abses mandibula.docx
Post on 26-Sep-2015
36 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
LAPORAN KASUS
ABSES SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI TERJADINYA TRISMUS
Identitas Pasien
1. Nama : Ny. S
2. Jenis Kelamin: Perempuan
3. Usia : 77 tahun
A. Kunjungan Pertama : 2 April 2015
1. Pemeriksaan Umum
a. Kondisi Pasien: Compos mentis
b. Berat Badan: Tidak diketahui
c. Tinggi Badan: Tidak diketahui
d. Tekanan Darah: 205/108 mmHg
e. Nadi: 102 x/menit
f. Nafas: 28 x/menit
g. Suhu: 37 C
2. Pemeriksaan Subyektif
a. Keluhan Utama: Pasien perempuan datang dengan keluhan pipi kanan bengkak, mulut terasa sakit ketika membuka lebar, sudah ke puskesmas dan diberi obat namun bengkak tidak berkurang.
b. Keluhan Saat Ini: Pipi kanan bengkak sejak 4 hari yang lalu
c. Riwayat Perawatan Gigi: Tidak disebutkan.
d. Riwayat Perawatan Umum: Pasien memiliki riwayat hipertensi dan gastritis.
e. Riwayat Keluarga: Tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.
f. Riwayat Sosial: Pasien seorang ibu rumah tangga
3. Pemeriksaan Obyektif
a. Pemeriksaan Ekstraoral
1) Wajah: Asimetris
a) Warna: Normal
b) Pembengkakan: Terdapat pembengkakan pipi sebelah kanan
2) Mata: Sejajar
a) Warna Kulit: Normal
b) Warna Sklera: Normal
c) Warna Kelopak Mata Bagian Dalam: Normal
3) Leher: Normal
4) TMJ: Normal
b. Pemeriksaan Intraoral
1) Debris: ada, regio 1, 2, 3, 4
2) Kalkulus: tidak ditemukan
3) Perdarahan Interdental: tidak ada
4) Gingiva: normal
5) Mukosa : ada, terdapat pembengkakan disekitar gigi 47
6) Palatum: normal
7) Lidah: normal
8) Dasar Mulut: normal
9) Hubungan Rahang: normal
10) Gigi : impaksi
Sisa radiks
Gambar 1. Pemeriksaan ekstraoral
Gambar 2. Pemeriksaan intraoral
4. Status lokalis
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan foto rontgen panoramik
6. Diagnosis
Gigi 47 gangren pulpa dengan abses disertai trismus
7. Rencana Perawatan
a. Medikamentosa
R/ Amoxicillin tab mg 500 no XI
3 d.d. tab 1 p.c.
R/ Asam Mefenamat tab mg 500 no XI
3 d.d. tab 1 p.c.
R/ Metronidazole tab mg 500 no XI
3 d.d. tab 1 p.c.
R/ Metyl Prednisolone tab mg 4 no XI
3 d.d. tab 1 p.c.
b. Pro insisi drainase
c. Pro ektraksi gigi penyebab, fokal infeksi
d. Pro medikamentosa post insisi drainase
8. Edukasi
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
b. Menjelaskan rencana perawatan yang akan dilakukan
c. Menjelaskan mengenai pentingnya perawatan yang harus dilakukan
d. Menjelaskan resiko kemungkinan yang dapat terjadi setelah perawatan
e. Edukasi menjaga kebersihan dan kontrol 1 minggu setelah insisi drainase
9. Prognosis
Prognosis dari rencana perawatan ini adalah buruk karena pasien kurang kooperatif.
B. Kunjungan Kedua: 6 April 2015
1. Pemeriksaan Umum
a. Kondisi Pasien: Compos mentis
b. Berat Badan: Tidak diketahui
c. Tinggi Badan: Tidak diketahui
d. Tekanan Darah: 182/98 mmHg
e. Nadi: 109 x/menit
f. Nafas: 28 x/menit
g. Suhu: 37 C
2. Pemeriksaan Subyektif
a. Keluhan Utama: Pasien perempuan datang dengan keluhan bengkak pada pipi kanan sudah berkurang, namun masih terasa sakit dan tidak bisa tidur.
b. Keluhan Saat Ini: Pipi kanan masih bengkak dan sakit sejak 4 hari yang lalu.
c. Riwayat Perawatan Gigi: Tidak disebutkan.
d. Riwayat Perawatan Umum: Pasien memiliki riwayat hipertensi dan gastritis.
e. Riwayat Keluarga: Tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.
f. Riwayat Sosial: Pasien seorang ibu rumah tangga
3. Pemeriksaan Obyektif
a. Pemeriksaan Ekstraoral
1) Wajah: Asimetris
Warna : Normal
Pembengkakan : Normal
2) Mata : Sejajar
Warna kulit : Normal
Warna sklera : Normal
Warna kelopak bagian dalam : Normal
3) Leher : Normal
4) TMJ : Normal
c. Pemeriksaan Intraoral
1) Debris: ada, regio 1, 2, 3, 4
2) Kalkulus: tidak ditemukan
3) Perdarahan Interdental: tidak ada
4) Gingiva: normal
5) Mukosa : ada, terdapat pus disekitar gigi 47
6) Palatum: normal
7) Lidah: normal
8) Dasar Mulut: normal
9) Hubungan Rahang: normal
10) Gigi : impaksi
Sisa akar
4. Rencana perawatan
a) Medikamentosa
R/ Amoxsan tab mg 500 no X
3 d.d. tab 1 p.c.
