an produk unggulan emping melinjo

50
PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN EMPING MELINJO PENDAHULUAN Tanaman melinjo dapat tumbuh pada ketinggian tempat 0-1.200 m dpl. Dengan demikian, tanaman melinjo dapat tumbuh di pegunungan berhawa lembab, bisa juga didataran rendah yang relatif kering. Namun agar dapat berproduksi secara maksimal, melinjo sebaiknya ditanam di dataran rendah yang ketinggiannya tidak lebih dari 400 m dpl dan dengan curah hujan sekitar 3.000-5.000 mm/tahun merata sepanjang tahun. Tanaman melinjo sudah dapat dipanen setelah berumur 5-6 tahun. Panen dilakukan dua kali setahun. Panen besar sekitar bulan Mei-Juli, sedangkan panen kecil sekitar bulan Oktober-Desember. Sedangkan pemungutan bunga dan daun muda dapat dilakukan kapan saja. Hasil melinjo per pohon untuk tanaman melinjo yang sudah dewasa bervariasi antara 15.000-20.000 biji. Menurut petani, tanaman melinjo umur 15 tahun hasil produksi buahnya mencapai 50 kg klatak (buah yang telah dikupas kulitnya) sekali panen, berarti produksi yang diperoleh klatak 100 kg/pohon/tahun. Berbagai bagian dari pohon melinjo dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Diantaranya, daun, biji melinjo 1

Upload: -vina-mardina-

Post on 27-Jun-2015

731 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: an Produk Unggulan Emping Melinjo

PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN EMPING MELINJO

PENDAHULUAN

Tanaman melinjo dapat tumbuh pada ketinggian tempat 0-1.200 m

dpl. Dengan demikian, tanaman melinjo dapat tumbuh di pegunungan

berhawa lembab, bisa juga didataran rendah yang relatif kering. Namun

agar dapat berproduksi secara maksimal, melinjo sebaiknya ditanam di

dataran rendah yang ketinggiannya tidak lebih dari 400 m dpl dan dengan

curah hujan sekitar 3.000-5.000 mm/tahun merata sepanjang tahun.

Tanaman melinjo sudah dapat dipanen setelah berumur 5-6 tahun.

Panen dilakukan dua kali setahun. Panen besar sekitar bulan Mei-Juli,

sedangkan panen kecil sekitar bulan Oktober-Desember. Sedangkan

pemungutan bunga dan daun muda dapat dilakukan kapan saja. Hasil

melinjo per pohon untuk tanaman melinjo yang sudah dewasa bervariasi

antara 15.000-20.000 biji. Menurut petani, tanaman melinjo umur 15 tahun

hasil produksi buahnya mencapai 50 kg klatak (buah yang telah dikupas

kulitnya) sekali panen, berarti produksi yang diperoleh klatak 100

kg/pohon/tahun.

Berbagai bagian dari pohon melinjo dapat dimanfaatkan sebagai bahan

makanan.  Diantaranya, daun, biji melinjo dan kulit biji melinjo sering

dimanfaatkan sebagai bahan untuk sayur. Selain itu, bijinya juga dapat

diolah menjadi emping.

Emping melinjo adalah sejenis keripik yang dibuat dari biji melinjo

yang telah tua.  Proses pembuatan emping tidak sulit dan dapat dilakukan

dengan menggunakan alat-alat sederhana.  Emping melinjo merupakan

salah satu komoditi pengolahan hasil pertanian yang memiliki nilai tinggi,

baik karena harga jual yang relatif tinggi maupun sebagai komoditi ekspor

yang dapat mendatangkan devisa. Sejauh ini, emping  diekspor ke

1

Page 2: an Produk Unggulan Emping Melinjo

negara-negara tetangga di antaranya ke Singapura, Malaysia dan Brunei.

Bahkan, pasar ekspor yang potensial menjangkau Jepang, Eropa dan

Amerika.

Emping melinjo dapat dibagi menjadi beberapa jenis tergantung

kualitas emping.  Emping yang bermutu tinggi adalah emping yang sesuai

dengan standar (SNI 01-3712-1995) yaitu emping yang tipis sehingga

kelihatan agak bening dengan diameter seragam kering sehingga dapat

digoreng langsung.  Emping dengan mutu yang lebih rendah mempunyai

ciri lebih tebal, diameter kurang seragam, dan kadang-kadang masih

harus dijemur sebelum digoreng.

Sampai sekarang, pembuatan emping yang bermutu tinggi masih

belum dapat dilakukan dengan bantuan alat mekanis pemipih.  Emping ini

masih harus dipipihkan secara manual oleh pengrajin emping yang telah

berpengalaman.

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

Pola Usaha

Propinsi Banten merupakan satu diantara sentra industri emping

melinjo yang relatif besar di Indonesia. Sentra tersebut tersebar di hamper

seluruh kabupaten di Banten, salah satunya adalah Kabupaten

Pandeglang.

Usaha emping melinjo di Kabupaten Pandeglang baru dirintis pada

tahun 1960-an.  Sebelumnya, biji melinjo yang dihasilkan di daerah ini

masih belum dimanfaatkan.  Data Dinas Perkebunan Banten, hingga akhir

tahun 2004, secara keseluruhan luas lahan melinjo di Propinsi Banten

sekitar 6.610 ha dengan produksi 14.011 ton buah melinjo.  Dari total luas

lahan tersebut, sebagian besar (48%) berada di Kabupaten Pandeglang,

sisanya tersebar di Kabupaten Lebak dan Serang.  Pada awal-awal

2

Page 3: an Produk Unggulan Emping Melinjo

produksinya, hasil produksi emping melinjo dari Banten tidak dipasarkan

di daerah setempat, melainkan dipasarkan di Jakarta. 

Potensi bahan baku biji melinjo yang banyak tersebut,

menempatkan Pandeglang sebagai sentra industri emping yang penting.

Data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar, Dinas Pertanian

dan Peternakan dan Kantor Koperasi Kabupaten Pandeglang

menginfomasikan di wilayah Pandeglang terdapat ±125 pengusaha. Rata-

rata, setiap pengusaha memperkerjakan antara 50 sampai 250 pengrajin.

Usaha emping melinjo dijalankan dengan keterlibatan tenaga kerja

yang intensif sebagai pengrajin. Pada umumnya, pengusaha emping

melinjo di Pandeglang memberi pinjaman peralatan dan bahan baku (biji

melinjo) kepada pengrajin untuk digunakan membuat emping.  Emping

yang dihasilkan oleh pengrajin kemudian dikembalikan lagi kepada

pengusaha. Sedangkan pengrajin akan memperoleh upah dari pengusaha

berdasarkan jumlah emping yang dihasilkan.

Pola Pembiayaan

Pada umumnya pengusaha emping melinjo mengawali usaha

dengan modal sendiri. Setelah berkembang, beberapa diantaranya mulai

mengakses kredit dari perbankan. Kebutuhan kredit tersebut biasanya

untuk modal kerja. Kebutuhan modal kerja terutama untuk pengadaan

bahan baku biji melinjo yang relatif besar. Hal ini mengingat, masa panen

buah melinjo hanya dua kali setahun. Oleh karena itu, pengusaha perlu

menyediakan bahan baku yang cukup untuk keberlanjutan produksinya

dalam satu tahun.

