aktualisasipancasiladikampus-140917003418-phpapp02

Upload: bambang-satrio

Post on 03-Mar-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Semoga bermanfaat.

TRANSCRIPT

  • AKTUALISASI PANCASILA SEBAGAI

    PARADIGMA KEHIDUPAN BANGSA

    INDONESIA DI LINGKUNGAN KAMPUS

    Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila

    Disusun oleh :

    Abida Muttaqiena 7450406003

    Liris Nurrahmi 7450406049

    Saadilah Fitri F. 7450406050

    Dania Safia S. 7450406051

    Fresti Aditya 7450406052

    JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2007

  • 2

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Keberhasilan suatu bangsa dalam membangun kehidupannya sangat

    ditentukan oleh kemampuan bangsa yang bersangkutan untuk memandang dan

    menyikapi secara benar persoalan-persoalan yang dihadapi. Untuk itu diperlukan

    falsafah dan pandangan hidup yang berakar pada nilai-nilai kepribadian bangsa.

    Tanpa falsafah dan pandangan hidup, suatu bangsa akan terombang-ambing oleh

    berbagai persoalan yang timbul dan tidak memiliki arah yang jelas dalam

    kehidupannya.

    Bangsa Indonesia telah memiliki Pancasila sebagai dasar negara.

    Dengan demikian, bangsa Indonesia memiliki pedoman dalam kehidupan

    bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Persoalannya adalah bagaimana agar

    nilai-nilai Pancasila benar-benar mewarnai kehidupan nyata dari setiap manusia

    Indonesia, termasuk para mahasiswa. Aktualisasi Pancasila sebagai paradigma

    kehidupan bangsa Indonesia di lingkungan kampus perlu dilakukan untuk

    mengembangkan kepribadian mahasiswa sebagai manusia Indonesia yang

    pancasilais. Sehingga diharapkan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa

    tetap berpijak pada kepribadian bangsanya dalam berperan dan menyongsong era

    global.

    Diterimanya Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara,

    membawa konsekuansi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu dijadikan

    landasan pokok, landasan fundamental bagi pengaturan serta penyelenggaraan

    negara. Hal ini telah dilakukan, yaitu dengan menjabarkan nilai-nilai Pancasila

    tersebut ke dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan

    pengakuan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mengharuskan kita sebagai

    bangsa untuk mentransformasikan nilai-nilai Pancasila itu ke dalam sikap dan

    perilaku nyata dalam perilaku hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,

    termasuk di lingkungan kampus. Tanpa adanya transformasi nilai-nilai tersebut

    dalam kehidupan nyata, maka Pancasila hanya tinggal nama tanpa makna, sebagai

    hiasan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

  • 3

    B. Permasalahan 1) Bagaimana cara mengaktualisasikan Pancasila di lingkungan

    kampus ?

    2) Sejauh mana pengaktualisasian Pancasila sebagai paradigma

    bangsa Indonesia di lingkungan kampus masa kini ?

    3) Contoh pengaktualisasian Pancasila di lingkungan kampus !

    C. Tujuan 1) Untuk mengetahui cara aktualisasi Pancasila sebagai paradigma

    bangsa Indonesia di lingkungan kampus.

    2) Untuk mengetahui sejauh mana pengaktualisasian Pancasila

    sebagai paradigma bangsa Indonesia di lingkungan kampus masa

    kini.

    3) Untuk mendapatkan contoh pengaktualisasian Pancasila di

    lingkungan kampus.

  • 4

    PEMBAHASAN

    Istilah paradigma awalnya digunakan dan berkembang dalam dunia

    ilmu pengetahuan, teutama alam filsafat. Secara terminologis, istilah ini

    dikembangkan oleh Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul The Structure

    of Scientific Revolution ( 1970: 49). Paradigma diartikan sebagai asumsi dasar

    atau asumsi teoritis yang umum sehingga paradigma merupakan sumber nilai,

    hukum, dan metodologi. Sesuai dengan kedudukannya, paradigma memiliki

    fungsi yang strategis dalam membangun kerangka berpikir dan penerapannya.

