analisis determinan yang mempengaruhi struktur...
TRANSCRIPT
ANALISIS DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR
MODAL PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (Periode 2011-
2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
GITA RAMADHINI
NIM: 1112046100055
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Gita Ramadhini
NIM : 1112046100055
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Perbankan Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Apabila dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Juni 2017
Gita Ramadhini
v
ABSTRACT
Gita Ramadhini. NIM 1112046100055. “Analysis of Determinants that
Influences the Capital Structure on Sharia Banking in Indonesia (Period 2011-
2016)”. Thesis of Sharia Banking Study Program, Faculty of Economics and
Business, Syarif Hidayatullah Jakarta State Islamic University, 1438 H / 2017
M.
This research aims to analyze the determinants or factors that influence
the capital structure on sharia banking in Indonesia (period of 2011-2016),
because the capital structure is very important for prudential of a firm funding
such as sharia banking as barometer of sharia economic in Indonesia. This study
has a purpose to analyze not only internal factors that affect bank’s capital
structure in Indonesia, but also external factors. The internal factors is the firm
characteristic and the external factors is the macroeconomic conditions.
Independent variables that utilize are FDR, ROE, Size, Growth, Inf, and LnKurs.
Whereas, the dependent variable of the capital structure proxied with DER
variable. Determining of the sample in this research was using the purposive
sampling and have obtained 9 samples of Sharia Commercial Bank that
appropriate with the research criteria. The method of this research was used
regression panel data, and then found the most approriate model to use is
Common Effect Model. The result of this research indicatet that value adjusts R
Square was 79% simultaneously (F test) independent variabels (FDR, ROE, Bank
Size, Growth, INF, LnKurs) influences the dependent variabel DER. Parcially, the
variabel showed that FDR, Bank Size, Growth, Inf and Kurs was individualy
significant, and than ROE insignificant.
Key Words : Liquidity, Profitability, Bank Size, Growth Bank,
Inflation, LnKurs, Capital Structure, Regression Panel
Data, Common Effect Model, Sharia Banking.
Adviser : M. Fuad Hadziq, M. Si.
References : 1995 - 2016
vi
ABSTRAK
Gita Ramadhini. NIM 1112046100055. “Analisis Determinan yang
Mempengaruhi Struktur Modal pada Perbankan Syariah di Indonesia”.
Skripsi Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H/ 2017 M.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan atau faktor yang
mempengaruhi Struktur Modal pada perbankan syariah di Indonesia (periode
2011-2016), dikarenakan Struktur Modal sangat penting dicermati dalam
pendanaan suatu perusahan seperti bank syariah sebagai barometer ekonomi
syariah di Indonesia. Penelitian ini dimaksudkan menganalisis tidak hanya faktor
internal saja yang mempengaruhi struktur modal bank di Indonesia, tetapi juga
faktor eksternal. Faktor internal adalah karakteristik dari bank dan faktor eksternal
adalah kondisi makroekonomi. Variabel independen yang digunakan yaitu FDR,
ROE, Ukuran Bank, Inflasi dan LnKurs sedangkan variabel dependen Struktur
modal diproksikan dengan variabel DER. Pemilihan sampel dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling dan didapatkan sampel 9 Bank Umum Syariah
sesuai kriteria penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi data panel dan didapat model yang paling tepat digunakan adalah Common
Effect Model. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai adjusted R Square
sebesar 79%, secara simultan (uji F) variabel independen (FDR, ROE, Bank Size,
Growth, Growth, Inflasi, dan Nilai Tukar) mempengaruhi variabel dependen
DER. Secara parsial menunjukkan bahwa variabel FDR, Bank Size, Growth, Inf,
dan Kurs berpengaruh individual secara signifikan, dan kemudian ROE tidak
berpengaruh signifikan.
Kata Kunci : Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran Bank, Pertumbuhan
Bank, Inflasi, Nilai Tukar, Struktur Modal, , Regresi
Data Panel, Common Effect Model, Perbankan Syariah.
Pembimbing : M. Fuad Hadziq, M. Si.
Daftar Pustaka : 1995 - 2016
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrabbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya khususnya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas
akhir memperoleh gelar strata satu. Shalawat serta salam senantiasa dipanjatkan
kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan manusia dari
zaman kebodohan ke zaman yang berilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat kelulusan
Strata satu (S-1) Perbankan Syariah Program Studi Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak pihak yang
memberikan bimbingan, bantuan, serta doa. Ucapan rasa hormat dan terima kasih
atas segala kepedulian semua pihak yang telah memberikan dorongan, baik secara
moril dan materil berupa kritik, saran, semangat, do’a maupun sumbangsih
pemikiran dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, perkenankan penulis
secara khusus mengucapkan terima kasih kepada:
1. My beloved parents, Ayahanda M. Tarikh dan Ibunda Tarifah Darmayanti,
mama papa terima kasih telah bekerja keras demi pendidikan ade dan kaka
hingga di perguruan tinggi. Terima kasih selalu mendo’akan, memotivasi Gita
dikala lelahnya menjalankan study, semoga Allah memberikan kesehatan dan
keberkahan kepada kalian sampai Gita bisa membalas dan membahagiakan
kalian berdua. This thesis i dedicated for them.
2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., selaku dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak AM. Hasan Ali, MA., dan Bapak Dr. Abdurrauf, MA., selaku Ketua
dan sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Jakarta, yang telah banyak membantu khususnya untuk
mahasiswa/i Prodi Muamalat FSH passing out ke Prodi Perbankan Syariah
FEB UIN Jakarta.
4. Bapak M. Fuad Hadziq, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang tiada
viii
hentinya membimbing penulis, selalu mendengarkan kesulitan yang dialami
mahasiswa bimbingannya, memberikan saran, motivasi dan meluangkan
waktu demi terselesaikannya skripsi ini, terima kasih banyak pak semoga ilmu
yang bapak berikan menjadi amal kebaikan untuk bapak.
5. Ibu Dr. Isnawati Rais, MA., selaku dosen penasihat akademik penulis yang
telah membantu selama pengisian KRS, dan Ibu Rikawati, S.E., Ak. yang
selalu mendengarkan keluh kesah penulis selama skripsian.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu, wawasan,
pencerahan selama penulis menjalankan pendidikan di kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum,
Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan Perpustakaan Utama UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan UI, Perpustakaan UT yang telah
memberikan fasilitas untuk melakukan studi kepustakaan.
8. Kakak kandung penulis Rurry Faradilla, S.E., terima kasih telah manjadi
panutan untukku, saran dan motivasinya supaya aku harus bisa lebih darimu,
semoga kita berdua bisa membahagiakan mama dan papa dunia akhirat.
9. Kakak ipar penulis Abdul Muhaimin, terima kasih aa dan maaf sering
direpotkan, serta keponakan penulis Adryzio Zafran Alrasya yang
menggemaskan, maaf auntie-nya suka galak kalau lagi ngetik skripsi diganggu
Zio.
10. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Departemen Pengembangan Bank Syariah atas
kesempatannya kepada penulis untuk presentasi proposal penelitian ini,
sungguh pengalaman yang tak ternilai harganya.
11. Sahabat-sahabat terbaik penulis “Bandrek Cap Jahe” kesayangan anak
rumahan yang selalu menghangatkan yaitu Nisa Kusumawardhani, Septiwi
Nurul Handayani, Annisa Noor Qolbi, Justina Elvida H, Fatmawati, dan
Hajar, terima kasih kegilaan kalian yang selalu membuat tertawa lepas tanpa
beban, do’a, dan motivasinya selalu menjadi penyemangat untuk cepat
menyelesaikan skripsi ini, semoga silaturahmi kita tetap terjalin sampai tua.
ix
12. Kawan-kawan Perbankan Syariah angkatan 2012 FSH, terutama PS B 2012
espescially untuk Ika, Icha, Wulan, Dwi, Nuke yang senantiasa mengisi hari-
hari penulis selama masa kuliah, belajar bersama, makan bersama semoga
silaturahmi ini tetap terjalin secara nyata maupun secara dunia maya. Terima
kasih pula untuk Lolita dan Rachmatullah Tiflen, S.Sy., SH., yang selalu
memberikan semangat.
13. Keluarga KKN Insight 2015 laskar udig, teman hidup satu bulan di Desa Situ
Udik terima kasih untuk semua kenangannya mohon maaf banyak kesalahan
selama hidup bersama mengabdi di Desa “Kapan Kita Kemana” yang tak
terlupakan. See you on top guys. Especially for you dearest Ahmad Hartadi
Syuryavin, S.Sos., yuk kuy segera kita S2 di Korea Selatan membawa harum
nama Indonesia.
14. Kawan-kawan C.O.I.N.S (Center For Islamic Economic Studies) yang telah
memberikan pandangan ilmu di luar bangku kuliah, Peni, Jazmi, Eko, kakak-
kakak dan adik-adik yang lain.
15. Penulis berterima kasih kepada para penulis buku, jurnal, tesis maupun skripsi
yang serupa dengan topik pembahasan penulis, karena penulis sangat terbantu
dengan adanya referensi tersebut.
Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini
penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT
mencatatnya sebagai amal baik Penulis menyadari skripsi ini masih ada
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan penulis, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penelitian yang lebih baik
lagi. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri, para
akademisi maupun masyarakat lainnya yang menaruh perhatian terhadap
perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia.
Tangerang Selatan, Juni 2017
Gita Ramadhini
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................iii
LEMBAR PERNYATAAN SKRIPSI ......................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 8
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 9
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 10
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 11
F. Sistematika Penulis ............................................................................ 13
BAB II LANDASAN TEORI STRUKTUR MODAL
A. Teori Modal ........................................................................................ 15
1. Modal Inti ..................................................................................... 16
2. Modal Pelengkap .......................................................................... 17
B. Struktur Modal ................................................................................... 18
1. Definisi Struktur Modal ............................................................... 19
2. Teori Struktur Modal.................................................................... 20
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal .................... 27
C. Rasio Likuiditas ................................................................................. 30
D. Rasio Profitabilitas ............................................................................. 32
E. Ukuran Bank ...................................................................................... 34
F. Rasio Pertumbuhan ............................................................................ 35
xi
G. Risiko Bank (Bank Risk) .................................................................... 35
H. Makroekonomi ................................................................................... 37
1. Inflasi............................................................................................ 37
2. Nilai Tukar (Kurs) ........................................................................ 40
I. Rasio Leverage ................................................................................... 42
J. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ................................................... 45
K. Hipotesis Statistik .............................................................................. 57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 60
B. Jenis Penelitian ................................................................................... 61
C. Pendekatan Penelitian ........................................................................ 61
D. Metode Penentuan Sampel ................................................................. 61
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 63
F. Definisi Opersional Penelitian ........................................................... 65
G. Metode Analisis Data ......................................................................... 66
1. Statistik Deskriptif ....................................................................... 68
2. Uji Akar Unit (Unit Root Test)..................................................... 69
3. Metode Estimasti Regresi Data Panel .......................................... 71
4. Tahap Pemilihan........................................................................... 74
5. Uji Regresi Lancung .................................................................... 76
6. Uji Signifikansi ............................................................................ 77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................... 82
1. Sejarah Berdirinya Perbankan Syariah......................................... 95
2. Sampel Penelitian ......................................................................... 96
B. Uji Stasioner ....................................................................................... 96
C. Analisis Deskriptif ............................................................................. 97
D. Uji Pemilihan Model .......................................................................... 98
E. Uji Regresi Lancung (Suprious Regression) ..................................... 99
xii
F. Uji Signifikansi ................................................................................ 100
1. Uji Koefisien Determinasi ......................................................... 100
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F Statistik) ................................. 101
3. Uji Signifikansi Parsial (Uji T Statistik) .................................... 105
G. Interprestasi Hasil Penelitian............................................................ 107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 114
B. Implikasi Penelitian .......................................................................... 116
C. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 117
D. Saran ................................................................................................. 117
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 119
LAMPIRAN ............................................................................................... 125
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tinjauan Studi Terdahulu ................................................................. 45
Tabel 3.1 Daftar Bank Umum Syariah yang Menjadi Sampel Penelitian ..... 63
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ......................................... 65
Tabel 4.2 Pemilik Bank Muamalat Indonesia .................................................. 84
Tabel 4.3 Pemegang Saham BRI Syariah ......................................................... 90
Tabel 4.4 Profil Perusahaan Bank Syariah Bukopin ....................................... 92
Tabel 4.5 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria .................................. 95
Tabel 4.6 Hasil Uji Stasioner .............................................................................. 96
Tabel 4.7 Hasil Statistik Deskriptif.................................................................... 96
Tabel 4.8 Hasil Uji Chow .................................................................................... 98
Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Lancung …………………………………..……...98
Tabel 4.9 Hasil Pemilihan Estimasi Model ....................................................... 99
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik CAR Perbankan Syariah .................................................... 3
Gambar 1.2 Grafik DER Perbankan Syariah .................................................... 5
Gambar 1.3 Grafik Marko Ekonomi Negara Indonesia ................................... 6
Gambar 2.1 Skema Infasi ................................................................................... 39
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 52
Grafik 4.1 Rasio Keuangan Bank Syariah ........................................................83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terjadinya krisis moneter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi di
tahun 1997, memberikan dampak yang buruk terhadap semua sektor, terutama
sektor perbankan dan keuangan lainnya. Krisis tahun 1997 tersebut juga
mengenai pasar modal di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia, dengan
adanya penarikan investasi asing secara besar-besaran, sebagai pertanda
bahwa investor internasional juga mulai khawatir dengan adanya risiko yang
sangat tinggi pada Negara-Negara yang terpengaruh oleh krisis keuangan.
Dampak terhadap perbankan akibat krisis moneter tersebut adalah
kebangkrutan pada bank, karena ketidak mampuan dalam mempertahankan
kelangsungan dalam berjalannya bank tersebut. Akibatnya bank-bank tersebut
kemudian dilikuidasi oleh pemerintah. Ketidak mampuan atau kegagalan
bank-bank tersebut dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama, kegagalan
ekonomi. Kedua, kegagalan keuangan. Kegagalan ekonomi akibat berkaitan
dengan ketidak seimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. Selain itu,
kegagalan ekonomi juga bisa disebabkan oleh biaya modal perusahaan yang
lebih besar dari tingkat laba atas biaya historis investasi.1
Krisis tersebut membuat nilai tukar rupiah terhadap dollar menjadi
1
Nurul Luthfah, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Bank
Devisa Go Public di Indonesia (Periode 2002-2008)”. (Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 1.
melemah. Indonesia yang mempunyai hutang luar negeri cukup banyak
mengalami kerugian sangat banyak karena harus membayar hutang lebih
besar akibat melonjaknya nilai tukar terhadap dollar dan tingginya suku
bunga. Bank pada saat itu mengalami kesulitan likuiditas, sehingga
melakukan pinjaman antar sesama bank padahal mereka sendiri sadar tidak
akan sanggup membayar pinjaman tersebut pada saat jatuh tempo. Informasi
tersebut meluas banyak masyarakat yang khawatir dan mulai menarik dana
simpanannya di bank sedangkan bank sendiri tidak memiliki dana yang idle.
Pada tahun 2001, penyehatan perbankan yang dilakukan Bank
Indonesia menitik beratkan pada pencapaian CAR minimum 8% dan target
indikatif Non Performing Financing maksimal 5% yang harus dipenuhi
perbankan pada akhir 2001, dilanjutkan dengan pengawasan dan pengaturan
perbankan yang mengacu pada standar internasional, sebagaimana yang
terdapat pada 25 basel Core Principles dengan pendekatan risiko (risk based
approach) dan dimasukkannya risiko pasar (risk market) dalam
memperhitungkan permodalan bank.2
Kemunculan bank dengan prinsip syariah di tengah-tengah bank
konvensional yang dominan dan berkembang pesat di Indonesia tentu
membuat persaingan antar bank meningkat. Dengan telah diberlakukannya
Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit
pada tanggal 16 Juli 2008 membuat perkembangan sektor Perbankan Syariah
semakin memadai karena telah memiliki landasan hukum yang sah.
2 Sambutan Direktur Bank Mandiri (persero) ECW Neole.
Gambar 1.1 Grafik CAR Perbankan Syariah
Sumber: Statsistik Perbankan Syariah 2016 OJK
Setelah masa krisis terlewati, saat ini Perbankan Indonesia mulai
menata kembali kondisi bank yang baik. Terlihat dari permodalan yang
diukur dengan rasio CAR mempunyai trend meningkat dari tahun 2015-2016,
walaupun tahun 2012 sebelumnya sempat naik dengan drastis CAR mencapai
25.16% tetapi turun kembali pada tahun 2013.
Bank Syariah dalam menjalankan operasionalnya dihadapkan pada
kebutuhan pendanaan. Dalam memilih dana yang akan ditarik, selain harus
memperhatikan jangka waktu penggunaan dana, juga harus memperhatikan
aspek biaya yang harus dikeluarkan untuk menarik dana tersebut. Selain itu
dana yang dimiliki harus dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan
terjadinya risiko atas investasi pada aktiva, terutama yang berasal dari dana
pihak ketiga atau masyarakat. Peningkatan aktiva sebagai penghasil
keuntungan harus serentak dibarengi dengan pertimbangan risiko yang
mungkin timbul guna melindungi kepentingan para pemilik dana.
Indikator modal perbankan harus dikedepankan mengingat dalam
19
20
21
22
23
24
25
26
2011 2012 2013 2014 2015 2016
CAR
CAR
mekanismenya perbankan merupakan lembaga yang kegiatan usahanya
mengandalkan kepercayaan masyarakat. Kesehatan bank yang dilihat dari
indikator permodalan sudah pasti dilihat masyarakat untuk membangun
kepercayaan dalam menyimpan dananya pada bank syariah. Hal ini
mengingat citra perbankan nasional yang pernah ternodai oleh berbagai kasus
penyelewengan dana nasabah oleh pihak manajemen bank, maupun masalah
perbankan yang tidak likuid.3
Salah satu faktor yang membuat suatu bank memiliki daya saing
dalam jangka panjang karena faktor kuatnya struktur modal yang dimilikinya.
Sehingga keputusan sumber-sumber dana yang dipakai untuk memperkuat
struktur modal suatu bank tidak dapat dilihat sebagai keputusan yang
sederhana namun memiliki implikasi kuat terhadap apa yang akan terjadi di
masa yang akan datang.
Struktur permodalan yang optimal merupakan target yang senantiasa
dicapai oleh suatu perusahaan termasuk bank. Teori trade off atau balancing
theory menjelaskan bahwa untuk mencapai struktur modal yang optimal
tersebut maka perusahaan harus dapat memadukan suatu keseimbangan atas
trade off antara manfaat atau pengembalian (return) dan risiko atau biaya
yang dihadapi sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan.
3
Siti Fatimah, “Pengaruh Rentabilitas, Efisiensi dan Likuiditas Terhadap Kecukupan
Modal Bank Umum Syariah”, Jurnal Al Iqtishad: Fakultas Syariah dan Hukum, ISSN: 2087-135X
VOL. VI.1, Januari 2014, h. 43.
Gambar 1.2 Grafik DER Perbankan Syariah
Sumber : Data diolah
Dari grafik yang penulis paparkan bisa dilihat nilai variabel DER
setiap bank syariah yang menjadi sampel penelitian, nilai DER tiap bank
syariah mengalami naik dan turun. Tetapi bisa dilihat saat triwulan ke-4 tahun
2015 semua bank syariah mengalami kenaikan rasio hutang berbanding
modal sangat tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Diperlukan ketepatan dalam pengambilan keputusan manajemen
keuangan untuk menentukan perbandingan yang optimal antara dua unsur
modal yang merupakan hal yang tidak mudah dilakukan, terutama mengenai
unsur utang. Besarnya jumlah utang pada struktur modal akan menentukan
tingkat leverage perusahaan yang bersangkutan, sehingga tingkat leverage
yang optimal ditentukan dengan mempertimbangkan antara berbagai
keuntungan yang diperoleh dengan biaya penggunaan utang yang bermacam-
macam. Faktor leverage sebagai rasio proksi dari struktur modal dimana rasio
0
2
4
6
8
10
12
14T
R I
V 2
01
1
TR
IV
20
13
TR
IV
20
15
TR
IV
20
12
TR
IV
20
14
TR
IV
20
11
TR
IV
20
13
TR
IV
20
15
TR
IV
20
12
TR
IV
20
14
TR
IV
20
11
TR
IV
20
13
TR
IV
20
15
TR
IV
20
12
TR
IV
20
14
TR
IV
20
11
TR
IV
20
13
TR
IV
20
15
TR
IV
20
12
TR
IV
20
14
TR
IV
20
11
TR
IV
20
13
TR
IV
20
15
B M I B S M B N I S B M S B R I S B C A S B S B B P D S B J B S
DER PERBANKAN SYARIAH
antara nilai total debt terhadap total equity.
Gambar 1.3 Grafik Marko Ekonomi Negara Indonesia
Sumber : Data diolah
Dari grafik di atas bisa dilihat kondisi makro ekonomi Indonesia dari
proksi Inflasi, dan Kurs. Inflasi Indonesia mengalami naik turun tetapi
kondisi sangat stabil pada akhir tahun 2015 karena Inflasi berada pada angka
3.35%, kemudian untuk Nilai Tukar (Kurs) rupiah terhadap dollar selalu
mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Struktur modal pada dasarnya pembiayaan jangka panjang yang
permanen dari suatu perusahan. Beberapa penelitian empiris secara khusus
dilakukan untuk menguji kebenaran teori-teori struktur modal maupun faktor-
faktor yang diduga mempengaruhi struktur modal, baik penelitian dari luar
maupun dalam negeri masih mempunyai berdebatan hasil penelitian baik
jurnal, skripsi maupun tesis.
Dalam Penelitian Fenty (2015) dan Aremu (2013) Profitabilitas
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
TR IV 2011 TR IV 2012 TR IV 2013 TR IV 2014 TR IV 2015
Makro Ekonomi
Inflasi Kurs
berpengaruh negatif dignifikan terhadap Struktur Modal, sedangkan
penelitian Yosi Rizal (2015) dan Nurul (2009) profitabilitas berpengaruh
positif terhadap Struktur Modal. Pada variabel Likuiditas penelitian Mira
(2006) tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal, sedangkan penelitian
Subhan (2015) Likuiditas berpengaruh terhadap Struktur Modal. Pada
penelitian Yosi Rizal (2014) variabel Growth berpengaruh positif signifikan
terhadap Struktur Modal, sedangkan penelitian Fitri (2002) dan Aremu (2013)
berpengaruh negatif signifikan terhadap Struktur Modal.
Ketidak konsitenan penelitian-penelitian sebelumnya disebabkan
berbedanya objek penelitian dan kondisi ekonomi serta kondisi keuangan dari
perusahaan yang menjadi sampel pada saat dilakukan penelitian. Aplikasi
pengujian pengaruh variabel likuiditas, profitabilitas, ukuran bank,
pertumbuhan bank, risiko bank dan variabel makro ekonomi terhadap struktur
modal di bank syariah yang merupakan pembeda dari penelitian sebelumnya.
