan keuntungan juga meningkat di koperasi
tersebut.
2. Jumlah modal pinjaman berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap SHU koperasi, oleh karena itu koperasi diharapkan mampu
meningkatkan Sumber Daya Manusianya, terutama pengelola
97
koperasi. Pengelola koperasi baik itu komisaris, direksi maupun
pengurus haruslah memiliki potensi yang besar atau kecakapan yang
layak dimiliki oleh seorang praktisi koperasi. Hal ini juga berkenaan
dengan kinerja koperasi agar mencapai titik optimal sesuai dengan
yang diharapkan oleh anggota dan siapapun yang berkaitan dengan
koperasi sehingga dengan dan yang tersedia dapat mengolahnya dan
dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi anggotanya dan
kepentingan bersama.
3. Bagi peneliti lain sebaiknya menambah jumlah variabel, karena dengan
dua variabel hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 23,27%,
berarti masih banyak variabel lain yang mempengaruhi SHU koperasi.
98
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti Tri Rahayu. 2007. Modul Laboratorium Ekonometrika. Fakultas Ekonomi. Universitas Sebelas Maret.
Akbar Rahmana, Ardhian. 2009. ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keuntungan Koperasi Pegawai Negeri Di Wilayah Kabupaten Demak Tahun 2008”. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak Dipublikasikan.
Anoraga Pandji dan H. Djoko Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan dan
Usaha Kecil. Penerbit : PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Atmaji. 2007. Faktor-Faktor Yang Menentukan Besarnya Sisa Hasil Usaha
Koperasi Dari Aspek Keuangan Dan Non-Keuangan. Bisnis dan Manajemen,Vol.7, No.2 : 217-232.
Aziz, Amin. 1987. Perkoperasian Indonesia. Yogyakarta : BPFE. Baswir, Revrisond. 1997. Koperasi Indonesia. Yogyakarta : BPFE. Cooper, R Donald & Emory, C.William. 1949. Metode Penelitian Bisnis.
Jakarta: Erlangga. Departemen Koperasi. Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian. Jakarta : Percetakan Negara. Djarwanto PS dan Pangestu Subagyo. 1998. Petunjuk Teknis Penyusunan
Skripsi. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE. Gujarati, Damodar. 1995. Basic Econometrics. Third Edition. Singapure : Mc. Graw – Hill. Hasti Anggraini, Novi. 2009. ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Sisa Hasil Usaha Koperasi Pegawai Negeri Di Kota Surakarta Tahun 2007”. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak Dipublikasikan.
Hendrojogi. 1998. Koperasi Asas-Asas Teori dan Praktek. Jakarta : Raja
Grafindo Perkasa.
99
Kartasapoetra, dkk. 1999. Praktek Pengelolaan Koperasi. Penerbit : PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Komarudin. 1997. Analisa Manajemen Permodalan Modern. Bandung: Alumni.
Kuncoro, M. 2001. Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis
dan Ekonomi. Yogyakarta : YKPN. Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto. 2002. Perkoperasian : Sejarah,
Teori dan Praktek. Jakarta : Ghalia Indonesia Purwanto,U. 1986. Petunjuk Praktis tentang Cara Mendirikan dan Mengelola
Koperasi di Indonesia. Semarang: Aneka Ilmu.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.
Sedarmayanti, Syarifudin Hidayat. 2002. Metodologi Penelitian. Bandung :
Mandar Maju. Setiaji, Khasan. 2009. Pengaruh Partisipasi Anggota Dan Lingkungan Usaha
Terhadap Keberhasilan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Kapas Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara. Jejak, Vol.2, No.1 : 22-28.
Sevilla, G. Consuello, et all. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI
Press. Sitio dan Tamba. 2002. Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta : Erlangga. Sukamdiyo, Ign. 1996. Manajemen Koperasi. Semarang : Erlangga. Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Pengantar Ekonometrika. Yogyakarta : BPFE. Suwandi, Ima. 1985. Koperasi Organisasi Ekonomi Yang Berwatak Sosial.
Jakarta : Bhratara Karya Aksara Wasis. 1998. Pembelanjaan Perusahaan. Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana. Widiyanti Ninik dan Y.W.Sunindhia. 1992. Koperasi dan Perekonomian
Indonesia. Penerbit : PT. Rineka Cipta. Jakarta.
