materi pre eklampsia
Post on 29-Nov-2015
153 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pre eklampsi dan eklampsi merupakan komplikasi kehamilan dan
persalinan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, protein urin dan
edema, yang kadang-kadang disertai komplikasi sampai koma. Sindroma pre
eklampsi ringan seperti hipertensi, edema, dan proteinuria sering tidak
diperhatikan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul pre
eklampsi berat, bahkan eklampsi (Prawirohardjo, 2002 : 282).
Pre eklampsi dan eklampsi berdampak pada ibu dapat memperburuk
fungsi beberapa organ dan sistem, yang diduga merupakan akibat vasospasme
dan iskemia plasenta. Vasospasme mengurangi suplai oksigen ke organ-organ
tubuh dan dapat menyebabkan hipertensi arterial. Keadaan ini sangat
berpengaruh pada ginjal, hati, otak, dan plasenta. Spasme arterial
menyebabkan retina mata mengecil, dan jika terjadi perdarahan, dapat
menimbulkan kebutaan (Pillitteri, 2002 : 908).
Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral
dan gangguan visus, bahkan perdarahan (Mochtar, 1998 : 200). Komplikasi
ini yang merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsi
(Prawirohardjo, 2002 : 296). Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga
tahun 2001, eklampsi merupakan penyebab kematian ibu kedua yaitu sebesar
24% setelah perdarahan (28%), dan infeksi (11%) (Depkes RI, 2004 : 17). Di
Provinsi Lampung, eklampsi juga menduduki urutan kedua sebesar (18,75%)
setelah perdarahan (50,69%) (Depkes Provinsi Lampung, 2005 : 59). Angka
ini masih relatif tinggi jika dibandingkan dengan angka kematian ibu di
negara-negara berkembang yang disebabkan oleh eklampsi yaitu sekitar 9,8-
25,5% (Prawirohardjo, 2002 : 297).
Dampak pre eklampsi pada janin dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan yang bisa mengakibatkan berat bayi lahir rendah (Bennett, 1993
: 312). Keadaan ini terjadi karena spasmus arteriola spinalis decidua
menurunkan aliran darah yang menuju ke plasenta, yang mengakibatkan
gangguan fungsi plasenta (Mochtar, 1998 : 200, dan Prawirohardjo, 2002 :
285). Selain itu, menurunnya fungsi plasenta dapat meningkatkan kejadian
hipoksia janin pada masa kehamilan dan persalinan. Kerusakan plasenta yang
masih ringan akan mengakibatnya hipoksia janin, dan jika kerusakan lebih
parah, dapat terjadi kematian janin dalam kandungan (Bennett, 1993 : 312).
Kematian, janin karena pre eklampsi mencapai 10% dan meningkat menjadi
25% pada eklampsi (Pilliteri, 2002 : 73).
Penyebab terjadinya eklampsi sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti, tetapi ditemukan beberapa faktor resiko terjadinya pre eklampsi, yaitu
primigravida usia <20> 35 tahun, nullipara, kehamilan ke lima atau lebih,
kehamilan pertama dari pasangan yang baru, usia ibu kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun, gemelli / kehamilan ganda, kehamilan multiple,
molahidatidosa, Hidramnion, Diabetes gestasional, riwayat penyakit ibu
seperti; hipertensi kronis, hipertensi esensial, penyakit ginjal, penyakit hati,
diabetes mellitus, adanya riwayat keluarga dengan pre eklampsi, sosial
ekonomi rendah, ibu yang bekerja, pendidikan yang kurang, faktor ras dan
etnik, obesitas dengan indeks masa tubuh lebih dari atau sama dengan 35
kg/m², dan lingkungan /letak geografis yang tinggi (Chapman, 2006 : 162,
Cunningham, 2005 : 630, Manuaba, 1998 : 35, 41, Bennett, 1993 : 310,
Pillitteri, Prawirohardjo, 2002 : 287, dan Varney, 1997 : 360).
Sindroma pre eklampsi dapat dicegah dan dideteksi secara dini.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan yang secara rutin mencari tanda-tanda
pre eklampsi, sangat penting dalam usaha pencegahan pre eklampsi berat dan
eklampsi. Ibu hamil yang mengalami pre eklampsi perlu ditangani dengan
segera. Penanganan ini dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak. (Prawirohardjo, 2002 : 282).