Sebagai barometer ekonomi syariah kinerja Bank Umum Syariah sangat
menarik perhatian, karena tidak dipungkiri kehadiran Bank Muamalat
Indonesia ditengah krisis moneter menunjukkan bahwa bank yang
berlandaskan prinsip syariah sangat cocok dengan kondisi krisis diantara
banyaknya bank konvensional yang mengalami kebangkrutan akibat adanya
negative spread.4
4 Negative spread adalah suatu keadaan dimana suku bunga tabungan lebih tinggi dari pada
suku bunga pinjaman. Keadaan ini akan menyebabkan kerugian pihak bank karena pihak bank
akan terus-terusan membayar pada pihak ketiga atau nasabah atas uang mereka yang terus-terusan
tersimpan sedangkan jarang mendapatkan bunga dari pinjaman. Bank konvensional sangat rawan
dengan ini, karena bank ini menggunakan sistem bunga yang meskipun suku bunga pinjaman
bank rendah, bank masih harus membayar bunga tabungan tersebut. Lain halnya dengan
Berdasarkan pemaparan latar belakang dan adanya research gap dari
penelitian sebelumnya yang telah penulis jabarkan nampak persoalan yang
menarik untuk diteliti kembali. Penelitian ini merupakan replikasi dan
pengembangan dari penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan struktur modal. Oleh karena itu, peneliti akan
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Determinan yang
Mempengaruhi Struktur Modal pada Perbankan Syariah di Indonesia
(Periode 2011-2016)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, berikut identifikasi masalah yang
dapat diuraikan, diantaranya:
1. Krisis moneter telah menyebabkan menurunnya kesehatan bank salah
satunya banyak bank yang dilikuidasi, penarikan dana secara besar-
besaran karena masyarakat tidak percaya dengan perbankan
menyebabkan semakin menurunnya permodalan bank dan banyak bank
yang ditutup oleh pemerintah.
2. Semakin sengitnya persaingan di sektor keuangan akan berpengaruh
terhadap kinerja perbankan syariah karena masih terkendala beberapa
masalah seperti keterbatasan modal.
3. Keterbatasan modal menyebabkan bank syariah terbatas dalam hal
kemampuan pengembangan usaha dan pembukaan kantor cabang.
perbankan syariah yang tidak akan terkena negative spread ini karena dalam perbankan syariah
tidak ada kewajiban bagi bank untuk membayar bunga. Hanya ada bagi hasil yang sesuai dengan
keuntungan bank.
4. Market share bank syariah tahun 2016 naik dikarenakan bertambahnya
jumlah BUS, tetapi perlu diikuti dengan permodalan yang besar untuk
memperluas ekspansinya.
5. Pentingnya struktur modal bagi perbankan syariah, karena baik buruknya
struktur modal perbankan akan mempunyai efek yang langsung terhadap
posisi finansial dan pendorong eksistensi operasionalnya.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu luas dan lebih terarah maka
perlu adanya batasan penelitian. Berdasarkan identifikasi masalah diatas
maka ruang lingkup penelitain dibatasi pada hal-hal berikut ini:
1. Ruang lingkup penelitian ini hanya mencangkup Bank Umum Syariah
yang telah beroperasi di Indonesia, tidak menggunakan Unit Usaha
Syariah maupun Bank Pembiayaan Syariah.
2. Objek dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang telah berdiri
sejak tahun 2010 dan laporan keuangannya telah dipublikasikan.
3. Periode yang diteliti tahun 2011-2016 dengan menggunakan laporan
triwulan masing-masing bank syariah.
4. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap struktur modal dibatasi
pada variabel-variabel yaitu:
a. Variabel dependen yaitu struktur modal dalam penelitian ini
diproksikan oleh Debt to Equity Ratio (DER).
b. Rasio Likuiditas dalam penelitian ini diproksikan oleh Financing to
Deposit Ratio (FDR).
c. Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan oleh Return on
Equity (ROE).
d. Ukuran Bank dalam penelitian ini diproksikan oleh Ln Size.
e. Pertumbuhan bank dalam penelitian ini diproksikan oleh Growth.
f. Kondisi makroekonomi diproksikan oleh variabel Inflasi dan Nilai
Tukar (Ln Kurs).
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah variabel Likuiditas, Profitabilitas, Bank Size, Pertumbuhan Bank
(Growth), Inflasi, dan Nilai Tukar mempengaruhi Struktur Modal Bank
Syariah secara parsial dan simultan?
2. Bagaimana hubungan antara variabel Likuiditas, Profitabilitas, Bank Size,
Pertumbuhan Bank (Growth), Inflasi, dan Nilai Tukar terhadap Struktur
Modal Bank Syariah?
3. Bagaimana efek yang terjadi antara masing variabel Likuiditas,
Profitabilitas, Bank Size, Pertumbuhan Bank (Growth), Inflasi, dan Nilai
Tukar terhadap Struktur Modal Bank Syariah?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Likuiditas,
Profitabilitas, Bank Size, Pertumbuhan Bank (Growth), Inflasi, dan
Nilai Tukar terhadap Struktur Modal Bank Syariah secara parsial
maupun secara simultan.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antar variabel
independen (Likuiditas, Profitabilitas, Bank Size, Pertumbuhan Bank
(Growth), Inflasi, dan Nilai Tukar terhadap Variabel dependen
Struktur Modal Bank Syariah.
c. Untuk mengetahui dan menganalisis efek yang terjadi antara masing
variabel Likuiditas, Profitabilitas, Bank Size, Pertumbuhan Bank
(Growth), Inflasi, dan Nilai Tukar terhadap Struktur Modal Bank
Syariah.
2. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
1) Dapat memberikan dan memperluas khazanah ilmu pengetahuan
peneliti, maupun para pembaca penelitian ini.
2) Bagi akademisi dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian
sejenis dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dari
penelitian yang telah ada maupun yang akan datang.
b. Praktis
1) Bagi manajemen bank, hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai sumber informasi tentang struktur modal bank,
sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam perencanaan
pengelolaan dana.
2) Menambah informasi dan pengetahuan stakeholder maupun calon
investor mengenai kondisi bank syariah dari struktur modal dan
laporan keuangannya, sehingga para investor dapat memilih bank
mana yang dijadikan tempat berinvestasi.
3) Bagi Otoritas Jasa Keuangan sebagai regulator, diharapkan
penelitian ini juga dapat memberikan manfaat baik berupa solusi
dan saran bagi pemerintah yang memegang peranan penting dalam
kebijakan dan usulan peraturan perbankan syariah di Indonesia
mengenai struktur permodalan.
4) Bagi Dewan Syariah Nasional MUI, sebagai bahan pertimbangan
aspek syariah Bank Umum Syariah dari sisi permodalan,
mengingat struktur permodalan gabungan antara debt dan equity.
5) Bagi Masyarakat, sebagai tolak ukur untuk menilai kinerja bank
berdasarkan rasio-rasio keuangan yang digunakan. Hasil
perhitungan dan analisis dari rasio tersebut dapat menggambarkan
kinerja bank dalam kurun waktu yang diteliti.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini mengacu pada Buku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012. Secara garis besar skripsi ini
terdiri dari 5 (lima) bab dengan beberapa sub bab. Agar mendapat arah dan
gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis, maka dibuatlah sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI STRUKTUR MODAL BANK SYARIAH
Bab ini memaparkan mengenai landasan teori yang digunakan sebagai
acuan dalam penelitian, juga membahas mengenai hasil-hasil
penelitian terdahulu yang sejenis, terdapat juga kerangka pemikiran,
keterkaitan antar variabel penelitian, serta hipotesis statistik.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi uraian mengenai metodologi yang digunakan dalam
penelitian secara lebih terinci. Pada bab ini menampilkan ruang
lingkup penelitian, jenis penelitian, pendekatan penelitian, metode
penentuan sampel, metode pengumpulan data, definisi operasional
variabel penelitian, metode analisis yang digunakan untuk
menganalisis dan menginterprestasi data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi mengenai analisis dan interpretasi hasil temuan yang
diperoleh selama proses penelitian. Menjelaskan gambaran umum
objek penelitian, analisis hasil pembahasan. Bab ini bertujuan untuk
menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan penulis.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan penulis yang merupakan jawaban dari
permasalahan yang telah diangkat, serta saran dan implikasi yang
dianggap perlu untuk peningkatan pengetahuan pihak-pihak tertentu.
15
BAB II
LANDASAN TEORI STRUKTUR MODAL
A. Teori Modal
Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan
aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari item-item yang ada di sisi
kanan suatu neraca, yaitu: hutang, saham biasa, saham preferen dan laba
ditahan.5
Menurut Thomas Copeland modal adalah suatu aktiva dengan umur
lebih dari satu tahun yang tidak diperdagangkan dalam kegiatan sehari-hari.6
Dari kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa modal adalah dana
yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan
yang tidak diperdagangkan dalam kegiatan sehari-hari.
Modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri
atas modal inti (primary capital) dan modal pelengkap (secondary capital).
1. Modal Inti
Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan
cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dengan
perincian sebagai berikut:7
a. Modal disetor
5
Lukas Setia Atmaja, Teori dan Praktek Manajemen Keuangan, (Yogyakarta: ANDI
Offset, 2008), h. 115.
6 Suyadi Prawirosentono, Pengantar Bisnis Modern: Studi Kasus Indonesia dan Analisis
Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 365.
7 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2009), h. 38.
Merupakan modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.
b. Agio Saham
Merupakan selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank
sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
c. Cadangan umum
Merupakan cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau
laba bersih setelah dikurangi pajak.
d. Cadangan Tujuan
Merupakan bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk
tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang
saham atau rapat anggota.
e. Laba Ditahan
Merupakan saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat
umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak
dibagikan.
f. Laba Tahun Lalu
Merupakan laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak dan
belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham
atau rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan
sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika bank mempunyai saldo
rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi lancar
pengurang dari modal inti.
g. Laba Tahun Berjalan
Merupakan laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah
dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan yang
diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika bank
mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh kerugian tersebut
menjadi faktor pengurang dari modal inti.
2. Modal Pelengkap
Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang tidak dibentuk
dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan
dengan modal, modal pelengkap dapat berupa sebagai berikut:8
a. Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap
Merupakan cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali
aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal
Pajak.
b. Cadangan Penghapusan Aktiva yang Diklasifikasikan
Merupakan cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi
tahun berjalan. Hal ini dimaksudkan untuk menampung kerugian yang
mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimanya kembali sebagian
atau seluruh aktiva produktif.
c. Modal Kuasi
Merupakan modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang
memiliki sifat seperti modal.
8 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h. 38.
d. Pinjaman Subordinasi
Pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, seperti ada perjanjian
tertulis antara bank dan pemberi pinjaman mendapat persetujuan dari
Bank Indonesia, minimal berjangka 5 tahun dan perlunasan sebelum
jatuh tempo harus atas persetujuan Bank Indonesia.
B. Struktur Modal
1. Definisi Struktur Modal
Capital Structure (Struktur Modal) pada intinya terdiri dari dua
bagian penting, yaitu debt dan equity. Struktur modal adalah perbandingan
antara sumber jangka panjang yang bersifat pinjaman dan modal sendiri.9
Menurut Weston dan Copeland (2005) dalam Irham Fahmi, bahwa
capital structure or the capitalization of the firm is the permanent
financing represented by long-term debt, preferred stock and
shareholder’s equity.10 (struktur modal adalah pembiayaan permanen yang
terdiri dari utang jangka panjang, saham peferen, dan modal pemegang
saham).
Menurut Dewi, Struktur modal adalah bauran atau perpaduan dari
hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Struktur modal
yang ditargetkan adalah perpaduan antara hutang, saham preferen, saham
biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya, sedangkan
9
Suad Husnan, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang),
Buku 1, (Yogyakarta: BPFE, 2000), h. 275.
10 Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Tanya Jawab, (Bandung:
Alfabeta, 2013), h.184.
struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan
keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan
harga saham. 11
Menurut Rodoni dan Herni Ali, struktur modal adalah proporsi
dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, dimana
dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau panduan sumber yang
berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama,
yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.12
Sehingga penulis menyimpulkan struktur modal adalah gambaran
dari bentuk proporsi finansial perusahaan yang bersumber baik dari
internal dan eksternal perusahaan yang menjadi sumber pembiayaan dan
pendanaan operasional suatu perusahaan.
2. Teori Struktur Modal
Sebuah struktur modal dianggap sebagai hal yang penting bagi
perusahaan untuk menjalankan bisnis, apalagi keputusan struktur modal
juga cenderung mempengaruhi posisi kompetitif perusahaan. Banyak teori
yang dikembangkan untuk menjelaskan variasi dalam struktur modal
perusahaan. Secara teoritis, perusahaan memilih struktur modal tertentu
bergantung pada faktor-faktor yang menentukan cost dan benefit yang
diasosiasikan dengan hutang dan ekuitas.
11
Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h.
138.
12 Ahmad Rodoni dan Herni Ali, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, (Jakarta: Penerbit
Mitra Wacana Media, 2010), h.137.
a. Teori Tradisional
Mereka yang menganut pendekatan tradisional berpendapat
bahwa dalam pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai
perusahaan (biaya modal perusahaan) bisa dirubah dengan cara
merubah struktur modalnya (yaitu B/S). Pendapat ini dominan sampai
dengan awal tahun 1950an.13 Dimana B adalah nilai pasar bond dan S
adalah nilai pasar stock.
b. Teori Struktur Modal Modigliani dan Miller (MM)
Modigliani-Miller (MM) Theory Teori MM tanpa pajak. Teori
struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan
Miller (teori MM) pada tahun 1963. Mereka berpendapat bahwa
struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai
perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun
teori mereka (Brigham dan Houston, 2001, p.31) yaitu:
1) Tidak terdapat agency cost.
2) Tidak ada pajak.
3) Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama
dengan perusahaan.
4) Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen
mengenai prospek perusahaan di masa depan.
5) Tidak ada biaya kebangkrutan.
13
Suad Husnan, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang),
h. 302.
6) Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh
penggunaan dari hutang.
7) Para investor adalah price-takers.
8) Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar
(market value).
Dengan asumsi tersebut, MM mengajukan tiga preposisi yang
dikenal sebagai preposisi MM tanpa pajak. Proposisi I: nilai
perusahaan merupakan kapitalisasi laba operasi bersih (EBIT) dengan
tingkat kapitalisasi (Ko) yang konstan sesuai dengan tingkat risiko
perusahaan.14 Implikasi dari preposisi I ini adalah struktur modal dari
suatu perusahaan tidak relevan, perubahan struktur modal tidak
mempengaruhi nilai perusahaan dan weighted average cost of capital
(WACC) perusahaan akan tetap sama tidak dipengaruhi oleh
bagaimana perusahaan memadukan hutang dan modal untuk
membiayai perusahaan
Proposisi II: biaya ekuitas pada perusahaan yang mempunyai
hutang (KeL) merupakan jumlah dari (1) biaya ekuitas untuk
perusahaan yang tidak mempunyai hutang KeU pada perusahaan yang
kelas risikonya dengan (2) risiko premium dari ukuran perusahaan
yang bergantung pada selisih antara biaya ekuitas dengan biaya hutang
serta jumlah hutang yang digunakan.15
14
Najmudin, Manajemen Keuangan dan Akuntansi Syar’iyyah Modern, (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h.298.
15 Ibid.., h.298.
Proposisi III: pada proposisi ini, teori MM menyatakan bahwa
investasi baru yang dilakukan akan meningkatkan nilai perusahaan.
Artinya, nilai perusahaan akan meningkat minimum sebasar nilai
investasi (I).16 Semua proporsi yang dikemukakan teori MM di atas,
secara jelas menyatakan bahwa nilai perusahaan tidak bergantung pada
struktur modal perusahaan.
Teori MM dengan pajak. Teori MM tanpa pajak dianggap tidak
realistis dan kemudian MM memasukkan faktor pajak ke dalam
teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan
aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak,
karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak. Dalam teori MM
dengan pajak ini terdapat tiga preposisi yaitu:
Proposisi I: nilai perusahaan yang mempunyai hutang akan
meningkat sebesar pajak yang dihemat (tax-shield).17 Implikasi dari
proposisi I adalah pembiayaan dengan hutang sangat menguntungkan
dan MM menyatakan bahwa struktur modal optimal perusahaan adalah
seratus persen hutang.
Proposisi II: biaya ekuitas perusahaan yang mempunyai hutang
akan meningkat sebesar hutang digunakan, tetapi biaya ekuitas ini
lebih kecil dari biaya ekuitas dengan tidak ada pajak. Artinya, pajak
memberikan pengaruh pengurangan terhadap biaya ekuitas
16
Ibid., h.298.
17 Ibid., h.299.
perusahaan.18 Implikasi dari preposisi II ini adalah penggunaan hutang
yang semakin banyak akan meningkatkan biaya modal saham.
Menggunakan hutang yang lebih banyak, berarti menggunakan modal
yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil dibandingkan
dengan biaya modal saham), sehingga akan menurunkan biaya modal
rata-rata tertimbangnya (meski biaya modal saham meningkat). Teori
MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut adalah
perusahaan sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-banyaknya.
Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai hutang
sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan,
akan semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya. Inilah yang
melatar belakangi teori MM mengatakan agar perusahaan
menggunakan hutang sebanyak-banyaknya, karena MM mengabaikan
biaya kebangkrutan.
Proposisi III: tingkat keuntungan internal (IIR) proyek investasi
yang dilakukan harus lebih besar dari biaya ekuitas dikurangi porsi
pajak atau biaya ekuitas penggunaan dana.19
c. Teori Pecking Order
Menurut Myers (1984), pecking order theory menyatakan
bahwa “Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru
tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang
profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang
18
Ibid., h.299.
19Ibid., h.300.
berlimpah.” Dalam pecking order theory ini tidak terdapat struktur
modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-
urutan preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana.
Berdasarkan teori pecking order, di dalamnya terdapat
pemikiran sebagai berikut. Pertama, perusahaan memilih sumber
pendanaan internal karena dana tersebut diperoleh tanpa
mengakibatkan sinyal negatif yang dapat menurunkan harga saham.
Kedua, ketika perusahaan membutuhkan sumber pendanaan eksternal,
maka tahap pertama adalah menerbitkan hutang, sedangkan penerbitan
ekuitas dilakukan sebagai langkah terakhir. Hal ini menunjukkan
penerbitan hutang lebih kecil kemungkinannya dipanjang sebagai
sinyal oleh buruk oleh para investor.20 Jika diasumsikan bahwa
perusahaan akan berusaha untuk meminimalkan total biaya, maka
urutan pendanaan yang akan dipilih adalah mulai dari ekuitas internal,
hutang, ekuitas berbasis mudharabah, dan terakhir ekuitas berbasis
musyarakah.21
Menurut pandangan penulis bank syariah atau perusahaan
syariah sejenis lebih cocok menganut teori struktur modal dari pecking
order theory karya Myers.
d. Teori Trade-Off
Menurut trade-off theory yang diungkapkan oleh Myers (2001),
“Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu,
20
Ibid., h.302.
21 Ibid., h.305.
dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama
dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)”. Biaya kesulitan
keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy
costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang
meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade-
off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal
memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan
(agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi
tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric
information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang.22
Skenario bagi sebuah perusahaan syariah yang berkaitan
dengan penghematan pajak karena bunga sudah cukup jelas. Skenario
tersebut tidak ditemui dalam ekonomi syariah. Oleh karena itu, teori
trade-off sangat tidak relevan untuk perusahaan syariah. Dalam
kerangka konsep syariah dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
penghematan pajak atas biaya bunga karena memang tidak ada hutang
berbunga, sedangkan biaya kesulitan keuangan masih cukup relevan
dengan diberi sedikit catatan.23
e. Teori Agensi
Jensen dan Mecking (1976) mengemukakan teori agensi
(agency theory) dan sekaligus mengintegrasi dengan teori property
rights serta pengembangan teori struktur kepemilikan perusahaan.
22
Ibid., h.305.
23 Ibid., h.306.
Dalam teori ini diuraikan mengenai adanya hubungan antara
pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan. JM
menguraikan adanya konflik antara principal dengan agent yang
disebutkan bahwa biaya agensi merupakan hasil penjumlahan a)
pengeluaran untuk pemantauan (monitoring) oleh pemilik (principal),
b) pengeluaran dalam rangka pengikatan oleh agent, dan c) biaya lain-
lain yang berkaitan dengan pengendalian perusahaan. Struktur modal
disusun sedemikian rupa untuk mengurangi konflik antar berbagai
kelompok kepentingan.24
f. Teori Asymetric Information
Asumsi yang dikemukakan oleh MM adalah adanya informasi
yang simetri, yakni bahwa investor memiliki informasi yang sama
dengan yang dimiliki oleh para manajer mengenai prospek perusahaan.
Namun, dalam kenyataannya manjemen memiliki informasi yang lebih
lengkap dibanding para investor luar, atau terjadinya informasi
asimetri. Informasi asimetri ini mempunyai pengaruh penting terhadap
struktur modal yang optimal.
Penelitian empiris oleh Asquith dan Mullins (1996), dan Myers
(2001) menunjukkan bahwa penerbitan saham baru dapat
menyebabkan menurunnya harga saham. Hal ini terjadi karena
manajemen sebagai pihak yang lebih banyak mengetahui kondisi
perusahaan cenderung mempergunakan sumber pendanaan selain
24
Ibid., h.307.
ekuitas apabila prospek cukup baik (manajemen enggan berbagi
keuntungan dengan pemegang saham baru). 25
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stuktur Modal
Struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor di
mana faktor-faktor tersebut menurut Bambang Riyanto ialah:26
a. Tingkat Bunga
Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan
modal adalah sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku pada
waktu itu. Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal
apa yang akan ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham
atau obligasi. Sebagimana diuraikan di muka bahwa penarikan obligasi
hanya dibenarkan apabila tingkat bunganya lebih rendah daripada
“earning power” dari tambahan modal tersebut.
b. Stabilitas dari Earning
Stabilitas dan besarnya “earning” yang diperoleh oleh suatu
perusahaan akan menentukan apakah perusahan tersebut dibenarkan
untuk menarik modal dengan beban tetap atau tidak. Suatu perusahaan
yang mempunyai “earning” yang stabil akan selalu dapat memenuhi
kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing.
Sebaliknya perusahaan yang mempunyai “earning” tidak stabil dan
“unpredictable” akan menanggung risiko tidak dapat membayar beban
25
Ibid., h.308.
26 Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat,
(Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1995), h. 297-300.
bunga atau tidak dapat membayar angsuran-angsuran utangnya pada
tahun-tahun atau keadaan yang buruk.
c. Susunan dari Aktiva
Kebanyakan perusahaan industri di mana sebagian besar dari
modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed asset), akan
mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang
permanen, yaitu modal sendiri, sedang modal asing sifatnya adalah
sebagai pelengkap.
d. Kadar Risiko dari Aktiva
Tingkat risiko dari setiap aktiva di dalam perusahaan adalah tidak
sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva di dalam
perusahaan, makin besar derajat risikonya. Dengan perkembangan dan
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang tak ada henti-hentinya,
dalam artian ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya suatu
aktiva, meskipun dalam artian teknis masih dapat digunakan. Dalam
hubungan ini adanya prinsip aspek risiko di dalam pembelanjaan
perusahaan, yang menyatakan bahwa apabila ada aktiva yang peka
risiko, maka perusahaan harus lebih banyak membelanjai dengan
modal sendiri, modal yang tahan risiko, dan sedapat mungkin
mengurangi pembelanjaan dengan modal asing.
e. Besarnya Jumlah Modal yang Dibutuhkan
Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar, maka
dirasakan perlu bagi perusahaan tersebut untuk mengeluarkan
beberapa golongan securities secara bersama-sama, sedangkan bagi
perusahaan yang membutuhkan modal yang tidak begitu besar cukup
hanya mengeluarkan satu golongan securities saja.
f. Keadaan Pasar Modal
Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan
karena adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya apabila
gelombang meninggi (up-swing) para investor lebih tertarik untuk
menanamkan modalnya dalam saham.
g. Sifat Manajemen
Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh yang langsung dalam
pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana.
