wrup up kedkom sk 2

78
Kata- kata sulit 1. Kejadian Luar Biasa : Peningkatan frekuensi penderita penyakit pada populasi tertentu pada tempat dan musim atau tahun yang sama. 2. Incidence Rate : Suatu frekuensi penyakit baru yang terjadi di populasi tertentu. 3. Case Fatality Rate : Suatu presentasi penyakit unutk menandakan kegawatan dari penyakit tersebut 4. Penyelidikan Epidemiologi : suatu survey yang dilakukan untuk mengetahui kejadian penyakit tersebut di masyarakat tertentu. 5. Lintas Program : Suatu pekerjaan yang pelaksanaanya dibutuhkan kerja sama dari berbagai kesehatan. 6. Lintas sektoral : suatu pekerjaan yang pelaksanaanya dibutuhkan kerja sama dari berbagai lapisan masyarakat. Pertanyaan 1. Bagaimana cara pencegahan KLB ? 2. Bagaimana tindakan unutk KLB? 3. Kapan suatu penyakit dikategorikan KLB? 4. Sebutkan Visi dan Misi Puskesmas! 5. Berapa nilai normal CFR? 6. Apa sajakah Peranan Puskesma? 7. Apa saja faktor KLB? 1

Upload: nuciana-siti-andrianti

Post on 19-Apr-2017

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: wrup up kedkom sk 2

Kata- kata sulit

1. Kejadian Luar Biasa : Peningkatan frekuensi penderita penyakit pada populasi tertentu

pada tempat dan musim atau tahun yang sama.

2. Incidence Rate : Suatu frekuensi penyakit baru yang terjadi di populasi tertentu.

3. Case Fatality Rate : Suatu presentasi penyakit unutk menandakan kegawatan dari

penyakit tersebut

4. Penyelidikan Epidemiologi : suatu survey yang dilakukan untuk mengetahui kejadian

penyakit tersebut di masyarakat tertentu.

5. Lintas Program : Suatu pekerjaan yang pelaksanaanya dibutuhkan kerja sama dari

berbagai kesehatan.

6. Lintas sektoral : suatu pekerjaan yang pelaksanaanya dibutuhkan kerja sama dari

berbagai lapisan masyarakat.

Pertanyaan

1. Bagaimana cara pencegahan KLB ?

2. Bagaimana tindakan unutk KLB?

3. Kapan suatu penyakit dikategorikan KLB?

4. Sebutkan Visi dan Misi Puskesmas!

5. Berapa nilai normal CFR?

6. Apa sajakah Peranan Puskesma?

7. Apa saja faktor KLB?

Jawaban

1. Penyuluhan, perbaikan kesehatan, fasiltas kesehatan yang baik dan cukup.

2. Tentukan masalah → kajian masalah → cros cek → kerangka konsep → survey →

pendekatan system → diketahui penyebabnya → teori untuk menyelesaikan masalah→

teori John Gordon → kesalahnya di agent, host environment → penanganya lintas

program dan sektoral.

1

Page 2: wrup up kedkom sk 2

3. Timbulnya penyakit menular yg sebelumnya tidak ada, peningkatan kejadian penyakit

terus menerus menurut jenis penyakit, peningkatan kejadian penyakit atau kematian 2x

lipat atau lebih.

4. Visi : Membentuk kecamatan yang sehat dari lingkungan, perilaku, cakupan pelayanan

kesehatan dan derajat kesehatan.

Misi :

Pembangunan wawasan kesehatan di wilayah kerja

Mendorong kemandirian hidup sehat

Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan.

Memlihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarkat.

5. Case fatality rate dari suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu menunjukkan 50% atau

lebih dibandingkan CFR dari periode sebelumnya.

6. Menjangkau wiliyah terpencil dalam hal penyelenggaraan kesehatan.

7. HERD immunity adalah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian penduduk untuk

menghalangi penyebaran, lingkungan yang buruk, patogenitas.

Hipotesis

Visi dan misi puskesmas → kategori KLB →faktor yang mempengaruhi KLB → CFR ↑ →KLB

→ tindakan KLB → Pencegahan KLB.

2

Page 3: wrup up kedkom sk 2

Skenario 2

KEJADIAN PENYAKIT DAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

Pada tahun 2011, ditetapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) Demam Berdarah Dengue di Kota

Pekanbaru. Pernyataan resmi ini disampaikan Pejabat Walikota Pekanbaru setelah mendengar

laporan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekan baru dalam rapat koordinasi. Pada bulan Februari

tahun 2010 terdapat sebanyak 202 kasus dan bulan Februari tahun 2011 mencapai 450 kasus. Hal

ini menunjukkan peningkatan sebesar kurang lebih dua kali lipat dari periode tahun sebelumnya.

IR (Incidence Rate) DBD menurut WHO di Indonesia adalah sebesar <50 per 100.000 penduduk

dengan CFR (Case Fatality Rate) 0,2. Kematian yang terjadi pada kasus DBD disebabkan masih

kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap gejala DBD. Seringkali pasien

datang ke puskesmas dalam stadium lanjut, dimana terdapat perdarahan spontan dan syok. Pada

stadium demam terdapat kebiasaan masyarakat yang cenderung untuk mengobati diri sendiri

dengan cara membaluri badan dengan bawang merah yang dicampur minyak goreng terlebih

dahulu kemudian membeli obat penurun panas diwarung atau toko obat. Masyarakat tidak

mengerti kalau pada saat mulai demam harus segera dibawa ke Puskemas.

Karena adanya KLB tersebut, Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi (EP) ke

lapangan untuk mengetahui penyebab terjadinya KLB. Berdasarkan hasil penyelidikan

epidemiologi tersebut, Puskesmas melakukan tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi

KLB.

Banyaknya penderita DBD di Puskesmas membutuhkan obat-obatan dan cairan infus bagi pasien

yang jumlahnya sangat banyak, sementara persediaan di puskesmas juga terbatas. Untuk

mengatasi hal tersebut Puskesmas melakukan rujukan kesehatan masyarakat ke dinas Dinas

Kesehatan Kota Pekanbaru.

Program penanggulangan DBD yang berjalan seharusnya bukan hanya dikerjakaan oleh

Puskesmas sendiri secara lintas program, tetapi juga dikerjakaan secara lintas sektoral demi

untuk meningkatkan mutu pelayanan. Pada saat yang bersamaan, terjadi ledakaan kasus campak

dalam 3 tahun terakhir selalu berada pada kisaran < 50 %.

3

Page 4: wrup up kedkom sk 2

Dalam pertemuan lintas sektoral, tokoh agama juga terlibat dalam ikut urun rembuk penyelesaian

masalah kesehatan di masyarakat. Tokoh agama menyampaikan, bahwa dalam pandangan islam

menciptakan kemaslahatan insani yang hakiki adalah merupakan salah satu tujuan syariat islam

dan hukum menjaga kesehatan dan berobat adalah wajib.

4

Page 5: wrup up kedkom sk 2

Sasaran Belajar

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Kejadian Luar Biasa

LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Kejadian Luar Biasa

LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Perbedaan Kejadian Luar Biasa dan Wabah

LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Kriteria Kejadian Luar Biasa

LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Faktor Kejadian Luar Biasa

LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Kejadian Luar Biasa

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Penyelidikan Epidemiology

LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Penyelidikan Epidemiology

LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Tujuan Penyelidikan Epidemiology

LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Langkah – Langkah Penyelidikan Epidemiology

LO 2.4 Memahami dan Menjelaskan Pembahasan Epidemiology

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Puakesmas

LO 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Puskesmas

LO 3.2 Memahami dan Menjelaskan Tujuan Puskesmas

LO 3.3 Memahami dan Menjelaskan Visi dan Misi Puskesmas

LO 3.4 Memahami dan Menjelaskan Program Pelayanan Kesehatan Puskesmas

LO 3.5 Memahami dan Menjelaskan Rujukan Puskesmas

LI 4. Memahami dan Menjelaskan Perilaku Behavior dan health care sicking

LI 5 Memahami dan Menjelaskan Hukum Menjaga Kesehatan dan Berobat dalam islam

5

Page 6: wrup up kedkom sk 2

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Kejadian Luar Biasa

LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Kejadian Luar Biasa

Kep. Dirjen PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991 Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan

Penanggulangan KLB-Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya

kesakitan / kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah

tertentu.

UU : 4 Tahun 1984-kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya ataumeningkatnya kejadian

kesakitan / kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu

tertentu.

LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Perbedaan Kejadian Luar Biasa dan Wabah

Perbedaan definisi antara Wabah dan KLB :

Wabah harus mencakup:

Jumlah kasus yang besar.

Daerah yang luas .

