analisis pengaruh mekanisme corporate governance,...

134
ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, EARNING MANAGEMENT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Disusun oleh: Ahmad Rizqi Firdaus NIM. 208082000052 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE,

EARNING MANAGEMENT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP

NILAI PERUSAHAAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1)

Disusun oleh:

Ahmad Rizqi Firdaus

NIM. 208082000052

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

i

ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE,

EARNING MANAGEMENT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP

NILAI PERUSAHAAN

Skripsi

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1)

Disusun oleh:

Ahmad Rizqi Firdaus

NIM. 208082000052

Di bawah bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Amilin, SE.,M.Si.,Ak.,CA Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA

NIP. 19730615 200501 1 009 NIP. 19760924 200604 2 002

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini, Jumat 10 Juli 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Ahmad Rizqi Firdaus

2. NIM : 208082000052

3. Jurusan : Akuntansi (Audit)

4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,

Earning Management, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai

Perusahaan.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama

ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Juli 2015

1. Fitri Amalia, SE.,M.Si ( )

NIP. 19820710 200912 2 002 Penguji 1

2. Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA ( )

NIP. 19760924 200604 2 002 Penguji 2

3. Hepi Prayudiawan, SE.,M.M.,Ak.,CA ( )

NIP.19720516 200901 1 006 Penguji 3

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini, Kamis, 27 Agustus 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Ahmad Rizqi Firdaus

2. NIM : 208082000052

3. Jurusan : Akuntansi (Audit)

4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,

Earning Management, dan Ukuran Perusahaan terhadap

Nilai Perusahaan.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Agustus 2015

1. Dr. Ade Sofyan Mulazid, SH ( )

NIP. 19750101200501 1 008 Ketua

2. Hepi Prayudiawan, SE.,M.M.,Ak.,CA ( )

NIP.19720516 200901 1 006 Sekretaris

3. Dr. Amilin, SE.,M.Si.,Ak.,CA ( )

NIP.19730615 200501 1 009 Pembimbing I

4. Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA ( )

NIP.19760924 200604 2 002 Pembimbing II

5. Yulianti, SE., M.Si ( )

NIP.19820318 201101 2 011 Penguji Ahli

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ahmad Rizqi Firdaus

NIM : 208082000052

Jurusan : Akuntansi (Audit)

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,

Earning Management, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai

Perusahaan.

dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak memakai ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan;

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain;

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa ijin pemilik karya tersebut;

4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data;

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya

ini.

Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata ditemukan bukti

bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai

sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan berdasarkan kondisi yang

sesungguhnya.

Jakarta, 03 September 2015

Yang Menyatakan,

(Ahmad Rizqi Firdaus)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Ahmad Rizqi Firdaus

2. Tempat, Tanggal Lahir : Purwakarta, 03 Maret 1990

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Agama : Islam

5. Alamat : Jl. H. Hasyim II No. 52 RT. 01/02

Kel. Serua, Kec. Bojong Sari, Kab. Depok

6. No. Hp/Telepon : (0838) 1279 6676

7. Alamat Email : [email protected]

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Program Sarjana (S1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008 - 2015)

2. SMU Negeri 66 Jakarta (2004 - 2008)

3. MTS As-Salam Purwakarta (2001 – 2004)

4. SDN 01 Palinggihan Purwakarta (1995 - 2001)

vi

ABSTRACT

The objective of this research is to analyze the influence of corporate

governance mechanism, earning management, and firm size to firm value. In this

research, corporate governance mechanism is conducted by five proxies which

consists of institutional ownership, managerial ownership, independent

commissioner, audit commitee and audit quality, whereas earning management,

firm size and firm value are proxied by discretionary accrual, natural logarithm

of the total of company assets, and Tobin’s Q formula, respectively.

As a quantitatif study adapted-with library study, the research used

deductive-hypotheses method. The data used was secondary data consists of

annual report and audited consolidated-financial statement issues of consumer

goods sector-classified manufacturing companies which were elected by

purposive-judgment sampling, which were acquired by online accessing on Pusat

Referensi Pasar Modal: Indonesia Stock Exchange (http://www.idx.co.id//).

Methods of data analysis used was consists of descriptive statistic analysis,

classic assumption tests, determination coefficient test, F statistic test, and t

statistic test. Scientific approach used was statistic analysis technique which is

supported by Windows-based 22th

Version SPSS Program.

The result showed that only managerial ownership and firm size which

partially had significant influence to firm value, whereas, institutional ownership,

independent commissioner, audit commitee, audit quality, and earning

management had no significant influence. According to the F test result, it’s

proved that all of the independent variables (7), simultaneously, had a significant

influence to firm value. The result of determination coefficient test (adjusted R2)

showed that 36,8 % variances on firm value can be explained by all of the

independent variables.

Keyword: Firm Value, Agency Theory, GCG

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh mekanisme

corporate governance, earning management, dan ukuran perusahaan terhadap

nilai perusahaan. Dalam penelitian ini, mekanisme corporate governance

diproksikan dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris

independen, komite audit dan kualitas audit. Sedangkan, earning management,

ukuran perusahaan, dan nilai perusahaan, masing-masing, diproksikan dengan

menggunakan discretionary accrual, logaritma natural nilai aset, dan rumus

Tobin‟s Q.

Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan jenis pendekatan studi

kepustakaan dan menggunakan metode hipotesis-deduktif. Data penelitian

merupakan data sekunder yang berupa terbitan laporan tahunan dan laporan

keuangan konsolidasian teraudit dari perusahaan-perusahaan manufaktur sektor

consumer goods yang dipilih dengan menggunakan purposive-judgment sampling,

yang diperoleh melalui akses online pada Pusat Referensi Pasar Modal: Bursa

Efek Indonesia (http://www.idx.co.id//). Teknik analisis data yang digunakan

terdiri dari analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi,

uji statistik F, dan uji statistik t. Sedangkan, pendekatan keilmuan yang digunakan

adalah teknik statistik dengan didukung program SPSS Versi 22.0 berbasis

Windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya kepemilikan manajerial dan

ukuran perusahaan yang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan. Sedangkan, kepemilikan institusional, komisaris independen, komite

audit, kualitas audit, dan earning management, secara parsial, tidak berpengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil uji statistik F, ketujuh

variabel independen, terbukti, secara simultan, berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan. Adapun, hasil uji koefisien determinasi (adjusted R2)

menunjukkan bahwa 36,8% varian dalam nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh

ketujuh variabel independen.

Kata Kunci: Nilai Perusahaan, Agency Theory, GCG

viii

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Assalaamu‟alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi atas segala

nikmat dan karunia yang telah diberikan, yang juga dengan rahmat dan izin-Nya

pula, tugas akhir kuliah kami dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga

senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang juga dengan

pertolongan Allah SWT, telah membimbing ummat-nya menuju jalan

keselamatan dan kebahagiaan, di dunia dan di akhirat kelak. Minazhzhulumaati

ilannuur.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini tidak akan

terselesaikan tanpa adanya banyak pihak yang telah sangat membantu dalam

setiap tahapan pengerjaan dan/atau penyelesaiannya. Maka, dalam hal ini, kami

ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Ayah dan ibunda tercinta yang selalu setia dengan do‟a, kasih sayang, dan

semua dukungan yang diberikan setiap hari-nya, dan begitu percaya bahwa

semua anaknya pantas dan mampu untuk hidup mulia dan berbahagia dengan

lebih berdaya dan bermanfaat bagi sesama. Semoga semangat yang mulia ini

dapat terus hidup dalam diri kami semua anak-anaknya;

2. Ayahanda kami, yang terhormat bapak Dr. Amilin, SE.,M.Si.,Ak.,CA., selaku

Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang juga

merupakan Dosen Pembimbing I, yang telah banyak sekali membantu dalam

penyelesaian studi dan tugas akhir kami. Sungguh mengesankan untuk

berkesempatan mengenal dan menimba ilmu secara langsung kepada beliau.

Semoga kepercayaan dan segala budi baik bapak kepada kami selama ini

senantiasa mendapat ganjaran yang baik dan mulia dari Allah SWT;

3. Ibunda kami, yang terhormat ibu Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA., selaku Ketua

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang juga merupakan

ix

Dosen Pembimbing II, yang telah banyak sekali membantu dalam

penyelesaian studi dan tugas akhir kami. Sungguh mengesankan untuk

berkesempatan mengenal dan menimba ilmu secara langsung kepada beliau.

Semoga kepercayaan dan segala budi baik ibu kepada kami selama ini

senantiasa mendapat ganjaran yang baik dan mulia dari Allah SWT;

4. Ayahanda kami, yang terhormat bapak Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA.,

selaku Sekretaris Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis, yang juga telah banyak sekali membantu dalam penyelesaian studi dan

tugas akhir kami. Sungguh mengesankan untuk berkesempatan mengenal dan

menimba ilmu secara langsung kepada beliau. Semoga kepercayaan dan

segala budi baik bapak kepada kami selama ini senantiasa mendapat ganjaran

yang baik dan mulia dari Allah SWT;

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah banyak memberikan

bekal ilmu pengetahuan dan menginspirasi kami selama proses studi. Sungguh

mengesankan dapat berkenalan dan menimba ilmu kepada bapak dan ibu.

Semoga segala budi baik bapak/ibu kepada kami selama ini senantiasa

mendapat ganjaran yang baik dan mulia dari Allah SWT;

6. Seluruh Staff Bidang Akademik dan segenap jajarannya yang profesional dan

luar biasa dalam pemenuhan kebutuhan dan pelayanan administrasi dan

akademik mahasiswa;

7. Rekan-rekan seperjuangan Program Sarjana (S1) Kelas Non-Regular Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, khususnya angkatan 2008, yang dengan cara tersendiri

memberikan input yang positif bagi penulis, diantaranya: Muchsin, Fauzan,

Rian, Pipin, Fandy, Aljuni, Agan, Anang, Widhi, Hari, Eris, Uus, juga semua

rekan yang tidak disebutkan, tanpa mengurangi rasa hormat. Merupakan

pengalaman mengesankan dapat berkenalan dengan rekan-rekan sekalian.

Semoga, dalam perjumpaan berikutnya suatu saat nanti, kita semua telah

dalam keadaan yang lebih baik dan mencerahkan; dan

8. Semua pihak yang telah banyak membantu, baik secara langsung maupun

tidak langsung, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

x

Tidak lupa, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua yang

berkesempatan membaca laporan penelitian (skripsi) ini, demi perbaikan di

kemudian hari.

Wassalaamu‟alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Jakarta, 03 September 2015

Penulis

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................ iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ v

ABSTRACT .................................................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ........................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori .......................................................................... 13

1. Agency Theory ....................................................................... 13

a. Definisi Agency Theory .................................................... 13

b. Asumsi Sifat Dasar Manusia ............................................. 14

c. Asimetri Informasi ........................................................... 15

d. Agency Conflict ................................................................ 16

2. Earning Management ............................................................ 18

xii

a. Definisi Earning Management ......................................... 18

b. Karakteristik Earning Management ................................. 19

c. Faktor Determinan Earning Management ........................ 20

3. Corporate Governance .......................................................... 22

a. Definisi Corporate Governance ....................................... 22

b. Manfaat Corporate Governance ...................................... 23

c. Prinsip-Prinsip Corporate Governance ............................ 24

d. Mekanisme Corporate Governance ................................. 27

1) Kepemilikan Institusional ............................................ 27

2) Kepemilikan Manajerial .............................................. 28

3) Komisaris Independen ................................................. 30

4) Komite Audit ............................................................... 34

5) Kualitas Audit .............................................................. 35

4. Ukuran Perusahaan ................................................................ 36

5. Nilai Perusahaan .................................................................... 37

B. Penelitian Terdahulu .................................................................. 40

C. Kerangka Pemikiran .................................................................. 45

D. Hipotesis .................................................................................... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 54

B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 55

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 56

D. Metode Analisis Data ................................................................. 57

1. Analisis Statistik Deskriptif .................................................. 57

2. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 58

a. Uji Normalitas .................................................................. 58

b. Uji Multikolinieritas ......................................................... 59

c. Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 60

d. Uji Autokorelasi ............................................................... 61

3. Uji Koefisien Determinasi ................................................... 62

4. Uji Statistik F (F Test) ........................................................... 63

xiii

5. Uji Statistik t (t Test) ............................................................. 63

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................. 64

1. Variabel Dependen ................................................................ 64

2. Variabel Independen ............................................................. 66

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 73

B. Hasil Analisis dan Pembahasan ................................................. 75

1. Analisis Statistik Deskriptif .................................................. 75

2. Uji Asumsi Klasik ................................................................ 79

3. Uji Koefisien Determinasi ................................................... 86

4. Uji Statistik F (F Test) ........................................................... 87

5. Uji Statistik t (t Test) ............................................................ 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................ 100

B. Saran-saran ................................................................................. 101

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 103

LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 109

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................. 41

4.1 Penentuan Jumlah Sampel ....................................................... 73

4.2 Daftar Sampel Penelitian .......................................................... 75

4.3 Hasil Statistik Deskriptif ........................................................ 76

4.4 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ........................... 79

4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ..................................................... 82

4.6 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................. 83

4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................... 84

4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................. 86

4.9 Hasil Uji Statistik F ................................................................. 87

4.10 Hasil Uji Statistik t .................................................................. 89

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran dan Model Penelitian ............................. 45

4.1 Grafik Analisis Normal Probability Plot ................................. 81

4.2 Grafik Analisis Heteroskedastisitas ......................................... 85

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan Halaman

1 Penentuan Jumlah Sampel ....................................................... 109

2 Daftar Sampel Penelitian ........................................................ 110

3 Data Hasil Pengukuran Variabel ............................................ 111

4 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif .................................... 113

5 Hasil Uji Asumsi Klasik ......................................................... 114

6 Faktor-Faktor dalam Pengujian Hipotesis ............................... 117

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan jangka panjang perusahaan adalah untuk mengoptimalkan nilai

perusahaan. Tingginya nilai perusahaan dapat menggambarkan kesejahteraan

pemilik perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik

jika kinerja perusahaannya baik. Nilai perusahaan dapat terlihat dari nilai

pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya. Harga saham dari suatu

perusahaan dapat mencerminkan nilai perusahaan tersebut, jika harga saham

perusahaan tinggi maka dapat disimpulkan nilai perusahaan tersebut juga baik.

Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang

mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

perusahaan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja perusahaan, serta perubahan posisi

keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan

keputusan ekonomi. Oleh karena itu, laporan yang berkualitas, yang terbebas

dari rekayasa dan mengungkapkan informasi sesuai dengan fakta yang

sebenarnya menjadi kepentingan banyak pihak. Laporan keuangan merupakan

bentuk pertanggungjawaban manajemen perusahaan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan, seperti pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah,

masyarakat maupun pihak-pihak lainnya.

2

Bagi pihak investor, laporan keuangan berguna dalam pengambilan

keputusan yang nantinya dapat memaksimalkan jumlah investasinya. Bagi

pihak kreditor, laporan keuangan digunakan untuk membantu mereka dalam

memutuskan pinjaman dan bunga yang harus dibayar. Sedangkan bagi

pemerintah, laporan keuangan dapat digunakan untuk mengatur aktivitas

perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan untuk menyusun statistik

pendapatan nasional.

Laporan keuangan seringkali disalahgunakan oleh manajemen dengan

melakukan perubahan dalam penggunaan metode akuntansi yang digunakan,

sehingga akan mempengaruhi jumlah laba yang ditampilkan dalam laporan

keuangan. Hal ini sering dikenal dengan istilah manajemen laba (earning

management). Manajemen laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan

oleh pihak manajemen yang dapat mempengaruhi tingkat laba yang

ditampilkan. Menurut Ma‟ruf (2006) dalam Praditia (2010) menyatakan

bahwa manajemen laba dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan

apabila digunakan untuk mengambil keputusan, karena manajemen laba

merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi

sarana komunikasi antara manajer dan pihak eksternal perusahaan. Tujuan dari

manajemen laba adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pihak tertentu

walaupun dalam jangka panjang tidak terdapat perbedaan laba kumulatif

perusahaan dengan laba yang dapat diidentifikasikan sebagai suatu

keuntungan (Fischer dan Rosenzweirg, 1995).

3

Manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu

oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemegang

saham dengan manajemen perusahaan (Praditia, 2010). Manajer yang

bertanggung jawab atas pengelolaan perusahaan lebih banyak mengetahui

informasi-informasi yang bermanfaat untuk kelangsungan hidup perusahaan,

baik informasi internal maupun prospek perusahaan di masa yang akan datang

bila dibandingkan dengan pemegang saham, sehingga memungkinkan agen

memanipulasi informasi yang dapat menguntungkan agen. Hal tersebut dapat

membuat investor kehilangan kepercayaan terhadap investasinya, dan bisa

menyebabkan investor menarik kembali dana yang telah diinvestasikan. Oleh

karena itu, diperlukan perlindungan terhadap kepentingan investor dari prilaku

menyimpang yang dilakukan oleh pihak perusahaan.

Hal-hal yang mengindikasikan terjadinya manajemen laba seperti

kenaikan atau penurunan laba kotor yang besar, defisit yang cukup besar

dalam arus kas operasi relatif terhadap laba bersih, perubahan prinsip

akuntansi dan estimasi serta perbedaan substansial antara pertumbuhan

penjualan dan penerimaan dapat mempengaruhi nilai perusahaan pada suatu

periode tertentu sehingga akan berpengaruh pula terhadap persepsi pihak-

pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan. Untuk

meminimumkan terjadinya tindakan manajemen laba, maka perusahaan perlu

menerapkan mekanisme good corporate governance dalam sistem

pengendalian dan pengelolaan perusahaan.

4

Corporate governance adalah salah satu cara yang dapat digunakan oleh

perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan sehingga nilai perusahaan

juga ikut meningkat. Corporate governance merupakan suatu sistem yang

mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat

meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Di Indonesia

sendiri, corporate governance mulai mengemuka sejak terjadinya krisis yang

berkepanjangan pada tahun 1998. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun

investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktik

corporate governance.

Pada prinsipnya, manajemen laba memang tidak menyalahi prinsip

akuntansi yang berlaku umum. Namun, manajemen laba dinilai dapat

menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Dengan semakin

menurunnya kepercayaan masyarakat, maka hal ini dapat menurunkan nilai

perusahaan karena banyak investor yang akan menarik kembali investasi yang

telah mereka tanamkan (Scott, 2006). Praktek manajemen laba dinilai

merugikan karena dapat menurunkan nilai laporan keuangan dan memberikan

informasi yang tidak relevan bagi investor.

Berbicara mengenai kinerja perusahaan yang dihitung dengan rasio

keuangan, tidak akan dapat dipisahkan dari ukuran perusahaan yang

dicerminkan dengan total aset yang dimiliki. Semakin besar aset yang dimiliki

perusahaan, memungkinkan kinerja keuangan yang terjadi dalam operasional

suatu perusahaan semakin besar pula (Darmawati, 2004). Keuntungan,

kerugian dan biaya yang dapat ditekan mungkin saja berbeda dengan

5

perusahaan dengan aset yang lebih kecil. Ukuran perusahaan merupakan hal

yang penting dalam proses pelaporan keuangan.

