uji ekstrak daun kemangi (ocimum sanctum l.) dalam …digilib.unila.ac.id/61371/3/skripsi tanpa bab...
Post on 21-Oct-2020
30 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
UJI EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.) DALAM
BENTUK SALEP DAN SPRAY SEBAGAI SKABISIDA
TUNGAU Sarcoptes scabiei
( Skripsi )
Oleh
Ayu Tiara Fitri
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
http://www.kvisoft.com/pdf-merger/
-
ABSTRACT
BASIL LEAF EXTRACT TEST (Ocimum sanctum L.) IN THE FORM OF
OINTMENTS AND SPRAYS AS SCABICIDE MITES Sarcoptes scabiei.
Ayu Tiara Fitri
The use of scabies drugs (scabicide) is generally made from synthetic chemical
compounds. The effect of the administration of synthetic chemical compounds is
the resistance of mites to drugs. Basil leaves can be an alternative to scabicide
because they contain essential oils containing active ingredients eugenol, cineol,
and flavonoids. The study was conducted in October-November 2019. The
purpose of this study was to determine the potential of basil leaf extract as a
scabicide and to find out the basil leaf extract preparations that were more
effective between ointment and spray. This research was an experimental type
with a Completely Randomized Design (CRD) consisting of four treatment groups
(control +, control-, basil leaf extract ointment, basil leaf extract spray) and six
replications. The research data were analyzed using One Way (ANOVA) and the
results showed that there was a significant difference in the width of the scab
between treatments (p = 0.000). The results of the study were continued using
Fisher LSD (Least Significant Different) at a 5% significance level, the smallest
scab width obtained in the basil leaf extract ointment preparation. The conclusion
from this research is that basil leaf extract can be used as a scabicide and ointment
preparations are more effective than spray.
Keywords: Basil Extract, Scab, Ointment, Scabies, Spray.
-
ABSTRAK
UJI EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.) DALAM
BENTUK SALEP DAN SPRAY SEBAGAI SKABISIDA TUNGAU Sarcoptes
scabiei
Ayu Tiara Fitri
Penggunaan obat skabies (skabisida) umumnya terbuat dari senyawa kimia
sintetik. Efek pemberian dari senyawa sintetik kimia adalah resistensinya tungau
terhadap obat. Daun kemangi dapat menjadi alternatif skabisida karena memiliki
kandungan minyak atsiri berbahan aktif eugenol, sineol dan flavanoid. Penelitian
dilakukan pada bulan Oktober-November 2019. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui potensi ekstrak daun kemangi sebagai skabisida dan untuk
mengetahui sediaan ekstrak daun kemangi yang lebih efektif antara salep dan
spray. Penelitian ini berjenis eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat kelompok perlakuan (kontrol+, kontrol-, salep
ekstrak daun kemangi, spray ekstrak daun kemangi) dan enam ulangan. Data hasil
penelitian dianalisis menggunakan One Way (ANOVA) dan didapatkan hasil
terdapat perbedaan lebar keropeng sangat bermakna pada antar perlakuan
(p=0.000). Hasil penelitian dilanjutkan menggunakan Fisher LSD (Least
Significant Different) pada taraf nyata 5%, didapatkan lebar keropeng terkecil
pada sediaan salep ekstrak daun kemangi. Kesiimpulan dari penelitian ini yaitu
ekstrak daun kemangi dapat digunakan sebagai skabisida dan sediaan bentuk salep
lebih efektif dibandingkan bentuk spray.
Kata Kunci: ekstrak kemangi, keropeng, salep,skabies, spray.
-
UJI EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.) DALAM
BENTUK SALEP DAN SPRAY SEBAGAI SKABISIDA
TUNGAU Sarcoptes scabiei
Oleh
Ayu Tiara Fitri
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
FAkultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda, pada tanggal 16 November
1998, merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara dari
Ayahanda H.Drs Mawardi dan Ibunda Hj.Faridlotul
Ulfah,Amd.Keb.
Penulis memulai menempuh pendidikan Taman Kanak-
kanak (TK) di TK Dharma Wanita Kalianda sejak tahun 2002-2004. Pendidikan
dasar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Kalianda sejak tahun 2004 – 2010. Lalu
melanjutkan pendidikan tingkat pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SMP N) 1 Kalianda sejak tahun 2010-2013. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan tingkat atas di Sekolah Menengah Atas Al-Kautsar Bandar Lampung
sejak tahun 2013 dan menyelesaikannya pada tahun 2016. Pada tahun 2016 juga
penulis berhasil diterima sebagai mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui jalur
Seleksi Mandiri Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMMPTN).
Selama menempuh pendidikan perkuliahan Penulis juga pernah menjadi asisten
dosen praktikum Struktur Perkembangan Hewan, Mikrobiologi Umum, Biologi
Dasar, Fisiologi Hewan, dan Ekologi. Penulis juga pernah aktif di dunia
-
organisasi kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) FMIPA, Unila
sebagai anggota Kominhum pada tahun 2017,BEM, dan Rois.
Penulis melaksanakan Kerja Praktik Lapangan (PKL) di Balai Penyidikan dan
Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III Lampung bidang Laboratorium Patologi
pada bulan Januari 2019. Dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Gunung Sugih Kecil, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur pada bulan
Juli hingga Agustus 2019.
-
“ Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Maka apabila engkau telah
selesai dari suatu urusan, tetaplah bekerja keras ( untuk urusan yang lain).
( Qs. Al-Insyirah ( 6-7 )
“Man Jadda Wa Jada”
(Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil)
“ Man Shabara Zhafira”
(Siapa yang bersabar pasti beruntung)
“ Man Sara Ala Darbi Washala”
( Siapa yang menapaki jalan Allah SWT akan sampai ke tujuan)
“ Cukuplah Allah Menjadi Penolong dan Allah Sebaik-Baiknya Pelindung”
( HR. Bukhari)
-
Dengan Ridho Allah SWT,
Dan dengan segala kerendahan hati
Aku persembahkan karya sederhana ini kepada
Bapakku Mawardi dan Ibuku Faridlotul Ulfah tercinta
Serta Kakak – kakak ku Tersayang
Amirul Iqbal dan Adietya Bima Prakasa
Terimakasih untuk semangat, dukungan, dan do’a
Yang telah diberikan kepada diriku selama ini
-
SANWACANA
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas ridho, rahmat, dan
hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Uji Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum Sanctum L.)
Jenis Sediaan Dalam Bentuk Salep Dan Spray Sebagai Skabisida Tungau
Sarcoptes scabiei “Adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains
di Universitas Lampung.
