wrup up kedkom sk 2
Post on 19-Apr-2017
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Kata- kata sulit
1. Kejadian Luar Biasa : Peningkatan frekuensi penderita penyakit pada populasi tertentu
pada tempat dan musim atau tahun yang sama.
2. Incidence Rate : Suatu frekuensi penyakit baru yang terjadi di populasi tertentu.
3. Case Fatality Rate : Suatu presentasi penyakit unutk menandakan kegawatan dari
penyakit tersebut
4. Penyelidikan Epidemiologi : suatu survey yang dilakukan untuk mengetahui kejadian
penyakit tersebut di masyarakat tertentu.
5. Lintas Program : Suatu pekerjaan yang pelaksanaanya dibutuhkan kerja sama dari
berbagai kesehatan.
6. Lintas sektoral : suatu pekerjaan yang pelaksanaanya dibutuhkan kerja sama dari
berbagai lapisan masyarakat.
Pertanyaan
1. Bagaimana cara pencegahan KLB ?
2. Bagaimana tindakan unutk KLB?
3. Kapan suatu penyakit dikategorikan KLB?
4. Sebutkan Visi dan Misi Puskesmas!
5. Berapa nilai normal CFR?
6. Apa sajakah Peranan Puskesma?
7. Apa saja faktor KLB?
Jawaban
1. Penyuluhan, perbaikan kesehatan, fasiltas kesehatan yang baik dan cukup.
2. Tentukan masalah → kajian masalah → cros cek → kerangka konsep → survey →
pendekatan system → diketahui penyebabnya → teori untuk menyelesaikan masalah→
teori John Gordon → kesalahnya di agent, host environment → penanganya lintas
program dan sektoral.
1
3. Timbulnya penyakit menular yg sebelumnya tidak ada, peningkatan kejadian penyakit
terus menerus menurut jenis penyakit, peningkatan kejadian penyakit atau kematian 2x
lipat atau lebih.
4. Visi : Membentuk kecamatan yang sehat dari lingkungan, perilaku, cakupan pelayanan
kesehatan dan derajat kesehatan.
Misi :
Pembangunan wawasan kesehatan di wilayah kerja
Mendorong kemandirian hidup sehat
Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan.
Memlihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarkat.
5. Case fatality rate dari suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu menunjukkan 50% atau
lebih dibandingkan CFR dari periode sebelumnya.
6. Menjangkau wiliyah terpencil dalam hal penyelenggaraan kesehatan.
7. HERD immunity adalah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian penduduk untuk
menghalangi penyebaran, lingkungan yang buruk, patogenitas.
Hipotesis
Visi dan misi puskesmas → kategori KLB →faktor yang mempengaruhi KLB → CFR ↑ →KLB
→ tindakan KLB → Pencegahan KLB.
2
Skenario 2
KEJADIAN PENYAKIT DAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
Pada tahun 2011, ditetapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) Demam Berdarah Dengue di Kota
Pekanbaru. Pernyataan resmi ini disampaikan Pejabat Walikota Pekanbaru setelah mendengar
laporan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekan baru dalam rapat koordinasi. Pada bulan Februari
tahun 2010 terdapat sebanyak 202 kasus dan bulan Februari tahun 2011 mencapai 450 kasus. Hal
ini menunjukkan peningkatan sebesar kurang lebih dua kali lipat dari periode tahun sebelumnya.
IR (Incidence Rate) DBD menurut WHO di Indonesia adalah sebesar <50 per 100.000 penduduk
dengan CFR (Case Fatality Rate) 0,2. Kematian yang terjadi pada kasus DBD disebabkan masih
kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap gejala DBD. Seringkali pasien
datang ke puskesmas dalam stadium lanjut, dimana terdapat perdarahan spontan dan syok. Pada
stadium demam terdapat kebiasaan masyarakat yang cenderung untuk mengobati diri sendiri
dengan cara membaluri badan dengan bawang merah yang dicampur minyak goreng terlebih
dahulu kemudian membeli obat penurun panas diwarung atau toko obat. Masyarakat tidak
mengerti kalau pada saat mulai demam harus segera dibawa ke Puskemas.
Karena adanya KLB tersebut, Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi (EP) ke
lapangan untuk mengetahui penyebab terjadinya KLB. Berdasarkan hasil penyelidikan
epidemiologi tersebut, Puskesmas melakukan tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi
KLB.
Banyaknya penderita DBD di Puskesmas membutuhkan obat-obatan dan cairan infus bagi pasien
yang jumlahnya sangat banyak, sementara persediaan di puskesmas juga terbatas. Untuk
mengatasi hal tersebut Puskesmas melakukan rujukan kesehatan masyarakat ke dinas Dinas
Kesehatan Kota Pekanbaru.
Program penanggulangan DBD yang berjalan seharusnya bukan hanya dikerjakaan oleh
Puskesmas sendiri secara lintas program, tetapi juga dikerjakaan secara lintas sektoral demi
untuk meningkatkan mutu pelayanan. Pada saat yang bersamaan, terjadi ledakaan kasus campak
dalam 3 tahun terakhir selalu berada pada kisaran < 50 %.
3
Dalam pertemuan lintas sektoral, tokoh agama juga terlibat dalam ikut urun rembuk penyelesaian
masalah kesehatan di masyarakat. Tokoh agama menyampaikan, bahwa dalam pandangan islam
menciptakan kemaslahatan insani yang hakiki adalah merupakan salah satu tujuan syariat islam
dan hukum menjaga kesehatan dan berobat adalah wajib.
4
Sasaran Belajar
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Kejadian Luar Biasa
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Kejadian Luar Biasa
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Perbedaan Kejadian Luar Biasa dan Wabah
LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Kriteria Kejadian Luar Biasa
LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Faktor Kejadian Luar Biasa
LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Kejadian Luar Biasa
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Penyelidikan Epidemiology
LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Penyelidikan Epidemiology
LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Tujuan Penyelidikan Epidemiology
LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Langkah – Langkah Penyelidikan Epidemiology
LO 2.4 Memahami dan Menjelaskan Pembahasan Epidemiology
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Puakesmas
LO 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Puskesmas
LO 3.2 Memahami dan Menjelaskan Tujuan Puskesmas
LO 3.3 Memahami dan Menjelaskan Visi dan Misi Puskesmas
LO 3.4 Memahami dan Menjelaskan Program Pelayanan Kesehatan Puskesmas
LO 3.5 Memahami dan Menjelaskan Rujukan Puskesmas
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Perilaku Behavior dan health care sicking
LI 5 Memahami dan Menjelaskan Hukum Menjaga Kesehatan dan Berobat dalam islam
5
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Kejadian Luar Biasa
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Kejadian Luar Biasa
Kep. Dirjen PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991 Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan
Penanggulangan KLB-Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kesakitan / kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah
tertentu.
UU : 4 Tahun 1984-kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya ataumeningkatnya kejadian
kesakitan / kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu.
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Perbedaan Kejadian Luar Biasa dan Wabah
Perbedaan definisi antara Wabah dan KLB :
Wabah harus mencakup:
Jumlah kasus yang besar.
Daerah yang luas .
Waktu yang lebih lama.
Dampak yang timbulkan lebih berat.
Pengertian Wabah
1. Wabah merupakan kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaaan lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (UU NO 4 TAHUN 1984).
2. Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar
orang didaerah luas (KBBI : 1989).
3. Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara
cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit (Depkes RI, DirJen P2MPLP :
1981).
6
4. Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu daerah,
yang nyata jelas melebihi jumlah biasa (Benenson : 1985)
5. Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita
penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang
berhubungan dengan kesehatan yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa. (Last :
1981) Di Indonesia pernyataan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan .
Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan
penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi). Kejadian
atau peristiwa dalam masyarakat atau wilayah dari suatu kasus penyakit tertentu yang secara
nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan.