    Istilah paradigma makin lama makin berkembang dan biasa dipergunakan dalam

    berbagai bidang kehidupan dan ilmu pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari,

    paradigma berkembang menjadi terminologi yang mengandung pengertian

    sebagai: sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas, tolok ukur,

    parameter, serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan, dan

    proses dalam bidang tertentu, termasuk dalam pembangunan, gerakan reformasi

    maupun dalam proses pendidikan. Dengan demikian, paradigma menempati posisi

    dan fungsi yang strategis dalam setiap proses kegiatan.

    Aktualisasi Pancasila sebagai paradigma kehidupan bangsa Indonesia

    di lingkungan kampus akan terlaksana dengan baik jika semua komponen di

    kampus dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap aspek kegiatannya.

    Komponen itu meliputi mahasiswa, dosen, karyawan, dan birokrat kampus.

    Kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan tak sebatas kegiatan akademik, tapi juga

    kegiatan non akademik, termasuk penyelenggaraan seminar, pemilihan presiden

    mahasiswa, dan lain-lain.

    Kebebasan Mimbar Akademik

    Tujuan perguruan tinggi tahun 2010 (Higher Education Long Term

    Strategy- HELT 2003-2010) adalah perguruan tinggi yang sehat sehingga mampu

    berkontribusi langsung pada daya saing bangsa. Senada dengan HELT 2003-2010,

    hakekat pengembangan mahasiswa sebagai aset bangsa meliputi :

    1) Pengembangan kemampuan intelektual, keterampilan, keseimbangan emosi,

    dan penghayatan spiritual mahasiswa, agar menjadi warganegara yang

    bertanggung jawab serta berkontribusi pada daya saing bangsa.

  • 5

    2) Pengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan

    masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan, dan berbasis pada

    partisipasi publik.

    3) Peningkatan kualitas sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan

    aktualisasi diri mahasiswa yang menyangkut aspek jasmani maupun rohani.

    Perguruan tinggi sebagai tempat pengembangan mahasiswa

    diselenggarakan dengan tujuan untuk :

    1) Menyiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki

    kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan,

    mengembangkan dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi, dan

    kesenian.

    2) Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau

    kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup

    masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

    Penyelenggaraan kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan diatas

    berpedoman pada tujuan pendidikan nasional; kaidah, moral, dan etika ilmu

    pengetahuan; kepentingan masyarakat; serta memperhatikan minat, kemampuan

    dan prakarsa pribadi. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, perguruan tinggi

    menyelenggarakan kegiatan yang disebut dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi,

    yakni kegiatan yang terdiri dari:

    1) Pendidikan, merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan menusia terdidik

    yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan,

    mengembangkan dan atau menciptakan IPTEK dan seni. Dengan demikian

    diharapkan dapat menghasilkan lulusan perguruan tinggi, serta peningkatan

    produktivitas masyarakat karena terlibatnya lulusan dalam proses produksi.

    2) Penelitian, merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan pengetahuan

    empirik, teori, konsep, metodologi, model, atau informasi baru guna

    memperkaya IPTEK dan seni.

    3) Pengabdian kepada masyarakat, merupakan kegiatan yang memanfaatkan

    IPTEK dalam upaya memberikan sumbangan demi kemajuan masyarakat.

    Sehingga diharapkan akan ada peningkatan kepercayaan dan kehendak

    masyarakat untuk melibatkan perguruan tinggi dalam masalah

    pembangunannya.