Frekuensi kejadian pre eklampsi menurut the National Center for
Health Statistics pada tahun 1998 adalah 3,7% dari seluruh kehamilan
(Cunningham, 2005 : 625). Frekuensi pre eklampsi untuk tiap negara
berbeda-beda karena banyak faktor yang mempengaruhinya.
Dalam kepustakaan frekuensi pre eklampsi dilaporkan berkisar antara 3-10%
(Prawirohardjo, 2002 : 287). Angka kejadian pre eklampsi dan eklampsi di
Provinsi Lampung 26,7%, sedangkan di Rumah Sakit Abdoel Moeloek
Bandar Lampung, angka kejadian pre eklampsi dan eklampsi adalah 184
kasus dari 690 persalinan pada tahun 2003 (Hartini, 2003 : 2). Dari hasil studi
pendahuluan yang dilakukan penulis di RSUD Jendral Ahmad Yani kota
Metro, pasien yang menderita pre eklampsi dan eklampsi sebanyak 73 orang
(6,62%), kasus pre eklampsi 69 orang dan eklampsi 4 orang. Kasus pre
eklampsi dan eklampsi ini merupakan urutan ke-5 terbanyak setelah
persalinan normal 463 orang (41,97%), abortus inkompletus 127 orang
(11,51%), seksio sesaria 103 orang (9,34%), dan ketuban pecah dini 77 orang
(6,98%) (Medical Record RSUD Jendral Ahmad Yani kota Metro, 2006).
Berdasarkan uraian masalah di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang gambaran gambaran karakteristik ibu hamil dengan pre
eklampsi dan eklampsi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis membuat
rumusan masalah sebagai berikut : ”Bagaimanakah gambaran klasifikasi pre
eklampsi dan eklampsi serta karakteristik ibu dengan pre eklampsi dan
eklampsi?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui gambaran
klasifikasi pre eklampsi dan eklampsi serta gambaran karakteristik ibu
hamil dengan pre eklampsi dan eklampsi
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui gambaran klasifikasi pre eklampsi dan eklampsi
b. Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu hamil dengan pre
eklampsi dan eklampsi berdasarkan usia
c. Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu hamil dengan pre
eklampsi dan eklampsi berdasarkan pekerjaan di Ruang Kebidanan
RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro tahun 2006.
d. Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu hamil dengan pre
eklampsi dan eklampsi berdasarkan paritas di Ruang Kebidanan
RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro tahun 2006.
e. Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu hamil dengan pre
eklampsi dan eklampsi berdasarkan riwayat penyakit ibu hamil di
Ruang Kebidanan RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro tahun
2006.
f. Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu dengan pre eklampsi
dan eklampsi berdasarkan riwayat kehamilan ibu sekarang di Ruang
Kebidanan RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro tahun 2006.
D. Manfaat Penelitian
Penelitiam imi diharapkan dapat bermanfaat :
1. Sebagai bahan informasi untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
tentang pre eklampsi dan eklampsi pada ibu dan karakteristiknya baik
bagi ibu maupun prodi.
2. Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu pelayanan
antenatal care (ANC) khususnya deteksi dini pre eklampsi kepada
masyarakat tentang faktor resiko terjadinya pre eklampsi dan eklampsi
3. Mengembangkan pengetahuan penulis tentang pre eklampsia atau
eklampsia dan metode penelitian deskriptif tentang karakteristik resiko
terjadinya pre eklampsia dan eklampsia
4. Bagi penelitian lainnya, sebagai perbandingan dan masukan untuk
melakukan penelitian selanjutnya tentang pre eklampsi dan eklampsi
dengan jenis penelitian lain atau penambahan variabel penelitian yang
lebih lengkap, dan metode penelitian yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca indranya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan,
takhayul dan penerangan yang keliru (Soekanto, 2005).
Menurut Notoatmodjo (2003) Semakin banyak informasi yang
didapat maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat karena
informasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai
6 tingkatan :
a. Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rancangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
mengiterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan.
c. Aplikasi (Application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
d. Analisis (Analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari informasi-informasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Hal ini berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian
itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri
(Notoatmodjo, 2003).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a. Faktor instrinsik
Faktor intrinsik mencakup : pengetahuan, kecerdasan, persepsi,
emosi, motivasi, dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah
rangsangan dari luar.
b. Faktor ekstrinsik
Meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti iklim
manusia, sosial ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2003).
c. Karakteristik ibu
1) Umur
Umur adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkam sampai saat berulang tahun (Nursalam dan Pariani,
2001).