CONTOH WABAH :
1) Polio
Polio (juga disebut poliomyelitis) adalah penyakit menular yang telah menghancurkan
populasi manusia di belahan bumi Barat di paruh kedua abad ke-20. Walaupun polio
telah menjangkiti manusia sejak zaman kuno, wabah yang paling luas terjadi di paruh
pertama 1900-an sebelum vaksinasi dibuat oleh Jonas Salk, dan telah tersedia secara luas
pada tahun 1955.
2) Cacar (variola vera)
Cacar adalah penyakit menular yang serius dan kadang-kadang fatal. Tidak ada obat
khusus untuk penyakit cacar. Yang ada hanya pencegahan melalui vaksinasi. Ada dua
bentuk klinis dari cacar. Variola mayor (besar) adalah bentuk parah dan paling umum,
ditandai dengan ruam kulit yang luas dan demam tinggi. Secara historis, variola besar
memiliki tingkat kematian keseluruhan sekitar 30%, namun, perdarahan yang terjadi bisa
berakibat fatal. Variola minor. merupakan bentuk kurang umum dari cacar. Jenis ini
kurang parah, dengan angka kematian historis dari 1% atau kurang
3) Kolera
Adalah suatu infeksi usus halus yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Gejala
utamanya adalah diare dan muntah. Penularan terutama melalui air minum atau
7
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi. Keparahan diare dan muntah dapat
menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
Istilah-istilah yang sering terdapat dalam kejadian luar biasa :
Epidemi
Wabah atau epidemi adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada
daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar
tersebut. Epidemi dipelajari dalam epidemiologi. Dalam epidemiologi, epidemi berasal dari
bahasa Yunani yaitu “epi” berarti pada dan “demos” berarti rakyat. Dengan kata lain, epidemi
adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat dari pada yang diduga. Jumlah kasus baru penyakit
di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu disebut incidens rate (laju timbulnya
penyakit). Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia, pengertian wabah dapat dikatakan sama
dengan epidemi, yaitu “kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka
Endemi
Endemi adalah penyakit yang umum terjadi pada laju konstan namun cukup tinggi pada suatu
populasi. Berasal dari bahasa Yunani “en” yang artinya di dalam dan “demos” yang artinya
rakyat. Terjadi pada suatu populasi dan hanya berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa
adanya pengaruh dari luar.
Pandemi
Pandemi atau epidemi global atau wabah global adalah kondisi dimana terjangkitnya penyakit
menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. Berasal dari bahasa Yunani “pan”
yang artinya semua dan “demos” yang artinya rakyat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila ketiga syarat
berikut telah terpenuhi :
Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi bersangkutan,
Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius,
8
Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada manusia.
Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemic hanya karena menewaskan
banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai kanker menimbulkan angka
kematian yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai pandemi karena tidak ditularkan.
A. Menurut Penyebab
Toksin :
- Enterotoxin, misalnya yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus,
Vibrio, Cholera, Escherichia, Shigella.
- Eksotoxin (bakteri), misalnya yang dihasilkan oleh Clostridium
botulinum, Clostridium perfringens.
- Endotoxin
- Infeksi (Virus, Bakteri, Protozoa, Cacing)
- Toksin Biologis (Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun
tumbuh-tumbuhan)
- Toksin Kimia : Zat kimia organik : logam berat (seperti air raksa, timah),
logam lain, Cyanida, Zat kimia organik : nitrit, pestisida, Gas-gas
beracun : CO, CO2, HCN, dan sebagainya
B. Menurut Sumber KLB
Manusia misal: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti
: Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis.
Kegiatan manusia, misal : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe
bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan
racun).
Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira,
Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton
Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella, Staphylokok,
Streptokok.
Udara, misal : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.
Permukaan benda-benda/alat-alat misal : Salmonella.
9
Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella.
Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.
C. Menurut Penyakit Wabah
Beberapa penyakit dari sumber di atas yang sering menjadi wabah :
LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Kriteria Kejadian Luar Biasa
KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya, maka untuk
mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen PPM
& PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan
Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu :
1) Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidakdikenal.
2) Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan,tahun)
3) Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
4) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kalilipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
10
5) Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
lebih dibanding dengan angka rata-rata perbulan dari tahun sebelumnya.
6) Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan
kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
7) Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih dibanding periode yang samadan kurun waktu/tahun sebelumnya.
8) Beberapa penyakit khusus : Kholera, “DHF/DSS”,
(a)Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis).
(b) Terdapat satuatau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya
daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
9) Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan
pestisida.
Dalam buku Umar, Surveilens Epidemiologi Penyakit Menular yang ditulis oleh Prof. Dr.
Umar, suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria
sbb:
a. Timbulnya suatu penyakit/kesakitan yang sebelumnya tidak ada/tdk diketahui.
b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, dst)
c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali atau lebih dibandingkan periode
sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan,tahun).
d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dgn angka rata2 per bulan dlm tahun sebelumnya.
e. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih
dibandingkan dgn angka rata2 perbulan dalam tahun sebelumnya.
f. Case fatality rate dari suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu menunjukkan 50% atau
lebih dibandingkan CFR dari periode sebelumnya.
g. Proporsional rate (PR) penderita baru dari periode tertentu menunjukkan kenaikan 2 kali
lipat atau lebih dibandingkan periode yg sama dlm kurun waktu/tahun sebelumnya.
h. Beberapa penyakit khusus :kholera,DHF/DSS, SARS, avian flu, tetanus neonatorum.
i. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)
11
j. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4minggu sebelumnya daerah
tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
k. Beberapa penyakit yg dialami 1 (satu) atau lebih penderita : keracunan makanan dan
keracunan pestisida.
l. Dalam menentukan apakah ada wabah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa minggu atau
bulan sebelumnya.
m. Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan.
n. Sumber informasi bervariasi :
Catatan hasil surveilans\Catatan keluar rumah sakit statistik kematian,register,dll.
Bila data local tidak ada dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya atau data
nasional
Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat menentukan kondisi penyakit yang
biasanya ada.
Pseudo-epidemik :
Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita
Adanya cara diagnosis baru
Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat
Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa
Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan
LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Faktor Kejadian Luar Biasa
Faktor yang mempengaruhi KLB
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/Wabah adalah Herd Immunity.
Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian
penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini dapat disamakan dengan tingkat
kekebalan individu yaitu makin tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin sulit terkena penyakit
tersebut. Demikian pula dengan herd immunity, makin banyak proporsi penduduk yang kebal
berarti makin tinggi tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi semakin
sulit.
12
Kemampuan mengadakan perlindungan atau tingginya herd immunity untuk menghindari terjadi
epidemi bervariasi untuk tiap penyakit tergantung pada:
1) Proporsi penduduk yang kebal
2) Kemampuan penyebaran penyakit oleh kasus atau karier
3) Kebiasaan hidup penduduk.
Pengetahuan tentang herd immunity bermanfaat untuk mengetahui bahwa menhindarkan
terjadniya epidemi tidak perlu semua penduduk yang rentan tidak dapat dipastikan, tetapi
tergantung dari jenis penyakitnya, misalnya variola dibutuhkan 90%-95% penduduk kebal.
Setelah terjadi wabah, jumlah penduduk yang kebal bertambah hingga herd immunity meningkat
hingga penyebaran penyakit berhenti. Setelah beberapa waktu jumlah penduduk yang kebal
menurun demikian pula dengan herd immunity-nya dan wabah penyakit tersebut datang kembali,
demikianlah seterusnya.
HERD IMMUNITY (kekebalan herd)
Kekebalan Herd (atau kekebalan masyarakat) menjelaskan bentuk kekebalan yang terjadi ketika
vaksinasi sebagian besar populasi (atau kelompok) memberikan ukuran perlindungan bagi
individu yang belum mengembangkan kekebalan .
1. Teori kekebalan Herd mengusulkan. itu, pada penyakit menular yang ditularkan dari
individu ke individu, rantai infeksi yang mungkin terganggu ketika sejumlah besar
populasi kebal terhadap penyakit. Semakin besar proporsi individu yang kebal, semakin
kecil kemungkinan bahwa individu rentan akan datang ke dalam kontak dengan individu
menular.
