abstract - core · dasar laut. b. prinsip dan proses penangkapan jaring perangkap pasif . ......

14
Fish Fish Fish Fish Behaviour Behaviour Behaviour Behaviour utilization utilization utilization utilization on on on on capture capture capture capture process process process process of of of of “Jaring Jaring Jaring Jaring Perangkap Perangkap Perangkap Perangkap Pasif Pasif Pasif Pasif(Set (Set (Set (Set Net, Net, Net, Net, Teichi Teichi Teichi Teichi ami ami ami ami) in in in in Mallasoro Mallasoro Mallasoro Mallasoro Bay, Bay, Bay, Bay, Jeneponto Jeneponto Jeneponto Jeneponto Regency Regency Regency Regency By: M. Abduh Ibnu Hajar, S.Pi., MP., PhD; [email protected] (Ps. Fisheries resources utilization, Hasanuddin University) Abstract Abstract Abstract Abstract The understanding of fish behaviour on fishing technology is a basic need for optimal and sustainable utilization of fisheries resources. “Jaring Perangkap Pasif” (SET NET, teichi ami) is one of a fishing gear which operate based on schooling fish migration in coastal area, specially for pelagic fish. As a stationary fishing gear which catching principle are blocking of fish migration and the catching process that guidance schooling fish into trapped area causes set net technology implementation required a better understanding of fishing ground, behaviour of fishing target, and technology of fishing gear. Daily catch composition of set net consist of pelagic fish (8-15 species) as dominant catch, demersal fish (3-7 species), and others catch (2-6 species) with average of 385 kg in total/day. The variety of set net catch are indicated that existing and coming in of fish catch into the trapped net (chamber net) were affected by fish behavior response to the fishing gear performance, schooling fish migration pattern into coastal area, and oceanography factors during the fishing operation. Besides that, oceanography factors such as current direction (west and east), current speed (±5-20cm/s), high of sea waves level (±100-1750cm), and length of sea waves (±200-300cm) significantly affect the geometry performance of fishing gear function on catch capacity in location of set net installation as a fix area of fishing ground. Set Net fishing technology (capture process and catching principle), catch data analysis, and study on fish behavior ecology/habitat as one of best practical approachment for providing based data on production and potential of sustainable fisheries resources in coastal areas. Keywords Keywords Keywords Keywords: Fishing technology, capture process, ”Jaring perangkap pasif” (set net), pelagic fish, fish behavior, fish migration, catch composition, Jeneponto-Mallasoro Bay.

Upload: duongtuong

Post on 08-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

FishFishFishFish BehaviourBehaviourBehaviourBehaviour utilizationutilizationutilizationutilization onononon capturecapturecapturecapture processprocessprocessprocess ofofofof ““““JaringJaringJaringJaring PerangkapPerangkapPerangkapPerangkap PasifPasifPasifPasif””””(Set(Set(Set(Set Net,Net,Net,Net, TeichiTeichiTeichiTeichi amiamiamiami)))) ininininMallasoroMallasoroMallasoroMallasoro Bay,Bay,Bay,Bay, JenepontoJenepontoJenepontoJeneponto RegencyRegencyRegencyRegency

By:M. Abduh Ibnu Hajar, S.Pi., MP., PhD; [email protected]

(Ps. Fisheries resources utilization, Hasanuddin University)

AbstractAbstractAbstractAbstractThe understanding of fish behaviour on fishing technology is a basic need for optimal andsustainable utilization of fisheries resources. “Jaring Perangkap Pasif” (SET NET, teichi ami) isone of a fishing gear which operate based on schooling fish migration in coastal area, speciallyfor pelagic fish. As a stationary fishing gear which catching principle are blocking of fishmigration and the catching process that guidance schooling fish into trapped area causes setnet technology implementation required a better understanding of fishing ground, behaviour offishing target, and technology of fishing gear. Daily catch composition of set net consist ofpelagic fish (8-15 species) as dominant catch, demersal fish (3-7 species), and others catch (2-6species) with average of 385 kg in total/day. The variety of set net catch are indicated thatexisting and coming in of fish catch into the trapped net (chamber net) were affected by fishbehavior response to the fishing gear performance, schooling fish migration pattern into coastalarea, and oceanography factors during the fishing operation. Besides that, oceanographyfactors such as current direction (west and east), current speed (±5-20cm/s), high of sea waveslevel (±100-1750cm), and length of sea waves (±200-300cm) significantly affect the geometryperformance of fishing gear function on catch capacity in location of set net installation as a fixarea of fishing ground. Set Net fishing technology (capture process and catching principle),catch data analysis, and study on fish behavior ecology/habitat as one of best practicalapproachment for providing based data on production and potential of sustainable fisheriesresources in coastal areas.

KeywordsKeywordsKeywordsKeywords: Fishing technology, capture process, ”Jaring perangkap pasif” (set net), pelagic fish,fish behavior, fish migration, catch composition, Jeneponto-Mallasoro Bay.

PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

Pemanfaatan sumberdaya perikanan di wilayah pesisir membutuhkan penanganan dan

pengelolaan yang lebih konfrehensif dengan memperhatikan aspek pengetahuan teknis, sosial,

kultur, dan legalitas kondisi wilayah setempat. Sebagai daerah peralihan wilayah antara daratan

dan lautan, wilayah pesisir merupakan wilayah yang rentang terhadap berbagai bentuk, metode,

dan strategi dalam mengeksploitasi sumberdaya perikanan di wilayah pesisir. Intensitas

penangkapan yang tidak terkontrol, variatif alat tangkap yang beroperasi sangat banyak

termasuk illegal & destructive fishing, Orientasi teknologi penangkapan pada produksi

maksimum, selektifitas target tangkapan yang rendah, standarisasi dan akurasi metode dan

sistem pencatatan data produksi perikanan yang rendah, serta pengetahuan dan pengalaman

konvensional nelayan tradisional dalam mengeksploitasi sumberdaya perikanan yang sulit

berubah merupakan berbagai fakta-fakta lapangan yang terus berlangsung hingga saat ini dan

harus mendapat perhatian yang serius terutama pemerintah terkait (dinas, akademisi, peneliti),

pelaku dunia usaha perikanan (teknisi & praktisi), dan komunitas masyarakat wilayah pesisir

untuk pemanfaatan sumberdaya perikanan yang optimal dan berkelanjutan.

Pemanfaatan tingkah laku ikan dalam teknologi penangkapan merupakan fundamental

pengetahuan yang harus dimiliki dalam melahirkan konsep, strategi, desain, metode, dan

teknologi penangkapan ikan untuk memperoleh hasil dan target tangkapan yang optimal dan

berkelanjutan. Pendekatan tingkah laku ikan (fish behaviour approach) memberikan

pemahaman dan pengetahuan terhadap respon ekologis (Behavioural ecology 1111), tempat hidup

(habitat/niche), pola hidup (life style), gerombolan ikan (schooling fish 2222), strategi dan cara

makan (feeding strategy 6666 and behavior 8888), respon terhadap alat tangkap (fish behaviour in

fishing gear13131313), dan respon terhadap perubahan lingkungan (life in a fluctuating environment20).

Pengetahuan tingkah laku ikan merupakan kerangka konsep dasar dalam membingkai

pemanfaatan sumberdaya perikanan yang optimal dan berkelanjutan.

Salah satu teknologi penangkapan ikan yang memanfaatan tingkah laku ikan dalam

prinsip dan proses operasi penangkapannya adalah Jaring Perangkap Pasif (SET NET, teichi ami).

Jaring Perangkap Pasif, JPP merupakan teknologi penangkapan ikan yang baru diintroduksi

pengembangannya di Indonesia. Tahun 2007-2010, JICA grassroots partnership project me-

release program technology transfer of community based set net for sustainable fisheries di

perairan tanjung Pallett Kab. Bone pada kedalaman perairan 13 meter 21)21)21)21) dan masih beroperasi

hingga saat ini. Tahun anggaran 2009, Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI)

Semarang mengimplementasikan program “Uji coba pengembangan Jaring Perangkap Pasif (set

net) (kedalaman perairan 20 meter) melalui konsep pemberdayaan nelayan pesisir Pulau

Libukang di perairan Teluk Mallasoro, Kab. Jeneponto 22)22)22)22).

Sebagai teknologi penangkapan ikan yang baru dikembangkan dimana pengetahuan

tingkah laku ikan dalam hal penentuan alur migrasi ikan menjadi persyaratan mutlak dalam

penerapan teknologi Jaring Perangkap Pasif (SET NET, teichi ami). Alat tangkap JPP dioperasikan

pada wilayah perairan pesisir, baik pada unit skala kecil maupun unit skala besar dengan

mamanfaatkan pola perilaku ikan-ikan pelagis ataupun ikan demersal yang bermigrasi harian ke

daerah pesisir. Karenanya kegiatan penelitian ini menjadi penting dilakukan untuk

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam menerapkan teknologi penangkapan JPP

sebagai indikator utama dalam pemetaan wilayah pengembangan JPP di perairan wilayah

pesisir Indonesia.

Variasi hasil tangkapan harian pada spot daerah penangkapan yang tetap akan

memberikan informasi data base yang penting dalam menganalisis pola tingkah laku ikan-ikan

yang tertangkap. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman terhadap pola

(waktu, jumlah, dan frekuensi) kedatangan ikan ke wilayah pesisir, komposisi jenis tangkapan,

dan karakteristik daerah penangkapan ikan. Disamping itu, respon tingkah laku ikan terhadap

alat tangkap JPP dan mekanisme terperangkapnya ikan-ikan di dalam kantong akan

memberikan gambaran bagaimana fungsi dari setiap bagian alat tangkap dalam memanfaatkan

tingkah laku ikan dan interaksinya terhadap karakteristik daerah penangkapan di wilayah pesisir.