Prosedur untuk memperoleh kredit antara lain kelayakan usaha,

ketersediaan jaminan, fotokopi KTP, surat nikah, Kartu Keluarga, dan

Perizinan Usaha. Sedangkan penilaian kredit, umumnya bank

menggunakan kriteria 5C (Capital, Capacity, Collateral, Character,

Condition). Dari kelima C, aspek karakter (character) danjaminan

3

Page 4: an Produk Unggulan Emping Melinjo

(collateral) relatif menjadi prioritas penilaian. Karakter yang meliputi

keuletan pengusaha sangat menentukan keberlangsungan usaha yang

berarti mengindikasikan kelancaran pembayaran kredit. Sedangkan

agunan sebagai jaminan bagi bank jika pengusaha tidak dapat

mengembalikan kredit. Jaminan yang digunakan dapat berupa sertifikat

tanah/bangunan tempat usaha.

Perihal cara perhitungan bunga kredit, masing-masing bank

menggunakan cara berbeda-beda.  Ada bank yang menggunakan sistem

bunga menurun, yaitu perhitungan bunga dihitung berdasarkan jumlah

sisa pinjaman dan ada juga bank yang menggunakan sistem bunga flat

atau tetap sepanjang jangka waktu kredit.

Dari hasil survei, bank yang memberi kredit untuk usaha emping

melinjo antara lain Bank Jabar, BRI dan Bank Danamon. Kredit yang

dibutuhkan adalah kredit modal kerja. Berdasarkan informasi dari pihak

bank diketahui bahwa pengusaha emping melinjo tergolong nasabah yang

taat. Hal ini dapat diketahui dengan pengulangan kredit oleh beberapa

pengusaha emping.

ASPEK PEMASARAN

Permintaan

Permintaan akan emping melinjo secara nasional terus mengalami

peningkatan.  Dari data BPS konsumsi melinjo (termasuk emping) per

kapita per bulan mengalami peningkatan yaitu dari 0,234 kg pada tahun

2002 menjadi 0,240 kg pada tahun 2005 atau meningkat sebesar 2,5%.

Permintaan atas produk emping melinjo datang dari berbagai

macam konsumen mulai dari konsumen lokal (kabupaten Pandeglang),

Propinsi Jawa Barat (Tangerang, Serang), antar Propinsi (DKI Jakarta,

Kalimantan) sampai ke mancanegara yaitu Belanda, Arab Saudi,

Australia, Taiwan, Malaysia, dan sebagainya.

4

Page 5: an Produk Unggulan Emping Melinjo

Penawaran

Data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten

Pandeglang menginformasikan bahwa kemampuan produksi pengusaha

emping di wilayah tersebut mencapai ±96.000 kg per tahun. Sehubungan

dengan kuantitas produksi ini, pengusaha emping sering tak mampu

memenuhi permintaan dalam jumlah besar dan kontinyu. Hal ini karena

keterbatasan kapasitas produksi, mengingat pekerjaan mengemping

merupakan pekerjaan padat karya. Akibatnya, peluang pasar emping baik

domestik maupun ekspor masih belum mampu dipenuhi.

Secara nasional, penawaran emping melinjo masih dapat

ditingkatkan.  Data Departemen Pertanian, menunjukan bahwa produksi

tanaman melinjo secara nasional kecenderung meningkat walaupun luas

lahan semakin sedikit. Peningkatan produksi ini dikarenakan

meningkatnya produktifitas tanaman melinjo, selengkapnya dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Produktifitas Tanaman Melinjo di Indonesia

Indikator Satuan 2003 2004 2005 2006

Luas panen Ha 17.403,27 17.948,00 16.292,00 14.615,00

Produksi Ton 244.864,00 209.629,00 210.836,00 239.209,00

Produktivitas Ton/Ha 14,07 11,68 12,94 16,37

Kecenderungan makin meningkatnya ketersedian bahan baku

menjadi indikasi potensi bagi pengembangan industri emping. Merujuk

dari peluang pasar yang masih terbuka, maka masih diperlukan

peningkatan produksi emping.

Persaingan dan Peluang Pasar

Persaingan sentra industri emping melinjo di Pandeglang adalah

sentra-sentra industri sejenis baik di sekitar Pandeglang, wilayah sekitar

Banten maupun dari sentra di luar Banten. Sentra di luar Banten yang

5

Page 6: an Produk Unggulan Emping Melinjo

terkenal antara lain Limpung – Jawa Tengah, Yogyakarta, Lampung dan

lain-lain. Persaingan kuat terjadi dalam hal penggunaan bahan baku biji

melinjo. Ini mengingat biji melinjo asal Banten merupakan bahan baku

terbaik untuk emping. Selain itu biji melinjo tersedia terbatas karena panen

hanya dapat dilakukan dua kali dalam satu tahun.

Pada umumnya pengusaha-pengusaha dari daerah Jawa&

merupakan pengusaha besar dengan modal kuat. Oleh karena itu,

pengusaha tersebut mampu membeli bahan baku dalam jumlah

besar/curah untuk stok produksinya. Akibatnya, tidak jarang pengusaha

Banten mengalami kelangkaan bahan baku sehingga harus membeli dari

luar Banten.

Perluasan pasar untuk produk emping melinjo masih sangat

terbuka. Masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang belum dimasuki

oleh para pengusaha, seperti wilayah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi,

Nusa Tenggara sampai dengan Papua.  Pasar luar negeri pun tak kalah

besar, negara-negara seperti Jepang, Arab Saudi, Malaysia, bahkan

sampai ke Eropa dan Amerika. Informasi dari pengusaha di lokasi

penelitian, menyebutkan bahwa permintaan pasar domestik maupun

ekspor belum mampu dipenuhi karena keterbatasan kapasitas produksi.

Harga

Harga jual produk emping melinjo diperhitungkan berdasarkan 

harga bahan baku, biaya produksi, kualitas produk dan keuntungan yang

diharapkan. Meskipun demikian, harga jual sangat dipengaruhi oleh

permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan tinggi dan produk

terbatas maka harga emping relative tinggi, demikian juga sebaliknya.

Fluktuasi harga emping dapat dilihat pada Table 2.

6

Page 7: an Produk Unggulan Emping Melinjo

Tabel 2. Fluktuasi Harga Jual Emping Melinjo Setiap Musimnya

Jenis Produk Harga Jual Rata-rata* (Rp per kg)

Penjualan Tinggi Penjualan Sedang Penjualan Rendah

Emping Kualitas 1 24.000 20.000 16.000

Emping Kualitas 2 20.000 16.000 14.000

*Harga di tingkat produsen (data diolah 2006)

Jalur Pemasaran

Jalur pemasaran produk emping melinjo secara sederhana dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Jalur Pemasaran Emping Melinjo

Jalur pemasaran yang paling dominan yaitu jalur pemasaran yang

melalui pedagang besar. Namun meskipun demikian, jalur pemasaran

yang memberikan keuntungan terbesar yaitu jalur pemasaran langsung ke

konsumen, hal ini karena frekuensinya sering dan pembayarannya

dilakukan secara tunai sehingga pengusaha bisa lebih cepat memutarkan

uangnya kembali. Sedangkan untuk jalur pemasaran melalui pedagang

besar volumenya relative besar dan pembayarannya dilakukan secara

kredit antara 2 minggu sampai 1 bulan setelah transaksi. Dampaknya,

7

Page 8: an Produk Unggulan Emping Melinjo

pengusaha tidak dapat dengan cepat memutarkan uangnya kembali. Hal

ini membawa konsekuensi pada kebutuhan modal yang besar.

Kendala Pemasaran

1. Desain kemasan produk kurang menarik.  Pelatihan mengenai

pembuatan desain kemasan produk masih kurang sekali,

sehingga para pengusaha tidak tahu bagaimana cara membuat

desain kemasan produk yang menarik.

2. Persepsi masyarakat tentang bahaya mengkonsumsi emping

melinjo, yaitu bisa terkena asam urat dan darah tinggi. Persepsi

tersebut mengakibatkan promosi emping terhambat.

