aktivitas antimikroba bakteri asam laktat (bal) yang diisolasi dari feses orangutan (pongo

7
 1 Aktivitas Antimikroba Bakteri Asam Laktat (BAL) yang diisolasi dari feses Orangutan ( Pongo  p ygmaeus ) terhadap Penghambatan Pertumbuhan Bakteri Enterik Patogen secara I n Vit ro . In Vitro Test of Antimicrobial Activity of Lactic Acid Bacteria Isolated from Orangutan (Pongo Pygma e us) Feces toward Enteric Pathogen Wahyuni E. Septiarini, Masdiana C. Padaga, Dyah A. Oktaviane Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya [email protected] ABSTRAK Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan probiotik yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri  patogen. Bakteri patogen yang sering menginfeksi orangutan yaitu Shigella, E. coli , dan Salmonella. Bakteri Asam Laktat memproduksi substansi penghambat seperti asam laktat, diasetil, asetidehid, hidrogen peroxida (H 2 O 2 ), karbon dioksida (CO 2 ) dan bakteriosin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan aktivitas antimikroba yang dihasilkan oleh isolat BAL yang diisolasi dari feses orangutan yang dapat menghambat  pertumbuhan bakteri enterik patogen dan mengetahui konsentrasi pen ghambatan minimum substrat antimikroba yang dihasilkan BAL terhadap bakteri enterik patogen. Penelitian ini dilakukan dengan uji aktivitas antimikroba secara  In Vitro dengan metode well diffusion assay dan perhitungan konsentrasi penghambatan minimum (  Minimum Inhibitory Concentration) . Hasil penelitian menunjukkan BAL yang diisolasi dari feses orangutan memiliki aktivitas antimikroba yang bervariasi pada 14 isolat. Zona hambat dari BAL terhadap  E.coli yang terbentuk adalah 3,43 mm hingga 8,57 mm, terhadap Salmonella 3,9 mm hingga 6,9 mm, dan terhadap Shigella 3,77 mm hingga 7,63 mm. Konsentrasi penghambatan minimal oleh BAL terhadap Shigella adalah 70% serta  E.coli dan Salmonella adalah 90%. Dari hasil analisa statistik BAL memiliki perbedaan penghambatan terhadap  bakteri enteric patogen (P<0.05). Sebagai kesimpulan Bakteri Asam Laktat mampu menghambat bak teri enterik  patogen (  E.coli, Salmonella dan Shigella) dan memiliki konsentrasi penghambatan minimal. Kata kunci: Bakteri Asam Laktat, Antimikroba, Bakteri Enterik Patogen, uji in vitro ABSTRACT Lactic Acid Bacteria (LAB) as a probiotic has an ability to inhibit pathogens bacteria. Enteric pathogens that commonly infect orangutan are Shigella, Campylobacter jejuni ,  E. Coli dan Salmonella. The antimicrobial activity of LAB was mediated by production of inhibitory substance, such as lactic acid, diacetyl, acetyldehyde, hydrogen peroxide (H 2 O 2 ), carbon dioxide (CO 2 ) and bacteriocyn. This research was aimed to study the ability of antimicrobial activity of LAB isolated from orangutan feces that could inhibit growth of enteric pathogen  bacteria and to study the minimum inhibitory concentration of antimicrobial substrate produced by LAB towards enteric pathogen bacteria. These study was consided in vitro assay of antimicrobial activity with well diffusion assay method and calculation of Minimum Inhibitory Concentration. The result showed that LAB isolated from orangutan feces had antimicrobial activity differences in 14 isolate. The LAB towards  E.coli clearing zone was 3,43 mm until 8,57 mm, towards Salmonella 3,9 mm until 6,9 mm and towards Shigella 3,77 mm until 7,63 mm. The minimum inhibitory concentration of LAB towards Shigella known to be 70% and 90% of  E.coli and Salmonella. As if can be concluded that LAB could able to inhibit enteric pathogen bacteria (  E.coli, Salmonella and Shigella) and has minimal inhibitory concentration. Keywords: Lactic Acid Bacteria, Antimicrobial, Enteric Pathogen Bacteria, in vitro test

Upload: muhammad-asry

Post on 10-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aktivitasdapat di implementasi kedciwfknsdmc antimikroba bakteri asam laktat sdbdfrfhjbdcebvekjnd hdfvbrjkfbndjvr hdfberufjdb ciujer ssdifrhbfjkbjfc

TRANSCRIPT

  • 1

    Aktivitas Antimikroba Bakteri Asam Laktat (BAL) yang diisolasi dari feses Orangutan (Pongo

    pygmaeus) terhadap Penghambatan Pertumbuhan Bakteri Enterik Patogen secara In Vitro.