Pengetahuan dan pemahaman yang baik terhadap hubungan antara tingkah laku ikan, struktur

(desain & konstruksi) alat tangkap, dan karakteristik daerah penangkapan ikan merupakan

acuan dasar dalam menyusun strategi dan teknologi penangkapan ikan.

METODEMETODEMETODEMETODE PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN

Penelitian pemanfaatan tingkah laku ikan dalam memahami proses penangkapan ikan

pada alat tangkap Jaring Perangkap Pasif, JPP (SET NET, teichi ami) dilaksanakan pada bulan

agustus – oktober 2011 yang berlokasi di perairan wilayah pesisir Teluk Mallasoro, Kab.

Jeneponto. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu: pertama, analisis tingkah laku

ikan berdasarkan hasil tangkapan set net, dan kedua, analisis terhadap mekanisme kerja dari

alat tangkap dalam memahami proses tertangkapnya ikan pada alat tangkap set net

berdasarkan struktur (desain & konstruksi) alat tangkap. Karakteristik daerah penangkapan ikan

dianalisis sebagai data pendukung dalam melihat hubungannya dengan komposisi jenis dan

berat hasil tangkapan sebagai kondisi perairan yang optimum.

A. KarakteristikKarakteristikKarakteristikKarakteristik daerahdaerahdaerahdaerah penangkapanpenangkapanpenangkapanpenangkapan ikanikanikanikan JaringJaringJaringJaring PerangkapPerangkapPerangkapPerangkap Pasif.Pasif.Pasif.Pasif.

Pada penelitian ini, pengukuran karakteristik daerah penangkapan JPP dilakukan sebagai

suatu pendekataan dalam menghubungkan komposisi jenis tangkapan terhadap

penyebarannya di lokasi pemasangan set net. Pengukuran karakteristik daerah penangkapan

ikan, meliputi suhu, salinitas, kecepatan dan arah arus, pasang surut, tinggi & panjang

gelombang, warna perairan, substrat dasar, kedalaman perairan, dan tipologi kelandaian

dasar laut.

B. PrinsipPrinsipPrinsipPrinsip dandandandan prosesprosesprosesproses penangkapanpenangkapanpenangkapanpenangkapan JaringJaringJaringJaring PerangkapPerangkapPerangkapPerangkap PasifPasifPasifPasif ....

Pemahaman terhadap prinsip dan proses tertangkapnya ikan pada alat tangkap JPP dalam

kaitannya dengan respon tingkah laku ikan dianalisis berdasarkan mekanisme kerja dan

fungsi dari bagian-bagian alat tangkap, meliput: 1) struktur alat tangkap Jaring Perangkap

Pasif, 2) posisi dan fungsi leader net, 3) Posisi dan fungsi play ground, 4) posisi dan fungsi

slope net, dan 5) posisi dan fungsi jaring kantong (chamber net).

C. PolaPolaPolaPola tingkahtingkahtingkahtingkah lakulakulakulaku targettargettargettarget tangkapantangkapantangkapantangkapan JaringJaringJaringJaring PerangkapPerangkapPerangkapPerangkap PasifPasifPasifPasif ....

Pendekatan dalam mendeskripsikan pola tingkah laku target tangkapan dianalisis

berdasarkan komposisi jenis tangkapan dan bentuk tubuh ikan (fish body shape) untuk

mendeskripsikan karakteristik tingkah laku ekologis (behavioural ecologi) 9)9)9)9). Komposisi dan

variasi tangkapan harian merupakan indikator penting dalam mengkaji perilaku kedatangan

ikan pada daerah penangkapan Jaring Perangkap Pasif (Set Net). Data-data pola tingkah laku

target tangkapan, meliputi: 1) komposisi jenis hasil tangkapan 2,3,4)2,3,4)2,3,4)2,3,4), 2) berat dan nilai hasil

tangkapan, 3) Penentuan jenis tangkapan dominan, dan 4) pengelompokan bentuk tubuh

ikan (fish body shape) 2)2)2)2). Data-data tersebut selanjutnya akan dianalisis sebagai bentuk

respon tingkah laku ikan terhadap prinsip dan proses tertangkapnya ikan pada alat tangkap

jaring perangkap pasif (set net).

Data pendukung pengamatan tingkah laku target tangkapan dilakukan secara spesifik

melalui observasi visual sederhana pada bagian kantong alat tangkap dengan menggunakan

peralatan standar selam dasar (snorkeling+masker+fins) dengan penekanan pada

pendeskripsian bentuk gerombolan ikan (schooling fish)11)11)11)11), kecenderungan arah renang

(swimming direction trend), assosiasi dan interaksi prey-predator 8)8)8)8) ikan-ikan yang

terperangkap di dalam kantong, dan uji coba fungsi perangkap, serta tingkah laku spesifik

pada saat proses hauling berlangsung.