2. Estimasi Herd Imunitas ambang untuk vaksin penyakit dapat dicegah . Transmisi R0
Penyakit ambang kekebalan Herd
o Difteri Air liur 6-7 85%
o Campak Airborne 12-18 83-94%
o Gondong Airborne droplet 4-7 75-86%
o Pertusis Airborne droplet 12-17 92-94%
o Polio tinja-oral route 5-7 80-86%
13
o Rubella Airborne droplet 5-7 80 – 85%
o Cacar Sosial menghubungi 6-7 83-85%
R0 adalah bilangan reproduksi dasar, atau rata-rata jumlah kasus infeksi sekunder yang
dihasilkan oleh kasus indeks tunggal dalam populasi benar-benar rentan. Batas presentase untuk
tercapainyaherd immunity untuk berbagai jenis penyakitbervariasi luas, disamping angka
tersebut juga dipengaruhi oleh factor komposisi dan kepadatan penduduk serta faktor lingkungan
lainnya. Imunitas kelompok ini penting untuk diamati dalam upaya pemantauan beberapa jenis
penyakityang secara periodic berpeluang menimbulkan wabah karena adanya perubahan
komposisi penduduk dalam suatu masyarakat.
Kekebalan Herd hanya berlaku untuk penyakit yang menular. Ini tidak berlaku untuk
penyakit seperti tetanus (yang menular, tetapi tidak menular), dimana vaksin hanya melindungi
orang yang divaksinasi dari penyakit Herd imunitas tidak. Harus bingung dengan kekebalan
kontak, sebuah konsep terkait dimana sebuah divaksinasi individu dapat ‘menularkan’ vaksin ke
seseorang lainnya melalui kontak. Dan penyakit malaria juga tidak berlaku untuk herd immunity
dikarenakan malaria bukan penyakit menular . penyakit malaria hanya suatu penyakit yang
disebabkan oleh vector nyamuk Anopheles.
LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Kejadian Luar Biasa
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat
diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan
melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan
yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat
terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah
pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara
mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan
analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota
Surabaya, 2002). Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit
menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus
dilaporkan segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga
14
menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat, yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim
pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Dalam rangka mengantisipasi wabah secara dini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa
(KLB) sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini
adalah penentuan penyakit didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga
seringkali KLB terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003).
Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem surveilans
dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan Early Warning
Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu sistem jaringan informasi yang
menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa
pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat (Badan Litbangkes,
Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat,
sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah
DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi
jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit
DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003)
PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN WABAH
Bahwa suatu wabah telah terjadi perlu dikonfirmasikan terlebih dahulu untuk kemudian perlu
dicarikan cara atau langkah penanggulangannya yang efektif dan efisien.
Secara garis besarnya langkah-langkahnya kurang lebih sebagai berikut :
1. Tegakkan diagnosa penyakit(atau masalah kesehatan) dengan benar.
2. Menetapkan apakah kondisi (terutama frekwensi) sudah dapat dikategorikan mewabah
(epidemis)
3. Deskripsikan penyebaran wabah menurut orang, tempat, dan waktu, atau menguraikan
pertanyaan 5W+1H.
15
4. Apakah dari uraian pada tahap deskriptif tersebut dapat tersusun gambaran ‘Natural
History’ yang kemudian dapat dikenali ‘gaps of knowledge’ yang dapat dipakai untuk
menyusun hipotesa tentang terjadinya dan penyebarannya wabah tersebut.
5. Menyusun strategi penanggulangannya dan menkankan pada upaya preventif dan
diagnosa dini dengan cara pemutusan mata rantai penularan.
6. Menyusun laporan dari semua data menjadi hasil laporan.
Stakeholder yang dapat berperan pada kasus penyakit ini adalah :
1) Dinas Kesehatan Kota/kabupaten (DKK). Peranannya yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut :
Penentuan atau pengambilan keputusan sebagai kebijakan yang akan dilaksanakan
terkait denganmasalah malaria. Misalnya, kebijakan DKK dalam penanggulangan
dan pemberantasan malaria melalui pendekatan “roll back malaria” (RBM) yang
dioperasionalkan melalui Gerakan Berantas Kembali atau “GEBRAK” malaria
Penyebaran informasi yang terkait dengan di daerah rawan/berpotensi terjadinya
atau munculnya kasus malaria dan daerah endemis malaria, serta langkah-langkah
yang harus diambil pada saat kasus muncul.
2) Puskesmas; Peranan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
Menegaskan kembali program-program pencegahan, pengendalian, dan
pemberantasan yang tersendat atau tidak berjalan akibat adanya beberapa faktor
tertentu.
Melakukan program-program yang bersifat teknis. Misalnya, deteksi dini melalui
metode mass fever survey dan mass blood survey, fogging, melaksanakan
program 3M++, penyuluhan, dan beberapa program pencegahan,
penanggulangan, dan pemberantasan lainnya.
3) Stakeholder Kunci
Stakeholder ini mempunyai peran yang tidak klalah penting. Adapun hal-hal yang dapat
dilakukan oleh stakeholder ini diantaranya adalah
4) Key person dapat lebih meyakinkan masyarakat mengenai pentingnya program-program
dari puskesmas atau DKK. Key person dianggap sebagai panutan atau contoh yang dianut
16
masyarakat tersebut. Sehingga adanya hubungan antara dinas atau lembaga kesehatan
dengan key person mempermudah berjalannya program-program yang dijalankan
Pencegahan terjadinya wabah/KLB adalah :
1. Pencegahan tingkat pertama
Menurunkan faktor penyebab terjadinya wabah serendah mungkin dengan cara
desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi yang bertujuan untuk menghilangkan
mikroorganisme penyebab penyakit dan menghilangkan sumner penularan.
Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti
peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan, peningkatan lingkungan biologis
seperti pemberntasan serangga dan binatang pengerat serta peningkatan
lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga.
Meningkatkan daya tahan pejamu meliputi perbaikan status gizi,kualitas hidup
penduduk, pemberian imunisasi serta peningkatan status psikologis.
2. Pencegahan tingkat kedua
Sasaran pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang menderita atau
dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas) dengan
cara diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dicegah meluasnya penyakit atau
untuk mencegah timbulnya wabah serta untuk segera mencegah proses penyakit lebih
lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi.
3. Pencegahan tingkat ketiga
Bertujuan untuk mencegah jangan sampai penderita mengalami cacat atau kelainan
permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian
akibat penyakit tersebut dengan dilakukannya rehabilitasi.
4. Strategi pencegahan penyakit
Dilakukan usaha peningkatan derajat kesehatan individu dan masyarakat, perlindungan
terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penanganan dan
pengurangan gangguan serta masalah kesehatan serta rehabilitasi lingkungan.
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Penyelidikan Epidemiology
17
LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Penyelidikan Epidemiology
Penyelidikan epidemiologi (PE) adalah rangkaian kegiatan untuk mengetahui suatu kejadian baik
sedang berlangsung maupun yang telah terjadi, sifatnya penelitian, melalui pengumpulan data
primer dan sekunder, pengolahan dan analisa data, membuat kesimpulan dan rekomendasi dalam
bentuk laporan.
LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Tujuan Penyelidikan Epidemiology
Tujuan dalam Penyelidikan Epidemiologi :
Mendapatkan besaran masalah yang sesunguhnya
Mendapatkan gambaran klinis dari suatu penyakit
Mendapatkan gambaran kasus menurut variabel Epidemiology
Mendapatkan informasi tentang faktor risiko (lingkungan, vektor, perilaku, dll) dan
etiologi.
Dari ke empat tujuan di tersebut dapat dianalisis sehingga dapat memberikan suatu
penanggulangan atau pencegahan dari penyakit itu.
LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Langkah–Langkah Penyelidikan
Epidemiology
a. Tahap Survei pendahuluan:
Menegakan diagnose
Memastikan adanya KLB
Buat hypotesa mengenai penyebab, cara penyebaran, dan faktor yg
mempengaruhinya
b. Tahap pengumpulan data :
Identifikasi kasus kedalam variabel epid(orang, tempat, waktu )
Tentukan agen penyebab, cara penyebaran, dan faktor yg mempengaruhinya.
