bab iii laporan produksi - repository.bsi.ac.id · seorang produser dalam membuat film dokumenter...
Post on 27-Nov-2020
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
18
BAB III
LAPORAN PRODUKSI
3.1 Proses Kerja Produser
Produser mempunyai tanggung jawab mengkoordinir dari awal ide
sampai skrip menjadi fase pengembangan, memasuki fase persiapan produksi
penulis sebagai produser memilih dan merekrut tim inti maupun pendukung, dan
mengawasi jalanya produksi pengambilan gambar shooting, pasca produksi
penyuntingan dan editing, finansial audio visual, penggandaan sampai promosi
dan publikasi.
Menurut Fachrudin (2012:320) :
Seorang produser dalam membuat film dokumenter harus menyesuaikan
kepentingan audien dan pengemasannya sehingga tepat sasaran. Melalui
pendekatan esai mengetengahkan secara kronologis atau tematik agar
makna yang ingin disampaikan mudah dimengerti dan menarik
penyajiannya.
Produser program dokumenter tanpa tekun mencari ide, maka tidak ada
yang bisa diutarakan. Ide cerita bisa datang sekilas, tetapi bisa juga sekejap
menghilang. Inilah persoalan penting dalam setiap produksi televisi. Ibaratnya, ia
merupakan roh bagi jasmani atau pondasi bagi sebuah bangunan. Ide menjadi
dasar pijakan untuk menentukan pekerjaan selanjutnya.
Menurut Rahmawati (2011:22) Produser adalah seseorang yang
bertanggungjawab secara umum terhadap seluruh proses produksi.
Dari beberapa kutipan diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
produser adalah pemimpin dalam sebuah produksi program tv, produser harus
19
bertanggung jawab mulai dari penemuan ide sampai terjadinya sebuah program
atau dari pra produksi, produksi sampai pasca produksi. Dalam film dokumenter “
WARISAN LELUHUR ”penulis sebagai produser mempunyai peran untuk
memberikan arahan kepada penulis naskah tentang ide/gagasan yang lebih baik,
agar ide atau konsep mejadi lebih ringkas dan dapat menarik perhatian audien,
dan mempunyai tanggung jawab terhadap semua tim dan dana selama proses
pembuatan karya “ WARISAN LELUHUR”.
3.1.1 Pra Produksi
Pra produksi adalah bagian penting dalam sebuah pembuatan program,
karena hasil pra produksi menentukan kelancaran proses produksi dan pasca
produksi. Tahapan ini menjadi tahapan utama sebelum proses penciptaan
program.
Menurut Rahmawati Dkk.(2011:62)
pra produksi adalah salah satu tahap dalam proses pembuatan film. Pada
tahapan ini dilakukan sejumlah persiapan pembuatan film. Diantaranya
meliputi penulisan naskah scenario, menentukan jadwal pengambilan
gambar, mencari lokasi, menyusun anggaran biaya, megurus perizinan,
menentukan staf dan kru produksi, mengurus pennyewaan peralatan
produksi film, dan juga persiapan produksi, pasca produksi serta
persiapan-persiapan lainya.
Menurut Dennis (2010:31) pada fase ini produser juga mempunyai proses-
proses sebagai berikut :
1. Diawali rapat/meeting kreatif untuk membuat sebuah program
2. Produser membuat anggaran
3. Produser meeting dengan pendukung tekhnik, yaitu penata kamera,
penata lampu, audio, talent, dan unit lainya.
20
4. Menyusun jadwal dari pra produksi, produksi, pasca produksi
5. Berbagai revisi biasanya seminggu sebelum hari H.
Saat pra produksi penulis bersama tim melakukan rapat menentukan ide
kreatif, dan mulai membagikan tugas sesuai kemampuan dan pengalaman masing-
masing. Setelah melalui proses diskusi, tim memutuskan untuk memproduksi
documenter potret tentang kesenian tari tradisional sintren yang berasal dari
daerah Cirebon. setelah ide ditentukan peran produser adalah mempersiapkan
langkah awal sebuah produksi program.
Untuk kegiatan mencari narasumber, produser hanya berperan sebagai
fasilitator yang mewadahi proses pencarian dan pemilihan narasumber yang sesuai
dengan naskah. Tentunya yang lebih berkompeten dan sesuai menurut sutradara
dengan pertimbangan penulis naskah, sedangkan produser lebih mengurusi jadwal
narasumber, dengan biaya produksi dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi
dengan narasumber tersebut.
Pembuatan shooting schedule sangat perlu untuk pedoman kerja semua
pihak yang terlibat produksi baik untuk narasumber maupun tim dalam proses
produksi. Ada tiga unit pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat prduksi,
yaitu unit peralatan perekam gambar, unit peralatan perekam suara, dan unit
peralatan pencahayaan. Tiap unit memiliki daftar peralatan (equipment list)
sendiri-sendiri yang akan dilaporkan kepada produser. Setelah itu barulah bisa
dirincikan berapa biaya yang akan dikeluarkan atau dibutuhkan mulai dari pra
produksi sampai pasca produksi berlangsung.
21
Perihal perizinan tidak bisa diabaikan karena akan berakibat fatal jika saat
produksi bergulir perizinan menjadi hambatan. Maka dari itu penulis selaku
produser harus mengajukan surat permohonan izin ke semua pihak baik
narasumber maupun lokasi akan berlangsungnya produksi, agar tidak terjadi hal-
hal yang menghambat produksi.
3.1.2 Produksi
Produksi adalah proses selanjutnya dalam tahapan-tahapan pembuatan
sebuah program, dimana dalam tahap ini shooting script yang sudah diselelaikan
pada tahap pra produksi, mulai diwujudkan dalam proses shooting.
Menurut morissan (2009:270)
Tahapan produksi mencakup semua kegiatan pada proses pengambilan
gambar. Proses ini juga disebut tapping dan perlu ada pemeriksaan ulang
setelah pengambilan gambar selesai, jika ada yang dirasa kurang baik atau
terdapat kesalahan, maka pengambilan gambar diulang lagi.
Dengan demikian tugas produser ketika produksi adalah memastikan dan
memeriksa semua yang sudah direncanakan berjalan dengan baik, baik semua
yang sudah dijadwalkan, lokasi dan narasumber, maupun kesiapan semua
peralatan tekhnis yang akan digunakan dalam produksi.
3.1.3 Pasca Produksi
ketika shooting selesai tahap selanjutnya memasuki tahap pasca produksi,
didalam tahap ini gambar-gambar yang telah diambil pada tahap produksi
digabungkan menjadi satu kesatuan yang mempunyai jalan cerita, dimana proses
ini dikerjakan oleh seorang editor.
22
Menurut Morissan (2009:270)
tahapan ini mencakup semua kegiatan setelah pengambilan gambar sampai
materi itu dinyatakan selesai sampai siap disiarkan atau diputar. Kegiatan
yang termasuk dalam tahap produksi diantaranya; editing, memberi
ilustrasi, musik, efek, dan lain-lain.
Saat proses pasca produksi produser hanya mengawasi proses editing agar
tidak keluar dari konsep yang telah ditentukan. Saat masa pasca produksi
merupakan tahap akhir dari proses penciptaan karya. Sebagai seorang produser
selain mengawasi kerja editor yang didampingi sutradara, produser juga
menyusun proposal dalam bentuk laporan yang dilakukan dan merevisi kembali
penulisan secara benar, agar hasil proposal dan karya yang dibuat sesuai dengan
standarisasi syarat kelulusan. Kemudian menyediakan alat untuk proses editing
dan menyediakan digital versatile disc (DVD), kertas kuarto untuk laporan akhir,
pembuatan hard cover dan soft cover.
3.1.4 Peran dan Tanggung Jawab Produser
Menjadi seorang produser merupakan tanggung jawab yang besar. Segala
sesuatu harus diperhitungkan secara matang baik dari segi waktu, keuangan, dan
juga dalam menjaga kekompakan dalam tim.
Menurut Morrisan (2009:274) :
Produser adalah “ orang yang bertanggung jawab mengubah ide/gagasan
kreatif kedalam konsep yang praktis dan dapat dijual.produser harus
memastikan adanya dukungan keuangan bagi terlaksananya produksi
program televisi serta mampu mengelola keseluruhan proses produksi
termasuk melaksanaan penjadwalan”. Berdasarkan penjelasan diatas
produser adalah penanggung jawab terhadap jadwal-jadwal dan penentuan
tim inti sesuai jobdesk yang dibutuhkan untuk pembuatan sebuah program
23
karena pada produksi program ini tidak ada eksekutif produser, jadi
produser bertanggung jawab penuh terhadap produksi yang dilaksanakan.
Penulis sebagai produser juga berusaha agar semua ketentuan dan kriteria
yang harus dimiliki seorang produser ada didalam diri seorang penulis.
Semaksimal mungkin penulis bertindak sebagaimana mestinya seorang produser
yang baik. Dalam produksi pembuatan program documenter “ WARISAN
LELUHUR” ini, penulis sebagai produser memiliki peran dan tanggung jawab
sebagai berikut :
a. Ikut membantu menemukan ide cerita.
b. Menyusun perancangan desain produksi
c. Mewadahi dan mencari narasumber
d. Mengurus perizinan lokasi dan riset
e. Menyediakan sarana dan pra sarana penunjang shooting
f. Mengumpulkan dana untuk proses produksi dari setiap tim
g. Membuat jadwal shooting
h. Mengatur dan mengawasi jalanya produksi agar sesuai dengan jadwal
yang sudah ditentukan.
i. Bertanggung jawab atas seluruh hasil produksi baik dari segi dana maupun
hasil akhir produksi.
3.1.5 Proses Penciptaan Karya
a. Konsep kreatif
Penulis sebagai produser harus menentukan crew yang akan
memulai proses penciptaan karya ini, penulis kemudian merembukan
24
tentang ide dan kategori program apa yang akan penulis buat, setelah
melalui beberapa kali meeting dengan crew, penulis sebagai produser
memutuskan akan mengangkat sebuah kebudayaan tari sintren dari daerah
cirebon, kebudayaan tersebut akan penulis sajikan dengan format program
dokumenter yang penulis beri judul “WARISAN LELUHUR”.
Dokumenter “WARISAN LELUHUR” ini akan dikemas
semenarik mungkin dengan membawakan kesan magis kepada penonton
melalui audio dan visual yang penulis sajikan. Selain itu dokumenter ini
memberikan sebuah informasi mengenai kebudayaan yang sudah jarang,
bahkan tidak ada yang mengapresiasi, berangkat dari hal itu dokumenter
ini juga bertujuan mengenalkan kembali kepada massyarakat terutama
remaja mengenai sebuah kebudayaan sintren.
b. Konsep Produksi
Pada saat produksi, penulis sebagai produser mengatur jadwal
pengambilan gambar, membuat daftar perlengkapan yang digunakan,
membuat laporan pengeluaran pada saat produksi dan juga menyiasati
anggaran agar dapat meminimalisir dana saat proses produksi. Penulis juga
membuat laporan pengeluaran dana, selama proses produksi segala
kebutuhan kru penulis siapkan dengan baik sehingga produksi selesai.
c. Konsep Tekhnis
Pada bagian ini seluruh tim mempunyai beberapa kebutuhan teknis
untuk setiap masing-masing jobdesk. Selain sebagai pemimpin produksi,
produser juga harus mampu memahami dan memilih peralatan-peralatan
yang akan digunakan seluruh tim. Bersama dengan penata kamera, penulis
25
dan tim sepakat menggunakan kamera video Canon C300, alasan tim
memilih kamera tersebut karena, kamera ini mampu mengambil gambar
dengan baik dikeadaan minim cahaya, dengan kamera yang mempunyai
kemampuan seperti itu, penulis dan tim bisa lebih menonjolkan kesan
magis dan dramatis dalam documenter “WARISAN LELUHUR” ini. Dan
untuk masalah pengambilan audio/suara, penulis dan tim menggunakan
Lavalier Mic dan Handphone sebagai recorder-nya. Lavalier mic penulis
gunakan pada saat wawancara dengan narasumber, supaya audio/suara
yang dihasilkan lebih bersih.
3.1.6 Kendala dan Solusi
Dalam proses penciptaan sebuah karya pastinya tidak lepas dari sebuah
kendala yang menghambat kelancaran sebuah proses produksi, penulis sebagai
produser dalam program documenter “WARISAN LELUHUR” mengalami
beberapa kendala saat proses pra produksi sampai pasca produksi.
a. Pra Produksi
Penulis dan crew tidak jarang berselisih pendapat tentang konsep pada
dokumenter “WARISAN LELUHUR” ini, penulis sebagai produser harus
bisa menengahi setiap argumen atau pendapat dari masing-masing crew.
Terjadi kesalahpahaman dengan tempat penyewaan alat, sehingga
kedatangan crew di Cirebon keluar dari jadwal yang telah ditentukan.
Demi ketepatan waktu yang telah disepakati bersama, penulis dan crew
memutuskan untuk meniadakan istirahat.
26
b. Produksi
Produksi adalah salah satu tahapan penting dalam sebuah proses
penciptaan karya, dalam tahap ini juga sering terjadi kendala-kendala yang
tak terduga, diantaranya berubahnya jadwal wawancara dengan
narasumber, dikarenakan narasumber yang bersangkutan sedang
mempunyai kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan, penulis sebagai
produser memutuskan untuk mengambil gambar insert yang diperlukan,
supaya bisa efisien dalam waktu. Ditahap ini juga ada beberapa kendala
soal teknis, seperti tidak menyalanya lampu LED saat pengambilan
gambar penari. Hilangya gambar saat shooting di hari kedua, penulis dan
tim melakukan pengambilan gambar ulang pada hari diluar schedule yang
telah ditentukan.
c. Pasca Produksi
Pada tahapan ini kendala yang penulis dan crew alami mengenai
peralatan editing yang kurang memadai, oleh sebab itu waktu yang
diperlukan editor untuk menyelesaikan editing cukup lama.
27
3.1.7 Lembar Kerja Produser
a. Working Schedule
b. Breakdown Budget
c. Shooting Schedule
d. Call Sheet
e. Daily Production Report
28
Working Schedule
Produksi : BSI Produser : Deni Aryanto
Judul : Warisan Leluhur Sutradara : Muhamad Hidayat
Durasi : 20 Menit Penulis Naskah : Ida Farida
Tabel III.1 Working Schedule
NO. TAHAP AKTIFITAS
TARGET PER MINGGU
MARET APRIL MEI JUNI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 P
R
A
P
R
O
D
U
K
S
I
Pembagian jobdesk
2 Meeting Crew
3 Hunting lokasi
4 Penentuan Ide cerita
5 Pengajauan Konsep
6 Bimbingan Perdana
7 Menentukan jadwal riset
8 Riset
9 Booking
29
10 Check and re-check
11 P
R
O
D
U
K
S
I
Shooting segment 1
12 Shooting segment 2
13 Shooting Segment 3
14 Evaluasi Produksi
15 P
A
S
C
A
P
R
O
D
U
K
S
I
Breafing crew Pasca
produksi
16 Pembuatan lembar kerja
17 Review Gambar
18 Pembuatan karya kasar
19 Final Editing
20 Review
30
Breakdown Budget
Produksi : BSI Produser : Deni Aryanto
Judul : Warisan Leluhur Sutradara : Muhamad Hidayat
Durasi : 20 Menit Penulis Naskah : Ida Farida
Tabel III.2 Breakdown Budget
No. Item Unit Rate Amount Notes
1. Pengumpulan dana 5 orang @ Rp.1.800.000 Rp. 9.000.000
PRA PRODUKSI
2. Transportasi riset 5 orang @ Rp. 250.000 Rp. 1.250.000 7 hari
PRODUKSI TEKNIK
3. Sewa kamera
Canon C300
1 @ Rp.500.000 @Rp. 1.500.000 3 hari
4. Sewa LED 15 Inch. 3 @ Rp. 75.000 @Rp.225.000 3 hari
5. Lensa fix 50mm
f1.2
1 @Rp. 75.000 @Rp.225.000 3 hari
6. Recorder H4n 1 @ Rp.37.500 @Rp.112.500 3 hari
7. Boom Mic 1 @Rp. 75.000 @Rp. 225.000 3 hari
PRODUKSI UNIT
8. Transport 1 mobil @Rp. 800.000 Rp. 800.000 3 hari
9. Konsumsi All crew +
Narasumber
@ Rp. 700.000 Rp.700.000 3 hari
10. Karcis Tol 1 mobil @Rp. 300.000 Rp.300.000
11. Sewa sintren @Rp.2.000.000 Rp.2.000.000 1 hari
12. Supir @Rp. 400.000 Rp. 400.000 2 hari
13. Bingkisan
narasumber
2 orang @Rp.150.000 Rp. 300.000
PASCA PRODUKSI
14. DVD-R 2 @Rp.15.000 Rp. 30.000
15. Cetak cover & 2 @Rp.25.000 Rp. 50.000
31
tempat DVD
16. Cetak Poster 2 @Rp. 10.000 Rp. 20.000
17. Cetak dispro 1 @Rp. 100.000 Rp.100.000
Fotocopy Dispro 2 @Rp.40.000 Rp.80.000
SUB TOTAL Rp. 8.617.500
BIAYA TAK TERDUGA Rp. 382.500
TOTAL Rp. 9.000.000
32
Shooting Schedule
Produksi : BSI Produser : Deni aryanto
Judul : Warisan leluhur Sutradara : M. Hidayat
Durasi : 20 menit Penulis naskah : Ida Farida
Tabel III.3 Shooting Schedule
No. Hari dan Tanggal Waktu pelaksanaan Kegiatan
1.
Sabtu, 20 Mei 2017
11:00-11:30 Memeriksa perlengkapan
2. 11:30-13:00 Perjalanan ke lokasi
13:00-13:30 Isoma
3. 13:30-14:30 Wawancara Narasumber
4. 14:30-16:00 Coffee Break/ isoma
5. 16:00-17:00 Set lokasi pementasan sintren
6. 17:00-18-00 Isoma
7. 18:30-20-00 Shooting pentas sintren
8. 20:30-21:00 Coffee break
9. 21:00-22:00 Evaluasi shooting hari pertama
10.
Minggu, 21 Mei 2017
08:00-08:30 Memeriksa perlengkapan
11. 08:30-10:00 Perjalanan ke lokasi
12. 10:00-10:30 Coffee Break
13. 10:30-12:00 Wawancara Narasumber
14. 12:00-12:30 Isoma
15. 12:30-13:30 Pengambilan insert gambar
16. 13:30-14:30 Perjalanan ke lokasi kedua
17. 14:30-15:30 Shooting penari sintren
18. 16:00-17:30 Perjalanan ke lokasi kedua
33
19. 17:30-18:30 Isoma
20. 18:30-20:00 Shooting latihan sintren
21. 20:00-20:30 Coffee Break
22. 20:30-21:00 Evaluasi Shooting hari kedua
23.
Senin, 22 Mei 2017
06:00-06:30 Memeriksa perlengkapan
24. 06:30-08:00 Perjalan ke lokasi
25. 08:00-09:00 Wawancara Narasumber
26. 09:00-09:30 Coffee Break
27. 09:30-10:30 Pengambilan insert gambar
28. 10:30-11:00 Evaluasi shooting hari ketiga
34
Call Sheet
Produksi : BSI Produser : Deni aryanto
Judul : Warisan leluhur Sutradara : M. Hidayat
Durasi : 20 menit Penulis naskah : Ida farida
Tabel III.4 Call Sheet
CREW
No. Nama Jabatan Alamat No. Telp./HP
1. Deni aryanto Produser Jl. Sidamukti
rt 006 rw 001,
Cirebon, jawa
barat
085322492245
Muhamad hidayat Sutradara Jl. Penganten
ali rt 04 rw
o6, kelurahan
ciracas,
Jakarta timur
085888686248
Ida farida Penulis
naskah
Jl. Cikoko
timur 1 rt 003
rw 002 no.
56, Jakarta
selatan
089616807011
Agung arista Penata
kamera
Kp. Areman
rt 003 rw 007,
cimanggis,
depok
08981213815
Ananda tri S, Editor Kp. Mampir
Rt 006/003,
Cileungsi
081283748516
35
Daily Production Report
Produksi : BSI Produser : Deni aryanto
Judul : Warisan leluhur Sutradara : M. Hidayat
Durasi : 20 menit Penulis naskah : Ida farida
Tabel III.5 Daily Production Report
Hari dan tanggal : 20 Mei 2017
Lokasi : Sanggar Sekar insani, Babadan, Cirebon
Keterangan Terjadwal Pelaksanaan
Crew call 09:30.WIB 10:00.WIB
Shooting day 1 10:00.WIB 11:00.WIB
Makan siang 12:00.WIB 13:00.WIB
No. Peran Pemeran Usia Kostum On set
1. Narasumber Drs. H. Askadi
sastrasuganda
84
tahun
Casual 13:30
No. Konsumsi Dipesan/ Sendiri Realisasi
1. Break Beli Beli
Hari dan tanggal : 21 Mei 2017
Lokasi : Sanggar Sekar insani, Babadan, Cirebon
Keterangan Terjadwal Pelaksanaan
Crew call 07:30.WIB 08:00.WIB
Shooting day 1 08:00.WIB 08:30.WIB
Makan siang 11:00.WIB 11:00.WIB
36
No. Peran Pemeran Usia Kostum On set
1. Narasumber Bpk. H. Sadikin 47tahun Casual 10:30
No. Konsumsi Dipesan/ Sendiri Realisasi
1. Break Beli Beli
Hari dan tanggal : 22 Mei 2017
Lokasi : Disbudparpora, Sumber, Cirebon
Keterangan Terjadwal Pelaksanaan
Crew call 05:30.WIB 06:00.WIB
Shooting day 1 06:00.WIB 06:30.WIB
Makan siang 12:00.WIB 13:00.WIB
No. Peran Pemeran Usia Kostum On set
1. Narasumber Bpk. Uuk sukarna,SE 46tahun Casual 08:00
No. Konsumsi Dipesan/ Sendiri Realisasi
1. Break Beli Beli
37
Equipment List
Produksi : BSI Produser : Deni aryanto
Judul : Warisan leluhur Sutradara : M. Hidayat
Durasi : 20 menit Penulis naskah : Ida farida
Tabel III.6 Equipment List
Hari dan tanggal : 20-22 Mei 2017
Lokasi : Sanggar Sekar insani, Babadan, Cirebon
No. Nama Seri Jumlah Keterangan
1. Kamera Sony C-300 1 Sewa
2. Tripod Manfroto 1 Sewa
3. Shotgun mic Rode NTG-4 1 Sewa
4. Boom Pool Rode 1 Sewa
5. Pistol Grip Rode 1 Sewa
6. Audio recorder H4n Zoom 1 Sewa
7. Clip On Lavalier Mic 1 Milik sendiri
8. LED Light Apurture 15 inch 3 Sewa
9. Lensa Canon 50mm F/1.2 L usm 1 Sewa
38
3.2 Proses Kerja Sutradara
Dalam pembuatan Dokumenter ini penulis bertindak sebagai sutradara.