Data-data hasil penelitian dianalisis lebih lanjut menjadi hubungan keterkaitan antara

respon tingkah laku target tangkapan terhadap prinsip dan proses penangkapan jaring

perangkap pasif pada karakteristik kondisi daerah penangkapan Jaring Perangkap Pasif (Set Net,

teichi ami).

HASILHASILHASILHASIL DANDANDANDAN PEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASAN

A.A.A.A. GambaranGambaranGambaranGambaran umumumumumumumum JaringJaringJaringJaring PerangkapPerangkapPerangkapPerangkap PasifPasifPasifPasif (Set(Set(Set(Set Net,Net,Net,Net, teichiteichiteichiteichi ami)ami)ami)ami).

Teknologi alat tangkap jaring perangkap pasif, JPP merupakan teknologi penangkapan

ikan yang dipasang secara permanen didalam perairan dimana bagian-bagian alat tangkap

disetting dengan rangkaian panel-panel jaring menjadi satu unit bangunan alat tangkap di

dalam perairan, mulai dari permukaan hingga ke dasar peraian. Alat tangkap JPP dipasang di

perairan wilayah pesisir pada kedalaman ± 20 meter. Jarak fishing base ke fishing ground

berkisar 1 mile dengan waktu tempuh ± 15 menit. Operasi penangkapan ikan dilakukan secara

harian dengan waktu operasi penangkapan pada pagi hari (pukul 05:30 - 08:00 wita) dengan

rata-rata lama waktu operasi ± 2 jam, mulai dari persiapan operasi, pemberangkatan, hauling,

penanganan & sortir hasil tangkapan, hingga kembali ke fishing base.

Alat tangkap Jaring Perangkap Pasif terdiri atas tali rangka (frame rope) berdiameter

18 - 32 mm, jaring penaju (leader net) dengan mesh size 24 cm, area perangkapan awal (play

ground) mesh size 12 cm, jaring pengarah ke perangkap kantong (slope net) mesh size 12 cm

dan 3 cm, dan jaring kantong (chamber net) mesh size 3 cm. Keempat bagian ini merupakan

bagian utama alat tangkap yang dikonstruksi dengan memanfaatkan fungsi pelampung dan

pemberat yang dihubungkan oleh tali temali dan panel-panel jaring sebagai dinding bangunan

alat tangkap. Alat tangkap JPP ini memiliki dua buah jaring kantong yang terletak pada posisi kiri

dan kanan dari bagian penaju. Prinsip pengoperasian alat tangkap JPP adalah memblok jalur

migrasi dan arah renang ikan dengan panel jaring penaju, sedang proses penangkapannya

adalah mengarahkannya ikan-ikan yang terblok tersebut ke area perangkapan. Adapun target

tangkapannya adalah ikan-ikan yang bermigrasi harian ke wilayah perairan pantai, umumnya

ikan-ikan pelagis kecil dan beberapa jenis ikan-ikan demersal, serta beberapa kelompok

tangkapan lainnya.

B.B.B.B. PrinsipPrinsipPrinsipPrinsip dandandandan prosesprosesprosesproses penangkapanpenangkapanpenangkapanpenangkapan JaringJaringJaringJaring PerangkapPerangkapPerangkapPerangkap Pasif.Pasif.Pasif.Pasif.

B.1.B.1.B.1.B.1. OperasiOperasiOperasiOperasi PenangkapanPenangkapanPenangkapanPenangkapan ikanikanikanikan

Operasi penangkapan JPP diawali dengan pengangkatan dasar slope net yang

dihubungkan dengan tali slope (PEØ20mm) hingga keseluruhan bagian dasar slope terangkat ke

atas lambung kapal. Secara berurutan dan berkesinambungan, badan jaring slope net ditarik ke

atas salah satu sisi lambung kapal sambil posisi kapal bergerak menyamping hingga pintu mulut

kantong ikut terangkat ke atas lambung badan kapal, yang berarti pintu keluar atau meloloskan

diri ikan-ikan yang ada di dalam kantong sudah tertutup. Tahap berikutnya adalah

pengangkatan badan jaring kantong dimana posisi nelayan umumnya berada pada salah satu

sisi kapal mulai dari lambung hingga ke buritan.

Proses pengangkatan dilakukan dengan prinsip memperkecil ruang gerak/renang ikan

dengan menarik badan jaring kantong ke atas badan kapal, sambil sisi belakang jaring

diturunkan kembali ke dalam air, sementara sisi bagian depan yang berisi ikan-ikan tangkapan

semakin menyempit yang pada akhirnya menyebabkan ikan-ikan terkurung pada salah satu

sudut jaring kantong. Tahap terakhir adalah pengambilan ikan-ikan hasil tangkapan dengan

serok dari dalam kontong perangkap ke atas lambung kapal. Selama proses pengangkatan

jaring (hauling process), mesin kapal dimatikan dimana pergerakan kapal dikontrol oleh

penarikan jaring dan tali pengontrol pergeseran kapal pada sisi berlawanan dari lambung kapal.