Waktu yang lebih lama.

Dampak yang timbulkan lebih berat.

Pengertian Wabah

1. Wabah merupakan kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang

jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaaan lazim pada waktu dan

daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (UU NO 4 TAHUN 1984).

2. Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar

orang didaerah luas (KBBI : 1989).

3. Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara

cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit (Depkes RI, DirJen P2MPLP :

1981).

6

Page 7: wrup up kedkom sk 2

4. Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu daerah,

yang nyata jelas melebihi jumlah biasa (Benenson : 1985)

5. Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita

penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang

berhubungan dengan kesehatan yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa. (Last :

1981) Di Indonesia pernyataan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan .

Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan

penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi). Kejadian

atau peristiwa dalam masyarakat atau wilayah dari suatu kasus penyakit tertentu yang secara

nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan.

CONTOH WABAH :

1) Polio

Polio (juga disebut poliomyelitis) adalah penyakit menular yang telah menghancurkan

populasi manusia di belahan bumi Barat di paruh kedua abad ke-20. Walaupun polio

telah menjangkiti manusia sejak zaman kuno, wabah yang paling luas terjadi di paruh

pertama 1900-an sebelum vaksinasi dibuat oleh Jonas Salk, dan telah tersedia secara luas

pada tahun 1955.

2) Cacar (variola vera)

Cacar adalah penyakit menular yang serius dan kadang-kadang fatal. Tidak ada obat

khusus untuk penyakit cacar. Yang ada hanya pencegahan melalui vaksinasi. Ada dua

bentuk klinis dari cacar. Variola mayor (besar) adalah bentuk parah dan paling umum,

ditandai dengan ruam kulit yang luas dan demam tinggi. Secara historis, variola besar

memiliki tingkat kematian keseluruhan sekitar 30%, namun, perdarahan yang terjadi bisa

berakibat fatal. Variola minor. merupakan bentuk kurang umum dari cacar. Jenis ini

kurang parah, dengan angka kematian historis dari 1% atau kurang

3) Kolera

Adalah suatu infeksi usus halus yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Gejala

utamanya adalah diare dan muntah. Penularan terutama melalui air minum atau

7

Page 8: wrup up kedkom sk 2

mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi. Keparahan diare dan muntah dapat

menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.

Istilah-istilah yang sering terdapat dalam kejadian luar biasa :

Epidemi

Wabah atau epidemi adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada

daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar

tersebut. Epidemi dipelajari dalam epidemiologi. Dalam epidemiologi, epidemi berasal dari

bahasa Yunani yaitu “epi” berarti pada dan “demos” berarti rakyat. Dengan kata lain, epidemi

adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat dari pada yang diduga. Jumlah kasus baru penyakit

di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu disebut incidens rate (laju timbulnya

penyakit). Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia, pengertian wabah dapat dikatakan sama

dengan epidemi, yaitu “kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang

jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu

dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka

Endemi

Endemi adalah penyakit yang umum terjadi pada laju konstan namun cukup tinggi pada suatu

populasi. Berasal dari bahasa Yunani “en” yang artinya di dalam dan “demos” yang artinya

rakyat. Terjadi pada suatu populasi dan hanya berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa

adanya pengaruh dari luar.

Pandemi

Pandemi atau epidemi global atau wabah global adalah kondisi dimana terjangkitnya penyakit

menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. Berasal dari bahasa Yunani “pan”

yang artinya semua dan “demos” yang artinya rakyat.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila ketiga syarat

berikut telah terpenuhi :

Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi bersangkutan,

Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius,

8

Page 9: wrup up kedkom sk 2

Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada manusia.

Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemic hanya karena menewaskan

banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai kanker menimbulkan angka

kematian yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai pandemi karena tidak ditularkan.

A. Menurut Penyebab

Toksin :

- Enterotoxin, misalnya yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus,

Vibrio, Cholera, Escherichia, Shigella.

- Eksotoxin (bakteri), misalnya yang dihasilkan oleh Clostridium

botulinum, Clostridium perfringens.

- Endotoxin

- Infeksi (Virus, Bakteri, Protozoa, Cacing)

- Toksin Biologis (Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun

tumbuh-tumbuhan)

- Toksin Kimia : Zat kimia organik : logam berat (seperti air raksa, timah),

logam lain, Cyanida, Zat kimia organik : nitrit, pestisida, Gas-gas

beracun : CO, CO2, HCN, dan sebagainya

B. Menurut Sumber KLB

Manusia misal: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti

: Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis.

Kegiatan manusia, misal : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe

bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan

racun).

Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira,

Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton

Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella, Staphylokok,

Streptokok.

Udara, misal : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.

Permukaan benda-benda/alat-alat misal : Salmonella.

9

Page 10: wrup up kedkom sk 2

Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella.

Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.

C. Menurut Penyakit Wabah

Beberapa penyakit dari sumber di atas yang sering menjadi wabah :

LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Kriteria Kejadian Luar Biasa

KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya, maka untuk

mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen PPM

& PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan

Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu :

1) Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidakdikenal.

2) Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-

turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan,tahun)

3) Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode

sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).

4) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kalilipat atau lebih

bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

10

Page 11: wrup up kedkom sk 2

5) Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau

lebih dibanding dengan angka rata-rata perbulan dari tahun sebelumnya.

6) Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan

kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.

7) Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan

dua kali atau lebih dibanding periode yang samadan kurun waktu/tahun sebelumnya.

8) Beberapa penyakit khusus : Kholera, “DHF/DSS”,

(a)Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis).

(b) Terdapat satuatau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya

daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.

9) Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan

pestisida.

Dalam buku Umar, Surveilens Epidemiologi Penyakit Menular yang ditulis oleh Prof. Dr.

Umar, suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria

sbb:

a. Timbulnya suatu penyakit/kesakitan yang sebelumnya tidak ada/tdk diketahui.

b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-

turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, dst)

c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali atau lebih dibandingkan periode

sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan,tahun).

d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila

dibandingkan dgn angka rata2 per bulan dlm tahun sebelumnya.

e. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih

dibandingkan dgn angka rata2 perbulan dalam tahun sebelumnya.

f. Case fatality rate dari suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu menunjukkan 50% atau

lebih dibandingkan CFR dari periode sebelumnya.

g. Proporsional rate (PR) penderita baru dari periode tertentu menunjukkan kenaikan 2 kali

lipat atau lebih dibandingkan periode yg sama dlm kurun waktu/tahun sebelumnya.

h. Beberapa penyakit khusus :kholera,DHF/DSS, SARS, avian flu, tetanus neonatorum.

i. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)

11

Page 12: wrup up kedkom sk 2

j. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4minggu sebelumnya daerah

tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.

k. Beberapa penyakit yg dialami 1 (satu) atau lebih penderita : keracunan makanan dan

keracunan pestisida.

l. Dalam menentukan apakah ada wabah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa minggu atau

bulan sebelumnya.

m. Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan.

n. Sumber informasi bervariasi :

Catatan hasil surveilans\Catatan keluar rumah sakit statistik kematian,register,dll.

Bila data local tidak ada dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya atau data

nasional

Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat menentukan kondisi penyakit yang

biasanya ada.

Pseudo-epidemik :

Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita

Adanya cara diagnosis baru

Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat

Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa

Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan

LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Faktor Kejadian Luar Biasa

Faktor yang mempengaruhi KLB

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/Wabah adalah Herd Immunity.

Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian

penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini dapat disamakan dengan tingkat

kekebalan individu yaitu makin tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin sulit terkena penyakit

tersebut. Demikian pula dengan herd immunity, makin banyak proporsi penduduk yang kebal

berarti makin tinggi tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi semakin

sulit.

12

Page 13: wrup up kedkom sk 2

Kemampuan mengadakan perlindungan atau tingginya herd immunity untuk menghindari terjadi

epidemi bervariasi untuk tiap penyakit tergantung pada:

1) Proporsi penduduk yang kebal

2) Kemampuan penyebaran penyakit oleh kasus atau karier

3) Kebiasaan hidup penduduk.

Pengetahuan tentang herd immunity bermanfaat untuk mengetahui bahwa menhindarkan

terjadniya epidemi tidak perlu semua penduduk yang rentan tidak dapat dipastikan, tetapi

tergantung dari jenis penyakitnya, misalnya variola dibutuhkan 90%-95% penduduk kebal.

Setelah terjadi wabah, jumlah penduduk yang kebal bertambah hingga herd immunity meningkat

hingga penyebaran penyakit berhenti. Setelah beberapa waktu jumlah penduduk yang kebal

menurun demikian pula dengan herd immunity-nya dan wabah penyakit tersebut datang kembali,

demikianlah seterusnya.