Contohnya seorang manajer yang bersifat optimis yang memandang
masa depannya dengan cerah, mempunyai keberanian untuk
menanggung risiko yang besar (risk seeker), akan lebih berani untuk
membiayai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang berasal dari
utang (debt financing) meskipun metode pembelanjaan dengan utang
ini memeberikan beban finansial yang tetap. Sebaliknya manajer yang
persifat pesimis, takut untuk menanggung risiko (risk averter) akan
lebih suka membelanjai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang
berasal dari sumber intern atau dengan modal saham (equity
financing) yang tidak mempunyai beban finansial yang tetap.
h. Besarnya Perusahaan
Perusahaan besar di mana sahamnya tersebar sangat luas, setiap
perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil
terhadap kemungkinan hilang atau tergesernya kontrol dari pihak
dominan terhadap perusahaan tersebut. Dengan demikian maka pada
perusahaan besar yang sahamnya tersebar saham luas akan lebih berani
mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk
membiayai pertumbuhan penjualan di bandingkan dengan perusahaan
yang kecil.
C. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata
lain, bank dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat
ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Makin
besar rasio ini, makin likuid.27 Rasio likuiditas yang digunakan dalam
penelitian pada umumnya yaitu:
1. Current Ratio
Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek atau hutang yang segera jatuh tempo
pada saat ditagih secara keseluruhan.28 Rumusnya sebagai berikut:
× 100%
27
Kasmir, Analisa Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), Edisi I, h. 221.
28Ibid., h. 135.
2. Quick Ratio
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi kewajibannya terhadap para deposan (pemilik simpanan
giro, tabungan, dan deposito) dengan harta yang paling likuid dimiliki oleh
bank. 29 Rumusnya sebagai berikut:
× 100%
3. Financing to Deposit Ratio
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah
kredit yang diberikan dibandingkan dengan numlah dana masyarakat dan
modal sendiri yang digunakan. Besarnya FDR menurut peraturan
pemerintah maksimum 110%.30
Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR) maka semakin
tinggi dana yang disalurkan ke Dana Pihak Ketiga (DPK) yang besar maka
pendapatan bank semakin meningkat. Hal ini serupa dengan high risk high
return. Tingginya angka dari rasio FDR tidaklah selalu menunjukan
besarnya return yang akan didapatkan oleh bank. Apabila rasio FDR bank
di bawah dari standar yang ditetapkan, berarti bahwa ada bagian dari DPK
bank yang tidak tersalurkan kepada pihak yang membutuhkan. Sedangkan
apabila rasio FDR melebihi standar yang ditetapkan, dapat dikatakan
bahwa bank over budget dalam menggunakan dana pihak ketiga untuk
pembiayaan dan menunjukan semakin riskan kondisi likuiditas bank.
Rumus FDR sebagai berikut:
29
Ibid., h. 221.
30 Ibid., h. 225.
x 100%
D. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio keuangan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh bank dalam suatu periode tertentu.31
Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba.
Rasio profitabilitas yang biasa digunakan untuk penelitian pada umumnya
adalah:
1. Net Profit Margin (NPM)
Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam
menghasilkan net income dari kegiatan operasi pokoknya. Rumus yang
digunakan sebagi berikut:32
× 100%
2. Return on Asset (ROA)
Return on Asset merupakan kemampuan manajemen bank dalam
menghasilkan laba dari pengelolaan aset yang dimiliki. ROA penting bagi
bank karena ROA digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva
yang dimilikinya. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula
31
Ibid., h. 196.
32 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014), h. 268.
tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan semakin baik posisi bank
tersebut dari segi penggunaan aset.33 Rumus ROA adalah sebagai berikut:
3. Return on Equity (ROE)
Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manjemen bank
dalam mengelola modal yang ada untuk mendapatkan net income.34 Rasio
ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Rumus yang
digunakan sebagi berikut:
x 100%
Menurut teori trade-off, perusahaan yang tingkat profitabilitasnya
tinggi cenderung untuk menggunakan utang lebih banyak dalam struktur
modalnya karena dengan adanya tax yang tinggi terhadap perusahaan
menimbulkan interest tax shield dari penggunaan utang, berarti penggunaan
utang yang lebih banyak akan meningkatkan benefit tersebut. Selain itu
perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki risiko bangkrut yang lebih
rendah.35
Hal ini tidak sesuai dengan teori pecking order yang menyatakan
bahwa perusahaan cenderung menggunakan pendanaan internal sebanyak
mungkin sebelum memutuskan untuk menggunakan pendanaan eksternal.
Semakin besar profitabilitas perusahaan mengakibatkan semakin besar nilai
33
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h. 118.
34 Kasmir, Manajemen Perbankan, h. 280.
35 Melinda Ristiani, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Mnufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009 - 2013)”, (Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2013), h. 15.
retained earning dan financial slack yang akan menyebabkan semakin
rendahnya tingkat leverage yang digunakan. Hubungan yang terjadi antara
profitabilitas dan utang perusahaan adalah hubungan yang negatif.
Perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana eksternal
menjadi rendah.36
E. Ukuran Bank
Ukuran bank mempunyai pengertian bahwa besarnya ukuran bank
yang dapat dilihat dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
pendapatan bank yang berasal dari nilai penjualan, ukuran bank juga
merupakan variabel yang menggambarkan besar kecilya suatu bank yang
ditunjukkan dari besar kecilnya aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat
penjualan dan rata-rata total aktiva.37
Ukuran bank sangat bergantung pada besar kecilnya perusahaan yang
berpengaruh terhadap struktur modal, bank yang berskala besar pada
umumnya lebih mudah memperoleh hutang dibandingkan dari bank kecil
karena terkait dengan tingkat kepercayaan kreditur pada bank-bank besar.
bank besar juga cenderung lebih teridentifikasi dan lebih tahan terhadap
risiko kebangkrutan.38
Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan rumus:
36
Melinda Ristiani, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009 – 2013)”, h.16. 37
Nur Lailiyah “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Bank
Devisa Go Public di Indonesia (Periode 2002-2008)”, (Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 29.
38 Najmudin, Manejemen Keuangan dan Akuntansi Syar’iyyah Modern, h. 316.
Ukuran perusahaan berdasarkan teori trade-off, perusahaan besar
memiliki risiko kebangkrutan yang lebih kecil dibandingkan perusahaan
kecil, sehingga lebih mudah untuk mendapatkan pinjaman dari bank. Jadi
perusahaan besar akan menggunakan utang yang lebih banyak dalam struktur
modalnya dibandingkan perusahaan kecil. Ini membuktikan terdapat
hubungan yang positif antara ukuran perusahaan dengan utang perusahaan.
Sedangkan menurut teori pecking order menyatakan bahwa
perusahaan kecil memiliki akses yang terbatas terhadap equity capital market
dan adanya information asymetry. Information asymetries antara pihak
internal dan pihak eksternal pada perusahaan yang besar cenderung lebih
sedikit dibandingkan dengan perusahaan kecil. Dengan kata lain, informasi
pada perusahaan besar bersifat lebih transparan atau lebih mudah akses oleh
pihak luar, sehingga perusahaan cenderung mendanai keuangannya dari
sumber yang sensitif terhadap informasi internal, yaitu dengan ekuitas
memalui pasar modal. Jadi ukuran perusahaan justru berbanding terbalik
dengan tingkat leverage perusahaan.39
F. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan (growth ratio) merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi
39
Melinda Ristiani, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009 - 2013)”, h. 19.
ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya.
Dalam rasio pertumbuhan yang dianalisis adalah perumbuhan penjualan, laba
bersih, pendapatan per saham dan dividen per saham.40
Menurut Ahmad Rodoni dan Herni Ali, pertumbuhan perusahaan
secara tidak langsung berpengaruh pada pendanaan ekuitas yang signifikan,
walaupun pada keadaan dimana biaya kebangktrutan rendah. Jadi perusahaan
dengan pertumbuhan tinggi akan memiliki debt ratio yang lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan yang pertumbuhannya rendah.41 Dalam
beberapa penelitian growth biasa dihitung dengan rumus:
1. Total Aset (Total Aktiva)
2. Total Penjualan
3. Laba Perusahaan
Tingkat pertumbuhan berdasarkan teori trade-off menjelaskan
perusahaaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung untuk
membiayai investasinya dengan mengeluarkan saham, karena harga
sahamnya relatif tinggi. Alasan lainnya karena perusahaan yang tingkat
pertumbuhannya tinggi cenderung menanggung cost of financial distress
40
Kasmir, Analisa Laporan Keuangan, h. 114.
41 Ahmad Rodoni dan Herni Ali, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, h. 147.
yang besar karena memiliki risiko kebangktrutan yang tinggi. Sehingga
hubungan yang terjadi antara tingkat pertumbuhan dengan utang perusahaan
adalah negatif. Disebabkan pengurangan pajak yang timbul akibat adanya
pembayaran bunga karena berutang tidak begitu berarti bagi perusahaan yang
sedang mengaami pertumbuhan yang cukup pesat.
Tingkat pertumbuhan berdasarkan teori pecking order, perusahaan
yang sedang berkembang memiliki kebutuhan dana internal yang lebih besar
sehingga cenderung menggunakan dana eksternal untuk membiayai kegiatan
operasioanl barunya. Perusahaan yang tingkat pertumbuhanya tinggi
cenderung untuk menggunakan utang dalam struktur modalnya. Dengan
demikian, hubungan yang terjadi antara tingkat pertumbuhan dengan utang
perusahaan adalah positif.42
G. Makroekonomi
Tidak dapat dipungkuri kondisi makroekonomi suatu Negara
mempengaruhi kondisi suatu perusahaan termasuk dalam hal pembentukan
struktur modal saat perusahaan tersebut berdiri. Variabel makro ekonomi
tersebut diantaranya:
1. Inflasi
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-
harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas
42
Melinda Ristiani, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009 - 2013)”, h. 16.
(atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari
inflasi disebut deflasi.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi
adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke
waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat. Indikator inflasi lainnya berdasarkan international
best practice antara lain:43
a. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). IHPB dari suatu komoditas
ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar
pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah
besar pada pasar pertama atas suatu komoditas.
b. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran
level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di
dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan
membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga
konstan.
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push
inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi
inflasi. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh
depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara partner
dagang, peningkatan harga komoditi yang diatur pemerintah (administered
price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan
43
Diakses dari “Inflasi” pada
http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx. Pada tanggal 7 Mei
2017 pukul 20:20 WIB.
terganggunya distribusi.
Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya
permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam
konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang
melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregate demand)
lebih besar dari pada kapasitas perekonomian. Sementara itu, faktor
ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku
ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan
kegiatan ekonominya. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga
di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari
besar keagamaan dan penentuan upah minimum regional (UMR).44
Gambar 2.1 Skema Infasi
44
Diakses dari “Inflasi” pada
http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Disagregasi.aspx. Pada Tanggal 7 Mei
2017 pukul 20: 30 WIB.
2. Nilai Tukar (Kurs)
Nilai Tukar (exchange rate) adalah harga satu mata uang uang
yang diekspresikan terhadap mata uang yang lainnya.45
Kurs dapat
diekpresikan sebagai sejumlah mata uang asing disebut direct quotes atau
sebaliknya sejumlah mata uang lokal disebut indirect quotes.
Berdasarkan pendapat David K. Eiteman, dkk, nilai tukar adalah
valuta asing adalah harga salah satu mata uang yang dinyatakan menurut
mata uang lainnya.46
Untuk menghitung nilai kurs digunakan nilai kurs
tengah dan diambil dari tiap akhir periode di tiap triwulan.
Menurut fischer (1992) nilai tukar atau lazim disebut kurs valuta
dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta asing yang dikenal ada
empat jenis yaitu:47
a. Selling Rate (Kurs Jual) adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank
untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
b. Buying Rate (Kurs Beli) adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank
untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.
c. Middle Rate (Kurs Tengah) adalah kurs tengah antara kurs jual dan
kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan
oleh bank sentral pada suatu saat tertentu.
45
Abdullah M. Faisal, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, (Jawa Timur: Universitas
Muhamadiyah Malang, 2001), h. 20. 46
David K. Eiteman, Manajemen Keuangan Multinasional, Edisi Kesembilan, (Jakarta:
Indeks Kelompok Gramedia, 2003), h. 130. 47
Dornbusch and Fischer, Makroekonomi: Uang, Harga-harga dan Nilai Kurs, Alih
Bahasa: Julius A. Mulyadi, (Jakarta: Erlangga, 1987), h. 95.
d. Flat Rate (Kurs Flat) adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual
beli bank notes dan traveller cheque, dimana dalam kurs tersebut
sudah diperhitungkan promosi dan biaya-biaya lainnya.
Umumnya perubahan nilai tukar mata uang tersebut bisa terjadi
karena empat hal, yaitu:
a. Depresiasi (Depreciation) adalah penurunan harga mata uang nasional
berbagai terhadap mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik
menariknya kekuatan-keuatan supply dan demand di dalam pasar
(market mechanism).
b. Apresiasi (Apreciation) adalah peningkatan harga mata uang nasional
terhadap berbagai mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik
menariknya keuatan-kekuatan supply dan demand di dalam pasar
(market mechanism).
c. Devaluasi (Devalution) adalah penurunan harga mata uang nasional
terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara
resmi oleh pemerintah suatu negara.
Nilai tukar dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah
ini:
Di mana Q adalah nilai tukar riil. S adalah nilai tukar nominal. P
adalah tingkat harga domestik dan P* adalah tingkat harga di luar negeri.
H. Rasio Leverage
Rasio leverage atau rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukut sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Artinya
berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan
aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya,
baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan
(dilikuidasi).48
Menurut Brigham seberapa jauh sebuah perusahaan menggunakan
pendanaan melalui utang (financial leverage), atau selanjutnya disebut
leverage, akan memiliki tiga implikasi penting:49
1. Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat
mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan
sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan.
2. Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri,
sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari
jumlah modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil
risiko yang harus dihadapi oleh kreditor.
3. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang lebih besar
daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik
akan diperbesar atau diungkit (leverage).
Rasio leverage atau solvabilitas yang sering digunakan yaitu:
48
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, h. 151.
49 Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi
Kesepuluh, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 101.
a. Debt to Asset Ratio (DAR)
Debt to Asset Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk
mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan
kata lain, seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pengelolaan aktiva.50 DAR dapat dihitung dengan rumus:
x 100%
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara
membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan
seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang
disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan.
Bagi bank (kreditor), semakin besar rasio ini, akan semakin tidak
menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung
atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi
perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya
dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang
disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi
peminjam jika terjadi kerugian atau peyusutan terhadap nilai aktiva.
Rasio ini juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan
50
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, h. 156.
risiko keuangan perusahaan.51 DER dapat dihitung dengan rumus:
x 100%
Total hutang (Debt) dihitung dari kewajiban segera, bagi hasil
yang belum dibagikan, kewajiban kepada bank Indonesia, kewajiban
kepada bank lain, simpanan wadiah, simpanan pada bank lain,
kewajiban lain, pembiayaan yang diterima, hutang pajak, estimasi
keugian dan komitmen kontigensi, dan pinjaman subordinasi.52
Sedangkan total ekuitas dihitung dari modal disetor, tambahan modal
disetor, pendapatan (kerugian) kompherensif lainnya, selisih kuasi
reorganisasi, selisih restrukturisasi entitas sepengendali, ekuitas
lainnya, cadangan, laba (rugi), dan kepentingan non pengendali
(minority interest).53
c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)
LTDtER merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan
modal sendiri. Tujuannya adalah untuk megukur berapa bagian dari
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka
panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.54 LTDtER
dapat dihitung dengan rumus:
x100%
51
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, h. 158
52 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, h. 32.
53 Ibid., h. 36.
54 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, h. 158
I. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu
Dalam rangka penentuan fokus penelitian, peneliti telah membandingkan dengan penelitian terdahulu baik dari dalam
maupun luar negeri guna mendukung materi yang akan diteliti.
Tabel 2.2 Tinjauan Studi Terdahulu
No Nama/Judul/Jenis
Karya/Tahun
Variabel
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian Perbedaan
1. Fenty Fauziyah
dan Rusdiah
Iskandar/
“Determinan of
Capital Structur in
Indonesia Banking
Sector”/
International
Journal of
Business and
Management
Invention, ISSN
(Online): 2319-
8028, ISSN
(Print): 2319 –
801X Vol. 4,
Variabel Exogenous:
Firm Size, Firm
Risk, Profitability,
Firm Growth
Variabel
Endogeneous:
Dividend Payout dan
Capital Structure
(DER)
Objek:
Bank yang listing di
IDX (Indonesia
Stock Exchange)
Structural
Equation
Model (SEM)
menggunakan
program
SmartPLS 3.0
Variabel Size tidak berpengaruh
signifikan terhadap Dividen
Payout dengan path keofisien (-
), Ukuran perusahaan
berpengaruh (-) signifikan
terhadap Struktur Modal, Risiko
Perusahaan berpengaruh (+)
signifikan terhadap Dividen
Payout, Risiko Perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
Struktur Modal, Profitabilitas
berpengaruh (-) signifikan
terhadap Dividen Payout,
Profitabilitas berpengaruh (-)
signifikan terhadap Struktur
Modal, Pertumbuhan Perusahaan
Penulis menggunakan
variabel Independen
Likuiditas (FDR),
Profitabilitas (ROE), Bank
Size (Ln Total Aktiva) dan
Growth, GDP Growth,
Inflasi, Nilai Tukar (Kurs).
Variabel Dependen Struktur
Modal (DER)
Objek penelitian Bank
Umum Syariah di Indonesia
dengan menggunakan
laporan keuangan triwulan
periode 2011-2016.
Metode analisis data
menggunakan Regresi Data
45
December 2015. tidak berpengaruh (-) signifikan
terhadap Divident Payout.
Panel menggunakan Eviews
9.
2. Fitri Santi/ “Studi
Empiris Mengenai
Determinan
Struktur Modal
Perusahaan di
Indonesia:
Analisis Panel
Data”/ Tesis
Program Studi
Ilmu Manajemen
Pascasarjana
Fakultas Ekonomi
Universitas
Indonesia/ 2002.
Variabel
Independen:
Tangibility, Growth,
Opportunity, Size,
Profitability
Variabel dependen:
Struktur modal
Objek:
Perusahaan di
Indonesia.
Regresi Data
Panel
menggunakan
program
Eviews dengan
metode fixed
effect model
Variabel Tangibilty dan Size,
berpengaruh (+) signifikan,
Growth Opportunity dan
Profitability mempunyai
hubungan (-) yang signifikan
Penulis menggunakan
variabel Independen
Likuiditas (FDR),
Profitabilitas (ROE), Bank
Size (Ln Total Aktiva) dan
Growth, GDP Growth,
Inflasi, Nilai Tukar (Kurs).
Variabel Dependen Struktur
Modal (DER)
Objek penelitian Bank
Umum Syariah di Indonesia
dengan menggunakan
laporan keuangan triwulan
periode 2011-2016.
Metode analisis data
menggunakan Regresi Data
Panel menggunakan Eviews
9.
3. Mira Puspita
Dewi/
“Analisis Faktor-
Faktor yang
Variabel
Independen:
Size, Likuiditas, Non
Debt Tax dan
Regresi Linier
Berganda
(Linier
Multiple
Variabel Size dan profitabilitas
berpengaruh (-) signifikan,
Likuiditas tidak berpengaruh
signifikan dengan koefisien (-),
Penulis menggunakan
variabel Independen
Likuiditas (FDR),
Profitabilitas (ROE), Bank
Mempengaruhi
Struktur Modal
pada Industri Jasa
Perbankan”/ Tesis
Program Studi
Manajemen Pasca
Sarjana Fakultas
Ekonomi
Universitas
Indonesia/ 2006.
Profitabilitas
Variabel Dependen:
Struktur Modal
(DAR)
Objek:
Perusahaan Jasa
Perbankan
Regression)
dengan
program SPSS
12.0
Non Debt Tax tidak berpengaruh
signifikan dengan koefisien (+),
Profitabiltas berpengaruh (-)
terhadap Capital Structure.
Size (Ln Total Aktiva) dan
Growth, GDP Growth,
Inflasi, Nilai Tukar (Kurs).
Variabel Dependen Struktur
Modal (DER)
Objek penelitian Bank
Umum Syariah di Indonesia
dengan menggunakan
laporan keuangan triwulan
periode 2011-2016.
Metode analisis data
menggunakan Regresi Data
Panel menggunakan Eviews
9.
4. Nurul Lutfah/
“Analisis Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Struktur Modal
pada Bank Devisa
Go Public di
Indonesia (Periode
2002-2008)”/
Skripsi Jurusan
Variabel
Independen:
Firm Size,
Profitability,
Collateral Value of
Asset,
Variabel Dependen:
Leverage dan
Rentabilitas Modal
Path Analysis
dengan
program SPSS
dan AMOS
Firm Size, Profitability dan
Collateral Value of Asset pada
sub struktur pertama mempunyai
pengaruh terhadap leverage
sebesar 13,1%.
Pada sub struktur kedua Firm
Size, Profitability dan Collateral
Value of Asset mempunyai
pengaruh terhadap Rentabilitas
Modal sebesar 9.0%. Sedangkan
Penulis menggunakan
variabel Independen
Likuiditas (FDR),
Profitabilitas (ROE), Bank
Size (Ln Total Aktiva) dan
Growth, GDP Growth,
Inflasi, Nilai Tukar (Kurs).
Variabel Dependen Struktur
Modal (DER)
Objek penelitian Bank
Manajemen
Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta/ 2009.
Sendiri
Objek Penelitian:
Bank Devisa Go
Public di Indonesia
Collateral Value of Assets tidak
berpengaruh signifikan terhadap
Leverage maupun Rentabilitas
Modal.
Pada sub struktur ketiga
menunjukkan Non Debt Tax
Shield dan Leverage mempunyai
pengaruh terhadap Rentabilitas
Modal sendiri sebesar 62,7%,
namun variabel Leverage tidak
berpengaruh signifikan terhadap
Rentabilitas Modal sendiri.
Umum Syariah di Indonesia
dengan menggunakan
laporan keuangan triwulan
periode 2011-2016.
Metode analisis data
menggunakan Regresi Data
Panel menggunakan Eviews
9.
5. Subhan Wisnu Aji/
“Analisis
Pengujian Pecking
Order Theory
Melalui
Keterkaitan
Faktor-Faktor
Penentu Struktur
Modal Terhadap
Financial
Leverage”/ Skripsi
Program Studi
Variabel
Independen:
Profitabilitas,
Struktur Aktiva,
Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan
Penjualan, dan
Likuiditas.
Variabel Dependen:
Struktur Modal
Regresi Linier
Berganda
dengan
program SPSS
Variabel Profitabilitas, Struktur
Aktiva, Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan penjualan, dan
Likuiditas secara bersama-sama
mempengaruhi struktur modal.
Secara parsial variabel
Profitabilitas, Pertumbuhan
Penjualan, dan Likuiditas
berpengaruh terhadap struktur
modal Sedangkan variabel
Struktur Aktiva dan Ukuran
Perusahaan tidak berpengaruh
Penulis menggunakan
variabel Independen
Likuiditas (FDR),
Profitabilitas (ROE), Bank
Size (Ln Total Aktiva) dan
Growth, GDP Growth,
Inflasi, Nilai Tukar (Kurs).
Variabel Dependen Struktur
Modal (DER)
Objek penelitian Bank
Umum Syariah di Indonesia
dengan menggunakan
Manajemen
Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta, 2015.
Objek:
Emiten Syariah
di Jakarta Islamic
Index
secara parsial terhadap struktur
modal.
laporan keuangan triwulan
periode 2011-2016.
Metode analisis data
menggunakan Regresi Data
Panel menggunakan Eviews
9.