  • 6

    Perguruan tinggi, baik di Indonesia maupun di Barat, memiliki

    otonomi yang menghendaki adanya kebebasan akademik yaitu serangkaian

    kegiatan akademik untuk mencari kebenaran Ilmiah. Dalam perkembangan dan

    dalam penyelenggaraan otonomi kampus bagi perkembangan ilmu pengetahuan

    timbul istilah kebebasan mimbar akademik. Istilah itu mengandung pengertian

    proses pengembangan ilmu lewat kegiatan perkuliahan atau mimbar akademik (

    Soegito, 2006: 207). Dosen dan mahasiswa dalam menjalankan kebebasan

    akademik akan menempuh jalur norma-norma akademik. Jalur ini mencakup

    serangkaian langkah metodologis; yaitu penemuan masalah, tujuan, manfaat, cara

    mencapai kebenaran, analisis, dan simpulan.

    Otonomi keilmuan

    Ilmu yang berkembang tidak saja merupakan kerangka pemikiran

    logis, tetapi juga telah teruji. Dengan ilmu, orang akan bisa menjelaskan gejala

    sosial dan alam secara rinci dan kemudian dapat meramalkannya. Pada

    hakekatnya ilmu memiliki objek kajian (ontologis), dan memiliki metode untuk

    mencapai kebenaran (epistemologis), dan memiliki kemampuan terkait dengan

    masyarakatnya (aksiologis). Ilmu yang dapat berembang pada prinsipnya karena

    kaidah moral, pertimbangan etis, dan norma kerja profesinya.

    Ilmu pengetahuan memang dapat memperoleh otonomi dalam

    melakukan kegiatannya untuk mempelajari alam semesta, tetapi masalah moral

    akan muncul manakala berkaitan dengan penggunaan pengetahuan ilmiah itu.

    Misalnya dalam kontroversi tentang kloning manusia, bayi tabung, dan

    penggunaan embrio dalam kosmetik anti aging.

    Beberapa isyarat tersebut mengisyaratkan betapa ilmu pengetahuan

    hanya memiliki otonomi dalam sisi kajian internal (terbatas pada penerapan

    metodologinya untuk mencapai kebenaran ilmiah). Ilmu pengetahuan selalu

    dituntut bagaimana dapat memiliki kegunaan di masyarakatnya. Karena pada

    masa pembangunan ini keberadaan ilmu pengetahuan di perguruan tinggi dituntut

    mempunyai nilai kegunaan di masyarakat. Keberadaan ilmu kedokteran, misalnya,

    perlu dapat mengatasi masalah kesehatan masyarakat secara luas. Disamping itu,

    keberadaan ilmu-ilmu sosial harus mampu menunjukkan kemampuannya

    menciptakan dinamika dan integritas bagi masyarakatnya. Untuk itu kaitan ilmu

  • 7

    sosial dan bidang IPOLEKSOSBUDROHANKAM cukup besar. Dapat dikatakan

    bahwa ilmu sosial tidak mungkin berkembang terlepas dari masyarakatnya, karena

    ilmu sosial adalah bagian dari gejala perilaku masyarakat.

    Dimasukkannya Pendidikan Pancasila dalam kurikulum pendidikan

    formal di Indonesia, termasuk dalam kurikulum Perguruan Tinggi, merupakan

    salah satu upaya agar civitas academica memahami nilai-nilai dasar yang dianut

    bangsa Indonesia, sehingga ilmu pengetahuan yang dikembangkan tetap berada

    dalam jalur koridor yang tak bertentangan dengan nilai-nilai, dan dapat diterapkan

    dalam kehidupan.

    Kampus Sebagai Kekuatan Moral Pengembangan

    Hukum dan HAM

    Hukum, Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi adalah tiga isu

    krusial yang selalu hangat dibicarakan orang. Pembicaraan ketiganya bukan hanya

    karena di persoalkan oleh dunia internasional, melainkan karena ketiganya adalah

    milik yang diwarisi manusia sejak lahir dari kodrat illahiNya. Namun, ketiganya

    sulit dilaksanakan karena sering diabaikan orang atau karena kita tidak mau dan

    tidak mampu melaksanakan dan menegakkannya. Ketidakmampuan

    melaksanakan hukum, HAM, dan demokrasi, sampai-sampai dunia internsional

    menyetop bantuannya, PBB menyorotnya, negara-negara berpaling dan membenci

    negara dan bangsa kita. Hal ini disebabkan oleh ketidak tahuan, kurang

    penghormatan, dan kurang memberi jaminan kepada tegaknya hukum, HAM, dan

    demokrasi di negara ini. Oleh karena itu, semua lembaga harus secara bersama-

    sama berupaya melaksanakan dan menegakkan hukum, HAM, dan demokrasi.

