hubungan mandi dan ptyriasis versikolor
Post on 10-Aug-2015
145 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
PENGARUH MANDI DENGAN INTENSITAS BERBEDA DALAM SEHARI
TERHADAP ANGKA KEJADIAN PITYRIASIS VERSIKOLOR
PROPOSAL
Diajukan untuk mengikuti Research Project
Disusun oleh :
Muhamad Arip Amir Udin 22010110130150
Alifa Nasyahta Rosiana 22010110110055
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ 1
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ 4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 5
1.2 Masalah Penelitian ........................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
1.5 Keaslian Penelitian .......................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pityriasis versikolor ......................................................................... 9
BAB III
3.1 Kerangka Teori ................................................................................ 12
3.2 Kerangka Konsep ............................................................................. 12
3.3 Hipotesis .......................................................................................... 12
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 13
4.2 Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................... 13
4.3 Populasi dan Sampel ........................................................................ 13
3
4.4 Variabel ............................................................................................ 14
4.5 Definisi Operasional Variabel ......................................................... 14
4.6 Cara Pengumpulan Data .................................................................. 15
4.7 Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 15
4.8 Alur Penelitian ................................................................................. 16
4.9 Cara Penyimpulan Hasil Penelitian ................................................. 16
BAB V DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 17
4
DAFTAR GAMBAR
Skema Kerangka Teori.......................................................................................... 12
Skema Kerangka Konsep ...................................................................................... 12
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pityriasis versikolor atau orang awam sering menyebutnya “panu”
merupakan penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya tidak memberikan
keluhan subyektif, berupa bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai
coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang
ketiak, lipat paha, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut.
Penyakit ini terutama terdapat pada orang dewasa muda, dan disebabkan oleh
jamur Malassezia furfur, yang merupakan komensal kulit normal pada folikel
pilosebaseus.1
Tinea versikolor termasuk penyakit universal tapi lebih banyak dijumpai
di daerah tropis oleh karena tingginya temperatur dan kelembaban. Pada
beberapa negara seperti Meksiko, Samoa, Amerika Tengah, Amerika Selatan,
India, Afrika, Kuba, Asia Barat, dan Fiji lebih dari 50% penduduknya menderita
tinea versikolor. Insidensi di Indonesia belum diketahui secara jelas, namun bisa
diperkirakan karena Indonesia memiliki iklim tropis jadi seperti Negara –
Negara lain yang beriklim tropis yaitu sebesar 50% dari jumlah penduduknya
menderita tinea versikolor.2
Meningkatnya pertumbuhan jamur dan gejala penyakit hanya pada
hiperhidrosis sebagai faktor disposisi. Selain itu, faktor disposisi yang lain
adalah daerah tropis, suasana kerja yang lembab dan panas, hiperhidrosis
endogen, dan kurangnya penguapan.3 Pityriasis versikolor berhubungan dengan
kebersihan atau hygiene seseorang dan lingkungan. Kurangnya kebersihan
memudahkan penyebaran penyakit ini. Faktor lingkungan seperti keadaan basah
atau berkeringat banyak memudahkan kulit untuk dimasuki jamur.4
Salah satu menjaga kebersihan adalah dengan mandi. Mandi merupakan
kegiatan membersihkan tubuh dengan air dan sabunn.5 Mandi itu penting bagi
6
kesehatan tubuh sehingga dapat dijadikan sebagai lini pertama pencegahan
Pityriasis versikolor. Oleh sebab itu, pengusul merancang suatu penelitian
dengan judul, “Pengaruh mandi dengan intensitas berbeda dalam sehari
terhadap angka kejadian pityriasis versikolor”. Melalui penelitian ini,
diharapkan pengaruh mandi dengan intensitas berbeda dalam sehari terhadap
angka kejadian pityriasis dapat diketahui secara jelas, sehingga tidak menutup
kemungkinan dapat dijadikan pedoman dalam penatalaksanaan penderita
pityriasis versikolor.
7
1.2. Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah intensitas mandi dapat berpengaruh terhadap angka kejadian Pityriasis
versikolor ?
2. Apakah ada perbedaan intensitas mandi terhadap angka kejadian Pityriasis
versikolor?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh
intensitas mandi terhadap angka kejadian Pityriasis versikolor.
1.3.2 Tujuan Khusus
Membuktikan apakah ada perbedaan intensitas mandi terhadap
angka kejadian Pityriasis versikolor.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Dapat menjelaskan dan membuktikan adanya hubungan antara intensitas
mandi dengan angka kejadian Pityriasis versikolor.
1.4.2. Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang efek mandi
dengan intensitas tertenti terhadap angka kejadian Pityriasis versikolor.