6. Syahfitri
Suryaningsih
Welkom, dkk/
“Firm
Chareteristics,
Financial Market
and
macroeconomic
Determinants Of
Capital Structure:
Indonesian
Evidence”/
Internatinal Jurnal
of Development
Research Vol. 06,
Issue. 08, pp.
8985-8993,
August, 2016.
Variabel
Independen:
Size, Tangibilty,
Firm Growth
Opportunity, Size of
Banking Sector,
Domestic Credit ti
Private Sector, Size
of Corporate Bond
Market, Corporate
Bond Trading
Activity, Size of
Stock Market,
Shares Trading
Activity, GDP
Growth, Inflation
Rate
System-GMM
(generalized
method of
moments)as
the latest
development of
dynamic panel
data
regression
was used to
estimate the
regression
equation
Firm Size berpengaruh (+)
signifikan terhadap DER, Size of
Banking Sector berpengaruh (-)
signifikan terhadap DER,
Domestic Credit to Privat Sector
berpengaruh (+) signifikan
terhadap DER, Size of Corporate
Bond Market berpengaruh (+)
signifikan terhadap DER,
Corporate Bond Trading Activity
berpengaruh (-) signifikan
terhadap DER, Size of Stock
Market berpengaruh (-)
signifikan terhadap DER, Shares
Trading Activity berpengaruh (+)
signifikan terhadap DER, GDP
Growth berpengaruh (+)
signifikan terhadap DER, dan
Penulis menggunakan
variabel Independen
Likuiditas (FDR),
Profitabilitas (ROE), Bank
Size (Ln Total Aktiva) dan
Growth, GDP Growth,
Inflasi, Nilai Tukar (Kurs).
Variabel Dependen Struktur
Modal (DER)
Objek penelitian Bank
Umum Syariah di Indonesia
dengan menggunakan
laporan keuangan triwulan
periode 2011-2016.
Metode analisis data
menggunakan Regresi Data
Panel menggunakan Eviews
9.
ISSN: 2230-9926. Variabel Dependen:
Debt to Equity Ratio
Leverage dan
Rentabilitas Modal
Sendiri
Objek Penelitian:
Firm in Industrial
Sector in IDX
Inflation Rate berpengaruh (+)
signifikan terhadap DER.
7. Yosi Rizal
Adyanto/ “Analisis
Struktur Modal
pada Perusahaan
di Bursa Efek
Indonesia yang
Terindikasi
Mengalami
Technically
Bankruptcy”/
Tesis Fakultas
Ekonomika dan
Bisnis Universitas
Gadjah Mada/
2014.
Variabel
Independen:
Profitabilitas,
Struktur Aktiva,
Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan
Penjualan, dan
Likuiditas.
Variabel Dependen:
Struktur Modal
Objek:
Emiten Syariah
di Jakarta Islamic
Regresi Linier
Berganda
Pada perusahaan TB variabel
growth memberikan pengaruh
(+) dan signifikan terhadap debt
ratio yang diproksikan dalam
DTE hasil temuan ini konsisiten
dengan pecking order theory
bahwa perusahaan tumbuh akan
berusaha meningkatkan
penggunakaan utang jangka
panjang dalam struktur modal,
pada perusahaan TB variabel
profitability berpengaruh (+)
terhadap debt ratio dan
mendukung trade off theory,
sebaliknya dalam situasi
Penulis menggunakan
variabel Independen
Likuiditas (FDR),
Profitabilitas (ROE), Bank
Size (Ln Total Aktiva) dan
Growth, GDP Growth,
Inflasi, Nilai Tukar (Kurs).
Variabel Dependen Struktur
Modal (DER)
Objek penelitian Bank
Umum Syariah di Indonesia
dengan menggunakan
laporan keuangan triwulan
periode 2011-2016.
Metode analisis data
Index perusahaan sehat, profitability
berpengaruh (-) terhadap debt
ratio yang konsisten dengan
pecking order theory.
menggunakan Regresi Data
Panel menggunakan Eviews
9.
J. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Uji Lain
Model Estimasi Terpilih
Uji R2 Uji F Uji t
Pemilihan Model Estimasi Data Panel
Uji Akar Unit
Data Stasioner
Perbankan Syariah
Tidak Stasioner
Variabel Dependen (Y)
Debt to Equity Ratio
Variabel Independen
(X) FDR, ROE, Bank
Size, Growth, Inflasi,
Kurs
Uji Chow Uji Hausman
Common Effect
Fixed Effect
Random Effect
Kesimpulan
Interpretasi
BPRS UUS BUS
Alur penelitian ini peneliti memberi penjelasan sebagai berikut:
1. Mencari latar belakang masalah dari penelitian yang akan diteliti, pada
penelitian ini yaitu mengenai struktur permodalan pada sektor perbankan
syariah di Indonesia.
2. Mengetahui permasalahan dalam penelitian, lalu masalah diidentifikasi
terlebih dahulu, karena luasnya penelitian yang akan dibahas untuk lebih
memfokuskan hasil penelitian, sebelum merumuskan permasalahan,
masalah perlu dibatasi.
3. Untuk mempermudah dalam perumusan masalah biasanya menggunakan
beberapa pertanyaan yang digunakan untuk menjelaskan maksud dari
pertanyaan penelitian.
4. Dalam setiap penelitian pasti memiliki tujuan penelitian, tujuan penelitian
disamakan dengan rumusan masalah dalam penelitian.
5. Persiapan dalam penelitian tercukupi, maka langkah selanjutnya adalah
mengumpulkan data penelitian.
6. Setelah data terkumpul maka data dihitung manual menggunakan
Ms.Excel, kemudian diolah menggunakan software Eviews 9 sesuai
dengan alur metode penelitian yang digunakan.
7. Dari pengolahan data menggunakan alat bantu statistik, terlihatlah variabel
mana saja yang berpengaruh terhadap struktur modal, dan variabel mana
saja yang tidak berpengaruh.
8. Muncullah hasil penelitian yang kemudian dapat diintreprestasikan
sehingga dapat menghasilkan kesimpulan dan saran secara teoritis maupun
praktis untuk pihak akademisi maupun stakeholder (pihak yang
berkepentingan).
K. Keterkaitan antar Variabel Penelitian
1. Pengaruh Likuiditas terhadap Leverage Ratio
Hasil penelitian Ozkan (2001) menyatakan bahwa rasio likuiditas
dapat memiliki dampak pada keputusan struktur modal. Pertama, bank
dengan rasio likuiditas yang tinggi dapat mendukung rasio hutang yang
relatif lebih tinggi karena besarnya kemampuan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek ketika kewajiban tersebut jatuh tempo. Hal ini
menyatakan adanya hubungan positif antara posisi likuiditas sebuah bank
dan rasio hutangnya.55
H1 : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap rasio leverage
perusahaan dengan koefisien positif.
2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Leverage Ratio
Semakin tinggi tingkat profitabilitas bank, maka semakin sedikit
penggunaan utang dalam bank tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan
semakin kecilnya nilai dari rasio leverage bank tersebut. Alasannya adalah
bank yang memiliki profitabilitas tinggi tentunya akan menghasilkan
internal fund yang lebih besar. Dengan demikian bank tidak perlu
55
Mira Puspita Dewi, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada
Industri Jasa Perbankan”, (Tesis Program Studi Manajemen Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2006), h. 20.
bergantung pada sumber dana eksternal, salah satunya utang.56
H2 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap rasio leverage
perusahaan dengan koefisien negatif.
3. Pengaruh ukuran bank (Bank Size) terhadap Leverage Ratio
Semakin besar ukuran dari suatu bank maka akan semakin besar
penggunaan utang atau nilai dari rasio leverage bank akan semakin besar.
Alasannya secara umum, bank yang besar memiliki akses yang lebih
mudah untuk memperoleh utang dari kreditur. Kemudahan dalam
mengakses utang ini disebabkan bank yang besar memiliki banckrupcty
risk yang lebih kecil jika dibandingkan dengan bank yang kecil. Sehingga
kreditur lebih memilih untuk memberikan pinjaman kepada bank yang
lebih besar karena kreditur tidak perlu menghawatirkan risiko gagal bayar
dari debiturnya.57
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap rasio leverage
perusahaan dengan koefisien positif.
4. Pengaruh tingkat pertumbuhan (growth) terhadap Leverage Ratio
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan aset bank maka semakin besar
penggunaan utang dalam perusahaan dan tentunya akan berdampak pada
semakin besarnya rasio leverage perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan
bank yang tingkat pertumbuhannya tinggi tentunya memiliki kebutuhan
56
Melinda Ristiani, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009 - 2013)”, h. 19. 57
Melinda Ristiani, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009 – 2013)”, h. 21.
dana yang lebih besar dari pada perusahaan yang tingkat pertumbuhannya
relatif stabil. Sehingga pada saat sumber dana internal tidak mencukupi
kebutuhan dana tersebut maka bank akan memilih utang sebagai sumber
tambahan dananya.58
H4 : Tingkat pertumbuhan berpengaruh signifikan terhadap rasio leverage
perusahaan dengan koefisien positif.
5. Pengaruh Inflasi terhadap Leverage Ratio
Jika inflasi meningkat, penggunaan utang juga akan meningkat. Hal
ini konsisten dengan teori market timing. Peningkataan dalam tingkat
inflasi menunjukkan pemburukan kondisi ekonomi. Oleh karena itu,
perusahaan akan menghindari keuangan melalui surat-surat berharga,
khususnya saham karena memiliki resiko terbesar. Kondisi ekonomi
paling buruk akan mempengaruhi kekuatan pasar saham, karena harga
saham menolak permintaan yang rendah. Hal ini juga dikarenakan kondisi
buruk perusahaan. Inflasi menurunkan nilai keadaan pasar, sementara itu
nilai utang tersisa. Inflasi juga memicu kekuatan pembeli rendah menolak
penjualan perusahaan, sepasang biaya produksi yang tinggi,
mempengaruhi turunnya profit dan bahkan memunculkan kerugian. Hal ini
dikarenakan level utang yang meningkat.59
H5: Inflasi berpengaruh signifikan terhadap rasio leverage perusahaan
dengan koefisien positif.
58
Melinda Ristiani, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009 - 2013)”, h. 19. 59
Syahfitri Suryaningsih, dkk, “Firm Chareteristics, Financial Market and macroeconomic
Determinants Of Capital Structure: Indonesian Evidence”, p. 8891.
6. Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) terhadap Leverage Ratio
Semakin tinggi nilai tukar suatu negara, maka penggunaan utang
juga semakin berkurang karena perusahaan tidak akan mau membayar
hutang lebih banyak akibat dari selisih perbedaan kurs yang akan
menyebabkan penurunan laba operasional perusahaan tersebut.
H6 : Nilai Tukar (Kurs) berpengaruh signifikan terhadap rasio leverage
perusahaan dengan koefisien negatif.
L. Hipotesis Statistik
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya
secara empiris. Berdasarkan teori yang telah dijelaskan sebelumnya,
pengembangan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengujian secara simultan (Uji F) dapat dijelaskan sebagai berikut:
Hipotesis pengaruh Financing to Deposit Ratio, Return On Equity, Bank
Size, Inflasi, dan Kurs terhadap Debt to Equity Ratio:
a. H0 : β1, β2, β3, β4, β5, β6 = 0 Variabel independen FDR, ROE,
Inflasi, dan Kurs secara simultan tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen DER.
b. Ha : β1, β2, β3, β4, β5, β6 ≠ 0 Variabel independen FDR, ROE,
Size, Inflasi, dan Kurs secara simultan tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen DER.
2. Pengujian secara parsial (Uji t) dapat dilakukan sebagai berikut:
Hipotesis Pengaruh Financing Deposit Ratio terhadap Debt to Equity
Ratio:
a. H0 : β1 = 0 Variabel independen FDR secara individual tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen DER.
Ha : β1 ≠ 0 Variabel independen FDR secara individual
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen DER.
Hipotesis Pengaruh Return On Equity terhadap Debt to Equity Ratio:
b. H0 : β2 = 0 Variabel independen ROE secara individual tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen DER.
Ha : β2 ≠ 0 Variabel independen ROE secara individual
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen DER.
Hipotesis pengaruh Bank Size terhadap Debt to Equity Ratio:
c. H0 : β2 = 0 Variabel independen Bank Size secara individual
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen DER.
Ha : β2 ≠ 0 Variabel independen Bank Size secara individual
Hipotesis pengaruh Growth terhadap Debt to Equity Ratio:
d. H0 : β2 = 0 Variabel independen Growth secara individual tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen DER.
Ha : β2 ≠ 0 Variabel independen Growth secara individual
Hipotesis pengaruh Inflasi terhadap Debt to Equity Ratio:
e. H0 : β7 = 0 Variabel independen Inflasi secara individual tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen DER.
Ha : β7 ≠ 0 Variabel independen Inflasi secara individual
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen DER
Hipotesis pengaruh Nilai Tukar (Kurs) terhadap Debt to Equity Ratio:
f. H0 : β8 = 0 Variabel independen Nilai Tukar (Kurs) secara
individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen DER.
Ha : β8 ≠ 0 Variabel independen Nilai Tukar (Kurs) secara
individual berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen
DER
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kausalitas, dimana
menurut Sugiyono adalah hubungan yang bersifat sebab akibat, jadi disini ada
variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen
(dipengaruhi).60 Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan menganalisis
pengaruh variabel independen yakni Likuiditas (FDR), Profitabilitas (ROE),
Bank Size, Pertumbuhan Bank (Growth), Inflasi, dan Nilai Tukar (Kurs)
terhadap variabel dependen yakni struktur modal yang diproksikan dengan
variabel Debt to Equity Ratio (DER).
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapatkan dari
laporan keuangan bank syariah yang dipublikasikan untuk umum periode
2011 sampai 2016. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan
data panel dari tahun 2011-2016 dipandang cukup mewakili kondisi
perbankan syariah di Indonesia pada saat ini dan indikator-indikator
makroekonomi pada periode tersebut.
60
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D, (Bandung, Alfabeta, 2010),
h. 56.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif deskriptif. Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan
untuk menjelaskan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau
berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu
berdasarkan apa yang terjadi.61 Penelitian ini besifat kuantitatif karena data
yang digunakan berupa angka-angka dan analisis datanya diolah secara
statistik.
C. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini memakai pendekatan statistika parametrik,
maksudnya adalah bagian statistika yang parameter populasinya harus
memenuhi syarat-syarat tertentu seperti syarat data berskala inverval/rasio,
syarat pengambilan sampel harus random, berdistribusi normal atau
normalitas, model regresi linier. Dalam statistika parametrik, indikator-
indikator yang dianalisis adalah parameter-parameter dari ukuran objek yang
bersangkutan.62
D. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen sejenis
yang bisa dibedakan yang menjadi objek penyelidikan.63 Berdasarkan
61
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan
Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, Prenada Media Group, 2005), h. 36.
62 Supardi, Aplikasi Statistika Dalam Penelitian, (Jakarta: Change Publication, 2013), h. 8.
63 J Supranto, Statistik untuk Pemimpin Berwawasan Global, Edisi 2, (Jakarta: Salemba
pengertian tersebut, maka yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah
Bank Umum Syariah di Indonesia terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan yaitu 13
BUS. Berdasarkan statistik perbankan syariah yang dipublikasikan Otoritas
Jasa Keuangan per-Desember 2016 terdapat total 13 BUS, dengan
menggunakan data triwulan tiap Bank Umum Syariah data mulai dari tahun
2011 triwulan 1 – tahun 2016 triwulan 3.
Sampel adalah sebagian dari populasi.64 Sampel dalam penelitian ini
dipilih dengan menggunakan metode pusposive sampling yaitu suatu sampling
dimana pemilihan elemen-elemen untuk menjadi anggota sampel berdasarkan
pada pertimbangan yang tak acak biasanya subjektif.65 Metode ini memilih
sampel berdasarkan penilaian terhadap beberapa kriteria-kriteria sampel yang
disesuaikan dengan maksud penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Bank Umum Syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan
berdasarkan statistik perbankan syariah per-Desember 2016.
2. Bank Umum Syariah yang sudah menjadi bank syariah setelah 2010.
3. Bank Umum Syariah yang telah mempublikasikan laporan keuangan
selama periode 2011-2016.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 9 Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia.
Adapun daftar BUS di Indonesia yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Empat, 2007), h. 50.
64 J Supranto, Statistik untuk Pemimpin Berwawasan Global, Edisi 2, h. 50.
65 J Supranto, Statistik untuk Pemimpin Berwawasan Global, Edisi 2, h. 76.
Tabel 3.1 Daftar Bank Umum Syariah yang Menjadi Sampel Penelitian
No Nama Bank Kode Bank
1. Bank Muamalat Indonesia BMI
2. Bank Syariah Mandiri BSM
3. Bank BNI Syariah BNIS
4. Bank Mega Syariah BMS
5. Bank BRI Syariah BRIS
6. Bank BCA Syariah BCAS
7. Bank Syariah Bukopin BSB
8. Bank Panin Dubai Syariah BPDS
9. Bank Jabar Banten Syariah BJBS
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2016 OJK (diolah kembali)
Berdasarkan kriteria penentuan sampel peneliti hanya menggunakan 9
BUS, 4 BUS yang tidak menjadi sampel penelitian yaitu Bank Tabungan
Pensiunan Nasional Syariah (BTPN Syariah) karena baru bergabung menjadi
BUS pada tahun 2014, Bank Maybank Syariah dan Bank Victoria Syariah
tidak tersedia publikasi laporan keuangan pada periode yang ingin diteliti serta
Bank Aceh Syariah baru berkonversi menjadi BUS pada tahun 2016.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data untuk keperluan penelitian ini dilakukan
dengan teknik dokumentasi. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data
dengan menggunakan cara atau berdasarkan catatan-catatan yang
terdokumentasi (otentik) baik berupa data statistik, arsip, gambar-gambar,
buku-buku, kumpulan peraturan dan perundang-undangan.66 Adapun peneliti
memperoleh data-data penelitian yang bersumber dari:
66
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas, 2009), h. 225.
1. Data Sekunder
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yaitu data yang diperoleh dari sumber yang menerbitkan dan bersifat siap
pakai. Data sekunder mampu memberikan informasi dalam pengambilan
keputusan meskipun dapat diolah lebih lanjut. Keunggulan dari data
sekunder itu sendiri yaitu singkat waktunya, biaya serta prosesnya relatif
mudah dan telah tersedia.67
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini mencangkup
data laporan keuangan triwulan Bank Umum Syariah yang tercatat dalam
website resmi Bank Umum Syariah yang menjadi sampel, serta website
Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, dan Pusat Data Kontan dari
website www.ojk.go.id, www.bi.go.id, dan www. pusatdata.kontan.co.id.
2. Penelitian Kepustakaan
Dalam hal ini penulis membaca dan mempelajari serta
menganalisis literatur yang bersumber dari buku, jurnal, skripsi, tesis,
artikel, dan perangkat lain yang berkaitan dengan permasalah yang diteliti.
Hal ini dilakukan untuk membantu penulis memecahkan masalah yang
diteliti dan hasilnya akan dijadikan sebagai bahan perbandingan terhadap
informasi yang terjadi di lapangan.
67
Tony Wijaya, Metodelogi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013), h. 19.
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga dapat
diukur.68 Berikut ini akan dijelaskan mengenai defisini operasional variabel
yang akan digunakan dalam penelitian yang terdiri dari variabel dependen dan
variabel independen, yaitu
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Nama
Variabel
Penjelasan Rumus Skala
Variabel
Dependen:
Debt to Equity
Ratio (DER)
Rasio keuangan yang
mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajibannya, yang
ditunjukkan oleh bagian
modal yang digunakan untuk
membayar hutang. DER
merupakan perbandingan
antara nilai total hutang
perusahaan yang terdapat
pada neraca bagian
kewajiban terhadap nilai
total modal yang terdapat
pada neraca bagian modal.
Rasio
Variabel
Independen:
Financing to
Deposit Ratio
(FDR)
Rasio yang digunakan untuk
mengukur likuiditas suatu
bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan
mengandalkan pembiayaan
yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya.
x 100%
Rasio
Return on
Asset (ROE)
Rasio untuk mengukur
kemampuan manjemen bank
dalam mengelola modal yang
ada untuk mendapatkan net
x
100%
Rasio
68
Nur Indiantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi &
Manajemen, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2002), h. 69.
income.Rasio ini
menunjukkan efisiensi
pengguanaan modal sendiri
Bank Size Ukuran bank (Bank Size)
merupakan ukuran atau
besarnya asset yang dimiliki
perusahaan.
Rasio
Pertumbuhan
Bank (Bank
Growth)
Growth merupakan indikator
tingkat pertumbuhan
perusahaan yang diperoleh
dari pertumbuhan total
asetnya. Growth didapatkan
dengan membandingkan nilai
total aset perusahaan saat ini
dikurangi dengan total aset
perusahaan tahun lalu
terhadap nilai total aset
perusahaan tahun lalu yang
terdapat pada neraca bagian
harta.
Rasio
Inflasi Inflasi diartikan sebagai
meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus
menerus. Kenaikan harga
dari satu atau dua barang
saja tidak dapat disebut
inflasi kecuali bila kenaikan
itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan
harga) pada barang lainnya.
Kebalikan dari inflasi
disebut deflasi.
Rasio
Nilai Tukar
(Kurs)
Harga salah satu mata uang
yang dinyatakan menurut
mata uang lainnya
Rasio
G. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan regresi data panel. Data panel (pool) yakni
data yang merupakan gabungan antara data runtut waktu (time series) dan data
silang (cross section). Data runtut waktu biasanya meliputi suatu
objek/individu, tetapi meliputi beberapa periode (bisa harian, bulanan,
kuartalan, tahunan). Oleh karenanya, data panel memiliki gabungan
karakteristik keduanya, yaitu data yang terdiri dari beberapa objek dan
meliputi beberapa runtut waktu.
Terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan
data panel jika dibandingkan dengan data time series atau cross section.
Pertama, data panel yang merupakan gabungan dua data time series dan cross
section mampu menyediakan data lebih banyak sehingga menghasilkan derajat
kebebasan (degree of freedom) yang lebih besar. Kedua, menggabungkan
informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah
yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (ommited-variable).69
Keunggulan-keunggulan tersebut memiliki implikasi pada tidak harus
dilakukan pengujian asumsi klasik dalam model data panel, karena penelitian
yang menggunakan data panel memperbolehkan identifikasi parameter
tertentu tanpa perlu membuat asumsi yang ketat atau tidak mengharuskan
terpenuhinya semua asumsi klasik regresi liner seperti pada ordinary least
square (OLS).70
Dalam penelitian ini digunakan regresi data panel untuk melihat
pengaruh antara variabel independen yang terdiri dari likuiditas, profitabilitas,
69
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan Eviews,
Edisi Keempat, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013), h. 353.
70 Shochrul R. Ajija, dkk, Cara Cerdas Menguasai Eviews, (Jakarta: Salemba Empat, 2011),
h. 52.
ukuran bank, pertumbuhan bank, dan kondisi makroekonomi terhadap variabel
dependen yaitu struktur modal. Untuk membantu penelitian, penulis
menggunakan software Microsoft Excel dan Eviews 9 untuk pengolahan data
penelitian.
Model regresi data panel pada penelitian ini adalah:
Keterangan :
DER : Debt to Equity Ratio
α : Konstanta
β1 – β6 : Koefisien regresi untuk variabel independen
FDR : Financing to Deposit Ratio
ROE : Return on Equity
Bank Size : Ukuran bank
GR : Growth
INF : Inflasi Rate
KURS : Nilai Tukar terhadap Dollar (Kurs Tengah)
e : Error Term
i : Jenis Perusahaan
t : Waktu
1. Statistik Deskripstif
Statistik Deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi).