ASPEK PRODUKSI

Lokasi Usaha

Usaha pengolahan emping melinjo sebaiknya berlokasi di dekat

sumber bahan baku yaitu kebun melinjo.  Hal ini untuk menjaga mutu

bahan baku dan memudahkan transportasi. Mengingat biji melinjo

sebaiknya tidak disimpan terlalu lama sebelum diolah menjadi emping. 

Buah melinjo yang disimpan lebih dari tiga bulan tanpa fasilitas

penyimpanan yang baik akan mempengaruhi kualitas emping yang

dihasilkan.

Daerah penghasil emping di kabupaten Pandeglang tersebar di

hampir seluruh wilayah kecamatan. Sentra industri emping melinjo yang

relatif besar diantaranya yaitu kecamatan Menes,Cikedal, Labuan, Jiput,

Pagelaran dan Saketi. Kecamatan Menes merupakan sentra industri

emping yang terkenal diantara kecamatan lain di Pandeglang.

8

Page 9: an Produk Unggulan Emping Melinjo

Fasilitas Produksi

Fasilitas produksi yang diperlukan oleh pengusaha dalam

pembuatan emping melinjo adalah ruang produksi, ruang penyimpanan

bahan baku, ruang penyimpanan emping melinjo yang sudah jadi dan

showroom untuk menjual produk. Fasilitas produksi ini umumnya menjadi

satu dengan tempat tinggal, kecuali untuk ruang penyimpanan bahan

baku. Beberapa pengusaha mempunyai fasilitas ruang penyimpanan

bahan baku yang relatif baik dan terpisah dengan bagian produksi. Ruang

penyimpanan yang baik dapat menyimpan bahan baku biji melinjo sampai

delapan bulan.

Peralatan yang digunakan untuk memproduksi emping melinjo

masih sederhana, mudah diperoleh, dan relatif murah harganya.  Alat-alat

yang diperlukan antara lain:

1. Batu landasan atau yang biasa disebut umpak. Umpak digunakan

sebagai tempat/alas untuk memipihkan biji melinjo.  Umpak biasanya

memiliki permukaan yang rata dan licin serta terbuat dari kayu seperti

kayu mahoni dan kayu sawo, tetapi ada juga umpak yang terbuat dari

batu..  Umur ekonomis umpak biasanya berkisar antara 7-8 tahun. 

Satu buah umpak harganya berkisar antara ±Rp 30.000 – Rp 40.000.

Sedangkan umpak dari baru harganya relatif lebih mahal yaitu

mencapai ±Rp150.000,- dengan umur ekonomis > 15 tahun.

2. Palu / martil. Martil  digunakan untuk memecahkan cangkang/kulit

keras serta memipihkan biji melinjo yang sudah disangrai. Martil

tersebut terbuat dari besi baja. Ukuran berat martil bermacam-macam,

mulai dari 1 kg, 1,5 kg, dan 2 kg bahkan ada yang sampai 3 kg. 

Semakin berat martil  akan semakin bagus emping yang dihasilkan. Ini

karena berat martil menentukan kekuatan pemipihan biji melinjo.

Proses pemipihan yang baik adalah dengan cara memukulkan martil

pada biji melinjo 2-3 kali. Pemukulan yang berkali-kali justru akan

membuat emping pecah/hancur. Sedangkan pemukulan yang lemah

9

Page 10: an Produk Unggulan Emping Melinjo

akan menghasilkan emping tebal. Martil yang terbuat dari besi baja

tersebut mempunyai umur ekonomis yang cukup lama yaitu > 20

tahun.  Satu buah martil baja harganya ±Rp 40.000,-.

3. Sosok/kape. Serok atau yang biasa disebut kape ini terbuat dari seng.

Untuk memindahkan biji melinjo yang sudah dipipihkan di atas umpak

ke anyaman bambu/rigen, maka digunakan serok/kape. Satu buah

serok/kape tersebut harganya ±Rp 5.000 dan mempunyai umur

ekonomis sekitar ±1 tahun.

4. Wajan. Wajan digunakan untuk menyangrai biji melinjo. Wajan

tersebut terbuat dari tanah liat.  Harga 1 unit wajan berkisar antara Rp

15.000 – Rp 25.000 dan mempunyai umur ekonomis antara 6 bulan –

1 tahun.

5. Serok. Serok yang digunakan untuk mengaduk-aduk dan mengangkat

biji melinjo yang disangrai di wajan biasanya terbuat dari stainless

steel atau tempurung kelapa agar tidak karatan. Serok memiliki bagian

bawah yang berlubang-lubang.  Hal ini dimaksudkan untuk

memisahkan antara pasir dan biji melinjo ketika diangkat dari wajan. 

Harga 1 unit serok berkisar antara Rp 5.000 – Rp 10.000 dengan umur

ekonomis 6 bulan – 1 tahun.

6. Anyaman bambu (rigen). Anyaman bambu/rigen yang digunakan

untuk menjemur emping yang telah dipipihkan biasanya berukuran

70cm x 80cm dan 60cm x 120cm.  Harga satu unit anyaman bambu

tersebut berkisar antara Rp 10.000 – Rp 15.000 dengan umur

ekonomis rata-rata 6 bulan – 1 tahun.

7. Tungku. Tungku yang digunakan sebagai pemanas untuk menyangrai

biji melinjo terbuat dari batu bata dengan P x L x T = 20 x 25 x15 cm

serta mempunyai umur ekonomis > 25 tahun. Untuk membuat tungku

tersebut biasanya tidak membutuhkan biaya, atau kalaupun

membutuhkan biaya, paling-paling hanya diperlukan ±Rp 2.000 untuk

membuat satu unit tungku. Fungsi tungku ini dapat diganti oleh

10

Page 11: an Produk Unggulan Emping Melinjo

kompor baik dengan bahan bakar minyak tanah, briket batubara

ataupun gas. Tetapi para pengrajin lebih menyukai menggunakan

tungku batu bata karena panasnya lebih merata dan awet.

8. Mesin pengepres kemasan. Mesin pengepres kemasan ada beberapa

jenis, dari yang sederhana sampai yang modern untuk mengemas

secara masal. Di wilayah survei mesin pengepres kemasan yang

umum digunakan, yaitu:

Alat pengepres yang menggunakan tangan. Harga 1 unitnya ±

Rp350.000,- dengan umur ekonomis ± 3 tahun.

Mesin pengepres semi otomatis yang biasanya disebut mesin

sealer otomatis. Harga 1 unitnya ±Rp 12.000.000 dengan umur

ekonomis ±5 tahun.

Bahan Baku

Bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi emping terdiri

dari bahan baku utama yaitu biji melinjo. Bahan baku diperoleh baik dari

hasil kebun sendiri, membeli dari pengumpul melinjo ataupun dipasok dari

petani melinjo langsung. Sebagian besar pengusaha emping di

Pandeglang mendapatkan bahan baku dengan membeli dari pengumpul

melinjo. Sedangkan untuk bahan-bahan pembantu seperti bumbu-bumbu,

diperoleh dengan cara membeli dari pasar.

Jalur distribusi bahan baku yang umum berlaku adalah sebagai

berikut:

Petani melinjo ==> Pengumpul ==> Pengusaha melinjo

Untuk menghasilkan emping yang berkualitas baik diperlukan

bahan baku yang berkualitas.  Biji melinjo yang berkualitas baik adalah biji

melinjo yang sudah tua, yang secara fisik dapat diketahui dari kulit luar

yang berwarna merah dan relatif segar (tidak disimpan terlalu lama).

11

Page 12: an Produk Unggulan Emping Melinjo

Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada industri kecil emping melinjo ini terdiri dari

manajemen, karyawan administrasi umum serta tenaga kerja produksi

yang melakukan aktivitas proses produksi pembuatan emping melinjo. 