Ukuran perusahaan dapat diukur dengan melihat seberapa besar aset

yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Aset yang dimiliki perusahaan ini

menggambarkan hak & kewajiban serta permodalan perusahaan. Darmawati

(2004) menyatakan bahwa perusahaan besar pada dasarnya memiliki kekuatan

finansial yang lebih besar dalam menunjang kinerja, tetapi disisi lain

perusahaan dihadapkan pada masalah keagenan yang lebih besar.

Perusahaan dengan aset besar biasanya akan mendapatkan perhatian

lebih dari masyarakat. Hal ini akan menyebabkan perusahaan lebih berhati-

hati dalam melakukan pelaporan keuangannya. Uyun (2011) dalam

penelitiannya menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif

signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Penelitian mengenai dampak dari earning management terhadap nilai

perusahaan, peranan dan/atau pengaruh mekanisme corporate governance

terhadap objektivitas kebijakan perusahaan dalam pencapaian nilai

perusahaan, termasuk pengkajian mengenai kompleksitas ukuran perusahaan

dan kaitannya dengan nilai perusahaan – ataupun kombinasi dari variabel-

variabel tersebut – telah banyak dilakukan dan dengan hasil (temuan) yang

beragam. Sebagaimana contoh, hasil penelitian yang dilakukan Gabrielsen et

al (1997), Wedari (2004), dan Herawaty (2008) yang menemukan pengaruh

signifikan praktek corporate governance terhadap earning management, yang

berbeda dengan temuan dari beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh

6

Darmawati (2004), yang justru „berhasil membuktikan‟ bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara praktek corporate governance terhadap

earning management. Begitu juga dengan temuan penelitian mengenai

pengaruh positif signifikan earning management terhadap nilai perusahaan

oleh Herawaty (2008), dimana penelitian yang dilakukan oleh Fernandes dan

Ferreira (2007) dan Mursalim (2003) menunjukkan sebaliknya, yakni bahwa

manajemen laba mempunyai hubungan yang negatif terhadap nilai

perusahaan.

Adapun, penelitian Herawaty (2008) yang menguji hubungan antara

manajemen laba dan nilai perusahaan yang dimoderasi oleh corporate

governance, menunjukkan bahwa praktek komisaris independen, kualitas

audit dan kepemilikan institusional merupakan variabel pemoderasi antara

earning management dan nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial

bukan merupakan variabel moderator. Penelitian serupa oleh Lestari dan

Pamudji (2013) berhasil menemukan bahwa manajemen laba memiliki

pengaruh negatif yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan, empat

variabel corporate governance, yakni: komisaris independen, kepemilikan

manajerial, kepemilikan institusional, dan kualitas audit, baik secara parsial

maupun simultan, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai

perusahaan. Hasil pengujian efek pemoderasi variabel corporate governance,

menunjukkan bahwa variabel corporate governance tidak keseluruhan

berpengaruh signifikan dalam memoderasi pengaruh earning management

terhadap nilai perusahaan.

7

Perbedaan temuan atas hasil dari penelitian-penelitian terdahulu diduga

dapat disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penggunaan basis teori dan

permodelan kerangka pemikiran, karakteristik objek dan subjek penelitian,

serta mungkin pilihan desain penelitian oleh peneliti. Adanya perbedaan

temuan-temuan dari penelitian tersebut menjadi salah satu motivasi terbesar –

selain tentu saja potensi implikasi dari temuan atas hasil penelitian yang akan

dilakukan – untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menganalisis dan

menguji kembali hubungan antar-variabel tersebut.

Lebih spesifiknya, penelitian ini merupakan replikasi dan upaya

pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan

Jhoni Suhani (2013). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

adalah sebagai berikut:

1. Terdapat penambahan variabel independen berupa komite audit, sebagai

proxy mekanisme corporate governance dengan indikator jumlah anggota

komite audit di perusahaan, yang diperoleh dari penelitian Estiasih et al

(2015), Kristiani et al (2014), dan Susanto dan Subekti (2012). Selain

karena disarankan oleh peneliti terdahulu, variabel tersebut juga sangat

relevan dengan perkembangan di dunia bisnis saat ini. Dalam prakteknya,

keberadaan komite audit menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi

bagi perusahaan yang hendak mengakses pasar modal di Indonesia dengan

menjadi anggota terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Mengingat fungsi

dan/peranan potensial dari keberadaannya, keberadaan komite audit di

suatu perusahaan dapat menjadi salah satu tolak ukur alternatif dalam

8

penilaian perusahaan karena dapat mencerminkan sistem/tata kelola dari

perusahaan tersebut.

2. Menerapkan beberapa teknik pengukuran alternatif atas variabel

penelitian, meliputi: (1) variabel nilai perusahaan, akan diukur dengan

menggunakan rumus hitung Tobin‟s Q yang telah dimodifikasi versi

Chung dan Pruitt (1994) yang juga telah sering digunakan dalam beberapa

penelitian terdahulu; (2) variabel kepemilikan manajerial, akan diukur

dengan indikator persentase kepemilikan saham oleh manajerial, yang

diperoleh dari penelitian Estiasih et al (2015), Kristiani et al (2014),

Susanto dan Subekti (2012), dan Kartika dan Nikmah (2011); dan (3)

variabel ukuran perusahaan, dalam pengukurannya, akan digunakan nilai

logaritma natural dari total aset perusahaan, yang diperoleh dari penelitian

Rice (2013).

3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-

perusahaan manufaktur sektor consumer goods, yang merupakan

kelompok populasi dari unit sampling penelitian sebelumnya; dan

menggunakan periode pengamatan 3 tahun, yakni 2012-2014. Pada

dasarnya, tiap-tiap elemen populasi memiliki karakteristik yang dapat

berbeda satu sama lain. Karakteristik yang dimaksud, antara lain, dapat

berupa: ukuran perusahaan, profitabilitas, dan/atau growth opportunity

dari tiap-tiap perusahaan, yang cenderung bersifat dinamis, dalam satuan

waktu relatif tertentu. Dengan memperbaharui spesifikasi data pengamatan

dalam penelitian, temuan atas hasil penelitian ini berpotensi dapat

9

memberikan perbandingan mengenai teori terdahulu berkenaan dengan

objek studi, dengan temuan atas hasil penelitian saat ini.

Penelitian ini mengambil judul: “Analisis Pengaruh Mekanisme

Corporate Governance, Earning Management, dan Ukuran Perusahaan

terhadap Nilai Perusahaan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah kepemilikan institusional – proxy mekanisme corporate

governance – (X1), kepemilikan manajerial – proxy mekanisme corporate

governance – (X2), komisaris independen – proxy mekanisme corporate

governance – (X3), komite audit – proxy mekanisme corporate

governance – (X4), kualitas audit – proxy mekanisme corporate

governance – (X5), earning management (X6), dan ukuran perusahaan

(X7), secara simultan, berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

2. Apakah kepemilikan institusional sebagai proksi dari mekanisme

corporate governance, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai

perusahaan?

3. Apakah kepemilikan manajerial sebagai proksi dari mekanisme corporate

governance, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

4. Apakah komisaris independen sebagai proksi dari mekanisme corporate

governance, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

10

5. Apakah komite audit sebagai proksi dari mekanisme corporate

governance, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

6. Apakah kualitas audit sebagai proksi dari mekanisme corporate

governance, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

7. Apakah earning management, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai

perusahaan?

8. Apakah ukuran perusahaan, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai

perusahaan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris, mengenai :

1. Pengaruh kepemilikan institusional – proxy mekanisme corporate

governance – (X1), kepemilikan manajerial – proxy mekanisme corporate

governance – (X2), komisaris independen – proxy mekanisme corporate

governance – (X3), komite audit – proxy mekanisme corporate

governance – (X4), kualitas audit – proxy mekanisme corporate

governance – (X5), earning management (X6), dan ukuran perusahaan

(X7), secara simultan, terhadap nilai perusahan.

2. Pengaruh kepemilikan institusional sebagai proksi dari mekanisme

corporate governance, secara parsial, terhadap nilai perusahaan;

3. Pengaruh kepemilikan manajerial sebagai proksi dari mekanisme

corporate governance, secara parsial, terhadap nilai perusahaan

4. Pengaruh komisaris independen sebagai proksi dari mekanisme corporate

governance, secara parsial, terhadap nilai perusahaan;

11

5. Pengaruh komite audit sebagai proksi dari mekanisme corporate

governance, secara parsial, terhadap nilai perusahaan;

6. Pengaruh kualitas audit sebagai proksi dari mekanisme corporate

governance, secara parsial, terhadap nilai perusahaan;

7. Pengaruh earning management, secara parsial, terhadap nilai perusahaan;

dan

8. Pengaruh ukuran perusahaan, secara parsial, terhadap nilai perusahaan;

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Penulis

Menjadi sarana latihan pengembangan kemampuan dalam bidang

penelitian dan aktualisasi pengetahuan yang diperoleh selama studi

sehingga teori berkenaan dengan temuan atas hasil penelitian akan

menambah wawasan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai topik

dan/atau isu seputar nilai perusahaan sebagai variabel yang diminati.

b. Bagi Akademisi

Temuan atas hasil penelitian ini berpotensi untuk menjadi masukan

dan/atau pertimbangan bagi praktisi akademis, khususnya dalam

konteks pengembangan penelitian di bidang studi/kajian relevan

sehingga dapat menghasilkan teori baru berkenaan dengan objek studi.

12

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Stockholder Perusahaan

Dapat menjadi masukan informasi alternatif yang baik dan dapat

diperbandingkan bagi para pemilik perusahaan (stockholder) dalam

pengambilan keputusan berkenaan dengan nilai perusahaan dan tata

kelola (manajemen) yang baik bagi perusahaan.

b. Bagi Stakeholder Perusahaan

Dapat menjadi masukan informasi alternatif yang baik dan dapat

diperbandingkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

perusahaan (stakeholder), seperti: kreditor, regulator, pemerintah,

investor potensial, dan/atau pihak lain, berkenaan dengan nilai

perusahaan dan sistem dan/atau potensi tata kelola (manajemen) dari

setiap perusahaan, serta dapat memberikan gambaran mengenai

perkembangan dunia bisnis dan/atau pasar modal/investasi di

Indonesia.

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Agency Theory

a. Definisi

Konsep agency theory menurut Anthony dan Govindarajan

(2005) adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen.

Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas demi

kepentingan prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan

keputusan dari prinsipal kepada agen. Menurut Jensen dan Meckling

(1976), teori agensi menjelaskan tentang hubungan kontraktual antara

pihak yang mendelegasikan keputusan tertentu

(principal/pemilik/pemegang saham) dengan pihak yang menerima

pendelegasian tersebut (agen/manajemen).

Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena

kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan

principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Sebagai

agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan

keuntungan para pemilik (principal) dengan memperoleh kompensasi

sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan

yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak

14

berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran

yang dikehendaki (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).

b. Asumsi Sifat Dasar Manusia

Eisenhardt (1989) dalam Larasati (2009) menggunakan tiga

asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori agensi

yaitu:

1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest);

2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa

mendatang (bounded rationality);

3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse).

Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manajer

sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat

opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Ujiyantho

dan Pramuka, 2007). Sebagai pengelola perusahaan, manajer

perusahaan tentu akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan

prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik

(pemegang saham). Oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu

memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik.

Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan

informasi akuntansi seperti laporan keuangan (Ujiyantho dan Pramuka,

2007).

Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi para

pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam

15

kondisi yang paling besar ketidakpastiannya. Adanya

ketidakseimbangan penguasaan informasi ini akan memicu munculnya

kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (Ujiyantho dan

Pramuka, 2007).

c. Asimetri Informasi

Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer

memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki

oleh pihak luar perusahaan. Menurut Scott (2006), terdapat dua macam

asimetri informasi, yaitu:

1) Adverse selection, yaitu para manajer serta orang-orang dalam

yang lain biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan

prospek perusahaan dibandingkan dengan investor pihak luar, serta

fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan

diambil oleh pemegang saham tersebut, tetapi tidak disampaikan

informasinya kepada pemegang saham.

2) Moral hazard, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer

tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi

pinjaman sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar

pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan

sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak

dilakukan.

Terjadinya adverse selection dan moral hazard bisa

menimbulkan sejumlah implikasi serius bagi kinerja perusahaan. Dua

16

masalah tersebut dapat mendorong para manajer berperilaku malas dan

tidak etis. Asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan

pemilik (principal) akan memberi kesempatan kepada manajer untuk

melakukan manajemen laba (earnings management) sehingga akan

menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi

perusahaan.

d. Agency Conflict

Jensen dan Meckling berpendapat bahwa agency conflict timbul

pada berbagai hal sebagai berikut (Larasati, 2009):

1) Manajemen memilih investasi yang paling sesuai dengan

kemampuan dirinya dan bukan yang paling menguntungkan bagi

perusahaan.

2) Manajemen cenderung mempertahankan tingkat pendapatan

perusahaan yang stabil. Sedangkan, pemegang saham lebih

menyukai distribusi kas yang lebih tinggi melalui beberapa peluang

investasi internal yang positif atau disebut earning retention.

3) Manajemen cenderung mengambil posisi aman untuk mereka

sendiri dalam mengambil keputusan investasi. Dalam hal ini,

mereka akan mengambil keputusan investasi yang sangat aman dan

masih dalam jangkauan kemampuan manajer.

4) Manajemen cenderung hanya memperhatikan cash flow perusahaan

sejalan dengan waktu penugasan mereka. Hal ini dapat

menimbulkan bias dalam pengambilan keputusan yaitu berpihak

17

pada proyek jangka pendek dengan pengembalian akuntansi yang

tinggi.

5) Asumsi dasar lainnya yang membangun agency theory adalah

agency problem, yang timbul sebagai akibat adanya kesenjangan

antara kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dan

manajemen sebagai pengelola. Pemilik memiliki kepentingan agar

dana yang diinvestasikannya mendapatkan return maksimal.

Sedangkan, manajer berkepentingan terhadap perolehan insentif

atas pengelolaan dana pemilik (agency problem).

Corporate governance, yang merupakan konsep yang didasarkan

pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk

memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan

menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate

governance sangat berkaitan dengan bagaimana membuat para

investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi

mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau

menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan

berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor.

Selain itu corporate governance juga berkaitan dengan

bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan kata lain

yakni corporate governance diharapkan akan dapat berfungsi untuk

menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost).

18

2. Earning Management

a. Definisi Earning Management

Para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih beberapa

altematif dalam mencatat transaksi, sekaligus memilih opsi-opsi yang

ada dalam perlakuan akuntansi. Fleksibilitas ini digunakan oleh

manajemen perusahaan untuk mengelola laba. Perilaku manajemen

yang mendasari lahirnya manajemen laba adalah perilaku

opportunistic manajer dan efficient contracting. Sebagai perilaku

opportunistic, manajer memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapai

kontrak kompensasi dan hutang dan political cost (Scott, 2006).

Widyanindyah (2001) membagi definisi earning management

menjadi dua, yaitu:

1) Definisi Sempit

Earning management dalam hal ini hanya berkaitan dengan

pemilihan metode akuntansi. Earning management dalam artian

sempit ini didefinisikan sebagai prilaku manajer untuk "bermain"

dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan

besarnya earning.

2) Definisi Luas

Earning management merupakan tindakan manajer untuk

meningkatkan/mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu

unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan

19

peningkatan/penurunan profitabilitas ekonomis jangka panjang unit

tersebut.

b. Karakteristik Earning Management

Menurut Widyanindyah (2001), earning management dapat

dilakukan dengan berbagai pola yang berbeda, yaitu :

1) Taking a bath, yaitu dengan mengakui biaya yang akan ditanggung

pada periode yang akan datang saat periode berjalan.

2) Income minimization. Pola ini mungkin dipilih manajer perusahaan

karena nampak secara politis perusahaan selalu mendapatkan

keuntungan yang besar. Pola ini dilakukan saat perusahaan tidak

ingin menanggung biaya politis akibat keuntungan besar yang

diperolehnya.

3) Income maximization. Manajer memilih pola ini karena

keinginannya untuk mendapatkan bonus dari laba besar yang

dilaporkannya di laporan keuangan perusahaan.

4) Income smoothing. Pola ini dipilih oleh manajer karena mereka

cenderung memilih untuk melaporkan tren perubahan laba yang

stabil daripada laba yang meningkat dan menurun secara drastis.

Salah satu teknik untuk meratakan laba adalah dengan mengurangi

nilai persediaan dan aset lain perusahaan yang diperoleh pada saat

akuisisi yang akan menghasilkan laba tinggi ketika aset tersebut

dijual kemudian.

20

c. Faktor Determinan Earning Management

Scott (2006) berpendapat bahwa beberapa faktor yang dapat

memotivasi manajer melakukan manajemen laba antara lain sebagai

berikut:

1) Rencana bonus (bonus scheme).

Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan

rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya

dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan

diterimanya.

2) Kontrak utang jangka panjang (debt covenant).

Ini menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada

waktu pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan

cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat

memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan, dengan

harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami

pelanggaran kontrak utang.

3) Motivasi politik (political motivation).

Ini menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar

dan industri strategis cenderung menurunkan laba guna

mengurangi tingkat visibilitas-nya, terutama pada saat periode

kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan

memperoleh kemudahan serta fasilitas dari pemerintah.

21

4) Motivasi perpajakan (taxation motivation).

Ini menyatakan bahwa perpajakan merupakan salah satu motivasi

mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Tujuannya

adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar.

5) Pergantian CEO (Chic/Executive Officer).

Biasanya CEO yang akan pensiun atau masa kontraknya menjelang

berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah

pelaporan laba, guna meningkatkan jumlah bonus yang akan

mereka terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer

dengan kinerja yang buruk. Tujuannya adalah menghindarkan diri

dari pemecatan sehingga mereka cenderung untuk meminimalkan

jumlah laba yang dilaporkan.

6) Penawaran saham perdana (initial public offering).

Menyatakan bahwa pada awal perusahaan menjual sahamnya

kepada publik, informasi keuangan yang dipublikasikan dalam

prospektus merupakan sumber informasi yang sangat penting.

Informasi ini penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal

kepada investor potensial terkait dengan nilai perusahaan. Guna

mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh para investor maka

manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang

dilaporkan.

22

3. Corporate Governance

a. Definisi Corporate Governance

Istilah corporate governance untuk pertama kali diperkenalkan

oleh Cadbury Comitte pada tahun 1992 yang menggunakan istilah

tersebut dalam laporan mereka yang kemudian dikenal dengan nama

Cadbury Report. Laporan ini dipandang sebagai titik balik (turning

point) yang sangat menentukan bagi praktik corporate governance di

seluruh dunia (Lestari dan Pamudji, 2013).

