a. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/910/5/bab ii.pdf · 6 bab ii tinjauan pustaka a. balita 1....
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Balita
1. Pengertian
Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang berada
dalam rentang usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu
golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan balita (2-3 tahun) dan golongan prasekolah (>3-5
tahun). Adapun menurut WHO, kelompok usia balita adalah 0-60 bulan (Andriani dan
Wirjatmadi, 2012:164).
Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan), pada masa ini,
kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik
(gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi sekresi (Marmi dan Rahardjo, 2015:118).
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan
dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan,
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung, dan terjadi pertumbuhan
serabut-serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak
yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan sangat
mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf,
hingga bersosialisaasi. Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan
landasan perkembangan berikutnya (Marmi dan Rahardjo, 2015:118).
2. Pertumbuhan
7
7
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler,
berarti bertambahnya ukuran fisik dan strukur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga
dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Kementrian kesehatan RI, 2012:4).
Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh
yang secara kuantitatif dapat diukur (Whalley dan Wong dalamMarmi dan
Rahardjo,2015:109)
Pertumbuhan memiliki ciri-ciri khusus, yaitu perubahan ukuran, perubahan proposi,
hilangnya ciri-ciri lama, serta munculnya ciri-ciri baru. Keunikan pertumbuhan adalah
mempunyai kecepatan yang berbeda-beda disetiap kelompok umur masing-masing organ
juga mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda (Marmi dan Rahardjo, 2015:110)
Penilaian tumbuh kembang meliputi evaluasi pertumbuhan fisis (kurva atau grafik
berat badan, tinggi badan, lingkar kepala,lingkar dada, dan lingkar perut), evaluasi
pertumbuhan gigi geligi, evaluasi neurologis, dan perkembangan sosial serta evaluasi
keremajaan (Andriani dan Wirjatmadi, 2012: 167).
a. Pertumbuhan tinggi dan berat badan
Selama tahun kedua, angka penambahan berat badan adalah 0,25 kg/bulan. Lalu,
menjadi sekitar 2kg/bulan sampai berusia 10 tahun. Panjang rata-rata pada akhir tahun
pertama bertambah 50% (75 cm) dan menjadi dua kali lipat pada akhir tahun keempat (100
cm). Nilai baku yang sering dipakai adalah grafik (peta pertumbuhan atau growht chart) yang
disusun oleh NCHS untuk berat badan dan tinggi badan(Andriani dan Wirjatmadi, 2012:
168).
b. Perkembangan indra
Pada usia ini, kelima indra anak yaitu indra penglihatan, pendengaran, pengecap,
penciuman, peraba diharapkan sudah berfungsi optimal. Sejalan dengan perkembangan
8
8
kecerdasan dan banyaknya kata-kata yang ia dengar, anak usia prasekolah sudah dapat
berbicara dengan menggunakan kalimat lengkap yang sederhana(Andriani dan Wirjatmadi,
2012: 168).
c. Pertumbuhan gigi
Pembentukkan struktur gigi yang sehat dan sempurna dimungkinkan dengan gizi yang
cukup protein, kalsium, fosfat dan vitamin (terutama vitamin C dan D). Klasifikasi gigi
dimulai pada umur janin lima bulan mencakup seluruh gigi susu. Erupsi gigi yang terlambat
dapat ditemukan pada hipotiroidisme, gangguan gizi dan gangguan pertumbuhan(Andriani
dan Wirjatmadi, 2012: 168).
Terdapat perbedaan pertumbuhan pada balita yang mengalami gangguan pertumbuhan
dengan balita yang pertumbuhannya normal. Balita normal dan balita dengan pertumbuhan
terganggu pada awalnya mengalami tingkatan pertumbuhan yang sama, biasanya hal ini
terjadi pada usia bayi. Namun pada usia balita perbedaan pertumbuhan akan terlihat. Pada
balita yang mendapatkan asupan gizi secara baik saat usia bayi dan janin akan tumbuh secara
normal sesuai dengan usianya (Andriani dan Wirjatmadi, 2012: 169)
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Anak
Hampir tidak ada bayi yang sama dalam pertumbuhan,ada yang tetap tumbuh kecil,
tetapi ada juga yang menjadi besar, tumbuh secara berlebihan. Diantara pertumbuhan tersebut
dinamakan “pertumbuhan rata-rata” (Maryunani, 2010:56).