Menurut Prawirohardjo (2005) dalam kurun reproduksi
sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah 20 – 30 tahun.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan lebih baik
pengetahuan untuk mencegah terjadinya kesakitan dan kematian
(Nursalam dan Pariani, 2001).
2) Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah
menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai
yang baru diperkenalkan (Nursalam dan Pariani, 2001).
a) Pendidikan Tinggi: Akademik / Perguruan Tinggi
b) Pendidikan Sedang: Tamat SLTA / SLTP
c) Pendidikan Rendah : Tamat SD / Tidak Sekolah
3) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan untuk
menunjang kehidupan dan kehidupan keluarganya, dengan
bekerja seseorang dapat berbuat sesuatu yang bernilai,
bermanfaat dan memperoleh berbagai pengalaman
(Notoadmodjo , 2003)
a) Bekerja : Buruh tani, Wiraswasta, PNS / ABRI
b) Tidak bekerja Ibu rumah tangga
4) Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami
wanita (Maimunah, 2005). Paritas 2-3 merupakan paritas paling
aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
Menurut Prawirohardjo (2005) paritas dibagi menjadi 3:
a) Primipara adalah seorang wanita yang melahirkan untuk
pertama kali.
b) Multipara adalah seorang wanita yang melahirkan beberapa
kali tidak lebih dari 5 kali
c) Grande multipara adalah seorang yang melahirkan lebih
dari 5 kali (Prawirohardjo, 2005).
Paritas 2- 3 merupakan paritas paling aman di tinjau dari
sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (>3)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi
paritas lebih tinggi kematian maternal.
Menurut Notoatmodjo (2002), bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
3. Sikap
Merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003).
4. Perilaku
Dari pandangan biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada
hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri
(Notoatmodjo, 2003).
B. Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Saifudin, 2009).
Kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adala h 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin, 2009). Bila
dihitung dari fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender
internasional.
Kehamilaan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester
kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
(minggu ke -13 hingga ke -27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu
ke -28 hingga ke -40).
2. Tanda-tanda kehamilan
Menurut Hidayat (2009) tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi 3 antara
lain :
a. Tanda presumtif
1) Amenore
Wanita harus me ngetahui tanggal pertama haid terakhir
supaya dapat ditaksir umur keha milan dan taksiran tanggal
persalinan.
2) Mual dan muntah (nausea and vomiting)
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan
hingga akhir triwulan pertama. Karena sering terjadi pada pagi
hari maka disebut morning sickness (sakit pagi).
3) Mengidam (ingin maka n sesuatu)
Ibu hamil ser ing meminta maka nan atau minuman tertentu
terutama pada bulan-bulan pertama.
4) Tidak tahan suatu bau-bauan.
5) Pingsan
Bila berada ditempat-tempat ramai atau sesak dan padat
bisa pingsan.
6) Tidak ada selera makan (anoreksia)
Hanya berlangsung pada triwulan pertama ke hamilan,
kemudian nafsu makan timbul kembali.
7) Lelah (fatigue)
Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri, disebabkan
pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus
dan alveoli payudara.
8) Sering kencing, karena ka ndungkemih tertekan oleh rahim
yang membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua
kehamilan. Pada akhir kehamilan gejala ini kembali, karena
kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
9) Konstipasi atau obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun
karena pengaruh hormon steroid.
10) Pigme ntasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid
plasenta, dijumpai dimuka (cloasma gravidarum), areola
payudara, leher, dan dinding perut (linea nigra).
11) Epulis : hipertropi dari papil gusi.
12) Pemekaran vena-vena (varices) dapat terjadi pada kaki, betis,
dan vulva biasanya dijumpai pada triwulan akhir.
b. Tanda kemungkinan hamil
1) Perut membesar
2) Uterus membesar : terjadi perubahan dalam bentuk, besar,
dan konsistensi dari rahim.
3) Tanda hegar
Tanda hegar adalah pelunakan dan kompresibilitas ismus servik
sehingga ujung-ujung jari seakan dapat ditemukan apabila
ismus ditekan dari arah yang berlawanan.
4) Tanda chadwick
Tanda chadwick adalah perubahan warna menjadi kebiruan atau
keunguan pada vulva, dan vagina.