Menentukan kelompok yang rentan/beresiko
c. Tahap pengolahan data :
18
Lakukan pengolahan data menurut variabel epidemiologi, menurut ukuran
epid (Angka insiden, Angka prevalen, Case fatality), menurut nilai statistik
(Mean, median mode, deviasi)
Lakukan analisa data :
1) Menurut variabel epid, menurut ukuran epid, menurut nilai statistik.
2) Bandingkan nilai-nilai tsb dengan kejadian atau nilai-nilai yg sudah ada
Buat intepretasi hasil analisa
Buat laporan hasil PE
d. Tentukan tindakan penanggulangan dan pencegahannya
1) Tindakan penanggulangan :
Pengobatan penderita
Isolasi kasus
2) Tindakan pencegahan :
Surveilans yg ketat
Perbaikan mutu lingkungan
Proteksi diri
Perbaikan status kes masyarakat
LO 2.4 Memahami dan Menjelaskan Pembahasan Epidemiology
A. Proporsi
Proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Proporsi
digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasi
Rumus Proporsi = x / (x+y) x k
Contoh:
Proporsi Mhs wanita =
Jumlah Mahasiswa wanita
------------------------------------------ k
Jumlah Mahasiswa wanita + pria
19
B. Ratio
Ratio adalah perbandingan dua bilangan yang tidak saling tergantung. Ratio digunakan untuk
menyatakan besarnya kejadian
Rumus Ratio: (x/y) k
Ratio dapat juga dinyatakan sebagai perbandingan Ratio x : y = 1 : 2
Contoh:
Sex ratio =
jumlah pria
---------------------- k
jumlah wanita
C. Rate
Rate adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang mempunyai risiko
kejadian tersebut. Rate digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian tertentu
dalam masyarakat.
Rumus Rate: (x/y) k
X: angka kejadian
Y: populasi berisiko
K: konstanta (angka kelipatan dari 10)
PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN/ MORBIDITAS
a. INCIDENCE RATE
20
Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu
tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu
Incidence Rate (IR):
Jumlah penyakit baru
--------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko
b. PREVALENCE RATE
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam masyarakat di
suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu.
• PR yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point
Prevalence Rate.
• PR yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember
2000) disebut Periode Prevalence Rate.
Prevalence Rate (PR):
Jumlah penyakit lama + baru
--------------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko
c. ATTACK RATE
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu
Attack Rate (AR):
Jumlah penyakit baru
--------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko
21
(dalam waktu wabah berlangsung)
PENGUKURAN MORTALITY RATE
a. CRUDE DEATH RATE
CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama satu tahun dibagi
jumlah penduduk pada pertengahan tahun
CDR (Crude Death Rate)
Jumlah semua kematian
--------------------------------- k
Jumlah semua penduduk
b. SPECIFIC DEATH RATE
SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu selama satu tahun dibagi jumlah
penduduk pada pertengahan tahun
SDR (Specific Death Rate
Jumlah kematian penyakit x
----------------------------------- k
Jumlah semua penduduk
c. CASE FATALITY RATE
CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk menentukan
kegawatan/ keganasan penyakit tersebut.
CFR (Case Fatality Rate):
Jumlah kematian penyakit x
------------------------------------ x 100%
Jumlah kasus penyakit x
d. MATERNAL MORTALITY RATE
22
MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/
melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran hidup
MMR (Maternal Mortality Rate):
Jumlah kematian Ibu
------------------------------ x 100.000
Jumlah kelahiran hidup
e. INFANT MORTALITY RATE
IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per 1000
kelahiran hidup.
IMR (Infant Mortality Rate):
Juml kematian bayi
----------------------------- x 1000
Juml kelahiran hidup
f. NEONATAL MORTALITY RATE
NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi sampai umur < 4
minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup
NMR (Neonatal Mortality Rate):
Jumlah kematian neonatus
------------------------------------ x 1000
Jumlah kelahiran hidup
g. PERINATAL MORTALITY RATE
PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur 28 minggu s/d 7
hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup
PMR (Perinatal Mortality Rate):
Jumlah kematian perinatal
23
---------------------------------- -x 1000
Jumlah kelahiran hidup
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Puskesmas
LO 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang mempunyai misi
sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu
wilayah kerja tertentu (Muninjaya:1999).
Pusat Kesehatan Masyarakat adalah Unit Pelaksana tehnis Dinas Kesehatan Daerah yang
melaksanakan pelayanan upaya kesehatan secara paripurna kepada masyarakat di wilayah kerja
tertentu, yang selanjutnya disebut PUSKESMAS (Wijono, 1997:635).
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (DEPKES RI:2006).
Menurut DepKes RI (2004), Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kesehatan.
a. Unit pelayanan teknis
Sebagai unit pelaksana teknis (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis oprasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan
merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia.
b. Pembangunan Kesehatan
24
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
c. Pertanggung Jawaban Penyelenggaraan
Penannggungjawaban utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah
kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan puskesmas bertanggung
jawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
d. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila di suatu
kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar
puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).
Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota.
LO 3.2 Memahami dan Menjelaskan Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).
LO 3.3 Memahami dan Menjelaskan Visi dan Misi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya
Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran
masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni
masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama, yakni:
25
1) Lingkungan sehat
2) Perilaku sehat
3) Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta
4) Derajat kesehatan penduduk kecamatan
Misi tersebut adalah:
1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di wilayah
kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan
damapk negative terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku
masyarakat.
2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan
kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.
3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan
pelayanan kesehatan sertameningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau
oleh seluruh anggota masyarakat.
4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan
menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan
26
peningkatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang
bersangkutan.
LO 3.4 Memahami dan Menjelaskan Program Pelayanan Kesehatan Puskesmas
Program Pokok Puskesmas
Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib di laksanakan
karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Ada 6 Program Pokok pelayanan kesehatan di Puskesmas yaitu :
1. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan kesehatan untuk
mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien dilakukan oleh
seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama
anamnesis dan pemeriksaan
2. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan untuk
membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui kegiatan penyuluhan
(induvidu, kelompok maupun masyarakat).
3. Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di Puskesmas
yang ditujuhkan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia Subur) untuk
ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita.
4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu program
pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit
menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll).
5. Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat,
27
6. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan, perbaikan gizi
masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan
Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium
(GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan
Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
Program Pengembangan Puskesmas
Program Pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas adalah beberapa upaya kesehatan
pengembangan yang ditetapkan Puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan
permasalahan, kebutuhan dan kemampuan puskesmas. Dalam struktur organisasi puskesmas
program pengembangan ini biasa disebut Program spesifik lokal.
Program pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas tersebut adalah
1. Usaha Kesehatan Sekolah, adalah pembinaan kesehatan masyarakat yang dilakukan
petugas Puskesmas di sekolah-sekolah (SD,SMP dan SMP) diwilayah kerja Puskesmas
2. Kesehatan Olah Raga adalah semua bentuk kegiatan yang menerapkan ilmu
pengetahuan fisik untuk meningkatkan kesegaran jasmani masyarakat, naik atlet maupun
masyarakat umum. Misalnya pembinaan dan pemeriksaan kesegaran jasmani anak
sekolah dan kelompok masyarakat yang dilakukan puskesmas di luar gedung
3. Perawatan Kesehatan Masyarakat, adalah program pelayanan penanganan kasus
tertentu dari kunjungan puskesmas akan ditindak lanjuti atau dikunjungi ketempat
tinggalnya untuk dilakukan asuhan keperawatan induvidu dan asuhan keperawatan
keluarganya. Misalnya kasus gizi kurang penderita ISPA/Pneumonia
4. Kesehatan Kerja, adalah program pelayanan kesehatan kerja puskesmas yang
ditujuhkan untuk masyarakat pekerja informal maupun formal diwilayah kerja puskesmas
dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit serta kecelakaan yang berkaitan
dengan pekerjaan dan lingkungan kerja. Misalnya pemeriksaan secara berkala di tempat
kerja oleh petugas puskesmas
28
5. Kesehatan Gigi dan Mulut, adalah program pelayanan kesehatan gizi dan mulut yang
dilakukan Puskesmas kepada masyarakat baik didalam maupun diluar gedung (mengatasi
kelainan atau penyakit ronggo mulut dan gizi yang merupakan salah satu penyakit yang
terbanyak di jumpai di Puskesmas
6. Kesehatan Jiwa, adalah program pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan oleh
tenaga Puskesmas dengan didukung oleh peran serta masyarakat, dalam rangka
mencapai derajat kesehatan jiwa masyarakat yang optimal melalui kegiatan
pengenalan/deteksi dini gangguan jiwa, pertolongan pertama gangguan jiwa dan
konseling jiwa. Sehat jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Misalnya ada konseling jiwa di Puskesmas.