Dalam proses skripsi ini, banyak pihak yang senantiasa ikhlas memberi dukungan,
membantu dan membimbing penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Karomani, M. Si., selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Suratman, M. Sc., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
3. Bapak Drs. M. Kanedi,M.Si. selaku pembimbing I sekaligus ketua jurusan
biologi yang telah memberikan bimbingan, kritik, saran, arahan dalam
melaksanakan penulisan dan penyeselaian skripsi;
4. Ibu Dr. Endah Setyaningrum,M.Biomed. selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, bantuan secara moril maupun materil, masukan,
-
arahan, kritik, saran serta motivasi dalam pelaksanaan penulisan dan
penyelesaian skripsi;
5. Bapak Dr. G.Nugroho Susanto,M.Sc. selaku pembahas yang telah bersedia
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, arahan serta masukan dalam
melaksanakan penulisan untuk kesempurnaan skripsi;
6. Ibu Dra. Yulianty,M.Si. selaku ketua program studi Biologi FMIPA
Universitas Lampung yang telah memberikan bimbingan, arahan, untuk
menyelesaikan skripsi ini;
7. Bapak Prof. Dr. Sutyarso,M. Biomed. Selaku pembimbing akademik atas
waktu, motivasi, dan bimbingannya;
8. Ayahanda tersayang, H. Mawardi yang selalu memberikan dukungan,
terimakasih atas doa yang tiada hentinya, kasih sayang yang luar biasa, nasihat
serta bimbingan yang telah diberikan kepada penulis serta selalu
mengingatkan untuk selalu dekat kepada Allah SWT. Semoga allah selalu
memberi kesehatan, lindungan dan ladang pahala untuk ayahanda;
9. Ibunda tersayang, Hj Faridlotul Ulfah, terimakasih atas doa yang tiada
hentinya, kasih sayang yang luar biasa, nasihat serta bimbingan yang telah
diberikan kepada penulis serta selalu mengingatkan untuk selalu dekat kepada
Allah SWT. Semoga allah selalu memberi kesehatan, lindungan dan ladang
pahala untuk ibunda;
10. Abangku, Amirul Iqbal dan Adietya Bima Prakasa yang selalu memberi
semangat, dukungan, motivasi dan doa;
11. Kakakku, Mutia Puri Mentari dan Gheavani Legowo yang selalu memberi
semangat, dukungan, motivasi dan doa;
-
12. Seluruh Staf Dosen Biologi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita
13. Seluruh Staf tata usaha, administrasi akademik, pegawai, dan karyawan
FMIPA unila;
14. Fanny Maulida Junita dan Kinanti Alif Formasiyah Aisyah, selaku partner
skripsi penulis, yang sudah banyak membantu, mendengarkan keluh kesah,
serta berjuang Bersama sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;
15. Sahabat-sahabat ku PS (Arini, Chicka, Ema, Jihan, Ferly, Jualiha) yang saling
membantu, memberikan canda, tawa, mendengarkan keluh kesah dan
memberikan semangat atas kegiatan selama perkuliahan;
16. Sahabat- sahabat ku Desti, Fanny, Kinan, Yosi, Ubay, Indah, Yuni, Ila,
Wayan, Bayu, Aulia, Evy yang memberi semangat, canda, tawa, dukungan
dan doa;
17. Teman- teman sejawat angkatan 2016 yang tidak dapat disebutkan satu per
satu.
Akhirkata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Akan tetapi, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi kita semua.
Aamiin Ya Robbal Alamin.
Bandar Lampung, Januari 2020
Penulis
Ayu Tiara Fitri
-
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................................... i
DAFTAR TABEL............................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4
C. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
D. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 4
E. Hipotesis ....................................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Marmut (Cavia porcellus) .......................................................................... 7 B. Morfologi Marmut (Cavia porcellus)........................................................ 8
C. Penyakit Scabies.......................................................................................... 8 1.Definisi................................................................................................. 8
2.Etiologi................................................................................................. 9
3.Patogenesis........................................................................................... 12
4.Gejala Klinis......................................................................................... 13
D. Klasifikasi Kemangi ( Ocimum sanctum L.)................................................. 14
E. Kandungan Minyak Atsiri Pada Daun Kemangi ( Ocimum sanctum L.)...... 15
F. Mekanisme Ekstrak Daun Kemangi Terhadap Tungau.................................. 15
17
B. Alat dan Bahan.............................................................................................. 17
1. Alat............................................................................................................ 17
2. Bahan......................................................................................................... 18
III.METODE PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat.........................................................................................
-
ii
C. Metode........................................................................................................... 18
D. Diagram Alir Penelitian................................................................................. 20
E. Prosedur Penelitian...................................................................................... 21
1. Persiapan Kandang dan Hewan.................................................................. `21
2. Pembuatan Simplisia.................................................................................. 21
4. Pembuatan Spray Ekstrak Daun Kemangi.................................................. 21
5. Pembuatan Salep Ekstrak Daun Kemangi................................................... 22
6. Pemberian Perlakuan.................................................................................. 24
F. Analisis Data................................................................................................... 24
G..Pengamatan ................................................................................................. 25
IV. HASIL DAN PEMABAHASAN
A. Hasil Penelitian................................................................................................ 26
1. Pemeriksaan mikroskopis keropeng sebelum diberikan perlakuan.......... 26 2. Analisis data yang didapatkan dari perbandingan ekstrak daun kemangi
dengan kotrol + dan kontrol –................................................................... 27
3. Perbandingan kondisi keropeng................................................................ 30
B. Pembahasan .................................................................................................... 32
A. Simpulan........................................................................................................... 37
B. Saran................................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
V. SIMPULAN DAN SARAN
-
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kelompok Perlakuan................................................................................ 19
Tabel 2. Formula Sediaan Salep Daun Kemangi ............................................ ..... 23
Tabel 3. Rerata hasil transformasi lebar keropeng pada marmut yang terinfeksi
Sarcoptes scabiei menggunakan LG10(k-x)................................................. 27
Tabel 4. Data Hasil Uji One Way ANOVA……………………………..………. 28
Tabel 5.Rerata lebar keropeng pada uji lanjut fisher LSD marmut yang terinfeksi
S.scabiei...................................................................................................... 29
Tabel 6. Perbandingan Kondisi Keropeng Sebelum Dan Sesudah Dilakukannya
Pemberian Perlakuan…………………………………………………… 31
-
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. S.scabiei dewasa dan telur .....................................................................................10
Gambar 2. Siklus Hidup S.scabiei ............................................................................................11
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian ..........................................................................................20
Gambar 4. Hasil pemeriksaan sampel secara mikroskopis pada kerokan kulit marmut, a. Perbesaran 100X, b. Perbesaran 200X .........................................................26
Gambar 5. Grafik rerata lebar keropeng selama 9 hari .......................................................30
Gambar 6. Alkohol 96% ................................................................................................................47
Gambar 7. KOH………………………………………………………………………….. 47
Gambar 8. NaCMC……………………………………………………………………… 47
Gambar 9. Cera Flava…………………………………………………………………… 47
Gambar 10. Aquades…………………………………………………………………….. 47
Gambar 11. Vaseline…………………………………………………………………….. 47
Gambar 12. Alu………………………………………………………………………….. 48
Gambar 13. Mortar………………………………………………………………………. 48
Gambar 14. Slide glass dan cover glass…………………………………………... 48
Gambar 15. Oven………………………………………………………………… 48
Gambar 16.Ratory Evaporator…………………………………………………………… 48
Gambar 17. Kandang Marmut…………………………………………………………… 48
-
v
Gambar 18. Pipet Tetes………………………………………………………………….. 49
Gambar 19. Jangka Sorong……………………………………………………………… 49
Gambar 20. Cawan Petri………………………………………….……………………… 49
Gambar 21. Blade………………………………………………….…………………….. 49
Gambar 22. Wadah Pasta………………………………………………………………… 49
Gambar 23. Proses pengeringan daun kemangi…………………………………………. 49
Gambar 24. Proses pengeringan daun kemangi…………………………………………. 50
Gambar 25. Pembuatan simplisia………………………………………………………... 50
Gambar 26. Proses pembuatan ekstrak kemangi………………………………………… 50
Gambar 27. Proses pembuatan salep…………………………………………………….. 50
Gambar 28. Proses penghomogenan salep………………………………………………. 50
Gambar 29. NaCMC 5% .................................................................................................................50
Gambar 30. Spray ekstrak daun kemangi……………………………………………….. 51
Gambar 31. Salep ekstrak daun kemangi………………………………………………… 51
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Lebar Keropeng Hari Ke-1 Hingga Hari Ke-9 Pada Masing-
Masing Perlakuan
Lampiran 2. Data hasil uji ANOVA menggunakan program software minitab versi 19
Lampiran 3. Hasil uji lanjut data menggunakan fisher LSD (Least Significant Different)
Lampiran 4. Data dan grafik perbandingan pada masing-masing perlakuan menggunakan
fisher.