Dalam program televisi peran sutradara sangatlah penting karena sutradara
bertanggung jawab terhadap hasil akhir sebuah program.
Naratama (2013:16) memberikan pengertian bahwa :
Sutradara adalah seseorang yang menyutradarai program acara televisi yang terlibat
dalam proses kreatif dari pra hingga pasca produksi. Baik untuk drama maupun
nondrama dengan lokasi di studio (indoor) maupun alam (outdoor), dan
menggunakan sistem produksi single dan/ atau multi-camera.
Sedangkan menurut Umbara dkk (2009:152) “director atau sutradara adalah
pimpinan kreatif acara yang bertanggung jawab penuh atas hasil ’’
Naratama (2013:11) menambahkan bahwa :
Sutradara adalah seseorang yang mempunyai profesi menyelenggarakan
produksi, mulai dari menganalisis naskah, mengkreasikan rekayasa artistik,
memindahkan bahan tulisan kedalam bahasa visual, memimpin kerabat kerja
televisi di berbagai bidang atau profil, seperti camera person, penata lampu,
dan lain-lain, hingga menjadi tontonan yang berbobot dan dapat dinikmati.
Dari berbagai kutipan diatas, penulis menyimpulkan bahwa sutradara adalah
seorang pemimpin kreatif dalam produksi sebuah program atau karya audio visual,
yang bertanggung jawab atas segala aspek pembentuk karya dari awal hingga akhir.
dalam proses pembuatan karya, penulis bekerja bersama anggota tim.mulai dari
penentuan ide, penyusunan konsep, penulisan naskah, produksi/pengambilan gambar,
hingga proses penyunting gambar. Penulis melakukan diskusi bersama penulis naskah
dan produser pada proses pra produksi terkait konsep penulisan naskah yang telat
39
dibuat. Penulis juga melakukan diskusi kepada kamera person dalam menentukan
sudut pengambilan gambar dan pencahayaan pada saat wawancara dengan
narasumber.
Penulis bersama tim sepakat menetukan jenis dokumenter yang akan di buat
yaitu program dokumenter profil budaya, karena dalam dokumenter WARISAN
LELUHUR ini penulis bersama tim mencoba mempresentasikan profil dan sejarah
dari tari sintren dengan memberikan sebuah sketsa yang menginformasikan waktu,
tempat, dan situasi/kondisi saat itu. Selain itu penulis juga mendampingi editor pada
saat proses penyuntingan gambar atau editing.
3.2.1 Pra Produksi
Pra produksi merupakan bagian terpenting untuk menentukan proses produksi
dan pasca produksi berjalan dengan lancer. Tahapan ini menjadi tahapan utama
sebelum proses penciptaan karya.
Menurut Rahmawati dkk (2011:62) :
Pra produksi adalah salah satu tahap dalam proses pembuatan film. Pada tahap
ini dilakukan sejumlah persiapan pembuatan program non drama. Diantaranya
meliputi penulisan naskah skenario, menentukan jadwal pengambilan gambar,
mencari lokasi, menyusun anggaran biaya, mencari/mengaudisi calon
pemeran, mengurus perizinan, menentukan staff dan tim produksi, mengurus
penyewaan peralatan produksi film, persiapan produksi, dan juga pasca
produksi, serta persiapan-persiapan lainnya.
Saat pra produksi penulis bersama tim melakukan rapat menentukan ide
kreatif. Setelah melalui proses diskusi yang mendalam, tim memutuskan untuk
memproduksi program dokumenter profil budaya tentang tari sintren yang berasal
dari Cirebon. Setelah ide ditentukan peran sutradara adalah mempelajari dan
40
mengembangkan ide tersebut dari sumber-sumber yang ada, sehingga dapat dipahami
secara benar.
Riset sangat dibutuhkan sebelum dokumenter diproduksi. Film hanya
mungkin dibuat berdasarkan dari yang dapat direkam kamera. Karena itu, saat
melakukan riset, harus selalu diperhatikan dan dipikirkan aspek-aspek yang ada untuk
kepentingan gambar visual.
Menurut Ayawaila (2008:55) menjelaskan bahwa “yang dimaksudkan riset
adalah mengumpulkan data atau informasi melalui observasi mendalam mengenai
subjek, peristiwa, dan lokasi sesuai tema yang akan diketengahkan.’’
Penulis melakukan riset terlebih dahulu, guna memastikan beberapa hal,
diantaranya: data-data mengenai sejarah tarian sintren, narasumber-narasumber yang
dibutuhkan dalam dokumenter, materi-materi yang berkaitan dengan tarian sintren,
situasi dan kondisi di sanggar sekar insani, dan sebagainya. Penulis dalam hal ini
berperan sebagai sutradara melakukan riset bersama seluruh tim. Hal ini
diperuntukkan agar seluruh tim paham dengan dokumenter yang akan dibuat.
Penulis memastikan lokasi berdasarkan kebutuhan gambar dalam pembuatan
dokumenter yang akan dibuat. Didalam proses produksi dokumenter penulis beserta
tim melakukan diskusi bersama untuk persiapan shooting yang terkait tekhnik
penyutradaraan serta merangkai kegiatan pengamatan atau wawancara agar ide yang
begitu luas menjadi lebih fokus dan terarah.
41
Dalam hal produksi dokumenter sutradara adalah seseorang yang harus
memiliki sudut pandang dan pengamatan kuat terhadap objek dan subjeknya. Seorang
sutradara dokumenter harus mampu menafsirkan realita dengan baik sehingga tidak
menimbulkan manipulasi fakta.
Ayawaila (2008:98) menuturkan bahwa “Untuk memberikan sentuhan estetika
pada film, ada 4 topik utama yang menjadi konsentrasi sutradara, yakni: pendekatan,
gaya, bentuk, dan struktur’’.
Penulis sebagai sutradara, menggunakan pendekatan secara naratif dalam
pembuatan program dokumenter WARISAN LELUHUR ini, dengan membangun
konstruksi tiga babak penuturan atau segmentasi. Pada segmen pertama yaitu
penjelasan mengenai sejarah dari tari sintren yang berasal dari CIREBON. meliputi:
asal mula tari sintren, cara memperkenalkan tari sintren kepada masyarakat, dan
tanggapan pemerintah tentang sintren yang sudah hampir punah. Di segmen kedua
menjelaskan mengenai sejarah berdirinya sanggar Sekar insani, perbandingan sintren
modern dan tradisional meliputi: sejarah berdirinya sanggar Sekar Insani, alat-alat
musik yang di gunakan dalam pertunjukan Sintren Sekar Insani, perbandingan antara
sintren modern dan tradisional, perasaan pewaris sanggar dan pertunjukan sintren
Sekar Insani. Pada segmen yang ketiga akan menjelaskan mengenai harapan agar
sintren tradisional tidak hilang. Meliputi: harapan penerus sanggar terhadap sintren di
masa mendatang, harapan pemerintah agar masyarakat ikut melestarikan sintren
tradisional,
42
Dalam hal gaya pemaparan dokumenter, penulis menggunakan tipe
pemaparan observasi (observational documentary). Penulis menempatkan posisinya
sebagai observatory.
Ayawaila (2008:101) menjelaskan “tipe observasi (observational
documentary).hampir tidak menggunakan narator. Konsentrasinya pada dialog-dialog
antar subjek-subjek.”
Proses yang selanjutnya dilakukan dalam pra produksi adalah penulis bersama
seluruh tim menentukan judul untuk dokumenter ini. Akhirnya di sepakati bersama
judul yang di berikan yaitu WARISAN LELUHUR.
3.2.2 Produksi
Menurut Irwanto dkk (2014:92) “Sutradara mulai memimpin dan mengkontrol
jalannya produksi.”
Pada tahap produksi sutradara berperan penting untuk memberikan arahan
kepada tim yang lain terutama kepada camera person untuk mengambil gambar
dengan persiapan yang telah dibahas di saat pra produksi. Sebelum melaksanakan
shooting penulis membuat director treatment sebagai acuan proses produksi. Director
treatment akan sangat berguna bagi camera person dalam melakukan tugasnya, agar
sesuai dengan naskah yang telah di sepakati bersama.
Ayawaila (2008:68) menjelaskan bahwa “fungsi treatment tak hanya berisi
urutan shot dan adegan, tapi juga secara konkret berisi yang berkaitan dengan judul
dan tema, sehingga merupakan the treatment of the story.”
43
Saat memulai shooting penulis mengacu pada director treatment. Runtutan
adegan didalam director treatment penulis berikan kepada camera person sebagai
acuan pengambilan gambar.akan tetapi director treatment juga tidak memaksakan
kepada camera person terkait penentuan type of shot, penyusunan scene, dan
sequence dalam susunan alur cerita, karena kreatifitas akan berkembang di lapangan
saat produksi dilaksanakan.
Penulis juga memastikan satu tahapan penting yaitu mengumpulkan data-data
dan memastikan segala sesuatu di lokasi shooting agar sesuai dengan jadwal shooting
dan alur cerita. Kemudian penulis menjelaskan kepada camera person terkait
kebutuhan gambar beserta motivasinya. Penulis juga harus selalu siap menjawab
pertanyaan camera person terkait hal-hal teknis pengambilan gambar, seperti: angel,
jenis shot, ataupun movement yang digunakan. Hal tersebut dilakukan guna
menyesuaikan posisi kamera agar dapat merekam gambar atau kegiatan sesuai alur
cerita.
Saat proses produksi, penulis merealisasikan sebuah ide menjadi sebuah
tayangan dokumenter yang dikemas dengan realita. Dalam hal ini hasil wawancara
subjek atau narasumber harus menjadi kekuatan dalam penyampaian isi dokumenter.
Untuk itu penulis sebagai sutradara mengarahkan subjek-subjek tersebut agar proses
wawancara berjalan sesuai yang direncanakan.
44
3.2.3 Pasca Produksi
Setelah proses produksi selesai, penulis memasuki satu tahapan akhir dari
pembuatan dokumenter WARISAN LELUHUR ini, yaitu pasca produksi. Pasca
produksi adalah salah satu tahap dari proses pembuatan film. Tahap ini dilakukan
setelah proses produksi di lakukan. Pada tahap ini terdapat beberapa aktivitas seperti
pengeditan film, pemberian efek khusus, pengoreksian warna, pemberian suara dan
musik latar, hingga penambahan animasi. Pada proses pasca produksi, penulis
melakukan diskusi dengan editor dalam melakukan penyusunan gambar-gambar dan
penuturan-penuturan dari narasumber.
Menurut Ayawaila (2008:138) memaparkan :
Sutradara dokumenter berkonsentrasi pada sejumlah adegan, waktu, dan aksi. Seluruh
pengambilan gambar baru memiliki arti informasi yang konkret setelah proses
penyuntingan selesai dilakukan. Editing berfungsi untuk merangsang suatu kreasi
berdasarkan shot yang ada, yang kemudian dikemas menjadi suatu karya film utuh.
Untuk memudahkan proses editing, penulis membuat editing script
berdasarkan wawancara yang telah dibuat penulis naskah sebelumnya. Editing script
tersebut penulis berikan kepada editor sebagai acuan. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan editor dalam menyusun potongan gambar beserta penuturan
narasumber sesuai struktur cerita.
Penulis membebaskan editor dalam mengeksplorasi kemampuannya dalam
proses pasca produksi ini, selama masih berpegangan kepada director treatment yang
45
telah dibuat. Tidak menutup kemungkinan kreatifitas editor akan menambah nilai
dramatik dan estetika dalam dokumenter.
Setelah seluruh stock shot gambar dan narasumber tersusun, penulis dan
editor mencoba memasukan musik sebagai unsur pendukung. Musik akan menambah
unsur dramatik dalam dokumenter WARISAN LELUHUR ini.
3.2.4 Peran dan Tanggung Jawab Sutradara
Peran dan tanggung jawab sutradara sangat penting dan tidak mudah karena
bertanggung jawab penuh terhadap karya yang dibuat.
Menurut Naratama (2004:28) pemahaman tentang peran dan tanggung jawab
seorang sutradara televisi yang sangat kompleks sebagai berikut:
1. Sutradara sebagai pemimpin
Jiwa kepemimpinan, itulah modal utama seorang sutradara. Tanpa leadership
anda tidak akan menciptakan karya seni sesuai yang anda inginkan.
2. Sutradara sebagai seniman
Sebagai creator yang bertanggung jawab terhadap karya akhir tayangan
visual, seorang sutradara dituntut untuk menjadi seorang seniman yang
mempunyai suatu cita rasa tinggi tentang suatu nilai kesenian dan
kebudayaan.
46
3. Sutradara sebagai pengamat program
Menjadi sutradara televisi tidak hanya dituntut untuk berkreasi, tetapi di tuntut
untuk menjadi pengamat yang mengerti kondisi dan kebutuhan suatu stasiun
televisi, sponsor, dan penonton
4. Sutradara sebagai penasehat teknik
Seorang sutradara harus siap menjalankan tugas sebagai penasihat teknik
produksi, baik untuk produksi single maupun multi-camera.
Dari pemahaman tersebut penulis menyimpulkan bahwa peran dan
tanggung jawab penulis sangat penting. Penulis harus benar-benar memiliki
jiwa kepemimpinan dan dapat berkoordinasi dengan baik kepada tim yang
lain, agar dapat mengkreasikan sebuah karya yang diciptakan.
Dalam peranannya sutradara bertanggung jawab sebagai pemimpin
kreatif mulai dari pra produksi, produksi, hingga pasca produksi. Penulis
harus mampu membangun sebuah gagasan, melakukan riset, menyusun alur
cerita, menyusun desain produksi, shooting, penyuntingan gambar dan suara
di meja editing yang dibantu oleh editor. Seorang sutradara harus mampu
melakukan pendekatan khusus dengan subjek atau narasumbernya. Selain itu
sutradara harus mampu memimpin tim saat produksi di lapangan, termasuk
membantu camera person dalam proses pengambilan gambar.
47
Berikut ini adalah tahapan penulis dalam perannya sebagai sutradara,
antara lain:
1. Penulis mengembangkan sebuah ide yang telah tercipta dan di
sepakati bersama saat pra produksi. Penulis menyusun ide tersebut
berdasarkan naskah yang telah dibuat oleh penulis naskah, agar
menjadi sebuah konsep yang menarik dan penting untuk sebuah
program dokumenter. Dalam hal ini penulis mengembangkan
konsep sesuai dengan tema yang akan diangkat, yaitu awal mula
kesenian Sintren cirebon, perbandingan sintren modern dan
tradisional serta pelestarian sintren tradisional yang hampir hilang.
2. Penulis melakukan riset ke lokasi guna memastikan beberapa hal,
diantaranya: menentukan narasumber terkait dokumenter
WARISAN LELUHUR, mendapatkan data-data sejarah kesenian
sintren, dan melihat kondisi langsung di lapangan agar dapat
menentukan elemen-elemen yang akan dimasukan dalam
dokumenter.
3. Penulis melakukan pendekatan kepada narasumber, agar tercipta
keakraban antara penulis dan narasumber. Hal ini dimaksudkan
agar memudahkan penulis dalam menggali informasi pada saat
riset, khususnya pada saat wawancra dilakukan.
48
4. Penulis membuat director treatment sebagai acuan camera person
dalam proses pengambilan gambar.
5. Penulis bersama camera person melakukan proses pengambilan
gambar, mulai dari proses wawancara bersama narasumber hingga
pengambilan stock shot gambar pendukung lainnya.
6. Penulis selalu berkomunikasi dengan produser terkait kebutuhan-
kebutuhan penunjang narasumber, seperti akomodasi makan dan
minum.
7. Penulis mendampingi editor dalam proses pasca produksi untuk
memilih stock gambar yang akan digunakan agar sesuai dengan
alur penceritaan.
3.2.5 Proses Penciptaan Karya
Dalam produksi dokumenter televisi tugas akhir yang berjudul WARISAN
LELUHUR penulis berperan sebagai sutradara karena penulis sangat tertarik untuk
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan penyutradaraan baik untuk televisi
maupun film. Penulis juga ingin menerapkan apa yang sudah penulis dapat selama
proses perkuliahan, adapun tahapan dalam proses penciptaan karya yang penulis
lewati yaitu sebagai berikut:
a.Konsep kreatif
Warisan Leluhur merupakan sebuah dokumenter profile budaya yang
bercerita tentang profile suatu kesenian tradisional yang bernama Sintren. Di zaman
49
yang sudah modern ini, sintren sudah sangat jarang sekali di tampilkan. Sebagai salah
satu bentuk pelestarian kebudayaan tradisional, khususnya untuk masyarakat
setempat. Bentuk dokumenter profile budaya dipilih karena dianggap yang paling
tepat menceritakan kebudayaan Sintren secara keseluruhan.
Penulis membuat dokumenter WARISAN LELUHUR dengan menggunakan
struktur penuturan tematis, yaitu memenggal beberapa kelompok tema dalam
dokumenter dan menggabungkannya hingga menjadi satu kesatuan cerita. Untuk
menceritakan mengenai kesenian sintren, penulis memecah beberapa bagian dari
subjek, seperti awal mulanya kesenian sintren, cara memperkenalkan sintren, harapan
narasumber agar sintren tidak hilang, hingga siapa yang akan meneruskan sanggar
sintren. Dari penggalan-penggalan tema tersebut, penulis menggabungkannya dan
membentuk alur cerita sehingga terbentuk secara keseluruhan profil dari kesenian
sintren.
Penulis menggunakan gaya observasi dalam pemaparan dokumenter ini. Gaya
observasi dimaksudkan agar penuturan-penuturan atau dialog-dialog antar subjek
menjadi titik utama kekuatan cerita. Dalam konsep kreatif terdapat 3 bagian yaitu:
a.Ide
Pada saat pra produksi penulis mengembangkan sebuah ide yang telah tercipta
dan disepakati bersama oleh tim. Penulis menyusun ide tersebut berdasarkan naskah
yang telah dibuat oleh penulis naskah, agar menjadi sebuah konsep yang menarik dan
penting untuk sebuah program documenter. Dalam hal ini penulis mengembangkan
50
konsep sesuai dengan tema yang akan diangkat. Dan penulis juga membuat director
treatment sebagai acuan dalam proses pengambilan gambar.
b.Pengambilan gambar
Penulis memasuki produksi,penulis berdiskusi dengan camera person dan editor,
agar setiap director treatment yang sudah penulis buat dapat diinterpretasikan dengan
baik. Pada tahapan produksi, penulis mengarahkan setiap anggota tim dengan
director treatment. Penulis berkoordinasi dengan produser untuk memastikan tidak
ada penjadwalan yang berubah. Selanjutnya penulis juga melakukan wawancara
kepada narasumber yang sudah ditetapkan.
c.Penceritaan directing
Setelah pengambilan gambar penulis memasuki pasca produksi. Pasca produksi
penulis mendampingi editor untuk menyusun gambar dalam penempatan alur agar
sesuai dengan kesepakatan sehingga dapat mencapai hasil akhir yang baik untuk
dinikmati. Oleh sebab itu dalam pasca produksi kerjasama yang baik antara sutradara
dengan editor sangat mempengaruhi hasil akhir sebuah karya.
b.Konsep Produksi
Saat proses produksi dilaksanakan konsep produksi mempunyai fungsi agar
produksi yang di laksanakan dapat terencana dan tersusun sesuai dengan konsep yang
telah ditentukan oleh tim. penulis sebagai sutradara memiliki peranan paling besar
dalam mengatur proses shooting agar berjalan dengan lancar. Mulai dari memimpin
tim produksi, mengarahkan subjek dalam hal ini narasumber, serta selalu siap
51
terhadap hal-hal yang tak terduga selama proses produksi berlangsung. Saat proses
pengambilan gambar berlangsung, penulis lebih banyak bekerja sama dengan camera
person. Penulis memberikan director treatment kepada camera person sebagai acuan
pengambilan gambar.
Dalam produksi dokumenter WARISAN LELUHUR ini, penulis dan tim
melaksanakan shooting selama tiga hari di sanggar Sekar Insani. Sesuai dengan
shooting schedule yang telah disusun dan disepakati bersama, penulis mengutamakan
pengambilan wawancara narasumber pertama terlebih dahulu. Didalam dokumenter
ini, penulis memutuskan tiga orang yang terdiri dari pendiri sanggar, penerus sanggar,
dan pemerintah budaya kabupaten Cirebon, yang akan menjadi narasumber. Penulis
mendahulukan pengambilan wawancara dengan narasumber pertama yang dilakukan
didalam ruangan (indoor),untuk mengejar waktu narasumber pertama. Sebelum
proses wawancara di lakukan, penulis mengarahkan sekaligus mengingatkan kembali
narasumber mengenai hal-hal yang akan ditanyakan dalam wawancara. Saat proses
wawancara dilaksanakan, penulis bertanya satu per satu pertanyaan yang telah
disiapkan oleh penulis naskah didalam Treatment Of Reference (TOR). Penulis
mendengarkan jawaban-jawaban yang diberikan narasumber, dan tak jarang banyak
juga pertanyaan-pertanyaan yang berkembang diluar dari daftar pertanyaan yang telah
disiapkan. Penulis merasa pengembangan-pengembangan pertanyaan tersebut akan
semakin memperkaya isi pesan didalam dokumenter WARISAN LELUHUR ini.