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) pada

tahun 2001 mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat

peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus

perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para

pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan

dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Dengan kata lain, corporate

governance merupakan suatu sistem yang mengendalikan perusahaan,

dengan tujuan menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang

berkepentingan.

Sedangkan, menurut The Organization for Economic

Corporation and Development (OECD) dalam Larasati (2009),

corporate governance adalah sistem yang dipergunakan untuk

mengarahkan dan mengendalikan kegiatan perusahaan, mengatur

pembagian tugas hak dan kewajiban mereka para pemegang saham,

23

dewan pengurus, para manajer, dan/atau pihak-pihak yang

berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

corporate governance pada intinya adalah mengenai suatu sistem,

proses, dan seperangkat peraturan yang digunakan untuk mengatur

hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan sehingga dapat

mendorong perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai

ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang

saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.

b. Manfaat Corporate Governance

Penerapan corporate governance, menurut FCGI (2001) dalam

Larasati (2009), memberikan empat manfaat, yaitu :

1) Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses

pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi

perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada

stakeholders.

2) Mempermudah diperolehnya dana pembiyaan yang lebih murah

yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value.

3) Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan

modalnya di Indonesia.

4) Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan

karena sekaligus meningkatkan shareholdes’s values dan dividen.

24

c. Prinsip-Prinsip Corporate Governance

Organization for Economic Cooperation and Development

(OECD) pada tahun 1999 telah menerbitkan dan mempublikasikan

OECD Principles of Corporate Governance. Prinsip-prinsip tersebut

ditujukan untuk membantu para negara anggotanya ataupun negara

lain, berkenaan dengan upaya-upaya untuk mengevaluasi dan

meningkatkan kerangka kerja hukum, institusional, dan ketentuan-

ketentuan corporate governance serta memberikan pedoman dan

saran-saran untuk pasar modal, investor, perusahaan, dan pihak-pihak

lain yang memiliki peran dalam mengembangkan corporate

governance.

Menurut OECD dalam Darmawati (2004), pilar-pilar yang

melandasi prinsip-prinsip corporate governance adalah fairness

(keadilan), transparency (transparasi), accountability (akuntabilitas),

dan responsibility (pertanggung jawaban). Fairness berkenaan dengan

keadilan dan kesetaraan perlakuan pemegang saham minoritas agar

terlindungi dari kecurangan serta perdagangan dan penyalahgunaan

oleh orang dalam (self-dealing atau insider wrong doing).

Transparency dilakukan melalui penyempurnaan pengungkapan

(disclosure) informasi kinerja perusahaan secara akurat dan tepat

waktu. Akuntabilitas manajemen dilakukan melalui pengawasan

efektif berdasarkan keseimbangan kekuasaan pengawas, pengurus,

pemegang saham dan auditor. Tanggung jawab perusahaan berkenaan

25

dengan perusahaan sebagai anggota masyarakat untuk menaati hukum

dan bertindak sesuai dengan keinginan masyarakat.

Berdasarkan OECD (1999) dalam Darmawati (2004), prinsip-

prinsip corporate governance terdiri dari lima hal sebagai berikut:

1) Hak-hak pemegang saham

Kerangka kerja corporate governance harus melindungi hak-hak

pemegang saham.

2) Perlakuan yang adil kepada pemegang saham

Corporate governance harus meyakinkan adanya kesetaraan

perlakuan kepada seluruh pemegang saham, termasuk pemegang

saham minoritas dan asing. Seluruh pemegang saham harus

memiliki kesempatan untuk mendapatkan perbaikan (redress) yang

efektif atas penyimpangan dalam hak-hak mereka.

3) Peranan stakeholder dalam corporate governance

Corporate governance harus mengakui hak-hak stakeholder seperti

yang ditentukan oleh hukum dan mendorong kerja sama yang aktif

antara perusahaan dan stakeholder dalam menciptakan

kesejahteraan, pekerjaan-pekerjaan, dan kemampuan untuk

mempertahankan perusahaan yang sehat secara finansial.

4) Pengungkapan dan transparansi

Corporate governance harus meyakinkan bahwa pengungkapan

yang tepat waktu dan akurat telah dilakukan atas seluruh hal-hal

yang material berkenaan dengan perusahaan, termasuk situasi

26

keuangan, kinerja, kepemilikan, dan ketaatan perusahaan

(governance of the company).

5) Tanggung jawab dewan direksi

Corporate governance harus meyakinkan pedoman strategi

perusahaan, pemonitoran yang efektif pada manajemen oleh

dewan, dan akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan

pemegang saham.

Prinsip-prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk memberikan

laporan bukan saja kepada pemegang saham, calon investor, kreditor

dan pemerintah saja, akan tetapi juga kepada stakeholder lainnya,

seperti masyarakat umum dan karyawan. Laporan ini berfungsi sebagai

media pertanggungjawaban perusahaan kepada semua pihak yang

berkepentingan dengan perusahaan. Laporan yang diberikan

perusahaan menunjukkan tingkat kinerja yang dicapai oleh perusahaan,

dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki untuk memberikan nilai

tambah kepada para stakeholder.

Corporate governance harus memberikan insentif yang tepat

untuk dewan direksi dan manajemen dalam rangka mencapai sasaran-

sasaran yang ditentukan dari sisi kepentingan perusahaan dan para

pemegang saham dengan fasilitas fungsi monitoring yang efektif,

sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan sumber daya

secara efisien.

27

Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance yang

merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan

bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para

investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka

investasikan. Jadi, corporate governance berkaitan bagaimana investor

yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka,

yakin bahwa manajer tidak akan mencuri atau menggelapkan atau

menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan

berkaitan dengan dana atau kapital yang telah ditanamkan oleh

investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol

para manajer.

d. Mekanisme Corporate Governance

Penelitian ini menggunakan lima aspek corporate governance

yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris

independen, komite audit dan kualitas audit.

1) Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional dapat bermakna suatu bentuk

kepemilikan (saham) suatu perusahaan oleh pemilik/investor non-

individual (entitas institusi) yang dapat bergerak dalam bidang

keuangan, non-keuangan dan/atau dalam bentuk entitas ekonomi

berbadan hukum lain, dalam kisaran dan pola kepemilikan tertentu

Besaran kepemilikan oleh pemilik/investor institusi dapat

digunakan sebagai indikator yang baik dalam menilai kualitas tata

28

kelola perusahaan karena dapat mencerminkan signifikansi

kemampuan dan/atau kualitas pengendalian oleh pemegang

saham/investor atas perusahaan.

Investor institusional cenderung memiliki kapabilitas lebih

dalam menganalisis kinerja perusahaan karena investor

institusional umumnya mempunyai akses atas sumber informasi

yang lebih tepat waktu dan relevan dibandingkan investor

individual sehingga keberadaannya berpotensi menjadi salah satu

alat monitoring yang efektif bagi manajemen perusahaan yang

dapat mendorong peningkatan nilai perusahaan.

2) Kepemilikan Manajerial

Menurut Fatmawati dan Sabeni (2013), kepemilikan

manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham

perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus

sebagai pemegang saham perusahaan. Dalam laporan keuangan,

keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya presentasi kepemilikan

saham perusahaan oleh manajer. Karena hal ini merupakan

informasi penting bagi pengguna laporan keuangan, maka,

informasi ini akan diungkapkan dalam catatan laporan atas laporan

keuangan perusahaan.

Adanya kepemilikan oleh manajemen tersebut merupakan

suatu hal yang menarik apabila dikaitkan dengan agency theory

sebagaimana diuraikan di muka. Dalam kerangka agency theory,

29

hubungan antara manajer dan pemegang saham digambarkan

sebagai hubungan antara agent dan principal. Manajer sebagai

agent diberi mandat untuk menjalankan perusahaan demi

kepentingan principal. Maka, setiap keputusan bisnis yang diambil

manajer dalam rangka upaya memaksimalkan sumber daya

(utilitas) perusahaan pada dasarnya menyangkut pula kepentingan

pemegang saham. Suatu ancaman bagi pemegang saham jika

manajer bertindak tidak untuk kepentingan perusahaan melainkan

untuk kepentingannya sendiri. Inilah yang menjadi masalah dasar

dalam agency theory, yaitu adanya konflik kepentingan antara

pemegang saham dan manajer dimana masing-masing pihak

berseberangan dalam upaya saling memaksimalkan tujuannya.

Dengan kondisi seperti ini, masing-masing pihak akan memiliki

resiko terkait dengan fungsinya. Pemegang saham ber-resiko

kehilangan modal dan nilai kesempatan dengan kegagalannya

dalam pemercayaan kepada agent yang tidak co-operative.

Sedangkan, bagi manajer, fungsinya sebagai agent merupakan

pertaruhan trust dan posisinya.

Dapat dikatakan bahwa kondisi tersebut merupakan

konsekuensi adanya pemisahaan fungsi pengelolaan dengan fungsi

kepemilikan. Situasi tersebut di atas akan berbeda jika kondisinya

manajer sekaligus sebagai pemegang saham atau pemegang saham

sekaligus manajer atau disebut juga kondisi perusahaan dengan

30

kepemilikan manajerial. Keputusan dan aktivitas perusahaan

dengan kepemiikan manajerial tentu akan berbeda nilainya dengan

perusahaan tanpa kepemilikan menajerial. Dalam perusahaan

dengan kepemilikan manajerial, manajer sekaligus sebagai

pemegang saham cenderung akan lebih berusaha menselaraskan

kedua kepentingan tersebut.

Kepemilikian manajerial merupakan isu penting dalam teori

keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976)

dalam Herawaty (2008) yang menyatakan semakin besar proporsi

kepemilikan manajemen salam suatu perusahaan maka manajemen

akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang

saham yang juga adalah dirinya sendiri.

Kepemilikan manajerial juga merupakan salah satu

program kebijakan insentif (remunerasi) alternatif dalam suatu

perusahaan yang berpotensi dapat mengurangi masalah keagenan.

3) Komisaris Independen

Pengertian dari komisaris independen adalah anggota

dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota

dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta

bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat

mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau

bertindak semata-mata untuk kepentingan perseroan. Status

independen terfokus kepada tanggung jawab untuk melindungi

31

pemegang saham, khususnya pemegang saham independen dari

praktik curang atau melakukan tindak kejahatan pasar modal.

Dewan komisaris memegang peran penting dalam

mengarahkan strategi dan mengawasi jalannya perusahaan serta

memastikan bahwa para manajer benar-benar meningkatkan

kinerja perusahaan sebagai bagian dari pencapaian tujuan

perusahaan. Meskipun pedoman good corporate governance tidak

menentukan jumlah komisaris independen, namun, dalam

Peraturan Bapepam-LK, emiten atau perusahaan publik wajib

memiliki sekurang-kurangnya satu orang anggota komisaris

independen. Sedangkan, Bursa Efek Indonesia mewajibkan

sekurang-kurangnya 30% dari jumlah anggota dewan komisaris

perusahaan adalah komisaris independen.

Menurut Praditia (2010), dalam menjalankan tugasnya,

komisaris independen mempunyai misi sebagaimana ditetapkan

oleh Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate

Governance dalam Pedoman Umum Corporate Governance

Indonesia (2006), yaitu:

a) Mendorong terciptanya iklim yang lebih objektif dan

menempatkan kesetaraan (fairness) di antara berbagai

kepentingan termasuk kepentingan perusahaan dan kepentingan

stakeholder sebagai prinsip utama dalam pengambilan

keputusan oleh dewan komisaris perusahaan;

32

b) Komisaris independen harus mendorong diterapkannya prinsip

dan praktek tata kelola perusahaan yang baik (good corporate

governance) pada perusahaan.

Komisaris independen memiliki tanggung jawab pokok

untuk mendorong diterapkannya tata kelola perusahaan yang baik

(good corporate governance) di dalam perusahaan melalui

pemberdayaan dewan komisaris agar dapat melakukan tugas

pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi perusahaan

secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Dalam upaya untuk melaksanakan tanggung jawabnya

dengan baik, maka komisaris independen harus secara proaktif

mengupayakan agar dewan komisaris perusahaan melakukan

pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi perusahaan

yang terkait dengan, namun tidak terbatas pada hal-hal sebagai

berikut:

a) Memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang

efektif, termasuk di dalamnya memantau jadwal, anggaran, dan

efektivitas strategi tersebut;

b) Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan

manajer-manajer yang profesional;

c) Memastikan bahwa perusahaan memiliki informasi, sistem

pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik;

33

d) Memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan

perundang-undangan yang berlaku maupun nilai-nilai yang

ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya;

e) Memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasi dan

dikelola dengan baik;

f) Memastikan prinsip-prinsip dan praktek good corporate

governance dipatuhi dan diterapkan dengan baik.

Untuk memastikan komisaris independen dapat

melaksanakan tugasnya secara independen, menurut Task Force

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance dalam

Pedoman Umum Corporate Governance Indonesia (2006) dalam

Praditia (2010), komisaris independen harus memenuhi kriteria

formal sebagai berikut:

a) Mampu melakukan perbuatan hukum;

b) Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota direksi

atau dewan komisaris yang menyebabkan perusahaan

dinyatakan pailit;

c) Tidak pernah dipidana karena merugikan keuangan negara;

d) Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham

pengendali perusahaan bersangkutan;

e) Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direksi dan/atau

komisaris lainnya pada perusahaan bersangkutan;

34

f) Tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lain yang

terafiliasi dengan perusahaan yang bersangkutan;

g) Tidak menduduki jabatan eksekutif atau mempunyai hubungan

bisnis dengan perusahaan yang bersangkutan dan perusahaan-

perusahaan lain yang terafiliasi dalam jangka waktu 3 tahun

terakhir;

h) Tidak menjadi partner atau principal di perusahaan konsultan

yang memberikan jasa pelayanan profesional pada perusahaan

dan perusahaan-perusahaan lain yang terafiliasi;

i) Tidak menjadi pemasok dan pelanggan signifikan atau

menduduki jabatan eksekutif dan dewan komisaris perusahaan

pemasok dan pelanggan signifikan dari perusahaan yang

bersangkutan atau perusahaan-perusahaan lain yang terafiliasi;

j) Bebas dari segala kepentingan dan kegiatan bisnis atau

hubungan yang lain yang dapat diinterpretasikan akan

menghalangi atau mengurangi kemampuan komisaris

independen untuk bertindak dan berpikir independen demi

kepentingan perusahaan;

k) Memahamai peraturan perundang-undangan PT, UU Pasar

Modal, dan UU serta peraturan-peraturan lain yang terkait.

4) Komite Audit

Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan

direksi yang bertugas melaksanakan pengawasan independen atas

35

proses laporan keuangan dan audit ekstern. Dalam hal pelaporan

keuangan, peran dan tanggung jawab komite audit adalah

memonitor dan mengawasi audit laporan keuangan dan

memastikan agar standar dan kebijaksanaan keuangan yang

berlaku terpenuhi, memeriksa ulang laporan keuangan apakah

sudah sesuai dengan standar dan kebijksanaan tersebut dan apakah

sudah konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh anggota

komite audit, serta menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya

yang diajukan auditor eksternal.

Dengan demikian, komite audit dalam perusahaan dapat

menjadi salah satu mekanisme pengawasan terhadap objektivitas

kebijakan-kebijakan perusahaan.

5) Kualitas Audit

Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi

ketidakselarasan informasi yang terdapat pada manajer dan

pemegang saham perusahaan dengan menggunakan pihak luar

untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan (Salfauz

et al, 2012). Akuntan publik sebagai auditor eksternal yang relatif

lebih independen dari manajemen dibandingkan auditor internal

berpotensi dapat meminimalkan kasus rekayasa laba dan

meningkatkan kredibilitas informasi akuntansi dalam laporan

keuangan.

36

Laporan keuangan yang berkualitas, relevan dan dapat

dipercaya dihasilkan dari audit yang dilakukan secara efektif oleh

auditor yang berkualitas. Pemakai laporan keuangan lebih percaya

pada laporan keuangan yang diaudit oleh auditor yang dianggap

berkualitas dibandingkan dengan auditor yang kurang berkualitas,

karena mereka menganggap bahwa untuk mempertahankan

kredibilitasnya auditor akan lebih berhati-hati dalam melakukan

proses audit untuk mendeteksi salah saji atau kecurangan. Auditor

yang berkualitas akan melakukan audit yang berkualitas pula.

Maka, dapat dikatakan bahwa reputasi auditor dapat sangat

menentukan kredibilitas laporan keuangan karena semakin besar

ukuran kantor akuntan publik, akan semakin baik pula kualitas

audit. Demikian juga dengan semakin baik independensi dan

kualitas auditor akan berdampak pula terhadap pendeteksian

earnings management yang berdampak negatif terhadap

pengukuran kinerja perusahaan (Widyanindyah, 2001). Hal ini

menunjukkan bahwa reputasi auditor dapat merupakan salah satu

penghalang bagi perusahaan untuk melakukan manajemen laba.

4. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala, dimana dapat

diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara

lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain.

37

Menurut Rodoni dan Ali (2010), proksi ukuran perusahaan

biasanya adalah total aset perusahaan. Total aset maupun nilai pasar

ekuitas perusahaan menjadi faktor penentu dalam mengukur besar

kecilnya suatu perusahaan. Dengan semakin besarnya total aset yang

dimiliki kita dapat melihat modal aset yang dimiliki.

Uyun (2011) dalam penelitiannya menemukan bukti bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan

perusahaan. Perusahaan dengan aset besar biasanya akan mendapatkan

perhatian lebih dari masyarakat. Hal ini akan menyebabkan perusahaan

lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangannya. Perusahaan

diharapkan akan selalu berusaha menjaga stabilitas kinerja keuangan

mereka. Pelaporan kondisi keuangan yang baik ini tentu tidak serta merta

dapat dilakukan tanpa melalui kinerja yang baik dari semua lini

perusahaan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa

ukuran perusahaan adalah suatu variabel yang dapat digunakan dalam

mengukur besar atau kecilnya suatu perusahaan yang diukur dengan

menggunakan komponen ukuran perusahaan yaitu dari besarnya aset yang

dimiliki, nilai pasar ekuitas dan/atau penjualan perusahaan.

5. Nilai Perusahaan

Scott (2006) menjelaskan bahwa tujuan utama perusahaan adalah

memaksimalkan nilai, atau harga saham perusahaan. Menurut Fama

(1978) nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Semakin

38

tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai perusahaan. Keberhasilan

atau kegagalan keputusan manajemen hanya dapat dinilai berdasarkan

dampaknya pada harga saham perusahaan.

Menurut Weston dan Brigham (1993), harga saham didefinisikan

sebagai: ”the price at which stock sells in the market.” Sedangkan, harga

pasar saham adalah nilai pasar sekuritas yang dapat diperoleh investor

apabila investor menjual atau membeli saham, yang ditentukan

berdasarkan harga penutupan atau closing price di bursa pada hari yang

bersangkutan. Jadi, harga penutupan atau closing price merupakan harga

saham terakhir kali pada saat berpindah tangan di akhir perdagangan.