Lampiran 5. Identifikasi tungau menggunakan buku Veterinary parasitologi
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
-
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skabies merupakan salah satu jenis penyakit kulit yang banyak diderita oleh
hewan dan bersifat menular. Penyakit kulit ini disebabkan oleh sekelompok
tungau dari spesies Sarcoptes scabiei. Sarcoptes scabiei hidup dan
berkembang biak ditubuh inang khususnya pada bagian kulit dan menyerang
hampir semua jenis hewan peliharaan khususnya mamalia (seperti marmut,
anjing, kucing, kelinci, kambing), tidak hanya hewan peliharaan saja yang
menjadi inang tungau tersebut melainkan manusia juga rentan.
Marmut menjadi salah satu hewan peliharaan yang menjadi inang untuk
tungau Sarcoptes scabiei. Marmut merupakan salah satu hewan pengerat
yang banyak digemari oleh para peternak untuk dipelihara atau untuk dijual
karena harganya yang ekonomis. Selain untuk hewan peliharaan marmut ini
juga biasa digunakan sebagai hewan percobaan. Pemanfaatan marmut
sebagai hewan yang digunakan untuk penelitian mengacu pada publikasi
Armed Formed Institute of Pathology yaitu tentang penggunaan marmut
sebagai hewan percobaan untuk menggantikan model manusia yang berupa
penyakit manusia, biokimia, fisiologis dan farmakologis (Noonan, 1994).
-
2
Wulandari (2017) mengungkapkan bahwa marmut merupakan salah satu
hewan yang memiliki ketahanan tubuh yang baik hal ini dapat terjadi
dikarenakan marmut lebih jarang sakit dibandingkan dengan kelinci. Tetapi
marmut juga dapat sakit jika kondisi kandang yang kurang bersih, kebersihan
tubuh marmut yang kurang terawat serta penyebaran penyakit melalui kontak
langsung antar sesama marmut bahkan penularan dapat terjadi pada manusia
yang berkontak langsung dengan hewan yang terinfeksi skabies.
Taman kelinci merupakan salah satu tempat wisata yang berada di daerah
Kemiling, Bandar lampung. Marmut menjadi salah satu jenis hewan yang
dikembang biakkan dilokasi tersebut. Marmut dibebaskan berkeliaran diarea
taman kelinci dan pengunjung dapat menyentuh serta memberi makan marmut
tersebut. Sangat disayangkan beberapa marmut yang berkeliaran berada dalam
kondisi terjangkit penyakit skabies. Marmut tersebut dibiarkan berkeliaran
ditaman begitu saja, menurut Mading dan Ira (2015) skabies dapat menular
dari manusia ke manusia, manusia ke hewan bahkan dari hewan ke manusia
(zoonosis). Penularan penyakit skabies dapat melalui kontak langsung
maupun tidak langsung. Penularan skabies dari hewan ke manusia sangat
mungkin terjadi, tidak hanya yang berada di taman kelinci saja tetapi banyak
juga peternak marmut yang kurang peduli dengan kesehatan dan kondisi
lingkungan marmut tersebut .
Infeksi dari penyakit kulit skabies ini kurang mendapatkan penanganan yang
segera karena bersifat infeksi primer, yang berarti tanda gejala yang muncul
dari adanya skabies ini tidak membahayakan jiwa tetapi apabila dibiarkan dan
tidak mendapat penanganan yang benar maka akan menimbukan infeksi
-
3
sekunder yang sulit untuk disembuhkan dan kulit yang terinfeksi skabies ini
akan menyebar keseluruh tubuh ( Golant AK, Levitt JO.2012).
Obat yang sering dijual dipasaran untuk skabies dapat berupa pil, sabun, spray
dan salep. Pengobatan yang sering digunakan dan banyak dijual dipasaran
yaitu dari bahan dasar kimia seperti sulfadex dan permetrin. Menurut Wandel
dan Rampalo dalam jurnal Mading dan Ira (2015) permetrin merupakan salah
satu jenis obat skabies yang memiliki persentase kesembuhan yang tinggi
sebanyak 98%. Akan tetapi permetrin juga memiliki efek samping berupa rasa
gatal dan sensasi menyengat pada saat penggunaannya (Currie dan McCarthy,
2010). Maka dari itu peneliti memanfaatkan obat tradisional yang berasal dari
tumbuhan seperti kemangi.
Kemangi merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki aroma yang khas.
Masyarakat mengenal kemangi sebagai tumbuhan lalapan atau penghias
makanan, kemangi berkembang biak melalui biji benih yang dihasilkan oleh
bunga dan batang. Kandungan yang terdapat didalam daun kemangi antara
lain minyak atsiri yang memiliki bahan aktif berupa eugenol dan sineol yang
mempunyai potensi sebagai larvasida dan juga hormon juvenil yang mampu
menghambat perkembangan larva nyamuk penyebab penyakit malaria
( Fatimah,1997). Selain menghambat perkembangan larva nyamuk penyebab
penyakit malaria, daun kemangi juga dapat digunakan sebagai pembasmi lalat
buah, kutu daun, laba-laba merah, dan tungau (Simon et al, 1990;
Panhwar,2005). Mekanisme kandungan minyak atsiri kemangi apabila racun
kontak minyak atsiri meresap ke dalam tubuh binatang yang terdapat tungau
maka tungau akan mati bila tersentuh kulit luarnya. Racun kontak akan masuk
-
4
dalam tubuh tungau melalui kutikula sehingga apabila insektisida kontak
langsung pada kulit maka sedikit demi sedikit molekul insektisida akan masuk
ke dalam tubuh tungau. Daun kemangi juga memiliki potensi sebagai anti
mikroba, anti inflamasi, anti oksidan dan analgesik (Moghaddam et al, 2011).