B.2.B.2.B.2.B.2. MekanismeMekanismeMekanismeMekanisme kerjakerjakerjakerja JaringJaringJaringJaring PerangkapPerangkapPerangkapPerangkap Pasif.Pasif.Pasif.Pasif.

Alat tangkap JPP merupakan alat tangkap yang memanfaatkan tingkah laku ikan-ikan

yang bermigrasi ke wilayah perairan pesisir 1). Pola pergerakan alur migrasi ikan secara paralel

terhadap garis pantai menyebabkan posisi pemasangan JPP cenderung tegak lurus terhadap

garis pantai. Prinsip dan proses penangkapan JPP merupakan mekanisme kerja dari setiap

komponen bagian-bagian alat tangkap dalam sinergitas fungsional unit bangunan alat tangkap

jaring perangkap pasif, meliputi:

1)1)1)1) TaliTaliTaliTali rangkarangkarangkarangka (frame(frame(frame(frame rope).rope).rope).rope). Bagian ini merupakan rangka bangunan alat tangkap dengan fungsi

utama adalah tempat menggantungkan seluruh rangkaian bagian-bagian alat tangkap dengan

keseluruhan beban yang dimiliki serta resistensi yang diberikan pada saat seluruh bagian alat

tangkap terpasang di dalam perairan. Oleh karenannya, efektifitas dari fungsi keseluruhan

bagian alat tangkap sangat ditentukan oleh performance dari sistem rangka yang digunakan.

2)2)2)2) JaringJaringJaringJaring penajupenajupenajupenaju (leader(leader(leader(leader net).net).net).net). Ikan-ikan yang ber-ruaya ke perairan pantai akan terblok/

terhalau oleh luasan area blok pamasangan penaju dari permukaan hingga ke dasar perairan,

dengan kedalaman 20 m dan panjang 300 m, menggunakan material polyethylene (D210/90)

dengan simpul tunggal (single knotted) mesh size 24 cm (242,4 mmstrn). Ikan yang terhalau

oleh penaju tersebut akan bergerak ke perairan yang lebih dalam mengikuti dinding jaring

penaju yang bermuara pada pintu serambi (play ground/fish court).

3)3)3)3) SerambiSerambiSerambiSerambi (play(play(play(play ground/fishground/fishground/fishground/fish court).court).court).court). Bagian alat tangkap ini akan memberikan efek pintu

perangkapan dimana ikan-ikan yang masuk akan berputar dan bermain mengikuti konsep

desain alat tangkap yang pada akhirnya akan terarah menuju perangkap jaring kantong melalui

jaring perangkap pengarah (slope net) yang menjorok masuk kedalam badang jaring kantong.

4)4)4)4) JaringJaringJaringJaring perangkapperangkapperangkapperangkap pengarahpengarahpengarahpengarah (slope(slope(slope(slope net).net).net).net). Jaring ini merupakan jaring bidang datar yang

ditempatkan mulai pada bagian dasar play ground dengan kemiringan sekitar 25 degree yang

menghubungkan dengan chamber net dan berakhir di dalam area perangkapan jaring kantong.

Bagaian ini memegang peranan penting dalam menentukan mudah-tidaknya ikan-ikan target

tangkapan masuk ke dalam perangkap kantong.

5)5)5)5) JaringJaringJaringJaring kantongkantongkantongkantong (chamber(chamber(chamber(chamber net).net).net).net). Jaring kantong merupakan proses akhir dimana ikan-ikan hasil

tangkapan terakumulasi selama proses operasi penangkapan berlangsung. Jaring kantong

terpasang mulai dari permukaan air hingga membentuk kantong pada 3/4 kedalaman perairan.

Luas area perangkap jaring kantong berkisar 572 m2 dengan kedalaman berkisar ± 15 - 17 m

dengan mesh size 30,3 mm yang memberikan cukup ruang bagi ikan-ikan hasil tangkapan untuk

hidup sementara waktu dan berassosiasi di dalam kantong sebelum proses hauling dilakukan.

C.C.C.C. HasilHasilHasilHasil tangkapantangkapantangkapantangkapan JaringJaringJaringJaring PerangkapPerangkapPerangkapPerangkap PasifPasifPasifPasif (Set(Set(Set(Set Net,Net,Net,Net, teichiteichiteichiteichi ami)ami)ami)ami)

Jaring Perangkap Pasif merupakan alat tangkap yang dipasang permanen dengan

rangkaian panel-panel jaring, mulai dari bagian permukaan hingga ke dasar perairan.