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang
merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain (Kementrian kesehatan RI,
2012:5):
a. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
9
9
1) Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor
herediter ras/bangsa indonesia atau sebaliknya.
2) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk atau kurus.
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan dan masa remaja.
4) Jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada
laki-laki.Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki lebih
cepat.
5) Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang
akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada
tumbuh kembang anak seperti kerdil.
6) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti
pada sindroma Down‟s dan sindroma Turner‟s.
b. Faktor luar (eksternal)
1) Faktor Prenatal
a) Gizi
10
10
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti
club foot.
c) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid, dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
d) Endokrin
Diabetes meilitus dapat menyebabkan mekrosomia, kardiomegali,
hiperplasia adrenal.
e) Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota
gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
11
11
f) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo Virus Herpers simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada
janin ; katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung
kongenital.
g) Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara
janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin,
kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan
menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan
Kern icterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
h) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
i) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada
ibu hamil dan lain-lain.
2) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia, dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
3) Faktor pasca persalin
a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
b) Penyakit kronis/kelainan kongenital
12
12
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi
pertumbuhan janin.
c) Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan
yang kurang baik, kurangnya sinar matahari , paparan sinar radioaktif, zat kimia
tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap
pertumbuhan anak.
d) Psikologis
Hubungan anak dengan prang sekitarnya. Seorang anak yang tidak diketahui oleh
orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di
dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
e) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak
mengalami hambatan pertumbuhan.
f) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan
yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.
g) Lingkungan pengasuh
Pada lingkungan pengasuh, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh
kembang anak.
13
13
h) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga,
misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lain terhadap kegiatan anak.
i) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian
halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang
menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
4. Status Gizi
a. Pengertian
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut
dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan atau
panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai (Gibson dalam
Marmi dan Rahardjo, 2015:373).
Jika keseimbangan tadi terganggu, misalnya pengeluaran energi dan
protein lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi kekurangan
energi protein, dan jika berlangsung lama akan timbul masalah yang dikenal
dengan KEP berat atau gizi buruk (Depkes RI dalam Marmi dan
Rahardjo,2015:373).
14
14
b. Penilaian status gizi
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini
mungkin sejak anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang
dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh
kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko pada balita, yang disebut
juga anak usia dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh
kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan
serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis
proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur
perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang
yang optimal (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas dalam Marmi dan Rahardjo,
2015:151).
Cara penilaian status gizi dilakuakan atas dasar anamnesi, pemeriksaan
fisik, data antopometri, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan radiologik
(Kapita Selekta Kedokteran dalam Andriani dan Wirjatmadi, 2012:227).
1) Anamnesis
Cari informasi tentang riwayat nutrisi selama dalam kandungan, saat
kelahiran, keadaan waktu lahir (termasuk berat dan panjang badan), penyakit
dan kelainan yang diderita, data imunisasi, data keluarga, riwayat kontak
dengan pasien penyakit menular tertentu, riwayaat makanan, keadaan fisik
ayah ibu (Andriani dan Wirjatmadi, 2012:227).
15
15
2) Pemeriksaan fisik
Perhatikan bentuk tubuh, perbandingan bagian kepala, tubuh, dan
anggota gerak. Keadaan mental anak apakah kompos mentis, cengeng atau
apatik. Pada kepala anak, perhatikan rambut (warna, tekstur, mudah dicabut),
wajah (serupa anak sehat, orang tua susah, wajah bulan), mata termasuk sinar
mata (biasa, sayu, apatis), bulu mata (biasa, lurus, panjang, jarang), dan gejala
difesiensi vitamin A serta mulut (stomatitis, noma). Pada toraks, periksa
bentuk seperti gambang atau ada takda rakitis. Abdomen dapat terlihat biasa
atau membucit, periksa adanya asites, hepatogemeli, dan splenomegali. Pada
ekstremitas, perhatikan adanya edema dan hipotrofi otot. Sedang pada kulit
periksa tanda perdarahan, hiperkeratosis, dermatosis dan crazy pavement.