5) Tanda piscaseck
Tanda piscaseck adalah uterus membesar kesalah satu jurusan
hingga menonjol jelas kejurusan tersebut. Kontraksi-kontraksi
kecil uterus bila dirangsang (braxton - hicks).
6) Teraba ballotement
7) Reaksi kehamilan positif
c. Tanda pasti hamil
1) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa, dan diraba, juga
bagian-bagian janin.
2) Denyut jantung janin, yang dapat didengar dengan stetoskop
Monoral laennec, dengan alat doppler, dengan feto
elektrokardiogram, dan dapat dilihat dari ultrasonografi.
C. Preeklampsia
1. Pengertian Preeklampsia
Beberapa pengertian preeklamsia menurut para ahli :
a. Preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi
yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau
edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu
sampai akhir minggu pertama setelah persalinan ( Manuaba, 1998 ).
b. Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan
protein uria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler
atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul
setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar,
1998 ).
c. Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau
segera setelah persalinan. (Mansjoer, 2000)
d. Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai
oleh hipertensi, edema, dan proteinuria (kamus saku kedokteran
Dorland ).
2. Etiologi / Faktor Penyebab Preeklampsia
Adapun penyebab preeklampsia sampai sekarang belum
diketahui, namun ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang
penyebab preeklampsia, yaitu :
a. Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, dan mola hidatidosa.
b. Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.
c. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
d. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Faktor Predisposisi Preeklamsia
a. Molahidatidosa
b. Diabetes melitus
c. Kehamilan ganda
d. Hidropfetalis
e. Obesitas
f. Umur yang lebih dari 35 tahun
3. Klasifikasi Preeklampsia
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
a. Preeklampsia Ringan
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau
lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
2) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat
1 kg atau lebih per minggu.
3) Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 +
atau 2 + pada urin kateter atau midstream.
a. Preeklampsia Berat
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
epigastrium.
5) Terdapat edema paru dan sianosis.
4. Patofisiologi Preeklamsia
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi
dan terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan
penurunan perfusi ke organ , termasuk ke utero plasental fatal unit.
Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia.
Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya
hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya
peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang
berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan
perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan
plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth
Retardation.
5. Manifestasi Klinik Preeklampsia
a. Pertambahan berat badan yang berlebihan
b. Edema
c. Hipertensi
d. Proteinuria
e. Pada preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal,
diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau
muntah
6. Pemeriksaan Penunjang Preeklampsia
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
a) Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )
b) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
c) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )
2) Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
3) Pemeriksaan Fungsi hati
a) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
b) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
c) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
d) Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat
(N= 15-45 u/ml)
e) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat
( N= <31 u/l )
Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
4) Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
b. Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.
2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.
7. Diagnosis Preeklampsia
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
a. Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema,
hipertensi, dan timbul proteinuria
b. Gejala subyektif : sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium;
gangguan visus; penglihatan kabur, diplopia; mual dan muntah.
c. Gangguan serebral lainnya: refleks meningkat, dan tidak tenang
d. Pemeriksaan : tekanan darah tinggi, refleks meningkat dan protei-
nuria pada pemeriksaan laboratorium
8. Komplikasi Preeklampsia
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang
termasuk komplikasi antara lain:
a. Pada Ibu
1) Eklampsia
2) Solusio plasenta
3) Pendarahan subkapsula hepar
4) Kelainan pembekuan darah ( DIC )
5) Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low
platelet count )
6) Ablasio retina
7) Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b. Pada Janin
1) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
2) Prematur
3) Asfiksia neonatorum
4) Kematian dalam uterus
5) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
9. Pencegahan Preeklampsia
a. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti,
mengenali tanda-tanda sedini mungkin (preeklampsi ringan), lalu
diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi
lebih berat.
b. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsi
kalau ada faktor-faktor predisposisi.
c. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan,
serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta
karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan
yang berlebihan.
10. Penanganan Preeklampsia
a. Penanganan preeklampsia ringan
1) Istirahat ditempat tidur.
2) Beri oba t anti hipertensi.
3) Beri sedativa ringan.
4) Beri obat penunja ng (vitamin B komplek, vitamin C atau
vitamin E, zat besi).
5) Garam dalam makana n dikurangi.
6) Jadwal pemeriksaan ibu hamil dipercepat dan diperketat.
b. Penanganan preeklampsia berat
1) Rawat di rumah sakit diruang isolasi.
2) Beri sedativa yang kuat.
3) Pemberia sulfat magnesium jika kejang berulang.