Statistik deskripstif mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang
lebih jelas dan mudah dipahami. Statistik deskriptif digunakan untuk
DERit = α + β1FDRit + β2ROEit + β3GRit + β4BankSize + β5INFit +
β6KURS + eit
mengembangkan profil perusahaan yang menjadi sampel. Statistik
deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peningkatan data, serta
penyajian hasil penelitian tersebut.71
2. Uji Akar Unit (Unit Root Test)
Dalam statistik dan ekonometrik, uji akar unit digunakan untuk
menguji adanya anggapan bahwa sebuah data time series tidak stasioner.
Uji yang biasa digunakan adalah uji Augmented Dickey Fuller Test (ADF-
test).72 Uji lain yang serupa yaitu Uji Philip-Perron (PP-test). Keduanya
mengindikasikan keberadaan akar unit sebagai hipotesis null. Stasioneritas
merupakan salah satu prasyarat penting dalam model ekonometrika untuk
data time series.
Data yang dikatakan stasioner adalah data yang bersifat flat, tidak
mengandung komponen trend, dengan keragaman yang konstan, serta
tidak terdapat fluktuasi yang periodik. Artinya dengan data yang stasioner
model time series dapat dikatakan lebih stabil. Apabila hasil pengujian
menunjukan data tidak stasioner, maka dilakukan modifikasi untuk
memperoleh data yang stasioner. Salah satu cara yang umum dipakai
adalah metode (differencing), yaitu mengurangi nilai pada suatu periode
dengan nilai data periode sebelumnya. Apabila tetap tidak stasioner, maka
dilakukan pembedaan lagi. Dalam uji akar unit digunakan model sebagai
71
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS 19, Edisi Kelima,
(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2011), h.19.
72 Abdul Hamid, Analisis Variabel Pembangunan Ekonomi Dan Sosial Daerah Provinsi
Sumatera Selatan Periode 1980-2013 Sebuah Kajian Dengan Pendekatan ECM dan VECM,
(Jurnal Bisnis dan Manajemen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), Vol.4, No.1, h. 9.
berikut:73
Yt = ρYt-1 + Ut
Apabila koefisien Yt-1 (ρ) adalah = 1 yang artinya terdapat
masalah, maka variabel mengandung unit root dan bersifat non-stasioner.
Untuk mengubah trend yang bersifat non-stasioner menjadi stasioner
dilakukan uji orde pertama (first difference):
ΔYt = (ρ-1) Yt – Yt-1.
Koefisien ρ akan bernilai 0, dan hipotesis akan ditolak sehingga
model menjadi stasioner. Hipotesis yang digunakan pada pengujian ADF
adalah:
H0 : ρ = 0 (Terdapat unit roots, variabel tidak stasioner)
H1 : ρ ≠ 0 (Tidak terdapat unit roots, variabel stasioner)
Dasar pengambilan keputusan adalah:
a. Jika nilai Augmented Duckey-Fuller t-statistic < nilai kritis pada
derajat kepercayaan tertentu, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
b. Jika nilai Augmented Duckey-Fuller t-statistic > nilai kritis pada
derajat kepercayaan tertentu, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Atau:
a. Jika nilai Probability < α = 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima.
b. Jika nilai Probability > α = 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Kesimpulan hasil root test diperoleh dengan membandingkan nilai
73
Abdul Hamid, Analisis Variabel Pembangunan Ekonomi Dan Sosial Daerah Provinsi
Sumatera Selatan Periode 1980-2013 Sebuah Kajian Dengan Pendekatan ECM dan VECM,
Vol.4, No.1, h. 9.
thitung dengan ttabel pada tabel Dickey-Fuller.74
3. Metode Estimasi Regresi Data Panel
Dalam analisis model data panel, terdapat tiga pendekatan yang
digunakan dalam mengestimasi model regresi data panel, yaitu:
a. Common Effect Model atau Pooled Least Square (PLS)
Model Common Effect merupakan pendekatan data panel yang
paling sederhana. Model ini tidak memperhatikan dimensi individu
maupun waktu sehingga diasumsikan bahwa perilaku antar individu
sama dalam berbagai kurun waktu. Model ini hanya mengombiasikan
data time series dan cross section dalam bentuk pool,
mengestimasinyaa menggunakan pendekatan kuadrat terkecil/pooled
least square.75 Adapun persamaan regresi dalam model common effects
dapat ditulis sebagai berikut:
Di mana:
Yit = Variabel dependent pada unit observasi ke-i dan ke-t
Xit = Variabel independent pada unit observasi ke-i dan ke-t
β = Koefisien slope atau koefisien arah
β0 = Intersep model regresi
εit = Komponen error pada unit observasi ke-i dan ke-t
74
Abdul Hamid, Analisis Variabel Pembangunan Ekonomi Dan Sosial Daerah Provinsi
Sumatera Selatan Periode 1980-2013 Sebuah Kajian Dengan Pendekatan ECM dan VECM,
Vol.4, No.1, h. 9.
75 Agus Tri Basuki dan Nano Prawoto, Analisis Regresi dalam Penelitian Ekonomi &
Bisnis: Dilengkapi Aplikasi SPSS & Eviews, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 278.
b. Fixed Effect Model (FEM)
Fixed Effect Model adalah teknik mengestimasi data panel dengan
menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan
intersep. Pengertian Fixed Effect ini didasarkan adanya perbedaan
intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar waktu (time
invariant). Disamping itu, model ini juga mengasumsikan bahwa
koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu.
Model estimasi ini seringkali disebut dengan teknik Least Squares
Dummy Variables (LSDV).76 Model Fixed Effect dengan teknik
variabel dummy dapat ditulis sebagai berikut:
Di mana:
Yit = Variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Xit = Variabel independen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β = Koefisien slope atau koefisien arah
β0i = Intersep model regresi
εit = Komponen error pada unit observasi ke-i dan ke-t
Konstanta β0i sekarang diberi subskrip 0i, i menunjukan objeknya.
Dengan demikian masing-masing objek memiliki konstanta yang
berbeda. Variabel semu D1i = 1 untuk objek pertama dan 0 untuk objek
lainnya. Variabel D2i = 1 untuk objek kedua dan 0 untuk objek lainnya.
76
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan Eviews,
Edisi Keempat, h. 357.
Variabel semu D3i = 1 untuk objek ketiga dan 0 untuk objek lainnya.
c. Random Effect Model
Random Effect Model merupakan metode estimasi model regresi
data panel dengan asumsi koefisien regresi (slope) konstan dan
intersep berbeda antar waktu dan antar individu (random effect).
Dimasukannya variabel dummy di dalam fixed effect model bertujuan
untuk mewakili ketidaktahuan tentang model yang sebenarnya. Namun
juga memberikan konsekuensi berkurangnya derajat kebebasan
(degree of freedom) yang akhirnya akan mengurangi efisiensi
parameter. Masalah ini bisa diatasi dengan menggunakan variabel
gangguan (error terms) yang mungkin saja akan muncul pada
hubungan antar waktu dan antar perusahaan yang dikenal dengan
random effect model. Model ini akan mengestimasi data panel dimana
variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar
individu.77
Tidak seperti pada model efek tetap (β0 dianggap tetap), pada
model ini β0 diasumsikan bersifat random (stokastik), sehingga dapat
dituliskan dalam persamaan :
β0 = β0 + ui , i = 1,….., n
Sehingga persamaan model yang digunakan adalah:
77
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan Eviews,
Edisi Keempat, h. 359.
Rumus 3. 1 Persamaan
Random Effect
Di mana:
Yit = Variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Xit = Variabel independen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β = Koefisien slope atau koefisien arah
β0i = Intersep model regresi
ui = komponen error pada unit observasi ke-i
εit = Komponen error pada unit observasi ke-i dan ke-t
Untuk menganalisis dengan metode efek acak ini ada satu syarat,
yaitu objek data silang harus lebih besar daripada banyaknya koefisien.
78
4. Tahap Pemilihan Regresi Data Panel
Untuk memilih model mana yang tepat digunakan untuk
pengolahan dalam data panel, maka kita dapat melakukan dua pengujian
model, yaitu:
a. Uji Chow
Uji Chow (F statistik) adalah pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui apakah model yang digunakan adalah common effect atau
fixed effect. Rumus yang digunakan dalam uji ini adalah sebagai
berikut:79
Di mana:
78
Wing Wahyu Winarso, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews, Edisi
Ketiga, (Yogyakarta: STIM YKPN, 2011), h. 9.17.
79 Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan Eviews,
Edisi Keempat, h. 362.
N = Jumlah data cross section
T = Jumlah data time series
K = Jumlah variabel penjelas
Pengujian Uji Chow dilakukan dengan hipotesis sebagai
berikut:
H0 : Model menggunakan pendekatan Common Effect
Ha : Model menggunakan pendekatan Fixed Effect
Pengujian ini menggunakan distribusi F statistik, dimana jika F
statistik lebih besar dari Ftabel maka H0 ditolak. Nilai Chow
menunjukan nilai F statistik dimana bila nilai Chow yang kita dapat
lebih besar dari nilai Ftabel yang digunakan berarti kita menggunakan
model fixed effect. Atau kita dapat melihat pada nilai probabilitas cross
section F dan Chi Square, dengan ketentuan:
Jika probabilitas < 0,05, berarti H0 ditolak, dan Ha diterima.
Jika probabilitas > 0,05 berarti H0 diterima.
b. Uji Hausman
Adalah penggunaan uji statistik sebagai dasar pertimbangan
kita dalam memilih apakah menggunakan model Fixed Effect atau
model Random Effect. Pengujian uji Hausman dilakukan dengan
hipotesis sebagai berikut:80
H0 : Model menggunakan pendekatan Random Effect
80
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan Eviews,
Edisi Keempat, h. 365.
Ha : Model menggunakan pendekatan Fixed Effect
Uji ini menggunakan distribusi chi square dimana jika
probabilitas dari hausman lebih kecil dari α (hasil Hausman tes
siginfikan) maka H0 ditolak dan model fixed effect yang digunakan.
5. Uji Regresi Lancung (Spurious Regression)
Dalam analisis deret waktu (time series), apabila data yang
digunakan tidak stasioner maka model regresi yang terbentuk
menghasilkan koefisien determinasi (R2) yang relatif tinggi namun Durbin-
Watson rendah. Tingginya (R2) dan rendahnya statistik Durbin-Watson
dari suatu model, merupakan peringatan bahwa hasil pendugaan tersebut
adalah Regresi Lancung (suprious regression) yang mengakibatkan
pendugaan koefisien regresi tidak efisien, peramalan regresi tersebut akan
meleset dan uji koefisien regresi menjadi tidak sahih (Granger dan
Newbold, 1974).81
Regresi ini biasanya terjadi pada data yang bersifat tren atau data
runtut waktu. Data variabel independen maupun variabel dependen sama-
sama menunjukkan kecenderungan meningkat dengan bertambahnya
waktu. Data seperti ini tidak bersifat stasioner, tetapi bila dianalisis secara
bersama-sama akan menjadi bersifat stasioner. Ciri-ciri regresi lancung
81
Dita Fitria, dkk, “Penggunaan Error Corection Model Engle-Granger dan Domowitz El-
Badawi pada Data analisis Deret Waktu Non Stasioner (Migas, PDB, ORI, IHSG”, Jurusan
Matematika Universitas Brawijaya, h. 45.
adalah sebgai berikut:82
a. Memiliki koefisien determinasi (nilai F) tinggi.
b. Memiliki nilai R2 tinggi.
c. Memiliki nilai signifikansi (t) tinggi.
d. Memiliki nilai D/W rendah.
6. Uji Signifikansi
a. Uji Koesfisien Determinasi (R2)
Pengujian koefisiesien determinasi (R2) bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinan adalah antara nol
dan satu. Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variansi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen.83
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap
jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi
dimana setiap penambahan satu variabel independen dan jumlah
pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2
meskipun
variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang
82
Wing Wahyu Winarso, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews, Edisi
Ketiga, h. 11.14 83
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS 19, h. 97.
signifikan terhadap variabel dependen. Untuk mengurangi kelemahan
tersebut, maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan
yaitu adjusted R2.84
Formula untuk menghitung koefisien determinasi (R2) regresi
berganda sama dengan regresi sederhana, untuk itu kita kembali tulis
formulanya sebagai berikut:85
R2
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Untuk menyimpulkan apakah model masuk dalam kategori cocok
(fit) atau tidak, kita harus membandingkan nilai F hitung dengan nilai
F tabel. Nilai F tabel didapat dengan derajat bebas: df: a, (k-1), (n-k),
dimana a adalah tingkat signifikansi yang digunakan, k adalah jumlah
varibel (dependen dan independen), n adalah jumlah pengamatan
(ukuran sampel).
Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.86 Hipotesis
nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam
model sama dengan nol, atau:
Ho : b1 = b2 = ... = bk = 0
84
Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Apliaksi dengan SPSS, (Yogyakarta: ANDI
Offset, 2011), h. 59.
85 Agus Widarjono, Statistika Terapan Dengan Excel & SPSS, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2015), h.276.
86 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS 19, h. 98.
Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan
penjelas yang signifikan terhdap variabel dependen. Hipotesis
alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara semiltan sama dengan
nol, atau:
Ha : b1 ≠ b2 ≠ ... ≠ bk ≠ 0
Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap varaibel dependen.87
Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai F hitung > F
tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa variabel
independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen, tetapi jika nilai F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan
Ha ditolak, yang berarti bahwa variabel independen secara simultan
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.88
Adapun rumus manual untuk uji statistik F ini bisa dinyatakan
dalam bentuk formula dengan cara:89
Uji statistik F ini bisa dinyatakan dalam bentuk formula yang lain
dengan cara memanipulasi persamaan sebagai berikut yaitu:90
=
[ =
87
Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi Ketiga, (Jakarta:
Erlangga, 2009), h. 239.
88 Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Apliaksi dengan SPSS, h. 61.
89 Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan Eviews,
Edisi Keempat, h. 65.
90 Agus Widarjono, Statistika Terapan Dengan Excel & SPSS, h.279.
c. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh setiap variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen yaitu dengan
membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel di dapat dengan
derajat bebas : df: a, (n-k), dimana a adalah tingkat signifikansi yang
digunakan, k adalah jumlah variabel (dependen dan independen), n
adalah jumlah pengamatan (ukuran sampel).
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen.91 Hipotesis nol (Ho) yang
hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol,
atau:
Ho : bi = 0
Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis
alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol,
atau:
Ha : bi ≠ 0
Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel independen.92
Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai t hitung > t
tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa variabel
91
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, h. 98.
92 Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, h. 238.
independen secara individual berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen, tetapi jika nilai t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha
ditolak, yang berarti bahwa variabel independen secara individual
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.93
Menghitung nilai t hitung untuk β1 dan β2 dan mencari nilai t
kritis dari tabell ditribusi t, nilai t hitung dicari dengan formula sebagai
berikut:94
93
Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Apliaksi dengan SPSS, h. 63.
94 Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan Eviews,
Edisi Keempat, h. 65.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Perbankan Syariah
Deregulasi perbankan dimulai sejak tahun 1983. Pada tahun
tersebut, BI memberikan keleluasaan kepada bank-bank untuk menetapkan
suku bunga. Pemerintah berharap dengan kebijakan deregulasi perbankan
maka akan tercipta kondisi dunia perbankan yang lebih efisien dan kuat
dalam menopang perekonomian. Pada tahun 1988, Pemerintah
mengeluarkan Paket Kebijakan Deregulasi Perbankan 1988 (Pakto 88)
yang membuka kesempatan seluas-luasnya kepada bisnis perbankan harus
dibuka seluas-luasnya untuk menunjang pembangunan (liberalisasi sistem
perbankan). Meskipun lebih banyak bank konvensional yang berdiri,
beberapa usaha-usah perbankan yang bersifat daerah yang berasaskan
syariah juga mulai bermunculan.
Tahun 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk
kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. Pada tanggal
18 – 20 Agustus 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan
loka karya bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil
loka karya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah
Nasional IV MUI di Jakarta 22-25 Agustus 1990, yang menghasilkan
amanat bagi pembentukan kelompok kerja pendirian bank Islam di
Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim Perbankan MUI dengan
diberi tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua
pihak yang terkait. Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut
adalah berdirilah bank syariah pertama di Indonesia yaitu PT Bank
Muamalat Indonesia (BMI).95
Grafik 4.1 Rasio Keuangan Bank Syariah
Sumber: Statistik Perbankan Syariah tahun 2013 dan 2016
Dari grafik 4.1 bisa kita lihat pergerakan rasio-rasio keuangan dari
perbankan syariah dan unit usaha syariah dari tahun 2011-2016, mulai dari
variabel BOPO, CAR, FDR, NPF dan ROA.
a. Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius
Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan
operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan
95
Diakses dari “Tentang Syariah” di http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-
syariah/Pages/Sejarah-Perbankan-Syariah.aspx. Pada tanggal 18 April 2017 pukul 22:00 WIB.
0
20
40
60
80
100
120
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Rasio Keuangan Perbankan Syariah & Unit Usaha Syariah
BOPO CAR FDR NPF ROA
dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-
Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank
Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari
komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat
penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara
silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh
tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam
modal senilai Rp 106 miliar.
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara.
Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen
korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998,
rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan
mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah,
yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal..96
Tabel 4.2 Pemilik Bank Muamalat Indonesia
Islamic Development Bank 32,74%
Boubyan Bank Kuwait 22,00%
Atwill Holdings Limited 17,91%
National Bank of Kuwait 8,45%
IDF Foundation 3,48%
BMF Holdings Limited 2,84%
Rizal Ismael 2,34
Koperasi Perkayuan Apkindo MPI 1,39%
Andre Mirza Hartawan, MBA., Ir 1,18%
BPDONHI 1,03%
Masyarakat 6,64%
TOTAL 100%
96
Diakses dari “Profil Bank Muamalat” di http://www.bankmuamalat.co.id/profil-bank-
muamalat. Pada tanggal 18 April 2017 pukul 22:10 WIB.
Sumber: Laporan Keuangan Triwulan Bank Muamalat Per September 2016
b. Bank Syariah Mandiri
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan
hikmah sekaligus berkah paska krisis ekonomi dan moneter 1997-
1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli
1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung
politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang
sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak
terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan
nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami
krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan
merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di
Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB)
yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank
Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis.
BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan
upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor
asing.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI
No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat
Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No.
1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank
Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut,
PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin
tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.97 Pemegang
saham:
Pemegang Saham Pengendali (PSP) : PT Bank Mandiri (Persero)
Tbk 99,99999975%
Pemegang Saham Bukan PSP tidak melalui Pasar Modal (≥5%) :
PT Mandiri Sekuritas 0,00000025%
c. Bank BNI Syariah
Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan
sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya
yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan
masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan
berlandaskan pada Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal
tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI
dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara
dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28
Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.
Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah
di Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih
kurang 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di
97
Diakses dari “Sejarah” di https://www.syariahmandiri.co.id/category/info-
perusahaan/profil-perusahaan/sejarah/. Pada pukul 18 April 2017 pukul 22:20 WIB.
dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap
memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan
Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma’ruf Amin,
semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga
telah memenuhi aturan syariah.98 Pemegang saham:
Ultimate shareholder : PT Bank BNI Syariah
melalui : a. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. = 99,9%
b. PT BNI Life Insurance = 0,1%
Ultimate shareholder : PT Bank Negara Indonesia (Persero) TBK
melalui : a. Negara Republik Indonesia = 60,00%
b. Masyarakat = 40,00%
d. Bank Mega Syariah
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum
yang didirikan pada 14 Juli 1990 melalui Keputusan Menteri
Keuangan RI No.1046/KMK/013/1990 tersebut, diakuisisi CT
Corpora (d/h Para Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global
Investindo) dan PT Para Rekan Investama pada 2001. Pada 25 Agustus
2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga tahun kemudian, pada 7
November 2007, pemegang saham memutuskan perubahan bentuk
logo BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional yang menjadi
sister company-nya, yakni PT Bank Mega, Tbk., tetapi berbeda warna.
Sejak 2 November 2010 sampai dengan sekarang, melalui Keputusan
98
Diakses dari “Sejarah BNI Syariah” di http://www.bnisyariah.co.id/sejarah-bni-syariah.
Pada tanggal 19 April 2017 pukul 20:00 WIB.
Gubernur Bank Indonesia No.12/75/KEP.GBI/DpG/2010, PT. Bank
Syariah Mega Indonesia berganti nama menjadi PT Bank Mega
Syariah.
CT Corpora sebagai pemegang saham mayoritas memiliki
komitmen dan tanggung jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega
Syariah sebagai bank umum syariah terbaik di industri perbankan
syariah nasional. Komitmen tersebut dibuktikan dengan terus
memperkuat modal bank. Pada 2010, sejalan dengan perkembangan
bisnis, melalui rapat umum pemegang saham (RUPS), pemegang
saham meningkatkan modal dasar dari Rp 400 miliar menjadi Rp 1,2
triliun dan modal disetor bertambah dari Rp 150,060 miliar menjadi
Rp 318,864 miliar. Saat ini, modal disetor telah mencapai Rp 787,204
miliar.
Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank
devisa. Dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi
devisa dan terlibat dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu
juga telah memperluas jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya
menjangkau ranah domestik, tetapi juga ranah internasional. Strategi
peluasan pasar dan status bank devisa itu akhirnya semakin
memantapkan posisi Bank Mega Syariah sebagai salah satu bank
umum syariah terbaik di Indonesia..99 Pemegang saham pengendali
(PSP):
99
Diakses dari “About Mega Syariah” di http://www.megasyariah.co.id/about-us/about-
mega-syariah. Pada tanggal 19 April 2017 pukul 20:10 WIB.
Ultimate shareholder PT Bank Mega Syariah
Melalui : a. PT Mega Corpora 99,99%
a. PT Para Rekan Investama 00,01%
Ultimate shareholder PT Mega Corpora
Melalui : a. PT CT Corpora 99,99%
b. PT Para rekan Investama 00,01%
e. Bank BRI Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),
Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah
mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui
suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17
November 2008 PT. Bank BRISyariah secara resmi beroperasi.
Kemudian PT. Bank BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semula
beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi
kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam.
Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRISyariah merintis
sinergi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan
memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),
Tbk., sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis
yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan
kegiatan konsumer berdasarkan prinsip Syariah.100 Pemegang saham
per 31 Desember 2010:
100
Diakses dari “Sejarah” di http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah. Pada tanggal 19 April
2017 pukul 20:10 WIB.
Tabel 4.3 Pemegang Saham BRI Syariah
No Nama & Alamat Jumlah
Saham
(Lembar)
Jumlah
yang Disetor
(Rupiah)
1 PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero), Tbk.,
Jl. Jend. Sudirman Kav. 44-
45 Kel. Bendungan Hilir,
Kec. Tanah Abang Jakarta
Pusat 10210
1.957.999.000 978.999.500.000
2 Yayasan Kesejahteraan
Pekerja (YKP) BRI
Jl. Sultan Iskandar Muda
No. F. 25
(Arteri Pondok Indah)
Jakarta
1.000 500.000
Total 1.958.000.000 979.000.000.000 Sumber: http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah
f. Bank BCA Syariah
PT. Bank BCA Syariah berdiri dan mulai melaksanakan
kegiatan usaha dengan prinsip-prinsip syariah setelah memperoleh izin
operasi syariah dari Bank Indonesia berdasarkan Keputusan Gubernur
BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2009 dan
kemudian resmi beroperasi sebagai bank syariah pada hari Senin
tanggal 5 April 2010. Komposisi kepemilikan saham PT Bank BCA
Syariah adalah sebagai berikut :
1. PT Bank Central Asia Tbk. = 99.9999%
2. PT BCA Finance = 0.0001%
BCA Syariah mencanangkan untuk menjadi pelopor dalam
industri perbankan syariah Indonesia sebagai bank yang unggul di
bidang penyelesaian pembayaran, penghimpun dana dan pembiayaan
bagi nasabah perseorangan, mikro, kecil dan menengah. Masyarakat
yang menginginkan produk dan jasa perbankan yang berkualitas serta
ditunjang oleh kemudahan akses dan kecepatan transaksi merupakan
target dari BCA Syariah.