    In Vitro Test of Antimicrobial Activity of Lactic Acid Bacteria Isolated from

    Orangutan (Pongo Pygmaeus) Feces toward Enteric Pathogen

    Wahyuni E. Septiarini, Masdiana C. Padaga, Dyah A. Oktaviane

    Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan

    Universitas Brawijaya

    [email protected]

    ABSTRAK

    Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan probiotik yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri

    patogen. Bakteri patogen yang sering menginfeksi orangutan yaitu Shigella, E. coli, dan Salmonella. Bakteri

    Asam Laktat memproduksi substansi penghambat seperti asam laktat, diasetil, asetidehid, hidrogen peroxida

    (H2O2), karbon dioksida (CO2) dan bakteriosin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan aktivitas

    antimikroba yang dihasilkan oleh isolat BAL yang diisolasi dari feses orangutan yang dapat menghambat

    pertumbuhan bakteri enterik patogen dan mengetahui konsentrasi penghambatan minimum substrat antimikroba

    yang dihasilkan BAL terhadap bakteri enterik patogen. Penelitian ini dilakukan dengan uji aktivitas antimikroba

    secara In Vitro dengan metode well diffusion assay dan perhitungan konsentrasi penghambatan minimum

    (Minimum Inhibitory Concentration). Hasil penelitian menunjukkan BAL yang diisolasi dari feses orangutan

    memiliki aktivitas antimikroba yang bervariasi pada 14 isolat. Zona hambat dari BAL terhadap E.coli yang

    terbentuk adalah 3,43 mm hingga 8,57 mm, terhadap Salmonella 3,9 mm hingga 6,9 mm, dan terhadap Shigella

    3,77 mm hingga 7,63 mm. Konsentrasi penghambatan minimal oleh BAL terhadap Shigella adalah 70% serta

    E.coli dan Salmonella adalah 90%. Dari hasil analisa statistik BAL memiliki perbedaan penghambatan terhadap

    bakteri enteric patogen (P

  • 2

    PENDAHULUAN

    Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan

    golongan mikroorganisme yang bermanfaat

    dengan sifat tidak toksik bagi inangnya dan

    mampu menghasilkan senyawa yang dapat

    membunuh bakteri patogen (Klaenhammer,

    2005). Menurut Food and Agriculture

    Organization/World Health Organization

    (Anonimous, 2001) untuk menjadi probiotik,

    BAL harus memiliki aktivitas antimikroba

    dengan memproduksi substansi penghambat

    seperti asam laktat, diasetil, hidrogen peroxida

    (H2O2), karbondioksida (CO2) dan senyawa

    peptida antimikroba yang bernama bakteriosin.

    Senyawa-senyawa ini tidak hanya dapat

    menghambat pertumbuhan bakteri tetapi dapat

    mempengaruhi metabolisme bakteri atau produksi

    toksin (Rolfe, 2000). Bakteri Asam Laktat dapat

    diberikan pada hewan maupun manusia. Salah

    satu contoh hewan yang dapat diberikan BAL

    adalah orangutan. Orangutan merupakan spesies

    prioritas (flagship species) sebagai lambang

    konservasi yang termasuk kedalam jenis satwa

    liar dilindungi dengan status terancam punah

    (Endangered Spesies) sesuai dengan IUCN Red

    List tahun 2002. Salah satu penyebab kepunahan

    orangutan yaitu infeksi bakteri patogen. Bakteri

    patogen yang sering menginfeksi orangutan yaitu

    Shigella, E. coli dan Salmonella (Aieolo, 2000).

    Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk

    menguji aktivitas antimikroba BAL yang diisolasi

    dari feses orangutan (Pongo pygmaeus) dan

    mengetahui Minimum Inhibitory Consentration

    (MIC) BAL terhadap bakteri enterik patogen

    Escherichia coli, Salmonella dan Shigella

    dysentrieae secara in vitro.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    aktivitas antimikroba dan konsentrasi

    penghambatan minimum (Minimum Inhibitory

    Concentration) yang dihasilkan oleh isolat BAL

    dari feses orangutan (Pongo pygmaeus) terhadap

    bakteri enterik patogen. Penelitian ini diharapkan

    dapat memberikan informasi tentang isolat BAL

    asal orangutan sebagai kandidat probiotik yang

    memiliki efek antimikroba terhadap bakteri

    enterik patogen dan dapat dijadikan dasar teori

    penggunaan BAL sebagai terapi gangguan

    pencernaan pada orangutan sehingga dapat

    dijadikan salah satu upaya pelestarian satwa.

    MATERI DAN METODE

    Alat dan Bahan

    Bahan yang digunakan: Isolat BAL yang

    diisolasi dari feses orangutan, Bakteri enterik

    patogen (E.coli, Shigella dysenteriae, dan

    Samonella), media de Mann, Rogosa, Sharpe

    Agar (MRSA)(Merck,VWR, International,

    Darmstadt, Germany), media de Mann, Rogosa,

    Sharpe Broth

    (MRSB)(Merck,VWR,International,Darmstadt,G

    ermany), media Nutrient Broth (NB)(Himedia,

    Mumbai, India), media Nutrient Agar (NA)

    (Oxoid, England), Pepton Water 0,1%, aquades,

    dan blank disk (Oxoid), sedangkan alat yang

    digunakan: cawan petri, tabung reaksi (Pyrex),

    tabung sentrifus 15 ml, beaker glass (pyrex),

    erlenmeyer (pyrex), inkubator (Mmm

    medcenter), jangka sorong, neraca analitik

    (Metter Toledo), autoclave, spektrofotometer

    (Ganesys 20), sentrifuge dan laminar air flow (

    Nuaire labgard class II).

    Prosedur Penelitian

    Persiapan Bakteri Uji

    Sebanyak 14 Isolat BAL diinokulasi pada

    MRSB dan diinkubasi pada suhu 37C. Isolat

    pada media MRSB disentrifugasi dengan

    kecepatan 6000 rpm selama 15 menit untuk

    diambil supernatan (Al-rawi, et al., 2009). Isolat

    Bakteri enterik patogen diinokulasi pada NB dan

    diinkubasi pada suhu 37C (Bromberg et al,

    2004).

    Uji In Vitro Aktivitas Antimikroba BAL

    Uji aktivitas antimikroba BAL terhadap

    bakteri patogen dilakukan dengan metode well

    diffusion assay sesuai dengan metode Bromberg,

    et al. (2004) dan Saranya & Hemashenpagam

    (2011). Metode menggunakan pour plate dengan

    Nutrient Agar 20 ml serta 0,1 ml bakteri patogen

    dan diatasnya diberikan blank disk yang berisi 50

    l BAL kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Penghambatan ditunjukkan

    dengan adanya zona hambat di sekitar blank disk.

  • 3

    Penghitungan Minimum Inhibitory Concentration

    (MIC)

    Minimum Inhibitory Concentration (MIC)

    digunakan untuk mengetahui konsentrasi terendah

    senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh isolat

    BAL yang dapat menghambat pertumbuhan

    bakteri patogen. Metode yang digunakan dalam

    penghitungan MIC adalah tube dilution

    technique sesuai metode yang digunakan Kubo

    (1993). Konsentrasi yang digunakan yaitu 10%,

    20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan

    100%. Konsentrasi tersebut berisi BAL, media

    pengenceran dengan volume hingga 100 ml dan

    bakteri patogen 1 ml. Kemudian dilakukan

    pengukuran OD (Optical Density) sebelum dan

    setelah inkubasi 37oC selama 24 jam.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Isolat BAL yang digunakan berjumlah 14

    isolat dan 3 spesies Bakteri Enterik Patogen

    dengan populasi sesuai pada Tabel 1.