Manajemen bertanggung jawab terhadap kelangsungan usaha dan

biasanya juga merupakan pemilik usaha.

Tenaga kerja produksi, yang sering disebut pengrajin, umumnya

adalah perempuan, yang biasanya berumur paruh baya (ibu-ibu).  Tidak

ada kualifikasi khusus yang diperlukan dalam industri emping. Keahlian

membuat emping biasanya didapatkan dari turun-temurun. Bagi pengrajin

emping, pekerjaan membuat emping merupakan pekerjaan sampingan

dari pekerjaan utamanya yaitu bertani.

Sistem penggajian untuk tenaga kerja produksi adalah sistem upah

produksi. Pada sistem ini, para pengrajin emping membuat kelompok-

kelompok. Satu kelompok terdiri dari ±6-10 orang. Biasanya satu

kelompok tersebut dimodali satu set peralatan untuk tiap pengrajin dan biji

melinjo oleh pengusaha emping.  Satu set peralatan yang diberikan antara

lain berupa umpak, martil dan wajan.

Modal natura berupa bahan baku biji melinjo, kemudian diproses

menjadi emping oleh pengrajin. Selanjutnya hasil produksi emping ini

dikembalikan lagi ke pengusaha. Pengusaha emping memberikan upah

kepada kelompok pengrajin berdasarkan jumlah emping yang mampu

diproduksi.

Pada lokasi penelitian, kisaran upah yang diterima para pengrajin

berkisar Rp 1.500 – Rp 3.000 per kg emping melinjo. Biasanya untuk

membuat satu kg emping, dibutuhkan dua kg bahan baku biji melinjo.

Rata-rata satu orang pengrajin mampu menghasilkan 5 kg emping per

hari.

Teknologi

12

Page 13: an Produk Unggulan Emping Melinjo

Teknologi yang digunakan untuk industri pembuatan emping masih

sangat tradisional.  Hampir semua prosesnya masih menggunakan tenaga

manusia, mulai dari penyangraian, pemipihan, sampai dengan

pengeringan.  Hanya pada proses pengemasan saja yang sudah

menggunakan mesin pengepres kemasan.

Proses Produksi

Tahap-tahap pembuatan emping melinjo yaitu:

1. Pengupasan kulit luar. Tahap pertama dalam pembuatan

emping yaitu pengupasan kulit luar biji melinjo. Kulit luar biji melinjo

dikupas dengan menggunakan pisau. Kulit luar biji melinjo ini dapat

digunakan untuk sayuran.

2. Penyangraian. Biji melinjo yang sudah dikupas kulit luarnya

dan sudah dikeringkan selama beberapa waktu seperti yang telah

disebutkan di atas, kemudian disangrai. Prosesnya yaitu: pertama-tama,

wajan yang telah diisi pasir dipanaskan di atas tungku hingga panas

pasirnya merata.  Jika pasirnya sudah panas, biji melinjo dimasukkan dan

diaduk-aduk bersama pasir hingga panasnya merata. Agar menghasilkan

emping yang berkualitas bagus (rasanya gurih dan warna empingnya

bening) maka selama proses penyangraian, waktunya tidak boleh terlalu

cepat ataupun terlalu lama. Apabila terlalu lama, maka biji melinjo akan

hangus dan ini akan membuat rasa emping menjadi kurang enak/pahit

serta warnanya kuning gelap/gosong. Sedangkan apabila terlalu cepat, biji

melinjo kurang matang, hal ini akan mengakibatkan kulit keras (cangkang)

biji melinjo sulit untuk dilepaskan (dipecahkan) selain itu warna emping

yang dihasilkan akan berwarna putih keruh. Waktu yang ideal untuk

proses penyangraian ini biasanya  ± 2 menit.

13

Page 14: an Produk Unggulan Emping Melinjo

Gambar 3.1.  Proses Penyangraian Biji Melinjo

3. Pelepasan/pemecahan kulit keras (cangkang). Proses

selanjutnya setelah penyangraian adalah pengangkatan biji melinjo

dengan menggunakan serok dan ditaruh di tempat penampungan. Tempat

penampungan yang digunakan di lokasi penelitian adalah tempurung

kelapa agar biji melinjo tidak cepat dingin. Kemudian dalam keadaan

masih panas, biji melinjo langsung dilepaskan/dipecahkan cangkangnya

dengan menggunakan martil baja di atas umpak/batu landasan.

Gambar 3.2. Proses Pemecahan Cangkang Biji Melinjo

14

Page 15: an Produk Unggulan Emping Melinjo

4. Tahap Pemipihan. Emping yang sudah ditata di atas rigen

kemudian dikeringkan. Proses pengeringan dilakukan dengan bantuan

sinar matahari. Biji melinjo yang sudah terkelupas cangkangnya langsung

dipipihkan dengan cara menggetok/memukul biji melinjo tersebut hingga

rata dengan menggunakan martil baja sebanyak 2-3 kali getok.

Emping yang bagus adalah emping yang permukaannya tipis dan

tidak cepat. Jadi semakin tipis emping tersebut, maka akan

semakin bagus. Apabila ingin membuat emping ukuran yang lebih

besar, maka caranya dengan meletakkan secara berdekatan biji

melinjo pertama dengan biji melinjo berikutnya. Semakin besar

ukuran yang diharapkan, makin banyak biji melinjo yang

dibutuhkan.

Gambar 3.3. Proses Pemipihan Emping

5. Tahap Pelepasan Emping dari Umpak/Batu Landasan. Biji

melinjo yang telah dipipihkan, selanjutnya dilepaskan dari umpak dengan

menggunakan sosok/kape kemudian ditaruh di atas anyaman

bambu/rigen.

15

Page 16: an Produk Unggulan Emping Melinjo

Gambar 3.4. Pelepasan Emping dari Batu Landasan

6. Tahap Pengeringan. Emping yang telah diangkat dari

umpak, kemudian diletakkan di atas anyaman bambu/rigen. Peletakan

emping tersebut tidak boleh sembarangan, harus diatur sedemikian rupa

agar tidak saling bertumpuk (tidak tumpang tindih). Karena apabila saling

bertumpukan, maka akan sulit untuk mengangkatnya (apabila diangkat,

empingnya akan hancur).

Pengeringan dilakukan dengan bantuan sinar matahari. Makin intensif

penyinaran makin cepat proses pengeringan dan makin baik kualitas

emping yang dihasilkan. Proses kering angin dengan penyinaran yang

baik dibutuhkan waktu antara 15 - 30 menit.

16

Page 17: an Produk Unggulan Emping Melinjo

Gambar 3.5. Proses Penjemuran Emping

7. Tahap Sortasi. Penyotiran bertujuan untuk memisahkan

emping sesuai dengan kualitas. Kualitas fisik dinilai dari keutuhan bentuk,

kejernihan, kepipihan dan bau. Emping yang telah benar-benar kering,

kemudian disortir dahulu. Penyortiran emping tersebut dilakukan dengan

cara:

a. Memisahkan emping yang utuh dari yang pecah b. Memisahkan emping yang ada bintik-bintik hitamnya. c. Memisahkan emping yang tebal dari yang tipis d. Memisahkan emping yang berasal dari biji melinjo yang masih

muda. Ciri-ciri  emping yang berasal dari biji melinjo yang masih muda yaitu warna empingnya kurang bening dan ada kerutan-kerutannya.

8. Tahap Pengemasan. Setelah emping-emping tersebut

disortir berdasarkan kualitas lalau dilakukan pengemasan. Pengemasan

dilakukan dengan menggunakan kemasan plastik dan atau karton.