Berdasarkan konstruksi alat tangkap memberi konsekuensi terhadap variasi jenis tangkapan

dengan struktur komposisi jenis relatif beragam mulai dari ikan pelagis, pertengahan (kolom

perairan), dan ikan demersal. Variasi komposisi jenis hasil tangkapan merupakan bentuk

respons tingkah laku ikan dalam proses dan metode penangkapan alat tangkap12,13,14). Adapun

komposisi jenis, berat, dan nilai hasil tangkapan JPP terlihat pada Grafik 1.

Berdasarkan hasil identifikasi komposisi jenis tangkapan 2,3,4) yang diperoleh terlihat

bahwa terdapat 37 jenis species yang terbagi kedalam tiga kelompok besar, yaitu 1) Kelompok

ikan pelagis yang hidup cenderung di dekat permukaan perairan sebanyak 13 species,

diantaranya: alu-alu, julung-julung, cendro, cakalang, tenggiri, tuna, kembung, selar, tembang,

sardin, tetengkek, dan layur. 2) kelompok ikan pelagis yang cenderung berada di bagian

pertengahan kolom perairan sebanyak 11 species, diantaranya: peperek, talang-talang, Layur,

kitan, kuwe, dan baronang, dan 3) kelompok ikan demersal sebanyak 12 species, diantaranya :

biji nangka, kakak merah, bambangan, hiu, gabus, sembilan karang, kerung-kerung, cumi-cumi,

dan lobster.

AblenesAblenesAblenesAblenes hianshianshianshians

Kelompok ikan pelagis yang hidup

dekat dengan permukaan perairan

memiliki bentuk tubuh relatif bulat

memanjang, seperti yang ditemukan

pada ikan alu-alu, julung-julung, dan cendro. Bentuk tubuh ini merupakan suatu bentuk

adaptasi morfologi yang digunakan dalam mobilitas tingkah laku ikan dalam merespon kondisi

lingkungan habitatnya yang ekstrim. Permukaan yang senantiasa bergejolak akibat arus yang

kuat, gelombang yang besar, atau pun angin yang kencang menyebabkan ikan-ikan pada

kelompok ini mengharuskan memiliki daya renang yang besar. Hal ini berdampak pada

tangkapan JPP dimana pada saat kecepatan arus yang besar, cenderung ikan-ikan pada

kelompok ini relative lebih banyak tertangkap dibandingkan dengan kelompok lainnya.

Grafik 1. Komposisi jenis (n=38 jenis), berat (18,934 kg), dan nilai (Rp. 73,247,500,-) totalhasil tangkapan Jaring perangkap pasif (Set Net, teichi ami) periode: 27 Agustus -22 Oktober 2011 di Perairan Teluk Mallasoro, Kab. Jeneponto.

CarangoidesCarangoidesCarangoidesCarangoides hedlandensishedlandensishedlandensishedlandensis

UpeneusUpeneusUpeneusUpeneus vittatusvittatusvittatusvittatus

Kelompok ikan pelagis yang hidup dibagian

pertengahan perairan, cenderung memiliki bentuk tubuh

yang relatif pipih (compressed fishes). Bentuk tubuh yang

pipih juga merupakan adaptasi morfologi terhadap

lingkungan habitatnya dimana tingkah laku ikan ini yang

cenderung melawan ataupun mengikuti arus di tengah/kolom perairan. Ikan yang berbentuk

pipih (compressed) cenderung memiliki kecepatan renang yang lebih lambat dibandingkan

dengan ikan yang berbentuk torpedo memanjang (elongated) memberikan kemudahan dalam

mempertahankan posisi dan kecepatan renangnya (swimming performance) di dalam kolom

perairan. Ikan-ikan kelompok ini biasanya tertangkap pada JPP dengan membentuk gerombolan

besar, seperti pada ikan kuwe.

Kelompok ikan demersal memiliki bentuk

tubuh yang sedikit pipih (slightly compressed fishes)

dan pada bagian bawahnya relative datar.

Beberapa jenis ikan dilengkapi dengan sungut,

seperti ikan biji nangka. Bentuk tersebut juga

merupakan bentuk adaptasi morfologi dimana lingkungan habitatnya berada. Berdasarkan

kedalaman perairan, diketahui bahwa kecepatan arus berkurang seiring bertambahnya

kedalaman, dan juga termasuk intensitas pencahayaan. Berdasarkan kondisi ini, sehingga

disadari bahwa ikan-ikan kelompok ini relatif tingkah laku ber-renangnya lebih lambat dan

mengutamakan pada perkembangan indera penciumannya.

Disamping pendekatan analisis morfologi jenis hasil tangkapan terhadap habitat

ekosistemnya, pendekatan organ-organ sensor merupakan fundamental science yang mampu

mengungkapkan secara physiologi, bagaimana jenis-jenis hasil tangkapan dalam merespon alat

tangkap JPP di dalam perairan. Beberapa penelitian dasar yang telah dilakukan dalam

pengungkapan tersebut, diantaranya adalah penentuan tingkat ketajaman penglihatan ikan

(visual acuity) 7)7)7)7), jarak pandang maksimum (maximum sighting distance) 7)7)7)7) terhadap alat tangkap

set net 16,17)16,17)16,17)16,17), dan penentuan arah ketajaman penglihatan ikan (visual axis)))) 7)7)7)7).