4) Penggunaan kombinasi pengobatan.
5) Bila terdapat oligouria beri glukosa 40% secara IV.
6) Hentikan ke hamilan.
D. Eklampsia
1. Pengertian Eklampsia
Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “
halilintar “ karena gejala eklampsia datang dengan mendadak dan
menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan. Eklampsia juga disebut
sebuah komplikasi akut yang mengancam nyawa dari kehamilan ,
ditandai dengan munculnya kejang tonik - klonik , biasanya pada pasien
yang telah menderita preeklampsia . (Preeklamsia dan eklampsia secara
kolektif disebut gangguan hipertensi kehamilan dan toksemia
kehamilan.) Prawiroharjo 2005.
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam
persalinan atau masa nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul
akibat kelainan saraf ) dan atau koma dimana sebelumnya sudah
menimbulkan gejala pre eklampsia. (Ong Tjandra & John 2008 )
Eklampsia termasuk kejang dan koma yang terjadi selama
kehamilan. Menjelang kejang – kejang dapat didahului dengan gejalanya:
a. Nyeri kepala di daerah frontal
b. Nyeri epigastrium
c. Penglihatan semakin kabur
d. Adanya mual muntah
e. Pemeriksaan menunjukkan hiperrefleksia atau mudah teransang.
Kemudian dengan teori iskemia implantasi plasenta juga dapat terjadi
berbagai gejalanya eklampsia yaitu :
a. Kenaikan tekanan darah
b. Pengeluaran protein dalam urine
c. Edema kaki, tangan sampai muka
d. Terjadinya gejala subjektif :
1) Sakit kepala
2) Penglihatan kabur
3) Nyeri pada epigastrium
4) Sesak nafas
5) Berkurangnya pengeluaran urine
e. Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
f. Terjadinya kejang
Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan
angiontensin, renin dan aldosteron sebagai kompensasi sehingga
peredaran darah dan metabolisme dapat berlangsung. Pada eklampsia
maka terjadi penurunan angiotensin, renin dan aldosteron tetapi dapat
dijumpai edema, hipertensi dan proteinuria.
Berdasarkan waktu terjadinya eklampsia dapat di bagi :
a. Eklampsia gravidarum
1) Kejadian 50% sampai 60 %
2) Serangan terjadi dalam keadaan hamil
b. Eklampsia parturientum
1) Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %
2) Saat sedang inpartu
3) Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama
saat mulai inpartu
c. Eklampsia puerperium
1) Kejadian jarang 10 %
2) Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhir
Kejang – kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :
a. Tingkat awal atau aura
1) Berlangsung 30 – 35 detik
2) Tangan dan kelopak mata gemetar
3) Mata terbuka dengan pandangan kosong
4) Kepala di putar ke kanan atau ke kiri
b. Tingkat kejang tonik
1) Berlangsung sekitar 30 detik
2) Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat
diikuti sianosis, tangan menggenggam, kaki di putar kedalam,
lidah dapat tergigit.
c. Tingkat kejang klonik
1) Berlangsung 1 sampai 2 menit
2) Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik
3) Konsentrasi otot berlangsung cepat
4) Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus
5) Mata melotot
6) Mulut berbuih
7) Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis
8) Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan
d. Tingkat koma
1) Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas
2) Diikuti,yang lamanya bervariasi
Selama terjadi kejang – kejang dapat terjadi suhu naik mencapai
40 ˚c, nadi bertambah cepat, dan tekanan darah meningkat.
Kejang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin :
a. Komplikasi ibu :
1) Dapat menimbulkan sianosis
2) Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru
3) Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan
kegagalan jantung mendadak
4) Lidah dapat tergigit
5) Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka – luka
6) Gangguan fungsi ginjal
7) Perdarahan
8) Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikhterus
b. Komplikasi janin dalam rahim :
1) Asfiksia mendadak
2) Solusio plasenta
3) Persalinan prematuritas
Berbagai faktor yang mempengaruhi eklampsia :
a. Jumlah primigravida terutama primigravida muda
b. Distensi rahim berlebihan yaitu hidramnoin, hamil ganda dan mola
hidatosa
c. Adanya penyakit yang menyertai kehamilan yaitu diabetes mellitus,
kegemukan
d. Jumlah umur ibu di atas 35 tahun
2. Etiologi eklampsia
Dengan penyebab kematian ibu adalah perdarahan otak, payah
jantung atau payah ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru –
paru. Sedangkan penyebab kematian bayi adalah asfiksia intrauterine dan
persalinan prematuritas.