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang maka dilakukan penelitian
mengenai pemberian ekstrak daun kemangi terhadap marmut yang terinfeksi
Sarcoptes scabiei dengan membandingkan sediaan salep dengan spray.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui potensi ekstrak daun kemangi sebagai skabisida.
2. Mengetahui sediaan ekstrak daun kemangi yang lebih efektif antara salep
dan spray.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
tentang uji ekstrak daun kemangi jenis sediaan salep dan spray terhadap
penyakit skabies.
D. Kerangka Pemikiran
Skabies merupakan salah satu jenis penyakit kulit yang banyak diderita oleh
hewan dan bersifat menular. Penyakit kulit ini disebabkan oleh sekelompok
tungau dari spesies Sarcoptes scabiei. S. scabiei hidup dan berkembang biak
-
5
ditubuh inang khususnya pada bagian kulit dan menyerang hampir semua jenis
hewan peliharaan khususnya mamalia salah satunya adalah marmut. Marmut
merupakan salah satu hewan yang memiliki ketahanan tubuh yang baik hal
ini dapat terjadi dikarenakan marmut lebih jarang sakit.. Tetapi marmut juga
dapat sakit jika kondisi kandang yang kurang bersih, kebersihan tubuh
marmut yang kurang terawat serta penyebaran penyakit melalui kontak
langsung antar sesama marmut bahkan penularan dapat terjadi pada manusia
yang berkontak langsung dengan hewan yang terinfeksi skabies. Pengobatan
yang dijual dipasaran sebagian besar berbahan kimia yang memiliki efek
samping. Obat herbal yang dapat digunakan sebagai obat skabies salah
satunya adalah kemangi. Tumbuhan kemangi memiliki aroma yang khas. Pada
penelitian ini menggunakan metode eksperimental yaitu dengan cara
pemberian perlakuan berupa kontrol + menggunakan obat skabies yang dijual
di pasaran dengan cara menyemprotkan pada sampel keropeng secara merata ,
kontrol - berupa NaCMC 5% dengan cara menyemprotkan pada sampel
keropeng secara merata, sedangkan sediaan dalam bentuk salep diberikan
dengan cara mengoleskan pada sampel keropeng secara merata dan spray
dengan cara menyemprotkan pada sampel keropeng secara merata. Dari
keempat perlakuan tersebut diduga yang paling efektif sebagai skabisida
adalah sediaan dalam bentuk salep ekstrak daun kemangi.
E. Hipotesis
Adapun hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah pemberian sediaan
dalam bentuk salep ekstrak daun kemangi lebih efektif memperkecil lebar
-
6
keropeng yang diakibatkan oleh tungau S. Scabiei dibandingkan dengan
pemberian sediaan dalam bentuk Spray ekstrak daun kemangi, kontrol +, dan
kontrol -.
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Marmut (Cavia porcellus)
Marmut merupakan salah satu hewan pengerat yang banyak digemari oleh
para peternak untuk dipelihara atau untuk dijual karena harganya yang
ekonomis. Selain untuk hewan peliharaan marmut ini juga biasa digunakan
sebagai hewan percobaan. Pemanfaatan marmut sebagai hewan yang
digunakan untuk penelitian mengacu pada publikasi Armed Formed Institute
of Pathology tentang penggunaan marmut sebagai hewan percobaan untuk
menggantikan model manusia yang berupa penyakit manusia dan
farmakologis (Noonan, 1994).
Menurut Schober (1999), klasifikasi ilmiah dari marmut sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Cavidae
Genus : Cavia
Spesies : Cavia porcellus
-
8
B. Morfologi Marmut (Cavia porcellus)
Marmut memiliki tubuh yang relatif pendek dan kuat, serta kaki dan telinga
yang pendek juga. Habitat marmut di alam biasanya berada di lubang-lubang
dalam tanah atau di dalam sarang diantara rumput rumput yang tinggi.
Marmut hidup dengan cara berkelompok baik kelompok yang kecil sampai
terkadang membentuk kelompok yang besar. Pada sebagian marmut yang
memiliki badan gemuk, sangat mudah untuk menyimpan panas dengan baik
pada suhu yang rendah daripada suhu tinggi (Hadikastowo,1984).
Tubuh marmut dapat dibedakan berdasarkan kepala, cervix, truncus dan
cauda yang rudimen. Kepala yang terdiri atas rima oris yang dibatasi oleh
labium superior dan inferior yang terdapat celah pada bagian tengahnya yaitu
berupa vibrisae ( rambut rambut peraba). Trancus dibagi menjadi beberapa
daerah yaitu torax, abdomen, dorsu, glutea dan pirenium ( daerah sempit yang
memisahkan antra lubang anus dengan urogenitalis) (Jasin,1989).
C. Penyakit Skabies
1. Definisi
Skabies merupakan salah satu jenis penyakit kulit yang sering ditemukan
pada hewan ternak khususnya mamalia berdarah panas di Indonesia dan
cukup sulit untuk disembuhkan (Manurung et al, 1990).
Menurut Coville dan Joanna(2000), penyakit skabies memiliki nama lain
yaitu mange, itch, scab, dan juga acariasis. Sedangkan dinegara Indonesia
-
9
itu sendiri skabies lebih dikenal dengan istilah gudikan. Penyakit ini
merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh sekelompok
tungau. Menurut Mading dan Ira (2015) skabies dapat menular dari
manusia ke manusia, manusia ke hewan bahkan dari hewan ke manusia
(zoonosis). Penularan penyakit skabies dapat melalui kontak langsung
maupun tidak langsung. Penyakit skabies ini dapat menginfeksi vektor
karena adanya infeksi dari jenis tungau Sarcoptes scabiei.
2. Etiologi
Menurut Aristoteles Sarcoptes scabiei berasal dari perpaduan 2 bahasa
yaitu yunani dan latin yang dibagi menjadi tiga kata, "sarx" yang
berarti daging dan "koptein" yang berarti memotong, dan bahasa Latin
"scabere" yang berarti menggaruk (Hengge et al,2006). Penyakit
skabies dapat menginfeksi hampir semua jenis populasi hewan
terutama mamalia. Ragam tungau penyebab skabies ini pada
umumnya pada beberapa jenis hewan memiliki morfologi sama, yang
menjadi perbedaannya adalah adaptasi tungau terhadap lingkungan
induk semangnya (Flynn ,2002).
Siregar (2007) mengungkapkan bahwa Terdapat tiga famili dari jenis
tungau yang sering menyerang hewan dan menyebabkan penyakit
kudis, yaitu famili Sarcoptidae, Prosoptidae dan Demodicidae.