    Kampus diharapkan menjadi kekuatan moral (moral force)dalam

    mengembangkan penegakan itu. Sebab kampus adalah tempat orang-orang

    cendikia mengembangkan ilmu. Sementara hukum adalah aturan yang disepakati

    oleh semua orang agar terjadi keteraturan hidup; HAM adalah hak-hak bawaan

    kodrat yang dimiliki semua orang pada segala jaman, yang tidak bersifat khusus

    dimiliki oleh orang khusus, melainkan tanpa perbedaan ras, agama, bangsa,

    kedudukan atau jenis kelamin; dan demokrasi adalah cara yang dipakai dalam

    menyelesaikan masalah-masalah berkehidupan.

  • 8

    Tujuan yang agung dan baik dari HAM perlu didukung oleh beberapa

    persyaratan. Persyaratan itu, pertama ialah karakter manusia. Karakter manusia

    untuk mmiliki kesadaran dan daya serap terhadap tujuan HAM sangat diperlukan.

    Hal ini dimaksudkan untuk menentuan tegak-tidaknya penghargaan serta

    pencapaian tujuan tersebut. Kedua adalah karakteristik kesadaran jiwa manusia

    dan ketiga ialah intelektualitas yang cukup memadai. Semakin tinggi inteletualitas

    seseorang serta semakin banyak pengetahuan tentang isi, hakikat, tujuan sesuatu

    pesoalan akan semakin tinggi derajat kepatuhan dan usaha pencapaiannya. Selain

    itu, faktor lain yang dapat menunjang tegaknya HAM adalah stabilitas negara.

    Pelaksanaan HAM pada habitat demokrasi dan dalam kehidupan

    sehari-hari tidak dapat dilakukan tanpa mengenal batas, artinya pelaksanaan HAM

    itu tidaklah bersifat mutlak, melainkan dibatasi oleh aturan. Pelaksanaan yang

    tidak mengenal batas dengan sendirinya akan melanggar HAM yang sama yang

    dimiliki oleh orang lain. Oleh karena itu, negara atau pemerintah perlu menyusun

    hukum yang mengaturnya.

    Selanjutnya, bagaimana pelaksanaan hukum, HAM, dan demokrasi

    dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat menjawabnya, dapat dilihat dalam

    kehidupan sebuah lembaga perguruan tinggi kampus. Dalam kehidupan di

    kampus, yang pertama-tama dan utama dituntut oleh kampus terhadap para

    warganya yaitu civitas academica adalah kewajiban. Kewajiban-kewajiban itu

    tersebut seperti mematuhi dan melaksanakan aturan-aturan kampus itu sendiri,

    yaitu memelihara disiplin kampus, menjunjung tinggi nama dan kehormatan

    kampus, dan membayar SPP. Setelah semua kewajiban terhadap organisasi

    dipenuhi, baru para civitas academica dipenuhi hak-haknya oleh lembaga

    dimaksud. Dari contoh, jelas bahwa seluruh civitas academica memiliki

    kewajiban, hak, demokrasi, dan kepatuhan pada hukum. Dengan ilustrasi

    kehidupan kampus seperti itu, diharapkan para warga kampus dan kampus itu

    sendiri dapat menjadi kekuatan moral dalam pengembangan hukum dan HAM.