HERD IMMUNITY (kekebalan herd)

Kekebalan Herd (atau kekebalan masyarakat) menjelaskan bentuk kekebalan yang terjadi ketika

vaksinasi sebagian besar populasi (atau kelompok) memberikan ukuran perlindungan bagi

individu yang belum mengembangkan kekebalan .

1. Teori kekebalan Herd mengusulkan. itu, pada penyakit menular yang ditularkan dari

individu ke individu, rantai infeksi yang mungkin terganggu ketika sejumlah besar

populasi kebal terhadap penyakit. Semakin besar proporsi individu yang kebal, semakin

kecil kemungkinan bahwa individu rentan akan datang ke dalam kontak dengan individu

menular.

2. Estimasi Herd Imunitas ambang untuk vaksin penyakit dapat dicegah . Transmisi R0

Penyakit ambang kekebalan Herd

o Difteri Air liur 6-7 85%

o Campak Airborne 12-18 83-94%

o Gondong Airborne droplet 4-7 75-86%

o Pertusis Airborne droplet 12-17 92-94%

o Polio tinja-oral route 5-7 80-86%

13

Page 14: wrup up kedkom sk 2

o Rubella Airborne droplet 5-7 80 – 85%

o Cacar Sosial menghubungi 6-7 83-85%

R0 adalah bilangan reproduksi dasar, atau rata-rata jumlah kasus infeksi sekunder yang

dihasilkan oleh kasus indeks tunggal dalam populasi benar-benar rentan. Batas presentase untuk

tercapainyaherd immunity untuk berbagai jenis penyakitbervariasi luas, disamping angka

tersebut juga dipengaruhi oleh factor komposisi dan kepadatan penduduk serta faktor lingkungan

lainnya. Imunitas kelompok ini penting untuk diamati dalam upaya pemantauan beberapa jenis

penyakityang secara periodic berpeluang menimbulkan wabah karena adanya perubahan

komposisi penduduk dalam suatu masyarakat.

Kekebalan Herd hanya berlaku untuk penyakit yang menular. Ini tidak berlaku untuk

penyakit seperti tetanus (yang menular, tetapi tidak menular), dimana vaksin hanya melindungi

orang yang divaksinasi dari penyakit Herd imunitas tidak. Harus bingung dengan kekebalan

kontak, sebuah konsep terkait dimana sebuah divaksinasi individu dapat ‘menularkan’ vaksin ke

seseorang lainnya melalui kontak. Dan penyakit malaria juga tidak berlaku untuk herd immunity

dikarenakan malaria bukan penyakit menular . penyakit malaria hanya suatu penyakit yang

disebabkan oleh vector nyamuk Anopheles.

LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Kejadian Luar Biasa

Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat

diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan

melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan

yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat

terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah

pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara

mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan

analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota

Surabaya, 2002). Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit

menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus

dilaporkan segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga

14

Page 15: wrup up kedkom sk 2

menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam

masyarakat, yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim

pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

Dalam rangka mengantisipasi wabah secara dini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa

(KLB) sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini

adalah penentuan penyakit didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga

seringkali KLB terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003).

Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem surveilans

dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan Early Warning

Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu sistem jaringan informasi yang

menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa

pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat (Badan Litbangkes,

Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat,

sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah

DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi

jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit

DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003)

PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN WABAH

Bahwa suatu wabah telah terjadi perlu dikonfirmasikan terlebih dahulu untuk kemudian perlu

dicarikan cara atau langkah penanggulangannya yang efektif dan efisien.

Secara garis besarnya langkah-langkahnya kurang lebih sebagai berikut :

1. Tegakkan diagnosa penyakit(atau masalah kesehatan) dengan benar.

2. Menetapkan apakah kondisi (terutama frekwensi) sudah dapat dikategorikan mewabah

(epidemis)

3. Deskripsikan penyebaran wabah menurut orang, tempat, dan waktu, atau menguraikan

pertanyaan 5W+1H.

15

Page 16: wrup up kedkom sk 2

4. Apakah dari uraian pada tahap deskriptif tersebut dapat tersusun gambaran ‘Natural

History’ yang kemudian dapat dikenali ‘gaps of knowledge’ yang dapat dipakai untuk

menyusun hipotesa tentang terjadinya dan penyebarannya wabah tersebut.

5. Menyusun strategi penanggulangannya dan menkankan pada upaya preventif dan

diagnosa dini dengan cara pemutusan mata rantai penularan.

6. Menyusun laporan dari semua data menjadi hasil laporan.

Stakeholder yang dapat berperan pada kasus penyakit ini adalah :

1) Dinas Kesehatan Kota/kabupaten (DKK). Peranannya yang dapat dilakukan adalah

sebagai berikut :

Penentuan atau pengambilan keputusan sebagai kebijakan yang akan dilaksanakan

terkait denganmasalah malaria. Misalnya, kebijakan DKK dalam penanggulangan

dan pemberantasan malaria melalui pendekatan “roll back malaria” (RBM) yang

dioperasionalkan melalui Gerakan Berantas Kembali atau “GEBRAK” malaria

Penyebaran informasi yang terkait dengan di daerah rawan/berpotensi terjadinya

atau munculnya kasus malaria dan daerah endemis malaria, serta langkah-langkah

yang harus diambil pada saat kasus muncul.

2) Puskesmas; Peranan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

Menegaskan kembali program-program pencegahan, pengendalian, dan

pemberantasan yang tersendat atau tidak berjalan akibat adanya beberapa faktor

tertentu.

Melakukan program-program yang bersifat teknis. Misalnya, deteksi dini melalui

metode mass fever survey dan mass blood survey, fogging, melaksanakan

program 3M++, penyuluhan, dan beberapa program pencegahan,

penanggulangan, dan pemberantasan lainnya.

3) Stakeholder Kunci

Stakeholder ini mempunyai peran yang tidak klalah penting. Adapun hal-hal yang dapat

dilakukan oleh stakeholder ini diantaranya adalah

4) Key person dapat lebih meyakinkan masyarakat mengenai pentingnya program-program

dari puskesmas atau DKK. Key person dianggap sebagai panutan atau contoh yang dianut

16

Page 17: wrup up kedkom sk 2

masyarakat tersebut. Sehingga adanya hubungan antara dinas atau lembaga kesehatan

dengan key person mempermudah berjalannya program-program yang dijalankan

Pencegahan terjadinya wabah/KLB adalah :

1. Pencegahan tingkat pertama

Menurunkan faktor penyebab terjadinya wabah serendah mungkin dengan cara

desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi yang bertujuan untuk menghilangkan

mikroorganisme penyebab penyakit dan menghilangkan sumner penularan.

Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti

peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan, peningkatan lingkungan biologis

seperti pemberntasan serangga dan binatang pengerat serta peningkatan

lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga.

Meningkatkan daya tahan pejamu meliputi perbaikan status gizi,kualitas hidup

penduduk, pemberian imunisasi serta peningkatan status psikologis.

2. Pencegahan tingkat kedua

Sasaran pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang menderita atau

dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas) dengan

cara diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dicegah meluasnya penyakit atau

untuk mencegah timbulnya wabah serta untuk segera mencegah proses penyakit lebih

lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi.

3. Pencegahan tingkat ketiga

Bertujuan untuk mencegah jangan sampai penderita mengalami cacat atau kelainan

permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian

akibat penyakit tersebut dengan dilakukannya rehabilitasi.

4. Strategi pencegahan penyakit

Dilakukan usaha peningkatan derajat kesehatan individu dan masyarakat, perlindungan

terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penanganan dan

pengurangan gangguan serta masalah kesehatan serta rehabilitasi lingkungan.

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Penyelidikan Epidemiology

17

Page 18: wrup up kedkom sk 2

LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Penyelidikan Epidemiology

Penyelidikan epidemiologi (PE) adalah rangkaian kegiatan untuk mengetahui suatu kejadian baik

sedang berlangsung maupun yang telah terjadi, sifatnya penelitian, melalui pengumpulan data

primer dan sekunder, pengolahan dan analisa data, membuat kesimpulan dan rekomendasi dalam

bentuk laporan.

LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Tujuan Penyelidikan Epidemiology

Tujuan dalam Penyelidikan Epidemiologi :

Mendapatkan besaran masalah yang sesunguhnya

Mendapatkan gambaran klinis dari suatu penyakit

Mendapatkan gambaran kasus menurut variabel Epidemiology

Mendapatkan informasi tentang faktor risiko (lingkungan, vektor, perilaku, dll) dan

etiologi.

Dari ke empat tujuan di tersebut dapat dianalisis sehingga dapat memberikan suatu

penanggulangan atau pencegahan dari penyakit itu.

LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Langkah–Langkah Penyelidikan

Epidemiology

a. Tahap Survei pendahuluan:

Menegakan diagnose

Memastikan adanya KLB

Buat hypotesa mengenai penyebab, cara penyebaran, dan faktor yg

mempengaruhinya

b. Tahap pengumpulan data :

Identifikasi kasus kedalam variabel epid(orang, tempat, waktu )

Tentukan agen penyebab, cara penyebaran, dan faktor yg mempengaruhinya.

Menentukan kelompok yang rentan/beresiko

c. Tahap pengolahan data :

18

Page 19: wrup up kedkom sk 2

Lakukan pengolahan data menurut variabel epidemiologi, menurut ukuran

epid (Angka insiden, Angka prevalen, Case fatality), menurut nilai statistik

(Mean, median mode, deviasi)

Lakukan analisa data :

1) Menurut variabel epid, menurut ukuran epid, menurut nilai statistik.

2) Bandingkan nilai-nilai tsb dengan kejadian atau nilai-nilai yg sudah ada

Buat intepretasi hasil analisa

Buat laporan hasil PE

d. Tentukan tindakan penanggulangan dan pencegahannya

1) Tindakan penanggulangan :

Pengobatan penderita

Isolasi kasus

2) Tindakan pencegahan :

Surveilans yg ketat

Perbaikan mutu lingkungan

Proteksi diri

Perbaikan status kes masyarakat

LO 2.4 Memahami dan Menjelaskan Pembahasan Epidemiology

A. Proporsi

Proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Proporsi

digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasi

Rumus Proporsi = x / (x+y) x k

Contoh:

Proporsi Mhs wanita =

Jumlah Mahasiswa wanita

------------------------------------------ k

Jumlah Mahasiswa wanita + pria

19

Page 20: wrup up kedkom sk 2

B. Ratio

Ratio adalah perbandingan dua bilangan yang tidak saling tergantung. Ratio digunakan untuk

menyatakan besarnya kejadian

Rumus Ratio: (x/y) k

Ratio dapat juga dinyatakan sebagai perbandingan Ratio x : y = 1 : 2

Contoh:

Sex ratio =

jumlah pria

---------------------- k

jumlah wanita

C. Rate

Rate adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang mempunyai risiko

kejadian tersebut. Rate digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian tertentu

dalam masyarakat.

Rumus Rate: (x/y) k

X: angka kejadian

Y: populasi berisiko

K: konstanta (angka kelipatan dari 10)

PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN/ MORBIDITAS

a. INCIDENCE RATE

20

Page 21: wrup up kedkom sk 2

Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu

tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu

Incidence Rate (IR):

Jumlah penyakit baru

--------------------------------- k

Jumlah populasi berisiko

b. PREVALENCE RATE

Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam masyarakat di

suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu.

• PR yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point

Prevalence Rate.

• PR yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember

2000) disebut Periode Prevalence Rate.

Prevalence Rate (PR):

Jumlah penyakit lama + baru

--------------------------------------- k

Jumlah populasi berisiko

c. ATTACK RATE

Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit dalam

masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu

Attack Rate (AR):

Jumlah penyakit baru

--------------------------------- k

Jumlah populasi berisiko

21

Page 22: wrup up kedkom sk 2

(dalam waktu wabah berlangsung)

PENGUKURAN MORTALITY RATE

a. CRUDE DEATH RATE

CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama satu tahun dibagi

jumlah penduduk pada pertengahan tahun

CDR (Crude Death Rate)

Jumlah semua kematian

--------------------------------- k

Jumlah semua penduduk

b. SPECIFIC DEATH RATE

SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu selama satu tahun dibagi jumlah

penduduk pada pertengahan tahun

SDR (Specific Death Rate

Jumlah kematian penyakit x

----------------------------------- k

Jumlah semua penduduk

c. CASE FATALITY RATE

CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk menentukan

kegawatan/ keganasan penyakit tersebut.

CFR (Case Fatality Rate):

Jumlah kematian penyakit x

------------------------------------ x 100%

Jumlah kasus penyakit x

d. MATERNAL MORTALITY RATE

22

Page 23: wrup up kedkom sk 2

MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/

melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran hidup

MMR (Maternal Mortality Rate):

Jumlah kematian Ibu

------------------------------ x 100.000

Jumlah kelahiran hidup

e. INFANT MORTALITY RATE

IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per 1000

kelahiran hidup.

IMR (Infant Mortality Rate):

Juml kematian bayi

----------------------------- x 1000

Juml kelahiran hidup

f. NEONATAL MORTALITY RATE

NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi sampai umur < 4

minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup

NMR (Neonatal Mortality Rate):

Jumlah kematian neonatus

------------------------------------ x 1000

Jumlah kelahiran hidup

g. PERINATAL MORTALITY RATE

PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur 28 minggu s/d 7

hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup

PMR (Perinatal Mortality Rate):

Jumlah kematian perinatal

23

Page 24: wrup up kedkom sk 2

---------------------------------- -x 1000

Jumlah kelahiran hidup

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Puskesmas

LO 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Puskesmas

Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang mempunyai misi

sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan

pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu

wilayah kerja tertentu (Muninjaya:1999).

Pusat Kesehatan Masyarakat adalah Unit Pelaksana tehnis Dinas Kesehatan Daerah yang

melaksanakan pelayanan upaya kesehatan secara paripurna kepada masyarakat di wilayah kerja

tertentu, yang selanjutnya disebut PUSKESMAS (Wijono, 1997:635).

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (DEPKES RI:2006).

Menurut DepKes RI (2004), Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kesehatan.

a.    Unit pelayanan teknis

Sebagai unit pelaksana teknis (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas berperan

menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis oprasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan

merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di

Indonesia.

b.    Pembangunan Kesehatan

24

Page 25: wrup up kedkom sk 2

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

c.    Pertanggung Jawaban Penyelenggaraan

Penannggungjawaban utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah

kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan puskesmas bertanggung

jawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas

kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.

d.   Wilayah Kerja

Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila di suatu

kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar

puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).

Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada dinas

kesehatan kabupaten/kota.

LO 3.2 Memahami dan Menjelaskan Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung

tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar

terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).

LO 3.3 Memahami dan Menjelaskan Visi dan Misi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya

Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran

masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni

masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan

untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama, yakni:

25

Page 26: wrup up kedkom sk 2

1)      Lingkungan sehat

2)      Perilaku sehat

3)      Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta

4)       Derajat kesehatan penduduk kecamatan

Misi tersebut adalah:

1)      Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

Puskesmas akan selalu menggerakan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di wilayah

kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan

damapk negative terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku

masyarakat.

2)      Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.

Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di

wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan

kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.

3)      Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan

kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan

pelayanan kesehatan sertameningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau

oleh seluruh anggota masyarakat.

4)      Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta

lingkungannya.

Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat

yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan

menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan

26

Page 27: wrup up kedkom sk 2

peningkatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang

bersangkutan.

LO 3.4 Memahami dan Menjelaskan Program Pelayanan Kesehatan Puskesmas

Program Pokok Puskesmas

Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib di laksanakan

karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya.  Ada 6 Program Pokok pelayanan kesehatan di  Puskesmas yaitu :

1. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif)  yaitu bentuk pelayanan  kesehatan untuk

mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien dilakukan oleh

seorang dokter  secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan  yang diperoleh  selama

anamnesis dan pemeriksaan

2. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan untuk

membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui kegiatan penyuluhan

(induvidu, kelompok maupun masyarakat).

3. Pelayanan KIA  dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di  Puskesmas

yang ditujuhkan  untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia Subur) untuk

ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita.

4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu  program

pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit

menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll).

5. Kesehatan Lingkungan yaitu  program pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas

untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,

pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran

lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat,

27

Page 28: wrup up kedkom sk 2

6. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan, perbaikan gizi

masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan

Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium

(GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan

Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.

Program Pengembangan Puskesmas

Program Pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas adalah beberapa  upaya kesehatan 

pengembangan yang ditetapkan Puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan

permasalahan, kebutuhan dan kemampuan puskesmas. Dalam struktur organisasi puskesmas

program pengembangan ini biasa disebut Program spesifik lokal.