Kemasan plastik biasanya sudah diberi label untuk yang akan dijual

satuan. Emping dimasukkan ke kantong plastik dan ditimbang berat

bersihnya  (netto). Setelah itu barulah dipress dengan menggunakan

mesin press. Ukuran kemasan bermacam-macam tetapi umumnya 0,5 kg

17

Page 18: an Produk Unggulan Emping Melinjo

dan 1 kg. Sementara untuk kemasan plasti yang dijual curah, biasanya

dalam ukuran 5kg, 10 kg atau 15 kg. Pada perkembangan, pengusaha

juga melayani kemasan sesuai pesanan, misalnya untuk supermarket

dibuat kemasan 100 gram atau 0,25kg atau dalam bentuk toples. Emping-

emping yang sudah dikemas tersebut sebaiknya disimpan di tempat yang

sejuk dan kering. Kemasan karton digunakan untuk pengiriman produk ke

tempat yang relatif jauh dan dalam jumlah besar/curah. Pemakaian

kemasan karton bertujuan agar produk sampai di tempat tujuan dalam

kondisi utuh dan baik.

Gambar 3.6. Emping yang sudah dikemas dan siap dipasarkan

Jumlah, Jenis, dan Mutu Produksi

1. Jenis Produk Emping Melinjo

Jenis emping yang dimaksud adalah emping mentah. Hasil

wawancara dari narasumber penelitian diketahui bahwa jenis emping

mentah, diantaranya yaitu:

1. Emping biji 2-3, yaitu emping yang terbuat dari 2 – 3 biji melinjo. Emping jenis ini merupakan jenis emping yang paling banyak diproduksi dan yang umumnya kita kenal di pasaran. 

18

Page 19: an Produk Unggulan Emping Melinjo

Pengusaha emping di daerah ini biasanya hanya memproduksi jenis emping kualitas 1 dan 2 saja.   Perbedaan antara jenis emping kualitas 1 dan 2 yaitu kalau emping kualitas 1 itu isinya lebih banyak karena emping jenis ini bentuknya lebih rata dan  sangat tipis sekali, lebih bersih dibandingkan dengan emping kualitas 2.

2. Emping Remaja, yaitu emping yang terbuat dari 7 – 10 biji melinjo. Emping jenis ini jarang diproduksi, biasanya diproduksi kalau ada pesanan khusus saja seperti pesanan untuk rumah-rumah makan.

3. Emping Benggol : yaitu emping yang terbuat dari >10 biji melinjo. Emping jenis ini juga jarang sekali diproduksi, biasanya diproduksi kalau ada permintaan khusus saja misalnya untuk diekspor.

2. Jumlah Produksi

Jumlah produksi emping dengan menggunakan fasilitas yang ada,

biasanya berbeda-beda, kadang tinggi, kadang sedang, kadang rendah,

tergantung dari musimnya. Penjualan tinggi biasanya sekitar menjelang

bulan puasa sampai dengan setelah hari raya Idul Fitri. Sedangkan

penjualan rendah terjadi pada sekitar bulan April – Juli (4 bulan).

Tabel 3.1. Jumlah Produksi Masing-masing Jenis Emping untuk Setiap Musimnya

Jenis Produk Jumlah Penjualan

Pada Masing-masing Musim (kg) / bulan

Penjualan Tinggi Penjualan Sedang Penjualan Rendah

Emping Kualitas 1 6.000 3.000 500

Emping Kualitas 2 2.000 1.000 0

Total 8.000 4.000 500

3. Mutu Produksi

Emping merupakan produk makanan. Emping sebagai produk

makanan mempunyai standar kualitas yang tercantum dalam SNI 01-

3712-1995. Tabel 3.2. menampilkan standar untuk produk emping.

19

Page 20: an Produk Unggulan Emping Melinjo

Tabel 3.2. Standar Produk Emping Melinjo di Indonesia: SNI 01-3712-1995.

No. Uraian Satuan Syarat Mutu

1. Keadaan1. Bau 2. Rasa 3. Warna 4. Penampakan

 ----

Khas melinjoKhas melinjo

Normal Normal, bersih dari kulit ari yang menempel dan benda

asing lainnya

2. Emping tidak utuh %, b/b Maksimum 5

3. Air %, b/b Maksimum 12

4. Abu %, b/b Maksimum 2

5. Protein (N x 6,25) %, b/b Maksimum 10

6. Cemaran logam1. Cu 2. PB 3. Hg 4. Zn

 mg/kgmg/kgmg/kgmg/kg

Maksimum =  30Maksimum =     2

Maksimum =    0,03Maksimum = 40

7. Cemaran Arsen (As) mg/kg Maksimum = 1

8. Cemaran mikroba- kapang

 Koloni/kg Maksimum 104

Keterangan:1. Benda asing: bahan-bahan lain yang bukan emping melinjo yang

tercampur, seperti kulit biji, kotoran serangga dan lain-lain. 2. Emping tidak utuh: emping yang 1/3 bagian atau lebih dari seluruh

luas permukaannya telah terlepas.

Untuk menghasilkan emping yang berkualitas baik, maka

diperlukan kontrol mutu mulai dari pemilihan bahan baku sampai dengan

produk akhir.  Berikut penjelasan kontrol mutu yang dilakukan pada

masing-masing tahap:

1. Kontrol Mutu Pada Bahan Baku. Kontrol mutu yang dilakukan

pada bahan baku yaitu pada pemilihan bahan baku dan cara 

penyimpanan bahan baku.

Pada pemilihan biji melinjo, bila masih ada kulit luarnya, maka biji

melinjo dipisah-pisahkan berdasarkan warnanya, yaitu ada yang

berwarna hijau, kuning, dan merah. Biji melinjo yang berwarna

20

Page 21: an Produk Unggulan Emping Melinjo

merah merupakan bahan baku pembuatan emping yang terbaik.

Sementara  yang berwarna hijau dan kuning biasanya digunakan

untuk sayur.

Sedangkan untuk penyimpanan bahan baku dibutuhkan tempat

dengan sirkulasi udara yang lancar. Biji melinjo yang sudah dikupas

kulit luarnya, sebelum digunakan untuk produksi sebaiknya

disimpan dahulu supaya kering. Penyimpanan bertujuan untuk

memisahkan kulit ari dari daging biji melinjo.

Standar Penyimpanan Bahan Baku yang Baik:

Agar biji melinjo dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama,

caranya yaitu : biji melinjo disimpan di dalam suatu ruangan yang

dilengkapi dengan pendingin atau blower.  Hal ini berguna untuk :

a. Mencegah kutu/hama pada biji melinjo.

b. Agar biji melinjo bisa lebih kering.

c. Menghilangkan debu.

2. Kontrol Mutu pada Tahap Produksi

Pada tahap produksi, kontrol mutu yang dilakukan adalah sbb:

a. Proses pengempingan, secara fisik dapat ditenggarai dari 

keseragaman ukuran dan bentuk, kepipihan serta kejernihan emping.

b. Dalam proses pengeringan, ada 2 tahap pengeringan. 

i. Tahap pertama, pengeringan bertujuan untuk memperoh

emping yang utuh dan jernih (kering produksi). Pada tahap

ini, lama waktu pengeringan di bawah sinar matahari

selama kurang lebih 15 menit, kemudian segera diangkat. 

Karena kalau terlalu lama, maka emping akan keriting/tidak

rata dan warnanya akan cepat menjadi kuning.

21

Page 22: an Produk Unggulan Emping Melinjo

ii. Tahap ke dua, pengeringan bertujuan untuk penyimpanan/

kering simpan. Pada tahap ini, emping diangin-anginkan

sampai benar-benar kering.  Karena kalau tidak benar-

benar kering, maka emping akan cepat berjamur dan

bentuk emping bisa berubah.