Harga saham didasarkan pada penilaian dari eksternal perusahaan

terhadap aset perusahaan serta pertumbuhan pasar saham. Harga pasar dari

saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual di saat

terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham

dianggap sebagai cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya.

Menurut Kesuma (2009), harga saham adalah nilai nominal

penutupan (closing price) dari penyertaan atau pemilikan seseorang atau

badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas yang berlaku secara

reguler di pasar modal di Indonesia. Jika perusahaan mencapai prestasi

yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati oleh

banyak investor. Prestasi baik yang dicapai perusahaan dapat dilihat di

dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan.

39

Menurut Rika dan Ishlahuddin (2008), nilai perusahaan dapat

didefinisikan sebagai nilai pasar saham. Alasannya karena nilai

perusahaan dapat memberikan kemakmuran atau keuntungan bagi

pemegang saham secara maksimum jika harga saham perusahaan

meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi keuntungan

pemegang saham sehingga keadaan ini akan diminati oleh investor karena

dengan permintaan saham yang meningkat menyebabkan nilai perusahaan

juga akan meningkat. Nilai perusahaan dapat dicapai dengan maksimum

jika para pemegang saham menyerahkan urusan pengelolaan perusahaan

kepada orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya, seperti manajer

maupun komisaris.

Rasio-rasio keuangan digunakan investor untuk mengetahui nilai

pasar perusahaan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi bagi

manajemen mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan di

masa lalu dan prospeknya dimasa depan. Ada beberapa rasio yang dapat

digunakan dalam mengukur nilai pasar suatu perusahaan. Salah satunya

yaitu dengan rumus (hitung) yang dikembangkan oleh James Tobin

(1967). Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena

dalam rumus Tobin‟s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal

saham perusahaan, tidak hanya saham biasa dan/atau ekuitas perusahaan

saja yang dimasukkan, melainkan juga seluruh aset perusahaan. Dengan

memasukkan seluruh aset perusahaan, berarti perusahaan tidak hanya

terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham.

40

Tetapi, juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional

perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman

yang diberikan oleh kreditur (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).

Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan

estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari

setiap investasi yang dilakukan (Herawaty, 2008). Semakin besar nilai

rasio Tobin‟s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek

pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai

pasar aset perusahaan, semakin besar kerelaan investor untuk

mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan

tersebut.

B. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil/temuan-temuan penelitian terdahulu mengenai topik

dan/atau objek penelitian yang relevan dengan penelitian ini dapat dilihat

dalam tabel berikut:

41

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan 1 Estiasih et

al (2015)

The Influence of

Corporate

Social

Responsibility

(CSR) and Good

Corporate

Governance

(GCG) on Firm

Value: The

Characteristic

of the Company

as Moderating

Variable

1. Corporate

governance

sebagai

variabel

prediktor bagi

nilai

perusahaan.

2. Nilai

perusahaan

sebagai

variabel yang

diminati.

3. Menggunakan

ukuran

perusahaan

(proxy

karakteristik

perusahaan)

1. Tidak menguji

efek moderasi

karakteristik

perusahaan atas

hubungan antara

variabel

independen dan

dependen-nya.

2. Ukuran

perusahaan

sebagai variabel

independen;

3. Tidak

menggunakan

CSR sebagai

variabel

independen.

1. Semua variabel,

kecuali CSR dan

komite audit (proxy

GCG) tidak

memiliki pengaruh

yang signifikan

terhadap nilai

perusahaan;

2. Tidak semua proxy

karakteristik

perusahaan dapat

memoderasi

hubungan antara

variabel bebas; dan

variabel terikat; dan

3. Dalam hubungannya

dengan variabel

terikat, tidak semua

variabel bebas

dimoderasi.

2 Kristiani et

al (2014)

Pengaruh

Mekanisme

Corporate

Governance dan

Ukuran

Perusahaan

terhadap

Manajemen

Laba

1. Mekanisme

corporate

governance

sebagai

variabel

independen;

2. Menggunakan

proxy

variabel

karakteristik

perusahaan

(ukuran

perusahaan)

untuk

menjelaskan

variabel

dependen

1. Nilai perusahaan

sebagai variabel

dependen;

2. Manajemen laba

sebagai variabel

independen

1. Kepemilikan

institusional,

kepemilikan

manajerial,

komposisi dewan

komisaris, komite

audit, dan ukuran

perusahaan tidak

berpengaruh

signifikan terhadap

manajemen laba;

2. Secara simultan

semua variabel

independen

berpengaruh

signifikan terhadap

variabel dependen

42

No. Peneliti

(Tahun) Judul

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan 3 Suhani

(2013)

Analisis

Pengaruh

Earning

Management,

Mekanisme

Corporate

Governance,

dan Ukuran

Perusahaan

terhadap Nilai

Perusahaan

1. Menggunakan

mekanisme

corporate

governance,

earning

management,

dan ukuran

perusahaan

sebagai

variabel

independen;

2. Nilai

perusahaan

sebagai

variabel yang

diminati.

1. Menambahkan

komite audit

sebagai proxy

mekanisme

corporate

governance;

2. Nilai perusahaan

diproksikan

dengan rumus

Tobin‟s Q;

3. Periode

pengamatan

adalah 3 tahun;

4. Mengujikan

objek studi

terhadap

perusahaan-

perusahaan

manufaktur

sektor consumer

goods

1. Earning

Management,

kepemilikan

institusional, dan

ukuran perusahaan

berpengaruh

signifikan terhadap

nilai perusahaan.

Namun, jumlah

dewan komisaris,

kepemilikan

manajerial, dan

kualitas audit tidak

berpengaruh

signifikan terhadap

nilai perusahaan;

2. Secara simultan,

seluruh variabel

bebas bepengaruh

signifikan terhadap

nilai perusahaan

4 Rice (2013) Pengaruh

Leverage,

Kepemilikan

Institusional,

Ukuran dan

Nilai

Perusahaan

terhadap

Tindakan

Manajemen

Laba

1. Menggunakan

proxy

variabel

(mekanisme)

corporate

governance

sebagai

variabel

independen;

2. Menggunakan

proxy

karakteristik

perusahaan

(ukuran

perusahaan)

sebagai

variabel

independen

1. Nilai perusahaan

sebagai variabel

yang diminati;

2. Manajemen laba

sebagai variabel

independen;

3. Tidak

menggunakan

leverage sebagai

variabel

independen;

4. Menggunakan

lima proxy untuk

variabel

(mekanisme)

corporate

governance

1. Secara simultan,

semua variabel

bebas berpengaruh

signifikan terhadap

manajemen laba;

2. Secara parsial, hanya

leverage,

kepemilikan

institusional, dan

nilai perusahaan

yang berpengaruh

signifikan terhadap

manajemen laba.

43

No. Peneliti

(Tahun) Judul

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan 5 Lestari dan

Pamudji

(2013)

Pengaruh

Earnings

Management

terhadap Nilai

Perusahaan

Dimoderasi

dengan Praktik

Corporate

Governance

1. Nilai

perusahaan

sebagai

variabel

dependen;

2. Earning

management

sebagai

variabel

independen

1. Menggunakan 5

proxy mekanisme

corporate

governance

sebagai variabel

independen;

2. Proxy

karakteristik

perusahaan

(ukuran

perusahaan)

sebagai variabel

independen;

1. Manajemen laba

berpengaruh negatif

signifikan terhadap

nilai perusahaan;

2. Keempat variabel

corporate

governance, baik

secara terpisah

maupun simultan,

tidak berpengaruh

signifikan terhadap

nilai perusahaan;

3. Semua variabel

GCG, selain

kepemilikan

manajerial,

memoderasi

pengaruh earnings

management

terhadap nilai

perusahaan.

6 Susanto

dan Subekti

(2012)

Pengaruh

Corporate

Social

Responsibility

dan Good

Corporate

Governance

terhadap Nilai

Perusahaan

1. Nilai

perusahaan

sebagai

variabel

dependen;

2. Corporate

governance

sebagai

variabel

independen

1. Tidak

menggunakan

CSR sebagai

variabel

independen;

2. Menggunakan

earning

management dan

ukuran

perusahaan

sebagai variabel

independen

Komisaris independen

dan kepemilikan

manajerial memiliki

pengaruh yang

signifikan terhadap nilai

perusahaan. Sedangkan,

CSR, komite audit, dan

kepemilikan

institusional tidak

berpengaruh signifikan

terhadap nilai

perusahaan.

44

No. Peneliti

(Tahun) Judul

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan 7 Kartika dan

Nikmah

(2011)

Pengaruh

Corporate

Governance dan

Investment

Opportunity Set

(IOS) terhadap

Kualitas Laba

dan Nilai

Perusahaan

1. Nilai

perusahaan

sebagai

variabel

dependen;

2. Corporate

governance

sebagai

variabel

independen

1. Tidak

menggunakan

investment

opportunity set

(IOS) sebagai

variabel

independen;

2. Tidak

menggunakan

kualitas laba

sebagai variabel

dependen;

3. Menggunakan

ukuran

perusahaan

sebagai variabel

independen

1. Komite audit dan

kepemilikan

institusional

berpengaruh

signifikan terhadap

kualitas laba, tetapi

tidak berpengaruh

signifikan terhadap

nilai perusahaan;

2. Kepemilikan

manajerial

berpengaruh

signifikan terhadap

kualitas laba dan

nilai perusahaan;

3. Kualitas laba tidak

memiliki pengaruh

signifikan terhadap

nilai perusahaan.

Sumber: Referensi Penelitian Terdahulu

45

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dan/atau model penelitian dapat dibuat dalam

bentuk bagan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Kepemilikan Institusional (X1), digunakan sebagai Proxy

Mekanisme Corporate Governance dalam penelitian Estiasih

et al (2015), Kristiani et al (2014), Suhani (2013), Lestari dan

Pamudji (2013), Susanto dan Subekti (2012), dan Kartika dan

Nikmah (2011)

Kepemilikan Manajerial (X2), digunakan sebagai Proxy

Mekanisme Corporate Governance dalam penelitian Estiasih

et al (2015), Kristiani et al (2014), Suhani (2013), Lestari dan

Pamudji (2013), Susanto dan Subekti (2012), dan Kartika dan

Nikmah (2011)

Komisaris Independen (X3), digunakan sebagai Proxy

Mekanisme Corporate Governance dalam penelitian Estiasih

et al (2015), Kristiani et al (2014), Suhani (2013), Lestari dan

Pamudji (2013), Susanto dan Subekti (2012), dan Kartika dan

Nikmah (2011)

Komite Audit (X4), digunakan sebagai Proxy Mekanisme

Corporate Governance dalam penelitian Estiasih et al (2015),

Kristiani et al (2014), Susanto dan Subekti (2012), dan Kartika

dan Nikmah (2011)

Kualitas Audit (X5), digunakan sebagai Proxy Mekanisme

Corporate Governance dalam penelitian Suhani (2013), dan

Lestari dan Pamudji (2013)

Earning Management (X6), digunakan dalam penelitian

Kristiani et al (2014), Suhani (2013), Rice (2013), dan Lestari

dan Pamudji (2013)

Ukuran Perusahaan (X7), digunakan dalam penelitian Estiasih

et al (2015), Kristiani et al (2014), Suhani (2013), Rice (2013),

Lestari dan Pamudji (2013)

Nilai Perusahaan (Y),

digunakan dalam

penelitian Estiasih et

al (2015), Suhani

(2013), Rice (2013),

Lestari dan Pamudji

(2013), Susanto dan

Subekti (2012), dan

Kartika dan Nikmah

(2011)

46

D. Hipotesis

1. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Earning Management,

dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan

Penelitian oleh Jhoni Suhani (2013) yang menganalisis pengaruh

earning management, mekanisme corporate governance (yang

diproksikan dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

komisaris independen, kualitas audit), dan ukuran perusahaan terhadap

nilai perusahaan menemukan bahwa, secara simultan, variabel independen

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan, dengan

kemampuan variabel independen sebagai prediktor/untuk menjelaskan

variabel dependen-nya sebesar 58,9% . Penelitian serupa yang dilakukan

oleh Anggraini (2013), yang menggunakan variabel independen good

corporate governance (yang diproksikan dengan dewan komisaris,

komisaris independen, dan komite audit), dan ukuran perusahaan,

menemukan bahwa, secara simultan, variabel-variabel independen tersebut

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, dengan 39,5% varians

dalam nilai perusahaan, secara signifikan, dapat dijelaskan oleh keempat

variabel independen dalam penelitiannya.

Berdasarkan temuan-temuan atas hasil penelitian tersebut, diduga

kemampuan variabel-variabel independen yang digunakan oleh peneliti-

peneliti tersebut masih relevan untuk digunakan sebagai prediktor/untuk

menjelaskan varians dalam nilai perusahaan sebagai variabel dependen

dalam penelitian ini.

47

Maka, hipotesisnya adalah:

H1 : ketujuh variabel independen (kepemilikan institusional – proxy

mekanisme corporate governance – (X1), kepemilikan manajerial – proxy

mekanisme corporate governance – (X2), komisaris independen – proxy

mekanisme corporate governance – (X3), komite audit – proxy mekanisme

corporate governance – (X4), kualitas audit – proxy mekanisme corporate

governance – (X5), earning management (X6), dan ukuran perusahaan

(X7)), secara simultan, berpengaruh terhadap nilai perusahan.

2. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Nilai

Perusahaan

Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini diproksikan

dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris

independen, komite audit, dan kualitas audit.

a. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan

Nasution dan Setiawan (2007) menemukan bahwa kepemilikan

institusional yang tinggi membatasi manajer untuk melakukan

pengelolaan laba (earning management). Apabila pengelolaan laba

tersebut efisien maka kepemilikan institusional yang tinggi akan

meningkatkan pengelolaan laba. Namun, apabila pengelolaan laba

yang dilakukan perusahaan bersifat oportunis maka kepemilikan

institusional yang tinggi akan mengurangi earning management.

Pengurangan praktek earning management yang dilakukan oleh

manajer tersebut secara otomatis akan berimbas terhadap nilai

48

perusahaan karena laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan

perusahaan tidak bersifat semu dan dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisnya adalah:

H2 : kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

b. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan

Nasution dan Setiawan (2007) yang menyatakan bahwa

kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat

membatasi perilaku opportunistic manajer dalam bentuk earning

management. Wedari (2004) menyatakan bahwa kepemilikan

manajerial juga memiliki motif lain. Mengacu pada teori menyatakan

kepemilikan manajerial dapat berfungsi sebagai mekanisme corporate

governance sehingga dapat mengurangi tindakan manajer dalam

memanipulasi laba, hal ini berarti kepemilikan manajerial berhubungan

negatif terhadap earning management. Pengurangan praktek earning

management yang dilakukan oleh manajer tersebut secara otomatis

akan berimbas terhadap nilai perusahaan karena laba yang dilaporkan

dalam laporan keuangan perusahaan tidak bersifat semu dan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisnya adalah:

H3 : kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahan.

49

c. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan

Hasil penelitian Dechow et al (1996) menunjukkan bahwa

perusahaan memanipulasi laba bersih kemungkinannya apabila

memiliki dewan komisaris yang didominasi oleh manajemen dan lebih

besar kemungkinannya memiliki Chief Executive Officer (CEO) yang

juga merangkap sebagai Chairman of Board. Penerapan good

corporate governance diyakini akan membatasi pengelolaan laba yang

oportunis oleh manajer perusahaan. Oleh sebab itu dengan penerapan

good corporate governance yang baik maka akan memperkecil

kemungkinan earning management dilakukan. Sehingga peningkatan

komisaris independen dalam perusahaan dapat meminimalkan tindakan

manjemen laba yang dilakukan oleh manajer. Tindakan manajemen

laba yang dapat diminimalkan akan berpengaruh terhadap kualitas

laporan keuangan yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya

dan tidak menyesatkan penggunanya yang akan berimbas pada nilai

perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisnya adalah:

H4 : komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahan.

d. Pengaruh Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan

Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan

direksi yang bertugas melaksanakan pengawasan independen atas

proses laporan keuangan dan audit ekstern. Dalam hal pelaporan

keuangan, peran dan tanggungjawab komite audit adalah memonitor

50

dan mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan agar standar

dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku terpenuhi, memeriksa ulang

laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan standar dan

kebijksanaan tersebut dan apakah sudah konsisten dengan informasi

lain yang diketahui oleh anggota komite audit, serta menilai mutu

pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor eksternal.

Dengan demikian, komite audit dalam perusahaan dapat menjadi

salah satu upaya dalam mengurangi kecurangan dalam penyajian

laporan keuangan sehingga komite audit diharapkan dapat

meningkatkan pengawasan terhadap tindakan manajemen yang dapat

melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan yang mempengaruhi

integritas laporan keuangan (Astria, 2011).

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisnya adalah:

H5 : komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

e. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Nilai Perusahaan

Pengguna laporan keuangan memiliki kecenderungan untuk lebih

mempercayai laporan keuangan yang diaudit oleh kantor akuntan

publik ber-reputasi tinggi karena lebih menjanjikan dalam hal kualitas

audit yang diharapkan. Salah satu proksi yang lazim digunakan dalam

menjelaskan/mengukur kualitas tersebut adalah dengan menyandarkan

standar kompetensi dan independensi kantor akuntan publik tersebut

kepada besar ukuran perusahaan audit (kantor akuntan publik).

Perusahaan audit dengan reputasi tinggi tersebut cenderung akan

51

memberikan perhatian yang lebih mengenai reputasi mereka. Karena

itu, dapat diduga bahwa klien kantor akuntan publik yang lebih kecil

dan/atau tidak bereputasi tinggi berpotensi lebih tinggi dalam

melakukan praktek earning management dalam perusahaan karena

dengan menggunakan jasa perusahaan audit ber-reputasi tinggi akan

bernilai resiko bagi manajemen yang melakukan praktek manajemen

laba tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisnya adalah:

H6 : kualitas audit berpengaruh terhadap nilai perusahan.

3. Pengaruh Earning Management terhadap Nilai Perusahaan

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui

informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang

dibanding pemilik (pemegang saham), sehingga menimbulkan asimetri

informasi. Manajer diwajibkan memberikan sinyal mengenai kondisi

perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan merupakan cerminan

nilai perusahaan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti

laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi pengguna

eksternal perusahaan, karena kelompok itu berada dalam kondisi yang

paling tinggi tingkat kepastiannya (Gabrielsen et al, 1997). Asimetri antara

manjemen dan pemilik memberikan kesempatan pada manajer untuk

melakukan praktek manajemen laba (earning management). Sloan (1996)

dalam Herawaty (2008) menguji sifat kandungan informasi komponen

akrual dan komponen aliran kas apakah terrefleksi dalam harga saham.