    Tabel 1. Bakteri yang digunakan dalam penelitian

    Jenis

    Bakteri Spesies Populasi Waktu

    inkubasi

    BAL

    Patogen

    Aerococcus&

    Pediococcus

    107cfu/ml 18 jam

    Lactobacillus

    E.coli

    Salmonella

    Shigella

    109cfu/ml

    107cfu/ml

    1011

    cfu/ml

    1011

    cfu/ml

    18 jam

    14 jam

    14 jam

    14 jam

    Populasi bakteri yang digunakan dalam

    penelitian sesuai dengan kurva pertumbuhan,

    dimana waktu inkubasi disesuaikan pada fase

    stasioner. Menurut Djide dan Sartika (2000),

    bakteri menghasilkan senyawa metabolit primer

    pada fase stasioner. Menurut Arief, et al. (2010),

    BAL bermanfaat bagi tubuh dan bekerja sebagai

    probiotik pada jumlah populasi 107 cfu/ml sampai

    109 cfu/ml. Menurut Kothary and Babu (2001)

    bahwa jumlah bakteri (E.coli, Salmonella dan

    Shigella) bersifat patogen lebih dari populasi 106

    cfu/ml.

    Selanjutnya Bakteri Asam Laktat tersebut

    diuji aktivitas antimikroba terhadap Bakteri

    Enterik Patogen dengan pengukuran zona hambat

    yang tersaji pada Tabel 2.

    Tabel 2. Rerata diameter zona hambat BAL terhadap bakteri patogen

    Isolat Bakteri Bakteri uji

    E.coli (mm)* Salmonella (mm)* Shigella (mm)*

    1 (Pediococcus) 7,0 + 1,0c

    6,9 + 0,72g

    6,77 + 1.75o

    2 (L. brevis) 5,77 + 0,81e

    5,9 + 1,31i

    7,63 + 1,53l

    3 (L. acidophilus) 5,87 + 2,21e

    6,23 + 0,50h

    6,2 + 1,15o

    4 (L. brevis) 5,10 + 1,82e

    3,9 + 3,38k

    7,53 + 1,66m

    5 (L. brevis) 5,33 + 0,35e

    5,7 + 1,0i

    6,9 + 2,47n

    6 (L. plantarum) 5,53 + 0,40e

    4,87 + 0,51j

    5,87 + 0,51p

    7 (L. plantarum) 5,33 + 0,65e

    5,9 + 1,05i

    3,77 + 3,28q

    8 (L. plantarum) 5,67 + 0,91e

    5,77 + 0,92i

    6,57 + 1,5o

    9 (Aerococcus sp/Enterococcus faecalis) 8,57 + 2,73a

    4,53 + 3,96j

    6,1 + 0,98o

    10 (L. acidophilus) 7,53 + 1,33b

    6,57 + 1,02h

    6,2 + 1,15o

    11(L. plantarum) 6,90 + 1,01d

    5,67 + 1,45i

    6,8 + 1,85o

    12 (L. plantarum) 6,10 + 6,15d

    4,67 + 4,05j

    6,33 + 0,35o

    13 (L. plantarum) 4,23 + 4,35f

    6,33 + 1,35h

    5,57 + 0,35p

    14 (L. plantarum) 3,43 + 3,18f

    4,0 + 3,48k

    5,33 + 0,35p

    *Rerata diameter zona hambat dihitung dari duplikasi sampel yang ditanam pada duplikasi cawan

    dengan 3 ulangan

    Ket: Setiap kolom terdapat superskrip berbeda yang menunjukkan perbedaan yang nyata

    (P

  • 4

    Data hasil penelitian pada Tabel 2

    menunjukkan bahwa 14 isolat BAL mampu

    meghambat bakteri E.coli, Salmonella dan

    Shigella karena memiliki aktivitas antimikroba.

    Diameter zona hambat yang terbentuk bervariasi

    yaitu 3,43 mm hingga 8,57 mm. Dari analisis

    statistik menunjukkan adanya perbedaan yang

    sangat nyata terhadap E.coli dan Shigella serta

    terdapat perbedaan yang nyata terhadap

    Salmonella (P < 0.05).

    Zona hambat BAL terhadap E.coli

    bervariasi yang termasuk dalam kategori tinggi

    dengan diameter lebih dari 6.10 mm dan kategori

    sedang dengan diameter lebih 3.43 mm.

