alkali metri

34
ALKALIMETRI 1.1 TUJUAN Menentukan kadar asam tartart ( C 4 H 6 O 6 ) secara Alkalimetri 1.2 TINJAUAN PUSTAKA Alkalimeteri adalah Penetapan kadar basa dengan menggunakan larutan baku asam kuat. Oleh sebab itu disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Reaksi Netralisasi Garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa. Prosesnya disebut dengan reaksi netralisasi. Zat-zat yang dihasilkan yang berbentuk kristalin disebut garam oleh ahli-ahli kimia zaman dulu, pembentukan garam seakan-akan merupakan hasil dari suatu proses kimia sejati, tetapi ini sebenarnya keliru. Lebih tepat dikatakan bahwa reaksi netralisasi sebagai penggabung anion-ion secara kimia. Zat-zat atmosfer, atau amfolit mampu melangsungkan reaksi netralisasi baik dengan asam maupun basa dan sifat ini disebut dengan sifat amfoter (Khopkar, 1990) Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain 1

Upload: ivontia-isiriyanti

Post on 24-Nov-2015

54 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

tugas kuliah

TRANSCRIPT

ALKALIMETRI

1.1 TUJUANMenentukan kadar asam tartart secara Alkalimetri1.2 TINJAUAN PUSTAKA Alkalimeteri adalah Penetapan kadar basa dengan menggunakan larutan baku asam kuat. Oleh sebab itu disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Reaksi Netralisasi Garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa. Prosesnya disebut dengan reaksi netralisasi. Zat-zat yang dihasilkan yang berbentuk kristalin disebut garam oleh ahli-ahli kimia zaman dulu, pembentukan garam seakan-akan merupakan hasil dari suatu proses kimia sejati, tetapi ini sebenarnya keliru. Lebih tepat dikatakan bahwa reaksi netralisasi sebagai penggabung anion-ion secara kimia. Zat-zat atmosfer, atau amfolit mampu melangsungkan reaksi netralisasi baik dengan asam maupun basa dan sifat ini disebut dengan sifat amfoter (Khopkar, 1990)Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya merupakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator (Anonim , 2008). Dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam dan basa keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam flask bersamaan dengan beberapa tetes 1 indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal basa) yang terdapat didalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadipada saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada titrasi dimana indikator warnanya berubah disebut titik akhir (Petrucci, 1997)Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Basset, 1994). Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang disebut sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir dan titik ekivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titk akhir adalah kesalahan acak yangberbeda untuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dannilainya dapat dihitung. Dengan menggunakan metode potensiometri dan konduktometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai nol (Rivai, 1995). Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas). Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2. Syarat larutan baku sekunder1. Tidak mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya.2. Zatnya tidak mudah dikeringkan, higrokopis, menyerap uap air, menyerap CO2 pada waktu penimbangan.3. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer.4. Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan5. Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.Larutan baku dapat dibuat dengan cara penimbangan zatnya lalu dilarutkan dalam sejumlah pelarut(air). Larutan baku ini sangat bergantung pada jenis zat yang ditimbangnya/dibuat. Syarat-syarat larutan baku primer :Larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat tertentu .Syarat agar suatu zat menjadi larutan baku primer adalah:1. Mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-1200C) dan disimpan dalam keadaan murni.2. Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara.3. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu.4. Sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan.5. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.6. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung. kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah.Larutan baku primer biasanya dibuat hanya sedikit, penimbangan yang dilakukanpun harus teliti, dan dilarutkan dengan volume yang akurat. Pembuatan larutan baku primer ini biasanya dilakukan dalam labu ukur yang volumenya tertentu. Zat yang dapat dibuat sebagai larutan baku primer adalah asam oksalat, Boraks, asam benzoat (C6H5COOH), K2Cr2O7, AS2O3, NaCl Konsentrasi larutan baku yang digunakan dapat berupa molaritas(jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan) dan normalitas(jumlah ekivalen zat terlarut dalam satu liter larutan). Satuan molaritas merupakan satuan dasar yang digunakan secara internasional, sedangkan satuan normalitas biasa juga dilakukan dalam analisis karena dapat memudahkan perhitungan.Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.Kadang-kadang kita perlu mengetahui tidak hanya atau sekedar pH, akan tetapi perlu kita ketahui juga berapa banyak asam atau basayang terdapat didalam sampel. Sebagai contoh, seorang ahli kimia lingkungan mempelajari suatu danau dimana ikan-ikannya mati. Dia harus mengetahui secara pasti seberapa banyak asam yang terkandung dalam suatu sampel air danau tersebut. Titrasi melibatkan suatu proses penambahan suatu larutan yang disebut tirant dari buret ke suatu flask yang berisi sampel dan disebut analit. Berhasilnya titrasi asam-basa tergantung pada seberapa akurat kita dapat mendeteksi titik stoikiometri. Pada titik tersebut, jumlah mol dari H3O+ dan OH- yang ditambahkan sebagai titrant adlah sama dengan jumlah mol dari OH- atau H3O+ yang terdapat dalam analit. Pada titik stoikiometri, larutan terdiri dari garam dan air. Larutan tersebut adalah asam apabila ion asam yang terkandung didalamnya, dan basa apabila ion basa yang terkandung didalamnya (Atkins, 1997 : 550).Misalkan kita ingin menentukan molaritas dari suatu larutan yang tidak diketahui konsentrasinya. Kita bisa menentukan konsentrasi tersebut melalui suatu prosedur yang disebut titrasi, dimana kita menetralisasi suatu asam dengan suatu basa yang telah diketahui konsentrasinya. Pada titrasi, pertama-tama kita menempatkan suatu asam yang volumenya telah ditentukan ke dalam suatu flask. Dan tambahkan beberapa tetes indikator seperti penolftalein, kedalam larutan asam. Dalam larutan asam, penolftalein tidak berwarna. Kemudian, buret kita isi dengan larutan NaOH yang konsentrasinya telah diketahui. dan dengan hati-hati NaOH ditambahkan ke asam pada flask. Kita bisa mengetahui bahwa netralisasi telah berlangsung ketika penolftalein volume yang ditambahkan dan molar NaOH, kita dapat menentukan konsentrasi asam tartrat (Timberlake, 2004 : 354-355)a. Asam Tartrat Nama Resmi : Tartaric AcidNama Lain : 2,3-dihydroxysuccinic acid threaric acidracemic aciduvic acidparatartaric acidRumus Molekul : Berat Molekul : 150,09 g/molPemerian: hablur, tidak berwarna atau serbuk putih, tidak berbau, rasa sangat asam.Kelarutan : Sangat mudah larut dalam ai,r mudah larut dalam etanol 95% P, sukar larut dalam eter P Penyimpanan : dalam wadah tertutup baikKhasiat: -Kegunaan : Sebagai Sampel