Meskipun begitu penulis akan memilih dan menyesuaikan kembali dengan director
treatment yang telah dibuat oleh penulis.
52
c.Konsep Tekhnis
Sebagai seorang sutradara, tekhnis juga harus menjadi hal-hal yang perlu
diperhatikan. Sebab seorang sutradara tidak hanya bertugas mengarahkan narasumber
atau talent, tetapi aspek-aspek teknis pembentuk film lainnya termasuk perekaman
gambar. Dalam konsep tekhnis dokumenter WARISAN LELUHUR ini, penulis
membuat director treatment yang berisi gambaran keseluruhan dokumenter ini dari
awal hingga akhir. Director treatment didalamnya berisi peristiwa atau kegiatan apa
saja yang harus direkam oleh camera person saat proses shooting berlangsung,
berikut juga gambarannya seperti shot size yang digunakan, angle dan juga
movement.
3.2.6 Kendala Produksi Dan Solusinya
1. PRA PRODUKSI
Kendala: pada tahapan pra produksi penulis mengalami beberapa hambatan
yaitu penulis susah untuk menyatukan ide dengan crew untuk film yang akan
dibuat.
Solusi: dalam hal ini penulis sebagai sutradara mengambil jalan tengah
dengan menampung aspirasi dari semua crew, dan menyatukan aspirasi dari
semua crew.
53
2. PRODUKSI
Kendala:
a. Schedule yang tidak sesuai dengan waktu yang di tentukan dalam
shooting schedule, terutama saat proses pentas. Jadwal pentas yang
tidak sesuai dari waktu yang ditentukan, karena pendiri sanggar harus
melakukan pekerjaan di luar program documenter ini.
b. Sang penari yang dirasuki makhluk halus ketika shooting sedang
berjalan.
Solusi:
a. Mengambil keputusan untuk mengatur ulang shooting schedule
dengan produser.
b. Meminta crew untuk menghentikan shooting, dan memerintahkan
salah satu dari tim kami mencari orang yang bisa menyembuhkan
penari dari kerasukan makhluk halus tersebut.
` 3. Pasca produksi
Kendala: ketika dalam pasca produksi, penulis mengalami hambatan yaitu
ketika memilih gambar bersama penata kamera, laptop yang digunakan sangat
lambat.
Solusi: penulis meminjam laptop yang memiliki spesifikasi laptop yang lebih
tinggi agar gambar bisa dipilih dengan lancer.
54
3.2.7 Lembar kerja sutradara
a. Outline Naskah
b. Treatment
55
Outline Naskah
Production : BSI Produser : Deni Aryanto
Judul : WARISAN LELUHUR Sutradara :Muhamad hidayat
Durasi : 20 menit Penulis Naskah: Ida Farida
Tabel III.7 Outline Naskah
NO SEGMENT KETERANGAN AUDIO
1 1 Colour Bar
Bumper BSI
Program ID
Countdown
2 1 Insert obor Pemujaan
56
3 1 Insert Nayaga
memainkan
alat musik
yang terbuat
dari bamboo
Pemujaan
4 1 Insert Bidadari
menari
Pemujaan
5 1 Insert Penari
sintren yang
sudah memakai
pakaian sintren
sedang menari
didampingi
oleh pawing
(main title)
Pemujaan
6 1 Insert Gapura
selamat datang
di kabupaten
Cirebon
Atmosfer jalan
raya
57
7 1 Insert Lalu
lintas kawasan
Cirebon
Atmosfer jalan
raya
8 1 Insert
Pangkalan
becak
Atmosfer
9 1 Insert Nelayan
baru pulang
melaut
Atmosfer
10 1 Establish
depan rumah
mamae titin
Instrumental
gending
11 1 Insert spanduk
acara
narasumber
mamae titin
yang berada
dalam acara
sambel terasi
Piagam
Instrumental
gending
Instrumental
58
penghargaan
mamae titin
gending
12 1 Wawancara
sejarah sintren
dengan
narasumber
mamae titin
selaku
seniman/
pembuat
sintren.
Insert penari
yang sudah
berpakaian
busana sintren
yang sedang
ingin dikurung
Insert gambar
presiden
jenggot dan
nyonya
Sintren itu
bermacam-macam
versi dek,
tergantung
daerahnya. Tapi
kalau beranjak
dari Cirebon,
waktu zaman
belanda, ada
seorang presinden
yang berasal dari
belanda, yang
benama presiden
jenggot. Punya
anak perempuan
yang namanya nya
delamour.kemudia
n bercinta kasih
dengan seorang
pinangeran asal
59
delamor
Insert gambar
nyonya
delamor
Insert gambar
gapura keratin
kesepuhan.
Insert gambar
para bidadari
sintren yang
sedang pentas.
Insert penari
yang sedang
berjoget
dengan tangan
yang sudah
diikat.
Insert gambar
bidadari yang
sedang duduk
Cirebon, Cuma
Karena itu putri
belanda, dan juga
dari sini putra
daerah, oleh orang
tuanya tidak di
setujui. Terjadinya
dengan nonya
delamour itu
kanakhirnya sang
belanda itu marah-
marah, maka di
borgol lain- lain.
Karena
mengandung di
luar nikah. Yang
nontonnya juga
banyaknya laki-
laki, jadi adate
wong nonton,
jaluk di rubah
kira-kira laisnya
60
dan
menyanyikan
lagu-lagu
untuk sintren
wadon.terjadilah
pergeseran
adegan. Yang
tadinya laki-laki di
sebut lais.
13 1 Insert bidadari
sedang duduk
sambil
menyanyikan
lagu sintren
Pemujaan
14 1 Insert mamae
titin sedang
mengawasi
grup sintren
saat pentas
Pemujaan
15 1 Insert gambar
penari sedang
menari dan
tubuhnya
sudah terikat
oleh tali
Pemujaan
61
16 1 Establish
gambar gunung
Instrumental
gending
17 1 gambar warga
masyarakat
setempat yang
sedang
mengendarai
sepeda motor
Instrumental
gending
18 1 gambar plang
sekolah MTS
al-ikhlas
mayung
Instrumental
gending
19 1 Gambar
narasumber ke
dua, H.Sadikin
yang sedang
berjalan
kekelas
Instrumental
gending
18 1 Gambar narasumber
H. Sadikin mengawas
siswa yang sedang
Instrumental gending
62
ujian
19 1 Establish gapura desa
babadan
Instrument gending
20 1 Gambar plang yayasan
sekar insani
Wawancara H.sadikin
mengenai sejak kapan
sanggar sekar insani
berdiri
Insert H.sadikin
sedang mengajarkan
tari sintren.
Instrumental gending
Kalau sekar insani itu yah
dari tahun 1989. Ketika
itu regu kami mengikuti
lomba, kemudian kami
punya niat untuk
mengembangkan sintren,
setiap lomba mucapir
kami tayangkan, sebelum
penilaian dan penilai juga,
karena menyaksikan
bagaimana dengan
sintren. Sehingga mereka
bisa terhipnotis dengan
sintren ini.
21 1 Insert gambar para Terap banda
63
bidadari sintren
sedang berlatih
sebelum tampil
22 1 Insert H. Sadikin
sedang mengawasi
anak didiknya yang
sedang berlatih tari
sintren.
Rame-rame
23 1 Lalu lintas Atmosfer
24 1 Aktivitas pegawai
pemerintahan
Atmosfer
25 1 Plang pemerintah
kebudayaan kabupaten
Cirebon.
Atmosfer
26 1 Establish kantor
pemerintah
kebudayaan cirebon
Atmosfer
27 1 Wawancara
pemerintah
kebudayaan kab.
Jadi tanggan pemerintah
terhadap kesenian sintren
yang sudah hampir punah,
64
Cirebon tentang
bagaimana tanggapan
pemerintah terhadap
sintren yang akan
hilang?
Insert bidadari sekar
insani sedang berlatih
Insert alat music
gending
kami selaku pemerintah,
sangat prihatin. Karena
kesenian ini, merupakan
kesenian yang penuh
dengan filosofi, dan nilai-
nilai kehidupan. Anak-
anak muda sekarang,
karena melihat, alat- alat
music modern yang
berbau pop , ya mereka
beranggapan bahwa, aalat
musik tradisional sudah
kuno sekali.
28 1 Segment satu di tutup
dengan penari sintren
menari di bawah senja
sore hari.
Pemujaan
29 2 Insert Mamae titin
sedang mengawasi
latihan nayaga /
pemain alat music.
Atmosfer
65
30 2 Wawancara mamae
titin tentang sejak
kapan mamae titin
membuat sanggar
sintren.
Insert piagam
penghargaan mamae
titin.
Bidadari sintren
sedang berdandan
Tahun 60-an itu saya
sudah membuat sintren
dek. Sambil sandiwara,
kalau sandiwara tahun 55
sampai 64. Kemudian
kalau malam-malamnya
itu membuat sintren, jadi
sekitar tahun 60-an itu
saya sudah membuat
sintren.
31 2 Wawancara dengan
mamae titin tentang
apa saja alat yang di
gunakan dalam sintren
Insert gambar alat
music sintren
tradisional.
Kalau sintren dari kami
itu masih menggunakan
buyung, kendi, yang kecil
untuk gong cilik, jadi di
bolongi lalu di tiup,
akhirnya terjadilah suara
gong cilik. Nah gong gede
ada bamboo yang besar,
kemudian didalamnya ada
kayu kecil, nanti di tiup.
66
Dan dudukannya ya kayu
atau balatnya masih
menggunakan alat music
tradisionalamboo.
Sekarang sih malah sudah
ada organ, dan segala
macam, ya terserah itu
sih. Tapi kalo di kami
32 2 Establish gambar
lambang pemerintahan
kabupaten Cirebon.
-
33 2 Wawancara dengan
narasumber
pemerintah kabupaten
Cirebon tentang
tanggapan pemerintah
tentang sintren modern
Insert contoh pentas
sintren modern
Teman-teman seniman
sintren, sudah berupaya
mengemas sintren supaya
lebih menarik di
kolaborasikan dengan
karawitan, dan seni tari.
Tapi mereka saya titipkan
jangan sampai merusak
akar dan warna dari
sintren tersebut.
67
34 2 Wawancara dengan H.
sadikin tentang kenapa
H.sadikin tetap
mempertahankan
sintren yang masih
menggunakan alat
music tradisional?
Sintren yang kami kembangkan
ini bukan sintren yang berbau
bisnis. Kalau sintren yang berbau
bisnis, ia akan menerima kalau
dalam istilah sini tuh di tanggap.
Atau diundang oleh orang hajatan
yang bisa satu hari satu malam.
Tapi yaitu dengan dangdutan,
sementara sintren kami (sekar
insani) sintren yang ingin
mempertahankan ke aslian
budaya yang aslinya.
35 2 Festival caruban yang
digelar oleh
pemerintah cirebon
Wawancara dengan
pemerintah kabupaten
Cirebon tentang
langkah atau program-
program apa saja yang
pemerintah sudah
Atmosfer
Program-program
pemerintah untuk
melestarikan kesenian
tradisional, selain
pagelaran, kami juga
merevitalisasi, supaya
kesenian itu bisa tampil
68
lakukan agar sintren
tidak akan hilang?
dan eksis lagi, kemudian
merekontruksi apabila
kesenian itu sudah di
anggap punah tapi pelaku-
pelakunya masih ada.
Kemudian selanjutnya
dengan cara pewarisan,
36 2 Wawancara dengan H.
sadikin tentang apakah
peran pemerintah
menurut anda sudah
cukup untuk ikut
dalam melestarikan
sintren tradisional?
Masih sangat kurang
sekali perhatian
pemerintah terhadap
budaya daerah, yaitu tadi
salah satu bukti bahwa,
semenjak kami berdiri
tahun 1989, sampai
sekarang belum sama
sekali menerima
semaccam bantuan dana
maupun baik, itu untuk
perlengkapan, ataupun
untuk yang lain, sama
sekali belum. Sehingga
bisa disimpulkan bahwa,
69
perhatiannya masih sangat
kurang sekali.
37 2 Persiapan pentas para
crew menaikkan alat-
alat musik sintren ke
dalam mobil
Instrumental gending
38 2 Pentas sintren
Penari menari dengan
background hitam
Gambar dua lampu
teplok
Pemujaan
Rame-rame
Terap banda
Mamae
menyinden(Kembang jae
laos)
Mamae menyinden
(kembang jae laos)
39 3 Wawancara dengan
H.sadikin tentang
bagaimana perasaan
H. sadikin diberikan
amanat untuk
Jadi perasaan saya di
berikan kepercayaan
untuk meneruskan sintren
dari mamae titin, saya
merasa senang dan
bangga, karena tidak
semua orang diberikan
kepercayaan ini. Di
samping itu juga, saya
sebagai pemuda yang ada
di Cirebon ini salah satu
70
meneruskan sanggar
sintren sekar insani
yang harus bertanggung
jawab, mempertahankan
bagaimana budaya
tradisional, terutama
budaya sintren sekar
insani yang harus kita
teruskan sehingga tidak
akan hilang.
39 3 Wawancara dengan
mamae titin tentang
apa harapan mamae
titin agar sintren tidak
hilang?
Jadi anak muda masih
diteruskan, jangan sampai
hilang sintren ini.
Barangkali untuk
keperluan pemerintah,
agar masih tetap bisa.
40 3 Wawancara dengn
pemerintah
kebudayaan kab.
Cirebon tentang apa
langkah kedepannya
pemerintah agar
kesenian di ccirebon
tidak akan hilang?
Kita tiap tahun dengan
anggaran yang terbatas
tentunya belum tercover
semua, mangkannya kita
setiap tahun
pertimbangkan, mana
yang harus dahulukan dan
selamatkan.
41 3 Wawancara dengan H.
Sadikin tentang apa harapan
bapak terhadap pemerintah
Harapan saya terhadap
pemerintah itu ya harus
ada perhatian khusus
71
agar sintren dan kesenian
yang lain tidak hilang /
punah?
terhadap kesenian-
kesenian tradisional,
kalaupun kita dari bawah,
bersikeras ingin
mengembangkan budaya
tradisional terutama
sintren Sekar Insani,
kemudian tidak ada sama
sekali perhatian dari
pemerintah saya yakin
sekali kesenian sintren
akan punah/hilang
42 3
Awancara dengan
pemerintah
kebudayaan
kab.cirebon tentang
apa harapan
pemerintah kepada
masyarakat Cirebon
agar ikut membantu
melestarikan sintren?
Jadi harapan kami dari
pemerintah kab. Cirebon
kepada masyarakat,
khususnya pada kaula
muda sebelum kita
mencintai kesenian yang
datang dari luar, di kita
banyak kesenian yang
harus kita ketahui, karena
di situ banyak nilai-nilai
72
filosofi, nilai kehidupan,
dan banyak yang masih
kita pelajari. Jadi mari
kita cintai kesenian kita,
supaya kesenian kita bisa
menjadi tuan rumah di
daerahnya.
43 3 Penari menari di
senja hari
Mamae titin (pemujaan)
44 Filosofi title
Cv Crew
Behind The Scene
Copyright
73
Treatment
Premis : budayawan mempertahankan tarian tradisional
Pewaris leluhur ini akan melihatkan beberapa bagian dari pentas kesenian sintren
yang meliputi: detail obor, nayaga atau pemain musik sedang memainkan tutukan,
bidadari yang sedang menari unutuk menyambut sang penari, penari yang sudah
berpakaian sambil terikat tangannya sedang menari, lalu masuk title atau judul film
dokumenter warisan leluhur.
Pewaris leluhur akan di buka dengan plang selamat datang kabupaten Cirebon, di
lanjutkan dengan lalu lalang kendaraan yang berada di jalan raya, gambar aktivitas
masyarakat Cirebon seperti tukang becak yang sedang menunggu penumpang, hingga
nelayan yang baru saja pulang melaut.
Menceritakan tentang sejarah Sintren yang berarti sindiran yang di perankan oleh
seorang wanita. Lais artinya sial ( yang tertangkap) di perankan oleh seorang pria.
Didukung oleh rampak tembang menggunakan sair bahasa sandi atau pitutur kepada
penonton, maksudnya kita ingin bebas merdeka. Instrument yang di gunakan terdiri
alat-alat gerabah, seperti kendi, buyung, bambu, ilir/kipas pelapah pinang dll. Secara
tidak sengaja mereka mencari air dingin/bersih pada waktu musim kemarau dan
sambil duduk istirahat sembunyi alat-alat tersebut terciptalah penunjangan gamelan
sintren atau lais.
74
Dengan kisah si lais banyak seniman zaman dahulu yang membuat tarian tradisonal
ini sebagai menceritakan kisah-kisah nyata tersebut. Salah satunya MAMAE TITIN si
pendiri sanggar sekar insani dari desa bayangan kecamatan bojong jati.
Segment 1
1.CUT TO:
Interview dengan mamae titin selaku pendiri dari sanggar tarian tradisional
(sintren)sekar insani. Mamae titin menceritakan: sejarah tentang sintren atau lais,
bagaimana seniman menciptakan tarian sintren ini, sejarah tentang sintren. Gambar-
gambar pendukung seperti gambar foto presiden belanda kala itu, gambar nyonya
delamour yang menjadi tokoh dalam sejarah sintren, serta gambar kesepuhan
Cirebon.
Mamae titin seorang budayawan pendiri sanggar yang sudah menginjak usia senjak
mengalami rasa kegelisahan akan runtuhnya budaya sintren ini, dengan seiringnya
waktu beliau memutuskan untuk mewariskan budaya sintren kepada H. sadikin
dengan penuh kepercayaan dan harapan mewariskan budaya sintren ini kepada bapak
Sadikin supaya nantinya tari tradisional asal Cirebon ini bisa di kenal dengan cucu-
cucunya.
Kegiatan bapak Sadikin selain mengurus sanggar sintren sekar insani, juga sebagai
pengajar di MTs AL-IKHLAS MAYUNG.
2.CUT TO:
Interview dengan bapak Sadikin tentang tahun berapa sanggar sekar insani didirikan:
bapak Sadikin menceritakan awal mula sanggar Sekar Insani, serta tahun didirikannya
sanggar Sekar Insani. Gambar-gambar pendukung seperti bapak sadikin yang sedang
mengajar tari sintren
3.CUT TO:
75
Interview dengan bapak Uuk Sukarna selaku kepala kebudayaan kabupaten Cirebon
tentang tanggapan pemerintah kepada sintren modern: bapak Uuk Sukarna
memberikan tanggapan tentang sintren modern.
4.CUT TO:
Interview dengan bapak Uuk Sukarna selaku kepala kebudayaan kabupaten Cirebon
tentang program apa yang akan di berikan untuk melestarikan sintren tradisional.
Segement satu lalu di tutup dengan penampilan penari sintren yang menari di senja
hari.
Segment 2
Memasuki segment kedua memperlihatkan Mamae Titin yang sedang mengawasi
latihan para crew sanggar yang Mamae Titin pimpin.
1.CUT TO:
Interview dengan Mamae Titin tentang sejarah berdirinya sanggar sintren yang
mamae pimpin dan alat musik yang digunakan untuk penampilan sintren. Gambar-
gambar pendukung seperti piagam penghargaan yang mamae dapat dari pemerintah
Cirebon dan gambar pemain musik sintren yang sedang memainkan alat musik
sintren yang masih modern
2.CUT TO:
H. sadikin membicarakan dan mengambarkan bagaimana prosesnya dalam
memperkenalkan sintren ke masyarakat sekitar maupun masyarakat yang berada di
luar kota Cirebon.
Dengan berjalannya waktu H. sadikin kini mengalami kesulitan untuk memegang
amanah dari mamae titin, semakin lama H. sadikin merasa sulit memperkenalkan tari
76
tradisional sintren ini kemasyarakat. Karena dengan berkembangnya jaman banyak
sekali tarian sintren di tempat lain sudah di kemas secara modern untuk bisa
memperkenalkan sintren supaya sintren-sintren di tempat lain lebih terkenal.
3.CUT TO:
Wawancara H. sadikin ia mengatakan: H. sadikin tetap ingin menpertahankan sintren
sebagai tari tradisional dan alat musik yang beliau kenalkan harus tetap seoriginal
mungkin, tanpa mengubah sedikitpun tari tradisional sintren dari Cirebon ini. Tetapi
dengan niat baiknya untuk menjaga kemurnian sintren ini, masyarakat tidak tertarik
untuk mempelajari maupun mengetahui sintren tradisional ini.
4.CUT TO:
Wawancara kepada pemerintah kebudayaan pariwisata ia mengatakan: dengan
adanya tarian sintren versi modern dan alat musik yang di gunakan sudah mulai
modern, pemerintah akan membantu H. sadikin untuk bisa ikut melestarikan tari
tradisional sintren dengan mempertahankan musik yang masih tradisional.
5.CUT TO:
Wawancara H. sadikin ia mengatakan bahwa pemerintah kebudayaan pariwisata ini
hanya punya banyak wacana saja, tapi sampai sekarang rencana untuk membantu tari
tradisional sintren untuk masyarakat bisa mengenal lagi belum ada wujud apapun dari
pemerintah.
6.CUT TO:
Wawancara pemerintah kebudayaan pariwisata ia mengatakan: memberikan bukti-
bukti otentik sebagaimana ia ikut membantu H.sadikin untuk melestarikan
kebudayaan sintren serta menjelaskan dan kasih alasan kenapa rencana pemerintah
belum juga memberikan dampak untuk masyarakat supaya masyarakat ingin
mempelajari tari tradisional sintren dari Cirebon ini.
7.CUT TO:
Wawancara dengan H. Sadikin, ia mengatakan: masih sangat kurang sekali perhatian
pemerintah kepada kesenian daerah, yitu tadi salah satu bukti bahwa semenjak kami
berdiri, tahun 1989 sampai sekarang belum sekali pun menerima semacam bantuan
77
dana baik itu untuk perlengkapan atau untuk yang lain sama sekali belum. Sehingga
bisa disimpulkan bahwa perhatiannya sangat kurang sekali, walaupun sebenarnya
pemerintah memang ada perhatiannya buat seni budaya, dan tidak tahu sintren mana
yang diberikan bantuan tersebut.