100
101
Lampiran 1. Tabulasi Data No. Nama KPRI Modal Sendiri Modal Pinjaman SHU 1. SETIA 1.064.755.010 579.269.628,2 15.020.045 2. PUJT 733.541.109 77.092.545 66.433.475 3. RRI 595.585.900 757.572.865 38.274.850 4. KOPEGTEL 4.645.200.454 7.561.472.304 1.399.784.312 5. HIDUP 1.186.261.009 2.554.963.735 29.486.097 6. KOSPENI 225.478.007 286.971.748 18.523.068 7. SMEA NEGERI 1 217.103.971 138.788.489 28.708.500 8. PERKES 331.405.793 451.412.750 14.552.795 9. BINA SEJAHTERA 1.043.116.501 1.093.733.534 146.748.093 10. SMP NEGERI 8 277.901.520 237.758.924 48.165.075 11. KEJAKSAAN 121.078.450 13.379.750 6.301.066 12. IKHLAS 1.565.742.293 599.086.148,1 55.000.000 13. PRASIDA DARMA 115.563.510 94.790.460,33 4.918.340 14. SMEA NEGERI 2 255.295.600 147.937.565 24.431.400 15. KONSERVATORI 317.694.125 1.480.480.944 8.737.917 16. RASA TUNGGAL 1.447.277.387 839.016.465 121.176.585 17. PASU 432.253.108 415.678.171 31.195.210 18. SMA NEGERI 5 420.671.689 135.049.660 38.014.213 19. SEJAHTERA P&K 1.681.781.042 951.518.799 99.552.508 20. TUGU LILIN 427.377.345 328.253.446 13.359.132 21. SMA NEGERI 4 488.901.068 142.561.770 121.293.490,5 22. STM NEGERI 1 866.460.822 1.146.569.075 76.951.510 23. SEMBODO 139.296.109 106.666.653 25.000.000 24. SMPS 186.824.640 98.503.135 13.198.380 25. MAKARTI 247.505.940 54.729.400 9.834.525 26. MAKARYA 2.885.358.480 2.658.051.110 132.043.485 27. SMP NEGERI 2 271.106.285 49.898.977 13.641.076 28. SMP NEGERI 13 206.435.479 146.446.992 3.630.125 29. SMP NEGERI 1 298.417.701,7 275.978.157,5 27.481.954,77 30. UNS 11.105.993.557 37.748.090.575 179.353.661 31. SUBUR 1.580.812.332 955.092.603,6 67.064.094 32. MUARA 176.610.474 78.115.064 8.154.624 33. TRISULA 299.882.021 94.578.758 17.441.985 34. SEKATA 213.317.349,7 143.701.827,8 27.363.488,61 35. GURU 1.247.519.815 697.622.575 43.419.565 36. GOTONG ROYONG 295.517.869 289.466.682 15.720.105 37. ASIH 1.692.103.875 3.535.855.230 34.108.917,03 38. SMP NEGERI 5 309.994.472 213.632.827 47.958.245
102
39. UTAMI 577.777.392 426.980.328 23.140.586 40. RSU MOEWARDI 3.055.454.717 10.167.169.773 325.860.615 41. SEJAHTERA
PEGADAIAN 881.220.465 1.065.930.536 49.050.000
42. MULYA MAKMUR 206.491.965 89.938.320 5.744.025 43. K3S 598.941.679 983.939.505 53.874.921 44. SEJAHTERA ST 6 225.609.609 144.966.302 25.942.246 45. ISI/STSI 3.111.024.492 5.412.135.202 117.919.435 46. SMP NEGERI 15 236.955.865 184.985.005 24.105.455 47. SETIA KAWAN 1.147.081.795 571.242.398 65.473.919 48. KOKAR MONAS 56.656.721 33.000.429 10.348.200 49. KOPERDAG 352.747.341,5 136.560.060 11.038.000 50. KOPERSOS 1.801.409.504 445.823.036,3 135.331.213,4 51. PRIMKOKAR 550.320.755 198.485.052 28.948.665 52. HASRAD 275.507.807 103.621.531 51.220.810 53. SIDO MAKMUR 477.485.149 348.891.710 21.267.519 54. DLLAJR 420.674.224,9 22.800.000 24.127.641,22 55. BAKTI SEJAHTERA 401.883.140 237.468.985 2.985.900 56. BALAI BAPAS 144.341.242 47.942.293 17.912.380 57. SUTERA 264.945.742 109.727.917 14.859.045 58. PERINDUSTRIAN 231.512.660 131.402.100 18.000.000 59. UNISRI 786.492.526 1.454.980.743 170.103.182 60. JADI MAKMUR 154.143.886 55.713.804 7.949.833 61. SMA NEGERI 7 321.511.066 721.024.446 12.113.231 62. BAKTI CANDRASA 183.951.950 77.749.268 8.820.000 63. MEKAR SEJATI 391.042.700 483.796.022 25.337.778 64. AMANAH 266.387.032 176.683.931 12.515.790 65. FAJAR 224.229.623 170.506.247 13.118.000 66. KARYA SENI 253.804.750 247.627.807 38.990.683 67. KELUARGA DINAS
DIKPORA 2.193.950.662 922.822.985 182.246.175
68. SMK NEGERI 4 172.345.140 111.794.345 25.541.190 69. KOPKARDA 6.213.166.612 1.405.616.434 113.445.855,1 70. RUKUN HANDAYANI 247.782.030,7 123.861.229,5 5.899.430,3
103
Lampiran 2. Hasil Olah Data Regresi Dependent Variable: SHU Method: Least Squares Date: 04/09/10 Time: 23:58 Sample: 1 70 Included observations: 70