Beberapa pemeriksaan khas gizi dapat dilakukan berupa cubit tebal (terhadap
otot hipotrofi atau atrofi), cubit tipis (terhadap jaringan lemak), dan subkutis
cabut rambut (terindikasi pada terduga KKP berat)(Kapita Selekta Kedokteran
dalam Andriani dan Wirjatmadi, 2012:227).
3) Antopometri
Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah penilaian
menggunakan alat baku (standar). Untuk menjamin ketepatandan keakuratan
penilaian harus dilakukan dengan teliti dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan
dalam kurun waktu tertentu untuk menilai kecepatan pertumbuhan (Marmi dan
Rahardjo, 2015:151) .
a) Berat badan
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan
keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu
16
16
Menuju Sehat Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik
pertumbuhannya dan dilakukaninterfensi jika terjadi penyimpangan.
(Marmi dan Rahardjo, 2015:152) .
Berat badan merupakan hasil peningkatan seluruh jaringan tulang, otot,
lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya, merupakan indikator tunggal yang
terbaik pada waktu ini untuk keadaan gizi dan keadaan tumbuh kembang
(Andriani dan Wirjatmadi, 2012:228).
Menurut supriasa (2001), menimbang anak dapat dilakukan dengan
menggunakan kantong celana timbang, kain sarung, atau keranjang. Harus
selalu diingat bahwa sebelum anak ditimbang, jarum menunjukkan skala 0
setelah ditambahkan kain sarung, atau keranjang. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menimbang berat badan anak antara lain (Andriani dan
Wirjatmadi, 2012:228) :
(1) Pemeriksaan alat timbang.
Periksa dacin dengan seksama. Dacin yang adalah apabila bandul geser
berada pada pada posisi skala 0,0 kg, jarum penunjuk berada pada
posisi seimbang. Disamping itu, keadaan bandul geser tidak longgar
terhadap tangkai dancin, olek karena itu perlu dilakukan penerapan
terhadap timbangan yang dipakai agak lama.
(2) Anak balita yang ditimbang
Penimbangan pertama dilakukan pada balita yang tidak takut untuk
ditimbang. Balita yang akan ditimbang sebaiknya memakai pakaian
seminim mungkinatau seringanmungkin. Apabila hal ini tidak
memungkinkan maka hasil penimbangan harus dikoreksi denganberat
17
17
kain balita yang ikut tertimbang. Jika kondisi ini tetap tidak
memungkinkan maka timbangan yang digunakan adalah timbangan
injak, dengan cara ibu ikut ditimbang bersama balitanya, kemudian
timbang ibunya saja. Hasil timbagan dihitung dengan mengurangi berat
ibu dan balita dengan berat ibu sendiri.
(3) Keamanan
Faktor keamanan perlu diperhatikan, terutama letak timbangan. Hal ini,
dilakukan untuk menghindari balita yang ditimbang jatus dancin yang
tidak tergantung kuat.
(4) Pengetahuan dasar petugas
Untuk memperlancar proses penimbangan, petugas dianjurkan
mengetahui berat badan anak secara umum pada umur-umur tertentu.
Hal ini, dilakukan untuk dapat memperkirakan posisi bandul geser
yang mendekati skala berat pada dacin sesuai umur anak yang
ditimbang.
b) Panjang badan
Panjang badan atau tinggi badan merupakkan ukuran antopometri
terpenting kedua, keistimewaannya adalah nilai tinggi badan meningkat
terus, walaupun laju tumbuh berubah dari pesat pada masa bayi kemudian
melambat dan pesat lagi pada masa remaja. Pengukuran tinggi badan untuk
anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi
mikrotoa (microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm. (Andriani dan
Wirjatmadi,2012:228).
Cara mengukur dengan posisi berdiri (Kementrian kesehatan RI,2012:42):
(1) Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
18
18
(2) Berdiri tegak menghadap kedepan.
(3) Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
(4) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
(5) Baca angka pada batas tersebut.
c) Lingkaran kepala
Lingkar kepala mencerminkan volume intracranial. Digunakan untuk
menaksir pertumbuhan otak, laju tumbuh pesat pada enam bulan pertama
bayi dari 35 cm saat lahir menjadi 43 cm pada enam bulan. Laju tumbuh
kemudian berkurang, hanya menjadi 46,5 cm pada usia satu tahun dan 49
cm pada dua tahun. Selanjutnya akan berkurang secara drastis hanya
bertambah 1 cm sampai usia 3 tahun dan bertambah lagi kira-kira 5 cm
sampai usia remaja atau dewasa. Oleh karena itu, manfaat pengukuran
lingkaran kepala terbatas sampai usia tiga tahun, kecuali jika diperlukan
seperti pada kasus hidrosefalus (Andriani dan Wirjatmadi, 2012:230).