    Pada gilirannya dalam melaksanakan hukum, HAM, dan demokrasi harus disertai

    dengan rasa penuh tanggung jawab terhadap dirinya, terhadap sesama, dan

    terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

  • 9

    Pengembangan Kegiatan Kemahasiswaan

    Pengembangan kegiatan kemahasiswaan dilakukan dengan visi untuk

    menciptakan mahasiswa Indonesia yang cerdas dan kompetetif. Tujuannya antara

    lain:

    1) Mengembangkan kegiatan kemahasiswaan sesuai dengan visi dan misi

    perguruan tinggi.

    2) Mengembangkan penalaran dan keilmuan; penelusuran bakat, minat, dan

    kemampuan; kesejakteraan kepedulian sosial; dan kegiatan penunjang

    berlandaskan pada kaidah akademik, moral dan etika ilmu pengetahuan serta

    kepentingan masyarakat.

    3) Mengembangkan dan meningkatkan kualitas program dan sarana penunjang.

    Pelaksana program pengembangan mahasiswa meliputi :

    1) Lembaga kemahasiswaan.

    a. Keorganisasian ( kepemimpinan manajemen )

    b. Minat dan kegemaran ( Seni olahraga )

    c. Kerokhanian kesejahteraan

    d. Penalaran ( KTM, Penerbitan )

    2) Pembina / Pendamping

    a. Penalaran Karya Tulis Mahasiswa (KTM)

    b. Kesejahteraan Beasiswa

    Dalam pengembangan kemahasiswaan, Pancasila harus selalu

    disertakan sebagai dasar bagi setiap kegiatannya. Misalnya bahwa tidak

    diperkenankan mengadakan kegiatan yang bersifat menyinggung SARA karena

    akan mengganggu keuuhan negara seperti yang tercantum dalam sila ketiga

    Pancasila. Selain itu, diharapkan kegiatan kegiatan di Perguruan Tinggi dapat

    menumbuhkembangkan budaya Pancasila dalam diri mahasiswa. Contohnya

    adalah sistem pemerintahan mahasiswa di kampus yang mengadakan pemilihan

    presiden mahasiswa setiap tahun (BAAK UNNES, 2006: 28 ) yang dirancang oleh

    DPMU.

  • 10

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Diterimanya Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara,

    membawa konsekuansi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu dijadikan

    landasan pokok, landasan fundamental bagi setiap aktivitas di Indonesia.

    Aktualisasi Pancasila sebagai paradigma kehidupan bangsa Indonesia di

    lingkungan kampus akan terlaksana dengan baik jika semua komponen di kampus,

    yang meliputi mahasiswa, dosen, karyawan, dan birokrat kampus, dapat

    menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap aspek kegiatannya.

    Dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan antara lain :

    1) Kebebasan mimbar akademik di Kampus dapat menjadi tempat

    pengembangan tradisi Pancasila, seiring dengan pengembangan ilmu-ilmu

    pengetahuan..

    2) Otonomi keilmuan harus berjalan dalam koridor nilai yang telah tercakup

    dalam lima sila Pancasila.

    3) Kampus sebagai kekuatan moral pengembangan hukum dan HAM, merupakan

    salahsatu bukti bahwa kampus memiliki peran penting dalam internalisasi dan

    pengembangan nilai-nilai Pancasila.

    4) Pengembangan kegiatan kemahasiswaan tidak boleh bertentangan dengan

    Pancasila, dan sebisa mungkin harus dilaksanakan berdasarkan Pancasila,

    sebagai paradigma bangsa Indonesia di lingkungan kampus.

    Saran

    1) Kepada seluruh komponen di kampus, yaitu mahasiswa, dosen, karyawan dan

    birokrat kampus, agar selalu menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap

    kegiatannya.

    2) Agar Pendidikan Pancasila tetap dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di

    Indonesia, karena dibutuhkan untuk proses internalisasi Pancasila pada

    generasi muda.

  • 11

    DAFTAR PUSTAKA

    BAAK UNNES. Buku Panduan Universitas Negeri Indonesia 2006-2007.

    Semarang: BAAK UNNES.

    Kusmuriyanto. Pola Pembinaan dan Pengembangan Kemahasiswaan.