7. Kesehatan Mata adalah program pelayanan kesehatan mata terutama pemeliharaan
kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dibidang mata dan pencegahan
kebutaan oleh tenaga kesehatan Puskesmas dan didukung oleh peran serta aktif
masyarakat. Misalnya upaya penanggulangan gangguan refraksi pada anak sekolah.
8. Kesehatan Usia Lanjut, adalah program pelayanan kesehatan usia lanjut atau upaya
kesehatan khusus yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan dukungan peran
serta aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat usia
lanjut. Misalnya pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi dini penyakit degeneratif,
kardiovaskuler seperti : diabetes Melitus, Hipertensi dan Osteoporosis pada kelompok
masyarakat usia lanjut.
9. Pembinaan Pengobatan Tradisional, Adalah program pembinaan terhadap pelayanan
pengobatan tradisional, pengobat tradisional dan cara pengobatan tradisional. Yang
dimaksud pengobatan tradisional adalah pengobatan yang dilakukan secara turun
temurun, baik yang menggunakan herbal (jamu), alat (tusuk jarum, juru sunat) maupun
keterampilan (pijat, patah tulang).
10. Kesehatan haji adalah program pelayanan kesehatan untuk calon dan jemaah haji yang
meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan kebugaran dan pemantauan kesehatan
jemaah yang kembali (pulang) dari menaikan ibadah haji.
29
11. Dan beberapa upaya kesehatan pengembangan lainnya yang spesifik lokal yang
dikembangkan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
Setiap program yang dilaksanakan di puskesmas di lengkapi dengan pelaksana program yang
terlatih dan sesuai dengan keahliannya, peralatan kesehatan (alat pelayanan dan bahan habis
pakai kesehatan), dilengkapi juga dengan pedoman pelaksanan program dan sasaran program
(populasi sasaran dan target sasaran) termasuk sistem pencatatan (register pencatatan pelayanan)
dan pelaporannya serta standar operasional prosedur pelayanan kesehatan programnya, dan
beberapa kelengkapan lainnya misalnya kendaran roda dua dan empat. Kelengkapan program
Puskesmas ini selalu mendapatkan pengawasan, evaluasi dan bimbingan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/kotanya.
LO 3.5 Memahami dan Menjelaskan Rujukan Puskesmas
a. Pengertian Rujukan
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan
pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit atau
masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang
kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal atau secara horizontal dalam arti antar unit-
unit yang setingkat kemampuannya.
b. Jenis Rujukan
Rujukan secara konseptual terdiri atas:
Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut masalah medik
perorangan yang antara lain meliputi:
1. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operasional dan lain-
lain.
2. Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lebih lengkap.
30
3. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim tenaga yang
lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi pelayanan, ahli
pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah kesehatan masyarakat
yang meluas meliputi:
1. Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium dan teknologi kesehatan.
2. Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan sebab
dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu penyakit serta penanggulangannya
pada bencana alam, gangguan kamtibmas, dan lain-lain.
3. Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada saat terjadi
bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan masal, pemeriksaan air
minum penduduk, dan sebagainya.
c. Jenjang Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan maka jenjang pelayanan kesehatan dibedakan atas
lima, yaitu:
1. Tingkat rumah tangga
Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh keluarga sendiri.
2. Tingkat masyarakat
Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri, misalnya: posyandu, polindes,
POD, saka bakti husada, dan lain-lain.
Fasilitas pelayanan tingkat pertama
Upaya kesehatan tingkat pertama yang dilakukan puskesmas dan unit fungsional
dibawahnya, praktek dokter swasta, bidan swasta, dokter keluarga dan lain-lain.
31
Fasilitas pelayanan tingkat kedua
Upaya kesehatan tingkat kedua (rujukan spesial) oleh balai: balai pengobatan penyakit
paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKMM), balai kesehatan kerja masyarakat
(BKKM), balai kesehatan olah raga masyarakat (BKOM), sentra pengembangan dan penerapan
pengobatan tradisional (SP3T), rumah sakit kabupaten atau kota, rumah sakit swasta, klinik
swasta, dinas kesehatan kabupaten atau kota, dan lain-lain.
Fasilitas pelayanan tingkat ketiga
Upaya kesehatan tingkat ketiga (rujukan spesialis lanjutan atau konsultan) oleh rumah
sakit provinsi atau pusat atau pendidikan, dinas kesehatan provinsi dan departemen kesehatan.
d. Jalur Rujukan
Jalur rujukan terdiri dari dua jalur, yakni:
Rujukan upaya kesehatan perorangan
1. Antara masyarakat dengan puskesmas
2. Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas
3. Intern petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap
4. Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit atau fasilitas pelayanan lainnya.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat
1. Dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten atau kota
2. Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral maupun lintas
sektoral
3. Bila rujukan ditingkat kabupaten atau kota masih belum mampu mananggulangi, bisa
diteruskan ke provinsi atau pusat (Trihono, 2005).
32
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 001
TAHUN 2012
TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan :
1. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat.
2. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak
langsung di sarana pelayanan kesehatan.
3. Organisasi profesi adalah Ikatan Dokter Indonesia untuk dokter dan Persatuan Dokter
Gigi Indonesia untuk dokter gigi.
BAB II
PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN
Pasal 2
1. Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
33
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
2. Pelayanan kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi di
puskesmas, puskesmas perawatan, tempat praktik perorangan, klinik pratama, klinik
umum di balai/lembaga pelayanan kesehatan, dan rumah sakit pratama.
3. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan kesehatan
tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Pelayanan kesehatan tingkat kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan pelayanan kesehatan spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau
dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik.
5. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
merupakan pelayanan kesehatan sub spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub
spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan sub spesialistik.
BAB III
SISTEM RUJUKAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik
vertikal maupun horizontal.
Pasal 4
34
1. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai kebutuhan medis dimulai
dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan
kesehatan tingkat pertama.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan
kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama.
4. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi
pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama.
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
dikecualikan pada keadaan gawat darurat, bencana, kekhususan permasalahan
kesehatan pasien, dan pertimbangan geografis.
Pasal 5
1. Sistem rujukan diwajibkan bagi pasien yang merupakan peserta jaminan kesehatan
atau asuransi kesehatan sosial dan pemberi pelayanan kesehatan.
2. Peserta asuransi kesehatan komersial mengikuti aturan yang berlaku sesuai dengan
ketentuan dalam polis asuransi dengan tetap mengikuti pelayanan kesehatan yang
berjenjang.
3. Setiap orang yang bukan peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengikuti sistem rujukan.
Pasal 6
Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas, pemerataan dan peningkatan efektifitas pelayanan
kesehatan, rujukan dilakukan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang memiliki
kemampuan pelayanan sesuai kebutuhan pasien.
Bagian Kedua
35
Tata Cara Rujukan
Paragraf Kesatu
Umum
Pasal 7
1. Rujukan dapat dilakukan secara vertikal dan horizontal.
2. Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan rujukan antar
pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan.
3. Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan rujukan antar
pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan.
4. Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan dari tingkatan
pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi atau
sebaliknya.