R/ Non flamin tab no X
3 d.d. tab 1 p.c.
R/ Ulsafate syr I
3 d.d cth II a.c.
R/ Hexadol gargl I
2 d.d. gargl 1 p
b) Pro insisi drainase
c) Pro ekstraksi gigi penyebab, fokal infeksi
d) Pro medikamentosa post insisi drainase
C. Pembahasan
1. Pengertian Abses
Abses adalah daerah jaringan yang terbentuk dimana didalamnya terdapat nanah yang terbentuk sebagai usaha untuk melawan aktivitas bakteri berbahaya yang menyebabkan infeksi. Sistem imun mengirim sel darah putih untuk melawan bakteri sehingga terbentuklah nanah atau pus yang mengandung sel darah putih yang masih aktiv ataupun sudah mati serta enzim. Abses dapat terbentuk pada seluruh bagian di dalam tubuh, khususnya rongga mulut, bakeri dapat masuk dengan beberapa jalan, yakni melalui luka trauma yang terluka, lubang karies maupun poket atau ginggiva yang terbuka.
Abses dentoalveolar yaitu kantung berisi nanah di dalam jaringan sekitar akar gigi. Pada pemeriksaan radiologi, akan tampak gambaran radioluscent berbatas difus di periapikal. Ditandai dengan adanya pelebaran membran periodontal di daerah periapikal sebagai akibat dari peradangan singkat, dapat juga menyebabkan demineralisasi dari tulang alveolar dan sekitarnya sehingga terlihat gambaran radiolusen yang meluas disekitar apeks dengan batas yang difus. Lamina dura di daerah apeks gigi terputus. Terlihat adanya pelebaran membran periodontal. Apabila abses ini cukup lama, maka akan terlihat adanya residual dari ujung apeks gigi (Topazian, 2002).
2. Epidemiologi
Abses tidak terkait dengan ras maupun jenis kelamin, baik perempuan maupun laki-laki memiliki kesempatan yang sama. Abses dental jarang terjadi pada bayi karena abses tidak terbentuk sampai erupsi gigi. Pada anak-anak, abses periapikal merupakan abses dental yang paling sering terjadi. Hal ini terjadi karena lapisan enamelnya yang masih tipis, dan suplai darah gigi susu lebih banyak. Pada orang dewasa, abses periodontal lebih sering terjadi dibandingkan abses periapikal.
3. Etiologi
a. Pulpitis
b. Pasien dengan imunitas yang rendah
c. Ginggivitis
d. Infeksi postrauma atau infeksi infeksi postoperatif
4. Gambaran Klinis
a. Terjadi pembengkakan, jika sudah kronis sakitnya sekitar 4-5 hari
b. Mempunyai batas yang tidak jelas, jika kronis bisa sampai subkutan
c. Nyeri lokal yang berkembang dalam beberapa jam sampai beberapa hari
d. Gigi sensitif terhadap panas dan dingin
e. Demam
f. Pada ginggiva ditemukan adanya perdarahan, pembengkakan, panas dan kemerahan
g. Terdapat kegoyangan gigi
h. Pembengkakan kelenjar limfa di sekitar leher
i. Infeksi serius seperti trismus, disphagia, dan gangguan pernafasan
5. Gambaran radiologi
Pada pemeriksaan rontgen akan tampak gambaran radiolusen berbatas difus di periapikal. Ditandai dengan adanya pelebaran membran periodontal di daerah periapikal sebagai akibat dari suatu peradangan. Dalam waktu singkat dapat juga menyebabkan demineralisasi dari tulang alveolar dan sekitarnya sehingga terlihat gambaran radiolusen yang meluas di sekitar apeks dengan batas yang difus.
Lamina dura di daerah apeks gigi terputus. Terlihat adanya pelebaran membran periodontal. Apabila abses ini cukup lama maka akan terlihat adanya residual dari ujung apeks gigi.
6. Jenis- Jenis Abses
Abses dentoalveolar dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu (Newman, 2006):
a. Abses submukosa
1) Pengertian
Abses submukosa yaitu suatu infeksi supurasi (abses) pada daerah tepat di bawah mukosa, baik di vestibulum oris, palatinal, lingual, ataupun gingival.