-
10
1. Morfologi Sarcoptes scabiei
Jika dilihat pada (Gambar 1) secara morfologi S. scabiei memiliki
tubuh yang berukuran kecil, badannya berbentuk oval, punggung
cembung, bagian perut yang rata, memiliki warna tubuh putih,
tembus terhadap cahaya , dan tidak memiliki mata.
(a) (b)
Gambar 1: S. scabiei dewasa dan telur, (a) Perbesaran 10X, (b) Perbesaran 100X
(Data pribadi, 2019)
Tungau betina mampu membuat terowongan di dalam epidermis.
Fungsi dari terowongan ini selain untuk bertahan hidup juga untuk
meletakkan telur-telurnya. Tungau jantan dan betina melakukan
perkawinan di permukaan kulit dan perkawinan ini hanya terjadi
sekali selama tungau betina hidup. Telur tungau memiliki ukuran
yang besar yaitu setengah dari panjang tubuh betina . S.scabiei
memiliki kaki berjumlah delapan yang melekat pada bagian depan
permukaan cephalothorax. (Chouela et al,2002)
Untuk bagian mulutnya sendiri terdiri atas Chelicorn yang bergigi,
Pedipalp berbentuk kerucut yang bersegmen tiga dan Palb bibir
-
11
yang menjadi satu dengan Hipostoma. Terletak pada terminal dari
tubuh dan untuk jenis tungau jantan tidak memiliki alat penghisap
yang berfungsi sebagai alat kawin atau Adanal sucker. Bentuk dari
alat genital tungau betina yaitu berupa celah yang terletak pada
bagian ventral sedangkan alat genital jantan berbentuk huruf ‘Y’ dan
terletak di antara pasangan kaki empat (Belding, 2001).
2. Perkembangan atau siklus hidup S.scabiei
S. scabiei mempunyai siklus hidup (Gambar 2) yaitu dimulai dari
telur, larva, nimfa kemudian menjadi jantan dewasa dan betina
dewasa muda dan matang kelamin (Williams et al, 2000).
Perkembangan atau siklus hidup dari parasit S.scabiei ini seperti
terlihat pada gambar berikut.
Gambar 2. Siklus Hidup S.scabiei (Anonimus, 2001)
Parasit jenis tungau S. scabiei ini setelah memasuki tahap
kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit vektor, hanya
betina saja yang dapat hidup , sedangkan untuk jantan akan mati,
-
12
tetapi ada beberapa pejantan yang masih dapat hidup dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Setelah tungau betina
dibuahi oleh pejantan, tungau btina akan menggali terowongan
dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari
dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai jumlah 40 atau 50. Induk betina yang telah dibuahi
mampu bertahan hidup selama sebulan lamanya. Telur akan
menetas dalam waktu 3-5 hari, dan kemudian menjadi larva yang
mempunyai 3 pasang kaki. Larva yang telah menetas dapat
tinggal dalam terowongan tetapi dapat keluar dari terowongan.
Dan akan menjadi nimfa setelah 2 -3 hari yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina.. Seluruh siklus hidupnya mulai dari
telur sampai dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari
(Wahyuti, 2009).
Dan jika dibiarkan terus menerus tanpa adanya pengobatan pada
hewan terinfeksi dapat menyebabkan kekurus atau kurang gizi
dan akan mengakibatkan kematian (Colville dan Joanna,2002).
3. Patogenesis
Cara S. scabiei menginfeksi vektornya adalah dengan cara menembus
kulit, menghisap cairan limfe maupun memakan sel-sel epidermis
vektor. Respon yang dihasilkan akibat terinfeksi skabies ini akan
menimbulkan rasa gatal yang luar biasa sehingga marmut atau hewan
-
13
yang terserang penyakit kulit ini sering menggosokkan badannya ke
dinding atau banyak rambut yang rontok akibat dari skabies. Akibat
yang ditimbulkan oleh penyakit skabies adalah eksudat akan merembes
keluar kulit kemudian mengering membentuk sisik atau keropeng di
permukaan kulit. Sisik ini jika dibiarkan terus menerus akan menebal
dan selanjutnya terjadi keratinasi serta proliferasi jaringan ikat. Daerah
kulit sekitar yang terinfeksi tungau menjadi berkerut dan tidak rata.
Penyakit ini dapat meningkat terutama pada musim penghujan
(Subronto, 2008).
4. Gejala Klinis
Kettle ( 2004), mengungkapkan bahwa skabies merupakan salah satu
penyakit kulit menular yang sering ditemukan. Gejala yang terlihat
adalah ditandai dengan radang pada kulit yang disertai keropeng dan
bulu rontok pada daerah yang terserang penyakit. Semua hewan ternak
dapat terserang penyakit ini pada seluruh tubuh, namun letak infeksi
skabies pada tiap-tiap hewan berbeda-beda contohnya pada kerbau di
punggung, paha, leher, muka, daun telinga. Pada kelinci dan marmut
daerah yang biasaya terinfeksi adalah di sekitar mata, hidung, jari kaki
kemudian meluas ke seluruh tubuh. Pada beberapa hewan
menyebabkan kerusakan pada kulit terutama di daerah muka dan
telinga. Dalam kondisi kulit yang parah dapat menyebabkan seluruh
bagian tubuh terserang.
-
14
Pada kasus ini jika sudah parah dapat terlihat gejala klinis yang lain
yaitu hewan akan menggesek-gesekkan daerah yang gatal ke tiang
kandang atau pohon-pohon, menggaruk-garuk atau mencakar dan
menggigit kulitnya secara terus-menerus. Selain itu hewan yang
terinfeksi menjadi kurus jika tidak segera diobati sehingga akan
mengakibatkan kematian (Colville dan Joanna,2002).
D. Klasifikasi Kemangi ( Ocimum sanctum L.)
Tanaman kemangi dalam ilmu tumbuhan termasuk dalam sistematika adapun
susunan toksa dalam klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Labiate (Lamiaceae)
Genus : Ocimum L.
Spesies : Ocimum sanctum L.
Tumbuhan kemangi ini memiliki susunan daun yang tersusuk kedalam bentuk
pasangan yang bertentangan dan tersusun dari arah atas dan bawah
(Hanidhar, 2007).
Memiliki tangkai daun berwarna hijau dan panjang sekitar 0,5 – 2 cm, helian
daun berbentuk bulat telur, dengan bentuk ujung daun meruncing, tampak
-
15
menggelombang, selain itu pada daun terdapat 3 – 6 tulang. Tepi daun sedikit
berigi, dan terdapat bintik – bintik serupa kelenjar. Daun pelindung berbentuk
bulat telur, dengan panjang sekitar 0,5 – 1 cm.