b. Air suling Nama Resmi : Aquades desilataNama Lain : AquadestRumus molekul : H2OBerat molekul : 18,02 g/molPemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.Kegunaan : Sebagai pelarut

c. Gliserol Nama resmi : Glycerolum Nama lain : Gliserol/GliserinRM/BM : C3H8O3 /92,10 g/molPemerian : Cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopisKelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam minyak lemakPenyimpanan : Dalam wadah tertutup baikKandungan : -Khasiat: Zat tambahanKegunaan : Sebagai sampel

d. Fenolftalein Nama resmi : PhenolftaleinNama lain : FenolftaleinRM/BM : C20H14O4/318,32 g/molPemerian : Serbuk hablur putih, putih atau kekuningan, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eterKelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%) PPenyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.Kandungan : -Khasiat : -Kegunaan : Sebagai larutan indikator.

e. Natrium hidroksida Nama resmi : Natrii hydroxydumNama lain : Natrium hidroksidaRM/BM : NaOH/40,00 g/molPemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, rapuh dan mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap CO2Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) .Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baikKandungan : Mengandung tidak kurang dari 97,5% alkali jumlah dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih dari 2,5% Na2CO3Khasiat: -Kegunaan: Sebagai zat tambahan.

1.3 PRINSIP KERJAPenetralan Asam basa Penetapan kadar asam tartrat menurut FI III :Kurang lebih 3 gram yang ditimbang seksama larutkan dalam 10 ml air. Titrasi NaOH 1 N menggunakan indicator Fenolftalein.

1.4 KESETARAAN

1 mol NaOH ~ 1 mol

1.5 ALAT DAN BAHAN1.5.1 ALAT Erlenmeyer 250 mL Gelas bekker 250 mL dan 500 mL Batang Pengaduk Corong Sire Pipet tetes Labu ukur 50 mL Pipet volume 10 mL Gelas arloji Gelas ukur 10 ml Buret asam dan basa 50 mL Kompor listrik Neraca analitik Statif dan klem

1.5.2 BAHAN NaOH Asam Tartrat Kalium Biftalat Gliserol Netral Indicator PP Aquadest Bebas C

1.6 CARA KERJA1.6.1 PEMBUATAN LARUTAN Pembuatan larutan NaOH 0,05N sebanyak 500ml= = = 1 gram Menimbang NaOH 1 gram larutkan dalam backerglass dengan Aquadest bebas CO2 sampai larut. Menambahkan Aquadest bebas bebas CO2 ad 500 ml dalam labu takar 500 ml. Kocok hingga homogeny dan larut.