Pasal 8
Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dilakukan
apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau
ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.
Pasal 9
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih
tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dilakukan apabila:
a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau sub spesialistik;
b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan.
36
Pasal 10
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih
rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dilakukan apabila:
a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang
lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya;
b. kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik dalam
menangani pasien tersebut;
c. pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan
kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka
panjang; dan/atau
d. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.
Pasal 11
1. Setiap pemberi pelayanan kesehatan berkewajiban merujuk pasien bila keadaan penyakit
atau permasalahan kesehatan memerlukannya, kecuali dengan alasan yang sah dan
mendapat persetujuan pasien atau keluarganya.
2. Alasan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pasien tidak dapat
ditransportasikan atas alasan medis, sumber daya, atau geografis.
Pasal 12
1. Rujukan harus mendapatkan persetujuan dari pasien dan/atau keluarganya.
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien dan/atau
keluarganya mendapatkan penjelasan dari tenaga kesehatan yang berwenang
3. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya meliputi:
a. diagnosis dan terapi dan/atau tindakan medis yang diperlukan;
37
b. alasan dan tujuan dilakukan rujukan;
c. risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan;
d. transportasi rujukan; dan
e. risiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam perjalanan.
Pasal 13
Perujuk sebelum melakukan rujukan harus ;
a. melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi kondisi pasien sesuai
indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan pasien selama
pelaksanaan rujukan;
b. melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa penerima
rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat; dan
c. membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima rujukan.
Pasal 14
Dalam komunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b, penerima rujukan
berkewajiban:
a. menginformasikan mengenai ketersediaan sarana dan prasarana serta kompetensi dan
ketersediaan tenaga kesehatan; dan
b. memberikan pertimbangan medis atas kondisi pasien.
Pasal 15
Surat pengantar rujukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf c sekurang-kurangnya
memuat:
a. identitas pasien;
38
b. hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang) yang
telah dilakukan;
c. diagnosis kerja;
d. terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan;
e. tujuan rujukan; dan
f. nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan.
Pasal 16
1. Transportasi untuk rujukan dilakukan sesuai dengan kondisi pasien dan ketersediaan
sarana transportasi.
2. Pasien yang memerlukan asuhan medis terus menerus harus dirujuk dengan ambulans
dan didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
3. Dalam hal tidak tersedia ambulans pada fasilitas pelayanan kesehatan perujuk, rujukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat dilakukan dengan menggunakan alat
transportasi lain yang layak.
Pasal 17
1. Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima oleh penerima rujukan.
2. Penerima rujukan bertanggung jawab untuk melakukan pelayanan kesehatan lanjutan
sejak menerima rujukan.
3. Penerima rujukan wajib memberikan informasi kepada perujuk mengenai perkembangan
keadaan pasien setelah selesai memberikan pelayanan.
Bagian Ketiga
Pembiayaan
39
Pasal 18
1. Pembiayaan rujukan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku pada asuransi kesehatan
atau jaminan kesehatan.
2. Pembiayaan rujukan bagi pasien yang bukan peserta asuransi kesehatan atau jaminan
kesehatan menjadi tanggung jawab pasien dan/atau keluarganya.
BAB IV
MONITORING, EVALUASI, PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 19
1. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan
provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota dan organisasi profesi.
2. Pencatatan dan Pelaporan dilakukan oleh perujuk maupun penerima rujukan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 20
1. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dan organisasi profesi bertanggung jawab atas
pembinaan dan pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat pertama.
2. Kepala dinas kesehatan provinsi dan organisasi profesi bertanggung jawab atas
pembinaan dan pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat kedua.
3. Menteri bertanggung jawab atas pembinaan dan pengawasan rujukan pada pelayanan
kesehatan tingkat ketiga.
40
4. Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan Menteri, kepala dinas kesehatan
provinsi dan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota mengikutsertakan asosiasi
perumahsakitan dan organisasi profesi kesehatan.
5. Dalam rangka melakukan pengawasan, Menteri, kepala dinas kesehatan provinsi dan
kepala dinas kabupaten/kota dapat mengambil tindakan administratif sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
6. Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat berupa teguran lisan,
teguran tertulis, atau pencabutan izin praktik tenaga kesehatan dan/atau izin fasilitas
pelayanan kesehatan.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 21
Seluruh pemberi pelayanan kesehatan pada semua tingkat harus menyesuaikan dengan peraturan
ini paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal ditetapkan.
41
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Perilaku Behavior dan health care seeking
Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health
related behavior) sebagai berikut:
Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau
kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga
tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan,
sanitasi, dan sebaginya.
Perilaku sakit (illness behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan
kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk di sini juga kemampuan atau pengetahuan
individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha
mencegah penyakit tersebut.
Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang
dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan(health seeking
behavior) . Perilaku ini di samping berpengaruh terhadap kesehatan/ kesakitannya
sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain, terutama kepada anak-anak yang belum
mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.
Saparinah Sadli (1982) menggambarkan individu dengan lingkungan social yang saling
mempengaruhi di dalam suatu diagram sebagai berikut:
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua :
1) Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Misalnya :
seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS
dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.
2) Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Misalnya:
seorang ibu memeriksa kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.
42
Perilaku Kesehatan Individu
Perilaku kesehatan individu pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta
lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau
perangsangan.
Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap) maupun
bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan terdiri 4
unsur pokok, yakni : sakit & penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan.
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok :
1) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance) adalah perilaku atau usaha-usaha
seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebeb itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri
dari 3 aspek :
Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
perilaku gizi (makanan & minuman).
2) Perilaku Pencarian atau Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau
sering disebut Perilaku Pencarian Pengobatan (health seeking behavior) adalah
menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan.
Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai
mencari pengobatan ke luar negeri.
3) Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi, sikap
dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya/zat
gizi, pengelolaan makanan, dll.
4) Perilaku Kesehatan Lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana sehingga lingkungan tersebut
43
tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi
tentang perilaku kesehatan ini.
a) Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya
atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain :
Menu seimbang
Olahraga teratur
Tidak merokok
Tidak minum-minuman keras dan narkoba
Istirahat yang cukup
Pengendalian stress
Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
b) Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit.
Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala
penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.
c) Perilaku peran sakit (the sick role behavior) mencakup :
Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
Mengenal/mengetahu fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan
penyakit yang layak.
Mengetahu hak (misalnya : hak memperoleh perawatan dan pelayanan
kesehatan).
Kosa & Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi oleh
kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang
berdasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, tiap indivisu
mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan yang
berbeda meskipun gangguan kesehatannya sama. Pada umumnya tindakan yang diambil
berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan
tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan individu
menstimulasi dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini menggambarkan
44
berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang dialami dan merupakan
bagian integral interaksi sosial pada umumnya.
Proses ini mengikuti suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni
:
1. Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau
ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang lain
(anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan. Selanjutnya gangguan
dikomunikasikan kepada orang lain (anggota keluarga) dan mereka yang diberi informasi
tersebut menilai dengan kriteria subjektif.
2. Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Disadari
bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang
bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan gangguan tersebut
dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari ancaman-ancaman ini akan
menimbulkan bermacammacam bentuk perilaku.
3. Penerapan pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang dialaminya. Oleh karena
gangguan kesehatan terjadi secara teratur di dalam suatu kelompok tertentu maka setiap
irang di dalam kelompok tersebut dapat menghimpun pengetahuan tentang berbagai
macam gangguan kesehatan yang mungkin terjadi. Dari sini sekaligus orang
menghimpun berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu baik secara tradisional
maupun modern. Berbagai cara penerapan pengetahuan baik dalam menghimpun
berbagai macam gangguan maupun cara-cara mengatasinya tersebut merupakan
pencerminan dari berbagai bentuk perilaku.
4. Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau menghilangkan kecemasan
atau gangguan tersebut. Di dalam hal ini baik orang awam maupun tenaga kesehatan
melakukan manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu untuk mengatasi gangguan
kesehatan. Dari sini lahirlah pranata-pranata kesehatan baik tradisional maupun modern.