52

Terbukti bahwa kinerja laba yang berasal dari komponen akrual sebagai

aktivitas earning management memiliki persistensi yang lebih rendah

dibandingkan aliran kas. Laba yang dilaporkan lebih besar dibandingkan

aliran kas operasi yang dapat meningkatkan nilai perusahaan saat ini.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisnya adalah:

H7 : earning managament berpengaruh terhadap nilai perusahan.

4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan hal yang penting dalam proses

pelaporan keuangan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur

dengan melihat seberapa besar nilai aset yang dimiliki oleh sebuah

perusahaan. Aset yang dimiliki perusahaan ini menggambarkan hak &

kewajiban serta permodalan perusahaan.

Darmawati (2004) menyatakan bahwa perusahaan besar pada

dasarnya memiliki kekuatan finansial yang lebih besar dalam menunjang

kinerja. Namun, di sisi lain, perusahaan dihadapkan pada masalah

keagenan yang lebih besar. Uyun (2011) dalam penelitiannya menemukan

bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja

keuangan perusahaan.

Perusahaan dengan aset besar biasanya akan mendapatkan

perhatian lebih dari masyarakat. Hal ini akan menyebabkan perusahaan

lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangannya. Perusahaan

diharapkan akan selalu berusaha menjaga stabilitas kinerja keuangan

mereka. Pelaporan kondisi keuangan yang baik ini tentu tidak serta merta

53

dapat dilakukan tanpa melalui kinerja yang baik dari semua lini

perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisnya adalah:

H8 : ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis pendekatan

studi kepustakaan dan menggunakan metode hipotesis-deduktif, yakni metode

investigasi ilmiah yang bertujuan untuk menemukan jawaban atas

permasalahan (penelitian), dengan berpedoman kepada serangkaian langkah-

langkah sistematis yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian,

meliputi: pengamatan dan pengumpulan informasi awal, perumusan teori dan

penyusunan hipotesis, pengumpulan data ilmiah lebih lanjut, analisis data,

dan deduksi (Sekaran, 2006).

Teknik analisis statistik atas data (yang dikumpulkan dengan

menggunakan metode dokumentasi), didukung dengan penggunaan program

peranti lunak analisis data berbasis Windows, Statistical Product and

Services Solutions (SPSS) Versi 22.0. Data pengamatan – pooled data –

diperoleh dari sumber data sekunder melalui akses online.

Dalam penelitian ini, objek yang dianalisis & diprediksi adalah pengaruh

mekanisme corporate governance (yang diproksikan dengan kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, komite audit,

dan kualitas audit), earning management, dan ukuran perusahaan terhadap

nilai perusahaan. Sedangkan, subjek penelitian adalah setiap anggota

55

perusahaan manufaktur sektor consumer goods yang memenuhi seluruh

kriteria dalam kerangka penentuan sampel bertujuan (purposive-judgment

sampling).

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2012 hingga 2014.

Sedangkan, kelompok populasi yang dijadikan sebagai faktor dalam

penentuan sampel (unit sampling) adalah perusahaan-perusahaan manufaktur

yang tergolong ke dalam sektor consumer goods.

Perusahaan yang menjadi sampel penelitian dipilih menggunakan

metode purposive-judgment sampling, yakni sampel dipilih berdasarkan

pertimbangan langsung peneliti dengan ketentuan memenuhi syarat

kemampuan representasi dan sesuai dengan karakteristik populasi yang

diinginkan dalam penelitian (Sekaran, 2006). Kriteria-kriteria yang digunakan

dalam menentukan sampel penelitian adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur sektor consumer goods yang secara konsisten

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 3 tahun berturut-turut selama

periode 2012-2014;

2. Menerbitkan laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan

konsolidasian yang diaudit di setiap tahun dalam periode pengamatan;

3. Memiliki semua data dan/atau informasi yang relevan berkaitan dengan

objek dari penelitian yang dilakukan.

56

Penggunaan unit sampling yang terdiri dari perusahaan-perusahaan

manufaktur yang tergolong ke dalam sektor consumer goods, mencerminkan

– konsekuensi – nilai validitas eksternal (generalisasi) dari temuan atas hasil

penelitian yang hanya berlaku bagi setiap subjek dari keseluruhan jumlah

sampel penelitian yang terpilih, yang memenuhi semua kriteria dalam

kerangka purposive-judgment sampling penelitian.

Unit sampling penelitian yang digunakan relevan dengan motivasi,

posisi dan tujuan penelitian, yakni untuk tujuan/upaya pengembangan teori

berkenaan dengan objek studi. Dengan memperbaharui spesifikasi data

pengamatan dalam penelitian, berupa periode pengamatan dan subjek

penelitian, temuan atas hasil penelitian ini berpotensi dapat memberikan

perbandingan mengenai teori terdahulu berkenaan dengan objek studi, dengan

temuan atas hasil penelitian saat ini.

C. Metode Pengumpulan Data

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data

kuantitatif yang diperoleh dengan cara dokumentasi dari sumber data

sekunder, yang dalam hal ini diperoleh melalui akses online dari pusat

referensi pasar modal: Bursa Efek Indonesia (http://www.idx.co.id//), yang

berupa terbitan laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan

konsolidasian ter-audit dari perusahaan manufaktur sampel terpilih untuk

periode pengamatan 3 tahun (2012-2014), Fact Book tahun 2012-2014, serta

dilengkapi dengan data-data pendukung relevan lain dari sumber data

sekunder yang dapat diandalkan. Studi kepustakaan dilakukan guna

57

pengayaan materi dalam rangka survei literatur dengan terutama penelaahan

terhadap hasil/temuan penelitian terdahulu yang bersumber dari publikasi

jurnal/karya ilmiah dalam bidang kajian yang relevan dan dapat

diperbandingkan.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

(analisis) statistik kuantitatif, yakni metode analisis yang berbasis data

kuantitatif dan dengan perhitungan statistik (Dajan, 1996).

Untuk mempermudah dalam proses analisis, digunakan SPSS (Statistical

Package for Social Science) ver. 22, yaitu software yang berfungsi untuk

menganalisis data dan melakukan perhitungan statistik baik parametrik

maupun non-parametrik dengan basis Windows (Ghozali, 2011).

Metode analisis data yang digunakan terdiri dari metode statistik

deskriptif, uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi, uji statistik F (F test),

dan uji statistik t (t test), dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009).

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2011).

58

Nilai rata-rata (mean) menunjukan hasil analisis terhadap tendensi

sentral data. Sedangkan, standar deviasi, varian, maksimum dan minimum

menunjukkan hasil analisis terhadap dispersi data. Adapun, skewness

(kemencengan) dan kurtosis menunjukkan bagaimana data terdistribusi

(Ghozali, 2011).

Adapun, analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini, meliputi

analisis atas nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan

standar deviasi dari jumlah data.

2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan model regresi

berganda terlebih dahulu akan dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri

dari: uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heterokedastisitas dan uji

autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal

atau tidak agar uji statistik untuk jumlah sampel kecil hasilnya tetap

valid (Ghozali, 2011). Seperti diketahui bahwa uji t dan F

mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.

Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual

berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji

59

statistik (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini, kedua metode analisis

tersebut digunakan.

Uji kolmogorov-smirnov merupakan salah satu bagian dari uji

statistik normalitas. Uji kolmogorov-smirnov dapat dijadikan petunjuk

apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Pada uji

kolmogorov-smirnov jika tingkat signifikansi dibawah 0,05, maka data

yang diuji memiliki perbedaan yang signifikan dengan data normal

baku sehingga data yang diujikan tidak berdistribusi normal. Namun,

jika tingkat signifikansi di atas 0,05, maka data yang diuji memiliki

distribusi normal (Ghozali, 2011). Uji ini diyakini lebih akurat

daripada uji normalitas dengan grafik, karena uji normalitas dengan

grafik dapat menyesatkan, jika tidak hati-hati secara visual kelihatan

normal (Ghozali, 2011).

Metode grafik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan melihat normal probability plot. Analisis normal probability

plot dilakukan dengan cara membandingkan distribusi kumulatif dari

distribusi normal (Ghozali, 2011). Jika pada grafik analisis terlihat data

tersebar di sekitar garis diagonal sebagai representasi pola distribusi

normal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi

syarat/asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model

60

regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi

yang kuat di antara variabel bebasnya. Dalam pengujian digunakan

matrik korelasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya korelasi

antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,

maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan.

Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi

antarsesama variabel independen bernilai 0 (nol). Dengan kata lain,

jika terjadi korelasi, maka dinamakan problem multikolonieritas

(Ghozali, 2011).

Pendeteksian multikolonieritas dilakukan dengan menggunakan

nilai standar pembanding tolerance value dan variance inflation factor

(VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen yang

dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jika nilai tolerance > 0,10

dan VIF < 10, maka dapat dikatakan bahwa model regresi bebas dari

masalah multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari satu residual pengamatan ke

pengamatan yang lain (Ghozali, 2011). Jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas.

61

Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi masalah

heteroskedastisitas pada model regresi adalah dengan melihat grafik

scatter plot yang memprediksi variabel terikat (ZPRED) dengan

residualnya (SRESID). Jika pada grafik analisis tersebut ditemukan

pola (titik) tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit, dst), maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas dalam model regresi yang diujikan. Namun, apabila

grafik analisis menunjukkan persebaran titik secara acak atau tidak

memiliki pola yang jelas diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y,

maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang diujikan bebas dari

masalah heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Selain dengan melihat

grafik scatter plot, dapat digunakan pula Uji Glejser (Glejser Test). Uji

Glejser dilakukan dengan meregresi nilai absolut residual terhadap

variabel bebas. Apabila hasil dari uji Glejser bernilai kurang dari/atau

sama dengan 0,05, maka, dapat disimpulkan bahwa data mengalami

gangguan heteroskedastisitas dan sebaliknya (Ghozali, 2011). Dalam

melakukan uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini digunakan

metode uji Glejser dan analisis grafik scatter plot.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terdapat korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t

dengan kesalahan pada periode t-1 (Ghozali, 2011). Jika terdapat

korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi

62

muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan

antara satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual

(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi

lainnya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi

(Ghozali, 2011).

Dalam penelitian ini, pengujian autokorelasi dilakukan dengan

menggunakan Runs Test, yang merupakan bagian dari statistik non-

parametrik yang bertujuan untuk menguji apakah antar-residual

terdapat korelasi yang tinggi atau tidak (Ghozali, 2011).

Pendeteksian autokorelasi dilakukan dengan cara

membandingkan nilai perolehan hasil pengujian (asymptotic

significance) terhadap nilai probabilitas 0,05. Jika nilai perolehan >

0,05, maka dapat dikatakan bahwa model regresi bebas dari masalah

autokorelasi (Ghozali, 2011). Begitupun sebaliknya.

3. Uji Koefisien Determinasi

Uji Koefisien determinasi digunakan untuk menggambarkan

kemampuan model menjelaskan variasi yang terjadi dalam variabel

dependen (Ghozali, 2011). Koefisien determinasi dinyatakan dalam

persentase. Nilai koefisien korelasi ini berkisar antara 0 dan 1. Nilai

koefisien yang kecil menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variasi dalam nilai variabel dependen amat

terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen

63

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variasi nilai variabel dependen (Ghozali, 2011).

4. Uji Statistik F (F Test)

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-

sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Uji statistik

F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang

dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama (simultan) terhadap

variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05.

Menurut Santoso (2010), dasar pengambilan keputusan dalam uji

statistik F ini adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai probabilitas di bawah 0,05, maka semua variabel independen

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

dependen sehingga hipotesis alternatifnya (Ha) diterima.

b. Jika nilai probabilitas di atas 0,05, maka semua variabel independen

tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

dependen sehingga hipotesis alternatifnya (Ha) ditolak.

Dalam penelitian ini, uji statistik F (F test) digunakan untuk menguji

hipotesis-1.

5. Uji Statistik t (t Test)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi

nilai variabel dependen (Ghozali, 2011). Uji statistik t digunakan untuk

64

mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel

independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada

tingkat signifikansi 0,05.

Menurut Santoso (2010), dasar pengambilan keputusan dalam uji

statistik t ini adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai probabilitas signifikansi di bawah 0,05, maka variabel

independen secara individual berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen sehingga hipotesis alternatifnya (Ha) diterima.

b. Jika nilai probabilitas signifikansi di atas 0,05, maka variabel

independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen sehingga hipotesis alternatifnya (Ha) ditolak.

Dalam penelitian ini, uji statistik t (t test) digunakan untuk menguji

hipotesis 2-8.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau

dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2002).

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai

perusahaan. Kesejahteraan pemegang saham dapat dilihat dari nilai

perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan, maka menggambarkan

semakin sejahtera pula pemiliknya. Nilai perusahaan tercermin dari nilai

pasar dan/atau nilai buku perusahaan dari kepemilikan ekuitasnya. Dalam

neraca keuangan, ekuitas menggambarkan total modal perusahaan. Nilai

65

perusahaan diukur dengan menggunakan rumus Tobin‟s Q yang telah

dimodifikasi versi Chung dan Pruitt (1994) yang dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Q = Nilai Perusahaan

MVS = Market Value of All Outstanding Share

D = Debt

TA = Firm’s Assets

Market value of all outstanding share (MVS) merupakan nilai pasar

saham yang diperoleh dari perkalian jumlah saham yang beredar dengan

harga saham penutupan (closing price). Sedangkan, debt merupakan

besarnya nilai pasar hutang, yang dihitung dengan menggunakan

persamaan berikut:

Keterangan:

D = Debt

AVCL = Accounting Value of the Firm’s Current Liabilitites

AVLTD = Accounting Value of the Firm’s Long Term Debt

AVCA = Accounting Value of the Firm’s Current Assets

( MVS + D)

Q ________________

TA

D = (AVCL – AVCA) + AVLTD

66

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variabel yang lain (Indriantoro dan Supomo, 2002).

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

mekanisme corporate governance, yang diproksikan oleh kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, komite

audit, dan kualitas audit, manajemen laba (earning management) dan

ukuran perusahaan.

a. Mekanisme Corporate Governance

1) Mekanisme Corporate Governance yang Diproksikan

Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah jumlah kepemilikan

saham yang dimiliki oleh institusi dari seluruh jumlah modal

saham perusahaan yang dikelola (Boediono, 2005). Kepemilikan

institusional dipercaya oleh beberapa peneliti dapat mempengaruhi

jalannya perusahaan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada

kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu

maksimalisasi nilai perusahaan (Praditia, 2010). Kepemilikan

institusional (KINS) dihitung dengan cara sebagai berikut (Kamil

dan Hapsari, 2014):

Jumlah saham yang dimiliki pihak institusi

KINS ____________________________________________________

Jumlah saham perusahaan yang beredar

67

2) Mekanisme Corporate Governance yang Diproksikan

Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham

yang dimiliki oleh pihak manajemen dari seluruh jumlah modal

saham perusahaan yang dikelola (Boediono, 2005). Kepemilikan

saham yang besar, dari sisi ekonomisnya, memiliki insentif dalam

menyelaraskan kepentingan agen dengan prinsipal (Herawaty,

2008). Kepemilikan institusional (KMNJ) dihitung dengan cara

sebagai berikut (Kamil dan Hapsari, 2014):

3) Mekanisme Corporate Governance yang Diproksikan

Komisaris Independen

Komisaris independen merupakan pihak yang tidak

mempunyai hubungan afiliasi dengan suatu perusahaan, tidak

memiliki jabatan rangkap di perusahaan lain yang terafiliasi

dengan suatu perusahaan, dan memahami peraturan perundang-

undangan di bidang pasar modal. Perusahaan publik wajib

memiliki komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari

jumlah seluruh anggota dewan komisaris (Keputusan Direksi PT.

Bursa Efek Jakarta No. Kep-315/BEJ/062000)). Proporsi dewan

Jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen

KMNJ ________________________________________________________

Jumlah saham perusahaan yang beredar

68

komisaris independen (KIND) dapat dihitung dengan cara sebagai

berikut (Kamil dan Hapsari, 2014):

4) Mekanisme Corporate Governance yang Diproksikan Komite

Audit

Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu

atau lebih anggota dewan komisaris (Rachmawati dan Triatmoko,

2007). Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan

strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan

laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem

pengawasan perusahaan yang baik serta dilaksanakannya good

corporate governance (GCG). Dengan berjalannya fungsi komite

audit secara efektif, kontrol terhadap perusahaan akan lebih baik

sehingga konflik keagenan dapat diminimalisir (Rachmawati dan

Triatmoko, 2007). Peran komite audit juga sangat penting karena

mempengaruhi kualitas laba perusahaan yang merupakan salah

satu informasi penting yang tersedia untuk publik dan dapat

digunakan oleh investor untuk menilai perusahaan (Suaryana,

2005).

Jumlah Komisaris Independen

KIND _________________________________________

Total Anggota Dewan Komisaris

69

Komite audit (KOMA) diukur dengan cara menghitung

jumlah anggota komite audit dari tiap-tiap perusahaan yang

menjadi sampel dalam penelitian (Susanto dan Subekti, 2012).

5) Mekanisme Corporate Governance yang Diproksikan Kualitas

Audit

Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi

ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para

pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk

memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan (Meutia,

2004). Kualitas audit (KAUD) dapat diukur melalui klasifikasi atas

audit yang dilakukan oleh KAP Big 4 dan audit yang dilakukan

oleh KAP Non-Big 4.

Dalam penelitian ini, kualitas audit merupakan variabel

dummy. Jika perusahaan diaudit oleh KAP Big-4 dan/atau

afiliasinya, maka mendapat nilai 1 dan 0 untuk sebaliknya (Lestasi

dan Pamudji, 2013).

Berikut ini adalah KAP lokal yang berafiliasi dengan KAP Big-4

(Suhani, 2013):

a) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaya – afiliasi Ernst &

Young;

b) KAP Sidharta, Sidharta, Widjaya – afiliasi KPMG;

c) KAP Osman Bing Satrio dan KAP Hans Tuanoka – afiliasi

Deloitte Touche Tohmatsu; dan

70

d) KAP Haryanto Sahari, KAP Hadi Susanto, dan KAP

Tanudiredja , Wibisana – afiliasi Pricewaterhousecoopers.

b. Earning Management

Untuk mendeteksi ada-tidaknya manajemen laba (earning

management), maka pengukuran atas akrual adalah hal yang sangat

penting untuk diperhatikan. Total akrual adalah selisih antara laba dan

arus kas yang berasal dari aktivitas operasi. Total akrual dapat

dibedakan menjadi dua bagian. Komponen pertama ialah akrual yang

memang sewajarnya ada dalam proses penyusunan laporan keuangan

atau biasa disebut sebagai akrual normal (non-discretionary accrual).