Jadwal, disesuaikan dengan umur anak.Umur 0–11 bulan, pengukuran
dilakukan setiap tiga bulan.Pada anak yang lebih besar, umur 12–72 bulan,
pengukuran dilakukan setiap enam bulan. Pengukuran dan penilaian
lingkaran kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.Cara
mengukur lingkaran kepala (Kementrian kesehatan RI, 2012:50):
(1) Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi
alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang
menonjol, tarik agak kencang.
(2) Baca angka pada pertemuan dengan angka O.
(3) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.
19
19
(4) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur
dan jenis kelamin anak.
(5) Buat garis yang menghubungkan ukuran yang lalu dengan ukuran
sekarang.
20
20
Interpretasi :
(1) Bila ukuran lingkar kepala anak berada di dalam “jalur hijau” maka
lingkaran kepala anak normal.
(2) Bila ukuran lingkaran kepala anak berada diluar “jalur hijau” maka ingkar
kepala anak tidak normal
(3) Lingkar kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu makrosefal bila berada
diatas “jalur hijau” dan “mikrosefal” bila berada dibawah jalur hijau.
d) Lingkaran lengan atas
Lingkaran lengan atas mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan
otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan
denan berat badan. Dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi atau keadaan
tumbuh kembangpada usia prasekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11 cm pada
saat lahir menjadi 16 cm pada usia satu tahun. Selanjutnya tidak banyak
berubah selama 1-3 tahun (Andriani dan Wirjatmadi,2012:230).
e) Lipatan kulit
Tebalnya lipaatan kulit pada daerah triceps dan subskapuler merupakan
refleksi tumbuh kembang jaringan lemak bawah kulit yang mencerminkan
kecukupan energi. Dalam keadaan defisiensi, lipatan kulit menipis dan
sebaliknya menebal jika masukan energi berlebih. Tebal lipatan kulit
dimanfaatkan untuk menilai terdapatnya keadaan gizi lebih, khususnya kasus
obesitas (Andriani dan Wirjatmadi,2012:231)
c. Kategori dan ambang batas status gizi anak
Melalui pengukuran antropometri, status gizi anak dapat ditentukan
apakah anak tersebut tergolong status gizi baik, kurang atau buruk. Untuk hall
21
21
tersebut maka berat badan dan tinggi badan hasil pengkuran dibandingkan dengan
suatu standar internasional yang dikeluarkan WHO. Status gizi tidak hanya
diketahui dengan mengukur BB atau TB sesuai dengan umur secara sendiri-
sendiri, tetapi juga merupakan kombinasi antara ketiganya. Masing-masing
indikator mempunyai makna sendiri-sendiri (Marmi dan Rahadjo, 2015: 374).
Indikator BB/U (Berat Badan/Umur) dapat menggambarkan status gizi
saat ini (saat di ukur) karena mudah berubah, namun tidak spesifik karena berat
badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator
ini dapat dengan mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum, sensitif
untuk melihat perubahan satus gizi dalam jangka waktu pendek; dan dapat
mendekteksi kegemukan (Marmi dan Rahadjo, 2015: 374).
22
22
Gambar 1
Standar Berat Badan Menurut Umur
Sumber : Kementrian Kesehatan. 2011. Standar Antopometri Penilaian Status Gizi Anak.
Gambar 2
23
23
Standar Berat Badan Menurut Umur
Sumber : Kementrian Kesehatan. 2011. Standar Antopometri Penilaian Status Gizi Anak .
Indikator TB/U (Tinggi Badan/Umur) dapat menggambarkan status gizi masa lampau
atau masalah gizi kronis. Seseorang yang pendek kemungkinan keadaan gizi masalalu tidak
baik. Berbeda dengan berat badan yang dapat diperbaiki dalam waktu singkat, baik pada anak
maupun dewasa, maka tinggi badan pada usia dewasa tidak dapat lagi dinormalkan. Pada
anak balita kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimal masih bisa
24
24
sedangkan anak usia sekolah sampai remaja kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan
tinggi badan masih bisa tetapi kecil kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan optimal.