Program pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas tersebut adalah

1. Usaha  Kesehatan Sekolah, adalah  pembinaan kesehatan masyarakat yang dilakukan

petugas Puskesmas di sekolah-sekolah (SD,SMP dan SMP) diwilayah kerja Puskesmas

2. Kesehatan Olah Raga  adalah semua bentuk kegiatan yang menerapkan ilmu

pengetahuan fisik untuk meningkatkan  kesegaran jasmani masyarakat, naik atlet maupun

masyarakat umum. Misalnya pembinaan dan pemeriksaan kesegaran jasmani anak

sekolah dan kelompok masyarakat yang dilakukan puskesmas di luar gedung

3. Perawatan Kesehatan Masyarakat, adalah program pelayanan penanganan kasus

tertentu dari kunjungan puskesmas akan ditindak lanjuti atau dikunjungi ketempat

tinggalnya untuk dilakukan asuhan  keperawatan induvidu dan asuhan keperawatan

keluarganya.  Misalnya kasus gizi kurang penderita ISPA/Pneumonia

4. Kesehatan Kerja,  adalah program pelayanan kesehatan kerja puskesmas yang

ditujuhkan untuk masyarakat pekerja informal maupun formal diwilayah kerja puskesmas

dalam rangka pencegahan dan  pemberantasan penyakit serta kecelakaan yang berkaitan

dengan pekerjaan dan lingkungan kerja. Misalnya pemeriksaan secara berkala di tempat

kerja oleh petugas puskesmas

28

Page 29: wrup up kedkom sk 2

5. Kesehatan Gigi dan Mulut, adalah program pelayanan kesehatan gizi dan mulut yang

dilakukan Puskesmas kepada masyarakat baik didalam maupun diluar gedung (mengatasi

kelainan atau penyakit ronggo mulut dan gizi yang merupakan salah satu penyakit  yang

terbanyak di jumpai di Puskesmas

6. Kesehatan Jiwa, adalah  program pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan oleh

tenaga Puskesmas dengan didukung oleh peran serta masyarakat,  dalam rangka

mencapai derajat kesehatan  jiwa masyarakat yang optimal melalui kegiatan

pengenalan/deteksi dini gangguan jiwa, pertolongan pertama gangguan jiwa dan

konseling jiwa. Sehat jiwa adalah  perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi

tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap

positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Misalnya ada konseling jiwa di Puskesmas.

7. Kesehatan Mata adalah program pelayanan kesehatan mata terutama  pemeliharaan

kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif)  dibidang mata dan pencegahan

kebutaan  oleh tenaga kesehatan Puskesmas dan didukung oleh peran serta aktif

masyarakat. Misalnya  upaya penanggulangan  gangguan refraksi pada anak sekolah.

8. Kesehatan Usia Lanjut,  adalah  program pelayanan kesehatan usia lanjut  atau upaya

kesehatan khusus yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas  dengan dukungan peran

serta aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat usia

lanjut. Misalnya  pemeriksaan kesehatan untuk  mendeteksi dini penyakit degeneratif,

kardiovaskuler seperti : diabetes Melitus, Hipertensi dan Osteoporosis pada kelompok

masyarakat usia lanjut.

9. Pembinaan Pengobatan Tradisional, Adalah program pembinaan  terhadap pelayanan

pengobatan  tradisional, pengobat tradisional dan cara pengobatan tradisional. Yang

dimaksud pengobatan  tradisional adalah  pengobatan yang dilakukan secara turun

temurun, baik yang menggunakan herbal (jamu), alat (tusuk jarum, juru sunat) maupun

keterampilan (pijat, patah tulang).

10. Kesehatan haji  adalah program pelayanan kesehatan untuk calon dan jemaah haji yang

meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan kebugaran dan pemantauan kesehatan

jemaah yang kembali (pulang) dari menaikan ibadah haji.

29

Page 30: wrup up kedkom sk 2

11. Dan beberapa upaya kesehatan pengembangan lainnya yang spesifik lokal yang

dikembangkan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota.

Setiap program yang dilaksanakan di puskesmas di lengkapi dengan pelaksana program yang

terlatih dan sesuai dengan keahliannya, peralatan kesehatan (alat pelayanan dan bahan habis

pakai kesehatan), dilengkapi juga dengan pedoman pelaksanan program  dan sasaran program

(populasi sasaran dan target sasaran) termasuk sistem pencatatan (register pencatatan pelayanan)

dan pelaporannya serta standar operasional prosedur pelayanan  kesehatan programnya, dan

beberapa kelengkapan lainnya misalnya kendaran roda dua dan empat. Kelengkapan program 

Puskesmas ini selalu mendapatkan pengawasan, evaluasi dan bimbingan dari Dinas Kesehatan

Kabupaten/kotanya.

LO 3.5 Memahami dan Menjelaskan Rujukan Puskesmas

a. Pengertian Rujukan

Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan

pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit atau

masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang

kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal atau secara horizontal dalam arti antar unit-

unit yang setingkat kemampuannya.

b. Jenis Rujukan

Rujukan secara konseptual terdiri atas:

Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut masalah medik

perorangan yang antara lain meliputi:

1. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operasional dan lain-

lain.

2. Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lebih lengkap.

30

Page 31: wrup up kedkom sk 2

3. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim tenaga yang

lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi pelayanan, ahli

pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas pelayanan.

Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah kesehatan masyarakat

yang meluas meliputi:

1. Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium dan teknologi kesehatan.

2. Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan sebab

dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu penyakit serta penanggulangannya

pada bencana alam, gangguan kamtibmas, dan lain-lain.

3. Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada saat terjadi

bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan masal, pemeriksaan air

minum penduduk, dan sebagainya.

c. Jenjang Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan maka jenjang pelayanan kesehatan dibedakan atas

lima, yaitu:

1. Tingkat rumah tangga

Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh keluarga sendiri.

2. Tingkat masyarakat

Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri, misalnya: posyandu, polindes,

POD, saka bakti husada, dan lain-lain.

Fasilitas pelayanan tingkat pertama

Upaya kesehatan tingkat pertama yang dilakukan puskesmas dan unit fungsional

dibawahnya, praktek dokter swasta, bidan swasta,  dokter keluarga dan lain-lain.

31

Page 32: wrup up kedkom sk 2

Fasilitas pelayanan tingkat kedua

Upaya kesehatan tingkat kedua (rujukan spesial) oleh balai: balai pengobatan penyakit

paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKMM), balai kesehatan kerja masyarakat

(BKKM), balai kesehatan olah raga masyarakat (BKOM), sentra pengembangan dan penerapan

pengobatan tradisional (SP3T), rumah sakit kabupaten atau kota, rumah sakit swasta, klinik

swasta, dinas kesehatan kabupaten atau kota, dan lain-lain.

Fasilitas pelayanan tingkat ketiga

Upaya kesehatan tingkat ketiga (rujukan spesialis lanjutan atau konsultan) oleh rumah

sakit provinsi atau pusat atau pendidikan, dinas kesehatan provinsi dan departemen kesehatan.

d. Jalur Rujukan

Jalur rujukan terdiri dari dua jalur, yakni:

Rujukan upaya kesehatan perorangan

1. Antara masyarakat dengan puskesmas

2. Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas

3. Intern petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap

4. Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit atau fasilitas pelayanan lainnya.

Rujukan upaya kesehatan masyarakat

1. Dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten atau kota

2. Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral maupun lintas

sektoral

3. Bila rujukan ditingkat kabupaten atau kota masih belum mampu mananggulangi, bisa

diteruskan ke provinsi atau pusat (Trihono, 2005).

32

Page 33: wrup up kedkom sk 2

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 001

TAHUN 2012

TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan :

1. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan

upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang

dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat.

2. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk

memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak

langsung di sarana pelayanan kesehatan.

3. Organisasi profesi adalah Ikatan Dokter Indonesia untuk dokter dan Persatuan Dokter

Gigi Indonesia untuk dokter gigi.

BAB II

PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN

Pasal 2

1. Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama;

b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan

33

Page 34: wrup up kedkom sk 2

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.

2. Pelayanan kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

merupakan pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi di

puskesmas, puskesmas perawatan, tempat praktik perorangan, klinik pratama, klinik

umum di balai/lembaga pelayanan kesehatan, dan rumah sakit pratama.

3. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan kesehatan

tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Pelayanan kesehatan tingkat kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

merupakan pelayanan kesehatan spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau

dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan

spesialistik.

5. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

merupakan pelayanan kesehatan sub spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub

spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi

kesehatan sub spesialistik.

BAB III

SISTEM RUJUKAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 3

Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang

mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik

vertikal maupun horizontal.

Pasal 4

34

Page 35: wrup up kedkom sk 2

1. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai kebutuhan medis dimulai

dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.

2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan

kesehatan tingkat pertama.

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan

kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama.

4. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi

pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama.

5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)

dikecualikan pada keadaan gawat darurat, bencana, kekhususan permasalahan

kesehatan pasien, dan pertimbangan geografis.

Pasal 5

1. Sistem rujukan diwajibkan bagi pasien yang merupakan peserta jaminan kesehatan

atau asuransi kesehatan sosial dan pemberi pelayanan kesehatan.