    Pengelompokan kategori diameter zona hambat

    tersebut berdasarkan Pan, et al. (2009). Isolat 9

    yaitu Aerococcus sp./Enterococcus faecalis

    memiliki zona hambat tertinggi dengan diameter

    8.57 mm. Hal ini membuktikan bahwa isolat 9

    memiliki kemampuan menghambat tinggi. Isolat

    14 yaitu yaitu Lactobacillus casei/Lactobacillus

    plantarum memiliki kemampuan menghambat

    dengan diameter 3.43 mm.

    Zona hambat BAL terhadap Salmonella

    termasuk dalam kategori tinggi dengan diameter

    lebih dari 6.23 mm dan kategori sedang dengan

    diameter lebih dari 3.9 mm. Zona hambat

    tertinggi dimiliki oleh isolat 1 yaitu Pediococcus

    sp. dengan diameter 6.9 mm. Hal ini

    membuktikan bahwa isolat 1 memiliki

    kemampuan menghambat tinggi.

    Zona hambat yang dihasilkan oleh BAL

    terhadap Shigella termasuk dalam kategori tinggi

    dengan diameter lebih dari 6.1 mm dan kategori

    sedang dengan diameter lebih dari 3.77 mm. Zona

    hambat tertinggi dimiliki oleh Isolat 2 yang

    merupakan Lactobacillus

    delbrueckii/Lactobacillus brevis dengan diameter

    7.63 mm. Lactobacillus sp. memiliki aktivitas

    antimikroba yang mampu menghambat bakteri

    patogen tinggi daripada BAL yang lain.

    Penghambatan BAL terhadap E.coli,

    Salmonella dan Shigella dilakukan dengan

    merusak dinding sel sehingga mengakibatkan lisis

    atau menghambat pertumbuhan dinding sel pada

    sel bakteri yang sedang tumbuh, merubah

    permeabilitas membran sitoplasma yang

    menyebabkan kebocoran nutrien didalam sel,

    penghambat sintesis protein dan asam nukleat

    dengan cara mendenaturasikan protein dan asam

    nukleat, menghambat kerja enzim intraselluler

    sehingga mengganggu metabolisme sel (Pelezar

    and Chan, 2008).

    Menurut Abdelbasset, et al. (2008),

    Lactobacillus memiliki senyawa antimikroba

    seperti asam organik, hidrogen peroksida, diasetil

    dan bakteriosin yang menghambat pertumbuhan

    bakteri patogen. Aktivitas antimikroba BAL

    disebabkan terutama oleh asam organik yang

    diproduksi sebagai hasil metabolisme glukosa

    seperti asam laktat dan asam asetat (Bogaert and

    Naidu 2000). Bakteri Asam Laktat juga

    memproduksi hidrogen peroksida (H2O2) melalui

    transport elektron melalui enzim flavin dengan

    peroksida lipid membran dan meningkatkan

    permeabilitas membran. Lactobacillus sp

    memiliki mekanisme kerja dengan tidak dapat

    mendisosiasi asam organik yang masuk kedalam

    sel bakteri dan mendisosiasi sitoplasma,

    penurunan pH intraselluler secara berkala atau

    akumulasi interseluler dari ionisasi asam organik

    sehingga menghambat pertumbuhan bakteri

    patogen (Markas and De vyust, 2006). Menurut

    OMahony, et al. (2000), Aerococcus sp mimiliki kemampuan penghambatan dengan menghasilkan

    senyawa antimikroba seperti bakteriosin yang

    bekerja menembus membran sel. Menurut

    Soomro, et al. (2002), Pediococcus sp

    menghasilkan senyawa antimikroba seperti

    bakteriosin (Pediosin) sehingga pertumbuhan

    bakteri terganggu.

    Hal ini sesuai dengan penelitian dari Pan,

    et al. (2009) menyatakan bahwa L. acidophilus

    mampu menghambat E. coli dan S.typmurium

    dibandingkan dengan Clostridium difficile.

    Nupar, et al. (2008) menyatakan bahwa L.

    acidophilus, L. paracasei, L. rhamnosus, L. casei

    menghambat Salmonella. Arief, et al. (2008)

    melaporkan bahwa Lactobacillus sp yang

    diisolasi dari daging sapi dapat menghambat

    E.coli, Salmonella dan S.aureus. dan Santoso

    (2008) yang menyatakan bahwa S. thermophillus,

    L. plantarum, L. acidophilus, L. fermentum, Leuc.

    Paramesentroides dan Pediococcus pentosaeceus

    dapat menghambat E.coli, Shigella dan

    Morganella.