Dalam kegiatan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur.
Pertambahan TB relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Pengaruh
kurang gizi terhadap pertumbuhan TB baru terlihat dalam waktu sosial ekonomi penduduk
(Soekirmandalam Marmi dan Rahardjo,2015:375).
Indikator BB/TB merupakan pengukuran antropometri yang terbaik karena dapat
menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini atau masalah gizi akut. Berat
badan berkolerasi linier dengan tinggi badan, artinya dalam keadaan normal perkembangan
berat badan akan mengikuti pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu. Dengan
demikian berat badan yang normal akan proposional dengan tinggi badannya. Ini merupakan
indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini terutama bila data umur yang akurat
sering sulit diperoleh. Untuk kegiatan identifikasi dan manajemen penangan bayi dan anak
balita gizi buruk akut, maka WHO & Unicef merekomendasikan menggunakan indikaor
BB/TB dengan cut of point <-3 SD WHO (Marmi dan Rahardjo, 2015:375).
Klasifikasi status gizi digunakan untuk memilah-milah nilai status gizi sedangkan
garis pembatas (cut off points), digunakan untuk membedakan (indikator) nilai status gizi
(Kapita Selekta Kedokteran dalam Andriani dan Wirjatmadi, 2012:232).
Gambar 3
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
25
25
Sumber : Kementrian Kesehatan. 2011. Standar Antopometri Penilaian Status Gizi Anak
B. Gizi Kurang
1. Pengertian
Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat (patologis) yang timbul karena tidak
cukup makan atau komsumsi energi dan protein kurang selama jangka waktu tertentu
(Cakrawati dan Mustika,2014:26)
Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi utama pada balita di Indonesia.
Rendahnya komsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu
yang cukup lama (Cakrawati dan Mustika,2014:29)
26
26
2. Etiologi
Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal
akan meyebabkan rasa lapar kemudian dalam jangka waktu tertentu berat badan akan
menurun disertai dengan menurunnya produktivitas kerja. Kekurangan zat gizi yang
berkelanjutan akan menyebabkan status gizi kurang dan buruk. Apabila tidak ada perbaikan
komsumsi energi dan protein yang mencukupi, tubuh akan mudah terserang penyakit infeksi
yang dapat menyebabkan kematian (Cakrawati dan Mustika, 2014:28)
3. Faktor Penyebab Gizi Kurang
UNICEF (1988) telah mengembangkan kerangka konsep makro sebagai salah satu
strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam kerangka tersebut ditunjukkan
bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh sebagai berikut (alamsyah, 2013:116):
a. Penyebab Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang.Timbulnya
gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit.Anak
yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita
gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya
tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
b. Penyebab Tidak Langsung
Ada tiga penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu sebagai
berikut:
1) Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu
untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang
cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
27
27
2) Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan masyarakat diharapkan dapat
menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang
dengan baik, baik fisik, mental dan sosial.
3) Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan kesehatan yang
ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan
dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Masalah gizi makro adalah masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau
ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Manifestasi dari masalah gizi makro bila
terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil yang kurang enegi kronik (KEK) adalah berat
badan bayi baru lahir yang rendah (BBLR). Bila terjadi pada anak balita akan mengakibatkan
marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi gangguan
pertumbuhan pada anak usia sekolah (Alamsyah, 2013:118)
Dalam hasil penelitian Uki Nengsih, dkk 2016, menyatakan bahwa mengenai
hubungan riwayat kelahiran BBLR dengan pertumbuhan anak Usia balita di wilayah kerja
Puskesmas Rancaekek DTP Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung tahun 2015, dapat
ditarik kesimpulan sebanyak 50% mengalami pertumbuhan yang tidak normal.