E. Kandungan Minyak Atsiri Pada Daun kemangi ( Ocimum sanctum L.)
Pengujian farmakologi secara ilmiah membuktikan bahwa beberapa obat
tradisional, diantaranya telah dilakukan pengujian terhadap aktivitas
antibakteri, antifungi, larvasida, antiulcer, dan antiseptik. Kebanyakan
senyawa bioaktif (senyawa yang bertanggung jawab untuk menghasilkan
dampak) merupakan senyawa penyusun minyak atsiri yang terkandung dalam
tanaman. (Savitri, 2008).
Daun kemangi mengandung minyak atsiri yang memiliki bahan aktif eugenol
dan sineol memiliki potensi sebagai skabisida, sedangkan untuk hormon
juvenil dapat menghambat perkembangan larva nyamuk (Anopheles aconitus)
(Octavia, Andriani, Qirom, &Azwar, 2008). senyawa bioaktif yang diduga
berfungsi sebagai larvasida dari kemangi ini adalah eugenol dan methyl
clavical (Iffah, Gunandini, & Kardinan, 2008).
F. Mekanisme Ekstrak Daun Kemangi Terhadap Tungau
Ekstrak daun kemangi memiliki fungsi alami sebagai larvasida , yaitu sebagai
racun kontak melalui permukaan tubuh larva hal ini disebabkan kandungan
senyawa minyak atsiri aktif berupa fenol atau eugeol mudah terserap melalui
kulit (Wilbraham & Matta, 1992).
-
16
Apabila racun kontak meresap ke dalam tubuh binatang yang terdapat tungau
maka tungau akan mati. Cara kerja dari racun kontak ini adalah racun kontak
akan masuk ke dalam tubuh larva melalui kutikula sehingga apabila
insektisida kontak langsung terkena kulit maka sedikit demi sedikit molekul
insektisida akan masuk ke dalam tubuh larva. Seiring bertambahnya waktu
maka insektisida yang masuk ke tubuh dapat menyebabkan kematian
(Wudianto, 1998). Prinsip kerja senyawa fenol dapat menyebabkan cacat
bakar dan amat beracun (Wilbraham & Matta, 1992).
Senyawa aktif lainnya yaitu ethyl clavical yang termasuk kedalam kelompok
ether. Senyawa methyl clavical juga memiliki efek anastetikum. Seperti
halnya contoh kelompok ether yang lain, diperkirakan methyl clavical bekerja
dengan cara mengganggu kerja susunan syaraf tungau. Semakin tinggi ekstrak
kemangi yang digunakan maka semakin tinggi zat bioaktif didalam kemangi
yang bekerja mempengaruhi proses rontoknya kutikula dari tungau
(Wilbraham & Matta, 1992);(Iffah, Gunandini, & Kardinan, 2008).
Menurut Isman (2000), Dubey et al. (2008); Koul et al. (2008); dan Dubey et
al. (2010), aktivitas minyak atsiri terhadap serangga memiliki beberapa sifat
seperti menghambat peletakan telur (ovipotion deterrent), menolak (repellent),
menarik (attractant), racun kontak (toxic), mengurangi nafsu makan
(antifeedant), racun pernafasan (fumigant), menghambat peletakan telur
(ovipotion deterrent), menghambat pertumbuhan, serta sebagai anti serangga
vektor (Hartati, 2012).
-
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2019 di
Kandang Percobaan Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Lampung, sebagai
tempat pemeliharaan marmut, pemberian perlakuan, pengukuran lebar
keropeng serta perhitungan jumlah keropeng. Pengamatan keropeng
dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas
Lampung. Pembuatan ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum) berupa Spray
dan salep dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi, FMIPA,
Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini pada pembuatan ekstrak kemangi
dalam bentuk spray dan salep adalah penggiling dan ayakan, pengaduk, labu
ukur, rotary evaporator digunakan untuk mengekstraksi tumbuhan, neraca
analitik, kertas saring, oven digunakan untuk mengeringkan daun kemangi,
-
18
penggaris, pipet tetes, pipet volumetri, corong, mortar,cawan uap,botol
spray, pot salep untuk menaruh salep, sedangkan alat yang dibutuhkan
untuk perlakuan dan pengamatan sampel adalah sarung tangan latex
digunakan untuk melindungi tangan dari infeksi tungau, masker, neraca
analitik, cawan petri, pipet tetes , gelas objek, kaca penutup, mikroskop,
Blade, kamera, kandang marmut yang terbuat dari plastik berukuran 50 x
30cm, tempat makan dan minum marmut.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Marmut yang terinfeksi
skabies dan berumur 3-4 bulan yang diperoleh dari Petenakan Berkah Mulia
Bandar lampung, pakan marmut berupa pellet atau sayur, KOH 10%, daun
kemangi, etanol 96% digunakan sebagai pelarut pada proses maserasi, dan
aquadest. NaCMC sebagai kontrol -, Obat skabies sebagai Kontrol +. daun
kemangi, Vaseline albumin digunakan sebagai dasar salep, dan Cera flava
digunakan sebagai dasar salep.
C. Metode
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental
dengan menggunakan rancangan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Untuk menentukan banyaknya ulangan peneliti menggunakan rumus
Federer (Maryanto dan Fatimah, 2004). Rumus Federer sebagai berikut.
-
19
Keterangan :
n : Besar sampel tiap kelompok
t : Banyaknya kelompok
(n - 1) ( t - 1) ≥ 15
(n - 1) (4 – 1) ≥ 15
(n – 1) 3 ≥ 15
3n ≥ 15 + 3
n ≥ 18/3
n ≥ 6
Berdasarkan hasil yang didapatkan pada perhitungan menggunakan rumus
tersebut, menggunakan 4 klompok perlakuan dengan masing-masing
kelompok terdiri dari 6 kali pengulangan yang dilakukan selama 9 hari
dengan perlakuan seperti berikut:
Tabel 1. Kelompok Perlakuan
Kelompok Keterangan Jumlah
Kontrol Negatif Marmut beri NaCMC 5% dengan cara
disemprot secara merata pada bagian
keropeng
6
Kontrol Positif Marmut diberi Sulfadex dengan cara
disemprot secara merata pada bagian
keropeng
6
P1 Marmut diberi salep ekstrak daun kemangi
dengan cara dioleskan pada bagian
keropeng
6
P2 Marmut diberi Spray ekstrak daun kemangi
dengan cara disemprotkan pada bagian
keropeng
6
(n-1) (t-1) ≥ 15
-
20
D. Diagram Alir Penelitian
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian
Mulai
Persiapan Penelitian:
a. Persiapan Hewan Uji
b. Persiapan Bahan
c. Persiapan Alat
Pengujian keropeng secara mikroskopis
Analisis data dan uji hipotesis
Pengukuran lebar keropeng
Perlakuan dengan pemberian salep
ekstrak daun kemangi, spray ekstrak
daun kemangi,NaCMC, dan obat
skabies
Selesai
-
21
E. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Kandang dan Hewan
Sebelum dilaksanakannya penelitian, disiapkan kandang untuk hewan uji
berukuran 50 x 30 cm. Hewan yang akan digunakan pada penelitian ini
mengggunakan marmut yang memiliki umur sekitar 3-4 bulan. Dengan
ketentuan dilakukannya pemeriksaan laboratorium secara mikroskopis yang
membuktikan bahwa marmut positif terinfeksi skabies.