Adapun, komponen akrual yang kedua bernama akrual abnormal atau

discretionary accrual. Manajemen laba dalam penelitian ini diukur

menggunakan (proksi) discretionary accrual dengan menggunakan

model modifikasi Jones (Modified Jones Model). Menurut Dechow

(1995) dalam Nasution dan Setiawan (2007), model ini dipilih karena

lebih mampu mendeteksi manajemen laba dibandingkan dengan

model-model lainnya.

Perhitungan earning management (EM) dengan menggunakan

model tersebut mencakup langkah-langkah berikut:

I. Menentukan total akrual (ACC), yakni dengan cara mengurangkan

laba bersih dalam satu tahun dengan arus kas dari aktivitas operasi

dalam periode yang sama. Model yang digunakan adalah sebagai

berikut:

71

ACC = NOI – CFFO

Dimana:

ACC : Total Accrual

NOI : Net Operating Income

CFFO : Cashflow from Operating Activitites

II. Menghitung non-discretionary accrual (NDA), yaitu:

NDA = (1/TAt-1) + ((Revenue – Receivable)/TAt-1) + (Fix

Asset/TAt-1)

Dimana:

NDA : Non-Discretionary Accrual

Revenue : Total Pendapatan Operasi

Receivable : Total Piutang Usaha

Fix Asset : Total Aset Tetap

TAt-1 : Total Aset Periode Sebelumnya

III. Menghitung discretionary accrual (DA), yakni dengan cara

mengurangkan total accrual (ACC) yang sudah dibagi dengan total

asset periode sebelumnya dengan non-discretionary accrual

(NDA), dengan menggunakan model hitung sebagai berikut:

72

DA = (ACC/TAt-1) – NDA

Dimana:

DA : Discretionary Accrual

ACC : Total Accrual

TAt-1 : Total Asset in the Prior Period

NDA : Non-Discretionary Accrual

c. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan cerminan besar-kecilnya

perusahaan yang nampak dalam total aset (Sujoko dan Soebiantoro,

2007). Besarnya ukuran suatu perusahaan dapat mempengaruhi

kemudahan perusahaan tersebut dalam memperoleh pendanaan, baik

eksternal maupun internal (Hardiningsih, 2009).

Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diukur menggunakan

logaritma natural total aset dari tiap-tiap perusahaan yang menjadi

sampel dalam penelitian (Rice, 2013).

UP logaritma natural (Ln) Total Aset

73

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Kelompok populasi yang menjadi unit sampling dalam penelitian adalah

seluruh perusahaan manufaktur sektor consumer goods yang terdaftar di bursa

efek selama tahun periode pengamatan, yakni sejak tahun 2012 hingga 2014.

Sedangkan, untuk menentukan jumlah sampel penelitian, digunakan metode

purposive-judgment sampling dengan kriteria dalam kerangka sampling yang

disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan. Kerangka sampling dan

jumlah sampel penelitian disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1

Penentuan Jumlah Sampel

KRITERIA JUMLAH AKUMULASI

Perusahaan manufaktur sektor consumer

goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) selama tahun pengamatan 2012-2014.

38 38

Perusahaan yang tidak terdaftar secara

konsisten selama 3 tahun berturut-turut dalam

periode pengamatan. (Keterangan: delisting,

relisting, atau IPO)

(5) 33

74

KRITERIA JUMLAH AKUMULASI

Perusahaan yang tidak menerbitkan annual

report dan laporan keuangan perusahaan

untuk setiap tahun pelaporan selama periode

pengamatan dalam penelitian.

(3) 30

Perusahaan yang tidak memiliki data yang

dibutuhkan berkenaan dengan setiap variabel

objek penelitian. (Keterangan: tidak memiliki

kepemilikan manajerial dalam struktur

kepemilikan perusahaan).

(15) 15

Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel 15 15

Sumber: http://www.idx.co.id// (disarikan)

Berdasarkan data yang ditampilkan dalam tabel tersebut, terlihat bahwa

dari jumlah awal unit sampling sebanyak 38 perusahaan hanya kurang dari

50% anggotanya saja yang memenuhi seluruh kriteria dalam kerangka

sampling yang ditetapkan, yakni sejumlah 15 perusahaan yang dijadikan

sampel dari total keseluruhan perusahaan kelompok populasi. Selanjutnya,

dengan menggabungkan data penelitian selama 3 tahun periode pengamatan,

diperoleh jumlah data yang dibutuhkan dalam penelitian sebanyak 45 data

pengamatan.

Berikut ini merupakan daftar nama perusahaan yang merupakan sampel

penelitian:

75

Tabel 4.2

Daftar Sampel Penelitian

NO NAMA PERUSAHAAN

1 Wilmar Cahaya Indonesia Tbk

2 Gudang Garam Tbk

3 Indofood Sukses Makmur Tbk

4 Kimia Farma (Persero) Tbk

5 Kedawung Setia Industrial Tbk

6 Kedaung Indah Can Tbk

7 Kalbe Farma Tbk

8 Langgeng Makmur Industri Tbk

9 Martina Berto Tbk

10 Prasidha Aneka Niaga Tbk

11 Pyridam Farma Tbk

12 Sekar Laut Tbk

13 Mandom Indonesia Tbk

14 Tempo Scan Pacific Tbk

15 Ultra Jaya Milk Industry Tbk

Sumber: http://www.idx.co.id// (disarikan)

B. Hasil Analisis dan Pembahasan

1. Analisis Statistik Deskriptif

Alat yang digunakan untuk mendeskripsikan variabel dalam

penelitian ini adalah nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan

standar deviasi. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi nilai perusahaan sebagai variabel dependen, dan mekanisme

corporate governance, yang diproksikan dengan kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial, komisaris independen, komite audit dan kualitas

76

audit, earning management serta ukuran perusahaan yang merupakan

variabel independen.

Hasil pengujian variabel-variabel tersebut secara deskriptif

dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4.3

Hasil Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kepemilikan Institusional 45 ,4658 ,9610 ,729136 ,1501217

Kepemilikan Manajerial 45 ,0000 ,2308 ,032002 ,0700018

Komisaris Independen 45 ,3333 ,7500 ,391278 ,0894648

Komite Audit 45 2,0000 4,0000 3,022222 ,3982284

Kualitas Audit 45 ,0000 1,0000 ,400000 ,4954337

Earning Management 45 -3,4812 -,6085 -1,657218 ,6134105

Ukuran Perusahaan 45 25,2767 32,0847 28,107576 1,9043034

Nilai Perusahaan 45 -,1001 4,3487 ,961616 ,9846329

Valid N (listwise) 45

Sumber: Output SPSS 22.0

Variabel kepemilikan institusional menunjukkan nilai minimum

sebesar 0,4658 dan nilai maksimum sebesar 0,9610. Nilai rata-rata dari

kepemilikan institusional sebesar 0,7291 dengan nilai standar deviasinya

sebesar 0,1501. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai kepemilikan

institusional pada setiap perusahaan kurang lebih sebesar 72,91% dari

jumlah saham perusahaan keseluruhan.

Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai minimum sebesar

0 dan nilai maksimum sebesar 0,2308. Nilai rata-rata variabel ini adalah

sebesar 0,0320 dengan standar deviasi sebesar 0,0700. Hal ini

menunjukkan bahwa rata-rata nilai kepemilikan manajerial pada setiap

77

perusahaan kurang lebih sebesar 3,20% jumlah saham dari seluruh saham

perusahaan.

Komisaris independen memiliki nilai minimum 0,3333 dan nilai

maksimumnya 0,7500. Sedangkan, nilai rata-rata komisaris

independennya sebesar 0,3912 dengan standar deviasi sebesar 0,0894. Hal

ini menunjukkan bahwa perusahaan sampel umumnya telah memenuhi

ketentuan peraturan BAPEPAM mengenai presentase minimum jumlah

anggota dewan komisaris independen dalam perusahaan. Jumlah anggota

komisaris independen rata-rata per perusahaan adalah lebih kurang dari

40% dari jumlah anggota dewan komisaris secara keseluruhan.

Variabel komite audit menunjukkan nilai minimum 2 dan nilai

maksimum 4. Nilai rata-rata variabel adalah sebesar 3,0222 dengan nilai

standar devisasi sebesar 0,3982. Hal ini berarti bahwa perusahaan-

perusahaan tersebut umumnya telah memiliki komite audit sebagaimana

yang dipersyaratkan dalam ketentuan BAPEPAM mengenai keberadaan

komite audit dalam perseroan. Jumlah anggota komite audit rata-rata per

perusahaan berjumlah kurang lebih 3 orang.

Variabel kualitas audit menunjukkan nilai minimum 0 dan nilai

maksimum 1. Nilai rata-rata variabel ini adalah sebesar 0,40 dengan nilai

standar devisasi sebesar 0,4954. Hal ini berarti bahwa kurang lebih hanya

40% anggota dari perusahaan-perusahaan tersebut yang menggunakan jasa

akuntan publik yang ber-reputasi (big-4).

78

Variabel earning management menunjukkan nilai minimum -

3,4812 dan nilai maksimum sebesar -0,6085. Nilai rata-rata earning

management adalah sebesar - 1,6572 dengan standar deviasinya sebesar

0,6134. Earning management yang bernilai rata-rata negatif menunjukkan

bahwa umumnya perusahaan-perusahaan tersebut melakukan earning

management dalam mencatat dan menyusun informasi keuangan dengan

pola pengurangan laba yang dilaporkan (income minimalization).

Nilai minimum yang dimiliki oleh variabel ukuran perusahaan

adalah 25,2767. Sedangkan, nilai maksimumnya adalah sebesar 32,0847.

Nilai rata-rata ukuran perusahaan adalah 28,1075 dengan standar deviasi

sebesar 1,9043. Berdasarkan nilai aset dasar hitung logaritma natural,

maka dapat disimpulkan bahwa anggota dari perusahaan-perusahaan

tersebut dapat digolongkan ke dalam perusahaan besar karena memiliki

memiliki nilai total aset melebihi 400 miliar rupiah (Charlemagne, 2005

dalam Suhani, 2013).

Variabel nilai perusahaan memiliki nilai minimum -0,1001 dan

nilai maksimum 4,3487. Sedangkan, nilai rata-ratanya adalah 0,9616

dengan standar deviasi sebesar 0,9846. Dengan demikian, dapat diartikan

bahwa rata-rata perusahaan tersebut memiliki nilai perusahaan yang relatif

rendah karena memiliki nilai (Q) rata-rata di bawah dan/atau mendekati 1.

79

2. Uji Asumsi Klasik

a) Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau

keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang

baik adalah model yang berdistribusi data normal atau mendekati

normal. Untuk mendeteksi normalitas data adalah dengan

menggunakan metode uji kolmogorov-smirnov Uji normalitas ini

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dasar

pengambilan keputusannya adalah apabila nilai asymptotic

significance lebih besar dari 5%, berarti nilai residual terdistribusi

secara normal (Ghozali, 2011). Berikut ini merupakan hasil uji

normalitas dengan kolmogorov-smirnov:

Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas

S

u

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 45

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation ,71767700

Most Extreme Differences Absolute ,128

Positive ,128

Negative -,061

Test Statistic ,128

Asymp. Sig. (2-tailed) ,062c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

80

Sumber: Output SPSS 22.0

Berdasarkan hasil pengujian di atas, diketahui nilai signifikansi

regresi sebesar 0,062 lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan

bahwa data yang diuji telah berdistribusi normal.

Untuk memperkuat hasil uji normalitas pada hasil uji

kolmogorov-smirnov, dilakukan pengujian dengan metode grafik

scatter plot dengan melihat persebaran data (titik) pada sumbu

diagonal dari grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak

mengikuti arah diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas. Adapun, hasil uji normalitas dapat dilihat pada gambar

berikut.

81

Gambar 4.1

Hasil Uji Normalitas Grafik p-Plot

Sumber: Output SPSS 22.0

Berdasarkan hasil uji normalitas pada gambar di atas dapat

dilihat bahwa grafik probability plot (p-plot) menunjukkan titik-titik

data berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa data dalam

penelitian ini telah terdistribusi normal atau telah memenuhi asumsi

normalitas.

b) Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya

Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan

setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas

lainnya. Berdasarkan aturan VIF dan Tolerance, apabila VIF melebihi

angka 10 atau Tolerance kurang dari 0,10, maka dinyatakan terjadi

82

gejala multikolinieritas, sebaliknya apabila harga VIF kurang dari 10

atau Tolerance lebih dari 0,10, maka dinyatakan tidak terjadi gejala

multikolinieritas. Hasil pengujian ditunjukkan pada tabel berikut

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -13,483 3,327 -4,053 ,000

KINS 1,526 1,482 ,233 1,030 ,310 ,281 3,555

KMNJ 6,193 3,010 ,440 2,057 ,047 ,314 3,189

KIND ,675 1,716 ,061 ,393 ,696 ,591 1,693

KOMA ,549 ,352 ,222 1,559 ,128 ,707 1,414

KAUD -,700 ,399 -,352 -1,775 ,087 ,357 2,802

EM -,171 ,239 -,106 -,714 ,480 ,648 1,544

UP ,399 ,100 ,771 3,992 ,000 ,385 2,598

a. Dependent Variable: Q

Sumber: Output SPSS 22.0

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui tidak ada satu pun nilai

Tolerance dari setiap variabel independen yang bernilai kurang dari

0,10, ataupun memiliki nilai VIF lebih dari 10,00. Maka, dapat

disimpulkan bahwa di antara variabel bebas tidak terjadi

multikolinearitas.

c) Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-

1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem

83

autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokorelasi.

Hasil pengujian autokorelasi dengan Runs Test terhadap data

ditunjukkan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.6

Hasil Uji Autokorelasi

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea ,00099

Cases < Test Value 22

Cases >= Test Value 23

Total Cases 45

Number of Runs 23

Z ,000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000

a. Median

Sumber: Output SPSS 22.0

Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai asymptotic

significance sebesar 1,000, yang lebih besar dari nilai probabilitas

0,05. Maka, dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari

masalah autokorelasi.

d) Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan uji Glejser, yaitu dengan meregresi residual kuadrat

dengan variabel independen, variabel independen kuadrat dan

perkalian (interaksi) variabel independen, serta metode analisis grafik

(scatter plot), dengan melihat/menganalisis pola persebaran titik pada

84

grafik (Ghozali, 2011). Tabel pengujian dan grafik analisis disajikan

sebagai berikut:

Tabel 4.7

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Output SPSS 22.0

Tabel di atas menunjukan bahwa tidak ada satu pun nilai

signifikansi dari variabel-variabel bebas di atas, kecuali nilai

signifikansi dari variabel kualitas audit, yang bernilai kurang dari 0,05.

Masalah heteroskedastisitas pada variabel kualitas audit terjadi karena

data pengamatan untuk variabel tersebut bersifat konstan selama

periode pengamatan. Hal tersebut terjadi karena semua perusahaan

sampel terpilih menggunakan jasa dari kantor akuntan publik yang

sama selama periode pengamatan.

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -2,739 1,787 -1,532 ,134

Kepemilikan Institusional -,592 ,796 -,180 -,743 ,462

Kepemilikan Manajerial 1,699 1,617 ,242 1,051 ,300

Komisaris Independen -,450 ,922 -,082 -,489 ,628

Komite Audit ,336 ,189 ,272 1,777 ,084

Kualitas Audit -,524 ,214 -,527 -2,445 ,019

Earnings Management -,219 ,128 -,273 -1,705 ,097

Ukuran Perusahaan ,094 ,054 ,363 1,750 ,088

a. Dependent Variable: RES2

85

Gambar 4.2

Grafik Analisis Heteroskedastisitas

Sumber: Output SPSS 22.0

Dapat dilihat pada grafik di atas bahwa data tersebar di atas dan

di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola

yang jelas pada penyebaran data tersebut. Maka, dapat disimpulkan

bahwa pada model regresi tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.

86

3. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mencari kontribusi variabel

bebas terhadap variasi dalam variabel terikat. Hasil pengujian koefisien

determinasi (Adjusted R2) ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.8

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Sumber: Output SPSS 22.0

Nilai koefisien korelasi berganda sebesar 0,685 yang diperoleh

melalui hasil pengujian menunjukkan bahwa ketujuh variabel independen

memiliki kekuatan hubungan yang tidak begitu kuat terhadap variabel

dependen-nya, karena bernilai tidak terlalu mendekati 1. Nilai koefisien

determinasi (R Square) adalah 0,469. Sedangkan, adjusted R Square-nya

bernilai sebesar 0,368. Maka, dapat disimpulkan bahwa 36,8% variasi nilai

perusahaan dapat dijelaskan oleh kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial, komisaris independen, komite audit, kualitas audit, earning

management, dan ukuran perusahaan. Sedangkan, 63,2% lainnya dapat

dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain dari variabel bebas yang

digunakan dalam penelitian ini, seperti: profitability, capital structure, dan

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,685a ,469 ,368 ,7826264

a. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Earning Management,

Komite Audit, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Institusional, Kualitas Audit

87

growth opportunity yang diketahui terbukti berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan (Hermuningsih, 2013).

4. Uji Statistik F (F Test)

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama

terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05

(Ghozali, 2009). Jika nilai probability F lebih kecil dari 0,05, maka Ha

diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probability F lebih besar

dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha.. Hasil pengujian ditunjukkan

dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.9

Hasil Uji Statistik F

Sumber: Output SPSS 22.0

Berdasarkan tabel hasil pengujian di atas, nilai Fhitung sebesar 4,664

berada pada level signifikan 0,001, yang lebih kecil dibandingkan dengan

level signifikansi pengujian 0,05. Hal ini berarti bahwa ketujuh variabel

independen penelitian yang terdiri dari: kepemilikan institusional – proxy

mekanisme corporate governance – (X1), kepemilikan manajerial – proxy

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 19,995 7 2,856 4,664 ,001b

Residual 22,663 37 ,613

Total 42,658 44

a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

b. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Earning Management, Komite Audit,

Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kualitas

Audit

88

mekanisme corporate governance – (X2), komisaris independen – proxy

mekanisme corporate governance – (X3), komite audit – proxy mekanisme

corporate governance – (X4), kualitas audit – proxy mekanisme corporate

governance – (X5), earning management (X6), dan ukuran perusahaan

(X7), secara simultan, berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

(Y) sebagai variabel dependen-nya.

Maka, kesimpulan berkenaan dengan hipotesis yang dapat dibuat

adalah bahwa H1 diterima, atau dengan kata lain, ketujuh variabel

independen terbukti, secara simultan, berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

Temuan atas hasil pengujian ini sejalan dengan hasil penelitian

Suhani (2013) dan Anggraini (2013), sekaligus terbukti dapat

mengembangkan temuan atas hasil penelitian sebelumnya. Hal ini terlihat

pada/dengan ditemukannya nilai sumbangan efektif regresi (adjusted R2)

yang baru dalam model hitung yang digunakan, yakni sebesar 36,8%.