Asupan zat gizi pada anak yang tidak adekuat dapat berakibat pada terganggunya
pertumbuhan dan perkembangan anak, bahkan apabila kondisi tersebut tidak ditangani
dengan baik maka risiko kesakitan dan kematian anak meningkat. Tidak terpenuhinyaa zat
gizi dalam tubuh anak dapat berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan
tubuh yang lemah menyebabkan anak lebih rentan terkena penyakit menular dari lingkungan
sekitarnya terutama pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk maupun dari anak lain atau
orang dewasa yang sedang sakit. Karena daya tahan tubuhnya yang lemah, anak dengan
asupan gizi tidak adekuat seringkali mengalami infeksi saluran cerna berulang. Infeksi
28
28
saluran cerna inilah yang meningkatkan resiko kekurangan gizi semakin berat karena tubuh
anak tidak dapat menyerap nutrisi baik. Status gizi yang buruk dikombinasikan dengan
infeksi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan (Septikasari, 2018:18)
Kekurangan salah satu zat gizi juga dapat menyebabkan kekurangan zat gizi lainnya.
Sebagai contoh kekurangan zat besi, magnesium dan zinc dapat menyebabkan anoreksia yang
berakibattidak terpenuhinya zat gizi yang lain seperti protein. Kekurangan protein dapat
mengganggu tumbuh kembang anak sehigga dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang.
Tidak terpenuhinya zat gizi juga berdampak pada perkembangan otak dan kapasitas
intelektual di masa kritis pertumbuhannya yang menyebabkan penurunan kecerdasan.
Apabisa asupan gizi yang tidak adekuat terus berlanjut dan semakin buruk maka dapat
menyebabkan kematian pada anak. Menurut WHO 54% kematian pada anak usia dibawah
lima tahun pada 2002 disebabkan oleh gizi buruk (Septikasari, 2018:18)
4. Pemenuhan Gizi Balita
Peran gizi dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia telah dibuktikan dari
barbagai penelitian. Gangguan gizi pada awal kehidupan memengaruhi kualitas kehidupan
berikutnya. Gizi kurang pada balita tidak hanya memengaruhi gangguan pertumbuhan fisik,
tetapi juga memengaruhi kualitas kecerdasan dan perkembangan dimasa mendatang, oleh
karena itu peran makanan yang bernilai gizi tinggi sangat penting seperti pada makanan yang
mengandung energi, protein (terutama protein hewani), vitamin (vitamin B kompleks,
vitamin C, Vitamin A), dan mineral (Ca,Fe,Fosfor,Zn). Perhatian orang tua terhadap makanan
yang diberikan kepada anak harus bisa meningkatkan selera makan anak. Pada umumnya
anak-anak lebih menyukai makanan yang bervariasi, bentuk-bentuk makanan yang lucu dan
berwarna-warni, lebih menyukai makan bersama teman sebayanya (Andriani dan Wirjatadi,
2012:206).
29
29
Masa balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan perlu perhatian yang
serius. Pada masa ini berlangsung proses tumbuh kembang yang sangat pesat yaitu
pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental, dan sosial (Andriani dan
Wirjatadi, 2012: 206)
Ketidak seimbangan makanan pada pada masa balita akan mengakibatkan kelainan
fisik dan mental, yang dapat menghambat perkembangan dan pertumbuhan balita selanjutnya.
Untuk mendukung hal ini berdasarkan masalah gizi dan kebutuhan gizi pada balita, pesan-
pesan gizi seimbang perlu dipahami dan disampaikan pada sasaran (Andriani dan Wirjatadi,
2012: 206):
a. Makanlah aneka ragam makanan untuk balita.
Aneka ragam makanan adalah apabila setiap hidangan terdiri dari minimal empat
jenis bahan makanan yang terdiri dari bahan makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, dan buah-
buahan yang bervariasi.
Akan lebih baik jika aneka ragam makanan tersebut dikomsumsi setiap kali makan.
Ketidaksukaan seseorang terhadap makanan tertentu akan berdampak negatif terhadap
pencapaian keseimbangan gizi. Oleh karena itu, agar hal tersebut tidak terjadi maka
perkenalkan dan berikanlah aneka ragam makanan sejak usia dini. Hendaknya berbagai jenis
makanan diperkenalkan juga sejak usia dini. Komsumsi aneka ragam bahan makanan bagi
balita dapat menjamin kelengkapan zat gizi yang diperlukan tubuhnya, karena setiap bahan
makanan mengandung sumber zat gizi yang berbeda baik jenis maupun jumlahnya.
Kurangnya zat gizi pada bahan makanan tertentu dapat dilengkapi oleh bahan
makanan lainnya. Namun perlu dipertimbangkan bahan makanan lain yang kurang
menguntungkan seperti es krim, kue-kue manis, permen, dan makanan ringan yang banyak
memakai bahan tambahan makanan.