Segment 2 akan ditutup dengan pentas sintren, penari yang menari di background
hitam dan mamae titin menyinden dengan gambar dua lampu teplok.
3.Segment 3
Warisan leluhur masuk ke segmen tiga yang di buka dengan wawancara H. sadikin
mengenai bagaimana perasaan bapak di berikan amanah oleh mamae titin untuk
meneruskan sanggar Sekar Insani.
1.CUT TO:
Wawancara dengan bapak H. sadikin, ia mengatakan: jadi perasaan saya diberikan
kepercayaan untuk meneruskan sintren yang merupakan warisan dari mamae titin ini
saya merasa senang dan bangga, karena tidak semua orang diberikan kepercayaan
semacam ini. Di samping itu juga, saya sebagai pemuda yang ada di Cirebon ini salah
satu yang mungkin harus ikut bertanggung jawab mempertahankan bagaimana
budaya tradisional terutama budayasintren sekar insani yang harus kita teruskan,
sehingga sampai kapanpun, sampai ke anak cucu kita pun tidak akan punah.
Wawancara dengan mamae titin tentang bagaimana harapan mamae untuk sintren di
masa yang akan datang
2.CUT TO:
Wawancara dengan mamae titin, ia mengatakan: jadi anak muda masih di teruskan,
jangan sampai hilang lah sintren. Entah setahun sekali, barangkali keperluan
pemerintah, itu masih bisa.
Wawancara dengan pemerintah tentang apa saja yang sudah pemerintah lakukan
untuk kesenian daerah kota Cirebon?
3.CUT TO:
78
Wawancara dengan pemerintah kab.Cirebon, ia mengatakan: kita tiap tahun dengan
anggaran yang terbatas, tentunya belum semua. Mangkannya setiap tahun kita
programkan mana yang lebih didahulukan, misalkan kesenian ini sudah kronis sekali
maka kita adakan program seperti repitalisasi, rekonstruksi atau pewarisan. Tapi
belum tercover semua,tapi mudah-mudahan sampai 5 tahun kedepan kita sudah
tercover semua kesenian-kesenian yang ada di kota Cirebon.
Wawancara dengan H. Sadikin tentang bagaimana harapan bapak untuk sintren di
masa mendatang?
4.CUT TO:
Wawancara dengan H.sadikin, ia mengatakan: harapan saya terhadap pemerintah itu
ada perhatian khusus terhadap kesenian-kesenian tradisional. Kalaupun kita dari
bawah, bersih keras ingin mengembangkan budaya tradisional terutama Sintren,
kemudian tidak ada perhatian sama sekali dari pemerintah, saya yakin kedepan itu
semakin langka kesenian ini. Harapannya, saya ingin kesenian-kesenian ini dapat
perhatian dari pemerintah di samping di adakan dalam acara ke pemerintahan, dan
juga kalau bisa ada anggaran yang dicantumkan dalam APBD, sehingga kalau di
APBD sudah ada, insya allah kesenian ini tidak akan hilang.
Wawancara dengan pemerintah tentang apa harapan pemerintah kepada masyarakat
agar sintren tidak akan hilang?
5.CUT TO:
Wawancara dengan pemerintah kab.Cirebon, ia mengatakan: kami dari pemerintah
kabupaten Cirebon, khususnya para kaula muda sebelum kita mencintai kesenian lain,
banyak kesenian yang perlu diketahui, karena di situ kesenian kita, kesenian kota
Cirebon, bukan saja sebagai tontonan, tapi sebagai tuntunan. Banyak nilai-nilai
filosofi, nilai kehidupan dalam kesenian ini yang bisa di pelajari dari kesenian sintren
ini. Jadi harapan kami semua, mari kita cintaikesenian kita, supaya kesenian kita bisa
jadi tuan rumah di daerahnya.
WARISAN LELUHUR akan ditutup dengan gambar dua lampu teplok dan Suasana
matahari terbenam dengan penari sintren yang sedang menari-nari di tepi pantai.
Dengan backsound mamae titin yang sedang menyindenkan lagu sintren.
GRAFIK CREDIT TITLE MUNCUL
SELESAI
79
3.3. Proses Kerja Penulis Naskah
Dalam dokumenter WARISAN LELUHUR ini penulis bertindak sebagai
penulis naskah dengan subjudul SINTREN sebagai tarian tradisional yang sudah
hampir hilang kebudayaannya. Seorang penulis memiliki peranan besar dalam
merubah sebuah ide menjadi naskah agar dapat di pahami. Maka dari itu penulis
sangat di perlukan dalam proses penciptaan karya.
Menurut Irwanto dkk (2014:82) “ penulis naskah menterjemahkan ide ke
dalam bentuk naskah. Biasanya pada stasiun televisi yang lebih kecil penulis naskah
bisa merangkap reporter, atau sutradara atau produser atau di sewa secara freelance”
Menurut Ayawaila (2008:65) “ide merupakan jantung sebuah karya seni,
konsep struktur dan batasan dari isi keseluruhan cerita”
Dalam menetukan ide penulis berdiskusi dengan tim guna mendapatkan
kesepakatan bersama. Dari ide yang sudah di sepakati, penulis membuat sebuah
sinopsis sebagai awalan pengembangan naskah.
Menurut Irwanto dkk (2014:32) “karya film dokumenter menjadi salah satu
cara menyampaikan fakta dengan mengemasnya secara subjektif”
Di dalam membuat program dokumenter jurnalistik WARISAN LELUHUR
penulis naskah harus riset untuk bisa mendapatkan data-data, dan mengumpulkan
informasi yang terpercaya.
3.3.1. Pra Produksi
Pra produksi merupakan tahapan kerja terpenting atau utama dalam setiap
produksi film, juga televisi, baik fiksi maupun dokumenter. (Ayawaila, 2008:85)
80
Pada tahap pra produksi sebagai Penulis naskah harus mengumpulkan data-
data dari berbagai narasumber seperti informasi-informasi yang benar dan melakukan
riset dengan tim ke tempat yang diinginkan guna mendapatkan sumber-sumber
terpercaya, agar proses produksi berjalan dengan lancar dan memberikan informasi-
informasi yang kuat dan benar.
Menurut Ayawaila (2008:55) “riset adalah mengumpulkan data atau informasi
melalui observasi mendalam mengenai subjek, peristiwa, dan lokasi sesuai tema yang
akan di ketengahkan.”
Setelah banyak pertimbangan dari riset tersebut penulis dan sutradara
berdiskusi kembali untuk menetukan alur cerita dan sekaligus mematangkan konsep
film. Saat semuanya sudah matang dan sudah di setujui oleh seluruh tim dan juga
dosen serta assiten dosen pembimbing, penulis pun memulai membuat naskah
program dokumenter jurnalistik WARISAN LELUHUR dengan subjudul SINTREN..
Menurut ayawaila (2008:166) “Ide cerita di jabarkan dalam sebuah treatment,
kemudian skenario baru disusun setelah semua materi visual sudah di sunting”
Naskah dokumenter jurnalistik yang penulis buat berupa sebuah treatment of
reference (TOR). Di dalam TOR penulis memasukan permasalahan, sudut pandang
(angle), fokus, daftar pertanyaan, dan pembagian segmentasi program dokumenter.
Pada permasalahan berisi masalah-masalah yang menjadi latar belakang di buatnya
dokumenter jurnalistik WARISAN LELUHUR ini.
Permasalahan dokumenter jurnalistik WARISAN LELUHUR ini berisi
tentang sintren sebuah kesenian tari tradisional masyarakat jawa. Khususnya di
Cirebon, kesenian ini tumbuh di pesisir utara pulau jawa tepatnya jawa tengah. Di
81
kota Cirebon mempunyai seorang kebudayawan yang sudah berumur tetapi darah
seniman yang sudah mengalir di dalam dirinya ini sudah tidak sanggup untuk
memperkenalkan lagi kepada masyarakat sampai akhirnya kebudayawan ini
mewariskan kebudayaan tarian tradisional sintren ini kepada H sadikin. H sadikin
adalah seorang pewaris yang sudah manjadi kepercayaan dari kebudayawan asal
Cirebon. Dengan rasa senang H sadikin ini menerima warisan tersebut, untuk
melestarikan kepada masyarakat, anak, cucunya tentang kebudayaan sintren ini.
Dalam proses melestarikan kebudayaan sintren ini, H sadikin merasa kesulitan untuk
melestarikan kebudayaan tradisional yaitu tarian sintren di era yang sudah mulai
modern dengan teknologi yang sudah sangat berkembang. Tetapi H sadikin tidak
pernah menyerah untuk melestarikan tarian sintren sebagaimana Mamae Titin telah
mewariskan kebudayaan sintren kepada H sadikin. Dengan semangatnya H sadikin
melestarikan tarian sintren ini kepada masyarakat, namun H sadikin merasa hanya H
sadikin yang hanya memperjuangkan untuk melestarikan tarian sintern ini, sedangkan
pemerintahan kebudayaan kurang memperhatikan terhadap kebudayaan tradisional
tarian sintren.
Selain itu penulis akan membuat documenter jurnalistik WARISAN
LELUHUR yang membahasa kebudayaan tradisional tarian sintren ini lebih
mendalam, dimana tarian sintren ini sudah lahir sejak tahun 1960 an. Disini penulis
akan menulis naskah program dokumenter jurnalistik WARISAN LELUHUR yang
terdiri dari tiga segmen. Segmen pertama akan membahas tentang sejarah tarian
sintren, segmen ke dua WARISAN LELUHUR akan membahas tentang pewaris
sintren untuk memperkenalkan serta mempertahankan keaslian tarian sintren kepada
82
masyarakat sekitar dan tentang kurangnya perhatian pemerintah terhadap kebudayaan
tradisional tarian sintren. Segmen ketiga akan berisi tentang harapan-harapan Mamae
Titin sebagai kebudayawan, H Sadikin sebagai pewaris dan Pemerintahan
Kebudayawan.
3.3.2. Produksi
Penulis naskah relatif tidak bertanggungjawab pada fase ini namun tetap
menjaga komunikasi dengan sutradara terkait dengan konsistensi ide dan naskah yang
telah di buatnya. (Irwanto Dkk, 2014:92)
Dalam produksi dokumenter jurnalistik WARISAN LELUHUR ini penulis
mendampingi sutradara dalam proses shooting agar tetap konsisten dengan alur cerita.
Pada tahapan produksi ini penulis membantu sutradara melakukan proses wawancara
dengan menggunakan treatment yang berisi daftar pertanyaan yang telah penulis buat.
Hal ini penulis lakukan agar apa sudah di sepakati menjadi prioritas.
Menurut Ayawaila (2008:110) “Dalam memproduksi dokumenter setidaknya
kita akan melakukan dua kali wawancara. Wawancara pertama di lakukan saat
melakukan riset atau hunting, yang merupakan proses pendekatan pada subjek.
Wawancara ke dua dilakukan ketika merekam gambar.”
3.3.3. Pasca Produksi
Pasca produksi adalah proses penyelesaian akhir dari produksi biasanya istilah
ini di gunakan pada proses editing. (Naratama, 2004:213)
Setelah penulis sudah melewati pra produksi dan produksi, maka penulis
harus melewati tahap selanjutnya yaitu pasca produksi. Pasca produksi adalah tahap
penyelesaian akhir dari produksi, setelah shooting selesai.
83
Dalam tahap pasca produksi ini penulis naskah akan membuat transkip
wawancara yang sesuai dengan wawancara pada saat proses produksi. Di program
dokumenter jurnalistik yang penulis buat tidak ada membuat naskah VO, penulis
ingin mengarahkan alur cerita dan informasi secara langsung di berikan dari
narasumber.
3.3.4. Peran Dan Tanggung Jawab Penulis Naskah
Penulis naskah, orang yang bertanggung jawab pada pembuatan naskah, data
riset, dan sekaligus berperan sebagai reporter juga. (Irwanto Dkk, 2014:49)
Seorang penulis naskah dalam program dokumenter jurnalistik WARISAN
LELUHUR ini adalah membuat sinopsis terlebih dahulu, kemudian penulis dan tim
yang lain akan berdiskusi agar sesuai dengan ide yang sudah di setujui oleh penulis
dan semua tim. Setelah sinopsis yang penulis buat sudah di setujui oleh tim, maka
sinopsis ini akan di kembangkan menjadi sebuah treatment dan juga naskah.
Penulis naskah membuat treatment dan naskah dengan ide penulis, setelah
selesai penulis naskah selesai membuat treatment dan naskah yang sudah jadi, seluruh
tim ikut membantu untuk mengembangkan ide tersebut sehingga terbentuk program
acara dokumenter jurnalistik ini. Penulis naskah membuat treatment dan naskah tidak
hanya sesuai dengan konsep dan ide cerita saja tapi penulis naskah menyesuaikan
dengan pemikiran-pemikiran semua tim dan juga dosen pembimbing.
Penulis naskah menuangkan semua ide sesuai dengan tema yang di dasari
oleh fakta-fakta yang penulis temukan saat penulis melakukan riset dengan tim
sebelum membuat naskah program dokumenter jurnalistik WARISAN LELUHUR.
84
setelah penulis naskah selesai membuat naskah, penulis naskah mengajukan
naskah kepada produser dan sutradara. Perbedaan pendapat pun ada antara produser,
sutradara dan penulis naskah dalam mengembangkan ide sesuai dengan konsep
dengan berjalannya waktu, lau penulis melakukan revisi agar naskah yang di buat
oleh penulis sesuai dengan keputusan tim. Sesuai dengan tanggung jawab sebagai
seorang penulis naskah, penulis naskah akan membuat kembali naskah sampai naskah
sesuai dengan keinginan produser dan juga sutradara.
Saat produksi berlangsung, penulis naskah dan sutradara melakukan pra
wawancara yaitu menjelaskan kepada setiap narasumber tentang tema yang program
dokumenter WARISAN LELUHUR dan apa saja yang akan di tanyakan oleh penulis
naskah tanyakan pada saat proses wawancara berlangsung. Dan selama pasca
produksi, penulis akan selalu menanyakan kepada sutradara dan editor apakah ada
perubahan dalam pengeditan program dokumenter jurnalistik WARISAN LELUHUR
karena adanya perubahan alur, maka penulis kembali bertukar pikiran dengan
sutradara dan juga editor untuk revisi naskah. Setelah mendapatkan solusi, penulis
naskah akan kembali membuat naskah sesuai dengan konsep.
3.3.5. Proses Penciptaan Karya
Terciptanya suatu karya dapat di mulai dari suatu ide, yang kemudian ide
tersebut di kembangkan menjadi alur yang dapat menentukan jalan cerita yang akan
di buat, sehingga karya tersebut dapat di nikmati dan menjadi inspirasi untuk semua
orang.
a. Konsep kreatif
85
Penulis naskah WARISAN LELUHUR akan menulis ide-ide dan
imajinasi penulis sendiri seperti program dokumenter jurnalistik WARISAN
LELUHUR. Yang membedakan program dokumenter jurnalistik WARISAN
LELUHUR ini yang akan di kemas semenarik mungkin untuk di sajikan
kepada penonton, tidak hanya itu selain menarik program ini juga
memberikan edukasi dan informasi bagi penonton.
Penulis akan membuat TOR (Term Of Reference) untuk sebagai
gambaran besar atas tema program dokumenter jurnalistik.
Dalam pembuatan program dokumenter jurnalistik WARISAN
LELUHUR ini penulis akan menambahkan narasi wawancara dari narasumber
agar informasi yang di berikan kepada penonton akan lebih tersampaikan
karena penonton akan mendapatkan informasi dari orang pertama yaitu
narasumber. WARISAN LELUHUR merupakan program dokumenter
jurnalistik yang menceritakan sebudayaan dan kisah nyata yang bersifat magis
maka dari itu penulis akan berusaha membuat pertanyaan yang kredibel untuk
setiap narasumber, itu semua hanya untuk mendapatkan jawaban yang tepat
dan benar.
b. Konsep produksi
Pada konsep produksi ini penulis akan mempersiapkan TOR (treatment of
reference) untuk di gunakan pada saat produksi. Sebagai penulis naskah harus
ikut serta dalam hal produksi, akan mendampingi sutradara dan kamera person
86
untuk mengarahkan pengambilan gambar sesuai dengan konsep atau treatment
yang sudah menjadi keputusan bersama.
Penulis naskah juga akan menjadi sekaligus reporter dan berusaha untuk
mendekatkan diri terhadap narasumber-narasumber yang ingin kita
wawancarakan dan tidak terlihat canggung disaat sedang berlangsungnya
wawancara dan mengikuti kegiatannya.
c. Konsep teknis
Dalam hal teknis seorang penulis naskah biasanya memiliki kebiasaan
masing-masing untuk menyelesaikan naskah agar sesuai dengan hari yang
sudah di tentukan untuk kinerja penulis naskah dalam penyelesaian naskah.
Dalam melakukan riset dan mencari informasi-informasi yang benar, penulis
akan menulis di sebuah buku kecil agar lebih mudah di bawa kemana-mana
dan juga bisa menambahkan ataupun mengkoreksi data yang akan penulis
dapatkan. Setelah penulis naskah sudah mendapatkan data dari hasil risetnya
sudah cukup, barulah penulis akan membuat ide cerita dan konsep dengan
mengetik di Microsoft word 2010 mengunakan laptop HP yang ukurannya
tidak terlalu besar sehingga penulis dapat mengerjakan pekerjaan penulis
naskah di mana saja yang tidak mengharuskan berada di rumah, dan standar
penulisan yang di gunakan dengan jenis times new roman ukuran 12 pt.
3.3.6. Kendala Produksi Dan Solusinya.
87
Kendalan atau hambatan yang terjadi merupakan hal yang pasti terjadi dalam
proses pembuatan naskah. Hal ini dapat di atasi dengan usaha dan kerjasama dari
semua tim sehingga dapat terselesaikan, kendala dan solusi penulis naskah yaitu:
1. Pra Produksi
a. Kendala : banyaknya ide atau gagasan dari crew yang
lain.
b. Solusi : Mengambil jalan tengah dengan cara
menampung aspirasi dari tim, sehingga bisa menyatukan ide
cerita.
2. Produksi
a. Kendala : Melakukan pendekatan dengan pemerintah
saat melakukan wawancara karena tim baru dapat penjadwal
untuk wawancara kepada pemerintah saat produksi.
b. Solusi : Mengajak narasumber berbicara tentang hal-
hal yang ringan dan memberikan rasa nyaman sebelum mulai
masuk ke pertanyaan inti.
3. Pasca Produksi
a. Kendala : Tidak mudah mentranskip wawancara untuk
mendengarkan dan mengetik hasil wawancara.
88
b. Solusi :Mendengarkan hasil wawancara dengan
berulang-ulang untuk memastikan setiap kalimat yang di
ucapkan.
3.3.7. Lembar Kerja Penulis Naskah
1. TOR (Treatment Of Reference)
2. Transkip Wawancara
89
TOR (Term Of Reference)
Program Dokumenter “WARISAN LELUHUR”
Produksi : BSI Produser : Deni Aryanto
Judul Karya : Warisan Leluhur Sutradara : Muhamad Hidayat
Durasi : 20 Menit Penulis Naskah : Ida Farida
Masalah
Sintren sebuah kesenian tari tradisional masyarakat jawa khususnya di
Cirebon, kesenian ini tumbuh di pesisir utara (Jawa barat dan Jawa tengah). Antara
lain di Cirebon, indramayu, majalengka, jatibarang, brebes, pemalang, banyumas,
kabupaten kuningan, dan pekalongan. Sintren yang sudah meluas di daerah pesisir ini
mempunyai banyak cerita dengan versi yang berbeda-beda.
Sintren berarti sindiran, yang di perankan oleh seorang wanita. Lais artinya
sial (yang tertangkap) di perankan oleh seorang pria. Di dukung oleh rampak tembang
menggunakan syair bahasa sandi atau pitutur kepada penonton, maksudnya kita ingin
bebas merdeka.
90
Instrument yang di gunakan terdiri alat-alat gerabah, seperti kendi, buyung, bamboo,
ilir/kipas pelapah pinang dll.
Secara tidak sengaja mereka mencari air dingin / bersih pada waktu musim kemarau
dan sambil duduk istirahat sembunyi alat-alat tersebut dan terciptalah penunjangan
gamelan sintren atau lais.
Pemainannya penuh sakral, penuh magis, manantang di kurung, di borgol dan bisa
dengan sendirinya.
Namun berawal dari mamae titin seorang lelaki tua sebagai pendiri sanggar yang
sudah menginjak usia senja mengalami rasa kegelisahan akan runtuhnya budaya
sintren ini, dengan seiringnya waktu beliau memutuskan untuk mewariskan budaya
sintren ini kepada H. sadikin dengan penuh kepercayaan dan harapan budaya sintren
ini untuk bisa memperkenalkan tari tradisional asal Cirebon ini kepada anak dan
cucu.
Dengan berjalannya waktu H.sadikin memperkenalkan tari tradisional sintren ini
mengalami kesulitan untuk memegang amanah dari mamae titin, semakin lama H.
sadikin merasa sulit memperkenalkan tari tradisional sintren ini kemasyarakat.
Karena dengan berkembangnya jaman banyak sekali tarian sintren di tempat lain
sudah dikemas secara modern untuk bisa memperkenalkan sintren di tempat lain lebih
terkenal.
H. sadikin tetap ingin mempertahankan sintren sebagai tari tradisional dan alat musik
yang beliau kenalkan harus tetap seoriginal mungkin, tanpa mengubah sedikitpun tari
tradisional sintern dari Cirebon ini. Tetapi dengan niat baiknya untuk menjaga
91
kemurnian sintren ini, masyarakat tidak tertarik untuk mempelajari maupun
mengetahui sintren tradisional ini.
Dengan adanya tarian sintren versi modern dan alat musik yang di gunakan sudah
mulai modern, pemeritah akan membantu H. sadikin untuk bisa ikut melestarikan tari
tradisional sintren dengan mempertahankan musik yang masih tradisional.