3. Kontrol Mutu pada Produk Akhir

Kontrol mutu pada produk akhir dilakukan antara lain:

i. Memisahkan emping yang utuh dari yang pecah/hancur

ii. Memisahkan emping yang tipis/pipih dari yang tebal

iii. Memisahkan emping yang ada bintik hitamnya/keruh.

iv. Pengemasan dilakukan dalam plastik yang berkualitas baik,

tertutup rapat dan rapi.

v. Produk yang sudah dikemas kemudian disimpat di tempat

yang sejuk dan kering dengan memperhatikan tinggi dan

berat tumpukan agar produk tidak rusak/pecah.

Produksi Optimum

Dengan kapasitas peralatan dan asumsi jumlah tenaga kerja yang

dimiliki adalah ±65 orang, perusahaan mampu memproduksi rata-rata 8

ton/bln.  Kemampuan berproduksi tenaga kerja adalah maksimal ±5 kg

emping per hari.

Kendala Produksi

1. Pengelolaan bahan baku terkait dengan penyimpanan biji

melinjo untuk kontinuitas produksi. Penyetokan bahan baku

dalam waktu yang cukup lama harus mengikuti standar

penyimpanan yang benar, baik untuk penyediaan ruang yang

besar dan pengadaan peralatan seperti blower atau AC.  Hal ini

membutuhkan biaya yang relatif besar.

22

Page 23: an Produk Unggulan Emping Melinjo

2. Pada umumnya pekerjaan membuat emping bagi pengrajin

bukan merupakan pekerjaan utama melainkan pekerjaan

sampingan saja.  Pekerjaan utama adalah petani.  Pada musim

panen padi, pengrajin berhenti membuat emping, sehingga ada

kekurangan/keterbatasan ketersediaan tenaga kerja, sedangkan

permintaan produksi emping terus ada sepanjang tahun.

Akibatnya, pengusaha kesulitan untuk memenuhi permintaan

yang kontinyu dalam jumlah besar.

3. Kurang kesadaran pengusaha yang melakukan Quality Control

(melakukan pembinaan langsung ke para pekerja) baik

terhadap proses produksi di tingkat pengrajin maupun paska

produksi.  Hal ini terkondisikan karena para pengrajin biasanya

melakukan pekerjaan membuat emping tersebut di rumah

masing-masing (tidak di satu tempat seperti pabrik).

4. Masih kesulitan untuk melakukan produksi yang menghasilkan

emping kualitas ekspor (produksi yang higienis).  Hal ini karena

banyaknya pengusaha yang belum mengetahui standar

produksi untuk ekspor/keterbatasan akses informasi pasar,

kurangnya pembinaan secara langsung ke para pengrajin serta

tingkat keterampilan dan kesadaran para pengrajin terhadap

kualitas relatif masih rendah. 

5. Keterbatasan modal yang dihadapi pengusaha adalah untuk

pengadaan bahan baku dan perputaran produksi. Terkait

dengan pengadaan bahan baku yang memerlukan modal yang

besar adalah untuk menyetok persediaan. Sedangkan

kebutuhan modal untuk perputaran produksi karena penjualan

emping biasanya dilakukan secara kredit sehingga perputaran

uangnya tidak cepat.  Sejauh ini, baru beberapa pengusaha

yang sudah mampu mengakses kredit perbankan. Hal ini

23

Page 24: an Produk Unggulan Emping Melinjo

karena banyak pengusaha yang tidak mampu menyediakan

jaminan yang dipersyaratkan oleh perbankan.

ASPEK KEUANGAN

Pemilihan Pola Usaha

Pola usaha yang dipilih adalah usaha emping melinjo yang

memproduksi emping mentah di wilayah Kabupaten Pandeglang Propinsi

Banten.  Penyajian analisis keuangan industri emping melinjo diharapkan

dapat memberikan gambaran baik kepada perbankan tentang kelayakan

pembiayaan terhadap usaha yang bersangkutan maupun pengusaha/pe-

merhati usaha emping melinjo terhadap nilai tambah yang dihasilkan

melalui kegiatan usaha ini.

Produk utama yang dihasilkan adalah emping mentah kualitas 1

dan emping mentah kualitas 2. Teknologi yang digunakan adalah 

tradisional/manual yaitu menggunakan tenaga manusia. Kapasitas

produksi ± 97.500 kg emping setiap tahunnya, atau dengan tenaga kerja

sekitar 65 orang dan rata-rata produktifitas tenaga kerja adalah ± 5 kg

emping per hari.

Perhitungan analisis kelayakan ini didasarkan pada kelayakan

usaha emping melinjo skala industri kecil.  Model kelayakan usaha ini

merupakan pengembangan usaha emping melinjo yang telah berjalan dan

untuk menumbuhkan kemandirian usaha serta upaya replikasi usaha di

wilayah lain

Asumsi

Analisis keuangan, proyeksi penerimaan dan biaya didasarkan

pada asumsi yang terangkum dalam Lampiran 1.  Periode proyek adalah

5 tahun.  Tahun ke nol sebagai dasar perhitungan nilai sekarang (present

24

Page 25: an Produk Unggulan Emping Melinjo

value) adalah tahun ketika biaya investasi awal dikeluarkan.  Merujuk

pada asumsi seperti yang tercantum dalam tabel 5.1., usaha emping ini

mampu mengolah  ±16.250 kg bahan baku untuk memproduksi

memproduksi ±8.125 kg emping melinjo setiap bulannya.

Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisa Keuangan

Sumber : Simulasi BI

Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional

1. Biaya Investasi

Biaya investasi termasuk komponen biaya tetap yang besarnya

tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan.  Biaya investasi

untuk usaha emping melinjo terdiri dari beberapa komponen diantaranya

biaya perizinan, tanah dan bangunan, pembelian peralatan produksi dan

25

Page 26: an Produk Unggulan Emping Melinjo

mesin pengepres kemasan, peralatan pendukung dan sarana transportasi

(kendaraan pick up).  Jenis, nilai pembelian dan penyusutan dari masing-

masing biaya investasi yang dibutuhkan untuk memulai usaha emping

melinjo disajikan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Biaya Investasi Usaha Emping Melinjo

Sumber: Simulasi BI

Biaya perijinan meliputi izin usaha yang diperlukan adalah : Surat

Izin Tempat Usaha (SITU), Surat Izin Usaha Pengolahan (SIUP), Izin

Usaha Industri, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), izin dari Depkes, dan

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Masa berlaku masing-masing surat

izin tersebut bervariasi  dengan total biaya yang dibutuhkan adalah

sebesar Rp 1.750.000,-. Pada tahun-tahun tertentu dilakukan reinvestasi

untuk pembelian peralatan produksi yang umur ekonomisnya kurang dari

5 tahun.  Jumlah biaya investasi keseluruhan pada tahun ke nol (0) adalah

Rp 116.675.000,-.

Komponen terbesar untuk biaya investasi ini adalah untuk

kendaraan yang mencapai 60% dari total biaya investasi pada awal

usaha.

26

Page 27: an Produk Unggulan Emping Melinjo

2. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya variabel yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh jumlah produksi.  Komponen dari biaya operasional

antata lain: pengadaan bahan baku, bahan pendukung, biaya pemasaran,

upah tenaga kerja, biaya overhead pabrik, serta biaya administrasi dan

umum.