8
1.5. Keaslian Penelitian
No Peneliti Judul Penelitian Desain
Penelitian
Variabel
1 Bita
Tarazooie,Parivash
Kordbacheh,
Farideh Zaini,
Kamiar
Zomorodian,
Farshid Saadat,
Hojjat Zeraati,
Zahra Hallaji,
Sassan Rezaie
Study of the
distribution of
Malassezia species
in patients with
pityriasis versicolor
and healthy
individuals in
Tehran, Iran
Eksperimental 1. Malassezia
2. Pityriasis
versicolor
2 Australasian
Journal of
Dermatology
IV PITYRIASIS
VERSICOLOR
Eksperimental 1. Pityriasis
versicolor
2. Faktor
predisposisi
Pityriasis
versikolor
3 Afif Nurul
Hidayati, Sunarso
Suyoso, Desy
Hinda P, Emilian
Sandra
Superficial Mycosis
in Mycology
Division – Out
Patient Clinic of
Dermatovenerology
Dr Soetomo General
Hospital Surabaya in
2003-2005
Observasional 1. Mikosis
superficial
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pityriasis versikolor
2.1.1. Definisi
Pityriasis versikolor yang disebabkan Malassezia furfur adalah
penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya tidak memberikan
keluhan subyektif, berupa bercak berskuama halus yang berwarna putih
sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat
menyerang ketiak, lipat paha, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala
yang berambut. Nama lain dari penyakit ini adalah Tinea versikolor,
kromofitosis, dermatomikosis, liver spot, tinea flava, pitiriasis versikolor
flava dan panau. Pityriasis versikolor adalah penyakit universal dan
terutama ditemukan di daerah tropis.6
2.1.2. Patogenesis
Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan
timbulnya pityriasis versikolor adalah Malassezia furfur. Malassezia
furufur merupakan fase spora dan miselium. Faktor predisposisi menjadi
pathogen dapat endogen atau eksogen. Endogen dapat disebabkan di
antaranya oleh defisiensi imun. Eksogen dapat karena faktor suhu,
kelembaban udara dan keringat. Organisme ini dapat berubah sesuai
dengan lingkungannya misalnya suhu, media, dan kelembaban.6
Pada kulit yang terang, lesi berupa makula cokelat muda dengan
skuama halus di permukaan, terutama terdapat di badan dan lengan atas.
Kelainan ini biasanya asimtomatik, hanya berupa gangguan kosmetik.
Pada kulit gelap, penampakan yang khas berupa bercak-bercak
10
hipopigmentasi. Hilangnya pigmen diduga ada hubungannya dengan
produksi asam azelaik oleh ragi yang menghambat tirosinase dan dengan
demikian mengganggu produksi melanin. Inilah sebabnya mengapa lesi
berwarna cokelat pada kulit yang pucat tidak diketahui. Variasi warna
yang tergantung pada warna kulit aslinya, merupakan sebab mengapa
penyakit tersebut dinamakan ‘versikolor’. 7
2.1.3. Gejala Klinis
Kelainan kulit Pityriasis versikolor sangat superfisial dan
ditemukan terutama di badan. Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak
berwarna-warni, betuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai
difus. Becak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan lampu
Wood. Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan
biasanya asimtomatik sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui
bahwa ia berpenyakit tersebut.8
Kadang-kadang penderita dapat merasakangatal ringan, yang
merupakan alasan berobat. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar
matahari atau kemungkinan pengaruh toksis jamur terhadap
pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita.Penyakit ini sering
dilihat pada remaja, walaupun anak-anak dan orang dewasa tua tidak
luput dari infeksi. beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi, yaitu
faktor herediter, penderita yang sakit kronik atau yang mendapat
pengobatan steroid dan malnutrisi.8
2.1.4 Pencegahan
Faktor utama dalam pencegahan Pityriasis versikolor adalah
dengan kebersihan tubuh karena lingkungan dan suhu tubuh merupakan
faktor predisposisi dari jamur normal tubuh. Bentuk kebersihan tubuh
adalah dengan melakukan aktivitas mandi. Mandi merupakan kegiatan
membersihkan tubuh dengan air dan sabun, dengan cara membasuh,
menggosok dan menyiram tubuh.9
11
Mandi dengan menggunakan sabun dapat mengurangi aktivitas
jamur dan flora normal tubuh serta dapat melarutkan lemak, keringat dan
kotoran-kotoran yang ada ditubuh. Intensitas keseringan mandi dalam
sehari juga berpengaruh terhadap kebersihan tubuh. Semakin intensitas
mandi banyak maka semakin meningkat juga kebersihan tubuh. Dengan
melakukan aktivitas mandi juga dapat menjaga kelembaban tubuh.
Dianjurkan untuk melakukan aktivitas mandi setiap 2 kali sehari untuk
mrnjaga kebersihan tubuh sehingga dapat mencegah angka kejadian
penyakit kulit.10,11
12
BAB III
3.1 Kerangka Teori
Gambar 1. Skema Kerangka Teori
3.2. Kerangka Konsep
Gambar 2. Skema Kerangka Konsep
3.3 Hipotesis
Perlakuan mandi sabun dengan intensitas 2 kali sehari mempunyai angka
kejadian Pityriasis versikolor yang lebih sedikit dibandingkan dengan mandi sabun 1
kali sehari.