2. Peserta asuransi kesehatan komersial mengikuti aturan yang berlaku sesuai dengan

ketentuan dalam polis asuransi dengan tetap mengikuti pelayanan kesehatan yang

berjenjang.

3. Setiap orang yang bukan peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial,

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengikuti sistem rujukan.

Pasal 6

Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas, pemerataan dan peningkatan efektifitas pelayanan

kesehatan, rujukan dilakukan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang memiliki

kemampuan pelayanan sesuai kebutuhan pasien.

Bagian Kedua

35

Page 36: wrup up kedkom sk 2

Tata Cara Rujukan

Paragraf Kesatu

Umum

Pasal 7

1. Rujukan dapat dilakukan secara vertikal dan horizontal.

2. Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan rujukan antar

pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan.

3. Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan rujukan antar

pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan.

4. Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan dari tingkatan

pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi atau

sebaliknya.

Pasal 8

Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dilakukan

apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan

kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau

ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.

Pasal 9

Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih

tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dilakukan apabila:

a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau sub spesialistik;

b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien

karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan.

36

Page 37: wrup up kedkom sk 2

Pasal 10

Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih

rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dilakukan apabila:

a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang

lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya;

b. kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik dalam

menangani pasien tersebut;

c. pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan

kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka

panjang; dan/atau

d. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien

karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.

Pasal 11

1. Setiap pemberi pelayanan kesehatan berkewajiban merujuk pasien bila keadaan penyakit

atau permasalahan kesehatan memerlukannya, kecuali dengan alasan yang sah dan

mendapat persetujuan pasien atau keluarganya.

2. Alasan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pasien tidak dapat

ditransportasikan atas alasan medis, sumber daya, atau geografis.

Pasal 12

1. Rujukan harus mendapatkan persetujuan dari pasien dan/atau keluarganya.

2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien dan/atau

keluarganya mendapatkan penjelasan dari tenaga kesehatan yang berwenang

3. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya meliputi:

a. diagnosis dan terapi dan/atau tindakan medis yang diperlukan;

37

Page 38: wrup up kedkom sk 2

b. alasan dan tujuan dilakukan rujukan;

c. risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan;

d. transportasi rujukan; dan

e. risiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam perjalanan.

Pasal 13

Perujuk sebelum melakukan rujukan harus ;

a. melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi kondisi pasien sesuai

indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan pasien selama

pelaksanaan rujukan;

b. melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa penerima

rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat; dan

c. membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima rujukan.

Pasal 14

Dalam komunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b, penerima rujukan

berkewajiban:

a. menginformasikan mengenai ketersediaan sarana dan prasarana serta kompetensi dan

ketersediaan tenaga kesehatan; dan

b. memberikan pertimbangan medis atas kondisi pasien.

Pasal 15

Surat pengantar rujukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf c sekurang-kurangnya

memuat:

a. identitas pasien;

38

Page 39: wrup up kedkom sk 2

b. hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang) yang

telah dilakukan;

c. diagnosis kerja;

d. terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan;

e. tujuan rujukan; dan

f. nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan.

Pasal 16

1. Transportasi untuk rujukan dilakukan sesuai dengan kondisi pasien dan ketersediaan

sarana transportasi.

2. Pasien yang memerlukan asuhan medis terus menerus harus dirujuk dengan ambulans

dan didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten.

3. Dalam hal tidak tersedia ambulans pada fasilitas pelayanan kesehatan perujuk, rujukan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat dilakukan dengan menggunakan alat

transportasi lain yang layak.

Pasal 17

1. Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima oleh penerima rujukan.

2. Penerima rujukan bertanggung jawab untuk melakukan pelayanan kesehatan lanjutan

sejak menerima rujukan.

3. Penerima rujukan wajib memberikan informasi kepada perujuk mengenai perkembangan

keadaan pasien setelah selesai memberikan pelayanan.

Bagian Ketiga

Pembiayaan

39

Page 40: wrup up kedkom sk 2

Pasal 18

1. Pembiayaan rujukan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku pada asuransi kesehatan

atau jaminan kesehatan.

2. Pembiayaan rujukan bagi pasien yang bukan peserta asuransi kesehatan atau jaminan

kesehatan menjadi tanggung jawab pasien dan/atau keluarganya.

BAB IV

MONITORING, EVALUASI, PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pasal 19

1. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan

provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota dan organisasi profesi.

2. Pencatatan dan Pelaporan dilakukan oleh perujuk maupun penerima rujukan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 20

1. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dan organisasi profesi bertanggung jawab atas

pembinaan dan pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat pertama.

2. Kepala dinas kesehatan provinsi dan organisasi profesi bertanggung jawab atas

pembinaan dan pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat kedua.

3. Menteri bertanggung jawab atas pembinaan dan pengawasan rujukan pada pelayanan

kesehatan tingkat ketiga.

40

Page 41: wrup up kedkom sk 2

4. Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan Menteri, kepala dinas kesehatan

provinsi dan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota mengikutsertakan asosiasi

perumahsakitan dan organisasi profesi kesehatan.

5. Dalam rangka melakukan pengawasan, Menteri, kepala dinas kesehatan provinsi dan

kepala dinas kabupaten/kota dapat mengambil tindakan administratif sesuai dengan

kewenangan masing-masing.

6. Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat berupa teguran lisan,

teguran tertulis, atau pencabutan izin praktik tenaga kesehatan dan/atau izin fasilitas

pelayanan kesehatan.

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 21

Seluruh pemberi pelayanan kesehatan pada semua tingkat harus menyesuaikan dengan peraturan

ini paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal ditetapkan.

41

Page 42: wrup up kedkom sk 2

LI 4. Memahami dan Menjelaskan Perilaku Behavior dan health care seeking

Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health

related behavior) sebagai berikut:

Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau

kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga

tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan,

sanitasi, dan sebaginya.

Perilaku sakit (illness behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan

kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk di sini juga kemampuan atau pengetahuan

individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha

mencegah penyakit tersebut.

Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang

dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan(health seeking

behavior) . Perilaku ini di samping berpengaruh terhadap kesehatan/ kesakitannya

sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain, terutama kepada anak-anak yang belum

mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.

Saparinah Sadli (1982) menggambarkan individu dengan lingkungan social yang saling

mempengaruhi di dalam suatu diagram sebagai berikut:

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua :

1) Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Misalnya :

seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS

dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Misalnya:

seorang ibu memeriksa kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.

42

Page 43: wrup up kedkom sk 2

Perilaku Kesehatan Individu

Perilaku kesehatan individu pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap

stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta

lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau

perangsangan.

Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap) maupun

bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan terdiri 4

unsur pokok, yakni : sakit & penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan.

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok :

1) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance) adalah perilaku atau usaha-usaha

seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk

penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebeb itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri

dari 3 aspek :

Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.

perilaku gizi (makanan & minuman).

2) Perilaku Pencarian atau Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau

sering disebut Perilaku Pencarian Pengobatan (health seeking behavior) adalah

menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan.

Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai

mencari pengobatan ke luar negeri.

3) Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap

makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi, sikap

dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya/zat

gizi, pengelolaan makanan, dll.

4) Perilaku Kesehatan Lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik

lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana sehingga lingkungan tersebut

43

Page 44: wrup up kedkom sk 2

tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi

tentang perilaku kesehatan ini.

a) Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya

atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain :

Menu seimbang

Olahraga teratur

Tidak merokok

Tidak minum-minuman keras dan narkoba

Istirahat yang cukup

Pengendalian stress

Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan

b) Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit.

Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala

penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.

c) Perilaku peran sakit (the sick role behavior) mencakup :

Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

Mengenal/mengetahu fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan

penyakit yang layak.

Mengetahu hak (misalnya : hak memperoleh perawatan dan pelayanan

kesehatan).

Kosa & Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi oleh

kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang

berdasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, tiap indivisu

mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan yang

berbeda meskipun gangguan kesehatannya sama. Pada umumnya tindakan yang diambil

berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan

tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan individu

menstimulasi dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini menggambarkan

44

Page 45: wrup up kedkom sk 2

berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang dialami dan merupakan

bagian integral interaksi sosial pada umumnya.

Proses ini mengikuti suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni

:

1. Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau

ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang lain

(anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan. Selanjutnya gangguan

dikomunikasikan kepada orang lain (anggota keluarga) dan mereka yang diberi informasi

tersebut menilai dengan kriteria subjektif.

2. Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Disadari

bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang

bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan gangguan tersebut

dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari ancaman-ancaman ini akan

menimbulkan bermacammacam bentuk perilaku.