  • 5

    Dari hasil uji aktivitas antimikroba,

    diketahui bahwa isolat 3 mampu menghambat

    Salmonella dan Shigella dengan diameter zona

    hambat tertinggi dan memiliki potensi probiotik.

    Isolat 9 mampu menghambat E.coli dengan

    diameter zona hambat tertinggi serta memiliki

    potensi probiotik. Dari hasil tersebut dilakukan uji

    konsentrasi penghambatan minimal terhadap

    bakteri patogen yang tersaji pada Tabel 4.

    Tabel 4. Rerata nilai OD untuk uji konsentrasi penghambatan minimal Konsentrasi

    BAL(%)

    Bakteri Patogen

    E.coli* Salmonella* Shigella*

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    1.666+0.015

    1.583+0.058

    0.998+0.025

    0.714+0.048

    0.544+0.058

    0.268+0.048

    0.143+0.015

    0.090+0.053

    -0.073+0.031

    -0.010+0.017

    1.343+0.850

    1.070+0.435

    0.770+0.075

    0.467+0.032

    0.297+0.211

    0.967+0.035

    0.567+0.108

    0.533+0.100

    -0.023+0.074

    -0.003+0.124

    1.330+0.036

    1.143+0.081

    0.910+0.096

    0.553+0.666

    0.440+0.173

    0.157+0.379

    -0.010+0.361

    -0.010+0.010

    -0.023+0.021

    -0.007+0.006

    *Rerata nilai OD dihitung dari duplikasi sampel yang ditanam pada duplikasi tabung dengan 3 ulangan, isolat 3 untuk Salmonella, Shigella dan isolat 9 untuk E.coli

    Data hasil penelitian pada Tabel 4

    menunjukkan bahwa BAL isolat 9 menghambat

    E.coli pada konsentrasi minimal 90% ditunjukkan

    dengan nilai selisih optical density (OD) bernilai

    negatif yaitu -0.073 yang berarti terjadi

    penurunan nilai Optical Density (OD) setelah

    inkubasi yang menunjukkan adanya

    penghambatan BAL terhadap E.coli dengan

    terjadinya penurunan jumlah sel. Hal ini dapat

    disimpulkan bahwa pada konsentrasi 90% BAL

    mampu menghambat E.coli. Bakteri Asam Laktat

    (BAL) isolat 3 menghambat Salmonella pada

    konsentrasi minimal 90% ditunjukkan dengan

    nilai selisih optical density (OD) adalah -0,023,

    artinya terjadi penurunan nilai optical density

    (OD) setelah inkubasi 24 jam yang menandakan

    kultur memiliki penurunan kekeruhan. Hal ini

    dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan

    jumlah sel setelah inkubasi, sehingga adanya

    hambatan oleh BAL terhadap pertumbuhan

    Salmonella. Hal ini sesuai dengan pernyataan

    Purwono (2007) Semakin keruh suatu kultur,

    semakin banyak jumlah selnya. Kekeruhan

    dikarenakan BAL menghasilkan senyawa

    antimikroba yang menghambat bakteri patogen.

    Penelitian Triani (2008) menyatakan bahwa

    konsentrasi penghambatan minimal BAL

    terhadap E.coli adalah 80% dan Salmonella

    adalah 90%. Bakteri Asam Laktat (BAL) isolat

    3 juga mampu menghambat Shigella pada

    konsentrasi minimal 70% ditunjukkan dengan

    nilai selisih optical density (OD) negatif yaitu -

    0.010, artinya terjadi penurunan nilai OD setelah

    inkubasi yang menunjukkan terjadi

    penghambatan oleh BAL. Hal ini membuktikan

    bahwa BAL isolat 3 dapat menghambat Shigella

    dengan konsentrasi lebih rendah dibandingkan

    Salmonella. Hal tersebut menandakan Shigella

    lebih sensitif terhadap BAL, sesuai pernyataan

    Naufalin (2005) bahwa nilai MIC yang lebih

    rendah menunjukkan bakteri patogen lebih

    sensitif terhadap BAL. Menurut Prescott et al.