Grafik 2 memperlihatkan fluktuasi hasil tangkapan harian JPP selama penelitian

dilaksanakan. Berdasarkan data hasil tangkapan yang diperoleh terlihat bahwa terdapat

perbedaan berat hasil tangkap pada setiap operasi penangkapan harian, yang diikuti oleh

perbedaan nilai hasil tangkapannya. Berat hasil tangkapan cenderung berkorelasi positif

terhadap nilai hasil tangkapan, wakaupun demikian juga terdapat kasus dimana berat

tangkapan yang lebih rendah memberikan nilai tangkapan yang lebih besar.

Fluktuasi tangkapan harian dalam hal berat dan nilai tangkapannya, ternyata bervariasi

pula terhadap komposisi jenis hasil tangkapan hariannya dimana rata-rata jenis tangkapan

harian bervariasi antara 8 - 15 species per hari dengan nilai ekonomis yang berbeda-beda.

Perbedaan komposisi jenis hasil tangkapan harian mengindikasikan bahwa pola kedatangan

jenis-jenis ikan ke wilayah perairan pesisir bervariasi pula secara harian.

Grafik 2. Fluktuasi berat (total= 18,934 kg), dan nilai (total= Rp. 73,247,500,-) hasiltangkapan harian Jaring Perangkap Pasif (Set Net, teichi ami) periode:27 Agustus - 22 Oktober 2011 di Perairan Teluk Mallasoro, Kab. Jeneponto.

Hasil penelitian ini juga mendeskripsikan bahwa dinamika oseanografi harian sangat

berpengaruh terhadap komposisi jenis dan jumlah hasil tangkapan. Data observasi harian pada

kecepatan arus 40 - 65 cm/detik menunjukkan bahwa rata-rata perolehan hasil tangkapan

cenderung kurang dari 175 kg/trip. Pada kondisi dan waktu yang sama, observasi terhadap

performance jaring kantong cenderung terangkat mendekati permukaan perairan sebagai

akibat dari kekuatan arus yang ekstrim.

D.D.D.D. KarakteristikKarakteristikKarakteristikKarakteristik daerahdaerahdaerahdaerah penangkapanpenangkapanpenangkapanpenangkapan JaringJaringJaringJaring PerangkapPerangkapPerangkapPerangkap PasifPasifPasifPasif (Set(Set(Set(Set Net,Net,Net,Net, teichiteichiteichiteichi ami)ami)ami)ami)

Daerah penangkapan sangat menentukan dalam keberhasilan pengoperasian alat

tangkap JPP. Salah satu lokasi yang telah dianalisis lokasi pemasangan set netnya adalah

perairan Tanjung Pallette Kab.Bone18. Hasil pengukuran parameter oseanografi pada daerah

penangkapan ikan di lokasi pemasangan jaring perangkap pasif di perairan Teluk Mallasoro,

Kab. Jeneponto ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik daerah penangkapan ikan pada lokasi pemasangan Jaring Perangkap Pasif(setnet) di Perairan Teluk Mallasoro, Kab. Jeneponto.

Terdapat sepuluh kondisi parameter oseanografi yang telah dijadikan indikator dalam

penentuan lokasi pemasangan JPP, dimana kecepatan dan arah arus merupakan faktor utama

yang menjadi pertimbangan di dalam penentuan posisi penempatan alat tangkap JPP.

Disamping itu, perbedaan pasang surut serta tinggi dan panjang gelombang merupakan faktor

lain yang menjadi pertimbangan dalam mendesain dan mengkonstruksi alat tangkap 1)1)1)1) dimana

akan memberikan acuan dalam menentukan panjang tali jangkar dan fleksibilitas struktur tali

rangka (frame rope). Kecepatan dan arah arus akan memberikan indikasi terhadap pola

pergerakan dan alur migrasi ikan, sementara keterkaitan suhu, salinitas, kedalaman perairan,

kontur dasar, dan warna perairan memberikan informasi perairan optimum terhadap ikan-ikan

target tangkapan yang dikehendaki. Secara terpisah digambarkan hubungan antara kondisi

substrat dasar perairan yang berlumpur di wilayah perairan pesisir mengindikasikan stok

deposit nutrien yang potensial mensuplai tersedianya nutrien di dalam dan sekitar perairan

wilayah tersebut.

AcknowladgementAcknowladgementAcknowladgementAcknowladgement

Penelitian ini merupakan pengembangan Program Uji Coba Penerapan Teknologi PenangkapanJaring Perangkap Pasif (Set Net, teichi ami) yang dikembangkan oleh BBPPI Semarang. Penelitibermaksud mengekspressikan penghargaan yang besar atas sarana dan pra-sarana yang telahdigunakan hingga penelitian ini berjalan dengan baik. Peneliti juga ingin menyampaikan rasaterima kasih kepada Pemda DKP Kab. Jeneponto dan Kelompok Nelayan Set Net yang selama initelah bekerja bersama-sama membangun dan mengawal kegiatan hingga sekarang.