Mekanisme kematian janin dalam rahim pada penderita eklampsia :
a. Akibat kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke
arah lemak dan protein dapat menimbulkan badan keton
b. Meransang dan mengubah keseimbangan nervus simfatis dan nervus
vagus yang menyebabkan :
1) Perubahan denyut jantung janin menjadi takikardi dan
dilanjutkan menjadi bradikardi serta irama yang tidak teratur
2) Peristaltis usus bertambah dan sfingter ani terbuka sehingga di
keluarkannya mekonium yang akan masuk ke dalam paru – paru
pada saat pertama kalinya neonatus aspirasi.
c. Sehingga bila kekurangan O2 dapat terus berlangsung keadaan akan
bertambah gawat sampai terjadinya kematian dalam rahim maupun
di luar rahim .
Oleh sebab itu perlu memperhatikan komplikasi dan tingginya
angka kematian ibu dan bayi. Maka usaha utama adalah mencegah pre
eklampsia menjadi eklampsia perlu diketahui bidan dan selanjutnya
melakukan rujukan ke rumah sakit.
3. Patofisiologi Eklampsia
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan
cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia
dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang
tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk
mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium.
Serta pada eklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein
meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke
plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi
pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat-janin sampai
menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus
uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada
eklampsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam
ginjal menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang.
Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan
proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme
retensi garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara
tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus.
Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan
kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus akibat
spasmus arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui
glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan retensi air.
Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga
menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria
atau anuria.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau
menyeluruh pada beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat.
Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan
indikasi untuk pengakhiran kehamilan . Setelah persalinan berakhir,
retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2 bulan. Skotoma, diplopia, dan
ambiliopia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya
eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam
pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita
eklampsia. Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri.
Perubahan pada otak bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada
hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran
darah ke otak dan pemakaian oksigen pada eklampsia akan menurun.
Metabaolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang
menyertai eklampsia sebabnya terjadi pergeseran cairan dan ruang
intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan
hematokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema,
menyebabkan volume darah berkurang, viskositet darah meningkat,
waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke
jaringan diberbagai bagian tubuh berkurang akibatnya hipoksia. Dengan
perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya
hematokrit dapat dipakai sebagai ukuran perbaikan keadaan penyakit dan
berhasilnya pengobatan.
4. Diagnosis eklampsia
Eklampsia selalu didahului oleh pre eklampsia. Perawatan
prenatal untuk kehamilan dengan predisposisi pre eklampsia perlu ketat
dilakukan agar dapat dideteksi sedini mungkin gejala – gejala eklampsia.
Sering di jumpai perempuan hamil yang tampak sehat mendadak menjadi
kejang – kejang eklampsia karena tidak terdeteksi adanya pre eklampsia
sebelumnya.
Eklampsia harus dibedakan dari epilepsy ; dalam anamnesis
diketahui adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dengan
tanda pre eklampsia tidak ada, kejang akibat obat anastesi, koma karena
sebab lain.
5. Komplikasi eklampsia
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha
utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia
dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi
pada pre eklampsia berat dan eklampsia :
a. Solusio plasenta
Karena adanya takanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat
mudah pecah, sehingga terjadi hematom retropalsenta yang dapat
menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.
b. Hipofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah , biasanya
di bawah 100 mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen
harus secara berkala.
c. Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan
integritas membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan
hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal
karena ikterus.
d. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada
penderita eklampsia.
e. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang
merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
f. Edema paru – paru
g. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat
vasopasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui
dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
h. Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda :
hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang
diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat
timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa
hari setelah melahirkan.
i. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur
lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal
ginjal.
j. Kopmlikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh
akibat kejang - kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
k. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.
6. Prognosa eklampsiaEklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada
kehamilan yang meminta korban besar dari ibu dan bayi ( Hanifa dalam Prawiroharjo, 2005 ).
Diurese dapat dipegang untuk prognosa ; jika diurese lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam makan prognosa agak baik. Sebaliknya oliguri dan anuri merupakan gejala yang buruk.
Gejala – gejala lain memperberat prognosa dikemukakan oleh Eden ialah ; koma yang lama, nadi di atas 120 x / menit, suhu di atas 39 ˚c, tekanan darah di atas 200 mmHg, proteinuria 10 gram sehari atau lebih, tidak adanya edema, edema paru – paru dan apoplexy merupakan keadaan yang biasanya mendahului kematian.