2. Pembuatan Simplisia Daun Kemangi
1. Kemangi yang ada dipisahkan antara daun dan batangnya. Pada
penelitian ini bagian yang digunakan hanyalah daun kemangi.
2. Daun kemangi dibersihkan dengan air mengalir dan dipotong hingga
berukuran kecil.
3. Daun kemangi kemudian dikering anginkan di dalam ruangan selama 1
kali 24 jam.
4. Daun yang sudah kering kemudian di haluskan menggunakan blender
kering setelah itu diayak untuk mendapatkan serbuk simplisia.
3.Pembuatan Spray Ekstrak Daun Kemangi
1. Dimasukkan 200 gram simplisia daun kemangi dengan 2000 ml etanol
96% kedalam wadah tertutup, diaduk hingga homogen.
2. Kemudian didiamkan selama 1 kali 24 jam
3. Kemudian cairan disaring menggunakan kain saring hingga hasil yang
diperoleh terbebas dari simplisia.
-
22
4. Hasil saringan dipekatkan menggunakan alat rotary evaporator suhu
50°C, kecepatan 60 rpm dan tekanan 120 mBar.
5. Ekstrak kemangi yang sudah pekat dimasukkan kedalam botol spray.
4. Pembuatan Salep Ekstrak Daun Kemangi
1. Pembuatan pasta ekstrak daun kemangi
a. Dimasukkan 250 gram simplisia daun kemangi dengan 3000 ml
etanol 96% kedalam wadah tertutup, diaduk hingga homogen.
b. Kemudian didiamkan selama 3 kali 24 jam
c. Kemudian cairan disaring menggunakan kain saring hingga hasil
yang diperoleh terbebas dari simplisia.
d. Simplisia yang telah disaring kemudian direndam kembali
menggunakan etanol 96% sebanyak 3000 ml
e. Kemudian didiamkan selama 2 kali 24 jam
f. Kemudian cairan disaring kembali menggunakan kain saring hingga
hasil yang diperoleh terbebas dari simplisia.
g. Hasil saringan pertama dan kedua dipekatkan menggunakan alat
rotary evaporator suhu 50°C, kecepatan 60 rpm dan tekanan 120
mBar.
h. Kemudian cairan ekstrak daun kemangi yang pekat diletakkan
dicawan uap lalu dimasukkan didalam oven pada suhu 30 0C.
i. Didiamkan selama 3 kali 24 jam hingga etanol menguap dan ekstrak
menjadi pasta.
-
23
2. Penyiapan bahan salep
a. Pasta ekstrak daun kemangi, Vaseline album, dan Cera flava
ditimbang sesuai dengan takaran pada neraca analitik.
3. Basis salep
Basis yang akan digunakan yaitu campuran antara vaselin album 45%
dengan cera flava 5%. Sebelum dibuat basis salep, mortar dan alu
dipanaskan terlebih dahulu di dalam oven dengan suhu 500C hingga
panas, kemudian mortar dan alu yang telah panas dikeluarkan dari oven,
dilanjutkan dengan memasukkan vaselin album dan cera flava
selanjutnya diaduk dengan kecepatan konstan hingga homogen dengan
membentuk basis salep.
4. Salep ekstrak daun kemangi
Basis salep yang telah dibuat, ditambahkan dengan pasta ekstrak daun
kemangi dan diaduk hingga homogen dengan menggunakan mortar dan
alu yang panas.
Formula salep yang digunakan dibuat dengan mengacu pada formula
yang dilakukan oleh Stiani, et al. (2015) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2. Formula sediaan salep daun kemangi (Stiani et al , 2015)
BAHAN Persentase
ekstrak
kemangi
50%
Vaseline
album
45%
Cera flava 5%
-
24
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Stiani, et al (2015) hasil
uji organogenesis yang didapat pada formula salep adalah warna hitam,
memiliki bau khas ekstrak daun kemangi,serta homogenitas bersifat
homogen. Sedangkan uji daya sebar bersifat sangat kuat.
5. Pemberian Perlakuan
Pemberian perlakuan dilakukan dengan cara membagi keropeng pada
marmut kedalam 4 kelompok perlakuan yang masing masing kelompok
terdiri atas 6 keropeng. Kelompok kontrol negatif diberi perlakuan
pemberian NaCMC, kelompok kontrol positif diberi perlakuan dengan
pemberian obat skabies, kelompok perlakuan diberikan ekstrak daun
kemangi dalam bentuk salep dan spray. Pemberian perlakuan ini dilakukan
dengan cara penyemprotan dan pengolesan pada keropeng yang terinfeksi
skabies sebanyak 1 kali sehari selama 9 hari.
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah (One Way) ANOVA dengan indeks
kepercayaan 95%. dan apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan Fisher
LSD (Least Significant Different) pada taraf nyata 5%, untuk mengetahui
pemberian perlakuan yang paling efektif antara perlakuan ( salep,spray,
kontrol +, dan kontrol -) terhadap angka kesembuhan keropeng yang
diakibatkan oleh tungau Sarcoptes scabiei.
-
25
G. Pengamatan
Pengamatan pada keropeng dilakukan setiap hari selama 9 hari pemberian
perlakuan. Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur lebar keropeng.
Tanda-tanda kesembuhan dapat dilihat dari mengecilnya lebar keropeng.
Pengukuran lebar keropeng menggunakan jangka sorong.
-
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Ekstrak daun kemangi berpotensi sebagai skabisida
2. Sediaan dalam bentuk salep lebih efektif dibandingkan dengan spray
dalam menyembukan penyakit skabies pada marmut.
B. SARAN
Disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk dapat meneliti dosis dan
konsentrasi yang sesuai juga mengamati parameter lainnya, seperti
perhitungan jumlah tungau Sarcoptes scabiei banyaknya rambut yang
tumbuh.
-
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus.2001. Skabies: Manual Penyakit Hewan Mamalia, hal. 52-57.
Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan.
Jakarta
Belding, D. L. 2001. Textbook of Clinical Parasitology. New York. Appleton
Century Croft.
Chouela, E., A. Abeldaño, G. Pellerano, and M. I. Hernández, 2002. Diagnosis
and treatment of scabies: a practical guide., Am. J. Clin. Dermatol., vol. 3,
no. 1, pp. 9–18.
Colville, T and M.B. Joanna. 2002. Clinical Anatomy and Physiology for
Veterinary Technicians. Mosby Elsevier. St. Louis Missouri.
Currie B.J. dan McCarthy J.S., 2010. Permethrin and Ivermectin for Scabies. The
New England Journal of Medicine, 362: 717 -725.
Dubey, N. K. , B. Srivastava, and A. Kumar. 2008. Current status of plant
products as botanical pesticides in storage pest management. J. of
Biopesticides 1 (2): 182-186.