Intensitas Mandi Angka Kejadian Pityriasis versikolor
Intensitas Mandi
Kulit superfisial dan pigmen
Angka Kejadian Pityriasis
versikolor
Malassezia furfur
Faktor lain:
- Suhu
- Jumlah jamur
Suhu
13
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup keilmuan : ilmu kulit dan mikrobiologi
Ruang lingkup tempat : kampus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
dan RSUP Dr Kariadi Semarang
Ruang lingkup waktu : Desember 2012
4.2. Jenis dan Rancangan Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan adalah observasional dengan rancangan kasus
kontrol design. Sample dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama sebagai
kontrol yang isinya sample orang normal tanpa kejadian Pityriasis versikolor.
Sedangkan kelompok kedua sebagai kelompok kasus dengan kejadian Pityriasis
versikolor. Dilihat satu bulan yang lalu tentang intensitas mandi dalam sehari.
4.3. Populasi dan Sample
4.3.1. Sample
Pada penelitian ini diperlukan 50 orang sebagai sampel penelitian
4.3.2. Cara penarikan sampel:
- Memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
- Menggunakan metode simple random sampling, menggunakan tabel bilangan
random yg dibuat di computer
14
4.3.3. Kriteria sampel:
Kriteria Inklusi :
- Mahasiswa usia muda atau remaja
- Usia 17-22
- Bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini
- Tidak ada riwayat penyakit imun.
Kriteria Eksklusi :
Kondisi air yang kurang bersih
4.4 Variabel
Variable terikat : Angka Kejadian Pityriasis versikolor
Variable bebas : Intensitas mandi
Variable perancu : Suhu dan Jumlah jamur
4.5 Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi
Mandi Kegiatan membersihkan tubuh dengan air
dan sabun, dengan cara membasuh,
menyiram
Pityriasis versicolor Kelainan kulit oleh pembentukan skuama
yang berbentuk bulat atau oval, dengan
hipopigmentasi yang kadang-kadang agak
kemerahan dan bersisik halus.
Intensitas Jumlah tindakan atau kegiatan
Mandi 1X Sehari Kegiatan mandi yang dilakukan sebanyak
1 kali sehari yaitu pada pagi hari
Mandi 2X Sehari Kegiatan mandi yang dilakukan sebanyak
2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore
hari
15
4.6. Cara pengumpulan data
Alat :
Perangkat alat mandi
Air bersih
KOH 10%
Lampu Wood
Bahan :
Pengecatan jamur
Cara Kerja :
Jika tumbuh jamur pada kulit dilakukan kerokan kulit kemudian di cat
dengan KOH 10% dan Tinta Parker. Sebelumnya diperiksa dengan Lampu
Wood.
4.7. Pengolahan dan Analisis data
Analisis Data yang digunakan adalah analisis asosiasi yang menghasilkan
Rasio Odd, Rasio Odd adalah rasio kemungkinan terjadinya suatu kejadian
dibandingkan kemungkinan untuk tidak terjadi kejadian tersebut.
Rasio Odd = 1/(1-P)
Case Control
Exposed A B a+b
Unexposed C D c+d
a+c b+d N
Odd Ratio = ad/b
16
4.8. Alur
4.9 Cara Penyimpulan Hasil Penelitian
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila terdapat angka kejadian
Pityriasis versikolor pada masing-masing kelompok sampel yang terpajan.
Keseluruhan data yang diperoleh dianggap signifikan, jika p value ≤ 0,05.
1 bulan lampau 1 bulan lampau
Informed consent
Screening kulit tubuh
Pembagian Kelompok
Penarikan sample
Individu
Kasus
(Dengan Angka Kejadian
Pityriasis versikolor)
Kontrol
(Tanpa Angka Kejadian
Pityriasis versikolor)
Intensitas Mandi Sehari Intensitas Mandi Sehari
2X 0X 2X 1X 0X 1X
c SEKARANG
RETROSPEKTIF
17
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi., et all. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat.
Jakarta: FKUI.
2. Graham-brown, Robin., Burns, Tony. 2006. Lecture Notes Dematologi Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
3. Jawetz., Melnick., Adelberg. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit
Salemba.
4. Rassner., Steirnet. 1995. Buku Ajar dan Atlas Dermatologi Edisi Keempat.
Jakarta: EGC.
5. Johson, Arthur G., et all. 2011. Mikrobiologi dan Imunologi Edisi Kelima.
Tanggerang: Binarupa Aksara.
6. Siregar. 2004. Saripati Penyakit Kulit Edisi Kedua. Jakarta: EGC.
7. Arnold, Odum, James.Andrew's :Desease of the skin, .8th ed ,London.
WBSounders
8. Janik MP, Heffernan MP. Yeast infection : Candidiasis and Tinea (pityriasis)
Versicolor. In : Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffell DJ, eds. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th Edition.
New York : McGraw-Hill. 2008; pg.1828-30
9. Budimulja U. Pitiriasis Versikolor. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, eds.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2007.
hal. 100-1.
10. Partogi D. Pityriasis Versicolor dan Diagnosis Bandingnya (Ruam-ruam Bercak
Putih Pada Kulit). USU e-Repository. 2008; 2-4. [cited 2011 Mei 5]. Available:
URL: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3417/1/08E00851.pdf
11. Arndt K.A. Diagnostic and therapeutic techniques. Dalam : Manual of
Dermatologic Therapeutics.Sixth edition. pg. 268
top related