3. Penerapan pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang dialaminya. Oleh karena

gangguan kesehatan terjadi secara teratur di dalam suatu kelompok tertentu maka setiap

irang di dalam kelompok tersebut dapat menghimpun pengetahuan tentang berbagai

macam gangguan kesehatan yang mungkin terjadi. Dari sini sekaligus orang

menghimpun berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu baik secara tradisional

maupun modern. Berbagai cara penerapan pengetahuan baik dalam menghimpun

berbagai macam gangguan maupun cara-cara mengatasinya tersebut merupakan

pencerminan dari berbagai bentuk perilaku.

4. Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau menghilangkan kecemasan

atau gangguan tersebut. Di dalam hal ini baik orang awam maupun tenaga kesehatan

melakukan manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu untuk mengatasi gangguan

kesehatan. Dari sini lahirlah pranata-pranata kesehatan baik tradisional maupun modern.

INTERAKSI PERILAKU KESEHATAN

45

Page 46: wrup up kedkom sk 2

Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking behavior), yaitu

perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri

penyakitnya, atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas,

mantra, dokter praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun,

sinshe, dan sebagainya).

Keluhan kesehatan yang dialami setiap individu akan ditindak lanjuti dengan upaya

mengatasinya. Upaya tersebut dapat berupa pengobatan sendiri atau dengan bantuan pengobatan

dari pelayanan kesehatan. Upaya pertolongan sendiri banyak membantu dalam mengatasi

keluhan kesehatan yang ringan, dengan adanya upaya tersebut akan mengurangi beban dari

fasilitas pelayanan kesehatan menangani kasus yang sebenarnya dapat ditangani sendiri. Masalah

kesehatan yang cukup serius sudah seharusnya ditangani secara baik oleh pihak yang

bertanggung jawab yaitu fasilitas pelayanan kesehatan. Penanganan masalah kesehatan yang

terpenuhi dan berkualitas akan meningkatkan derajat kesehatan suatu masyarakat.

Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan telah diupayakan oleh pemerintah dengan

menyediakan Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan bagi masyarakat dan fasilitas rujukan

kesehatan berupa rumah sakit. Dengan mengajak partisipasi pihak swasta telah berdiri pula

fasilitas kesehatan yang dikelola oleh swasta. Peningkatan status kesehatan sangat dipengaruhi

oleh penggunaan pelayanan kesehatan yang keterjangkauannya dipengaruhi oleh banyak faktor

antara lain keterjangkauan dalam hal jarak, biaya, kebutuhan. Sedangkan kebutuhan masyarakat

terhadap suatu pelayanan juga dipengaruhi oleh berbagai aspek antara lain faktor pemahaman

tentang sakit, derajat kesakitan.

46

Page 47: wrup up kedkom sk 2

47

Page 48: wrup up kedkom sk 2

LI 5 Memahami dan Menjelaskan Hukum Menjaga Kesehatan dan Berobat dalam Islam

A. Hukum Berobat & Menjaga Kesehatan

Anjuran Menjaga Kesehatan

Sudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena

penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini diupayakan agar orang tetap

sehat. Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik daripada meminum obat saat sakit.

Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan:

Dari Ibn ‘Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya bertanya: Ya

Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku, Nabi menjawab:

Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian aku menghadap lagipada kesempatan

yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca

dalam doaku. Nabi menjawab: “Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah saw mintalah kesehatan

kepada Allah, di dunia dan akhirat.” (HR Ahmad, al-Tumudzi, dan al-Bazzar).

Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar orang tetap sehat menurut para pakar kesehatan,

antara lain, dengan mengonsumsi gizi yang yang cukup, olahraga cukup, jiwa tenang, serta

menjauhkan diri dari berbagai pengaruh yang dapat menjadikannya terjangkit penyakit. Hal-hal

tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber dari hadits-hadits shahih maupun ayat al-

Quran.

Kesehatan Jasmani

Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal yang perlu

diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada sepuluh hal, yaitu: dalam hal

makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan seksual, keinginan-keinginan nafsu,

keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota badan.

1. Menjaga Pola Makan & Minum

Dalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur terpenting untuk menjaga

kesehatan. Kalangan ahli kedokteran Islam menyebutkan, makan yang halalan dan thayyiban.

48

Page 49: wrup up kedkom sk 2

Al-Quran berpesan agar manusia memperhatikan yang dimakannya, seperti ditegaskan dalam

ayat: “maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”. (QS. ‘Abasa 80 : 24).

Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan, al-Quran selalu menekankan dua sifat, yang

halal dan thayyib, di antaranya dalam (Qs. al-Baqarat (2)1168; al-Maidah (s):88; al-Anfal

(8):&9; al-Nahl (16) : 1 14),

2. Kesehatan Beraktivitas & Istirahat.

Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan dimulai sejak bayi, dimana Islam menekankan bagi

ibu agar menyusui anaknya, di samping merupakan fitrah juga mengandung nilai kesehatan.

Banyak ayat dalam al-Quran menganjurkan hal tersebut.

Al-Quran melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak badan.Para pakar di bidang medis

memberikan contoh seperti merokok. Alasannya, termasuk dalam larangan membinasakan diri

dan mubadzir dan akibatyang ditimbulkan, bau, mengganggu orang lain dan lingkungan. Islam

juga memberikan hak badan, sesuai dengan fungsi dan daya tahannya, sesuai anjuran Nabi:

Bahwa badanmu mempunyai hak Islam menekankan keteraturan mengatur ritme hidup dengan

cara tidur cukup, istirahat cukup, di samping hak-haknya kepada Tuhan melalui ibadah. Islam

memberi tuntunan agar mengatur waktu untuk istirahat bagi jasmani. Keteraturan tidur dan

berjaga diatur secara proporsional, masingmasing anggota tubuh memiliki hak yang mesti

dipenuhi.

Di sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas kemampuannya, seperti

melakukan begadang sepanjang malam, melaparkan perut berkepanjangan sekalipun maksudnya

untuk beribadah, seperti tampak pada tekad sekelompok Sahabat Nabi yang ingin terus menerus

shalat malam dengan tidak tidur, sebagian hendak berpuasa terus menerus sepanjang tahun, dan

yang lain tidak mau ‘menggauli’ istrinya, sebagaimana disebutkan dalam hadits:

memberitakan bahwa kamu puasa di sz’am? hari dan qiyamul laildimalam hari, maka aku

katakan, benarya Rasulullah, Nabi menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan berbukalah,

bangun malam dan tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak dan pada lambungmu juga ada hak”

(HR Bukhari dan Muslim).

3. Olahraga sebagai Upaya Menjaga Kesehatan

49

Page 50: wrup up kedkom sk 2

Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan adalah melalui kegiatan

berolahraga. Kata olahraga atau sport (Bahasa Inggris) berasal dari bahasa Latin Disportorea atau

deportore, dalam bahasa Itali disebut ‘deporte’ yang berarti penyenangan, pemeliharaan atau

menghibur untuk bergembira. Olahraga atau sport dirumuskan sebagai kesibukan manusia untuk

menggembirakan diri sambil memelihara jasmaniah. Tujuan utama olahraga adalah untuk

mempertinggi kesehatan yang positif, daya tahan, tenaga otot, keseimbangan emosional, efisiensi

dari fungsi-rungsi alat tubuh, dan daya ekspresif serta daya kreatif. Dengan melakukan olahraga

secara bertahap, teratur, dan cukup akan meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani,

menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan kesegaran jasmani seseorang akan mampu

beraktivitas dengan baik. Dalam pandangan ulama fikih, olahraga (Bahasa Arab: al-Riyadhat)

termasuk bidang ijtihadiyat. Secara umum hokum melakukannya adalah mubah, bahkan bisa

bernilai ibadah, jika diniati ibadah atau agar mampu melakukannya melakukan ibadah dengan

sempurna dan pelaksanaannyatidakbertentangan dengan norma Islami.

Sumber ajaran Islam tidak mengatur secara rinci masalah yang berhubungan dengan berolahraga,

karena termasuk masalah ‘duniawi’ atau ijtihadiyat, maka bentuk, teknik, dan peraturannya

diserahkan sepenuhnya kepada manusia atau ahlinya. Islam hanya memberikan prinsip dan

landasan umum yang harus dipatuhi dalam kegiatan berolahraga.

Nash al-Quran yang dijadikan sebagai pedoman perlunya berolahraga, dalam konteks perintah

jihad agar mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi kemungkinan serangan musuh, yaitu

ayat: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan

dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu

menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak

mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu najkahkanpadajalan Allah

niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).

(QS.Al-Anfal :6o) :

Nabi menafsirkan kata kekuatan (al-Quwwah) yang dimaksud dalam ayat ini adalah memanah.