Larutan Glyserol netral 10 ml Memasukkan larutan Glyserol 10 ml dalam Erlenmeyer. Ditambahkan 2 tetes indicator PP 1 % Titrasi dengan larutan NaOH standart ad terjadi perubahan warna merah muda konstan.

Indikator PP 2% 60 ml Pembuatan etanol 90% sebanyak 60 ml V1 . N1 = V2 . N260.90 = V2 . 965400 = 96. V2

(Mengukur 56,25 etanol 96%, masukkan dalam gelas ukur 100 ml ditambah aquadest bebas CO2 ad 60 ml) Mengukur indicator PP 200mg Menimbang etanol 90% sebanyak 60 ml. larutan indicator PP 200 mg dengan 60 ml etanol 90% masukkan dalam labu takar ditambah aquadest ad sampai 50 ml

Orientasi Kadar Asam Tartrat1. Timbang seksama 100 mg asam Tartrat dengan timbangan Analitik.2. Masukkan dalam Erlenmayer ditambah aquadest bebas CO2 sampai larut.3. Tembahkan 3 ml glycerol netral.4. Tambahkan 3 tetes indicator PP 1%5. Titran dengan NaOH 0,05 N standart sampai terjadi perubahan warna merah muda konstan.

Penetapan kadar Asam Tartrat1. Timbang 300 mg Asam Tartrat dengan timnbangan analitik.2. Masukkan dalam Erlenmayer ditambah aquadest bebas CO2 sampai larut.3. Tembahkan 3 ml glycerol netral4. Tambahkan 3 tetes indicator PP 1%5. Titran dengan NaOH 0,05 N standart sampai terjadi perubahan warna merah muda konstan.(replikasi 3x)

Cara pembuatan Kalium Biftalat 0,05 N = 0,5105 gram Menimbang kalium biftalat ( 0,5105 gram. Larutkan dalam backerglass ditambah sedikit aquadest bebas CO2 aduk ad larut. Masukkan dalam labu takar 50 ml tambahkan aquadest bebas CO2 ad 50 ml.

Penetapan kadar NaOH dengan kalium biftalat Pipet 10 ml kalium biftalat standart, masukkan dalam Erlemayer Tambahkan aquadest bebas CO2 10 ml. Tambahkan 2 tetes PP 1% Titrasi dengan NaOH 0,05 N standart sampai terjadi perubahan warna merah muda konstan. (Replikasi 3x)

1.7 HASIL1.7.1 ORIENTASI PENIMBANGANa. Penimbangan IData penimbangan asam tartratKertas + Sampel = 0,350 g = 350 mgKertas + Sisa = 0,250 g = 250 mg Sampel 100 mg Titran NaOH 5,00 ml b. Penimbangan IIKertas + Sampel = 0,550 g = 550 mgKertas + Sisa = 0,250 g = 250 mgSampel 300 mg Titran NaOH 11,00 ml

PERHITUNGANa. Perhitungan IPembacaan buret sampel 0,00 5,00 = 5,00 ml (karena hasil pembacaan buret 10-40 ml maka penimbangan sampel asam tartrat dinaikkan menjadi 300 mg)

Kadar Asam Tartrat I= x 100% x 100% x 100% x 100%

= 18,76 %

b. Perhitungan IIPembacaan buret sampel0,00- 11,00 = 11,00 ml

Kadar asam tartrat II = x 100%= x 100% x 100% x 100%

= 13,76 %

Jadi rencana penimbangan sampel asam tartrat adalah 300 mg

1.7.2 Standarisasi Larutan NaOH 0,05 N Dengan Menggunakan Kalium Biftalat. Pembacaan buret standarisasi naOH 0,05 N dengan kalium biftalat1. 0,00 12,30 = 12,30 ml2. 0,00 12,00 = 12,00 ml3. 0,00 12,40 = 12,40 ml

I. Pembacaan buret 12,30 mlV1 . N1 = V2 . N2NaOH = Kalium biftalat12,30.N1 = 10 . 0,05N1 = 0,0406 NNormalitas NaOH adalah 0,0406 N