Biaya operasional yang diperlukan selama satu tahun adalah

sebesar Rp.1.632.331.250,-.  Biaya bahan baku menyerap sebesar 77,6%

dari total biaya operasional per tahun.  Tenaga kerja terdiri dari dua

golongan yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Tenaga

kerja tetap yang digunakan terdiri dari 1 orang pimpinan, 3 orang tenaga

tetap yang merupakan tenaga administrasi, dan 65 orang tenaga kerja

tidak tetap yang dalam hal ini adalah pengrajin emping.  Tenaga kerja

tidak tetap (pengrajin) diasumsikan mampu memproduksi 5 kg emping per

hari dengan upah Rp.2000,- per kg emping yang dihasilkannya.  Biaya

operasional ini dapat dilihat pada Ttable 5.3.

Tabel 5.3. Biaya Operasional Usaha Emping Melinjo

Sumber: Simulasi BI.

Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja

Kebutuhan investasi maupun modal kerja untuk usaha tidak harus

dipenuhi dengan modal sendiri. Besarnya modal kerja ditentukan

berdasarkan kebutuhan dana awal untuk satu kali siklus produksi.  Usaha

27

Page 28: an Produk Unggulan Emping Melinjo

pembuatan emping melinjo mempunyai siklus produksi (dari pembuatan

sampai memperoleh penerimaan dari penjualan) kurang lebih selama 25

hari atau 1 bulan.  Dengan demikian, perhitungan jumlah kredit modal

kerja yang dibutuhkan disajikan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Perhitungan Kebutuhan Modal Kerja Usaha Emping Melinjo

Sumber: Simulasi BI

Jumlah total modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha emping

melinjo adalah sebesar Rp 252.702.604,-. Jumlah tersebut terdiri dari Rp

116.675.000,- untuk dana investasi awal dan Rp 136.027.604,- untuk

modal kerja. Untuk dana investasi awal, diasumsikan sebesar Rp

80.000.000,-  berasal dari kredit investasi dari bank, dan sisanya berasal

dari dana sendiri.  Sedangkan sumber dana untuk modal kerja berasal

dari dana pengusaha sendiri dan Rp 75.000.000,-  berasal dari kredit

modal kerja bank.  Perincian jumlah dan sumber dana untuk usaha

emping melinjo disajikan pada Tabel 5.5.

28

Page 29: an Produk Unggulan Emping Melinjo

Tabel 5.5. Kebutuhan Modal Usaha Emping Melinjo

Sumber: Simulasi BI

Jangka waktu kredit investasi diasumsikan 3 tahun tanpa grace

period.  Sedangkan untuk kredit modal kerja, jangka waktu kredit adalah 1

tahun.  Kredit modal kerja pada kenyataannya dapat diperpanjang lagi

masa jatuh temponya disesuaikan dengan kemampuan pengusaha

membayarnya.  Tingkat suku bunga yang digunakan adalah sebesar 15%

per tahun menurun.  Dengan demikian jumlah angsuran pokok dan bunga

kredit yang harus dibayar oleh pengusaha emping melinjo pada setiap

bulannya dapat dihitung. 

Proyeksi Produksi dan Pendapatan

Jumlah produksi selama satu tahun sebesar 97.500 kg, yang terdiri

dari produksi emping kualitas 1 sebesar ±73.125 kg dan emping kualitas 2

sebesar ±24.375 kg.  Harga untuk masing-masing jenis produk

diasumsikan ada tiga tingkatan yaitu ketika permintaan tinggi, sedang dan

rendah sebagaimana ditampilkan pada tabel 5.6. Merujuk dari harga

tersebut maka total pendapatan kotor dari produksi emping per tahun

mencapai  sekitar Rp 1.868.750.000,-. 

29

Page 30: an Produk Unggulan Emping Melinjo

Tabel 5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan

Sumber: Simulasi BI.

Proyeksi Rugi Laba dan BEP

Tingkat keuntungan atau profitabilitas dari usaha yang dilakukan

merupakan bagian yang sangat penting dalam analisis keuangan dari

rencana kegiatan investasi. Keuntungan dihitung dari selisih antara

penerimaan dan pengeluaran setiap tahunnya.

Hasil perhitungan proyeksi laba rugi menunjukkan bahwa pada

tahun pertama saja usaha ini telah untung sebesar Rp 160.876.167,-. 

Laba yang diperoleh ini akan meningkat pada tahun-tahun berikutnya. 

Laba bersih rata-rata selama periode proyek adalah Rp 168.815.333,- per

tahun dengan profit margin rata-rata per tahun sebesar 9.03%.  Dengan

mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel dan hasil penjualan

emping melinjo, BEP rata-rata per tahun selama 5 tahun periode prorek

usaha emping melinjo ini adalah Rp 728.961.265,- per tahun (BEP nilai

penjualan).  Perhitungan BEP dapat dilihat pada table 5.7. 

Tabel 5.7. Rata-rata Laba-Rugi dan BEP Usaha

30

Page 31: an Produk Unggulan Emping Melinjo

No. Uraian Nilai

1 Laba Pertahun 168.815.333

2 Profit Margin 9,03%

3 BEP Nilai penjualan (Rp) 728.961.265

4 BEP  Produksi :

Kualitas 1

- Tinggi 23.770

- Sedang 28.525

- Rendah 35.656

Kualitas 2

- Tinggi 7.923

- Sedang 9.904

- Rendah 11.319

Sumber: Simulasi BI.

Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek

Berdasarkan analisis arus kas, dilakukan perhitungan B/C ratio, Net

B/C ratio, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Pay

Back Period (PBP). Sebuah usaha berdasarkan kriteria investasi di atas

dikatakan layak jika B/C ratio atau Net B/C ratio > 1, NPV > 0 dan IRR >

discount rate.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa usaha emping melinjo layak

dilaksanakan, bahkan menguntungkan, karena pada tingkat suku bunga

(discount rate) 15% per tahun, net B/C ratio sebesar 2,59 (> 1) dan NPV

sebesar Rp 401.168.960,- (> 0).  Dengan nilai IRR 70,88% (> discount

rate), artinya proyek ini layak dilaksanakan meskipun tingkat suku bunga

(discount rate) mencapai 70,88% per tahun.

Pada Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa jangka waktu yang

dibutuhkan untuk mengembalikan seluruh biaya investasi usaha (PBP

usaha) adalah 1 tahun 7 bulan.  Dengan demikian usaha ini layak

dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih pendek

dari periode proyek.

Tabel 5.8. Kelayakan Usaha Emping Melinjo

31

Page 32: an Produk Unggulan Emping Melinjo

 No. Kriteria Nilai

1. NPV (Rp.) 401.168.960

2. IRR (%) 70,88%

3. Net B/C Ratio 2,59

4. Pay Back Periode (Usaha) 1 tahun 7 bulan

Sumber : Hasil Simulasi BI.

Analisis Sensitivitas

Dalam analisis proyek investasi emping melinjo terdapat

ketidakpastian yang akan mempengaruhi hasil perhitungan.  Analisis

sensitivitas akan dilakukan untuk menguji seberapa jauh proyek yang

dilaksanakan sensitif terhadap perubahan dan harga-harga bahan baku

dan output.  Dalam analisis sensitivitas ini digunakan 3 skenario yaitu:

1. Skenario I. Pendapatan proyek mengalami penurunan

sedangkan biaya investasi dan biaya operasional dianggap

tetap.  Penurunan pendapatan bisa diakibatkan oleh penurunan

harga emping, jumlah permintaan yang menurun ataupun

jumlah produksi yang menurun.

2. Skenario II. Biaya operasional mengalami kenaikan sedangkan

biaya investasi dan penerimaan proyek investasi tetap. 

Kenaikan biaya operasional bisa terjadi karena kenaikan harga

input untuk operasional seperti bahan baku, peralatan

operasional, dll.