Nabi pernah menyampaikannya dari atas mimbar disebutkan 3 kali, sebagaimana dinyatakan

dalam satu hadits:

50

Page 51: wrup up kedkom sk 2

Nabi berkata : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sang

gupi” Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah

kekuatan itu adalah memanah, (HR Muslim, al-Turmudzi, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad, dan

al-Darimi)

4. Anjuran Menjaga Kesehatan

Ajaran Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan yang merupakan salah satu aspek

penting dalam ilmu kedokteran. Dalam terminologi Islam, masalah yang berhubungan dengan

kebersihan disebut dengan al-Thaharat. Dari sisi pandang kebersihan dan kesehatan, althaharat

merupakan salah satu bentuk upaya preventif, berguna untuk menghindari penyebaran berbagai

jenis kuman dan bakteri. Imam al-Suyuthi, ‘Abd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain

menyatakan, dalam Islam menjaga kesucian dan kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai

bentuk qurbat, bagian dari ta’abbudi, merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah, Nabi

bersabda: “Dari ‘Ali ra., dari Nabi saw, beliau berkata: “Kunci shalat adalah bersuci” (HR Ibnu

Majah, al-Turmudzi, Ahmad, dan al-Darimi) Berbagai ritual Islam mengharuskan seseorang

melakukan thaharat dari najis, mutanajjis, dan hadats. Demikian pentingnya kedudukan menjaga

kesucian dalam Islam, sehingga dalam buku-buku fikih dan sebagian besar buku hadits selalu

dimulai dengan mengupas masalah thaharat, dan dapat dinyatakan bahwa ‘fikih pertama yang

dipelajari umat Islam adalah masalah kesucian’. ‘Abd al-Mun’im Qandil dalam bukunya al-

Tadaivi bi al-Quran seperti halnya kebanyakan ulama membagi thaharat menjadi dua, yaitu

lahiriah dan rohani. Kesucian lahiriah meliputi kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal, jalan

dan segala sesuatu yang dipergunakan manusia dalam urusan kehidupan. Sedangkan kesucian

rohani meliputi kebersihan hati, jiwa, akidah, akhlak, dan pikiran.

Anjuran Berobat

Dalam Islam, berobat termasuk tindakan yang dianjurkan. Dalam berbagai riwayat menunjukkan

bahwa Nabi pernah berobat untuk dirinya sendiri, serta pernah menyuruh keluarga dan

sahabatnya agar berobat ketika sakit. Diantara teknik pengobatan yang dilakukan Nabi adalah

menggunakan caracara tertentu sesuai dengan perkembangan zaman saat itu.

Perintah berobat dalam Islam juga dapat dipahami dari informasi yang dipahami sebagai salah

satu bentuk perintah. Diantara cara berobat Nabi yang dianjurkannya sebagaimana banyak

51

Page 52: wrup up kedkom sk 2

disebutkan dalam hadits adalah dengan cara berbekam (al-Hijamah = cupping), yang dulu

dikerjakan secara bedah dengan besi panas. Dalam kedokteran, al-Hijamah dipahami sebagai

pengeluaran darah dengan menoreh pembuluh darah. Secara umum teknik pengobatan di zaman

Nabi ada 3, seperti disebutkan dalam hadits shahih yang artinya :

“Pengobatan ada 3 cara, meminum madu, berbekam, dan mencasnya dengan api, dan aku

melarang mencas dengan api.” (HR al-Bukhari, IbnMajah, dan Ahmad) Juga dinyatakan dalam

hadits yang secara khusus menyuruh agar berobat, antara lain hadits Nabi yang artinya : “Dari

Usamat bin Syarik, seorang laki-laki dari kaumnya berkata, datang seorang dusun kepada

Rasulullah saw dan bertanya : Ya Rasulallah, manusia yang bagaimana yang baik? Nabi

menjawab : ‘Yang terbaik akhlaknya diantara mereka’, kemudian dia bertanya lagi, Ya

Rasulallah apakah kami mesti berobat? Nabi menjawab : Berobatlah, sebab, Allah tidak

menurunkan penyakit kecuali juga menurunkan obatnya, diketahui oleh orang yang

mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya.” (HR Ahmad)

Hukum Berobat

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum berobat. Al-Qur’an, mengutip ucapan Nabi Ibrahim

yang menyebutkan : “dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku.” (Qs. Syu’ara :

80) Ayat ini menekankan agar orang yang sakit mengupayakan sehat sebagai anjuran agama.

Dalam menafsirkan ayat ini, al-Dzahabi menyatakan bahwa tindakan upaya penyembuhan

penyakit secara medis merupakan perbuatan baik dan terpuji. Ini juga berdasarkan pada pesan

Nabi : “Lakukanlah penyembuhan secara medis.” Para fuqoha’ (ahli fiqih) bersepakat bahwa

berobat hukum asalnya dibolehkan, kemudian mereka berbeda pendapat (mengenai hukum

berobat, -ed) menjadi beberapa pendapat yang masyhur :

1. Pendapat pertama mengatakan bahwa berobat hukumnya wajib, dengan alasan adanya

perintah Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berobat dan asal hukum perintah

adalah wajib, ini adalah salah satu pendapat madzhab Malikiyah, Madzhab Syafi’iyah,

dan madzhab Hanabilah.

2. Pendapat kedua mengatakan sunnah/ mustahab, sebab perintah Nabi shallallahu ‘alaihi

wa sallam untuk berobat dan dibawa kepada wa sallam memerintahkan bersabar, dan ini

adalah madzhab Syafi’iyah.

52

Page 53: wrup up kedkom sk 2

3. Pendapat ketiga mengatakan mubah/ boleh secara mutlak , karena terdapat keterangan

dalil- dalil yang sebagiannya menunjukkan perintah dan sebagian lagi boleh memilih, (ini

adalah madzhab Hanafiyah dan salah satu pendapat madzhab Malikiyah).

4. Pendapat kelima mengatakan makruh, alasannya para sahabat bersabar dengan sakitnya,

Imam Qurtubi rahimahullah mengatakan bahwa ini adalah pendapat Ibnu Mas’ud, Abu

Dardaradhiyallahu ‘anhum, dan sebagian para Tabi’in.

5. Pendapat ke enam mengatakan lebih baik ditinggalkan bagi yang kuat tawakkalnya dan

lebih baik berobat bagi yang lemah tawakkalnya, perincian ini dari kalangan madzhab

Syafi’iyah.

BEROBAT HUKUMNYA BERBEDA-BEDA

1. Menjadi wajib dalam beberapa kondisi:

a) Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka menyelamatkan

jiwa adalah wajib.

b) Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara wajib padahal dia

mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh, berobat semacam ini

adalah untuk perkara wajib, sehingga dihukumi wajib.

c) Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit menular adalah wajib

untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.

d) Jika penyakit diduga kuat mengakibatkan kelumpuhan total, atau memperburuk

penderitanya, dan tidak akan sembuh jika dibiarkan, lalu mudhorot yang timbul lebih

banyak daripada maslahatnya seperti berakibat tidak bisa mencari nafkah untuk diri

dan keluarga, atau membebani orang lain dalam perawatan dan biayanya, maka dia

wajib berobat untuk kemaslahatan diri dan orang lain.

2. Berobat menjadi sunnah/ mustahab

Jika tidak berobat berakibat lemahnya badan tetapi tidak sampai membahayakan diri dan

orang lain, tidak membebani orang lain, tidak mematikan, dan tidak menular, maka

berobat menjadi sunnah baginya.

3. Berobat menjadi mubah/ boleh

53

Page 54: wrup up kedkom sk 2

Jika sakitnya tergolong ringan, tidak melemahkan badan dan tidak berakibat seperti

kondisi hukum wajib dan sunnah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau tidak

berobat.

4. Berobat menjadi haram

Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya haram,

seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram lainnya.

54

Page 55: wrup up kedkom sk 2

DAFTAR PUSTAKA

1. Eko, Budiarti & Dwi, Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemiologi edisi 2. Jakarta : EGC

2. Murti, Bhisma. Investigasi Outbreak. Available from

http://fk.uns.ac.id/index.php/download/file/16

3. Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat. 2006. Laporan Kajian Kebijakan

Penanggulangan (Wabah) Penyakit Menular. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Tahun 2006 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun 2006

4. Permenkes 560/MENKES/PER/VIII/1989 tentang Penyakit Potensial Wabah.

5. Prof Dr. Umar, Surveilens Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta Pers, 2000

6. Bustan,M.N.2006.Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Rineka Cipta.

7. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.

8. http://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/04/20/konsep-kesehatan-dalamislam/

55