II. Pembacaan buret 12,00 mlV1 . N1 = V2 . N2NaOH = Kalium biftalat12,00.N1 = 10 . 0,05N1 = 0,0416 NNormalitas NaOH adalah 0,0416 N

III. Pembacaan buret 12,40 mlV1 . N1 = V2 . N2NaOH = Kalium biftalat12,40.N1 = 10 . 0,05N1 = 0,0403 NNormalitas NaOH adalah 0,0403 N

Jadi, rata-rata normalitas NaOH :

1.7.3 Penetapan Kadar Asam Tartrat Dengan Larutan NaOH 0,05N (Replikasi 3x) PENIMBANGANa. Penimbangan IData penimbangan asam tartratKertas + Sampel = 0,560 g = 560 mgKertas + Sisa = 0,260 g = 260 mg Sampel 300 mg Titran NaOH 19,30 ml

b. Penimbangan IIData penimbanfan asam tartratKertas + Sampel = 0,550 g = 550 mgKertas + Sisa = 0,250 g = 250 mg Sampel 300 mg Titran NaOH 20,30 ml

c. Penimbangan IIIData penimbangan asam tartratKertas + Sampel = 0,540 g = 540 mgKertas + Sisa = 0,240 g = 240 mg Sampel 300 mg Titran NaOH 20,40 ml

PERHITUNGANa. Perhitungan 1Pembacaan buret sampel0,00- 19,30 = 19,30 ml

Kadar asam tartrat I= x 100% x 100% x 100%

= 19,69 %

b. Perhitungan IIPembacaan buret sampel0,00- 20,30= 20,30 ml

Kadar asam tartrat II = x 100% x 100% x 100% x 100%

= 20,71 %

c. Perhitungan IIIPembacaan buret sampel0,00- 20,40 = 20,40 ml

Kadar asam tartrat III = x 100%= x 100% x 100% x 100%== 20,81 %

Jadi, data sampel:1. 19,69% (data dicurigai)2. 20,71%3. 20,81%

20,710,05

20,760,05

20,810,05

UjiData penolakan : 19,69 20,76 > 0,05 . 2,51,07 > 0,05. 2,51,07 > 0,125 (data mengalami penolakan)