BCA Syariah hingga saat ini memiliki 49 jaringan cabang yang
terdiri dari 9 Kantor Cabang (KC), 3 Kantor Cabang Pembantu (KCP),
3 Kantor Cabang Pembantu Mikro Bina Usaha Rakyat (BUR), 8
Kantor Fungsional (KF) dan 26 Unit Layanan Syariah (ULS) yang
tersebar di wilayah DKI Jakarta, Tangerang, Bogor, Depok, Bekasi,
Surabaya, Semarang, Bandung, Solo dan Yogyakarta (data per
Agustus 2016).101
g. Bank Syariah Bukopin
PT Bank Syariah Bukopin sebagai bank yang beroperasi
dengan prinsip syariah yang bermula masuknya konsorsium PT Bank
Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah
bank konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk., proses akuisisi
tersebut berlangsung secara bertahap sejak 2005 hingga 2008, dimana
PT Bank Persyarikatan Indonesia yang sebelumnya bernama PT Bank
Swansarindo Internasional didirikan di Samarinda, Kalimantan Timur
berdasarkan Akta Nomor 102 tanggal 29 Juli 1990 merupakan bank
umum yang memperoleh Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor
1.659/ KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990.
Kegiatan operasional Perseroan secara resmi dibuka oleh
101
Diakses dari “Sejarah” di http://www.bcasyariah.co.id/profil-korporasi/sejarah/. Pada
tanggal 19 April 2017 pukul 20:20 WIB.
Bapak M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia periode
2004 -2009. Sampai dengan akhir Desember 2014 Perseroan memiliki
jaringan kantor yaitu 1 (satu) Kantor Pusat dan Operasional, 11
(sebelas) Kantor Cabang, 7 (tujuh) Kantor Cabang Pembantu, 4
(empat) Kantor Kas, 1 (satu) unit mobil kas keliling, dan 76 (tujuh
puluh enam) Kantor Layanan Syariah, serta 27 (dua puluh tujuh) mesin
ATM BSB dengan jaringan Prima dan ATM Bank Bukopin.102
Tabel 4.4 Profil Perusahaan Bank Syariah Bukopin
102
Diakses dari “Profil Perusahaan” di http://www.syariahbukopin.co.id/id/tentang-
kami/profil-perusahaan. Pada tanggal 19 April 2017 pukul 20:30 WIB.
Subjek Keterangan
Nama Bank PT Bank Syariah Bukopin
Alamat Jalan Salemba Raya Nomor 55
Salemba, Jakarta Pusat 10440
Telepon 021 – 2300912
Fax 021 – 3148401
Homepage www.syariahbukopin.co.id
Email [email protected]
Facebook Bank Syariah Bukopin
Twitter @BSyariahBukopin
Tanggal Berdiri 29 Juli 1990
Mulai Beroperasi 9 Desember 2008
Modal Dasar Rp 1.000.000.000.000
Modal Disetor Rp 650.370.000.000
Ekuitas Rp 501.282.000.000
Kantor Layanan 1 Kantor Pusat & Operasional
11 Kantor Cabang
7 Kantor Cabang Pembantu
4 Kantor Kas
1 Mobil Kas Keliling
Layanan Syariah
Bank
76 Layanan Syariah Bank
Jaringan ATM Jaringan ATM Meliputi:
ATM Bank Syariah Bukopin
ATM Bank Bukopin
ATM Prima/BCA
Sumber : http://www.syariahbukopin.co.id/id/tentang-kami/profil-perusahaan.
h. Bank Panin Dubai Syariah
PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (Panin Dubai Syariah
Bank), berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Gedung Panin
Life Center, Jl. Letjend S. Parman Kav. 91, Jakarta Barat. Sesuai
dengan pasal 3 Anggaran Dasar Panin Dubai Syariah Bank, ruang
lingkup kegiatan Panin Dubai Syariah Bank adalah menjalankan
kegiatan usaha di bidang perbankan dengan prinsip bagi hasil
berdasarkan syariat Islam. Panin Dubai Syariah Bank mendapat ijin
usaha dari Bank Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
Bank Indonesia No.11/52/KEP.GBI/DpG/2009 tanggal 6 Oktober
2009 sebagai bank umum berdasarkan prinsip syariah dan mulai
beroperasi sebagai Bank Umum Syariah pada tanggal 2 Desember
2009.103 Kepemilikan Saham: Posisi 31 Desember 2016, komposisi
kepemilikan Saham Panin Dubai Syariah Bank adalah sebagai berikut:
PT Bank Panin Tbk = 51,61%
Dubai Islamic Bank = 39,32%
Masyarakat = 9,07%
i. Bank Jabar Banten Syariah
Pendirian Bank BJB Syariah diawali dengan pembentukan
Divisi/Unit Usaha Syariah oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa
103
Diakses dari “Tentang Kami” di
https://www.paninbanksyariah.co.id/index.php/mtentangkami. Pada tanggal 19 april 2017 pukul
20:40 WIB.
Jumlah Pegawai 875 SDI
Barat dan Banten Tbk. pada tanggal 20 Mei 2000, dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa Barat yang mulai tumbuh
keinginannya untuk menggunakan jasa perbankan syariah pada saat
itu.
Pada tanggal 6 Mei 2010 Bank BJB Syariah memulai
usahanya, setelah diperoleh Surat Ijin Usaha dari Bank Indonesia
Nomor 12/629/DPbS tertanggal 30 April 2010, dengan terlebih dahulu
dilaksanakan cut off dari Divisi/Unit Usaha Syariah PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. yang menjadi cikal
bakal Bank BJB Syariah.
Hingga saat ini Bank BJB Syariah berkedudukan dan berkantor
pusat di Kota Bandung, Jalan Braga No 135, dan telah memiliki 8
(delapan) kantor cabang, 44 (empat puluh empat) kantor cabang
pembantu, 54 (empat puluh enam) jaringan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) yang tersebar di daerah Propinsi Jawa Barat, Banten dan DKI
Jakarta dan 49.630 jaringan ATM Bersama. Pada tahun 2013
diharapkan Bank BJB Sayriah semakin memperluas jangkauan
pelayanannya yang tersebar di daerah Propinsi Jawa Barat, Banten dan
DKI Jakarta.104 Pemegang saham pengendali:
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk =
99,61%
Pemegang saham bukan PSP tidak melalui pasar modal (≤5%) =
104
Diakses dari “Sekilas BJB Syariah” di http://www.bjbsyariah.co.id/tentang-bjb-
syariah/sekilas-bjb-syariah/. Pada tanggal 19 April 2017 pukul 20:50 WIB.
1,39%.
2. Sampel Penelitian
Proses pengambilan sampel pada penelitian ini dapat dilihat pada
tabel rangkuman hasil proses pengambilan sampel berikut:
Tabel 4.5 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
No Kriteria Jumlah
Bank
1 BUS terdaftar di OJK berdasarkan statistik per-Des
2016
13
2 BUS sudah menjadi bank syariah sejak tahun 2010 10
3 BUS mempublikasikan laporan keuangan di website
masing-masing dari tahun 2011-2016
9
4 BUS yang datanya tersedia lengkap 9
Total data penelitian selama 5 tahun 207 Sumber: Statistik OJK 2016 (telah diolah kembali)
A. Uji Stasioner
Seluruh data yang digunakan dalam data panel dilakukan uji akar-akar
unit. Hasil uji akar-akar unit dengan membandingkan nilai t hitung dengan
nilai kritis Augmented Dickey Fuller adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Stasioner
Variabel Tingkat Stasioneritas ADF
Level First Difference
t-stat Keterangan Prob. t-stat Keterangan Prob.
FDR -3.853624 stasioner 0.0029 _ _ _
ROE -3648476 stasioner 0.0056 _ _ _
Bank Size -2.397548 tidak
stasioner
0.1437 -14.83262 stasioner 0.0000
Growth -3.888129 stasioner 0.0026 _ _ _
DER -5.840192 stasioner 0.0000 _ _ _
INF -10.30265 Stasioner 0.0000 _ _ _
KURS -9.125121 Stasioner 0.0000 _ _ _
Sumber: Output Eviews 9 (telah diolah kembali)
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa hasil root test pada tingkat level
variabel FDR, ROE, Bank Size, Growth, Inflasi, Kurs dan DER hasilnya
stasioner, tetapi variabel Bank Size tidak stasioner pada tingkat level, oleh
karena itu dilanjutkan dengan uji pada differensiasi pertama (first difference),
hasil dari uji tersebut variabel Bank Size telah stasioner maka tidak perlu
dilanjutkan ke uji stasioner ke differensiasi kedua. Dari output yang
dihasilkan, terlihat bahwa nilai t-statistic seluruh variabel sudah lebih besar
daripada nilai t pada tabel Augmented Dickey Fuller pada tingkat kepercayaan
1%, 5%, dan 10%. Serta nilai probabilitasnya lebih kecil dari nilai kritis 0,05
(prob < 0,05). Dengan demikian data telah stasioner dan hipotesis null dapat
ditolak.
B. Analisis Deskriptif
Tabel 4.7 Hasil Statistik Deskriptif
BANKSI
ZE
DER FDR GROWTH INF KURS ROE
Mean 17.61000 5.440370 96.61783 4.421448 5.564348 9.314534 18.18478
Median 17.78005 2.762230 96.78000 3.201320 5.540000 9.359880 20.02000
Maximum 17.94929 14.03276 106.5000 26.89002 8.400000 9.592673 42.32000
Minimum 16.88671 1.862881 84.14000 -10.17595 3.070000 9.059169 1.560000
Std. Dev. 0.318901 4.764713 5.406453 8.343616 1.665005 0.169819 13.59223
Skewness -0.992899 1.062503 -0.468712 1.164530 0.272510 -0.093564 0.336992
Kurtosis 2.595492 2.208767 3.224270 4.788469 1.835098 1.494898 1.878558
Jarque-Bera 35.42302 44.34716 8.013155 74.37462 14.26613 19.84050 14.76503
Probability 0.000000 0.000000 0.018196 0.000000 0.000798 0.000049 0.000622
Sum 3645.270 1126.157 19999.89 915.2397 1151.820 1928.108 3764.250
Sum Sq. Dev. 20.94981 4676.714 6021.326 14340.88 571.0821 5.940743 38058.25
Observations 207 207 207 207 207 207 207
Sumber: Output Eviews 9
Dari tabel 4.7 di atas bisa dilihat bahwa mean tiap variabel yaitu FDR
sebesar 96.62, ROE sebesar 18.18, Bank Size sebesar 17.61, Growth sebesar
4.42, Inflasi sebesar 5.64, Kurs sebesar 9.31, dan DER sebesar 5.44.
Sedangkan median tiap variabel yaitu FDR sebesar 96.78, ROE sebesar 20.02,
Bank Size sebesar 17.78, Growth sebesar 3.20, Inflasi sebesar 5.54, Kurs
sebesar 9.35, dan DER sebesar 2.76. Bisa dilihat pula variabel FDR yang
paling tinggi sebesar 106.50 dan paling rendah 84.14, variabel ROE paling
tinggi sebesar 42.32 sedangkan paling rendah sebesar 1.56, sedangkan paling
rendah sebesar 16.89, variabel Bank Size paling tinggi sebesar 17,95
sedangkan paling rendah sebesar 16,89, variabel Growth paling tinggi sebesar
26.89 sedangkan paling rendah sebesar -10.18, variabel inflasi paling tinggi
sebesar 8.40 sedangkan paling rendah sebesar 3.07, variabel Kurs paling
tinggi sebesar 9.59 sedangkan paling rendah sebesar 9.06, dan variabel DER
paling tinggi sebesar 14.03 sedangkan paling rendah sebesar 1.86. Sum (total)
masing-masing variabel FDR, ROE, Bank Size, Growth, Inflasi, Kurs dan
DER adalah 19999.89 ; 3764.250 ; 3645.270 ; 915.2397 ; 1151.820 ; 1928.108
; dan 1126.157.
C. Uji Pemilihan Model Regresi Data Panel
Penelitian ini menggunakan jenis data panel, sehingga untuk memilih
jenis model yang akan digunakan perlu diadakan pengujian terlebih dahulu.
Pengujian awal yang dilakukan adalah dengan melakukan Chow test, untuk
menentukan apakah metode Pooled Least Square (Common Effect) atau Fixed
Effect yang digunakan.
Dalam pengujian ini, Hipotesis nol nya (H0) adalah Common Effect, dan
yang menjadi hipotesis alternatifnya (H1) adalah Fixed Effect. Dengan
ketentuan jika prob > 0,05 maka kita menerima H0, yang berarti menggunakan
pendekatan Common Effect.
Tabel 4.8 Hasil Uji Chow
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 0.000000 (8,192) 1.0000
Cross-section Chi-square 0.000000 8 1.0000
Sumber: Output Eviews 9
Dari tabel 4.8 bisa dilihat bahwa model estimasi data panel yang
digunaan dalam penelitian ini yaitu Common Effect (Pooled Least Square).
Maka dari itu tidak perlu dilakukan Uji Hausman.
D. Uji Regresi Lancung (Suprious Regression)
Dalam model regresi data panel ini tidak mengalami regresi lancung
dikarenakan nilai prob. Uji F rendah (0.0000), bisa dikatakan semua variabel
berpengaruh secara simultan, D/W tinggi, R2 tinggi 79%, bisa dikatakan
pengaruh semua variabel sangat kuat, dan prob. Uji T rendah (0.0000), bisa
dikatakan hampir semua variabel berpengaruh secara parsial.
Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Lancung
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -231.0036 12.86449 -17.95668 0.0000
BANKSIZE -12.12633 1.177673 -10.29686 0.0000
FDR 0.219280 0.038436 5.705068 0.0000
GROWTH 0.129231 0.027010 4.784601 0.0000
INF -1.163678 0.105075 -11.07471 0.0000
KURS 46.60753 2.766488 16.84718 0.0000
ROE 0.031819 0.019729 1.612773 0.1084
R-squared 0.800995 Mean dependent var 5.440370
Adjusted R-squared 0.795024 S.D. dependent var 4.764713
S.E. of regression 0.157187 Akaike info criterion 4.408719
Sum squared resid 930.6914 Schwarz criterion 4.521420
Log likelihood -449.3024 Hannan-Quinn criter. 4.454294
F-statistic 134.1663 Durbin-Watson stat 2.342839
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output Eviews 9
E. Uji Signifikansi
Berdasarkan hasil uji Chow, model estimasi data panel yang terpilih
adalah Common Effect (Pooled Least Square) maka selanjutnya dilakukan uji
signifikansi dari model.
Tabel 4.10 Hasil Pemilihan Estimasi Model
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -231.0036 12.86449 -17.95668 0.0000
BANKSIZE -12.12633 1.177673 -10.29686 0.0000
FDR 0.219280 0.038436 5.705068 0.0000
GROWTH 0.129231 0.027010 4.784601 0.0000
INF -1.163678 0.105075 -11.07471 0.0000
KURS 46.60753 2.766488 16.84718 0.0000
ROE 0.031819 0.019729 1.612773 0.1084
R-squared 0.800995 Mean dependent var 5.440370
Adjusted R-squared 0.795024 S.D. dependent var 4.764713
S.E. of regression 0.157187 Akaike info criterion 4.408719
Sum squared resid 930.6914 Schwarz criterion 4.521420
Log likelihood -449.3024 Hannan-Quinn criter. 4.454294
F-statistic 134.1663 Durbin-Watson stat 2.342839
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output Eviews 9
1. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian koefisiesien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinan adalah antara nol dan satu. Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variansi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen.105 Untuk mengurangi kelemahan dari hasil R2, maka digunakan
koefisien determinasi yang telah disesuaikan yaitu adjusted R2.106
Hasil output pada tabel 4.8 menunjukkan nilai adjusted R2 pada
model regresi adalah 0.795024. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
variabel independen yaitu FDR, ROE, Bank Size, Growth, Inflasi dan Nilai
Tukar (Kurs) dalam menjelaskan variabel dependen yaitu DER pada Bank
Umum Syariah yang terdaftar di OJK tahun 2011-2016 adalah sebesar
79% sedangkan sisanya sebesar 21% dijelaskan variabel lain yang tidak
termasuk dalam model penelitian ini.
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen.107 Dasar pengambilan
keputusannya adalah jika nilai F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, yang berarti bahwa variabel independen secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, tetapi jika nilai F
105
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS 19, h. 97.
106 Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Apliaksi dengan SPSS, (Yogyakarta: ANDI
Offset, 2011), h. 59.
107 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS 19, h. 98.
hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa
variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.108
Dari hasil output pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai F hitung
yang didapat adalah 134.1663 sementara F tabel didapatkan dengan
perhitungan berikut:
F tabel = a ; df = (k-1), (n-k)
= 5% ; df = (5-1), (207-5)
= 5% : df = (4), (202)
= 2,24
Didapatkan F tabel sebesar 2.24, yang bererti F hitung > F tabel,
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil menunjukkan bahwa variabel
independen (FDR, ROE, Inflasi, Kurs secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen Debt to Equity Ratio pada Bank
Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2016.
3. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen.109 Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai t
hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa
variabel independen secara individual berpengaruh signifikan terhadap
108
Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Apliaksi dengan SPSS, h. 61.
109 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS 19, h. 98.
variabel dependen, tetapi jika nilai t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan
Ha ditolak, yang berarti bahwa variabel independen secara individual tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.110
Dengan menggunakan uji Tabel t dengen signifikansi α = 0.05
didapat t tabel dengan perhitungan berikut:
t tabel = a ; df = (n-k)
= 5% ; df = (207-5)
= 5% : df = (202)
= 1.97190
Berikut ini adalah uji t dari masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen:
a. Uji t variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap variabel
Debt to Equity Ratio (DER).
Melihat hasil output pada tabel 4.10, didapat nilai t hitung pada
variabel FDR sebesar 5.705068, yang berarti nilai t hitung 5.705068 >
t tabel 1.97190, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Bisa dilihat pula
pada probalitasnya yaitu sebesar 0.0000. Dapat disimpulkan bahwa
variabel Financing to Deposit Ratio secara individual berpengaruh
signifikan terhadap Debt to Equity Ratio.
Tanda yang positif menunjukkan hubungan yang searah antara
variabel Financing to Deposit Ratio dengan Debt to Equity Ratio,
sehingga peningkatan FDR menyebabkan meningkatnya jumlah Debt
110
Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Apliaksi dengan SPSS, h. 63.
to Equity Ratio.
b. Uji t variabel Return on Equity (ROE) terhadap variabel Debt to Equity
Ratio (DER).
Melihat hasil output pada tabel 4.10, didapat nilai t hitung pada
variabel ROE sebesar 1.612773, yang berarti nilai t hitung 1.612773 <
t tabel 1.97190, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Bisa dilihat pula
pada probalitasnya yaitu sebesar 0.1084. Dapat disimpulkan bahwa
variabel Return on Equity secara individu tidak berpengaruh signifikan
terhadap Debt to Equity Ratio.
Tanda yang positif menunjukkan hubungan yang searah antara
variabel Return on Equity dengan Debt to Equity Ratio, sehingga
peningkatan ROE menyebabkan naiknya jumlah Debt to Equity Ratio.
c. Uji t variabel Bank Size terhadap variabel Debt to Equity Ratio (DER).
Melihat Melihat hasil output pada tabel 4.10, didapat nilai t hitung
pada variabel Bank Size sebesar -10.29686, yang berarti nilai t hitung >
t table 1.97190, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Bias dilihat pula
pada probabilitasnya yaitu sebesar 0.0000. dapat disimpulkan bahwa
variabel Bank Size berepengaruh signifikan terhadap Debt to Equity
Ratio.
Tanda yang negatif menunjukkan hubungan yang berbalik antara
variabel Bank Size dengan Debt to Equity Ratio, sehingga peningkatan
Bank Size menyebabkan menurunnya jumlah Debt to Equity Ratio.
d. Uji t variabel Growth terhadap variabel Debt to Equity Ratio (DER).
Melihat Melihat hasil output pada tabel 4.10, didapat nilai t hitung
pada variabel Growth sebesar 4.78601, yang berarti nilai t hitung > t
table 1.97190, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Bias dilihat pula pada
probabilitasnya yaitu sebesar 0.0000. dapat disimpulkan bahwa
variabel Growth berepengaruh signifikan terhadap Debt to Equity
Ratio.
Tanda yang positif menunjukkan hubungan yang searah antara
variabel Growth dengan Debt to Equity Ratio, sehingga peningkatan
Growth menyebabkan naiknya jumlah Debt to Equity Ratio.
e. Uji t variabel Inflasi terhadap variabel Debt to Equity Ratio (DER).
Melihat hasil output pada tabel 4.10, didapat nilai t hitung pada
variabel Inflasi sebesar -11.07471, yang berarti nilai t hitung -11.07471
> t tabel 1.97190, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan
bahwa variabel Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Debt to Equity
Ratio.
Tanda yang negatif menunjukkan hubungan yang berlawanan arah
antara variabel Inflasi dengan Debt to Equity Ratio, sehingga
peningkatan Inflasi menyebabkan menurunnya jumlah Debt to Equity
Ratio.
f. Uji t variabel Nilai Tukar (Kurs) terhadap variabel Debt to Equity
Ratio (DER).
Melihat hasil output pada tabel 4.10, didapat nilai t hitung pada
variabel Nilai Tukar (Kurs) sebesar 16.84718, yang berarti nilai t
hitung 16.84718 > t tabel 1.97190, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Dapat disimpulkan bahwa variabel Nilai Tukar (Kurs) berpengaruh
signifikan terhadap Debt to Equity Ratio.
Tanda yang positif menunjukkan hubungan yang searah antara
variabel Nilai Tukar (Kurs) dengan Debt to Equity Ratio, sehingga
peningkatan Nilai Tukar (Kurs) menyebabkan naiknya jumlah Debt to
Equity Ratio.
4. Analisis Regresi
Dari hasil output pada tabel 4.10 didapatkan model persamaan
regresi sebagai berikut:
Dari model persamaan regresi diatas, dapat dijabarkan sebagi berikut:
a. Konstanta sebesar -1231.0036 menyatakan bahwa jika FDR, ROE,
Bank Size, Growth, Inflasi dan LnKurs bernilai 0, maka nilai DER
sebesar -1231.0036.
b. Koefisien regresi Financing to Deposit Ratio sebesar 0.219280
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan (%) dari faktor FDR,
maka jumlah DER akan bertambah sebesar 0.219280 dengan asumsi
bahwa variabel independen lain dalam model regresi tetap.
c. Koefisien regresi Return on Equity sebesar 0.0131818 menyatakan
DERit = -1231.0036 + 0.219280*FDR + 0.031819*ROE -
12.12633*BankSize + 0.129231*GR - 1.163678*INF +
46.60753*KURS
bahwa setiap penambahan 1 satuan (%) dari faktor ROE, maka jumlah
DER akan bertambah sebesar 0.0131818 dengan asumsi bahwa
variabel independen lain dalam model regresi tetap.
d. Koefisien regresi Bank Size sebesar -12.12633 menyatakan bahwa
setiap penambahan 1 satuan (%) dari faktor Bank Size, maka jumlah
DER akan berkurang sebesar 12.12633 dengan asumsi bahwa variabel
independen lain dalam model regresi tetap.
e. Koefisien regresi Growth sebesar 0.129231 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan (%) dari faktor Growth maka jumlah DER akan
bertambah sebesar Growth dengan asumsi bahwa variabel independen
lain dalam model regresi tetap.
f. Koefisien regresi Inflasi sebesar -1.163678 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan (%) dari faktor Inflasi, maka jumlah DER akan
berkurang sebesar 1.163678 dengan asumsi bahwa variabel
independen lain dalam model regresi tetap.
g. Koefisien regresi Nilai Tukar (Kurs) sebesar 46.60753 menyatakan
bahwa setiap penambahan 1 satuan (rupiah) dari faktor Nilai Tukar
(Kurs), maka jumlah DER akan bertambah sebesar 46.60753 dengan
asumsi bahwa variabel independen lain dalam model regresi tetap.
F. Interprestasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Dari hasil penelitian menunjukkan Financing to Deposit Ratio
(FDR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Debt to Equity Ratio
(DER). Pada variabel ini didapatkan tanda positif pada koefisien
regresinya. Artinya, jika FDR suatu perusahaan meningkat, maka
besarnya DER akan meningkat. Koefisien regresi FDR sebesar 0.219280
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan dari faktor FDR, maka
jumlah Debt to Equity Ratio akan bertambah sebesar 0.219280 dengan
asumsi bahwa variabel independen lain dari model regresi tetap.
FDR memberikan indikasi tentang jumlah dana yang disalurkan
kepada pihak ketiga. Bank yang memiliki rasio likuiditas yang tinggi
relatif menggunakan utang lebih banyak daripada bank yang memiliki
rasio likuiditas rendah, hal ini karena bank tersebut mempunyai
kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya ketika
kewajiban tersebut jatuh tempo. Hal ini menyatakan adanya hubungan
positif antara posisi likuiditas sebuah perusahaan dengan rasio hutangnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Subhan (2015) yang menemukan bahwa FDR berpengaruh
individual secara signifikan terhadap DER, tetapi berbeda dengan
penelitian Mira (2006), berbeda dengan penelitian Mira dikarenakan Mira
menggunakan variabel DAR sedangkan peneliti DER jadi hasil penelitian
sedikit berbeda.
2. Return on Equity (ROE)
Dari hasil penelitian menunjukkan Return on Equity (ROE) tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Debt to Equity Ratio (DER).
Pada variabel ini didapatkan tanda positif pada koefisien regresinya.
Artinya, jika ROE suatu perusahaan meningkat, maka besarnya DER
akan meningkat. Koefisien regresi ROE sebesar 0.031819 menyatakan
bahwa setiap penambahan 1 satuan dari faktor ROE, maka jumlah Debt to
Equity Ratio akan bertambah sebesar 0.031819 dengan asumsi bahwa
variabel independen lain dari model regresi tetap.
ROE memberikan indikasi tentang baik buruknya manajemen
dalam pengelolaan ekuitasnya untuk menghasilkan laba, sehingga
besarnya ROE dapat dijadikan indikator keberhasilan suatu bank.
Besarnya pengembalian laba atas ekuitas suatu bank memiliki pengaruh
yang positif terhadap penggunaan utang dalam struktur modal. Karena
perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi tentunya akan
menghasilkan internal fund yang lebih besar. Sehingga perusahaan tidak
akan takut berhutang dikarenakan memiliki laba yang tinggi untuk
membayar hutang.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Fenty (2015) dan Aremu (2013) Profitabilitas berpengaruh
negatif dignifikan terhadap DER, berbeda karena sampel perusahaan
yang digunakan mereka menggunakan perusahaan sedangkan peneliti
menggunakan bank syariah dan data, peneliti menggunakan data triwulan
sedangkan peneliti sebelumnya data tahunan, sedangkan penelitian Yosi
Rizal (2015) dan Nurul (2009) profitabilitas berpengaruh terhadap DER..
3. Bank Size
Dari hasil penelitian menunjukkan Bank Size memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Debt to Equity Ratio (DER). Pada variabel ini
didapatkan tanda negatif pada koefisien regresinya. Artinya, jika Bank
Size suatu perusahaan meningkat, maka besarnya DER akan menurun.
Koefisien regresi Bank Size sebesar -12.12633 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan dari faktor Bank Size, maka jumlah Debt to Equity
Ratio akan menurun sebesar 12.12633 dengan asumsi bahwa variabel
independen lain dari model regresi tetap.
Bank Size memberikan indikasi tentang perusahaan yang memiliki
ukuran aset besar akan lebih banyak penggunaan utang dari pihak luar.
Secara umum perusahaan yang besar memiliki akses yang lebih mudah
untuk memperoleh utang dari kreditur. Kemudahan dalam mengakses
utang ini disebabkan perusahaan yang besar memiliki banckrupcty risk
yang lebih kecil jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Sehingga
kreditur lebih memilih memberikan pendanaan kepada perusahaan yang
besar karena krediturnya tidak perlu menghawatirkan risiko gagal bayar
dari debiturnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Mira (2006) dan Fenty (2015) variabel Bank Size berpengaruh
negatif signifikan terhadap DER, berbeda dengan penelitian Fitri (2002),
Aremu (2013) dan Syahfiri (2016) bahwa Bank Size berpengaruh positif
terhadap DER, berbeda karena sampel penelitian yang digunakan, periode
penelitian, dan kondisi mikro dan makro suatu negara juga berbeda.
4. Growth
Dari hasil penelitian menunjukkan Growth memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Debt to Equity Ratio (DER). Pada variabel ini
didapatkan tanda positif pada koefisien regresinya. Artinya, jika Growth
suatu bank meningkat, maka besarnya DER akan meningkat. Koefisien
regresi Growth sebesar 0.129231 menyatakan bahwa setiap penambahan 1
satuan dari faktor Growth, maka jumlah Debt to Equity Ratio akan
meningkat sebesar 0.129231 dengan asumsi bahwa variabel independen
lain dari model regresi tetap.
Growth memberikan indikasi tentang baik buruknya manajemen
dalam pengelolaan pertumbuhan aset untuk menghasilkan laba, sehingga
besarnya Growth dapat dijadikan indikator keberhasilan suatu bank dalam
menaikkan aset banknya. Bank yang tingkat pertumbuhannya tinggi
tentunya memiliki kebutuhan dana yang lebih besar dibandingkan bank
yang pertumbuhannya relatif stabil atau rendah. Sehingga pada saat
sumber dana internal tidak mencukupi maka bank akan memiliki utang
sebagai sumber dana tambahannya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Yosi Rizal (2014) variabel Growth berpengaruh positif signifikan
terhadap DER, sedangkan penelitian Fitri (2002) dan Aremu (2013)
Growth berpengaruh negatif signifikan terhadap DER. Berbeda
dikarenakan sampel penelitian yang digunakan, periode penelitian, serta
kondisi keuangan suatu perusahaan.
5. Inflasi
Dari hasil penelitian menunjukkan Inflasi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Debt to Equity Ratio (DER). Pada variabel ini
didapatkan tanda negatif pada koefisien regresinya. Artinya, jika Inflasi
suatu Negara meningkat, maka besarnya DER akan menurun. Koefisien
regresi Inflasi sebesar -1.163678 menyatakan bahwa setiap penambahan 1
satuan dari faktor Inflasi, maka jumlah Debt to Equity Ratio akan munurun
sebesar 1.163678 dengan asumsi bahwa variabel independen lain dari
model regresi tetap.
Inflasi memberikan indikasi tentang posisi permintaan dan
penawaran akan suatu barang, sehingga besarnya inflasi dapat dijadikan
indicator keberhasilan suatu Negara dalam keadaan makroekonomi
mengenai produksi suatu barang. Inflasi memiliki hubungan terhadap DER
karena kondisi inflasi mempengaruhi sisi permodalan. Semakin tinggi
inflasi, dana yang harus dikeluarkan untuk permodalan juga semakin
besar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Syahfitri (2016) bahwa Inflasi berpengaruh positif terhadap DER.
6. Nilai Tukar (Kurs)
Dari hasil penelitian menunjukkan Nilai Tukar (Kurs) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Debt to Equity Ratio (DER). Pada
variabel ini didapatkan tanda positif pada koefisien regresinya. Artinya,
jika Nilai Tukar (Kurs) suatu Negara meningkat, maka besarnya DER
akan meningkat. Koefisien regresi Nilai Tukar (Kurs) sebesar 46.60753
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan dari faktor Nilai Tukar
(Kurs), maka jumlah Debt to Equity Ratio akan bertambah sebesar
46.60753 dengan asumsi bahwa variabel independen lain dari model
regresi tetap.
Nilai Tukar (kurs) memberikan indikasi tentang nilai tukar rupiah
terhadap nilai mata uang asing, sehingga besarnya selisih Nilai Tukar
(kurs) dapat dijadikan indicator keberhasilan suatu Negara dalam keadaan
perputaran mata uang yang berpengaruh terhadap kondisi makroekonomi.
Nilai tukar sangat berhubungan dengan DER karena nilai tukar suatu
negara berhubungan erat dengan perputaran uang yang harus dikeluarkan
ketika sebuat perusahaan melakukan pinjaman dengan perusahan asing
atau melakukan pinjaman dengan mata uang asing.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Syahfitri (2016) bahwa Kurs berpengaruh positif terhadap DE
114
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh FDR, ROE, Bank
Size, Growth, Inflasi, dan Nilai Tukar (Kurs) pada Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2011-2016. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan
analisis data yang telah dilakukan terhadap 9 sampel BUS dengan
menggunakan model regresi data panel, maka dapat ambil kesimpulan sebagai
berikut:
7. Berdasarkan hasil pengujian statistik R2, nilai koefisien determinasi
adjusted R2
yang didapat pada model regresi adalah sebesar 79%. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen yaitu FDR, ROE,
Bank Size, Growth, Inflasi, dan Nilai Tukar (Kurs) dalam menjelaskan
variabel dependen yaitu DER adalah sebesar 79%, sedangkan sisanya
sebesar 21% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian ini seperti devident payout, tangibility, pajak, dan suku bunga.
1. Berdasarkan hasil pengujian statistik F (secara simultan), variabel
independen (FDR, ROE, Bank Size, Growth, Inflasi, dan Nilai Tukar
(Kurs) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
Debt to Equity Ratio pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-
2016 yang menjadi sampel dalam penelitian.
2. Berdasarkan hasil pengujian statistik t (secara parsial) adalah:
115
a. Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan dan
menghasilkan hubungan yang positif terhadap Debt to Equity Ratio
pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2016.
b. Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan dan
menghasilkan hubungan yang positif terhadap Debt to Equity Ratio
pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2016.
c. Bank Size berpengaruh signifikan dan menghasilkan hubungan yang
negative terhadap Debt to Equity Ratio pada Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2011-2016.
d. Growth berpengaruh signifikan dan menghasilkan hubungan yang
positif terhadap Debt to Equity Ratio pada Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2011-2016.
e. Inflasi berpengaruh signifikan dan menghasilkan hubungan yang
positif terhadap Debt to Equity Ratio pada Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2011-2016.
f. Nilai Tukar (Kurs) berpengaruh signifikan dan menghasilkan
hubungan yang positif terhadap Debt to Equity Ratio pada Bank
Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2016.
3. Dari hasil penelitian didapatkan variabel yang berpengaruh paling besar
terhadap Debt to Equity Ratio adalah Kurs dengan koefisien regresi
sebesar 46.60753, yang menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 satuan
dari faktor Kurs, maka jumlah Debt to Equity Ratio akan bertambah
sebesar 46.60753 dengan asumsi bahwa variabel independen lain dari
116
model regresi tetap.
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, maka implikasi yang dapat diberikan
melalui hasil penelitian ini baik kepada akademisi, investor, manajemen bank
maupun OJK adalah sebagai berikut:
1. Akademisi
Penelitian ini saya harapkan dapat menjadi sumbangsih
pengetahuan mengenai kondisi Perbankan Syariah di Indonesia di tengah
menjamurnya Perbankan Konvensional dan mengenai kondisi struktur
modalnya.
2. Investor
Menjadi bahan pertimbangan dalam memilih menyimpan dananya di
Perbankan Syariah yang bersangkutan berdasarkan kondisi Laporan
Keuangannya dan struktur permodalannya.
3. Manajemen Bank
Menjadi bahan evaluasi terkait pemilihan sumber dana baik internal
maupun ekstenal dalam permodalan yang akan diambil supaya lebih
bijaksana dalam memilih sumber dana yang paling minimal risikonya.
4. Otoritas Jasa Keuangan
Sebagai tambahan informasi mengenai struktur permodalan
Perbankan Syariah di Indonesia, bisa dijadikan membuat aturan terbaru
117
mengenai aturan minimum permodalan untuk Bank Daerah maupun Unit
Usaha Syariah yang akan berkonversi menjadi Bank Umum Syariah.
C. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ini hanya menggunakan data laporan triwulan 9 BUS yang ada
di Indonesia, tidak memasukan data Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia.
2. Periode penelitian hanya dalam kurun waktu 5 tahun dan menggunakan
data triwulan, peneliti lain bisa meneliti dengan data bulanan maupun
tahunan.
3. Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder, tidak menggunakan data
primer seperti wawancara dikarenakan terbatasnya waktu penelitian.
D. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan menambahkan data primer seperti
wawancara pada bagian treasury bank syariah ataupun OJK supaya
penelitiannya lebih mendalam dan hasilnya lebih baik.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan menambahkan sampel BPRS dan
UUS sehingga hasil penelitiannya lebih mencerminkan kondisi perbankan
syariah dari semua kategori bank syariah yang beroperasi di Indonesia.
118
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya memakai metode analisis data yang
berbeda sebagai pembeda atau menggunakan dua analisis data berbeda
dalam penelitiannya, sehingga bisa tahu mana metode analisis data yang
paling relevan.
119
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdullah, M. Faisal. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jawa Timur:
Universitas Muhamadiyah Malang, 2001.
Ajija, Shochrul R. Dkk. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba
Empat, 2011.
A. McEachern, William. Ekonomi Makro: Pendekatan Kontemporer. Jakarta:
Salemba Empat, 2000.
Atmaja, Lukas Setia. Teori dan Praktek Manajemen Keuangan. Yogyakarta:
ANDI Offset, 2008.
Basuki, Agus Tri dan Nano Prawoto. Analisis Regresi dalam Penelitian Ekonomi
& Bisnis: Dilengkapi Aplikasi SPSS & Eviews. Jakarta: Rajawali Pers,
2016.
Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Edisi Kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana,
Prenada Media Group, 2005.
Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2009.
120
Dornbusch and Fischer. Makroekonomi: Uang, Harga-harga dan Nilai Kurs. Alih
Bahasa: Julius A. Mulyadi. Jakarta: Erlangga, 1987.
Eiteman, David K. Manajemen Keuangan Multinasional, Edisi Kesembilan.
Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia, 2003.
Fahmi, Irham. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Tanya Jawab.
Bandung: Alfabeta, 2013.
Husnan, Suad. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka
Panjang), Buku 1. Yogyakarta: BPFE, 2000.
Ihsan, Dwi Nur’aini. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Banten:
UIN Jakarta Press, 2013.
Indiantoro, Nur dan Bambang Supomo. Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi & Manajemen. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2002.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Edisi
Kelima. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang,
2011.
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Edisi I. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Kasmir, Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014.
Kuncoro, Mudrajad. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga, 2009.
Najmudin. Manajemen Keuangan dan Akuntanasi Syar’iyyah Modern. Edisi 1.
Yogyakarta: ANDI Offset, 2011.
121
Prawirosentono, Suyadi. Pengantar Bisnis Modern: Studi Kasus Indonesia dan
Analisis Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
Riyanto, Bambang. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta, 1995.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Jakarta:
Penerbit Mitra Wacana Media, 2010.
Sudarmanto, R. Gunawan. Statistik Terapan Berbasis Komputer dengan Program
IBM SPSS Statistik 19. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas, 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta,
2010.
Suliyanto. Ekonometrika Terapan Teori dan Apliaksi dengan SPSS. Yogyakarta:
ANDI Offset, 2011.
Sumodiningrat, Gunawan. Ekonometrika Pengantar. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta, 2002.
Supardi. Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Jakarta: Change Publication, 2013.
Supranto, J. Statistik untuk Pemimpin Berwawasan Global. Edisi Kedua. Jakarta:
Salemba Empat, 2007.
122
Widarjono, Agus. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan
Eviews, Edisi Keempat. Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN,
2013.
Widarjono, Agus. Statistika Terapan Dengan Excel & SPSS. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN, 2015.
Wijaya, Tony. Metodelogi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013.
Winarso, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
Edisi Ketiga. Yogyakarta: STIM YKPN, 2011.
Sambutan Direktur Bank Mandiri (persero) ECW Neole.
Jurnal/Tesis/Skripsi:
Adyanto, Yosi Rizal. “Analisis Struktur Modal pada Perusahaan di Bursa Efek
Indonesia yang Terindikasi Mengalami Technically Bankruptcy”. Tesis
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, 2014.
Aji, Subhan Wisnu. “Analisis Pengujian Pecking Order Theory Melalui
Keterkaitan Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal Terhadap Financial
Leverage”. Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Ayana, Aremu Mukaila, dkk. “Determinants of Capital Structure in Nigerian
Banking Sector”. International Journal of Academic Reseacrh in
Economic and Management Sciences. July 2013, Vol. 2, No. 4, ISSN:
2226-3624.
123
Dewi, Mira Puspita. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
pada Industri Jasa Perbankan”. Tesis Program Studi Manajemen Pasca
Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006.
Dita Fitria, dkk. “Penggunaan Error Corection Model Engle-Granger dan
Domowitz El-Badawi pada Data analisis Deret Waktu Non Stasioner
(Migas, PDB, ORI, IHSG”, Jurusan Matematika Universitas Brawijaya.
Fatimah, Siti. “Pengaruh Rentabilitas, Efisiensi dan Likuiditas Terhadap
Kecukupan Modal Bank Umum Syariah”. Jurnal Al Iqtishad: Fakultas
Syariah dan Hukum, ISSN: 2087-135X VOL. VI.1, Januari 2014.
Fauziyah, Fenty dan Rusdiah Iskandar. “Determinants of Capital Structure in
Indonesian Banking Sector”. International Journal of Business and
Management Invention, ISSN (Online): 2319-8028.
Hamid, Abdul. “Analisis Variabel Pembangunan Ekonomi Dan Sosial Daerah
Provinsi Sumatera Selatan Periode 1980-2013 Sebuah Kajian Dengan
Pendekatan ECM dan VECM.” Jurnal Bisnis dan Manajemen FEB UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Vol.4, No.1, h. 9.
Lailiyah, Nur. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada
Bank Devisa Go Public di Indonesia (Periode 2002-2008)”. Skripsi
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2009.
Lutfah, Nurul. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada
Bank Devisa Go Public di Indonesia (Periode 2002-2008)”. Skripsi
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2009.
124
Ristiani, Melinda. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2013)”. Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2013.
Santi, Fitri. “Studi Empiris Mengenai Determinan Struktur Modal Perusahaan di
Indonesia: Analisis Panel Data”. Tesis Program Studi Ilmu Manajemen
Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2002.
Welkom, Syahfitri Suryaningsih, dkk. “Firm Chareteristics, Financial Market
and macroeconomic Determinants Of Capital Structure: Indonesian
Evidence”. Internatinal Jurnal of Development Research Vol. 06, Issue.
08, pp. 8985-8993, August, 2016. ISSN: 2230-9926.
Website:
http://www.bankmuamalat.co.id.
http://www.bcasyariah.co.id.
http://www.bi.go.id.
http://www.bnisyariah.co.id.
http://www.brisyariah.co.id.
http://www.bjbsyariah.co.id.
http://www.megasyariah.co.id
http://www.paninbanksyariah.co.id.
http://pusatdata.kontan.co.id/makroekonomi/kurs_bi.
http://www.ojk.go.id.
http://www.syariahbukopin.co.id.
http://www.syariahmandiri.com.