Namun pemerintah kebudayaan pariwisata ini hanya punya wacana saja, tapi sampai
sekarang rencana untuk membantu tari tradisional sintren untuk masyarakat bisa
mengenal belum ada wujud apapun dari pemerintahan.
Fokus
Suatu kebudayaan tradisional yaitu sintren yang hampir hilang, serta perjuangan si
pewaris untuk memperkenalkan dan mempertahankan kebudayaan sintren.
Angle
Mempertahankan kebudayaan sintren di zaman yang sudah serba modern.
Narasumber dan pertanyaan
Mamae Titin
1. Bagaimana sejarah tari tradisional sintren?
2. Bagaimana sejarah tentang cabang bayi?
3. Sejak kapan tari tradisional sintren di dirikan?
4. Apa saja persyaratan untuk menjadi penari sintren?
5. Apakah ada keluh kesah dengan kebudayaan sintren?
92
6. Apa harapan Mamae Titin terhadap masyarakat dan anak muda di zaman
sekarang?
7. Apa alasan mamae titin untuk mewariskan tari tradisional sintren ini ke H.
sadikin?
H. Sadikin
1. Bagaimana perasaan H. sadikin sebagai orang yang mendapatkan amanah
untuk melestarikan kebudayaan sintren?
2. Bagaimana cara H. sadikin memperkenalkan tari tradisional ke masyarakat?
3. Apa kesulitan H.sadikin untuk memperkenalkan sintren?
4. Apakah ada perhatian dari pemerintahan kebudayaan?
5. Sejak kapan sekar insani ini di dirikan?
6. Sudah kemana saja H. Sadikin memperkenalkan sintren?
7. Apa alasan H.sadikin untuk memperkenalkan sintren tradisional dari pada
sintren modern?
8. Apa harapan H.sadikin kepada pemerintah kebudayaan?
9. Seberapa besar perhatian pemerintahan kebudayaan terhadap tarian sintren?
10. Siapa yang paling besar perhatiannya terhadap sintren, masyarakat atau
pemerintah?
11. Apakah pemerintah kebudayaan pernah menjanjikan sesuatu untuk
kebudayaan sintren?
12. Apakah pemerintah sudah ada penyuluhan-penyuluhan untuk sekar insani?
13. Bagaimana awalnya Mamae Titin mewariskan sintren kepada H. Sadikin?
14. Apakah sudah ada generasi penerus untuk melestarikan tarian sintren?
93
15. Bagaimana seorang Mamae Titin sebagai kebudayawan dimana H Sadikin?
Pemerintah kebudayaan
1. Bagaimana tanggapan pemerintah kebudayaan tentang sintren tradisional yang
hampir hilang?
2. Apakah menurut pemerintah, alat musik kebudayaan sintren kalah dengan alat
musik modern jaman sekarang?
3. Bagaimana cara pemerintah kebudayaan untuk bisa memperkenalkan sintren
tradisional kepada masyarakat?
4. Apakah ada program-program pemerintah untuk melestarikan kebudayaan
sintren?
5. Apa dari program-program tersebut sudah tercover dari pemerintahan
kebudayaan?
6. Kalau dari kabupaten ada berapa banyak tarian tradisional?
7. Dari sekian kebudayaan di kota Cirebon, apakah sudah ada yang hampir
punah?
8. Apakah sintren termaksud golongan, kebudayaan yang hampir punah?
9. Apakah harapan pemerintah terhadap masyarakat tentang sintren?
94
SEGMENTASI DURASI
SEGMEN 1 “ pengenalan tari sintren di kota cirebon”
Gambar sebagian pentas
view detail kota Cirebon
establish rumah Mamae Titin
wawancara narasumber Mamae Titin
insert keraton kesepuhan
establish rumah H Sadikin
aktivitas kegiatan H Sadikin
wawancara narasumber H Sadikin
cara H Sadikin mengajar sintern
establish kantor Pemerintah Kebudayaan
wawancara narasumber Pemerintah Kebudayaan
sintren menari di senja hari
SEGMEN 2 “permasalahan tari sintren tradisional dan tari sintren modern”
nara sumber sedang mengawasi latihan alat-alat tradisional
wawancara mamae titin
stock shot alat musik tradisional
wawancara pemerintahan kebudayaan
wawancara H Sadikin
pentas
95
SEGMEN 3 “harapan dan penyelesaian tentang sintren”
Harapan mamae titin sebagai pendiri sintren
Harapan H. sadikin sebagai pewaris sintren
Harapan pemerintah kebudayaan
Penyelesaian untuk melestarikan sintren
Penari menari di senja hari
96
Transkip Wawancara
Program Dokumenter “WARISAN LELUHUR”
Produksi : BSI Produser : Deni Aryanto
Judul Karya : Warisan Leluhur Sutradara : Muhamad Hidayat
Yang Diwawancara : Mamae Titin Penulis Naskah : Ida Farida
Tabel III.8 Transkrip wawancara
NO Time Logging Statement Ket
1 01:24-02-49 Ya tentu saja sudah sering saya obrolkan masalah
sintren. Cuman masih kebanyakan anak muda
belum tau ataupun belum jelas dengan sintren.
Sintren itu bermacam-macam versi dek, tergantung
dari daerahnya. Cuman kalau Cirebon tidak sama
dengan indramayu, majalengka, kuningan dan
sebagainya. Tapi kalau beranjak dari Cirebon, yaitu
katakanlah waktu jaman belanda ada seorang
residen belanda yang konon menjadi residen
Cirebon punya anak perempuan. residen jenggot
namanya dibilang oleh umum, mempunyai anak
perempuan yang bernama nyonya dlamor.
kemudian cinta kasih dengan seorang pinangeran
dari Cirebon. Cuman karena itu putra belanda. Dan
di sini juga putra daerah dari Cirebon oleh orang
tua tidak di setujui oleh residen itu.
OK
2 02:52-07:10 Sama-sama cinta mungkin akhirnya sering di bawa
kemana saja sang dlamor itu. lama-lama akhirnya
di tangkap karena tidak di perkenangkan orang
jawa katakanlah orang Cirebon. Ditangkap di
C
97
borgol di rante, di bui yah dan juga didalam bui,
masih ada bui lagi. Bui kecil yaitu di gambarkan
kurungan itu oleh permainan sintrennya cuman
dulu namanya bukan sintren namanya lais, dulu tuh
lais. Sintren itu sekarang jadi lais itu nama
kebalikan dari pada kata sial jadi kalau dulu
mengatakan siapa yang di tangkep oleh belanda itu
di katakana sial jadi siapa yang sial ini, ini yahhh
maksudnya yang di tangkep cuman belanda ngerti
sial akhirnya di balik bahasanya bukan sial, eh
bukan iyah bukan sial tapi lais. Siapa yang jadi lais,
lais itu adalah kata dari belakang sial itu. Sial di
balikan lais, jadi siapa yang jadi lais maksudnya
yang di tangkep siapa? Siapa saja itu. Akhirnya si
A si B di tangkep dan lain sebagainya. Jadi kalau
siang ada di penjara tapi kalau malem tidak ada
sang pangeran tersebut larinya dengan nyonya
dlamor, putrinya residen kalau malem keluar. Yah
mungkin karena dia seorang sakti jadi punya ilmu
guna-guna barang kali, kalau siang ada di penjara
tapi kalau malam tidak ada yahh dengan nyonya
dlamor itu terjadilah permainan yang namanya lais
maka dari itu islam sudah ada cuman belum
menyeluruh di Cirebon karena islam berkembang
dari jawa timur, jawa tengah sampe jawa barat.
Nah jadi dalam hal ini tentunya siapa yang sial,
siapa nihh. Jadi lais akhirnya berubah permainnya
orang-orang yang dari kapal dari perahu mencari
air bersih kedarat membawa alat-alat gerabah,
98
gerabah buyung apakah kendi, apakah bamboo dan
lain sebagainya. Jadinya mendapat mencari air
dingin bertepatan di darat sedang purnama, sedang
14 se tanggal jawa bulannya bulan yang bulat
sekali, banyak anak-anak yang sedang bulanan
dengan lagu-lagu dolanan anak. Dolanan anak
tersebut bukan dari sunda yaitu dari jawa karena
Cirebon itu meskipun jawa barat tetapi guru-guru
pada zaman itu kebanyakan dari jawa, entah jawa
tengah, jawa timur pada kesini maka dari itu dari
saya kecil sekolah SR (sekolah rakyat) sebelum
jadi SD itu gurunya dari jawa bukan dari sunda
maka dari itu di Cirebon basis bahasa jawa.
3 10:03-10:52 Yang nonton juga kebanyakan itu laki-laki jadi
adate yong nonton yo robah kira-kira lais’e
wadon.terjadilah pergeseran adegan yang tadinya
laki-laki di sebute lais, kemudian di ganti
perempuan karena kan yang nonton wong lanang
jadi bli kieng deieng wong lanang lagikun
perempuan terjadilah sintren. Sintren itu adalah
sindiran, nyindir kepada pemerintah dengan
tembangan, yang tembangan tersebut tidak di
mengerti oleh penjajah.
OK
4 10:53-11:16 Jadi semacam sindiran tidak di mengerti yaitu
bahasa yang sudah di kemas bahasa Cirebon
sampai sekarang juga banyak bahasa itu pada orang
tua misalnya “jangan ngobrol ada mertua” itu
masih banyak yang ngomong begitu.
C
99
5 13:15-13:28 Terjadinya dengan nyonya dlamor itukan, akhirnya
residen belanda itu marah-marah. Maka di borgol
dan lain-lain. Itu karena mengandung di luar nikah.
OK
6 13:29-14:16 Akhirnya di buang kelaut di masukan ke gederga di
masukan kotaklah bayinya. Tapikan punya
kerajaan tidak seperti kota kita. Kemudian di kubur
di pelabuhan satu di Cirebon. Nah cuman
kebanyakan orangkan, minta apa minta barokah
banyak ikannya hasilnya. Akhirnya di pindah oleh
pegustian itu di perintahkan pintu kecabang bayi.
Jadi cabang bayi itu di perintahkan pintu ke cabang
bayi jadi cabang bayi itu adalah putra dari nyonya
dlamor dan seorang pinangeran Cirebon. Terjadi
cabang bayi yang banyak di kunjungi sampai
sekarang.
C
7 15:33-16:25 Kalau sintren dari kita itu masih menggunakan
buyung, gendi yang kecil untuk gong cilik.
Akhirnya terjadilah gong kecil. Nah gong gede ada
bamboo kecil, nanti buu, buu, buu gitu. Jadi gak,
sekarang sih malah ada orgen segala macam yah
terserah itu sih, karena ulahnya seniman saja.
Cuman tidak seasli apa yang dulu. Kalau sintren
dari kita masih menggunakan begitu alat-alatnya
juga.
OK
8 17:24-19.02 Tahun enam puluhan itu sudah membuat sintren,
tahun enam puluh. Sambil sandiwara, kalau
sandiwara tahun lima puluh lima sampai enam
puluh empat. Kemudian, kita kalau malamnya
OK
100
kalau anak-anak muda itu membuat sintren. Jadi
sekitar tahun enam puluhan itu sudah membuat
sintren, gitu. Jadi sudah lama sekali cuman kalau
kesenian sintren, yang sangat susah dek. Tidak
seperti wayang yang langgeng kalau wayang sih.
Dalangnya sudah tidak ada, turunane masih
tetepjadi dalang. Panjake masih ada. Tapi kalau
sintren, jogetnya sudah bagus. Banyak
penggemarnya kemudian bersuami juga, kita
mencarinya repot karena bukan, bukan kesenian
matok. Kapan saja siap engga. Membuat lagi,
membuat lagi gitu. Tidak seperti wayang lainnya.
9 20:12-22:14 Jadi gimana yah kalau kita mencari bibit sintren
kemudian kita mendatangkan anak 5 misalnya
suruh berdandan tidak di kurung dulu, ini asli suruh
dandan cepet-cepetan siapa yang paling cepet di
jadikan sintren kemudian udah make up dan
sebagainya kira-kira. Paling lama kira-kira 5
menitlah gitu, yah kemudian 5 itu cuman
berdandan istilah sampai make up dan lain-lain dan
pakaiannya juga. Nah itu kebanyakan 7 menit
sampai 10 menit yahh nanti terjadi sintren seperti
itu dalam kurungan. Yahhh jadi nonton kurungan
sampai 10 menit kan membosankan tapi kalau di
kurung itu kok ada ke ganjilan, sebelum 5 menit
kok sudah selesai, nah itu gak ngerti. Tapi kalau
tanpa dalam kurungan, ayoo balapan berdandan,
pitu menit kadang-kadang belum jadi. Tapikan
kalau dandan kurungan sudah berpakaian lengkap
C
101
sudah bermake up segala macem, di situ ke
ganjilannya. Nah yang paling cepet itu sebagai
bibit sintren yang selesai 6 menit yang lain 7 menit
sampai 10 menit, nah yang 6 menit ini bibit untuk
sintren.
10 24:04-25:20 Kebanyakan keluh kesah dari pada bahagia, yah
karena begitu sintrennya kalau tidak ada saya tidak
mau karena kebanyakan sering kesurupan jadi saya
sebagai orang tua jadi selalu harus di libatkan. Nah,
saya kalau saya gak berangkat gak kesana, pulang
lagi barang kali sintrennya. Jadi sebenarnya sih,
kenapa karena orang tua seolah-olah di lindungi
orang tua tenang saja hatinya, gak mungkin begitu
yah. Padahal saya sudah babak belur tenaganya
segala macem, yah sekarang tambah tua tambah
repot sekali. Yang pesiun kerja, eh kok dinesnya
lebih-lebih waktu itu.
C
11 26:01-27:03 Oh itu sih bukan apa-apa dek karena di sana
mencari anak iktu gampang karena ada sekolahan
jadi kalau di sini kita ingin membuat sintren,
kemudian crewnya pada suami kabeh. Mencari
susah dek, karena di sini terisolir daerah tani.
Paling-paling yahh buruh tani nih sawah kalau di
sana misalkan ada yang bersuami kita ambil
muridnya gampang di sana misalkan ada yang
bersuami kita ambil muridnya gampang di sana,
maksudnya saya serahkan kesana banyak anak-
anak dari sekolah dan banyak penggemarnya,
C
102
gampang mencari di sini.
12 27:23-28:05 Jadi, anak muda masih di teruskan jangan sampai
hilanglah sintren, entah setahun sekali, entah apa
barang kali keperluan pemerintah itu masih ada.
OK
103
Transkip Wawancara
Program Dokumenter “WARISAN LELUHUR”
Produksi : BSI Produser : Deni Aryanto
Judul Karya : Warisan Leluhur Sutradara : Muhamad Hidayat
Yang Diwawancara : H Sadikin Penulis Naskah : Ida Farida
Tabel III.9 Transkip wawancara
NO Time Logging Statement Ket.
1 00:22-01:41 Ya jadi perasaan saya di beri kan kepercayaan
untuk meneruskan sintren yaitu warisan dari
Mamae Titin ini saya merasa senang dan bangga
karena tidak semua orang di beri kepercayaan
semacam ini. Di samping itu juga saya sebagai
pemuda yang ada di Cirebon ini salah satu yang
mungkin harus ikut bertanggung jawab untuk
mempertahankan bagaimana kebudayaan
tradisional terutama budaya sintren sekar insani
yang harus kita teruskan sehingga sampai
kapanpun sampai anak, cucu kitapun tidak akan
punah karena kita ketahui bersama. Bahwa di
daerah Cirebon ini banyak kesenian semakin punah
keberadaannya. Nah, kalau toh ini suatu
kepercayaan yang telah di berikan Mamae Titin
kepada saya kemudian saya tidak mengembang
amanat ini termasuk sintren yang ke depan bisa
terjadi kepunahan gitu.
OK
2 01:47-02:50 jadi upaya kami memperkenalkan sintren ke OK
104
masyarakat itu adalah baik melalui media
elektronik maupun media tertulis, baik Koran
maupun radio ataupun tv ini kami sering
sampaikan sehingga ketika ada mereka yang datang
untuk meliput dan menyiarkan sintren kami merasa
bangga sekali, karena mau tidak mau kedepan
sintren ini dengan adanya media yang turut campur
dalam mengenalkan kepada masyarakat kami
mempunyai pemikiran bahwa sintren kedepan tidak
akan punah karena mereka juga akan mengikuti
siaran-siaran tersebut dan ternyata sebenarnya
sintren ini adalah salah satu kesenian yang
sebenarnya sintren ini adalah salah satu kesenian
yang sebenarnya itu masih di minati oleh
masyarakat cuman sekedar melihat dan
menyaksikan saja.
3 02:56-04:06 Yah kesulitan barang kali dari segi financial juga
bisa karena yang namanya peralatan itu,
pelengkapan itu yang pertama dari financial perlu
adanya satu pergantian. Penyusutan kalau di istilah
ini sih. Jadi kerusakan yang dari beberapa tahun
perlu di ganti sedangkan anggaran sudah tidak ada.
Nah, yang kedua dari segi sumber daya manusia.
Sumber daya manusia ini memang kami tidak
terlalu sulit sih, karena kami punya lembaga
pendidikan melalui yayasan insan sodikin bisa
merekrut. Nah dari sebagian besar nayaga-nayaga
itu kita ambil dari guru-guru yang ada di
lingkungan yayasan insan sodikin. Adapun untuk
C
105
apa namanya bidadari, sintren dan yang lainnya
kami ambil dari siswa-siswi yang ada di yayasan
sekar insani. Baik dari madrasah Aliyah atau pusat
kegiatan belajar, masyarakat dan sebagainya.
4 04:20-05:16 Kalau saya presentasikan ada si ada cuman kecil
sekali. Perhatian pemerintah terhadap kebudayaan
daerah ada cuman sangat kecil. Ya kalau kita rata-
ratakan untuk kesenian sintren saja satu kabupaten
ini yah hampir sebagian tidak kebagian. Ada sih
cuman sintren mana yang kebagian. Secara kami
sendiri yang memberikan amanat yang di berikan
mamae titin sejak tahun 1980an itu sampai
sekarang belum pernah dapat bantuan dari
kabupaten daerah ini. Sebenernya yang sangat
penting itu pemerintahan daerah perannya itu
bagaimana untuk menunjang agar sintren ini di
kabupaten Cirebon tidak akan punah.
C
5 05:20-06.00 Kalau sekar insani itu, ya dari tahun 1989 tadi. Ya
ketika itu kami mengikuti lomba. Kemudian kami
punya minat untuk mengembangkan sintren. Setiap
lomba klomucapir kami tayangkan sebelum
penilaian dan penilai juga menyaksikan bagaimana
dengan sintren. Sehingga mereka bisa terhipnotis
dengan sintren ini. Ya, sehingga Alhamdulillah
sampai saat itu. Klomucapir yang kita bina,
klomucapir rampak sekar waktu itu namanya itu
menjadi klomucapir teladan tingkat nasional,
Alhamdulillah.
OK
106
6 06:04-06:35 Kalau sintren kami ini sintren yang klasik gitu yah,
sintren yang mainnya itu di tempat-tempat tertentu
seperti ada tamu kehormatan di hotel atau acara-
acara kebesaran dan paling di rasakan selain di
Cirebon, sampai ke bandung bahkan ke taman mini
itu sudah kami ikuti.
C
7 06:47-08:12 Sintren yang kami kembang kan, bukan yang
berbau bisnis. Yahhh, yang berbau bisnis. Kalau
sintren yang berbau bisnis ia akan menerima. Kalau
dalam bahasa sini itu dianggapan atau di undang
oleh orang hajatan yang bisa satu hari bisa pentas
satu hari tapi ya ingat itu paling dengan dangdutan.
Nah sementara sintren kami adalah sintren yang
ingin mempertahankan keaslian kebudayaan
aslinya. Nah kita sudah tau bahwa sintren itu
awalnya salah satu dolanan anak-anak, dolanan
orang-orang cirebon di pinggir pantai.
Ketika mereka itu mau kepantai, ada yang bawa
bamboo mau ngambil aer, ada yang ambil buyung,
ada yang bawa kendi dan sebagainya. Di situ
sambil itu di mainkan, di mainkan. Cuman itu ada
keterkaitannya dengan nilai-nilai penjajahan
belanda. Bagaimana itu sintren ketika di borgol,
kemudian ketika sintren itu di kasih pakaian. Di
kasih istilah itu, di kasih pakaian sehingga berubah
menjadi seorang bidadari dan sebagainya barang
kali.
OK
8 08:24-09:22 Harapan saya dari pemerintah itu ada perhatian OK
107
khusus gitu yah terhadap kesenian-kesenian
tradisional, kalaupun kita dari bawah bersih keras
ingin mengembangkan budaya tradisional ataupun
sintren sekar insanni kemudian tidak ada perhatian
sama sekali terhadap pemerintah. Saya yakin
kedepan itu semakin, semakin langkah kesenian
ini. Dan dari itu harapannya saya ingin agar
kesenian-kesenian, perhatian pemerintah di
samping di tayang kan dalam acara-acara
pemerintah dan juga kalau bisa yahh ada semacam
anggaran yang di cantumkan dalam APDB barang
kali sehingga di APDB sudah ada. Insyaallah
artinya kita bisa memberikan suatu perkembangan
yang maksimal barang kali, begitu.
9 09:32-10:14 Kalau menurut saya masih sangat kurang banget,
yahh. Masih kurang sekali perhatian pemerintah
terhadap kebudayaan daerah yahh. Itu tadi salah
satu bukti bahwa semenjak kami berdiri tahun 1989
sampai sekarang belum menerima semacam
bantuan dana baik itu untuk perlengkapan ataupun
untuk yang lain sema sekali belum sehingga bisa di
simpulkan bahwa perhatiannya sangat kurang
sekali walaupun memang sebenarnya pemerintah
ada perhatiannya terhadap seni dan kurang tau
kenapa sintren di beri semacam ini
OK
10 10:30-11:17 Kalau menurut saya lebih besar masyarakat,
kenapa? Masyarakat ketika ada acara-acara yang di
anggap seremonial di anggapnya besar atau yang di
dalamnya bentuk dadakanitu mereka memanggil
C
108
kita, sementara pemerintahan sendiri kita baru di
panggil sekali dua kali bagitu. Dan kita banyaknya
di masyarakat di hotel-hotel itukan di masyarakat
mereka mengadakan suatu kegiatan seperti contoh
misalnya ada ulang tahun dokter waktu itu atau
peresmian rumah sakit mitra, nah itu mengundang
kita. Itu kan masyarakat bukan pemerintahan.