7. Pencegahan eklampsiaPada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah atau
frekuensinyadi kurangi. Usaha – usaha untuk menurunkan eklampsia terdiri atas meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita haiml memeriksa diri sejak hamil muda, mencari pada tiap pemeriksaan tanda – tanda pre eklampsia dan mengobatinya segera apabila ditemukan, mengakhiri kehamilan sedapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila dirawat tanda –
tanda pre eklampsia tidak juga dapat hilang. ( Hanifa dalam Prawiroharjo, 2005 )
8. Penanganan eklampsiaTujuan utama penanganan eklampsia adalah menghentikan berulangnya serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan. Penanganan yang dilakukan :1) Beri obat anti konvulsan2) Perlengkapan untuk penanganan kejang 3) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma4) Aspirasi mulut dan tenggorokan5) Baringkan pasien pada sisi kiri6) Posisikan secar trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi7) Berikan oksigen 4 – 6 liter / menit.
I. Pengobatan eklampsia
Eklampsia merupakan gawat darurat kebidanan yang memerlukan
pengobatan di rumah sakit untuk memberikan pertolongan yang adekuat.
Konsep pengobatannya :
a. Menghindari terjadinya :
· Kejang berulang
· Mengurangi koma
· Meningkatkan jumlah dieresis
b. Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :
· Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium
· Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah dengan
valium 10 sampai 20 mgr
c. Sertai petugas untuk memberikan pertolongan:
· Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel pada lidah
· Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas dan berikan
O2
· Hindari terjadinya trauma tambahan
Perawatan kolaborasi yang dilaksanakan dirumah sakit sebagai berikut :
1. Kamar isolasi
- Hindari rangsangan dari luar sinar dan keributan
- Kurangi penerimaan kunjungan untuk pasien
- Perawat pasien dengan jumlahnya terbatas
2. Pengobatan medis
Banyak pengobatan untuk menghindari kejang yang berkelanjutan
dan meningkatkan vitalitas janin dalam kandungan. Dengan pemberian :
- Sistem stroganof
- Sodium pentothal dapat menghilangkan kejang
- Magnesium sulfat dengan efek menurunkan tekanan darah ,
mengurangi sensitivitas saraf pada sinapsis, meningkatkan
deuresis dan mematahkan sirkulasi iskemia plasenta sehingga
menurunkan gejala klinis eklampsia.
- Diazepam atau valium
- Litik koktil
3. Pemilihan metode persalinan
Pilihan pervaginam diutamakan :
- Dapat didahului dengan induksi persalinan
- Bahaya persalinan ringan
- Bila memenuhi syarat dapat dilakukan dengan memecahkan
ketuban, mempercepat pembukaan, dan tindakan curam untuk
mempercepat kala pengeluaran.
- Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan manual
- Menghindari perdarahan dengan diberikan uterotonika
Pertimbangan seksio sesarea :
- Gagal induksi persalinan pervaginam
- Gagal pengobatan konservatif
DAFTAR PUSTAKA
Don Hillary, MD. Perawatan Penderita Dalam Keadaan Kritis, Binarupa Aksara,
Jakarta 1997
Sayfudin Abdul Bari Prof. dr. SpOG, MPH, dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatus, Yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo, Jakarta, 2002
Marlin E. Doenges, dkk. Rencana Perawatan Maternal / Bayi, Pedoman Untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC 2002
Wiknnjosastro Hanifa, Prof. dr. DSOG, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo, Jakarta 1999
Hadi Naba (2011) Angka Kematian Preeklampsia dan eklampsia Rumah Sakit
Umum Tarakan Kalimantan Timur Tahun 2011, Universitas Sumatra Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22337/4/Chapter%20II.pdf
.DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar bidan Myles, Diane M. Fraser, Margaret A Cooper. Jakarta
EGC 2009
Manuaba, Ida Bagus Gede , Ilmu kebidanan , Penyakit kandungan dan
Kb untuk pendidikan bidan , Jakarta EGC 1998
Obstetri William : panduan ringkas / Kenneth J. Lereno, Egi Komara
Yudha, Nike Budhi Subekti, Jakarta EGC 2009.
Rukiyah, Lia yulianti. 2010. ASUHAN KEBIDANAN 4 PATOLOGI,
Jakarta Tim.
top related