    (2002), Shigella lebih sensitif terhadap BAL

    dikarenakan Shigella memiliki lapisan

    peptidoglikan tipis yang menyusun dinding sel

    sehingga mudah dihambat oleh BAL pada

    konsentrasi yang rendah. Penghambatan BAL

    terhadap bakteri patogen dipengaruhi oleh

    perbedaan dinding sel dan lapisan peptidoglikan

    yang menyusun dinding sel. Peptidoglikan Gram

    negatif hanya 1-2% dari berat kering. Membran

    luar tersusun atas lipoprotein 30%, fosfolipid 20-

  • 6

    25%, protein 40-45% yang berfungsi sebagai

    pertahanan terhadap lingkungan luar dan terhadap

    antimikroba yang dihasilkan BAL (Prescott et al.,

    2002). Semakin tipis lapisan peptidoglikan yang

    menyusun dinding sel dan perbedaan dinding sel

    bakteri patogen maka bakteri tersebut semakin

    sensitif terhadap BAL.

    KESIMPULAN

    Bakteri asam Laktat (BAL) asal feses

    Orangutan (Pongo pygmaeus) mampu

    menghambat bakteri entrik patogen (E.coli,

    Salmonella dan Shigela), karena memiliki

    aktivitas antimikroba yang ditunjukkan dengan

    adanya zona hambat pada media pertumbuhan

    bakteri. Konsentrasi penghambatan minimum

    (Minimum Inhibitory Concentration) BAL asal

    feses Orangutan (Pongo pygmaeus) isolat 9

    terhadap E.coli yaitu 90% dan isolat 3 terhadap

    Salmonella yaitu 90% dan terhadap Shigella yaitu

    70%.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penelitian ini dibawah payung yang

    diketuai oleh drh. Masdiana C. Padaga, M. App.

    Sc. Ucapan terima kasih kepada drh. Masdiana C.

    Padaga, M. App. Sc dan drh. Dyah Ayu

    Oktaviane A. P., M. Biotech selaku pembimbing

    atas bimbingan, dukungan dan bantuan dalam

    penyelesaian penelitian ini. Terima kasih kepada

    Laboratorium Sentral Ilmu Hayati atas fasilitas

    yang diberikan dalam penelitian.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdelbasset, M. and K. Djamila, 2008.

    Antimicrobial activity of autochthonous

    lactic acid bacteria isolated from Algerian

    traditional fermented milk Rab. Afr. J.

    Biotechnol., 7: 2908-2914.

    Aieolo, E. S. 2000. The merck veterinary manual

    (8th

    ed.).Usa: merck&co, inc. White house

    station.

    Arief, I. I., R. A. A. Maheswari dan H. Nuraini.

    2008. Aktivitas Antimikroba Bakteri Asam

    Laktat yang Diisolasi dari Daging Sapi.

    Makalah Seminar Hasil Penelitian

    Departemen IPTP Fakultas Peternakan.

    IPB. Bogor

    Arief, I. I., B. S. L. Jenie, M. Astawan., and A.

    B. Witarto. 2010. Efektivitas probiotik

    Lactobacillus plantarum 2c12 dan

    Lactobacillus acidophilus 2b4 sebagai

    pencegah diarepada tikus percobaan. Med.

    Pet. 33: 137-143.

    Al-rawi, A. A. M. M and A. T. Al-mola. 2009.

    Antimicrobial activity of lactic acid bacteria

    isolated from minced beef meat against

    some patogenic bacteria. Iraqi J of vet sci,

    vol. 23, supplement I, (115-117).

    Barrow, G. I., and R. K. A. Fetham. 1993. Cowan

    And Steels Manual for the Identification of Medical Bacteria. Cambridge university

    press. New York.

    Bogaert J. C., and A. S. Naidu. 2000. Lactic acid.

    Di dalam: Natural Food Antimicrobial

    System. AS.Naidu (editor).Florida : CRC

    Press.

    Bromberg, R., I. Moreno, C. L. Zagagini, R. R.

    Delboni and J. de Oliveira. 2004. Isolation

    of bacteriocin producing lactic acid bacteria

    from meat and meat products and its

    spectrum of inhibitory activity. Braz. J.

    Microbiol. 35: 137-144.

    [FAO]. Food and Agriculture Organization. 2001.

    Health and Nutritional Properties Of

    Probiotic In Food Including Powder Milk

    With Live Lactic Bacteria.