Kadar Asam Tartrat

Jadi kadar Asam Tartrat Dalam Percobaan ini adalah 20,76%

1.8 PEMBAHASANTitrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titrasi asam basa sering disebut alkalimetri. Reaksi dasar dalam titrasi asam-basa adalah netralisasi atau penetralan, yaitu reaksi asam dan basa, yang dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi seperti berikut : H+ + OH- H2OBila kita mengukur berapa ml larutan asam bertitar tertentu yang diperlukan untuk menetralkan larutan basa yang kadar atau titernya belum diketahui, maka pekerjaan itu disebut asidimetri. Peniteran sebaliknya, asam dengan basa yang titernya diketahui disebut alkalimetri. Dalam titrasi sampel direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga jumlah kedua zat tersebut ekivalen. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk padat, maka beratnya harus diketahui dengan tepat. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk larutan, maka volume dan konsentrasinya harus diketahui dengan tepat. Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut larutan baku atau larutan standar. Larutan standar dibagi menjadi dua yaitu, larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan yang kadarnya dapat diketahui secara langsung dari hasil penimbangan. Contohnya K2Cr2O7 dan Na2B4O7. Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya ditentukan dengan cara pembakuan. Contohnya NaOH dan HCl. Pelaksanaan penentuan kadar zat dengan jalan titrasi yaitu, larutan peniter diteteskan sedikit demi sedikit kedalam larutan contoh sampai tercapai titik akhir titrasi yaitu, titik dimana indikator tepat berubah warna. Hendaknya diusahakan agar titik akhir ini sedekat mungkin pada titik ekivalen yaitu, titik dimana titran dan titrat tepat saling menghabiskan, tidak ada kelebihan yang satu maupun yang lain. Dalam penentuan titik akhir titrasi digunakan indikator yaitu, senyawaan yang digunakan sebagai penunjuk visiual pada saat tercapainya titik setara titrasi antara dua larutan tertentu. Dalam alkalimetri indikator yang digunakan adalah indikator pH yaitu zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Sebenarnya telah terjadi reaksi antara indikator dan asam atau basa yang bersangkutan. Pada percobaan titrasi antara NaOH dan yaitu titrasi asam lemah dengan basa kuat digunakan indikator PP. Dikarenakan trayek pH indikator PP mencakup pH titik ekivalen antara asam lemah dengan basa kuat. Jadi ketika indikator tepat berubah warna atau titik akhir titrasi telah tercapai, ini berarti jumlah titrat telah ekivalen dengan jumlah titran. Oleh karena itu, indikator PP sangat tepat digunakan untuk penunjuk titrasi asam lemah dengan basa kuat. Alkalimetri pada percobaan ini yang akan ditetapkan kadarnya adalah asam tartrat dengan menggunakan kalium biftalat. Sebanyak 10 ml kalium biftalat standart masukkan dalam erlemeyer tambahkan aquadest bebas CO2 10 ml asam tartrat diencerkan didalam labu ukur hingga 100 ml. Dari 100 ml larutan asam cuka yang telah diencerkan dipipet 10 ml dan ditambahkan 2 tetes indikator PP, Lalu asam tartrat dititrasi dengan larutan NaOH 0,05 N yang telah distandarisasi. Pada saat titik akhir telah tercapai warna larutan berubah menjadi merah muda konstan dikarenakan penambahan [OH-], menyebabkan [H+] berkurang dan keseimbangan bergeser ke kanan, perubahan HIn menjadi In-. Sehingga warna larutan berubah menjadi merah muda konstan yang disebut warna basa indikator. Setelah didapat titik akhir pada volume NaOH maka dapat dihitung kadar. Dari perhitungan didapatkan kadar sebesar 20,76% Pada saat melakukan titrasi banyak kemungkinan faktor kesalahan yang terjadi diantaranya :- Kebersihan alat-alat yang digunakan. Alat yang digunakan harus bersih dan kering agar tidak terjadi kontaminasi dengan zat-zat sisa yang tertinggal pada alat-alat yang digunakan.- Kelebihan titran sehingga volume titik akhir melebihi yang seharusnya.- Kesalahan praktikan pada pembacaan miniskus buret. Dalam kehidupan sehari-hari alkalimetri memiliki peranan penting. Misalnya dalam bidang kesehatan basa (Mg(OH)2) digunakan sebagai antasida untuk menetralkan asam lambung (HCl). Dalam bidang farmasi, alkalimetri digunakan untuk menentukan gugus obat sulfa. Pada peniteran asam dan basa, setiap basa yang diteteskan bereaksi dengan asam dan peniteran dihentikan pada saat jumlah mol H+ setara dengan jumlah mol OH-. Pada saat ini larutan bersifat netral, atau [H+] = [OH-] = 107.Indikator yang tepat untuk titik akhir titrasi ini salah satunya adalah fenolftalein yang memiliki trayek pH 8,2 10,00.

1.9 KESIMPULANSetelah melakukan percobaan Penentuan Asam Tartrat dengan Alkalimetri maka praktikan dapat menarik kesimpulan yaitu :1. Dari percobaan didapat kadar asam tartrat sebesar 20,76 %. Sedangkan dalam teori kadar asam tartrat sebesar 20 %.2. Reaksi yang ada pada titrasi ini adalah reaksi netralisasi yaitu reaksi antara asam dengan basa untuk mencapai titik ekivalen.3. Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat indikator yang sesuai adalah phenolphthalein.4. Metode titrasi alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar zat yang bersifat asam ataupun basa dalam sampel.5. Larutan baku yang digunakan dalam titrasi alkalimetri adalah asam kuat ataupun basa kuat yang telah diketahui konsentrasinya secara tepat.6. Pada titrasi asam lemah dan basa kuat, pH larutan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya volume larutan dari basa kuat.

Kemungkinan kesalahan terjadi disebabkan oleh factor:- Kebersihan alat-alat yang digunakan. Alat yang digunakan harus bersih dan kering agar tidak terjadi kontaminasi dengan zat-zat sisa yang tertinggal pada alat-alat yang digunakan.- Kelebihan titran sehingga volume titik akhir melebihi yang seharusnya.- Kesalahan praktikan pada pembacaan miniskus buret.

1.10 DAFTAR PUSTAKAAnonim.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta : Depkes RIBrady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa AksaraDay,RA.,Uderwood A.L1980.Analisa Kimia Kuntitatif Edisi keempat. erlangga: Jakarta.Harjadi,W. 1987. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia : JakartaJ. Basset dkk. 1994. Teknik Analisis Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.Keenan,W. Kleinfelter. 1980. Kimia Untuk Universitas. Erlangga : JakartaKeenan, C. W, dkk. 1998. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia : JakartaSastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar. Gajah Mada Universitas Press : JogjakartaSyabani,M.W.2009.Buku Petunjuk Pratikum Kimia Analisis. Akademi Teknoloi Kulit: Yogyakarta.

1