125
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data mentah per-variabel penelitian
No Company Year FDR ROE
Bank
Size Growth Inflasi
Ln
Kurs DER
1 BMI TR I 2011 95.82 21.93 16.89 0.58 6.65 9,07 1.97
2 BMI TR II 2011 95.71 21.79 16.98 9.69 5.54 9,06 1.88
3 BMI TR III 2011 92.45 20.02 17.06 8.20 4.61 9,09 1.86
4 BMI TR IV 2011 85.18 20.79 17.30 26.89 3.79 9,11 2.24
5 BMI TR I 2012 97.08 26.03 17.24 -5.06 3.97 9,12 2.14
6 BMI TR II 2012 99.85 27.72 17.30 6.01 4.53 9,16 2.29
7 BMI TR III 2012 99.96 28.57 17.39 9.21 4.31 9,17 2.76
8 BMI TR IV 2012 94.15 29.16 17.62 25.64 4.30 9,18 3.63
9 BMI TR I 2013 102.02 41.77 17.65 3.60 5.90 9,18 3.27
10 BMI TR II 2013 106.50 42.32 17.69 3.20 5.90 9,20 3.48
11 BMI TR III 2013 103.40 41.69 17.74 5.83 8.40 9,36 3.41
12 BMI TR IV 2013 91.53 32.87 17.82 7.76 8.38 9,41 2.72
13 BMI TR I 2014 105.40 9.78 17.82 0.18 7.32 9,34 3.74
14 BMI TR II 2014 96.78 15.96 17.88 6.75 6.70 9,39 2.29
15 BMI TR III 2014 98.81 1.56 17.90 1.44 4.53 9,41 2.30
16 BMI TR IV 2014 84.14 2.20 17.95 5.19 8.36 9,43 2.39
17 BMI TR I 2015 95.11 9.78 17.84 -10.18 6.38 9,48 2.51
18 BMI TR II 2015 99.05 7.94 17.84 -0.36 7.26 9,50 12.50
19 BMI TR III 2015 96.09 5.66 17.85 1.15 6.83 9,59 12.66
20 BMI TR IV 2015 90.30 2.78 17.87 2.36 3.35 9,53 13.33
21 BMI TR I 2016 97.30 3.76 17.81 -5.88 4.45 9,49 14.02
22 BMI TR II 2016 99.11 2.28 17.78 -3.20 3.45 9,49 13.71
23 BMI TR III 2016 96.47 1.89 17.81 2.68 3.07 9,47 14.03
24 BSM TR I 2011 84.06 74.43 17.41 11.66 6.65 9,07 2.80
25 BSM TR II 2011 88.52 68.22 17.46 5.47 5.54 9,06 2.47
26 BSM TR III 2011 89.86 67.03 17.59 13.75 4.61 9,09 2.87
27 BSM TR IV 2011 86.03 24.24 17.70 11.86 3.79 9,11 2.79
28 BSM TR I 2012 87.25 66.56 17.72 1.94 3.97 9,12 2.87
29 BSM TR II 2012 92.21 68.52 17.72 0.18 4.53 9,16 2.40
30 BSM TR III 2012 93.90 68.43 17.75 3.02 4.31 9,17 2.69
31 BSM TR IV 2012 94.40 68.09 17.81 5.91 4.3 9,18 2.01
32 BSM TR I 2013 95.61 70.11 17.94 13.98 5.9 9,18 2.13
33 BSM TR II 2013 94.22 50.30 17.88 -5.38 5.9 9,20 2.37
34 BSM TR III 2013 91.29 43.49 17.94 5.69 8.4 9,36 2.30
126
35 BSM TR IV 2013 89.37 44.58 17.97 3.49 8.38 9,41 2.56
36 BSM TR I 2014 90.34 53.86 17.96 -1.49 7.32 9,34 1.90
37 BSM TR II 2014 89.91 20.17 17.96 -0.35 6.7 9,39 1.92
38 BSM TR III 2014 85.68 24.64 18.00 4.11 4.53 9,41 1.92
39 BSM TR IV 2014 82.13 4.82 18.02 2.41 8.36 9,43 1.95
40 BSM TR I 2015 81.67 25.61 18.02 0.31 6.38 9,48 2.18
41 BSM TR II 2015 85.01 5.48 18.02 -0.29 7.26 9,50 12.20
42 BSM TR III 2015 84.49 4.10 18.02 0.25 6.83 9,59 12.19
43 BSM TR IV 2015 81.99 5.92 18.07 4.84 3.35 9,53 11.54
44 BSM TR I 2016 80.16 5.61 18.09 1.68 4.45 9,49 11.57
45 BSM TR II 2016 82.31 6.14 18.09 0.66 3.45 9,49 11.46
46 BSM TR III 2016 80.40 5.98 18.12 3.08 3.07 9,47 11.67
47 BNIS TR I 2011 76.53 16.2 15.66 -25.27 6.65 9,07 0.79
48 BNIS TR II 2011 84.46 10.49 15.71 4.64 5.54 9,06 1.17
49 BNIS TR III 2011 86.13 11.65 15.81 11.14 4.61 9,09 1.12
50 BNIS TR IV 2011 78.60 3.65 15.67 -13.10 3.79 9,11 1.62
51 BNIS TR I 2012 78.78 4.23 16.04 44.23 3.97 9,12 2.28
52 BNIS TR II 2012 80.94 4.20 16.00 -3.89 4.53 9,16 1.76
53 BNIS TR III 2012 85.36 8.64 16.05 5.75 4.31 9,17 1.76
54 BNIS TR IV 2012 84.99 10.18 16.18 13.55 4.3 9,18 1.99
55 BNIS TR I 2013 80.11 13.98 16.34 17.69 5.9 9,18 2.01
56 BNIS TR II 2013 92.13 10.87 16.38 3.77 5.9 9,20 2.71
57 BNIS TR III 2013 96.37 11.54 16.46 8.13 8.4 9,36 3.01
58 BNIS TR IV 2013 97.86 11.73 16.50 4.63 8.38 9,41 3.22
59 BNIS TR I 2014 96.67 13.79 16.56 6.14 7.32 9,34 2.90
60 BNIS TR II 2014 98.96 13.28 16.67 11.14 6.7 9,39 3.53
61 BNIS TR III 2014 94.29 13.12 16.73 6.53 4.53 9,41 2.29
62 BNIS TR IV 2014 92.58 13.98 16.79 5.46 8.36 9,43 1.98
63 BNIS TR I 2015 90.10 9.29 16.84 5.20 6.38 9,48 9.27
64 BNIS TR II 2015 96.65 10.10 16.85 1.70 7.26 9,50 9.17
65 BNIS TR III 2015 89.65 10.48 16.94 9.11 6.83 9,59 9.80
66 BNIS TR IV 2015 91.94 11.39 16.95 1.16 3.35 9,53 9.39
67 BNIS TR I 2016 86.26 13.54 17.02 7.21 4.45 9,49 9.77
68 BNIS TR II 2016 86.92 12.88 17.06 4.05 3.45 9,49 9.87
69 BNIS TR III 2016 85.79 12.5 17.10 4.46 3.07 9,47 10.04
70 BMS TR I 2011 79.20 16.43 15.27 -7.39 6.65 9,07 3.09
71 BMS TR II 2011 81.48 18.56 15.32 4.48 5.54 9,06 3.69
72 BMS TR III 2011 83.00 16.74 15.38 6.68 4.61 9,09 3.77
73 BMS TR IV 2011 83.08 16.89 15.53 16.25 3.79 9,11 4.18
74 BMS TR I 2012 79.20 47.56 15.59 5.55 3.97 9,12 4.49
75 BMS TR II 2012 92.09 56.14 15.61 1.92 4.53 9,16 3.91
127
76 BMS TR III 2012 88.03 58.76 15.80 22.00 4.31 9,17 3.14
77 BMS TR IV 2012 88.88 57.98 15.92 11.77 4.3 9,18 3.08
78 BMS TR I 2013 98.37 52.06 15.94 2.35 5.9 9,18 2.27
79 BMS TR II 2013 104.19 35.62 15.97 3.04 5.9 9,20 2.88
80 BMS TR III 2013 102.89 29.47 15.97 0.49 8.4 9,36 2.64
81 BMS TR IV 2013 93.37 26.23 16.03 5.41 8.38 9,41 2.47
82 BMS TR I 2014 95.53 11.99 15.95 -7.08 7.32 9,34 2.37
83 BMS TR II 2014 95.68 9.98 15.95 -0.28 6.7 9,39 2.26
84 BMS TR III 2014 90.50 2.21 15.91 -4.19 4.53 9,41 2.31
85 BMS TR IV 2014 93.61 2.50 15.77 -13.02 8.36 9,43 1.71
86 BMS TR I 2015 95.21 -9.96 15.63 -12.86 6.38 9,48 6.99
87 BMS TR II 2015 94.92 -5.77 15.50 -12.29 7.26 9,50 6.03
88 BMS TR III 2015 98.86 -2.59 15.44 -6.17 6.83 9,59 5.54
89 BMS TR IV 2015 98.49 1.61 15.53 10.08 3.35 9,53 6.00
90 BMS TR I 2016 95.85 23.23 15.53 0.03 4.45 9,49 4.91
91 BMS TR II 2016 95.97 15.05 15.52 -1.50 3.45 9,49 4.69
92 BMS TR III 2016 98.13 12.05 15.57 5.20 3.07 9,47 4.56
93 BRIS TR I 2011 97.44 1.23 15.79 5.55 6.65 9,07 1.47
94 BRIS TR II 2011 93.34 1.52 15.86 6.49 5.54 9,06 1.51
95 BRIS TR III 2011 95.58 3.18 16.07 23.69 4.61 9,09 1.69
96 BRIS TR IV 2011 90.55 1.19 16.23 17.51 3.79 9,11 2.31
97 BRIS TR I 2012 101.76 1.41 16.17 -6.05 3.97 9,12 2.46
98 BRIS TR II 2012 99.99 11.4 16.32 15.93 4.53 9,16 2.82
99 BRIS TR III 2012 103.07 10.41 16.46 15.49 4.31 9,17 2.86
100 BRIS TR IV 2012 102.70 10.2 16.67 23.51 4.3 9,18 3.21
101 BRIS TR I 2013 103.67 14.81 16.61 -5.66 5.9 9,18 2.92
102 BRIS TR II 2013 100.90 18.63 16.53 -8.00 5.9 9,20 2.09
103 BRIS TR III 2013 105.61 13.16 16.64 11.05 8.4 9,36 2.22
104 BRIS TR IV 2013 102.70 10.2 16.67 3.74 8.38 9,41 2.65
105 BRIS TR I 2014 102.13 4.07 16.68 1.13 7.32 9,34 2.92
106 BRIS TR II 2014 95.14 0.24 16.72 4.09 6.7 9,39 2.95
107 BRIS TR III 2014 94.85 0.49 16.74 1.30 4.53 9,41 2.48
108 BRIS TR IV 2014 93.90 0.44 16.83 9.64 8.36 9,43 3.29
109 BRIS TR I 2015 88.24 6.07 16.84 1.11 6.38 9,48 3.25
110 BRIS TR II 2015 92.05 0.78 16.89 5.15 7.26 9,50 11.17
111 BRIS TR III 2015 86.61 6.72 16.94 5.49 6.83 9,59 8.88
112 BRIS TR IV 2015 84.16 8.20 17.00 6.20 3.35 9,53 9.36
113 BRIS TR I 2016 82.73 7.51 17.00 0.16 4.45 9,49 9.17
114 BRIS TR II 2016 87.92 7.89 17.03 2.82 3.45 9,49 9.27
115 BRIS TR III 2016 83.98 7.51 17.06 2.46 3.07 9,47 9.36
116 BCAS TR I 2011 76.83 1.88 13.78 10.59 6.65 9,07 0.40
128
117 BCAS TR II 2011 77.69 2.43 13.80 1.83 5.54 9,06 0.56
118 BCAS TR III 2011 79.92 2.48 13.87 6.82 4.61 9,09 0.66
119 BCAS TR IV 2011 78.84 2.29 14.01 15.69 3.79 9,11 0.61
120 BCAS TR I 2012 76.83 1.88 13.78 -20.53 3.97 9,12 0.57
121 BCAS TR II 2012 77.41 2.65 14.04 29.11 4.53 9,16 0.65
122 BCAS TR III 2012 91.67 2.33 14.06 1.81 4.31 9,17 0.69
123 BCAS TR IV 2012 79.91 2.82 14.29 26.02 4.3 9,18 0.88
124 BCAS TR I 2013 86.35 2.53 14.25 -4.04 5.9 9,18 0.79
125 BCAS TR II 2013 85.86 3.74 14.30 5.12 5.9 9,20 0.81
126 BCAS TR III 2013 88.98 3.95 14.38 8.41 8.4 9,36 0.88
127 BCAS TR IV 2013 83.48 4.29 14.53 16.52 8.38 9,41 0.88
128 BCAS TR I 2014 89.53 4.27 14.52 -0.74 7.32 9,34 0.90
129 BCAS TR II 2014 85.31 3.49 14.62 9.77 6.7 9,39 1.15
130 BCAS TR III 2014 93.02 2.71 14.74 13.83 4.53 9,41 0.61
131 BCAS TR IV 2014 91.17 2.90 14.91 18.26 8.36 9,43 0.52
132 BCAS TR I 2015 100.11 2.58 14.93 1.60 6.38 9,48 0.29
133 BCAS TR II 2015 94.13 4.05 15.04 11.45 7.26 9,50 0.43
134 BCAS TR III 2015 102.09 3.19 15.12 8.83 6.83 9,59 2.54
135 BCAS TR IV 2015 91.40 3.20 15.29 17.87 3.35 9,53 3.13
136 BCAS TR I 2016 92.76 2.43 15.30 1.31 4.45 9,49 1.32
137 BCAS TR II 2016 99.60 2.89 15.28 -1.43 3.45 9,49 3.06
138 BCAS TR III 2016 97.60 3.20 15.35 6.77 3.07 9,47 3.30
139 BSB TR I 2011 95.18 7.99 14.62 -4.75 6.65 9,07 4.27
140 BSB TR II 2011 93.45 5.94 14.70 6.76 5.54 9,06 2.17
141 BSB TR III 2011 81.12 4.59 14.82 8.17 4.61 9,09 1.80
142 BSB TR IV 2011 83.66 6.19 14.82 13.12 3.79 9,11 1.93
143 BSB TR I 2012 90.34 4.47 14.80 -1.64 3.97 9,12 2.13
144 BSB TR II 2012 93.58 4.56 14.97 17.71 4.53 9,16 3.01
145 BSB TR III 2012 99.33 5.8 15.07 10.38 4.31 9,17 3.70
146 BSB TR IV 2012 92.29 7.32 15.10 3.65 4.3 9,18 3.32
147 BSB TR I 2013 87.80 11.37 15.11 0.87 5.9 9,18 2.36
148 BSB TR II 2013 92.43 11.41 15.18 7.22 5.9 9,20 2.77
149 BSB TR III 2013 95.15 8.83 15.23 5.45 8.4 9,36 2.96
150 BSB TR IV 2013 100.29 7.63 15.28 5.30 8.38 9,41 4.11
151 BSB TR I 2014 97.14 2.58 15.33 4.21 7.32 9,34 4.09
152 BSB TR II 2014 102.84 3.33 15.35 2.64 6.7 9,39 4.64
153 BSB TR III 2014 103.66 2.55 15.38 3.12 4.53 9,41 2.52
154 BSB TR IV 2014 92.89 2.44 15.46 7.75 8.36 9,43 2.27
155 BSB TR I 2015 95.12 2.75 15.45 -1.14 6.38 9,48 9.09
156 BSB TR II 2015 93.82 3.84 15.47 2.22 7.26 9,50 9.16
157 BSB TR III 2015 91.82 5.11 15.49 1.87 6.83 9,59 7.49
129
158 BSB TR IV 2015 90.56 5.35 15.58 9.67 3.35 9,53 8.20
159 BSB TR I 2016 92.14 9.37 15.63 5.44 4.45 9,49 8.49
160 BSB TR II 2016 92.25 8.34 15.69 5.60 3.45 9,49 8.85
161 BSB TR III 2016 92.14 9.37 15.63 -5.30 3.07 9,47 8.49
162 BPDS TR I 2011 78.64 -4.68 13.16 13.09 6.65 9,07 0.14
163 BPDS TR II 2011 97.85 -2.91 13.67 66.26 5.54 9,06 0.10
164 BPDS TR III 2011 205.31 1.16 13.62 -4.87 4.61 9,09 0.32
165 BPDS TR IV 2011 162.97 2.80 13.83 23.94 3.79 9,11 0.36
166 BPDS TR I 2012 140.35 3.73 13.85 1.59 3.97 9,12 0.18
167 BPDS TR II 2012 127.88 5.35 14.06 23.15 4.53 9,16 0.29
168 BPDS TR III 2012 149.82 6.05 14.36 35.70 4.31 9,17 0.82
169 BPDS TR IV 2012 123.88 7.75 14.57 23.76 4.3 9,18 2.17
170 BPDS TR I 2013 120.91 9.97 14.64 6.84 5.9 9,18 0.87
171 BPDS TR II 2013 123.60 8.92 14.77 14.18 5.9 9,20 1.54
172 BPDS TR III 2013 112.46 8.94 14.98 23.11 8.4 9,36 1.77
173 BPDS TR IV 2013 90.40 4.44 15.21 26.30 8.38 9,41 1.26
174 BPDS TR I 2014 112.84 5.27 15.27 6.16 7.32 9,34 1.27
175 BPDS TR II 2014 140.48 5.75 15.36 9.05 6.7 9,39 1.21
176 BPDS TR III 2014 111.79 6.68 15.48 12.12 4.53 9,41 1.05
177 BPDS TR IV 2014 94.04 7.66 15.64 18.00 8.36 9,43 0.83
178 BPDS TR I 2015 93.27 7.59 15.68 3.78 6.38 9,48 0.83
179 BPDS TR II 2015 97.58 5.44 15.72 4.17 7.26 9,50 5.06
180 BPDS TR III 2015 96.10 5.16 15.77 5.28 6.83 9,59 5.19
181 BPDS TR IV 2015 96.43 4.94 15.78 0.97 3.35 9,53 5.17
182 BPDS TR I 2016 94.03 0.97 15.76 -1.58 4.45 9,49 5.06
183 BPDS TR II 2016 89.60 1.77 15.87 10.67 3.45 9,49 5.66
184 BPDS TR III 2016 89.14 2.08 15.91 4.99 3.07 9,47 5.93
185 BJBS TR I 2011 83.69 3.89 14.86 47.60 6.65 9,07 0.50
186 BJBS TR II 2011 86.12 2.94 14.51 -29.88 5.54 9,06 0.38
187 BJBS TR III 2011 96.34 1.72 14.66 16.71 4.61 9,09 0.44
188 BJBS TR IV 2011 79.61 3.65 15.39 107.95 3.79 9,11 0.66
189 BJBS TR I 2012 90.92 10.03 14.80 -44.72 3.97 9,12 0.58
190 BJBS TR II 2012 96.82 4.89 14.89 8.99 4.53 9,16 0.56
191 BJBS TR III 2012 103.48 2.66 14.98 9.65 4.31 9,17 0.56
192 BJBS TR IV 2012 87.99 -3.26 15.26 32.32 4.3 9,18 0.91
193 BJBS TR I 2013 85.69 10.03 15.32 6.24 5.9 9,18 0.77
194 BJBS TR II 2013 94.84 0.21 15.33 1.07 5.9 9,20 1.01
195 BJBS TR III 2013 104.28 4.72 15.34 0.88 8.4 9,36 0.96
196 BJBS TR IV 2013 97.40 4.65 15.36 2.25 8.38 9,41 1.13
197 BJBS TR I 2014 87.55 -13.84 15.44 8.62 7.32 9,34 0.82
198 BJBS TR II 2014 94.84 0.21 15.43 -0.97 6.7 9,39 0.96
130
199 BJBS TR III 2014 102.11 2.46 15.46 2.34 4.53 9,41 1.08
200 BJBS TR IV 2014 84.02 3.73 15.62 17.86 8.36 9,43 0.91
201 BJBS TR I 2015 88.50 0.48 15.61 -1.56 6.38 9,48 0.54
202 BJBS TR II 2015 95.70 0.46 15.65 4.52 7.26 9,50 8.88
203 BJBS TR III 2015 103.48 -6.15 15.62 -2.58 6.83 9,59 5.05
204 BJBS TR IV 2015 104.75 0.92 15.68 5.48 3.35 9,53 5.17
205 BJBS TR I 2016 92.53 3.84 15.72 4.75 4.45 9,49 5.41
206 BJBS TR II 2016 93.67 -11.27 15.61 -10.54 3.45 9,49 6.10
207 BJBS TR III 2016 107.42 -36.13 15.75 14.91 3.07 9,47 5.58
131
Lampiran 2: Uji Stasioner Data per-Variabel Penelitian
1. Variabel FDR
2. Variabel ROE
Null Hypothesis: ROE has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=14)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.648476 0.0056
Test critical values: 1% level -3.462095
5% level -2.875398
10% level -2.574234
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
3. Variabel Bank Size
Tahap Level:
Null Hypothesis: BANK_SIZE has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=14)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.397548 0.1437
Test critical values: 1% level -3.462095
5% level -2.875398
10% level -2.574234
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: FDR has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 4 (Automatic - based on SIC, maxlag=14)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.853624 0.0029
Test critical values: 1% level -3.462737
5% level -2.875680
10% level -2.574385
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
132
Tahap First Difference:
Null Hypothesis: D(BANK_SIZE) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=14)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -14.83262 0.0000
Test critical values: 1% level -3.462253
5% level -2.875468
10% level -2.574271
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
4. Variabel Growth
Null Hypothesis: GROWTH has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 4 (Automatic - based on SIC, maxlag=14)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.888129 0.0026
Test critical values: 1% level -3.462737
5% level -2.875680
10% level -2.574385
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
5. Variabel Inflasi
Null Hypothesis: INFLASI has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 13 (Automatic - based on SIC, maxlag=14)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -10.30265 0.0000
Test critical values: 1% level -3.464280
5% level -2.876356
10% level -2.574746
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
6. Variabel Nilai Tukar (LN Kurs)
Null Hypothesis: LN_KURS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 14 (Automatic - based on SIC, maxlag=14)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.125121 0.0000
133
Test critical values: 1% level -3.464460
5% level -2.876435
10% level -2.574788
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
7. Variabel DER
Null Hypothesis: DER has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=14)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.840192 0.0000
Test critical values: 1% level -3.462095
5% level -2.875398
10% level -2.574234
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
134
Lampiran 3: Statistik Deskriptif
BANKSI
ZE
DER FDR GROWTH INF KURS ROE
Mean 17.61000 5.440370 96.61783 4.421448 5.564348 9.314534 18.18478
Median 17.78005 2.762230 96.78000 3.201320 5.540000 9.359880 20.02000
Maximum 17.94929 14.03276 106.5000 26.89002 8.400000 9.592673 42.32000
Minimum 16.88671 1.862881 84.14000 -10.17595 3.070000 9.059169 1.560000
Std. Dev. 0.318901 4.764713 5.406453 8.343616 1.665005 0.169819 13.59223
Skewness -0.992899 1.062503 -0.468712 1.164530 0.272510 -0.093564 0.336992
Kurtosis 2.595492 2.208767 3.224270 4.788469 1.835098 1.494898 1.878558
Jarque-Bera 35.42302 44.34716 8.013155 74.37462 14.26613 19.84050 14.76503
Probability 0.000000 0.000000 0.018196 0.000000 0.000798 0.000049 0.000622
Sum 3645.270 1126.157 19999.89 915.2397 1151.820 1928.108 3764.250
Sum Sq. Dev. 20.94981 4676.714 6021.326 14340.88 571.0821 5.940743 38058.25
Observations 207 207 207 207 207 207 207
135
Lampiran 4: Estimasi Pemilihan Model Data Panel
1. Common Effect (Pooled Least Square)
Dependent Variable: DER
Method: Panel Least Squares
Date: 06/07/17 Time: 13:04
Sample: 2011Q1 2016Q3
Periods included: 23
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 207
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -231.0036 12.86449 -17.95668 0.0000
BANKSIZE -12.12633 1.177673 -10.29686 0.0000
FDR 0.219280 0.038436 5.705068 0.0000
GROWTH 0.129231 0.027010 4.784601 0.0000
INF -1.163678 0.105075 -11.07471 0.0000
KURS 46.60753 2.766488 16.84718 0.0000
ROE 0.031819 0.019729 1.612773 0.1084
R-squared 0.800995 Mean dependent var 5.440370
Adjusted R-squared 0.795024 S.D. dependent var 4.764713
S.E. of regression 0.157187 Akaike info criterion 4.408719
Sum squared resid 930.6914 Schwarz criterion 4.521420
Log likelihood -449.3024 Hannan-Quinn criter. 4.454294
F-statistic 134.1663 Durbin-Watson stat 2.342839
Prob(F-statistic) 0.000000
2. Fixed Effect
Dependent Variable: DER
Method: Panel Least Squares
Date: 06/07/17 Time: 13:07
Sample: 2011Q1 2016Q3
Periods included: 23
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 207
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -231.0036 13.12977 -17.59388 0.0000
BANKSIZE -12.12633 1.201957 -10.08882 0.0000
FDR 0.219280 0.039229 5.589802 0.0000
GROWTH 0.129231 0.027567 4.687933 0.0000
INF -1.163678 0.107242 -10.85095 0.0000
KURS 46.60753 2.823535 16.50680 0.0000
ROE 0.031819 0.020136 1.580189 0.1157
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.800995 Mean dependent var 5.440370
136
Adjusted R-squared 0.786484 S.D. dependent var 4.764713
S.E. of regression 0.201670 Akaike info criterion 4.486014
Sum squared resid 930.6914 Schwarz criterion 4.727515
Log likelihood -449.3024 Hannan-Quinn criter. 4.583675
F-statistic 55.19984 Durbin-Watson stat 2.342839
Prob(F-statistic) 0.000000
3. Random Effect
Dependent Variable: DER
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 06/07/17 Time: 13:08
Sample: 2011Q1 2016Q3
Periods included: 23
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 207
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -231.0036 13.12977 -17.59388 0.0000
BANKSIZE -12.12633 1.201957 -10.08882 0.0000
FDR 0.219280 0.039229 5.589802 0.0000
GROWTH 0.129231 0.027567 4.687933 0.0000
INF -1.163678 0.107242 -10.85095 0.0000
KURS 46.60753 2.823535 16.50680 0.0000
ROE 0.031819 0.020136 1.580189 0.1156
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.000000 0.0000
Idiosyncratic random 2.201670 1.0000
Weighted Statistics
R-squared 0.800995 Mean dependent var 5.440370
Adjusted R-squared 0.795024 S.D. dependent var 4.764713
S.E. of regression 0.157187 Sum squared resid 930.6914
F-statistic 134.1663 Durbin-Watson stat 2.342839
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.800995 Mean dependent var 5.440370
Sum squared resid 930.6914 Durbin-Watson stat 2.342839
137
Lampiran 5: Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 0.000000 (8,192) 1.0000
Cross-section Chi-square 0.000000 8 1.0000
Lampiran 6: Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 6 1.0000
138
Lampiran 7: Surat OJK
139
Lampiran 8: Surat Penunjukkan Pembimbing Skripsi
140
Lampiran 9: Surat Permohonan Ganti Judul Skripsi