    Klaenhammer, T. R., R. Barrangou, B. L. Buck,

    M. A. Azcarate-Peril, and E. Altermann.

    2005. Genomic Features of Lactic Acid

    Bacteria Effecting Bioprocessing and

    Health. FEMS Microbiol. Rev. 29: 393409.

    Kothary, M. H. and Babu, U. S. 2001. Infective

    Dose of Foodborne Pathogens in

    Volunteers: a review. J. of Food Safety vol

    21, Issue 1, pages 4968. Kubo, I. H., H. Muroi and M. Himejima. 1993.

    Antimicrobial Activity against Mutan of

    Mute Tea Flavor Component. J. Agric.

    Food Chem. 42:107-111.

    Markas and De Vyust. 2006. The in vitro

    Inhibition of Gram Negatif Pathogen

    Bacteria by Bifidobacteria is caused by the

    Production of organic acids. Inf.Dairy.J.

    16:1049-1057

  • 7

    Naufalin, F. 2005. Kajian Sifat Antimikroba

    Ekstrak Bunga Kecombrang (Nicolaia

    speciosa horan) terhadap Berbagai Mikroba

    Patogen dan Perusak Pangan. [Disertasi].

    IPB. Bogor.

    Nowroozi, J., Mirzaii, M. and Norouzi, M. 2004.

    Studi of Lactobacillus as Probiotic

    Bacteria. Iranian J. Publ Health 33 : 1-7.

    Nupar. G.,Kalpana. D., and Gandhi. 2008.

    Antimicrobial Activity of Probiotik

    Lactobacillus strains towards Salmonella

    enteric scr enteritidis in Whey. J.microbiol

    vol 5 numb I.

    Oscarriz, J. C. and A. G. Pisabarro. 2001.

    Classification and mode of Action of

    Membrane-active Bacteriocins Produced by

    Gram Positive Bacteria. Int. Microbiol.

    4:13-19.

    OMahony. A., I. Osullivan, Walsh, Y., Vaughan, A., Maher, M., Fitzgerald, G.F.,

    and Van, Sinderen. 2000.Characterization

    of Antimicrobial Producing Lactic Acid

    Bacteria from Malted Barley. J. The

    Institude Brewing 106:6.

    Pan, X., Chen, F., Wu, T., Tang, H., and Zhao, Z.

    2009. The acid, Bile Tolerance and

    Antimicrobial property of Lactobacillus

    acidophilus NIT. J. Food Control 20 : 598-

    602.

    Pelezar, J. M and Chan, E. C. 2008. Dasar-dasar

    Mikrobiologi. Jilid 1. Terjemahan.

    Universitas Indonesia Press. Jakarta.

    Permanasari. 2008. Karakteristik Substrat

    Antimikroba Bakteri Asam Laktat Hasil

    Isolasi dari Daging Sapi dan Aktivitas

    Antagonistiknya terhadap Bakteri Patogen

    [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Prescott. L. M., Horley. J. P., and Klein. D. A.

    2002. Microbiology 5th

    ed. Boston: Mc

    Graw-Hill.

    Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikroba. Bumi

    Aksara. Jakarta.

    Rolfe. 2000. The Role of Probiotic Cultures in the

    control of Gastrointestinal Health. J. of

    noutrition. 130,396S-402S.

    Saranya, S. and Hemashenpagam, N. 2011.

    Antagonistic Activity and Antibiotic

    Sensitivity of Lactic acidbacteria from

    Fermented Dairy Products. Adv in applied

    sci research2 (4):528-534.

    Santoso, E. 2008. Bakteri Asam Laktat pada

    Cumi-cumi Kering Asin da Aktivitas

    Penghambatannya terhadap Bakteri Patogen

    dan Bakteri Pembusuk. Fakultas Pertanian.

    UNRAM.

    Soomro, A. H., T. Masud and K. Anwaar. 2002.

    Role of Lactic Acid Bacteria (LAB) in Food

    Preservation and Human Health A Review.

    Pakistan J. of Nutrition 1 (1):20-24.

    Triani, W. 2008. Aktivitas Substrat Antimikroba

    Bakteri Asam Laktat yang diisolasi dari

    Daging Sapi terhadap Bakteri Patogen dan

    Konsentrasi Minimum Penghambatannya

    [skripsi]. IPB. Bogor.