Dubey, N. K., R. Shukla, A. Kumar, P. Singh, and B. Prakash. 2010. Prospects of
botanical pesticides in sustainable agriculure. Current Science 4 (25): 479-
480.
Fardiaz, Srikandi, R.Dewanti, S.Budijanto. 1987. Risalah Seminar ; Bahan
Tambahan Kimiawi (FoodAdditive). Institut Pertanian Bogor, Bogor
-
39
Fatimah S. 1997. Studi Laboratorium Uji Kepekaan Larva Anopheles aconitus
terhadap Ekstrak Ocimum basilicum. UNDIP. Semarang.Skripsi.
Flynn, R. J. 2002. Parasites of Laboratory Animal. Ames Lowa. The Lowa State
University Press.
Golant AK, dan Levitt JO. (2012). Scabies: a review of diagnosis and
management based on mite biology. Pediatric Rev.2012;33;e1-e12
Hadikastowo,, 1984. Anatomi Komparativa. Bandung: Alumni
Hanidhar, I.D. 2007. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kemangi (Ocimmum
basilicum forma citratum) Terhadap Perkembangan Larva Lalat Rumah
(Musca domestica).Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor. Skripsi
Hartati, S. Y. 2012. Prospek Pengembangan Minyak Atsiri sebagai Pestisida
Nabati. Perspektif, 11(1), 45-58.
Hanidhar, Dattu I, 2007, Pengaruh Pemberian Ekstrak Kemangi (Ocimmum
Basilicum Forma Citratum) Terhadap Perkembangan Larva Lalat Rumah
(Musca domestica). Bogor.Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor.
Hengge,U. R. B. J. Currie, G. Jäger, O. Lupi, dan R. A.Schwartz. 2006. Scabies:
a ubiquitous neglected skin disease. Lancet Infect. Dis. vol. 6, no. 12, pp.
769–779.
Iffah, D., Gunandini, D. J., & Kardinan, A. 2008. Pengaruh Ekstrak Kemangi
(Ocimum basilicum forma citratum) terhadap Perkembangan Lalat Rumah
(Musca domestica) (L.). Jurnal Entomologi, 5(1), 36-44.
Isman, M.B. 2000.Plant essential oils for pest and disease management. Crop
Protect 19:603–608
Jasin, M. 1989. Biologi Umum. Surabaya.Bina Aksara Utama.
-
40
Kettle, D. S. 2004. Medical and Veterinary Entomology. London- Sidney.Croom
Helm.
Koul, O., S. Walia, and G. S. Dhaliwal. 2008. Essential oils as green pesticides:
Potential and constrains. Biopesticides. Int. 4 (1): 63-84
Mading,M., dan I. Indriaty P.B.S.2015. Kajian Aspek Epidemiologi skabies pada
manusia. Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2.
Manurung, J. 1990. Prevalensi kutu, pinjal dan tungau pada kambing dan domba
di 4 Kabupaten di Jawa Timur. Seminar Parasitologi Nasional VI dan
Kongres Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Parasit (P4I) V. Pandaan,
Jawa Timur 23-25 Juni 1990.
Maryanto, Fatimah. 2004. Pengaruh pemberian jambu biji (Psidium guajava L.)
pada lipidemia serum tikus (Sprague-Dawley) hiperkolesterolemia. Media
Medika Indonesia 39: 105-111.
Moghaddam A, Syayegh J. Mikaili P. Syaraf. 2011. Antimicrobial activity of
essential oil extract of Ociu basilicum in leaves on a variety of pathogenic
bacteria Journal of Medicinal Plants Research 5(15):3454
Naibaho O. Paulina V. Yamlean W. W.2013. Effect of ointment base on the
formulation of ointment of basil leaf extract (Ocimum sanctum L) on rabbit
skin bark made by Staphylococcus aureus Pharmaceutical Scientific
Journal; 2 ( 2) 28.
Noonan, D. 1994. The Guinea Pig (Cavia porcellus). Australia. ANZCCART
News The Institude Of Medical And Veterinary Science. 7(3): 1-8
Octavia, D., Andriani, S., Qirom, M., & Azwar, F. 2008. Keanekaragaman Jenis
Tumbuhan Sebagai Pestisida Alami Di Savana Bekol Taman Nasional
Baluran. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, Vol.5 No.4.
Panhwar, F., 2005. Genetically evolved of guava (Psidium gaajava) and its future
in Pakistan. Virtual Lybrary Chemistry.
-
41
Risyani,R., 2017. Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirsak (Annona nuricata L.)Secara
IN VIVO Terhadap Scabies Pada Kambing Kacang (Capra hircus). Fakultas
Kedokteran. Progrram Studi Kedokteran Hewan. Universitas
Hasanuddin.Skripsi.
Savitri, E. S. 2008. Rahasia Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Islam.
Malang: UIN-MALANG PRESS.
Schober, M. 1999. Cavia Porcellus. http://animaldivrsity.ummz.umich.edu
diakses tanggal 5 September 2019 pukul 19.30 WIB
Siregar.2007. Creeping Eruption dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
Kelima. Penerbit Fakultas Kedokteran FKUI.
Stiani,S.N.,R. Rumantir, S. Megawati. 2015. Formulasi Salep Ekstrak Etanol
Daun kemangi (Ocimum Basilium L.)Sebagai Antifungi Dengan Variasi
Tipe Basis Salep Dan Evaluasi Sifat Fisiknya. Jurnal Farmagazine, Vol 2
No.1.
Susanto,I. I.S. Ismid, P.K. Sjarifuddin, dan S. Sungkar. 2008. Parasitologi
kedokteran edisi keempat. Fakultas kdokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.
Subronto. 2008. Ilmu Penyakit Ternak I-b (Mamalia). Gadjah Mada University.
Press. Yogyakarta.
Taylor,M.A.R.L., Coop and Wall, R.L. 2016. Veterinary Parasitology. 4th ed.
Blackwell Publishing Ltd.Oxford.
Wahyuti, R.N. 2009. Identifikasi Morfologi dan Protein Tungau Sarcopates
scabies pada Kambing dan Kelinci. Penelit. Med. Eksakta, Vol. 8, No. 2,
Agust 2009: 94-110.
Wilbraham, A. dan M. S. Matta, 1992, “Pengantar Kimia Organik Dan Hayati”.
ITB. Bandung.
Williams, R. E., R. D. Hall, A. B. Broce, P. J. Scholl. 2000. Livestock
Entomology. New York. Jhon Wiley & Son.
http://animaldivrsity.ummz.umich.edu/
-
42
Wudianto, R. 1998. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar Swadaya.
Jakarta. 79 hlm.
Wulandari, M. 2017. Kajian Histopatologi Kulit Marmut (Cavia porcellus) yang
Terinfeksi Skabies. Fakultas Sains Dan Teknologi, Biologi, Universitas
Negeri Sunan Kalijaga .Yogyakarta. Skripsi.
top related