    Disampaikan dalam Workshop Penulisan Karya Ilmiah

    Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNNES Tahun 2007.

    Soegito, H.A.T. 2006. Pendidikan Pancasila. Semarang: UPT MKU UNNES.

  • 12

    PANCASILA

    PANDANGAN HIDUP BANGSA INDONESIA

    IDENTITAS DAN KEPRIBADIAN BANGSA

    ASAS KEROHANIAN BANGSA

    DASAR FILSAFAT NEGARA INDONESIA

    DASAR NEGARA INDONESIA

    PERLU UPAYA KONKRIT DALAM SEGALA BIDANG KEHIDUPAN BANGSA

    INDONESIA

    SALAH SATUNYA MELALUI

    AKTUALISASI PANCASILA

    SEBAGAI PARADIGMA

    KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA

    DI LINGKUNGAN KAMPUS

  • 13

    Sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas, tolok ukur, parameter, serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan, dan proses dalam bidang tertentu.

    PARADIGMA

    AKTUALISASI PANCASILA DI LINGKUNGAN

    KAMPUS

    SYARAT :

    Semua komponen di

    kampus dapat

    menerapkan nilai-nilai

    Pancasila dalam setiap

    aspek kegiatannya.

    Kebebasan mimbar

    akademik

    Otonomi keilmuan

    Kekuatan moral

    pengembangan hukum

    dan HAM

    Pengembangan kegiatan

    kemahasiswaan

  • 14

    Tujuan perguruan tinggi tahun 2010 (Higher Education Long Term

    Strategy- HELT 2003-2010) adalah perguruan tinggi yang sehat

    sehingga mampu berkontribusi langsung pada daya saing bangsa.

    Kebebasan akademik yaitu serangkaian kegiatan akademik untuk

    mencari kebenaran Ilmiah.

    Mimbar akademik adalah proses pengembangan ilmu lewat kegiatan

    perkuliahan atau mimbar akademik ( Soegito, 2006: 207).

    Ilmu pengetahuan hanya memiliki otonomi dalam sisi kajian internal

    (terbatas pada penerapan metodologinya untuk mencapai kebenaran

    ilmiah).

    Ilmu pengetahuan selalu dituntut bagaimana dapat memiliki

    kegunaan di masyarakatnya.

    Dimasukkannya Pendidikan Pancasila dalam kurikulum pendidikan

    formal di Indonesia, termasuk dalam kurikulum Perguruan Tinggi,

    merupakan salah satu upaya agar civitas academica memahami nilai-

    nilai dasar yang dianut bangsa Indonesia, sehingga ilmu pengetahuan

    yang dikembangkan tetap berada dalam jalur koridor yang tak

    bertentangan dengan nilai-nilai, dan dapat diterapkan dalam

    kehidupan.

    KEBEBASAN MIMBAR AKADEMIK

    OTONOMI KEILMUAN

  • 15

    Hukum, Hak Asasi Manusia (HAM) dan

    demokrasi adalah tiga isu krusial yang disorot

    dunia Internasional.

    Kampus diharapkan menjadi kekuatan moral

    (moral force) dalam mengembangkan

    penegakan itu.

    Pengembangan kegiatan kemahasiswaan dilakukan dengan visi untuk

    menciptakan mahasiswa Indonesia yang cerdas dan kompetetif.

    Pelaksana program pengembangan mahasiswa meliputi :

    2) Lembaga kemahasiswaan. a. Keorganisasian ( kepemimpinan manajemen ) b. Minat dan kegemaran ( Seni olahraga )

    c. Kerokhanian kesejahteraan d. Penalaran ( KTM, Penerbitan )

    2) Pembina / Pendamping a. Penalaran Karya Tulis Mahasiswa (KTM)

    b. Kesejahteraan Beasiswa

    Kampus Sebagai Kekuatan Moral Pengembangan Hukum dan HAM

    Pengembangan Kegiatan Kemahasiswaan