INTERAKSI PERILAKU KESEHATAN
45
Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking behavior), yaitu
perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri
penyakitnya, atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas,
mantra, dokter praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun,
sinshe, dan sebagainya).
Keluhan kesehatan yang dialami setiap individu akan ditindak lanjuti dengan upaya
mengatasinya. Upaya tersebut dapat berupa pengobatan sendiri atau dengan bantuan pengobatan
dari pelayanan kesehatan. Upaya pertolongan sendiri banyak membantu dalam mengatasi
keluhan kesehatan yang ringan, dengan adanya upaya tersebut akan mengurangi beban dari
fasilitas pelayanan kesehatan menangani kasus yang sebenarnya dapat ditangani sendiri. Masalah
kesehatan yang cukup serius sudah seharusnya ditangani secara baik oleh pihak yang
bertanggung jawab yaitu fasilitas pelayanan kesehatan. Penanganan masalah kesehatan yang
terpenuhi dan berkualitas akan meningkatkan derajat kesehatan suatu masyarakat.
Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan telah diupayakan oleh pemerintah dengan
menyediakan Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan bagi masyarakat dan fasilitas rujukan
kesehatan berupa rumah sakit. Dengan mengajak partisipasi pihak swasta telah berdiri pula
fasilitas kesehatan yang dikelola oleh swasta. Peningkatan status kesehatan sangat dipengaruhi
oleh penggunaan pelayanan kesehatan yang keterjangkauannya dipengaruhi oleh banyak faktor
antara lain keterjangkauan dalam hal jarak, biaya, kebutuhan. Sedangkan kebutuhan masyarakat
terhadap suatu pelayanan juga dipengaruhi oleh berbagai aspek antara lain faktor pemahaman
tentang sakit, derajat kesakitan.
46
47
LI 5 Memahami dan Menjelaskan Hukum Menjaga Kesehatan dan Berobat dalam Islam
A. Hukum Berobat & Menjaga Kesehatan
Anjuran Menjaga Kesehatan
Sudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena
penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini diupayakan agar orang tetap
sehat. Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik daripada meminum obat saat sakit.
Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan:
Dari Ibn ‘Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya bertanya: Ya
Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku, Nabi menjawab:
Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian aku menghadap lagipada kesempatan
yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca
dalam doaku. Nabi menjawab: “Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah saw mintalah kesehatan
kepada Allah, di dunia dan akhirat.” (HR Ahmad, al-Tumudzi, dan al-Bazzar).
Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar orang tetap sehat menurut para pakar kesehatan,
antara lain, dengan mengonsumsi gizi yang yang cukup, olahraga cukup, jiwa tenang, serta
menjauhkan diri dari berbagai pengaruh yang dapat menjadikannya terjangkit penyakit. Hal-hal
tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber dari hadits-hadits shahih maupun ayat al-
Quran.
Kesehatan Jasmani
Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal yang perlu
diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada sepuluh hal, yaitu: dalam hal
makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan seksual, keinginan-keinginan nafsu,
keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota badan.
1. Menjaga Pola Makan & Minum
Dalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur terpenting untuk menjaga
kesehatan. Kalangan ahli kedokteran Islam menyebutkan, makan yang halalan dan thayyiban.
48
Al-Quran berpesan agar manusia memperhatikan yang dimakannya, seperti ditegaskan dalam
ayat: “maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”. (QS. ‘Abasa 80 : 24).
Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan, al-Quran selalu menekankan dua sifat, yang
halal dan thayyib, di antaranya dalam (Qs. al-Baqarat (2)1168; al-Maidah (s):88; al-Anfal
(8):&9; al-Nahl (16) : 1 14),
2. Kesehatan Beraktivitas & Istirahat.
Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan dimulai sejak bayi, dimana Islam menekankan bagi
ibu agar menyusui anaknya, di samping merupakan fitrah juga mengandung nilai kesehatan.
Banyak ayat dalam al-Quran menganjurkan hal tersebut.
Al-Quran melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak badan.Para pakar di bidang medis
memberikan contoh seperti merokok. Alasannya, termasuk dalam larangan membinasakan diri
dan mubadzir dan akibatyang ditimbulkan, bau, mengganggu orang lain dan lingkungan. Islam
juga memberikan hak badan, sesuai dengan fungsi dan daya tahannya, sesuai anjuran Nabi:
Bahwa badanmu mempunyai hak Islam menekankan keteraturan mengatur ritme hidup dengan
cara tidur cukup, istirahat cukup, di samping hak-haknya kepada Tuhan melalui ibadah. Islam
memberi tuntunan agar mengatur waktu untuk istirahat bagi jasmani. Keteraturan tidur dan
berjaga diatur secara proporsional, masingmasing anggota tubuh memiliki hak yang mesti
dipenuhi.
Di sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas kemampuannya, seperti
melakukan begadang sepanjang malam, melaparkan perut berkepanjangan sekalipun maksudnya
untuk beribadah, seperti tampak pada tekad sekelompok Sahabat Nabi yang ingin terus menerus
shalat malam dengan tidak tidur, sebagian hendak berpuasa terus menerus sepanjang tahun, dan
yang lain tidak mau ‘menggauli’ istrinya, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
memberitakan bahwa kamu puasa di sz’am? hari dan qiyamul laildimalam hari, maka aku
katakan, benarya Rasulullah, Nabi menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan berbukalah,
bangun malam dan tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak dan pada lambungmu juga ada hak”
(HR Bukhari dan Muslim).
3. Olahraga sebagai Upaya Menjaga Kesehatan
49
Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan adalah melalui kegiatan
berolahraga. Kata olahraga atau sport (Bahasa Inggris) berasal dari bahasa Latin Disportorea atau
deportore, dalam bahasa Itali disebut ‘deporte’ yang berarti penyenangan, pemeliharaan atau
menghibur untuk bergembira. Olahraga atau sport dirumuskan sebagai kesibukan manusia untuk
menggembirakan diri sambil memelihara jasmaniah. Tujuan utama olahraga adalah untuk
mempertinggi kesehatan yang positif, daya tahan, tenaga otot, keseimbangan emosional, efisiensi
dari fungsi-rungsi alat tubuh, dan daya ekspresif serta daya kreatif. Dengan melakukan olahraga
secara bertahap, teratur, dan cukup akan meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani,
menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan kesegaran jasmani seseorang akan mampu
beraktivitas dengan baik. Dalam pandangan ulama fikih, olahraga (Bahasa Arab: al-Riyadhat)
termasuk bidang ijtihadiyat. Secara umum hokum melakukannya adalah mubah, bahkan bisa
bernilai ibadah, jika diniati ibadah atau agar mampu melakukannya melakukan ibadah dengan
sempurna dan pelaksanaannyatidakbertentangan dengan norma Islami.
Sumber ajaran Islam tidak mengatur secara rinci masalah yang berhubungan dengan berolahraga,
karena termasuk masalah ‘duniawi’ atau ijtihadiyat, maka bentuk, teknik, dan peraturannya
diserahkan sepenuhnya kepada manusia atau ahlinya. Islam hanya memberikan prinsip dan
landasan umum yang harus dipatuhi dalam kegiatan berolahraga.
Nash al-Quran yang dijadikan sebagai pedoman perlunya berolahraga, dalam konteks perintah
jihad agar mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi kemungkinan serangan musuh, yaitu
ayat: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu najkahkanpadajalan Allah
niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).
(QS.Al-Anfal :6o) :
Nabi menafsirkan kata kekuatan (al-Quwwah) yang dimaksud dalam ayat ini adalah memanah.