Dapat diartikan pula bahwa variabel-variabel independen yang digunakan

dalam penelitian ini masih relevan untuk digunakan sebagai

prediktor/untuk menjelaskan varians dalam nilai perusahaan sebagai

variabel independen, karena berdasarkan hasil uji F di atas, ketujuh

variabel independen, secara simultan, berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan.

89

5. Uji Statistik t (t Test)

Uji Statistik t menunjukkan besar kekuatan dari masing-masing

variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen dan menguji

pengaruhnya terhadap variabel dependen penelitian dengan menggunakan

tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2011). Hasil pengujian dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.10

Hasil Uji Statistik t

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -13,483 3,327 -4,053 ,000

Kepemilikan Institusional 1,526 1,482 ,233 1,030 ,310

Kepemilikan Manajerial 6,193 3,010 ,440 2,057 ,047

Komisaris Independen ,675 1,716 ,061 ,393 ,696

Komite Audit ,549 ,352 ,222 1,559 ,128

Kualitas Audit -,700 ,399 -,352 -1,755 ,087

Earning Management -,171 ,239 -,106 -,714 ,480

Ukuran Perusahaan ,399 ,100 ,771 3,992 ,000

a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

Sumber: Output SPSS 22.0

Hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi dari masing-masing

variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Secara

rinci, hasil pengujian tersebut dapat diinterpretasi/dijelaskan sebagai

berikut:

90

1) Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel kepemilikan

institusional (KINS) terhadap nilai perusahaan (Q) menunjukkan nilai t

hitung sebesar 1,030 dengan signifikansi sebesar 0,310 (p > 0,05),

yang berarti bahwa variabel X1 (kepemilikan institusional) tidak

berpengaruh terhadap Y (nilai perusahaan).

Maka, dapat diinterpretasikan bahwa besar-kecil kepemilikan

institusional pada perusahaan-perusahaan tersebut, tidak akan

mempengaruhi nilai perusahaan-nya, karena berdasarkan hasil

pengujian, tidak terbukti bahwa kepemilikan institusional berpengaruh

terhadap nilai perusahaan. Jadi, dugaan awal penelitian bahwa

kepemilikan institusional, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai

perusahaan tidak berhasil dibuktikan, atau dengan kata lain, H2 ditolak.

Hasil pengujian ini tidak berhasil mendukung temuan

penelitian dari Purwaningtyas (2011) dan Siswantaya (2007) yang

menyatakan bahwa dengan semakin tingginya tingkat kepemilikan

perusahaan oleh suatu entitas institusional, maka akan semakin baik

pula kinerja perusahaan tersebut dalam mencapai nilai perusahaan.

Kepemilikan institusional dipercaya dapat mempengaruhi jalannya

perusahaan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kinerja

perusahaan dalam mencapai tujuannya, yakni memaksimalkan nilai

perusahaan (Purwaningtyas, 2011). Lebih jauh, Siswantaya (2007)

mengatakan bahwa institusi dengan investasi yang substansial pada

91

saham perusahaan memperoleh insentif yang besar untuk secara aktif

memonitor dan mempengaruhi tindakan manajemen seperti

fleksibilitas dalam melakukan abnormal accounting accrual.

Namun demikian, temuan atas hasil penelitian ini sejalan

dengan temuan penelitian oleh Herawati (2008), yang salah satunya

menguji pengaruh praktek corporate governance terhadap nilai

perusahaan, yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional, secara

parsial, tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Meskipun, secara

simultan, semua proxy dari praktek corporate governance yang

diujikan, termasuk kepemilikan institusional, terbukti berpengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan.

2) Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel kepemilikan

manajerial (KMNJ) terhadap nilai perusahaan (Q) menunjukkan nilai t

hitung sebesar 2,057 dengan signifikansi sebesar 0,047 (p < 0,05),

yang berarti bahwa variabel X2 (kepemilikan manajerial) berpengaruh

terhadap variabel Y (nilai perusahaan).

Adapun, nilai beta yang dihasilkan adalah 0,440. Estimasi arah

yang positif pada koefisien variabel kepemilikan manajerial dan

dikaitkan dengan nilai signifikansinya mencerminkan bahwa adanya

kepemilikan manajerial di perusahaan terbukti sangat berpotensi untuk

menjadi salah satu mekanisme corporate governance yang baik dan

signifikan dalam mendukung pelaksanaan/pencapaian nilai

92

perusahaan. Karena, semakin besar tingkat kepemilikan manajerial

dalam perusahaan-perusahaan tersebut, maka nilai perusahaan-nya

juga akan relatif semakin besar. Jadi, dugaan awal penelitian bahwa

kepemilikan manajerial, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai

perusahaan berhasil dibuktikan, atau dengan kata lain H3 diterima.

Hasil pengujian ini berbeda dengan temuan atas hasil penelitian

Suhani (2013), yang menguji pengaruh earning management,

mekanisme corporate governance, dan ukuran perusahaan terhadap

nilai perusahaan, yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial,

secara parsial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Meskipun,

secara simultan, bersama-sama dengan semua proxy mekanisme

corporate governance yang diujikan, terbukti berpengaruh signifikan.

Namun, hasil pengujian ini sejalan dengan apa yang ditemukan

oleh Siswantaya (2007). Menurutnya, semakin meningkat proporsi

kepemilikan saham manajerial, maka akan semakin baik pula kinerja

perusahaan karena dengan adanya pemusatan kepentingan melalui

keterbukaan kepemilikan dan/atau insentif saham tersebut akan

menambah insentif bagi manajer tersebut untuk lebih berupaya dalam

meningkatkan nilai perusahaan.

93

3) Pengaruh Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel komisaris

independen (KIND) terhadap nilai perusahaan (Q) menunjukkan nilai t

hitung sebesar 0,393 dengan signifikansi sebesar 0,696 (p > 0,05),

yang berarti bahwa variabel X3 (komisaris independen) tidak

berpengaruh terhadap variabel Y (nilai perusahaan).

Maka, dapat diinterpretasikan bahwa besar-kecil proporsi

komisaris independen pada perusahaan-perusahaan tersebut, tidak akan

mempengaruhi nilai perusahaan-nya, karena berdasarkan hasil

pengujian, tidak terbukti bahwa komisaris independen berpengaruh

terhadap nilai perusahaan. Jadi, dugaan awal penelitian bahwa

komisaris independen, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai

perusahaan tidak berhasil dibuktikan, atau dengan kata lain, H4 ditolak.

Hasil pengujian ini mendukung temuan atas hasil penelitian

Suhani (2013), yang menguji pengaruh earning management,

mekanisme corporate governance, dan ukuran perusahaan terhadap

nilai perusahaan, yang menemukan bahwa komisaris independen,

secara parsial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Meskipun,

secara simultan, bersama-sama dengan semua proxy mekanisme

corporate governance yang diujikan, terbukti berpengaruh signifikan.

Namun, hasil pengujian ini tidak sejalan dengan temuan

penelitian oleh Boediono (2005) yang menunjukkan bahwa melalui

peranan dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional

94

perusahaan, dewan komisaris independen dapat memberikan

kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan

keuangan yang berkualitas sehingga mencerminkan keadaan yang

sebenarnya dari perusahaan.

4) Pengaruh Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel komite audit

(KOMA) terhadap nilai perusahaan (Q) menunjukkan nilai t hitung

sebesar 1,559 dengan signifikansi sebesar 0,128 (p > 0,05), yang

berarti bahwa variabel X4 (komite audit) tidak berpengaruh terhadap

variabel Y (nilai perusahaan).

Maka, dapat diinterpretasikan bahwa besar-kecil jumlah

anggota komite audit pada perusahaan-perusahaan tersebut, tidak akan

mempengaruhi nilai perusahaan-nya, karena berdasarkan hasil

pengujian, tidak terbukti bahwa komite audit berpengaruh terhadap

nilai perusahaan. Jadi, dugaan awal penelitian bahwa komite audit,

secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan tidak berhasil

dibuktikan, atau dengan kata lain, H5 ditolak.

Hasil pengujian ini tidak berhasil mendukung temuan

penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

antara komite audit dengan nilai perusahaan (Rustiarini, 2010), yakni

bahwa dengan adanya komite audit, diharapkan dapat meminimalisir

potensi konflik agensi sehingga laporan yang disampaikan kepada

pihak-pihak yang berkepentingan dapat dipercaya (misalnya: investor,

95

pemerintah, dan/atau pihak lain) sehingga dapat membantu

meningkatkan nilai perusahaan.

Namun, hasil pengujian dalam penelitian ini sejalan dengan

temuan atas hasil penelitian Anggraini (2013) yang menguji pengaruh

good corporate governance terhadap nilai perusahaan. Dalam

penelitiannya, ia menemukan bahwa komite audit, sebagai salah satu

proxy mekanisme corporate governance, secara parsial, tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Meskipun, secara simultan,

semua proxy dari good corporate governance, termasuk komite audit,

terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.

5) Pengaruh Kualitas Audit terhadap Nilai Perusahaan

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel kualitas audit

(KAUD) terhadap nilai perusahaan (Q) menunjukkan nilai t hitung

sebesar -1,755 dengan signifikansi sebesar 0,087 (p > 0,05), yang

berarti bahwa variabel X5 (kualitas audit) tidak berpengaruh terhadap

variabel Y (nilai perusahaan).

Maka, dapat diinterpretasikan bahwa tinggi-rendah kualitas

audit (yang dalam penelitian ini diproksikan dengan ukuran

perusahaan audit) pada perusahaan-perusahaan tersebut, tidak akan

mempengaruhi nilai perusahaan-nya, karena berdasarkan hasil

pengujian, tidak terbukti bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap

nilai perusahaan. Jadi, dugaan awal penelitian bahwa kualitas audit,

96

secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan tidak berhasil

dibuktikan, atau dengan kata lain, H6 ditolak.

Hasil penelitian ini tidak berhasil mendukung temuan

penelitian oleh Herawaty (2008), yang salah satunya menguji pengaruh

praktek corporate governance terhadap nilai perusahaan, yang

menyatakan bahwa kualitas audit, yang diukur dengan klasifikasi

kantor akuntan publik, berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan, baik secara parsial maupun simultan.

Namun, hasil pengujian dalam penelitian ini sejalan dengan

temuan atas hasil penelitian Anggraini (2013) yang menguji pengaruh

good corporate governance terhadap nilai perusahaan. Dalam

penelitiannya, ia menemukan bahwa kualitas audit, sebagai salah satu

proxy mekanisme corporate governance, secara parsial, tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Meskipun, secara simultan,

semua proxy dari good corporate governance, termasuk kualitas audit,

terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.

6) Pengaruh Earning Management terhadap Nilai Perusahaan

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel earnings

management (EM) terhadap nilai perusahaan (Q) menunjukkan nilai t

hitung sebesar -0,714 dengan signifikansi sebesar 0,480 (p > 0,05),

yang berarti bahwa variabel X6 (earning management) tidak

berpengaruh terhadap variabel Y (nilai perusahaan).

97

Maka, dapat diinterpretasikan bahwa tinggi-rendah earning

management pada perusahaan-perusahaan tersebut, tidak akan

mempengaruhi nilai perusahaan-nya, karena berdasarkan hasil

pengujian, tidak terbukti bahwa earning management berpengaruh

terhadap nilai perusahaan. Jadi, dugaan awal penelitian bahwa earning

management, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan

tidak berhasil dibuktikan, atau dengan kata lain, H7 ditolak.

Hasil pengujian ini tidak berhasil mendukung temuan

penelitian Suhani (2013), yang menguji pengaruh earning

management, mekanisme corporate governance, dan ukuran

perusahaan, yang menemukan bahwa earning management, baik

secara parsial maupun simultan, berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan.

Namun, hasil pengujian dalam penelitian ini sejalan dengan

temuan atas hasil penelitian Darwis (2012), yang salah satunya

menguji pengaruh earning management terhadap nilai perusahaan,

yang menemukan bahwa earning management secara parsial, tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

7) Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel ukuran

perusahaan (UP) terhadap nilai perusahaan (Q) menunjukkan nilai t

hitung sebesar 3,992 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05),

98

yang berarti bahwa variabel X7 (ukuran perusahaan) berpengaruh

terhadap variabel Y (nilai perusahaan).

Adapun, nilai beta yang dihasilkan adalah 0,771. Estimasi arah

yang positif pada koefisien variabel ukuran perusahaan menunjukkan

bahwa ukuran perusahaan berhubungan searah dengan nilai

perusahaan. Maka, semakin besar ukuran dari perusahaan-perusahaan

tersebut, akan relatif semakin besar pula nilai perusahaan-nya. Jadi,

dugaan awal penelitian bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap nilai perusahaan berhasil dibuktikan, atau dengan kata lain,

H8 diterima.

Hasil penelitian ini berhasil mendukung temuan atas hasil

penelitian Uyun (2011) yang menemukan bukti bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Karena dengan kepemilikan aset yang lebih besar, suatu perusahaan

akan memiliki kekuatan finansial yang lebih besar dalam menunjang

kinerja (Darmawati, 2004).

Namun, hasil pengujian ini tidak sejalan dengan temuan atas

hasil penelitian Anggraini (2013) yang menguji pengaruh good

corporate governance terhadap nilai perusahaan. Dalam penelitiannya,

ia menemukan bahwa ukuran perusahaan, secara parsial, tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Meskipun, secara simultan,

ukuran perusahaan bersama-sama dengan semua proxy dari good

99

corporate governance, terbukti memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap nilai perusahaan.

100

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memprediksi pengaruh

mekanisme corporate governance (yang diproksikan dengan kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, komite audit, dan

kualitas audit), earning management dan ukuran perusahaan terhadap nilai

perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian, hanya 4 dari 8 hipotesis penelitian

yang diajukan dapat dibuktikan. Kesimpulan yang dibuat adalah sebagai

berikut:

1. Ketujuh variabel independen penelitian (kepemilikan institusional – proxy

mekanisme corporate governance – (X1), kepemilikan manajerial – proxy

mekanisme corporate governance – (X2), komisaris independen – proxy

mekanisme corporate governance – (X3), komite audit – proxy mekanisme

corporate governance – (X4), kualitas audit – proxy mekanisme corporate

governance – (X5), earning management (X6), dan ukuran perusahaan

(X7)), secara simultan, berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2. Kepemilikan institusional sebagai proksi mekanisme corporate

governance, secara parsial, tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

3. Kepemilikan manajerial sebagai proksi mekanisme corporate governance,

secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

101

4. Komisaris independen sebagai proksi mekanisme corporate governance,

secara parsial, tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

5. Komite audit sebagai proksi mekanisme corporate governance, secara

parsial, tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

6. Kualitas audit sebagai proksi mekanisme corporate governance, secara

parsial, tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

7. Earning management, secara parsial, tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

8. Ukuran perusahaan, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

B. Saran-saran

Berdasarkan desain penelitian secara umum ataupun hasil (temuan)

dan/atau kesimpulan dari penelitian ini, maka, rekomendasi penelitian yang

dapat diberikan antara lain sebagai berikut:

1. Menambah jumlah data observasi dengan perluasan karakteristik dan

perpanjangan periode pengamatan.

Subjek penelitian yang digunakan hanya perusahaan manufaktur yang

tergolong ke dalam sektor consumer goods. Konsekuensinya adalah

temuan atau hasil penelitian memiliki daya generalisasi terbatas.

Mengingat potensi implikasi yang baik dari temuan penelitian dalam

bidang kajian terkait, untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat

menggunakan subjek penelitian yang lebih besar dan memperpanjang

periode pengamatan sehingga dapat secara lebih baik menggambarkan

kondisi dan perkembangan pasar dan perusahaan setiap tahunnya.

102

2. Mengembangkan kerangka pemikiran dan menerapkan teknik pengukuran

alternatif lain dalam menjelaskan variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian. Terutama mengenai variabel nilai perusahaan. Mengingat

potensi dari konsep inti dalam bidang kajian ini adalah mengenai nilai

perusahaan (Q), maka tidak berlebihan jika penulis beranggapan bahwa

hasil (temuan) dari penelitian ini berpotensi akan sangat bermanfaat bagi

para pelaku pasar modal dan/atau investasi di Indonesia. Secara pribadi,

penulis merekomendasikan cara pengukuran nilai perusahaan dengan

mempertimbangkan faktor expected future free cash flow dan efek

diskonto akumulasi karakteristik biaya modal, selain tentu saja faktor

actual market value, sehingga akan lebih kaya dalam menggambarkan

kemampuan kapitalisasi pasar dan perolehan laba perusahaan (terutama)

kedepannya. Begitu juga dengan cara pengukuran earnings management

dan corporate governance yang masih sangat mungkin untuk

dikembangkan secara lebih baik.

3. Menambah/menggunakan variabel independen lain selain yang terdapat

dalam penelitian ini, seperti rasio-rasio keuangan perusahaan yang

mencerminkan kebijakan-kebijakan operasional dan/atau keuangan

perusahaan serta perlakuan terhadap pemegang saham perusahaan saat ini

dan investor potensial perusahaan.

103

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Irfan. 2002. ”Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan

Agensi”. Lintasan Ekonomi. Vol. XIX. No. 2.

Anggraini, Dina. 2013. “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai

Perusahaan pada Perusahaan Textile, Garment yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2012”. Skripsi. Program S1 Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang.

Anthony, R.N. dan Govindarajan, V. 2005. “Management Control System”. Buku

2. Jakarta: Salemba Empat.

Astria, T. 2011. “Pengaruh Audit Tenure, Struktur Corporate Governance, dan

Ukuran KAP terhadap Integritas Laporan Keuangan”. Skripsi. Fakultas

Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Boediono, Gideon, S.B. 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh GCG terhadap

Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium

Nasional Akuntansi Vol. 8.

Chung, K.H, dan Pruitt, S. 1994. “A Simple Approximation of Tobin’s Q”.

Financial Management. 23-3. P. 70-74.

Dajan, Anto. 1996. “Pengenalan Metode Statistika”. Jilid Kedua. Jakarta: LP3ES.

Darmawati, Deni dkk. 2004. “Hubungan Corporate Governance dan Kinerja

Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar.

Darwis, Herman. 2012. ”Manajemen Laba terhadap Nilai Perusahaan dengan

Corporate Governance sebagai Pemoderasi”. Jurnal Keuangan dan

Perbankan. Vol. 16. No. 1. Hal. 45-55.

Dechow, P. 1995. “Accounting Earnings and Cash flow as Measures of Firm

Performance: The Role of Accounting Accruals”. Journal of Accounting and

Economics. No. 18. P. 2-42.

Dechow, P., Sloan, R.G., and Sweeney, A.P. 1996. “Causes and Consequences of

Earnings Manipulation: An Analysis of Firms Subject to Enforcement

Actions by SEC”. Contemporary Accounting Research. Vol. 13. No.1. p.1-

36.

Eisenhardt, K.M. 1989. “Agency Theory: An Assesment and Review”. Academy of

Management Review. No. 14. p. 57-74.