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 10451529 22440373 0.465747 0.6429 MS 0.077243 0.022229 3.474895 0.0009 MP -0.011892 0.007689 -1.546714 0.1266
R-squared 0.232761 Mean dependent var 67361052 Adjusted R-squared 0.209859 S.D. dependent var 1.71E+08 S.E. of regression 1.52E+08 Akaike info criterion 40.56083 Sum squared resid 1.55E+18 Schwarz criterion 40.65719 Log likelihood -1416.629 F-statistic 10.16308 Durbin-Watson stat 2.047826 Prob(F-statistic) 0.000140
104
Lampiran 3. Multikolinearitas Test s SHU C MS MP
Dependent Variable: SHU Method: Least Squares Date: 04/16/10 Time: 22:33 Sample: 1 70 Included observations: 70
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 10451529 22440373 0.465747 0.6429 MS 0.077243 0.022229 3.474895 0.0009 MP -0.011892 0.007689 -1.546714 0.1266
R-squared 0.232761 Mean dependent var 67361052 Adjusted R-squared 0.209859 S.D. dependent var 1.71E+08 S.E. of regression 1.52E+08 Akaike info criterion 40.56083 Sum squared resid 1.55E+18 Schwarz criterion 40.65719 Log likelihood -1416.629 F-statistic 10.16308 Durbin-Watson stat 2.047826 Prob(F-statistic) 0.000140
s SHU C MS
Dependent Variable: SHU Method: Least Squares Date: 04/16/10 Time: 22:34 Sample: 1 70 Included observations: 70
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 22474241 21265546 1.056838 0.2943 MS 0.047576 0.011349 4.192137 0.0001
R-squared 0.205366 Mean dependent var 67361052 Adjusted R-squared 0.193680 S.D. dependent var 1.71E+08 S.E. of regression 1.54E+08 Akaike info criterion 40.56734 Sum squared resid 1.61E+18 Schwarz criterion 40.63158 Log likelihood -1417.857 F-statistic 17.57401 Durbin-Watson stat 2.062156 Prob(F-statistic) 0.000082
s SHU C MP
Dependent Variable: SHU Method: Least Squares Date: 04/16/10 Time: 22:35 Sample: 1 70 Included observations: 70
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 52373206 20404334 2.566769 0.0125 MP 0.011162 0.004190 2.663764 0.0096
R-squared 0.094488 Mean dependent var 67361052 Adjusted R-squared 0.081172 S.D. dependent var 1.71E+08 S.E. of regression 1.64E+08 Akaike info criterion 40.69796 Sum squared resid 1.83E+18 Schwarz criterion 40.76220 Log likelihood -1422.428 F-statistic 7.095637 Durbin-Watson stat 2.101631 Prob(F-statistic) 0.009640
105
Lampiran 4. Heteroskedastisitas Test s LM ARCH
ARCH Test:
F-statistic 0.028295 Probability 0.866924 Obs*R-squared 0.029127 Probability 0.864485
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 04/16/10 Time: 22:23 Sample(adjusted): 2 70 Included observations: 69 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.29E+16 1.86E+16 1.230454 0.2228 RESID^2(-1) -0.020547 0.122151 -0.168211 0.8669
R-squared 0.000422 Mean dependent var 2.24E+16 Adjusted R-squared -0.014497 S.D. dependent var 1.52E+17 S.E. of regression 1.53E+17 Akaike info criterion 82.00129 Sum squared resid 1.56E+36 Schwarz criterion 82.06605 Log likelihood -2827.045 F-statistic 0.028295 Durbin-Watson stat 2.000789 Prob(F-statistic) 0.866924
106
Lampiran 5. Autokorelasi Test s B-G Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.043678 Probability 0.835098 Obs*R-squared 0.046294 Probability 0.829642
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 04/16/10 Time: 22:13 Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -19815.27 22602458 -0.000877 0.9993 MS -3.74E-05 0.022390 -0.001671 0.9987 MP 4.71E-05 0.007747 0.006083 0.9952
RESID(-1) -0.025746 0.123193 -0.208992 0.8351
R-squared 0.000661 Mean dependent var -3.40E-08 Adjusted R-squared -0.044763 S.D. dependent var 1.50E+08 S.E. of regression 1.53E+08 Akaike info criterion 40.58874 Sum squared resid 1.55E+18 Schwarz criterion 40.71722 Log likelihood -1416.606 F-statistic 0.014559 Durbin-Watson stat 1.995940 Prob(F-statistic) 0.997578