Nabi pernah menyampaikannya dari atas mimbar disebutkan 3 kali, sebagaimana dinyatakan
dalam satu hadits:
50
Nabi berkata : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sang
gupi” Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah
kekuatan itu adalah memanah, (HR Muslim, al-Turmudzi, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad, dan
al-Darimi)
4. Anjuran Menjaga Kesehatan
Ajaran Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan yang merupakan salah satu aspek
penting dalam ilmu kedokteran. Dalam terminologi Islam, masalah yang berhubungan dengan
kebersihan disebut dengan al-Thaharat. Dari sisi pandang kebersihan dan kesehatan, althaharat
merupakan salah satu bentuk upaya preventif, berguna untuk menghindari penyebaran berbagai
jenis kuman dan bakteri. Imam al-Suyuthi, ‘Abd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain
menyatakan, dalam Islam menjaga kesucian dan kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai
bentuk qurbat, bagian dari ta’abbudi, merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah, Nabi
bersabda: “Dari ‘Ali ra., dari Nabi saw, beliau berkata: “Kunci shalat adalah bersuci” (HR Ibnu
Majah, al-Turmudzi, Ahmad, dan al-Darimi) Berbagai ritual Islam mengharuskan seseorang
melakukan thaharat dari najis, mutanajjis, dan hadats. Demikian pentingnya kedudukan menjaga
kesucian dalam Islam, sehingga dalam buku-buku fikih dan sebagian besar buku hadits selalu
dimulai dengan mengupas masalah thaharat, dan dapat dinyatakan bahwa ‘fikih pertama yang
dipelajari umat Islam adalah masalah kesucian’. ‘Abd al-Mun’im Qandil dalam bukunya al-
Tadaivi bi al-Quran seperti halnya kebanyakan ulama membagi thaharat menjadi dua, yaitu
lahiriah dan rohani. Kesucian lahiriah meliputi kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal, jalan
dan segala sesuatu yang dipergunakan manusia dalam urusan kehidupan. Sedangkan kesucian
rohani meliputi kebersihan hati, jiwa, akidah, akhlak, dan pikiran.
Anjuran Berobat
Dalam Islam, berobat termasuk tindakan yang dianjurkan. Dalam berbagai riwayat menunjukkan
bahwa Nabi pernah berobat untuk dirinya sendiri, serta pernah menyuruh keluarga dan
sahabatnya agar berobat ketika sakit. Diantara teknik pengobatan yang dilakukan Nabi adalah
menggunakan caracara tertentu sesuai dengan perkembangan zaman saat itu.
Perintah berobat dalam Islam juga dapat dipahami dari informasi yang dipahami sebagai salah
satu bentuk perintah. Diantara cara berobat Nabi yang dianjurkannya sebagaimana banyak
51
disebutkan dalam hadits adalah dengan cara berbekam (al-Hijamah = cupping), yang dulu
dikerjakan secara bedah dengan besi panas. Dalam kedokteran, al-Hijamah dipahami sebagai
pengeluaran darah dengan menoreh pembuluh darah. Secara umum teknik pengobatan di zaman
Nabi ada 3, seperti disebutkan dalam hadits shahih yang artinya :
“Pengobatan ada 3 cara, meminum madu, berbekam, dan mencasnya dengan api, dan aku
melarang mencas dengan api.” (HR al-Bukhari, IbnMajah, dan Ahmad) Juga dinyatakan dalam
hadits yang secara khusus menyuruh agar berobat, antara lain hadits Nabi yang artinya : “Dari
Usamat bin Syarik, seorang laki-laki dari kaumnya berkata, datang seorang dusun kepada
Rasulullah saw dan bertanya : Ya Rasulallah, manusia yang bagaimana yang baik? Nabi
menjawab : ‘Yang terbaik akhlaknya diantara mereka’, kemudian dia bertanya lagi, Ya
Rasulallah apakah kami mesti berobat? Nabi menjawab : Berobatlah, sebab, Allah tidak
menurunkan penyakit kecuali juga menurunkan obatnya, diketahui oleh orang yang
mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya.” (HR Ahmad)
Hukum Berobat
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum berobat. Al-Qur’an, mengutip ucapan Nabi Ibrahim
yang menyebutkan : “dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku.” (Qs. Syu’ara :
80) Ayat ini menekankan agar orang yang sakit mengupayakan sehat sebagai anjuran agama.
Dalam menafsirkan ayat ini, al-Dzahabi menyatakan bahwa tindakan upaya penyembuhan
penyakit secara medis merupakan perbuatan baik dan terpuji. Ini juga berdasarkan pada pesan
Nabi : “Lakukanlah penyembuhan secara medis.” Para fuqoha’ (ahli fiqih) bersepakat bahwa
berobat hukum asalnya dibolehkan, kemudian mereka berbeda pendapat (mengenai hukum
berobat, -ed) menjadi beberapa pendapat yang masyhur :
1. Pendapat pertama mengatakan bahwa berobat hukumnya wajib, dengan alasan adanya
perintah Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berobat dan asal hukum perintah
adalah wajib, ini adalah salah satu pendapat madzhab Malikiyah, Madzhab Syafi’iyah,
dan madzhab Hanabilah.
2. Pendapat kedua mengatakan sunnah/ mustahab, sebab perintah Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam untuk berobat dan dibawa kepada wa sallam memerintahkan bersabar, dan ini
adalah madzhab Syafi’iyah.
52
3. Pendapat ketiga mengatakan mubah/ boleh secara mutlak , karena terdapat keterangan
dalil- dalil yang sebagiannya menunjukkan perintah dan sebagian lagi boleh memilih, (ini
adalah madzhab Hanafiyah dan salah satu pendapat madzhab Malikiyah).
4. Pendapat kelima mengatakan makruh, alasannya para sahabat bersabar dengan sakitnya,
Imam Qurtubi rahimahullah mengatakan bahwa ini adalah pendapat Ibnu Mas’ud, Abu
Dardaradhiyallahu ‘anhum, dan sebagian para Tabi’in.
5. Pendapat ke enam mengatakan lebih baik ditinggalkan bagi yang kuat tawakkalnya dan
lebih baik berobat bagi yang lemah tawakkalnya, perincian ini dari kalangan madzhab
Syafi’iyah.
BEROBAT HUKUMNYA BERBEDA-BEDA
1. Menjadi wajib dalam beberapa kondisi:
a) Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka menyelamatkan
jiwa adalah wajib.
b) Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara wajib padahal dia
mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh, berobat semacam ini
adalah untuk perkara wajib, sehingga dihukumi wajib.
c) Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit menular adalah wajib
untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.
d) Jika penyakit diduga kuat mengakibatkan kelumpuhan total, atau memperburuk
penderitanya, dan tidak akan sembuh jika dibiarkan, lalu mudhorot yang timbul lebih
banyak daripada maslahatnya seperti berakibat tidak bisa mencari nafkah untuk diri
dan keluarga, atau membebani orang lain dalam perawatan dan biayanya, maka dia
wajib berobat untuk kemaslahatan diri dan orang lain.
2. Berobat menjadi sunnah/ mustahab
Jika tidak berobat berakibat lemahnya badan tetapi tidak sampai membahayakan diri dan
orang lain, tidak membebani orang lain, tidak mematikan, dan tidak menular, maka
berobat menjadi sunnah baginya.
3. Berobat menjadi mubah/ boleh
53
Jika sakitnya tergolong ringan, tidak melemahkan badan dan tidak berakibat seperti
kondisi hukum wajib dan sunnah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau tidak
berobat.
4. Berobat menjadi haram
Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya haram,
seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram lainnya.
54
DAFTAR PUSTAKA
1. Eko, Budiarti & Dwi, Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemiologi edisi 2. Jakarta : EGC
2. Murti, Bhisma. Investigasi Outbreak. Available from
http://fk.uns.ac.id/index.php/download/file/16
3. Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat. 2006. Laporan Kajian Kebijakan
Penanggulangan (Wabah) Penyakit Menular. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Tahun 2006 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun 2006
4. Permenkes 560/MENKES/PER/VIII/1989 tentang Penyakit Potensial Wabah.
5. Prof Dr. Umar, Surveilens Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta Pers, 2000
6. Bustan,M.N.2006.Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Rineka Cipta.
7. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
8. http://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/04/20/konsep-kesehatan-dalamislam/
55
top related