2) Macam abses submukosa
a) Abses alveolar yaitu abses yang meliputi tulang alveolar
b) Abses periapikal yaitu abses yang terjadi disekitar ujung akar gigi yang saluran akarnya telah terinfeksi.
c) Abses periodontal yaitu abses yang terjadi karena timbulnya peradangan ligament periodontium, biasanya diawali dengan adanya periodontitis.
d) Abses gingival yaitu abses yang terjadi secara mendadak dan terbatas pada margin gingival
e) Abses vestibuler yaitu abses yang terjadi pada vestibulum oris, warna kemerahan, fluktuasi, rasa nyeri, gigi penyebab jelas terdeteksi, kadang ada pembengkakan ekstra oral
f) Abses palatum yaitu abses yang terjadi di tulang dan mukosa palatum. Tanda klinisnya berupa adanya pembengkakan di palatum, rasa nyeri, fluktuasi dan mukosa kemerahan
3) Patofisiologi
Perjalanan abses diawali dengan timbulnya periapikal abses yang kemudian menjadi subperiosteal abses sehingga mengakibatkan pecahnya periosteum kemudian pus mengalir ke daerah di bawah mukosa dan terbentuk abses submukosa.
4) Gambaran klinis
Abses submukosa ditandai dengan adanya rasa nyeri, kemerahan, fluktuasi jelas, sakit, terkadang mengalami trismus, sering terjadi pada regio molar dan premolar.
Gambar 3. Penjalaran abses submukosa
Gambar 4. Abses submukosa yang berada pada gingiva
b. Abses subkutan
1) Pengertian
Abses subkutan yaitu abses yang terjadi pada subkutan, dapat bersifat akut maupun subakut kronis.
2) Patofisiologi
Perjalanan abses subkutan diawali dengan terjadinya periapikal abses yang kemudian berkembang menjadi subperiosteal abses sehingga mengakibatkan pecahnya periosteum dan menembus fasia superfisialis kemudian pus mengalir ke daerah subkutis sesuai dengan regio yang terkena.
3) Gambaran klinis
Abses subkutan ditandai dengan adanya pembengkakan ekstra oral, kadang ada trismus, batas pembengkakan jelas, dan keadaan umum kurang baik.
Gambar 5. Penjalaran abses subkutan
7. Diagnosis banding
a. Ginggivostomatitis
b. Selulitis wajah
c. neoplasma
8. Komplikasi
Abses jika dibiarkan terus menerus akan terjadi komplikasi seperti:
a. Osteomielitis
b. Sinusitis maksilaris
c. Kista sekitar apeks gigi
d. Ludwigs angina
e. Trismus
9. Patofisiologi terjadinya trismus karena abses
Trismus merupakan keadaan terbatasnya membuka mulut akibat adanya kontraksi tonik dari otot mastikasi. Trismus disebabkan oleh beberapa hal baik trauma maupun infeksi odontogenik. Infeksi odontogenik yang dapat menimbulkan trismus, salahsatunya berasal dari abses.
Gambar 6. Penjalaran infeksi abses
Saat terjadinya penjalaran dari abses, bakteri masuk melalui perlekatan ototpengunyahan seperti masseter, sehingga mempengaruhi kinerja dari otot tersebut yang mengakibatkan otot berkontraksi. Saat otot berkontraksi inilah terjadinya trismus atau yang dikenal dengan istilah jaws lock.
10. Perawatan
a. Drainase pus melalui insisi pada jaringan gusi di daerah akar gigi, bila penyebabnya adalah gigi maka bisa dilakukan trepanasi gigi atau dilakukan pencabutan gigi penyebab. Setelah dilakukan drainase atau insisi maka pasien diberikan obat antibiotik (aerob/anaerob) (Newman, 2002)
b. Pulpektomi
c. Pulpotomi
D. Simpulan
Kasus ini menunjukan pasien wanita dengan abses pada gigi 47 yang disertai dengan adanya trismus. Pada awalnya dilakukan pengobatan trismus, lalu pasien kontrol kembali seminggu kemudian dengan keluhan masih sedikit kaku untuk membuka mulut dan disertai rasa nyeri. Sikap pasien non-kooperatif sehingga menyulitkan untuk dilakukan perawatan, pasien tidak mau dirawat inap.
Abses gigi merupakan suatu radang supuratif di dalam tubuh yang berisi pus, terjadi karena hancurnya jaringan, biasanya disebabkan oleh kuman-kuman piogenik. Abses gigi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu virulensi bakteri, ketahanan jaringan dan perlekatan otot. Abses gigi biasanya terjadi sebagai akibat dari gigi tidak diobati sehingga memungkinkan bakteri masuk ke bagian dalam gigi. Tanda dan gejala dari abses ini berupa adanya rasa nyeri, pembengkakan, kemerahan dan fluktuasi. Jika abses tidak segera ditangani, maka akan menimbulkan masalah yang lebih besar seperti selulitis, kista maupun osteomielitis. Penanganan yang terbaik untuk abses berupa insisi drainase, trepanasi/ cabut gigi yang terinfeksi. Jika memungkinkan, gigi yang terinfeksi tersebut dapat dilakukan perawatan saluran akar untuk mempertahankan gigi tersebut di dalam rongga mulut.
DAFTAR PUSTAKA
Newman. MG., Takei,HH., Caranza, FA. 2002. Carranzas Clinical Periodontology. 9th edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Newman. MG., Takei,HH., Caranza, FA. 2006. Carranzas Clinical Periodontology. 9th edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Topazian, R.G and Golberg, M.H., 2002. Oral and Maxillofacial Infection. WB Saunders. Philadephia.
1
6
top related