11 11:27-12:07 Pernah ada, makanya kita pernah mendapatkan
semacam program atau semacam sertifikat dari
waktu kewaktu pakotdupar memberikan sertifikat
kepada kita bahwa sintren kita ini terdapat di
kabupaten atau didupar. Di pakotdupar itu kami
tercatat itu salah satu buktinya. Nah ada waktu itu
namanya pawang budaya yang kecamatannya ada
yang di namakan pawang budaya. Pawang budaya
ini tugasnya adalah untuk memberikan satu
penyuluhan kepada budaya-budaya yang ada di
sekitar daerah tersebut.
OK
12 12:14-12:42 Kita juga pernah di undang dalam satu pertemuan
misalnya pemilik-pemilik kebudayaan sekabupaten
dikumpulkan jadi satu, ada. Tapikan itu persennya
hanya kecil sekali hanya bimbingan semacam itu
kan sangat kecil sekali di bandingkan dengan
bagaimana eksistensi sintren di kabupaten Cirebon
sendiri.
OK
13 12:48-14:25 Awalnya dari tahun sebelum tahun 1989 ketika kita
mau lomba, lomba komucapir dari tingkat
kabupaten kami supaya mendapatkan nilai yang
C
109
besar waktu itu. Kira-kira budaya apa nih, apakah
budaya topeng, tari atau sintren. Nah kemudian
dari pemerintahan desa dan pemerintahan
kabupaten itu waktu itu. Apa namanya,
memutuskan sintren gituh. Jadi akhirnya kita
meminta bantuan kepada mamae titin untuk latihan
sintren, nah setelah itu kemudian di nilai oleh
mamae titin kalau kita ini punya kekompakan
akhirnya satu tahun dua tahun mamae titin
menyerhkan seluruhnya itu baju aslinya juga sudah
di kita termaksud udah diserahkan kekita semua.
Cuman kami ya tetep walaupun kita sudah di
berikan amanat sama mamae titin sebagai sosok
orang tua yang di anggap punyai suatu keunikan
gitu, makanya kalau kita datang kesana banyak
tamu-tamu yang minta ini minta itu dan sebaginya.
Sehingga dengan adanya mamae titin di
penampilan sintren pada kami agak aneh karena
yang perannya mamae titin begitu.
14 14:34-15:15 Yah kami sedang mencari yahh, kami mencari
siapa sih orangnya gitu walaupun diserahkan
mereka juga harus, ehh apa. Dari kita juga tetap
ada, eh support dari kita. Entahkah itu dari alatnya
atau bagaimana, kalau menyerahkan sepenuhnya
kayanya gak mungkin karena tidak semua orang
yang ingin berkorban, yah. Tidak semua orang
ingin berkorban beli ini mau beli itu dan
sebagainya. Dab itu sangat jarang sekali, yah ini
pengorbanan, pengorbanan baik finansial ataupun
OK
110
apa tuh tenaga dan sebagainya itu sangat jarang
sekali.
15 15:21-16:35 Menurut mamae titin ini sesosok budayawan yang
sejati, yang tidak terlalu mengedepakan material
barang kali. Menurut saya, dan dia itu ingin
memunculkan budaya-budaya daerah dengan
setulus hati cuman yaitu keluhannya tadi perhatian
pemerintah yang sangat kurang. Bahkan dia itu
bukan hanya saja sintren, dia juga termaksud
pergerakan tarling, tarling itu kan di Cirebon itu
mulai muncul di masyarakat pada tahun 1952. Nah,
putra sangkala berdiri di Cirebon 1964 nah itu, di
dalamnya mamae titin nah nah di samping itu
mamae titin udah banyak sekali menciptakan lagu,
kemudian cerita dan sebagainya. Juga mamae titin
punya wayang kulit, kemudian wayang babat
termaksud. Kalau wayang babat di serahkan
kepada saya gak mungkin bisa, makanya dia tetep.
Babat ada, kemudian sintren di serahkan kepada
kami.
C
111
Transkip Wawancara
Program Dokumenter “WARISAN LELUHUR”
Produksi : BSI Produser : Deni Aryanto
Judul Karya : Warisan Leluhur Sutradara : Muhamad Hidayat
Yang Diwawancara : Bapak Uuk Sukrana Penulis Naskah : Ida Farida
Tabel III.10 Transkip wawancara
NO Time Logging Statement Ket.
1 01:28-01:39 Baik, Assalamuallaikum Wr.Wb, saya Uuk
Sukrana kepala bidang kebudayaan pada dinas
kebudayaan pariwisata pemuda dan olahraga
kabupaten Cirebon.
C
2 01:40-02:04 Tanggapan pemerintah terhadap kesenian sintren,
yang sudah hampir punah. Jadi kami selaku
pemerintah sangat prihatin karena kesenian ini
merupakan kesenian yang adiluhung yang penuh
dengan filosofi nilai-nilai kehidupan, demikian.
OK
3 02:20-02:51 Anak-anak muda sekarang karena melihat alat
musik modern khususnya yang alat musik yang
berbau pop. Yahhh, mereka beranggapan bahwa
alat sintren ini sudah-sudah kuno sekali. Tapi
menurut saya itu tidak, justru dari alat-alat yang
sederhana ada menciptakan satu komposisi yang
menarik juga.
OK
4 02:58-03:24 Jadi cara pemerintah, khususnya pemerintah
kabupaten citebon untuk memperkenalkan sintren
OK
112
kepada masyarakat ini kami ada program, setiap
tahun khususnya kepada peringatan hari jadi
kabupaten Cirebon, kami selalu menampilkan
sintren, karena apa? Karena supaya masyarakat
khususnya para kaula muda ini bisa mengenal
sintren.
5 03:41-04:38 Program pemerintah untuk melestarikan kesenian
tradisional, selain perhelaran kami juga
merevitalisasi dan menguatkan kembali supaya
sintren itu bisa, eksis lagi dan merekonstruksi
apabila kesenian itu sudah di anggap punah tapi
pelaku-pelakunya masih ada, terus kami akan
merekonstruksi atau membangun kembali.
Kemudian selanjutnya dengan cara pewarisan dari
seniman-seniman tua kita wariskan kita cetak
kader-kader seniman tradisional sehingga kesenian
ini tetap bisa di lestarikan.
OK
6 04:52-05:38 Kita tiap tahun, karena anggarannya terbatas
tentunya belum terlaksana semua mekanya kita
setiap tahun kita kelola, mana yang lebih
didahulukan. Misalkan kesenian ini sudah kronis
sekali maka kita adakan kegiatan yang saya
katakana tadi yaitu organisasi, konstruksi atau
pewarisan jadi belum tercover semua. Mudah-
mudahan sampai 5 tahun kedepan kita sudah
mengcover semua seni-seni yang ada di kota
Cirebon.
OK
7 05:49-06:32 Jadi, kita di kabupaten Cirebon ada 8 bentuk. Dari C
113
8 bentuk itu ada musik, karawitan, theater,
pendalangan, tari, sastra, seni rupa, dan seni
pertunjukan rakyat. Itu dari bentuknya, dari 8
bentuk ini semuanya ada 54 jenis kesenian dan
musik misalkan tarling, dari karawitannya seperti
wayang. Wayang babat, wayang kulit, wayang
golek dll.
8 06l:49-07:32 Jadi, hampir sebagian besar punah, hampir punah.
jadi yang masih eksis cuman beberapa tari topeng,
wayang kulit mungkin di seni rupa lukis juga masih
eksis, batik juga di seni rupa masih bagus. Terus di
seni sastra, nah ini seni sastra pakcapat, pantun
sudah hampir punah. jadi hampir sebagian besar,
85% lah hampir punah.
C
9 07:40-08:15 Sekarang teman-teman seniman sintren berupaya
mengemas sintren supaya lebih laku menarik di
kolaborasi tari dan seni anu tapi mereka saya
titipkan, saya pesankan jangan sampai merusak
akar atau warna dari sintren tersebut. Udah itu
untuk mengemas seni yahh sah-sah saja gitu.
OK
10 08:25-09:11 harapan kami dari pemerintah kabupaten Cirebon
buat masyarakat khususnya para kaula muda
sebelum kita mencintai kesenian yang lain yang
dari luar. Kita banyak kesenian yang belum di
ketahui karena di situ kesenian kita. Ksenian
kabupaten Cirebon itu bukan hanya sebagai
tontonan tapi juga sebagai tuntunan. Banyak nilai-
nilai filosofi, nilai-nilai kehidupan dalam kesenian
OK
114
ini yang bisa di pelajari dari kami semua mari kita
cintai kesenian kita supaya kesenian kita bisa jadi
tuan rumah di daerahnya.
115
3.4. Proses Kerja Penata kamera
Dalam pembuatan dokumenter ini penulis bertindak sebagai penata kamera.
Dalam hal ini penulis bertugas memberikan sesuatu informasi dan visual melalui alat
kamera, informasi tersebut berupa susunan gambar bergerak.
Supriadi, M.Kom (2014:48) “Penata gambar atau sinematografer adalah
orang yang melaksanakan aspek teknis dalam pengambilan gambar, dia membantu
sutradara dalam memilih sudut, penyusunan dan rasa dari pencahayaan dan kamera”
menyimpulkan bahwa seorang penata kamera adalah orang yang bertanggung
jawab pada semua aspek pengambilan gambar. Sehingga peranan seorang penata
kamera dibutuhkan dalam proses penciptaan karya.
`Rahmawati (2011:94) menjelaskan bahwa “Camera person atau cameraman
adalah orang yang mengoperasikan video kamera untuk recording film atau video.
Dan camera person berhak mengambil gambar secara pribadi sebagai stok gambar”
Berdasarkan kutipan diatas penulis sebagai penata kamera menyimpulkan
bahwa tugas seorang penata kamera merekam semua adegan film dan penulis berhak
merekam gambar diluar keinginan sutradara atau improvisasi saat merekam gambar.
3.4.1. Pra Produksi
116
Sebelum memasuki tahapan produksi, didalam proses pembuatan karya,
haruslah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik dan matang. Persiapan ini
dilakukan dalam tahapan yang disebut pra produksi.
Tugas seorang penata kamera saat pra produksi dalam produksi program
dokumenter WARISAN LELUHUR, penulis melakukan riset bersama tim yang
kemudian dibahas dan disetujui oleh tim untuk dijadikan sebuah visualisasinya.
Disini penulis dan semua crew melakukan riset sekaligus hunting dilapangan untuk
melakukan angle-angle dan shot yang akan di ambil saat produksi nantinya.
Menurut Diki Umbara (2009:73) :
Pada tahapan ini, cameraman akan diberikan pengarahan dari seorang
sutradara atau program director tentang rencana visual yang akan dibuat.
Secara sistematis rencana ini dibuat kedalam breakdown script. Dengan
breakdown script memudakahkan semua elemen kru dalam bekerja nantinya.
Berdasarkan kutipan di atas penulis sebagai penata kamera mengartikan
bahwa proses pra produksi merupakan tahap penting dalam membuat karya. Pra
produksi menjadi tahapan awal serta harus di persiapkan secara matang untuk
meminimalisir hambatan di dalam proses produksi. Dalam tahap ini penulis
melakukan hunting ke lokasi bersama semua tim untuk betemu dengan narasumber
yang terlibat dalam dokumenter ini, serta memastikan lokasi yang akan menjadi
target pengambilan gambar bersama sutradara. Penulis juga menghadiri rapat seluruh
tim sebelum melakukan produksi. Sesuai prosedur dan tanggung jawab penata
kamera penulis membantu sutradara untuk mempersiapkan konsep tata kamera yang
sudah disepakati bersama.
3.4.2. Produksi
117
Produksi menjadi tahapan penting bagi seorang penata kamera . Tahapan ini
menjadi sebuah penentu dalam penciptaan karya, karena kesuksesan dalam sebuah
karya tergantung pada tahapan ini.
Tugas penata kamera saat produksi program dokumenter WARISAN
LELUHUR, dalam tahap ini penulis bersama sutradara selalu bersama-sama dalam
menentukan shot atau adegan yang akan direkam. Penulis mengambil gambar sesuai
apa yang telah direncanakan pada saat pra produksi.
Diki Umbara dkk (2009:74) menyimpulkan bahwa “Tahap penting bagi
seorang cameraman, shooting script serta director treatment menjadi acuan untuk
untuk membuat shot bagi cameraman”.
Rahmawati (2011:83) menyimpulkan bahwa “tahapan produksi kita
sederhanakan sebagai “shooting video”. Sedangkan tahapan pasca produksi sebagai
“editing video”. Proses tersebut dilakukan secara berturut-turut dan hasil tiap tahapan
amat mempengaruhi kelancaran kerja tahap berikutnya”.
Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa pada tahapan produksi
pembuatan dokumenter, dalam hal ini penata kamera dituntut harus siap untuk
melakukan pengembangan dalam pengambilan gambar tentunya dengan
mengkordinasikannya kepada sutradara terlebih dahulu. Sebelum melakukan
produksi penulis harus memastikan kondisi alat-alat yang akan di gunakan nanti
dengan menyiapkan tripod, membersihkan lensa kamera serta melakukan setting,
118
setelah itu barulah penulis melakukan tanggung jawab dalam pengambilan gambar
yang sesuai dengan director treatment yang sudah di sepakati bersama.
3.4.3. Pasca Produksi
Pada tahapan ini seorang penata kamera sudah tidak banyak memiliki
peranan, kecuali dalam hal-hal tertentu terkait hasil pengambilan gambar yang sudah
di ambil oleh penulis yang sesuai dengan director treatment.
Tugas penata kamera saat pasca produksi program dokumenter WARISAN
LELUHUR, penulis mendampingi sutradara untuk berdiskusi gambar atau shot mana
yang layak dan tidak layak untuk dimasukan kedalam proses editing, serta
memberikan beberapa pilihan gambar baik untuk kesinambungan cerita agar film
dokumenter ini bagus ceritanya. Hingga proses colouring selesai dan berbentuk film
dokumenter selesai.
Menurut Diki Umbara (2009:74)
Tidak banyak hal yang di lakukan oleh cameraman pada tahapan ini. Untuk
produksi berita dan dokumenter, cameraman terkadang di minta bantuan oleh
editor untuk menjelaskan hal-hal tertentu yang bisa jadi tidak dimengerti oleh
editor, namun biasanya hal ini bisa di handle oleh reporter atau produser.
Untuk memudahkan editor bekerja, setelah pengambilan gambar, cameraman
membuat camera report yang berisi tentang semua keterangan shot lengkap
dengan time code atau keterangan waktu.
Berdasarkan kutipan diatas penulis sebagai penata kamera menyimpulakn,
pada saat pasca produksi penulis tidak terlalu berperan banyak seperti saat pra
produksi dan produksi, penulis hanya melakukan backup data yang nantinya akan
diserahkan kepada editor atau penyunting gambar dan bila ada gambar yang kurang
119
dipahami pada tahapan ini penulis harus menjelaskan kepada penyunting gambar,
tetapi hal seperti ini biasanya dapat di wakili oleh sutradara atau produser.
3.4.4. Peran dan Tanggung Jawab Penata Kamera
Berbicara tentang suatu profesi itu melakukan pekerjaan, bearti akan
membahas tugas dan tanggung jawab. Penata kamera sebagai bagian dari kru film dan
televisi yang mempunyai tugas dan tanggung jawab yang spesifik.
Diki Umbara (2009:75) menuturkan bahwa pada umumnya seorang
cameraman tidak bekerja sendiri (kecuali untuk hal tertentu), dan secara umum tugas
dan tanggung jawab cameraman meliputi:
1. Berdiskusi dengan produser dan sutradara membahas tentang rencana
produksi.
2. Mempelajari naskah.
3. Meninterprestasikan bagaimana sebuah adegan/scene bisa
diinterpretasikan.
4. Memberi masukan bagaimana agar bisa mendapat gambar yang baik.
5. Memilih peralatan kamera serta penunjanganya.
6. Bekerjasama dengan sutradara.
7. Melakukan pengambilan gambar atau shooting.
120
Penata kamera dalam pembuatan suatu produksi sangat berperan
penting karena penulis harus mengambil gambar yang baik yang
berhubungan dengan director treatment, dan tentunya harus dengan
persetujuan sutradara. Setiap pengambilan gambar penulis harus
bekerjasama dengan sutradara, dan penulis harus memberikan pilihan
shot-shot yang baik kepada sutradara. Karena keberhasilan suatu produksi,
ditentukan oleh pengambilan gambar yang baik dan benar sehingga enak
ditonton.
Dalam tiga tahapan produksi, penata kamera mempunyai peran
dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Mendampingi sutradara melakukan riset sekaligus melihat lokasi
pengambilan gambar.
2. Berkonsultasi dengan sutradara tentang gambar-gambar yang baik
untuk diambil.
3. Membuat director treatment dengan sutradara untuk menyamakan
visi agar tidak terjadi kesalahan saat di lapangan.
4. Menyiapkan alat-alat apa saja yang dibutuhkan saat proses
produksi.
5. Membuat shotlist atau konsep kamera dengan sutradara.
121
6. Merekam gambar sesuai konsep yang telah disepakati pada waktu
pra produksi.
7. Menjaga keselamatan kamera dan berbagai aspek yang
behubungan dengan perekam gambar.
8. Mengambil gambar sesuai director treatment.
9. Menemani proses editing untuk melihat hasil gambar yang telah
diambil bersama sutradara.
10. Bersama editor dan sutradara memilih gambar yang diperlukan
untuk memasukan pada proses editing yang sesuai dengan director
treatment yang telah dibuat saat pra produksi.
3.4.5 Proses pencipta karya
Dalam produksi program dokumenter televisi tugas akhir WARISAN
LELUHUR penulis berperan sebagai penata kamera karena penulis sangat tetarik
memperlajari dan memberikan gambar-gambar yang indah untuk dilihat. Penulis juga
ingin menerapkan apa yang sudah penulis dapat selama menjalani proses perkuliahan,
adapun tahapan proses penciptaan karya yang penulis lewati yaitu sebagai berikut:
a. Konsep kreatif
Dalam pembuatan dokumenter ini penulis menggunakan beberapa alat
yang mendukung pembuatan dokumenter ini agar menjadi lebih menarik dan
sesuai dengan apa yang diinginkan, disini penulis sering menggunakan alat
122
bantu seperti: tripod,lavaliere mic, dan lampu LED. Penulis juga terkadang
menggunakan teknik handheld, karena dalam dokumenter ini penulis harus
siaga untuk antisipasi terhadap moment yang tidak terduga. Sebelum tahapan
produksi penulis juga melakukan riset dengan seluruh anggota tim untuk
memastikan data-data yang sebelumnya sudah terkumpul, pada tahap
selanjutnya penulis sebagai penata kamera harus mampu menerjemahkan
director treatment kedalam bentuk visual dengan motivasi yang jelas, dan
menyesuaikan equipment dengan director treatment yang nantinya menjadi
acuan penulis dalam pengambilan gambar.
b. Konsep Produksi
Pada konsep produksi sebagai penata kamera, penulis bertanggung
jawab bertanggung jawab kepada semua aspek yang berkitan dengan
pengambilan gambar. Dari apa yang sudah disepakati bersama sutradara, pada
produksi kali ini penulis menggunakan teknik single-cam dan penulis juga
merekomendasikan kepada sutradara terkait shot dan angle yang akan
digunakan saat produksi. Penulis juga menjelaskan maksud dan motivasi
mengenai shot dan angle agar tidak ada salah saat pengambilan gambar di
produksi dalam menginterpretasikan naskah. Untuk menjadikan produksi
lebih tertata penulis mengumpulkan data pada saat pra produksi terkait
dengan jadwal dan kegiatan yang ada di lokasi sehingga proses pada proses
produksi penulis hanya perlu memastikan kepada produser dan sutradara
apakah ada perubahan jadwal dan kegiatan. Pada proses produksi penulis
123
bekerja berdasarkan director treatment yang berisi gambaran visual dan apa
saja yang harus diambil oleh seorang penata kamera. Dari gambaran visual
yang ada di director treatment penulis melakukan proses wawancara pada
narasumber. Dalam dokumenter ini, penulis harus melakukan proses
wawancara kepada tiga narasumber. Setelah proses wawancara pertama
selesai dilakukan, tahapan ini selalu memiliki jeda waktu menuju proses
wawancara selanjutnya. Oleh karena itu, penulis memanfaatkan waktu jeda
tersebut untuk mengambil diluar proses wawancara dengan mendahului
pengambilan gambar di luar ruangan (outdoor). Hal tersebut dilakukan untuk
menghindari kondisi alam atau cuaca yang tidak dapat di prediksi. Setelah
melakukan pengambilan gambar outdoor, penulis melakukan shot yang sudah
ditentukan waktunya di dalam shooting schedule.
c. Konsep teknis
Dalam konsep teknis program dokumenter WARISAN LELUHUR
penulis dan tim sepakat untuk menggunakan kamera CANON C300 dan
SONY DCR-SD1000 dikarenakan kualitas gambar yang dihasilkan cukup
baik. Selain itu penulis juga menggunakan tripod. Fungsi tripod menjadi
sangat penting terutama ketika saat melakukan wawancara dan shot yang
panjang sehingga tidak terjadi guncangan yang tidak diinginkan. Penulis juga
menggunakan lensa fix 50mm untuk memberikan gambar dan nuansa yang
berbeda. Penulis juga menggunkan teknik handheld karena untuk mengejar
moment saat pentas. Penulis disini menggunkan boom mic karena untuk
124
mengambil atmosfir agar meluas saat pentas yang di pegang oleh produser.
Dan juga menggunakan lavaliere mic untuk wawancara yang dipegang oleh
produser selain itu penulis juga menggunakan lampu (LED) lima belas inch
untuk mengantisipasi noise yang disebabkan oleh minimnya cahaya saat
pentas dan wawancara di dalam ruangan (indoor) pada saat merekam gambar.