REFERENSIREFERENSIREFERENSIREFERENSI1. Inoue.Y., Matsuoka. T., Chopin.F. 2002.Technical guide for set net fishing. International Set

Net Fishing Summit in Himi.Kita-Nihon Kaiyo Center Ltd. Japan.2. Gloerfelt. T and Kailola. J. P. Trawled fishes of Southern Indonesia and Northwestern

Australia. National Library of Australia. The Australian Development Assistance Bureau.3. Ministry of Marine Affairs and Fisheries Japan International Cooperation Agency 2008.

Indonesian Fisheries Book.4. Direktorat Jenderal Perikanan 1979. Buku pedoman pengenalan sumber daya perikanan laut.

Bagian I. Jenis-jenis ikan ekonomis penting. Direktorat Jenderal Perikana. DepartemenPertanian Jakarta. 170p.

5. Sudirman, M. Abduh Ibnu Hajar, Musbir, Sapruddin, Suhartono, Takafumi Arimoto.Efektivitas dan keramahan lingkungan Set Net Tipe Jepang di Perairan Teluk Bone. JurnalPenelitian Perikanan Indonesia. V.16. No 135-47p.

6. Hart. P.J.B. 1993.Teleost foraging: facts and theories dalam Behaviour of Teleost Fishes.Chapman and Hall. 253-284p.

7. Hajar. I. A.M, Inada.H., Hasobe.M., Arimoto.T. 2008. Visual acuity of Pasific SauryCololabis saira for understanding capture process. Fisheries Science. The Japanese Sosietyof Fisheries Science.74: 461-468.

8. Milinski .M. 1993. Predation risk and feeding behaviour dalam Behaviour of Teleost Fishes.Chapman and Hall 285-302p

9. Pitcher.T.J. 1993. Behaviour Ecology dalam Behaviour of Teleost Fishes. Chapman andHall 247-251p

10. Turner. F.G. 1993. Teleost mating behavior dalam Behaviour of Teleost Fishes. Chapmanand Hall307-326p

11. Picther.T.J. dan Parrish .K.J. 1993. Funstion of shoaling behavior in teleosts dalamBehaviour of Teleost Fishes. Chapman and Hall.363-427p.

12. Magurran.E.A. 1993. Individual differences and alternative behaviours dalam Behaviour ofTeleost Fishes. Chapman and Hall. 441-468p.

13. Wardle.C.S. 1993. Fish behaviour and fishing methods dalam Behaviour of Teleost Fishes.Chapman and Hall. 609-641.

14. Wardle C.S. 1987. Investigation the behavior of fish during capture. In: Bailey RS. ParrishBB (eds). Develoments in Fisheries Research in Scotland. Fishing New Books Ltd. Farham.:139-155.

15. Wardle C.S. 1983. Fish reaction to towed fishing gears. In: Mac-Donald AG, Priede IG(eds). Experimental Biology at sea. Academic Press, New York. 167-195.

16. Saifuddin. 2009. Kemampuan penglihatan mata ikan Swangi (Priacanthus tayenus) dalamaplikasinya pada boidang teknologi penangkapan ikan. Skripsi Program Studi PemanfaatanSumber Daya Perikanan Universitas Hasanuddin.

17. Suarnam. 2009. Kemampuan penglihatan mata ikan Alu-alu (Sphyraena jello) dalamaplikasinya pada bidang teknologi penangkapan ikan. Skripsi Program Studi PemanfaatanSumber Daya Perikanan Universitas Hasanuddin.

18. Rofika. 2009. Analisis karakteristik daerah penangkapan Set Net (Teichi Ami) di PerairanTanjung Pallette Kabupaten Bone. Skripsi. Program Studi Pemanfaatan Sumber DayaPerikanan Universitas Hasanuddin.

19. Hajar M.A.I, Inada H, Arimoto T., 2007. Visual physiology of Pacific saury in CaptureProcess of Light Fishing. Proceeding of Symposium of Japanese Society of FisheriesScience. Tokyo University of Marine Science and Technology. Japan

20. Gibson R.N. 1993. Life in a fluctuating environment dalam Behaviour of Teleost Fishes.Chapman and Hall 513-533p.

21. Arimoto T. 2010. Empowerment of Coastal Fishing Community through TechnologyTransfer of Community-based Set Net(Teichi ami) for Sustainable Fisheries. JICA-Tumsat-Unhas, Makassar. March 2010.

22. Hajar MAI, 2010. Implementation Program on Fishing Technology of Jaring PerangkapPasif (Set Net) in Libukang Island-Mallasoro Bay, Jeneponto Regency. JICA-Tumsat-Unhas,Makassar. March 2010.