104

Estiasih, S.P., Oetomo, H.W., Asyik, N.F., dan Riduan, Akhmad. 2015. “The

Influence of Corporate Social Responsibility and Good Corporate

Governance on Firm Value: The Characteristic of the Company as

Moderating Variabel”. International Journal of Business and Behavioral

Sciences STIESIA Surabaya. Vol. 5. No. 2.

Fama, Eguene. 1978. “The Effect of a Firm’s Investment and Financing Decisions

on the Welfare of its Security Holders’, Investment and Financing”. Journal

Vol. 68.

Fatmawati, Dewi, dan Sabeni, Arifin. 2013. “Pengaruh Diversifikasi Geografis,

Diversifikasi Industri, Konsentrasi Kepemilikan Perusahaan, dan Masa

Perikatan Audit terhadap Manajemen Laba”. Diponegoro Journal of

Accounting. Vol. 2. No.2. Hal. 1.

FCGI. 2001. “Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan”. Edisi Ketiga.

Jakarta.

Fischer, Marly dan Rozenzweigg, Kenneth. 1995. “Attitude of Student

Practitiones Concerting the Ethical Acceptability of Earnings

Management”. Journal of Business Ethic. No. 14. p. 433- 444.

Ghozali, Imam, 2009. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.

Edisi Ketiga. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam, 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gabrielsen, G., Gramlich, J.D., dan Plenborg, T. 1997. “Managerial Ownership,

Information Content of Earnings, and Discretionary Accruals in a Non US

Setting”. Jurnal of Bussiness Finance and Accounting. Vol. 29. No. 7. p.

967-988.

Hardiningsih, Pancawati. 2009. ”Determinan Nilai Perusahaan”. JAI Universitas

STIKUBANK Semarang. Vol. 5. No. 2.

Herawaty, Vinola. 2008. ”Peran Praktek Corporate Governance Sebagai

Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai

Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi.

Hermuningsih, Sri. 2013. ”Pengaruh Profitabilitas, Growth Opportunity, Struktur

Modal terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Publik di Indonesia”.

Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas

Sarjanawiyata Taman Siswa Yogyakarta.

105

Indriantoro, Nur, dan Supomo, Bambang. 2002. “Metodologi Penelitian Bisnis

untuk Akuntansi dan Manajemen”. Yogyakarta: BPFE.

Kamil, Fauzan, dan Hapsari, D.W. 2014. “Pengaruh Manajemen Laba terhadap

Nilai Perusahaan dengan Mekanisme Corporate Governance sebagai

Variabel Pemoderasi”. Jurnal EPROC. Vol. 14. No. 04.

Kartika, Eti dan Nikmah. 2011. “Pengaruh Corporate Governance dan

Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Kualitas Laba dan Nilai

Perusahaan”. Jurnal Akuntansi FE-UNIB Bengkulu. Vol. 1. No. 1.

Kesuma, Ali. 2009. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

serta Pengaruhnya terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang

Go Public di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi. Universitas Darwan Ali,

Kalimantan Tengah”.

Kristiani, K.E., Sulindawati, N.L.G, dan Herawati, N.T. 2014. “Pengaruh

Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap

Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. e-

Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2. No. 1.

Larasati, A. 2009. “Analisa Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,

Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di BEI”. Skripsi.

Lestari, L.S., dan Pamudji, Sugeng. 2013. “Pengaruh Earnings Management

terhadap Nilai Perusahaan dengan Praktek Corporate Governance sebagai

Pemoderasi”. Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 2. No. 3. Hal. 1.

Meutia, I. 2004. “Pengaruh Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba

untuk KAP Big 5 dan Non Big 5”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7.

No. 3.

Midiastuty, P.P., dan Machfoed, Mas‟ud. 2003. “Analisa Hubungan Mekanisme

Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba”. Simposium

Nasional Akuntansi VI.

Mursalim. 2003. “Income Smoothing dan Motivasi Investasi”. Simposium

Nasional Akuntansi VIII Solo.

Nasution, Marihot dan Setiawan, Doddy. 2007. “Pengaruh Manajemen Laba di

Perusahaan Perbankan Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi X

Makassar.

106

Rachmawati, Andri, dan Triatmoko, Hanung. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional

Akuntansi X Makassar. Hal. 1-26.

Rika, N, dan Islahuddin. 2008. “Pengaruh CSR terhadap Nilai Perusahaan

dengan Persentase Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Moderating”.

Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak.

Rice. 2013. “Pengaruh Leverage, Kepemilkan Institusional, Ukuran Perusahaan

dan Nilai Perusahaan terhadap Tindakan Manajemen Laba”. Jurnal Wira

Ekonomi STIE Mikroskil. Vol. 3. No. 1.

Praditia, O.R. 2010. “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance

Terhadap Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun

2005-2008”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universiatas Diponegoro

Semarang.

Purwaningtyas, Frysa Praditha. 2011. “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate

Governance terhadap Nilai Perusahaan”. Universitas Diponegoro

Semarang.

Rodoni, Ahmad dan Ali, Herni. 2010. “Manajemen Keuangan”. Jakarta: Mitra

Wacana Media.

Rustiarini, Ni Wayan. 2010. “Pengaruh GCG terhadap Hubungan antara CSR

dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XIII.

Salfauz, D., Putra, T., dan Muid, Dul. 2012. “Pengaruh Independensi, Mekanisme

Corporate Governance, Kualitas Audit, dan Manajemen Laba terhadap

Integritas Laporan Keuangan”. Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 1.

No.2. Hal. 1.

Santoso, Singgih. 2010. “Latihan SPSS Statistik Parametrik”. Jakarta: Elekmando

Media Komputindo.

Scott, William R. 2006. “Financial Accounting theory”. Second Edition. Canada:

Prentice Hall.

Scott, William R. 2006. “Financial Accounting theory”. forth Edition. Canada

Inc: Person Education.

Sekaran, Uma. 2006. “Research Methods for Business (Metodologi Penelitian

untuk Bisnis)”. Buku 1. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.

107

Sekaran, Uma. 2006. “Research Methods for Business (Metodologi Penelitian

untuk Bisnis)”. Buku 2. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.

Siswantaya, I Gede. 2007. “Mekanisme GCG dan Manajemen Laba”. Skripsi.

Universitas Diponegoro Semarang.

Sloan, R.G. 1996. “Do Stock Fully-Reflect Information in Accrual and Cash Flow

about Future Earning”. Accounting Review. p. 289-315.

Suaryana, Agung. 2005. “Pengaruh Komite Audit terhadap Kualitas Laba”.

Artikel yang dipresentasikan pada SNA XIII Solo.

Sugiyono. 2009. “Metode Penelitian Bisnis”. Bandung: Alfabeta.

Suhani, Jhoni. 2013. “Pengaruh Earning Management, Mekanisme Corporate

Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan pada

Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011”.

Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sujoko dan Soebiantoro, Ugy. 2007. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham,

Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern terhadap Nilai Perusahaan

pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal

Manajemen dan Kewirausahaan Universitas Kristen Petra Surabaya. Vol. 9.

No. 1.

Susanto, P.B., dan Subekti, Imam. 2012. “Pengaruh Corporate Social

Responsibility dan Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan

pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi.

Universitas Brawijaya Malang.

Ujiantho, M. A. dan Pramuka, B. A. 2007. “Mekanisme Corporate Governance,

Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi

X, Makassar.

Uyun, Shofwatul. 2011. “Pengaruh Manajemen Resiko, Ukuran Perusahaan, dan

Leverage terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Skripsi. Universitas Airlangga.

Wahyudi, U., dan Pawestri, H.P. 2006. “Implikasi Struktur Kepemilikan terhadap

Nilai Perusahaan dengan Keputusan Keuangan sebagai Variabel

Intervening”. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang.

Wedari, L.K. 2004. “Analisis Pengaruh Dewan Komisaris dan Keberadaan

Komite Audit terhadap Akuntansi Manajemen Laba”. Makalah tidak

dipublikasikan.

108

Weston, J.F, dan Brigham, E.F. 1993. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”.

Jilid 2. Edisi 9. Terjemahan oleh Alfonsus Sirait. Jakarta: Erlangga.

Widyanindyah, Agnes. 2001. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Earnings Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia”. Jurnal

Ekonomi dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra.

Sumber Elektronik

Fernandes, Nuno dan Ferreira, Miguel A. 2007. “The Evolution of Earnings

Management and Firm Valuation: A Cross-Country Analysis”. Available at

http://www.papers.ssrn.com.

Jensen, M.C., dan Meckling, W.H. 1976. “Theory of The Firm: Managerial

Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure”. Available at

http://www.papers.ssrn.com.

http://www.idx.co.id//

http://google.co.id//

109

Lampiran 1 : Penentuan Jumlah Sampel

KETERANGAN JUMLAH

Perusahaan manufaktur sektor consumer goods yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan, yakni sejak tahun

2012-2014.

38

Perusahaan yang tidak terdaftar secara konsisten selama 3 tahun

berturut-turut dalam periode pengamatan.

(5)

Perusahaan yang tidak menerbitkan annual report dan laporan

keuangan perusahaan untuk setiap tahun pelaporan selama periode

pengamatan dalam penelitian.

(3)

Perusahaan yang tidak memiliki data yang dibutuhkan berkenaan

dengan setiap variabel objek penelitian. (tidak memiliki kepemilikan

saham manajerial)

(15)

Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel 15

Sumber : http://www.idx.co.id// (disarikan)

110

Lampiran 2 : Daftar Sampel Penelitian

NO NAMA PERUSAHAAN

1 Wilmar Cahaya Indonesia Tbk

2 Gudang Garam Tbk

3 Indofood Sukses Makmur Tbk

4 Kimia Farma (Persero) Tbk

5 Kedawung Setia Industrial Tbk

6 Kedaung Indah Can Tbk

7 Kalbe Farma Tbk

8 Langgeng Makmur Industri Tbk

9 Martina Berto Tbk

10 Prasidha Aneka Niaga Tbk

11 Pyridam Farma Tbk

12 Sekar Laut Tbk

13 Mandom Indonesia Tbk

14 Tempo Scan Pacific Tbk

15 Ultra Jaya Milk Industry Tbk

Sumber : http://www.idx.co.id// (disarikan)

111

Lampiran 3 : Data Hasil Pengukuran Variabel (Manual Entry)

Output Pengukuran Variabel Tahun-1 Pengamatan

SUBJEK KINS KMNJ KIND KOMA KAUD EM UP Q

CEKA 0,9201 0,0000 0,3333 3,0000 1,0000 (1,5090) 27,6583 0,3802

GGRM 0,7555 0,0092 0,5000 3,0000 1,0000 (1,4317) 31,3569 2,1057

INDF 0,5007 0,0002 0,3750 4,0000 1,0000 (1,1825) 31,7151 0,8477

KAEF 0,9003 0,0000 0,4000 3,0000 0,0000 (2,0453) 28,3616 1,5599

KDSI 0,7568 0,0003 0,5000 3,0000 0,0000 (2,1383) 27,0699 0,1499

KICI 0,8255 0,0023 0,3333 3,0000 0,0000 (1,0092) 25,2767 0,0638

KLBF 0,5663 0,0001 0,3333 3,0000 1,0000 (1,5897) 29,8736 0,6764

LMPI 0,8327 0,0002 0,5000 3,0000 0,0000 (0,9061) 27,4266 0,4069

MBTO 0,6775 0,0010 0,3333 2,0000 0,0000 (0,8154) 27,1359 0,1170

PSDN 0,7209 0,0165 0,3333 3,0000 1,0000 (3,4812) 27,2492 0,2754

PYFA 0,5385 0,2308 0,3333 3,0000 0,0000 (1,7196) 25,6348 0,5388

SKLT 0,9610 0,0012 0,3333 3,0000 0,0000 (2,1238) 26,2437 0,4762

TCID 0,7377 0,0014 0,4000 4,0000 1,0000 (1,8061) 27,8634 1,2745

TSPC 0,7729 0,0010 0,5000 3,0000 0,0000 (1,5948) 29,1642 3,1132

ULTJ 0,4662 0,1797 0,3333 3,0000 0,0000 (1,6300) 28,5151 1,3999

Output Pengukuran Variabel Tahun-2 Pengamatan

SUBJEK KINS KMNJ KIND KOMA KAUD EM UP Q

CEKA 0,9201 0,0076 0,3333 3,0000 1,0000 (2,3278) 27,6983 0,0368

GGRM 0,7555 0,0092 0,3333 3,0000 1,0000 (1,5373) 31,5583 1,3307

INDF 0,5007 0,0002 0,3750 3,0000 1,0000 (1,2450) 31,9827 0,8362

KAEF 0,9003 0,0000 0,4000 3,0000 0,0000 (2,0518) 28,5360 0,9360

KDSI 0,7568 0,0484 0,4000 3,0000 0,0000 (2,6748) 27,4688 0,1735

KICI 0,8306 0,0023 0,3333 3,0000 0,0000 (0,9405) 25,3112 0,1077

KLBF 0,5671 0,0001 0,3333 3,0000 1,0000 (1,6073) 30,0572 0,7082

LMPI 0,8327 0,0002 0,5000 3,0000 0,0000 (0,8148) 27,4352 0,9885

MBTO 0,6775 0,0010 0,3333 2,0000 0,0000 (0,7777) 27,1396 0,0540

PSDN 0,7209 0,0165 0,3333 3,0000 1,0000 (2,2106) 27,2480 0,1454

PYFA 0,5385 0,2308 0,3333 3,0000 0,0000 (1,8061) 25,8887 0,4879

SKLT 0,9610 0,0012 0,3333 3,0000 0,0000 (2,5104) 26,4337 0,4383

TCID 0,7377 0,0014 0,4000 4,0000 1,0000 (1,9429) 28,0135 1,3296

TSPC 0,7734 0,0010 0,6000 3,0000 0,0000 (1,4982) 29,3189 2,2520

ULTJ 0,4660 0,1780 0,3333 3,0000 0,0000 (1,5823) 28,6648 4,3487

112

Output Pengukuran Variabel Tahun-3 Pengamatan

SUBJEK KINS KMNJ KIND KOMA KAUD EM UP Q

CEKA 0,9201 0,0076 0,3333 3,0000 1,0000 (3,1443) 25,5785 1,0865

GGRM 0,7555 0,0092 0,5000 3,0000 1,0000 (1,4912) 31,6953 1,8908

INDF 0,5007 0,0002 0,3750 3,0000 1,0000 (1,0839) 32,0847 0,7329

KAEF 0,9003 0,0000 0,4000 3,0000 0,0000 (1,8236) 28,7190 2,4437

KDSI 0,7568 0,0481 0,5000 3,0000 0,0000 (1,8799) 27,5820 0,1541

KICI 0,8306 0,0023 0,3333 3,0000 0,0000 (0,9813) 25,2954 (0,0693)

KLBF 0,5671 0,0001 0,3333 3,0000 1,0000 (1,5889) 30,1507 1,0521

LMPI 0,8320 0,0001 0,5000 3,0000 0,0000 (0,6085) 27,4189 0,2258

MBTO 0,6775 0,0010 0,3333 2,0000 0,0000 (0,8362) 27,1520 (0,1001)

PSDN 0,7209 0,0165 0,3333 3,0000 1,0000 (1,7750) 27,1545 0,2553

PYFA 0,5385 0,2308 0,3333 3,0000 0,0000 (1,5153) 25,8808 0,4016

SKLT 0,9610 0,0012 0,3333 3,0000 0,0000 (2,4263) 26,5271 0,6575

TCID 0,7377 0,0014 0,4000 4,0000 1,0000 (1,8977) 28,2480 1,7372

TSPC 0,7752 0,0008 0,7500 3,0000 0,0000 (1,4907) 29,3525 1,9021

ULTJ 0,4658 0,1790 0,3333 3,0000 0,0000 (1,5218) 28,7016 3,3435

113

Lampiran 4 : Output Statistik Deskriptif (Output SPSS 22.0)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kepemilikan Institusional 45 ,4658 ,9610 ,729136 ,1501217

Kepemilikan Manajerial 45 ,0000 ,2308 ,032002 ,0700018

Komisaris Independen 45 ,3333 ,7500 ,391278 ,0894648

Komite Audit 45 2,0000 4,0000 3,022222 ,3982284

Kualitas Audit 45 ,0000 1,0000 ,400000 ,4954337

Earning Management 45 -3,4812 -,6085 -1,657218 ,6134105

Ukuran Perusahaan 45 25,2767 32,0847 28,107576 1,9043034

Nilai Perusahaan 45 -,1001 4,3487 ,961616 ,9846329

Valid N (listwise) 45

114

Lampiran 5 : Hasil Uji Asumsi Klasik (Output SPSS 22.0)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 45

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation ,71767700

Most Extreme Differences Absolute ,128

Positive ,128

Negative -,061

Test Statistic ,128

Asymp. Sig. (2-tailed) ,062c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

115

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -13,483 3,327 -4,043 ,000

KINS 1,526 1,482 ,233 1,030 ,310 ,281 3,555

KMNJ 6,193 3,010 ,440 2,057 ,047 ,314 3,189

KIND ,675 1,716 ,061 ,393 ,696 ,591 1,693

KOMA ,549 ,352 ,222 1,559 ,128 ,707 1,414

KAUD -,700 ,339 -,352 -1,775 ,087 ,357 2,802

EM -,171 ,239 -,106 -,714 ,480 ,648 1,544

UP ,399 ,100 ,771 3,992 ,000 ,385 2,598

a. Dependent Variable: Q

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea ,00099

Cases < Test Value 22

Cases >= Test Value 23

Total Cases 45

Number of Runs 23

Z ,000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000

a. Median

116

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -2,739 1,787 -1,532 ,134

Kepemilikan Institusional -,592 ,796 -,180 -,743 ,462

Kepemilikan Manajerial 1,699 1,617 ,242 1,051 ,300

Komisaris Independen -,450 ,922 -,082 -,489 ,628

Komite Audit ,336 ,189 ,272 1,777 ,084

Kualitas Audit -,524 ,214 -,527 -2,445 ,019

Earnings Management -,219 ,128 -,273 -1,705 ,097

Ukuran Perusahaan ,094 ,054 ,363 1,750 ,088

a. Dependent Variable: RES2

117

Lampiran 6 : Faktor-faktor dalam Pengujian Hipotesis (Output SPSS 22.0)

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -13,484 3,327 -4,053 ,000

Kepemilikan Institusional 1,526 1,482 ,233 1,030 ,310

Kepemilikan Manajerial 6,193 3,010 ,440 2,057 ,047

Komisaris Independen ,675 1,716 ,061 ,393 ,696

Komite Audit ,549 ,352 ,222 1,559 ,128

Kualitas Audit -,700 ,399 -,352 -1,755 ,087

Earning Management -,171 ,239 -,106 -,714 ,480

Ukuran Perusahaan ,399 ,100 ,771 3,992 ,000

a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 19,995 7 2,856 4,664 ,001b

Residual 22,663 37 ,613

Total 42,658 44

a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

b. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Earning Management, Komite Audit,

Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kualitas Audit