3.4.6. Kendala Produksi dan Solusinya
Pada setiap karya yang dibuat pasti memiliki cerita di baliknya seperti kendala
dalam sebuah produksi, tetapi kendala produksi justru menjadi pelajaran buat kita
agar produksi selanjutnya kita dapat mempersiapkannya lebih baik. Pada saat
produksi film dokumenter WARISAN LELUHUR penulis sebagai penata kamera
juga memiliki kendala yang sempat menghambat proses produksi.
Pra produksi
Kendala : Kamera tidak sesuai apa yang telah dipelajari.
Solusi : Mempelajari ulang spesifikasi kamera yang sudah
dipelajari.
Produksi
Kendala : Gambar hilang saat syuting hari kedua.
Solusi : Mencari tempat penyewaan kamera yang dekat
dengan lokasi syuting.
125
Pasca produksi
Kendala : Saat memilih gambar bersama sutradara laptop sangat
lambat.
Solusi : meminjam laptop yang spesifikasinya tinggi agar
gambar bisa dipilih dengan lancar.
126
3.4.7. Lembar Kerja Penata Kamera
a. Spesifikasi Kamera
b. Shot List
127
Spesifikasi Kamera Canon C300
Gambar III.1 Canon C-300
Tabel III. 11 Spesifikasi Kamera
Jenis Kamera CANON C300
Lensa - Canon EF Mount (Canon EF lens
group supported, including EF-S
lens)
Sensor type - CMOS sensor (single-panel)
equivalent to Super 35mm
Sensor size - 4206 x 2340; Approx. 9.84 MP
Shape - Horizontal
128
Focus - Manual Focus/One Shot AF/
Continuous AF (AF is dependent
of interchange lens)
Weight - 2700 g
Monitor - Rotating 4 inch Wide Screen
Color LCD Display (1,230,000
dots) on detachable controller
Still picture - 24.6 x 13.8 mm
Recording format - Linear PCM; 2-Channel; 16 bit;
48kHz
Batterai - BP-9 Series
Recording media - CF Card (Type 1 Only); 2 Slot
(Movie Files) UDMA
Image sensor size - 24.6 x 13.8 mm
Slot memory - SD memory card
- SDHC memory card
129
Spesifikasi SONY DCR SD-1000
Gambar III.2 Sony DCR SD-1000
Jenis Kamera SONY DCR SD-1000
Lensa - Sony “G” lens with 12x optical
zoom
Sensor type - 7.1MP “Exmor R” CMOS Sensor
Michrophone - Stereo michrophone
Shape - Horizontal
Focus - Profesional-style lens ring
130
Weight - With lens hood & eye cap: 5:9 lb
(2.7kg)
Monitor - 2.7”touchscreen (230,000
pixels;16:9)
Still picture - 7.1 MP (3072 x 2304, 4:3)
Batterai - NP-PV570
Recording media - 32GB internal flash memory
- Slot for Memory Stick PRO Duo/
PRO Duo (High Speed)/ PRO Duo
(Mark2)/ PRO-HG Duo/ PRO-HG
Duo HX (removable media not
included)
Image sensor size - 255x232x456mm
Memory - 32GB internal memory
131
Shot List
Produksi : BSI Produser : Deni aryanto
Judul : Warisan Leluhur Sutradara : Muhamad hidayat
Durasi : 20 menit Penata kamera: Agung Arista
Tabel III.12 Shot List
NO
SHOT
VISUAL
TAKE
VIDEO
NOTES SHOT
SIZE
ANGLE MOVE
1 1 CU EL PAN RIGHT 2 Obor 1 C
2 OK
2 2 CU EL STILL 1 Nayaga
memainkan alat
musik yang dari
bambu
1 OK
3 3 MLS EL STILL 2 Bidadari menari 1 C
2 OK
132
4 4 MS EL HANDHELD 4 Penari sintren
yang sudah
memakai
pakaian sintren
sedang menari
didampingi
oleh pawang
1 OK
2 C
3 C
4 C
5 5 ESTAB
LISH
EL STILL 5 Gapura selamat
datang di
kabupaten
Cirebon
1 C
2 C
3 C
4 OK
5 C
6 6 ELS EL STILL 1 Lalu lintas
kawasan
Cirebon
1 OK
7 7 LS EL STILL 1 Pangkalan
becak
1 OK
8 8 LS EL HANDHELD 4 Nelayan baru 1 C
133
pulang melaut 2 OK
3 C
4 C
9 9 ESTAB
LISH
EL HANDHELD 1 Depan rumah
Narasumber
Mamae Titin
1 OK
10 10 FS EL HANDHELD 3 Spanduk acara
sambel trasi
1 OK
2 C
3 C
11 11 FS EL HANDHELD 1 Ruang tamu
mamae titin
1 OK
12 12 MS EL STILL 1 Wawancara
narasumber
mamae titin
1 OK
13 13 MS EL HANDHELD 1 Penari sintren
sudah memakai
pakaian sintren
sedang
dimasukkan
1 OK
134
kedalam
kurungan
14 14 MLS LOW HANDHELD 1 Keraton
kesepuhan
cirebon
1 OK
15 15 MCU EL HANDHELD 1 H.sadikin dan
bidadari sintren
bersiap-siap
untuk pentas
1 OK
16 16 FS EL HANDHELD 1 Bidadari sintren 1 OK
17 17 MS EL HANDHELD 4 Penari sintren
diikat oleh
pawang
1 OK
2 C
3 C
4 C
18 18 MS HIGH HANDHELD 4 Penari sintren
tidak sadarkan
diri
1 OK
2 C
3 C
135
4 C
19 19 MS EL HANDHELD 2 Penari sintren
sedang menari
belum
berpakaian
sintren
1 OK
2 C
20 20 MCU EL HANDHELD 1 Bidadari sintren
berdo’a untuk
memulai pentas
1 OK
21 21 MCU EL HANDHELD 1 Bidadari sintren
menari
1 OK
22 22 MS EL HANDHELD 2 Mamae titin
sedang
melantunkan
nyanyian
sintren
1 OK
2 C
23 23 MS EL HANDHELD 2 Penari sintren 1 C
136
sedang menari
belum
berpakaian
penari dan
masih diikat
2 OK
24 24 ESTAB
LISH
EL STILL 1 Pemandangan
gunung
1 OK
25 25 LS EYE HANDHELD 1 Pengendara
motor disawah
1 OK
26 26 FS LOW HANDHELD 1 Plang
sekolahan
1 OK
27 27 MS EL FOLLOW 1 Bapak
H.Sadikin
sedang masuk
ke kelas
1 OK
28 28 LS
EL HANDHELD 2 Bapak
H.Sadikin
sedang
mengajar di
1 OK
2 C
137
kelas
29 29 FS EL HANDHELD 1 Bapak sadikin
mengawas
1 OK
30 30 MS LOW HANDHELD 4 Gapura Desa
Babadan
1 C
2 C
3 C
4 OK
31 31 FS LOW HANDHELD 3 Plang yayasan
bapak
H.Sadikin
1 C
2 C
3 OK
32 32 MS EL STILL 1 Wawancara
narasumber
bapak
H.Sadikin
1 OK
33 33 FS LOW HANDHELD 3 Bapak
H.Sadikin
1 C
2 OK
138
mengajar
bidadari sintren
3 C
34 34 MS EL HANDHELD 2 Bidadari sintren
sedang latihan
1 OK
2 C
35 35 FS FROG
EYE
STILL 1 Bapak
H.Sadikin
sedang
mengajar
sintren
1 OK
36 36 LS EL HANDHELD 4 Lalu lintas
dekat kantor
pemerintahan
1 OK
2 C
3 C
4 C
37 37 LS EL HANDHELD 1 Aktivitas
pegawai di
sekitar kantor
pemerintahan
1 OK
38 38 FS EL STILL 3 Plang
pemerintah
1 OK
2 C
139
kabupaten
Cirebon
3 C
39 39 ESTAB
LISH
EL STILL 3 Kantor
pemerintah
kabupaten
Cirebon
1 OK
2 C
3 C
40 40 MCU EL STILL 1 Wawancara
Narasumber
Bapak Uuk
sukarna
1 OK
41 41 MLS EL PAN RIGHT 1 Bidadari sintren 1 OK
42 42 MCU EL HANDHELD 1 Bidadari sintren
sedang latihan
menari
1 OK
43 43 FS EL HANDHELD 1 Alat sintren 1 OK
44 44 MS HIGH HANDHELD 1 OK Nayaga
memainkan alat
musik
1 OK
45 45 MLS EL STILL 6 Penari sintren 1 C
140
menari disenja
hari
2 C
3 C
4 OK
5 C
6 C
46 46 MCU EL HANDHELD 3 Mamae titin
sedang
mengawasi
latihan nayaga
1 OK
2 C
3 C
47 47 LS EL HANDHELD 1 Latihan nayaga 1 OK
48 48 MLS EL HANDHELD 3 Mamae titin
sedang
mengawasi
latihan nayaga
1 C
2 OK
3 C
49 49 MS EL STILL 1 Wawancara
Narasumber
Mamae titin
1 OK
50 50 FS EL HANDHELD 1 Piagam
penghargaan
1 OK
141
mamae titin
51 51 FS EL HANDHELD 1 Wayang kulit 1 OK
52 52 CU EL HANDHELD 2 Bidadari sedang
di make up
1 OK
2 C
53 53 MCU EL HANDHELD 3 Bidadari
bersiap sebelum
acara dimulai
1 OK
2 C
3 C
54 54 MLS EL HANDHELD 1 Bidadari
berjalan menuju
tempat pentas
1 OK
55 55 MS EL HANDHELD 2 Nayaga
memainkan alat
musik
1 C
2 OK
56 56 MCU EL STILL 1 Wawancara
narasumber
bapak Uuk
sukarna
1 OK
57 57 MS EL STILL 1 Wawancara
narasumber
1 OK
142
bapak
H.Sadikin
58 58 MLS EL HANDHELD 2 Bidadari menari 1 C
2 OK
59 59 LS EL HANDHELD 1 Nelayan 1 OK
60 60 LS EL HANDHELD 2 Nelayan 1 OK
2 C
61 61 LS EL HANDHELD 1 Gending 1 OK
62 62 MS EL HANDHELD 2 Penari sintren 1 OK
2 C
63 63 LS HANDHELD 1 Festival
caruban
1 OK
64 64 LS HANDHELD 1 Festival
caruban
1 OK
65 65 CU HANDHELD 1 Festival
caruban
1 OK
143
66 66 MCU EL STILL 1 Wawancara
narasumber
bapak Uuk
sukarna
1 OK
67 67 LS EL STILL 1 Bus festival
caruban
1 OK
68 68 LS EL STILL 1 OK Caruban
festival
1 OK
69 69 MCU EL HANDHELD 2 Nayaga latihan 1 OK
2 C
70 70 MCU EL HANDHELD 1 Nayaga latihan 1 OK
71 71 MS EL STILL 1 Wawancara
narasumber
bapak
H.Sadikin
1 OK
72 72 MLS EL PAN RIGHT 1 Alat musik
sintren
1 OK
144
73 73 MLS
EL HANDHELD 1 Nayaga sedang
mempersiapkan
alat sebelum
pentas
1 OK
74 74 MLS EL HANDHELD 3 Nagaya
mempersiapkan
alat sintren
sebelum pentas
1 C
2 C
3 OK
75 75 MS EL HANDHELD 1 Nayaga
mempersiapkan
alat sintren
sebelum pentas
1 OK
76 76 FS EL HANDHELD 3 Kemenyan 1 OK
2 C
3 C
77 77 FS EL HANDHELD 1 Pawang sintren
sedang
1 OK
145
membakar
kemenyan
78 78 FS EL HANDHELD 3 Mamae titin
sedang
menceritakan
sejarah sintren
kepada
penonton
1 C
2 C
3 OK
79 79 MLS EL HANDHELD 2 Bidadari menari 1 OK
2 C
80 80 MS EL HANDHELD 1 Pawang sintren
sedang
mengawasi
keadaan sekitar
1 OK
81 81 MLS EL HANDHELD 1 Bidadari sintren
menari
1 OK
82 82 MS EL HANDHELD 2 Penari sedang
di ikat oleh
pawang
1 OK
2 C
146
83 83 FS HIGH
ANGLE
HANDHELD 1 Penari yang di
ikat akan
dimasukan roh
oleh pawang
1 OK
84 84 MLS EL HANDHELD 1 Pawang sedang
membaca
mantra
1 OK
85 85 MS EL HANDHELD 2 Pawang sedang
menaruh tali
dari atas
kurungan
1 OK
2 C
86 86 FS EL HANDHELD 3 Kemenyan 1 C
2 C
3 OK
87 87 MLS EL HANDHELD 4 Penari menari
sudah di ikat
1 OK
2 C
3 C
147
4 C
88 88 MS EL HANDHELD 4 Penari menari
sudah di ikat
dan menari-nari
1 C
2 OK
3 C
4 C
89 89 MS EL HANDHELD 1 Penari terjatuh
setelah
dilempar uang
1 OK
90 90 LS EL HANDHELD 1 Pawang dan
bidadari
berdo’a
sebelum pentas
di mulai
1 OK
91 91 MCU EL HANDHELD 1 Pawang
memperlihatka
n pakaian
penari sintren
kepada
penonton
1 OK
148
92 92 FS EL HANDHELD 1 pakaian penari
di masukan ke
dalam kurungan
1 OK
93 93 MCU EL STILL 1 Bidadari menari 1 OK
94 94 ELMS HANDHELD 3 Nayaga
memainkan alat
musik sintren
1 OK
2 C
3 C
95 95 LS EL HANDHELD 1 OK Pawang
membuka
kurungan dan
penari sudah
berubah
pakaiannya
1 OK
96 96 MS EL HANDHELD 4 Penari menari
(sudah
memakai
pakaian sintren)
1 OK
2 C
3 C
4 C
97 97 POV EL HANDHELD 3 Penari menari 1 C
149
2 OK
3 C
98 98 MS EL HANDHELD 2 Penari terjatuh
dan di jaga oleh
pawang
1 OK
2 C
99 99 MS EL HANDHELD 2 Penari di
masukan ke
dalam kurungan
1 OK
2 C
100 100 MLS EL HANDHELD 3 Kemenyan di
bakar
1 C
2 OK
3 C
101 101 LS EL HANDHELD 1 Pawang
membuka
kurungan
1 OK
102 102 MLS EL STILL 4 Penari menari 1 C
2 OK
3 C
4 C
150
103 103 FS HIGH
ANGLE
HANDHELD 1 Lampu teplok 1 OK
104 104 MS EL STILL 1 Wawancara
narasumber
bapak
H.Sadikin
1 OK
105 105 MS EL HANDHELD Mamae titin
106 106 MLS EL HANDHELD 1 Bidadari sintren 1 OK
107 107 MLS EL HANDHELD 1 Anak kecil
memainkan alat
sintren
1 OK
108 108 MCU EL STILL 1 Wawancara
narasumber
mamae titin
1 OK
151
109 109 MCU EL STILL 1 Wawancara
narasumber
bapak Uuk
Sukarna
1 OK
110 110 MS EL STILL 1 Wawancara
narasumber
bapak
H.Sadikin
1 OK
111 111 MCU EL STILL 1 Wawancara
narasumber
bapak Uuk
Sukarna
1 OK
112 112 FS CANTE
D
HANDHELD 6 Penari menari
di sawah
1 C
2 OK
3 C
4 C
5 C
6 C
152
3.5 Proses Kerja Editor
Menurut Rahmawati dkk (2011f:36) Editor adalah seorang yang melakukan
penyuntingan gambar pada saat pasca produksi. Jadi, editor bekerja setelah proses
produksi selesai. Namun kini, editor sudah dilibatkan bahkan sebelum produksi
dimulai.
Sedangkan menurut Gora S (2007:104) “Editor adalah orang terakhir dari
seluruh pekerja produksi. Pekerjaannya adalah mengolaborasikan berbagai unsur
kreatif sehinga bisa memberikan sentuhan seni pada akhir film.”
Penulis sebagai editor juga menyimpulkan bahwa tugas dan tanggung jawab
editor adalah seorang yang bekerja penuh pada tahap akhir proses produksi sebuah
film. Editor juga harus mampu merancang dan meramu semua shot tunggal yang ada
menjadi sebuah film yang menarik, bercerita, dan mampu menyampaikan pesan
kepada penontonnya.
3.5.1 Pra Produksi
Menurut Sunu (2008:144) tahap pra produksi bagi seorang editor hanya
menganalisa skenario yang melihat adegan yang tertulis dalam skenario dan
mengungkapkan penilaiannya pada sutradara juga berdiskusi dengan departemen
yang lain dalam script conference untuk menganalisa skenario baik secara teknis dan
dramatik.
Pada proses pra produksi Penulis bersama dengan tim mendiskusikan naskah
yang telah dibuat oleh penulis naskah berjudul Warisan Leluhur. Selanjutnya Penulis
153
menganalisa naskah dengan sutradara dan penata kamera untuk mendiskusikan soal
teknis. Penulis juga berdiskusi dengan produser membicarakan alat dan software apa
saja yang akan digunakan ketika proses editing nantinya.
Setelah proses diskusi selesai Penulis bersama tim melakukan riset dan pengumpulan
data-data terkait dengan tema yang diangkat. Tujuannya untuk mengetahui gambaran
penuh lokasi yang akan digunakan pada proses shooting nanti. Dari riset ini kami
juga dapat mengetahui dan mengenal karakter subjek pada dokumenter ini.
3.5.2 Produksi
Menurut Rahmawati dkk (2011:84) Produksi merupakan tahap pengambilan
gambar (shooting video) dilakukan, idealnya hingga tuntas. Kebutuhan shooting
video sebelumnya telah dirumuskan pada tahap pra produksi, idealnya dalam bentuk
story board yang mencakup banyak informasi termasuk sudut pengambilan gambar
(angle).
Dalam tahap produksi dokumenter berjudul Warisan Leluhur ini Penulis
memberi masukan kepada sutradara dan penata kamera mengenai shot-shot dan
konsep editing yang dimiliki oleh seorang Editor. meski tidak terlalu banyak namun
hal ini akan memudahkan Penulis ketika proses editing nanti. Pada tahap ini Penulis
langsung melakukan pemindahkan data audio visual dari kartu memori ke dalam
laptop. Penulis melihat dan mendengarkan langsung, membuat beberapa folder dan
menyeleksi semua materi audio visual. Tujuannya agar tidak terjadi kebingungan
ketika proses editing berlangsung.
154
3.5.3 Pasca Produksi
Menurut sunu (2008:145), tahap pasca produksi bagi editor membuat struktur
awal shot-shot yang sudah dibuat dengan struktur skenario (rough cut 1), kemudian
mempresentasikan hasil susunan rough cut 1 kepada sutradara dan produser. Setelah
terus mempresentasikan susunan kepada sutradara dan produser sampai mendapatkan
hasil struktur yang diharapkan, editor mulai menghaluskan hasil final edit hingga film
selesai dalam proses kerja editing.
Pada tahap ini penulis atau editor mulai bekerja dengan sepenuhnya, diawali
dengan menonton hasil shooting untuk kemudian dipilih gambar yang pas masuk
kriteria kualitas baik untuk dipertontonkan nanti. Setelah proses penyuntingan selesai
penulis mulai memasukan semua hasil penyuntingan kedalam software editing untuk
mulai melakukan pemotongan video.
Penulis mulai melakukan memotong bagian-bagian yang tidak perlu seperti
suara dari seorang penulis naskah yang sedang bertanya kepada narasumber dan juga
memotong gambar seperlunya untuk dijadikan footage, setelah semua disatukan
penulis atau editor mulai merender dan mengexport dalam bentuk offline editing
untuk diperlihatkan agar dapat diberi masukan apa saja yang kurang dalam film
dokumenter ini. Tahap akhir mulai melakukan online editing yaitu menyatukan
semua seperti instrumen, nama-nama kerebat kerja dan ucapan terimakasih, penulis
juga membuat lembar kerja editornya yaitu laporan editingnya dan lain-lain.
3.5.4 Peran dan Tanggung Jawab Editor
155
Menurut Sunu (2008:143) Editor adalah sineas professional yang bertanggung
jawab mengkonstruksi cerita secara estetis shot-shot yang dibuat berdasarkan
skenario dan konsep penyutradaraan sehingga menjadi sebuah film cerita yang utuh.
Dalam pembuatan dokumenter Warisan Leluhur ini penulis sebagai editor
memiliki peran dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Menyatukan dan menyusun shot sesuai director treatment
b. Penyelarasan antara audio dan video agar terlihat dinamis. Penyambungan ini
harus benar-benar diperhatikan agar gambar terlihat tidak membosankan dimata
penonton.
c. Mampu dan dapat menutupi kekurangan ketika proses pengambilan
gambar/shooting dimeja editing. Hal ini berfungsi untuk memanjakan mata penonton.
d. Mampu menampilkan dramatik kepada penonton. Menurut editor dramatik itu
perlu dilakukan, agar penonton dapat mengingat akan penekanan-penekanan dari film
tersebut.
e. Membuat satu jalinan atau rangkaian cerita secara utuh sesuai dengan naskah
yang telah dibuat, agar penonton dapat terhibur dan mendapat informasi dari karya
non drama televisi ini.
3.5.5 Proses Penciptaan Karya
Awal mula proses penciptaan karya film dokumenter ini bermula dari gagasan
ide dasar dari semua tim produksi. Yang tertarik dengan tema tarian budaya.
156
kemudian ide tersebut dituangkan oleh penulis naskah dalam bentuk naskah
dokumenter berjudul Warisan Leluhur kemudian dikembangkan oleh sutradara.