3. Skenario III. Skenario ini merupakan gabungan dari skenario I

dan skenario II yaitu diasumsikan penerimaan proyek

mengalami penurunan dan biaya operasional mengalami

kenaikan, sedangkan biaya investasi tetap.

Pada skenario I, dengan penurunan pendapatan usaha sebesar

8%, usaha emping melinjo ini masih layak dilaksanakan dan layak pula

32

Page 33: an Produk Unggulan Emping Melinjo

diberi kredit.  Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria

kelayakan investasi (pada discount rate 15%) sebagai berikut : net B/C

ratio sebesar 1,13 (> 1), NPV sebesar Rp 33.043.408,- (> 0), dengan nilai

IRR 20,13% (> discount rate), PBP (usaha) adalah 4 tahun 5 bulan (<

periode proyek).

Pada skenario II, dengan kenaikan biaya operasional sebesar 9%,

usaha emping melinjo ini masih layak dilaksanakan dan layak pula diberi

kredit.  Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan

investasi (pada discount rate 15%) sebagai berikut : net B/C ratio sebesar

1,16 (> 1), NPV sebesar Rp40.423.715,- (> 0), nilai IRR 21,26% (>

discount rate), PBP (usaha) adalah 4 tahun 4 bulan (< periode proyek).

Untuk sensitivitas kenaikan biaya operasional sebesar 10%.

Pada skenario III, pada saat terjadi penurunan pendapatan

sebesar 4% sekaligus kenaikan biaya operasional sebesar 4%, usaha

emping melinjo ini masih layak dilaksanakan dan layak pula diberi kredit. 

Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi

(pada discount rate 15%) sebagai berikut : net B/C ratio sebesar 1,24 (>

1), NPV sebesar Rp 59.988.827 (> 0), nilai IRR 24,20% (> discount rate),

PBP (usaha) adalah 4 tahun (< periode proyek). Sensitivitas dengan

penurunan pendapatan sebesar 5% sekaligus kenaikan biaya operasional

sebesar 5%.

Hasil analisis sensitivitas di atas menunjukkan bahwa proyek ini

lebih sensitif terhadap penurunan pendapatan daripada kenaikan biaya

operasional. Dengan memperhatikan kriteria jangka waktu pengembalian

investasi (pay back period usaha), proyek ini sensitif pada penurunan

pendapatan sebesar 8% (dengan asumsi biaya operasional dan investasi

tetap), artinya jika penurunan pendapatan lebih besar dari 8% tiap

tahunnya, proyek ini menjadi tidak layak/merugi.  Sedangkan jika dilihat

dari perubahan biaya operasional, proyek ini sensitif pada kenaikan biaya

operasional sebesar 9% (dengan asumsi pendapatan dan biaya investasi

33

Page 34: an Produk Unggulan Emping Melinjo

tetap), artinya jika kenaikan biaya operasional lebih besar dari 9% tiap

tahunnya, proyek ini menjadi tidak layak/merugi.  Analisis sensitivitas

gabungan menunjukkan bahwa proyek ini sensitif pada kondisi terjadi

penurunan pendapatan sebesar 4% sekaligus kenaikan biaya operasional

sebesar 4%.

ASPEK SOSIAL EKONOMI

Berkembangnya industri emping melinjo di daerah ini sangat

berpengaruh bagi masyarakat sekitar. Proses pembuatan emping melinjo

yang masih tradisional dan padat karya mampu menyerap banyak tenaga

kerja. Industri tersebut terbukti mampu mengurangi jumlah pengangguran

di daerah tersebut. Sedangkan bagi pengusaha, kegiatan usaha emping

melinjo merupakan usaha yang menguntungkan. Lebih jauh, industri

emping melinjo dapat menjadi salah satu sumber pendapatan daerah baik

melalui perdagangan domestik maupun ekspor.

Sejalan dengan hal di atas, maka pengembangan industri emping

melinjo dapat menjadi industri penggerak bagi perekonomian Banten pada

umumnya dan Pandeglang pada khususnya. Sekaligus dapat

berkontribusi pada pengurangan kemiskinan melalui kebutuhan tenaga

kerja secara massal pada proses produksi.

ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN

Sejauh ini, industri emping melinjo tidak menimbulkan dampak

negatif terhadap lingkungan sekitar.  Ini karena industri emping melinjo

tidak menimbulkan limbah seperti pada industri lainnya.  Semua bagian

dari biji melinjo dapat digunakan untuk :

1. Kulit luar biji melinjo yang sudah dikupas dapat dimanfaatkan

untuk mebuat sayur.

2. Cangkang biji melinjo dapat digunakan sebagai pupuk untuk

tanaman (dengan cara dibakar).

34

Page 35: an Produk Unggulan Emping Melinjo

3. Daging melinjonya sendiri dipakai sebagai bahan baku pembuat

emping.

Dengan demikian, usaha emping melinjo merupakan usaha yang

ramah lingkungan, sehingga dapat dijadikan sebagai usaha green label

yang menarik bagi pasar internasional.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Industri emping merupakan industri yang menggunakan peralatan

sederhana sehingga mudah untuk replikasi di wilayah lain, terutama

yang mempunyai potensi bahan baku. Ini karena hampir semua

tahapan dalam proses produksi masih menggunakan tenaga manusia

kecuali pada tahap pengemasan.

2. Industri emping merupakan industri padat karya yang mampu

menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.  Tenaga kerja yang

dibutuhkan dalam industri ini tidak memerlukan kualifikasi khusus,

sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Ini berpotensi untuk

menyerap pengangguran di wilayah pedesaan.

3. Industri emping melinjo merupakan industri yang mempunyai prospek

yang bagus serta pangsa pasar yang masih luas bahkan ke pasar

ekspor.

4. Dilihat dari aspek keuangannya, usaha emping melinjo cukup

menguntungkan dengan profit margin rata-rata sebesar 9,03% per

tahun.  Usaha ini juga dinilai layak untuk dilakukan karena memiliki

IRR sebesar 70,88%, lebih tinggi dibandingkan asumsi discount factor

yang digunakan yaitu 15%. 

5. Dari analisa sensitifitasnya, usaha emping melinjo ini sensitif terhadap

adanya perubahan pada tingkat pendapatan dan biaya operasional. 

35

Page 36: an Produk Unggulan Emping Melinjo

6. Usaha emping melinjo merupakan usaha yang menguntukan, oleh

karena itu bank-bank setempat sudah mencairkan kredit untuk

pengembangan usaha ini.

7. Industri ini tidak menimbulkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan

sekitar/ramah lingkungan.

Saran-saran

1. Untuk mendorong perkembangan usaha emping melinjo, maka perlu

dibangun semacam terminal bahan baku. Tujuannya untuk menjamin

pasokan bahan baku emping dengan harga yang stabil.

2. Peningkatan konsistensi kualitas emping melinjo dapat dicapai melalui

penumbuhkembangan kesadaran pengrajin untuk mengemping

dengan benar. Insentif yang dapat ditawarkan adalah besar upah yang

dibedakan atas dasar kualitas.

3. Perluasan pasar emping dapat dipacu melalui peningkatan kapasitas

pengusaha baik dalam hal pengetahuan dan keterampilan tentang

pasar modern (supermarket, ekspor dsb), peningkatan kualitas

kemasan serta peningkatan kualitas produk. Terkait dengan upaya

tersebut, dukungan semua pihak baik pemerintah, swasta dan

perbankan sangat diharapkan. Hal ini mengingat produk emping selain

dapat menjadi sumber pendapatan daerah juga dapat menjadi

instrumen untuk pengurangan pengangguran yang pada akhirkan

dapat mengurangi jumlah penduduk miskin di wilayah tersebut.

36