Pada tahap pra produksi penulis dan tim mendiskusikan beberapa hal
mengenai teknis-teknis pelaksanaan yang akan dilakukan ketika proses produksi
berlangsung. Selain itu penulis juga ikut melakukan riset dan mendatangi lokasi-
lokasi yang akan dijadikan tempat pengambilan video shot. Tujuannya agar Penulis
mendapatkan gambaran-gambaran tentang film dokumenter yang akan dibuat dan
bisa menjadi landasan bagi penulis untuk membuat konsep editing.
a. Konsep Kreatif
Film dokumenter Warisan Leluhur dengan tema tentang kesenian tari budaya
ini dikemas dalam jenis dokumenter potret. Dengan menggunakan transisi dan
metode cut to Dalam proses editing, Penulis mencoba membentuk alur penuturan
diskontinuitas visual sehingga alur cerita dalam film dokumenter ini lebih menarik.
Penulis akan lebih banyak memperlihatkan adegan-adegan spontanitas subjek agar
terbentuk film dokumenter yang benar-benar natural, merangsang emosi dan
membentuk atau memutar balikan persepsi. Penulis juga mencoba membangun sisi
dramatik dalam film ini dengan menampilkan variasi tipe shot seperti long shot,
medium shot, close up dan cut away untuk melakukan teknik editing paralel yang
dianggap sebagai kontruksi dramatik.
Konsep berikutnya ialah penulis menggunakan musik otentik seperti suara
gending yang berasal dari salah satu subjek pada adegan di film dokumenter ini.
157
Penulis tidak banyak menggunakan Ilustrasi musik, mengingat penggunaan dan
kebutuhan musik di film dokumenter ini tidak terlalu diperlukan dalam membentuk
alur penuturan cerita. Penulis hanya menempatkan Ilustrasi musik sebagai transisi
antara adegan satu ke adegan berikutnya. Penulis akan lebih banyak menggunakan
suara otentik dan suara musik daerah dari adegan-adegan yang dilakukan subjek
sebagai pembentuk alur cerita.
b. Konsep Produksi
Penulis mengaplikasikan konsep editing yang memang telah dibuat
sebelumnya, dengan mengubah susunan gambar yang sudah ada pada naskah editing.
Tujuannya agar terbentuk alur penuturan cerita yang lebih menarik. selama proses
editing berlangsung, penulis selalu berdiskusi dengan sutradara untuk mendapatkan
alur cerita yang diinginkan.
c. Konsep Teknis
Dalam proses pemotongan dan penyusunan hasil video shot Penulis
menggunakan software Adobe Premiere Cc 2015. Penulis selalu menggunakan
naskah dan konsep editing ketika melakukan pemotongan dan penyusunan video shot
setelah itu baru penulis mengubah susunan-susunan pada bagian yang dirasa kurang
memenuhi kebutuhan alur cerita, tentu dengan memperhatikan fungsi, proposional
dan struktural sebuah video shot. selain itu juga penulis ingin memberikan rasa atau
sense pada film dokumenter ini. untuk perpindahan pada beberapa adegan penulis
menggunakan transisi-transisi seperti croos dissolve, dip to black untuk memperhalus
158
perpindahannya. Pada dokumenter ini penulis mengkoreksi atau menggunakan efek
warna untuk kebutuhan alur cerita.
3.5.6 Kendala Produksi dan Solusinya
Laptop Overheat mengakibatkan software editing not responding. Solusinya
mengistirahatkan laptop meskipun memakan waktu yang tidak sedikit dan sangat
menghambat selama proses editing berlangsung.
3.5.7 Lembar Kerja Editor
a. Konsep Editing
159
b. Bars & Tone
c. Logo BSI
d. Program ID
e. Counting Leader
f. OBB dan Judul Program
g. Content
h. Kerabat Kerja
1. KONSEP EDITING
Program acara dokumenter televisi berjudul Warisan Leluhur ini berjenis
dokumenter potret terdiri dari 3 segmen. Menggunakan teknik editing non linier,
dengan aspek ratio 16:9.
SPESIFIKASI EDITING
A. HARDWARE Laptop LENOVO Z50 series
160
1. Processor : AMD FX 7500 speed 2.1Ghz Turbo Core 3.3Ghz
2. RAM : 6 GB RAM internal
3. VGA : 2 GB VGA internal
4. Sound : speakers (realtek high definition audio)
B. ACCESSORIES
1. Mouse : Logitech
2. Sound : Sound simbada
Suasana yang diperlihatkan dalam film ini adalah suasana yang begitu tenang
dan film ini menggunakan transisi cross dissolve dan dip to black untuk perpindahan
gambar satu ke gambar berikutnya. Untuk title Penulis lebih banyak menggunakan
font times new roman. untuk memperindah dan membangun suasana film dokumenter
ini Penulis menambahkan efek warna.
2. Pembuatan Program ID
Bars & Tone
161
Gambar III.3 Bars and Tone
Logo BSI
Gambar III.4 Logo BSI
Program ID
162
Gambar III.5 Program ID
Counting Leader
Gambar III.6 Counting Leader
OBB dan Judul Program
163
Gambar III.7 OBB dan judul Program
Content
Gambar III.8 Content
Kerabat Kerja
164
Gambar III.9 Kerabat kerja
Ucapan Terimakasih
Gambar III.10 Ucapan terimakasih
Copyright
165
Gambar III.11 Copyright
166
LAPORAN EDITING
Produksi : BSI Produser : Deni Aryanto
Judul Karya : Warisan Lelulur Sutradara : Muhamad Hidayat
Durasi : 20 Menit Penyunting Gambar : Ananda Tri Sutrisno
Tabel III.13 Laporan Editing
No.
Segmen
Ext/Int
Keterangan
Visual Audio SFX Transisi Video Effect Durasi
Bars and Tone 00:00:05:00
Logo BSI 00:00:05:00
Program ID 00:00:05:00
Universal Counting Leader 00:00:05:00
167
1 1 EXT Obor
(Close up)
Musik pemujaan Dip to
black
Slow speed
Color gradding
00:00:04:23
2
EXT Nayaga memainkan alat
musik yang dari bamboo
(Close up)
Musik pemujaan Cut to Color gradding 00:00:05:00
3 EXT Bidadari menari
(Medium long shot)
Musik pemujaan Cut to Color gradding 00:00:04:03
4 EXT Penari sintren yang sudah
memakai pakaian sintren
sedang menari didampingi
oleh pawang
(Medium shot)
Musik pemujaan Cut to Color gradding 00:00:04:22
5
EXT Gapura selamat datang di
kabupaten Cirebon
atmosfer Dip to
black
Color gradding
Warp
00:00:05:01
168
(Long shot) stabilizer
6 EXT Lalu lintas kawasan
Cirebon
(Extreme long shot)
Atmosfer Cut to Color gradding
00:00:05:01
7 EXT Pangkalan becak
(Long shot)
Atmosfer Cut to Color gradding
00:00:05:00
8 EXT Nelayan baru pulang
melaut
(Long shot)
Atmosfer Cut to Color gradding
Warp
stabilizer
00:00:05:00
9 EXT Depan rumah narasumber
Mamae titin
(Establish)
Dip to
black
Color gradding
Slow speed
00:00:02:23
10 INT Spanduk acara sambel
terasi
Cut to Color gradding 00:00:03:00
169
(Full shot)
11 INT Ruang tamu mamae titin Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:05:02
12 INT Wawancara narasumber
Mamae titin
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:03:10
13 INT Penari sintren sudah
memakai pakaian sintren
sedang dimasukkan
kedalam kurungan
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:05:12
14 INT Wawancara narasumber
Mamae titin
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:06:20
15 Ilustrasi gambar presiden Suara wawancara Cross Color gradding 00:00:05:00
170
belanda dissolve Slow speed
16 Ilustrasi gambar putri
presiden nyak delamour
Suara wawancara Cross
dissolve
Color gradding
Slow speed
00:00:05:00
17 INT Wawancara narasumber
Mamae titin
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:06:02
18 EXT Keraton kesepuhan
Cirebon
(Medium long shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Warp
stabilizer
00:00:03:00
19 INT Wawancara narasumber
Mamae titin
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding
00:00:03:17
20 INT Persiapan bidadari sebelum
pentas
Suara wawancara Cut to Color gradding
00:00:03:11
171
(Medium close up)
21 INT Wawancara narasumber
Mamae titin
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding
00:00:02:15
22 EXT Bidadari sintren
(Full shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:03:00
23 INT Wawancara narasumber
Mamae titin
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:02:09
24 EXT Penari sintren sedang
diikat oleh pawang
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:03:00
25 EXT Penari sintren tidak
sadarkan diri
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:03:00
172
(Medium shot)
26 INT Wawancara narasumber
Mamae titin
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:05:17
27 EXT Penari sintren sedang
menari belum berpakaian
sintren
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:06:06
28 INT Wawancara narasumber
Mamae titin
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:04:12
29 EXT Bidadari sintren berdo’a
untuk memulai pentas
(Medium close up)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:03:12
173
30 INT Wawancara narasumber
Mamae titin
(Medium shot)
Suara wawancara/
Musik pemujaan
Dip to
black
Color gradding 00:00:36:00
31 EXT Bidadari sintren menari
dengan kompak
(Medium close up)
Musik pemujaan Cut to Color gradding 00:00:04:15
32 EXT Mamae titin sedang duduk
sambil melantunkan
nyanyian sintren
(Medium shot)
Musik pemujaan Cut to Color gradding 00:00:05:00
33 EXT Penari sintren sedang
menari belum berpakaian
penari dan masih diikat
Musik pemujaan Cut to Color gradding 00:00:05:02
174
(Medium shot)
34 EXT Pemandangan gunung
(Extreme long shot)
Instrumen
gending/Atmosfer
kicauan burung
Cross
dissolve
Color gradding 00:00:03:00
35 EXT Pengendara motor disawah
(Long shot)
Instrumen
gending
Cut to Color gradding 00:00:02:16
36 EXT Plang sekolahan
(Long shot)
Instrumen
gending
Cut to Color gradding 00:00:03:00
37 EXT H.Sadikin sedang masuk
ke kelas
(Medium shot)
Instrumen
gending
Cut to Color gradding 00:00:02:19
38 INT H.Sadikin sedang
mengajar di kelas
(Long shot)
Instrumen
gending
Cut to Color gradding 00:00:02:23
175
39 INT H.Sadikin mengawas
murid-murid dikelas
(Full shot)
Instrumen
gending
Cut to Color gradding 00:00:03:00
40 EXT Gapura Desa Babadan
(Medium shot)
Instrumen
gending
Cut to Color gradding 00:00:02:08
41 EXT Plang yayasan H.Sadikin
(Full shot)
Instrumen
gending/Suara
wawancara
Cut to Color gradding 00:00:03:00
42 INT Wawancara narasumber
H.Sadikin
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:16:00
43 INT H.Sadikin mengajar
bidadari sintren
(Long shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:05:20
176
44 INT Wawancara narasumber
H.Sadikin
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:14:00
45 INT Bidadari sintren sedang
latihan
(Medium shot)
Musik kembang
jae laos
Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:04:22
46 INT H.Sadikin sedang
mengajar sintren
(Long shot)
Musik kembang
jae laos
Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:05:00
47 EXT Lalu lintas
(Long shot)
Atmosfer Dip to
black
Color gradding
00:00:05:00
48 EXT Aktivitas warga
(Long shot)
Atmosfer Cut to Color gradding
00:00:05:00
49 EXT Plang pemerintah Atmosfer Cut to Color gradding 00:00:05:00
177
kabupaten Cirebon
(Full shot)
50
EXT Kantor pemerintah
kabupaten Cirebon
(Long shot)
Atmosfer/Suara
wawancara
Cut to Color gradding 00:00:03:00
51 INT Wawancara narasumber
Uuk sukarna
(Medium close up)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:16:00
52 EXT Sintren menari didampingi
musik
(Medium close up)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:03:14
53 INT Wawancara narasumber
Uuk sukarna
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:02:16
178
(Medium close up)
54 INT Bidadari sintren sedang
latihan menari
(Medium close up)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:05:00
55 INT Wawancara narasumber
Uuk sukarna
(Medium close up)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:18:01
56 EXT Alat sintren gending
(Full shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:03:07
57 EXT Nayaga memainkan alat
music
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:03:13
58 INT Wawancara narasumber
Uuk sukarna
Suara wawancara Dip to
black
Color gradding
Denoiser
00:00:27:17
179
(Medium close up)
59 EXT Penari sintren disenja hari
(Medium long shot)
Musik rame-rame Cut to Color gradding 00:00:08:19
60 2 EXT Mamae titin sedang
mengawasi latihan nayaga
(Medium close up)
Atmosfer Dip to
black
Color gradding 00:00:05:01
61 EXT Latihan nayaga
(Long shot)
Atmosfer Cut to Color gradding 00:00:05:00
62 EXT Mamae titin sedang
mengawasi latihan nayaga
(Medium long shot)
Atmosfer Dip to
black
Color gradding 00:00:05:01
63 INT Wawancara narasumber
Mamae titin
(Medium long shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:22:04
180
64 INT Piagam penghargaan
mamae titin
(Full shot)
Suara wawancara Cut to Color
gradding/
warp stabilizer
00:00:04:44
65 INT Wawancara narasumber
Mamae titin
(Medium long shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:08:11
66 INT Wayang kulit Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:03:07
67 INT Wawancara narasumber
Mamae titin
(Medium long shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:03:20
68 INT Bidadari sedang di make
up
(Close up)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:05:00
69 INT Wawancara narasumber Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:06:16
181
Mamae titin
(Medium long shot)
70 INT Bidadari bersiap sebelum
acara dimulai
(Medium close up)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:05:00
71 INT Wawancara narasumber
Mamae titin
(Medium long shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:14:22
72 EXT Bidadari berjalan menuju
tempat pentas
(Medium long shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:05:00
73 INT Wawancara narasumber
Mamae titin
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:33:02
182
(Medium long shot)
74 Nayaga memainkan alat
musik sintren
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:05:00
75 INT Wawancara narasumber
mamae titin
(Medium long shot)
Suara wawancara Dip to
black
Color gradding 00:00:14:20
76 Black video Cut to 00:00:02:03
77 INT Wawancara narasumber
Uuk sukarna
(Medium close up)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:09:08
78 EXT Pemain musik keyboard
sintren modern
Atmosfer/ suara
wawancara
Cut to 00:00:04:16
79 EXT Sintren modern Atmofer / suara Cut to 00:00:10:12
183
wawancara
80 INT Wawancara narasumber
Uuk sukarna
(Medium close up)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:07:05
81 INT Wawancara narasumber
H.Sadikin
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:31:15
82 EXT Bidadari menari Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:04:05
83 INT Wawancara narasumber
H.Sadikin
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:11:06
84 EXT Nelayan mengambil air
(Long shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:12:03
85 EXT Nelayan didalam kapal Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:02:06
184
(Long shot)
86 INT Wawancara narasumber
H.Sadikin
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:10:22
87 EXT Sintren tak sadarkan diri
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding
00:00:05:13
88 INT Wawancara narasumber
H.Sadikin
(Medium shot)
Suara wawancara Dip to
black
Color gradding
Denoiser
00:00:09:21
89 3 EXT Caruban festival
(Long shot)
Atmosfer Cut to Color gradding
00:00:08:09
90 EXT Caruban festival
(Long shot)
Atmosfer Cut to Color gradding
00:00:03:18
91 EXT Caruban festival Atmosfer Cut to Color gradding 00:00:04:05
185
(Long shot)
92 INT Wawancara narasumber
Uuk sukarna
(Medium close up)
Suara wawancara Dip to
black
Color gradding
Denoiser
00:00:09:03
93 EXT Bus
(Long shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:02:23
94 EXT Caruban festival
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:03:12
95 INT Wawancara narasumber
Uuk sukarna
(Medium close up)
Suara wawancara Dip to
black
Color gradding
Denoiser
00:00:25:05
96 EXT Nayaga latihan
(Medium close up)
Suara wawancara Cut to Color gradding
00:00:03:03
97 EXT Nayaga latihan Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:03:11
186
(Medium close up)
98 INT Wawancara narasumber
Uuk sukarna
(Medium close up)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:07:15
99 INT Wawancara narasumber
H.Sadikin
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:20:02
100 EXT Alat musik sintren
(Medium long shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding
00:00:04:16
101 INT Wawancara narasumber
H.Sadikin
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:14:05
102 EXT Persiapan pentas
(Medium long shot)
Instrument
gending
Cut to Color gradding 00:00:05:00
187
103 EXT Persiapan pentas
(Medium shot)
Instrument
gending
Cut to Color gradding 00:00:03:00
104 EXT Persiapan pentas
(Medium shot)
Instrument
gending
Dip to
black
Color gradding 00:00:05:01
105 EXT Bakar kemenyan
(Full shot)
Suara Mamae
titin
Cut to Color gradding 00:00:03:06
106 EXT Pawang membaca mantra
(Full shot)
Suara Mamae
titin
Cut to Color gradding 00:00:03:00
107 EXT Mamae titin sedang
menceritakan sejarah
sintren kepada penonton
(Full shot)
Suara Mamae
titin
Cut to Color gradding 00:00:05:00
108 EXT Bidadari menari Musik pemujaan Cross Color gradding 00:00:03:00
188
(Medium long shot) dissolve
109 EXT Pawang sedang mengawasi
keadaan sekitar
(Medium shot)
Musik pemujaan Cut to Color gradding 00:00:03:00
110 EXT Bidadari menari
(Medium long shot)
Musik pemujaan Cut to Color gradding 00:00:03:01
111 EXT Penari sedang di ikat oleh
pawang
(Medium shot)
Musik terap
banda
Cross
dissolve
Color gradding 00:00:04:23
112 EXT Penari yang di ikat yang
akan dimasukan roh oleh
pawang
(Long shot)
Musik terap
banda
Cross
dissolve
Color gradding 00:00:03:00
113 EXT Pawang sedang membaca Musik terap Cross Color gradding 00:00:03:00
189
mantra
(Medium shot)
banda dissolve
114 EXT Pawang sedang
memasukan tali dari atas
kurungan
(Medium long shot)
Musik terap
banda
Cross
dissolve
Color gradding 00:00:05:00
115 EXT Kemenyan
(Long shot)
Musik terap
banda
Cross
dissolve
Color gradding 00:00:03:01
116 EXT Penari menari sudah di ikat
(Medium long shot)
Musik terap
banda
Cross
dissolve
Color gradding 00:00:05:02
117 EXT Penari menari sudah di ikat
dan menari-nari
(Medium shot)
Musik terap
banda
Cross
dissolve
Color gradding 00:00:02:23
118 EXT Penari terjatuh setelah Musik terap Cross Color gradding 00:00:05:01
190
dilempar uang
(Medium shot)
banda dissolve
119 EXT Pawang dan bidadari
berdo’a
(Long shot)
Musik simbar pati Cross
dissolve
Color gradding 00:00:03:03
120 EXT Pawang memperlihatkan
pakaian penari sintren
kepada penonton
(Medium close up)
Musik simbar pati Cut to Color gradding 00:00:03:00
121 EXT Pakaian penari di masukan
ke dalam kurungan
(Long shot)
Musik simbar pati Cut to Color gradding 00:00:03:00
122 EXT Bidadari menari
(Medium close up)
Musik simbar pati Cut to Color gradding 00:00:03:00
191
123 EXT Nayaga memainkan alat
musik sintren
(Medium shot)
Musik simbar pati Cut to Color gradding 00:00:03:00
124 EXT Pawang membuka
kurungan dan penari sudah
berubah pakaiannya
(Long shot)
Musik simbar pati Cross
dissolve
Color gradding 00:00:05:00
125 EXT Penari menari, sudah
memakai pakaian sintren
(Medium shot)
Musik simbar pati Cross
dissolve
Color gradding 00:00:05:00
126 EXT Penari menari
(Point of view)
Musik simbar pati Cut to Color gradding 00:00:02:12
127 EXT Penari terjatuh dan di jaga
oleh pawing
Musik simbar pati Cut to Color gradding 00:00:01:00
192
(Medium shot)
128 EXT Penari di masukan ke
dalam kurungan
(Medium shot)
Musik simbar pati Cross
dissolve
Color gradding 00:00:04:23
129 EXT Kemenyan dibakar
(Medium shot)
Musik simbar pati Cross
dissolve
Color gradding 00:00:03:00
130 EXT Pawang membuka
kurungan
(Long shot)
Musik simbar pati Cross
dissolve
/Dip to
black
Color gradding 00:00:03:00
131 Black video Musik kembang
jae laos
Cut to 00:00:01:00
132 INT Penari sintren menari
(Medium long shot)
Suara Mamae
titin nembang
Dip to
black
Color gradding 00:00:08:10
193
kembang jae laos
133 INT Mamae titin nembang
(Full shot)
Suara Mamae
titin nembang
kembang jae laos
Cross
disslove
Color gradding 00:00:09:08
144 INT Wawancara narasumber
H.Sadikin
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:10:01
145 EXT Mamae titin nembang Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:03:11
146 INT Wawancara narasumber
H.Sadikin
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:24:16
147 EXT Bidadari bersiap-siap
menari
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:05:05
148 INT Wawancara narasumber Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:04:06
194
H.Sadikin
(Medium shot)
Denoiser
149 EXT Anak kecil main alat musik Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:05:04
150 INT Wawancara narasumber
H.Sadikin
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:26:01
151 INT Wawancara narasumber
mamae titin
(Medium shot)
Suara wawancara Cut to Color gradding 00:00:10:23
152 INT Wawancara narasumber
Uuk sukarna
(Medium close up)
Suara wawancara Cut to Color gradding
Denoiser
00:00:46:01
153 INT Wawancara narasumber Suara wawancara Cross Color gradding 00:00:57:19
195
H.Sadikin
(Medium shot)
dissolve Denoiser
154 INT Wawancara narasumber
Uuk sukarna
(Medium close up)
Suara wawancara Cross
dissolve
Color gradding
Denoiser
00:00:45:19
155 EXT Sintren menari
(Full shot)
Suara mamae
nembang
Cross
dissolve
Color gradding
00:00:17:07
156 Kalimat filosofi sintren Suara mamae
nembang
Cross
dissolve
00:00:07:22
157 Credit title Suara mamae
nembang
00:01:01:12
158 Copyright Cross
dissolve
00:00:05:11
196
/dip to
white
159 Cv crew Cross
dissolve
00:00:25:00
160 Behind the scene Cross
dissolve
00:00:52:08
top related