30
30
b. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi balita.
Setiap balita dianjurkan makan dengan hidangan yang cukup mengandung sumber zat
tenaga dan energi, agar dapat melaksanakan kegiatannya sehari-hari seperti bermain, belajar,
rekreasi, dan kegiatan lainnya.
Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkomsumsi bahan makanan sumber
karbohidrat, protein, dan lemak. Kecukupan energi bagi balita sangat penting agar diperoleh
pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal
Kecukupan energi anak bagi balita ditandai oleh berat badan yang normal.
Mengetahui berat badan normal balita dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS),
komsumsi energi yang kurang menyebabkan anak menjadi gemuk, sebaliknya komsumsi
energi yang kurang menyebabkan anak menjadi kurus.
31
31
c. Gunakan garam beryodium untuk makanan balita.
Garam beryodium adalah garam yang dikomsumsi setelah ditambahkan dengan
kalium yodat (KIO3) sebanyak-banyaknya 30-80 ppm. Yodium adalah salah satu mineral
yang sangat penting bagi tubuh manusia.
Pada balita kekurangan yodium dapat menyebabkan berbagaigangguan seperti
gondok, gangguan pertumbuhan fisik dan mental, serta menurunnya konsentrasi dan tingkat
kecerdasan. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya akibat kekurangan yodium,
yakinkan pada orang tua balita untuk menggunakan garam garam yodium pada makanan
sesaat sesudah masak.
d. Makanlah makanan sumber zat besi untuk balita.
Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembetukkan sel darah merah,
yang secara alamiah diperoleh dari makanan sehari-hari.
Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat
menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang dikenal masyarakat dengan penyakit kurang
darah.
e. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur enam bulan.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. Tidak ada satupun makanan
lain yang yang dapat menggantikan ASI, karena ASI mempunyai kelebihan yang meliputi
empat aspek, yaitu aspek gizi, aspek kekebalan, aspek ekonomi dan aspek kejiwaan, berupa
jalinan kasih sayang yang penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak.
32
32
f. Biasakan makan pagi untuk balita.
Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang diberikan pada pukul 06.30 WIB
dalam bentuk makanan pokok dan lauk pauk atau makanan atau kudapan.
Kebiasaan makan pagi membantu balita untuk memenuhi kebutuhan gizinya sehari-
hari. Jumlah makanan yang diberikan kurang lebih 1/3 dari makanan sehari. Jenis hidangan
untuk pagi dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan setempat. Makan pagi secara
teratur setiap hari dalam jumlah yang cukup amat penting untuk memelihara ketahanan fisik,
mempertahankan daya tahan tubuh dan dapat meningkatkan kecerdasan anak. Apabila anak
tidak dibiasakan makan pagi akan mengalami kekurangan tenaga, badan jadi lesu, keringat
dingin, mengantuk, kurang konsentrasi, dam kesadaran menurun.
Para orang tua hendaknya memberikan contoh yang baik yaitu membiasakan makan
pagi, pada saat makan pagi sebaiknya anak selalu ditemani oleh orang tua atau salah seorang
anggota keluarga.
Untuk membiasakan anak yang belum biasa makan pagi, perlu cara bertahap. Mula-
mula diberikan dengan takaran sedikit atau porsi kecil, secara bertahap porsi makanan
ditambah sesuaianjuran. Contoh makan pagi misalnya bubur ayam, bubur kacang hijau, bubur
manado, roti isi telur dadar, kudapan misalnya, pisang goreng, lontong isi dan sebagainya.
g. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya untuk balita.
Air bersih adalah air bersih yang tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa. Air
minum adalah air bersih yang direbus sampai mendidih serta disimpan dalam wadah yang
bersih dan tertutup.
Air minum juga juga dibutuhkan oleh balita untuk mengatur keseimbangan cairan dan
garam mineral dalam tubuh untuk manggantikan cairan tubuh yang keluar berupa keringat,
air seni dan sebagainya.
33
33
Untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh, balita dianjurkan
mengkomsumsi sedikitnya 4-6 gelas setiap hari, setiap gelasnya 200 cc.
h. Bacalah label pada makanan yang dikemas untuk balita.
Label makanan adalah keterangan atau pernyataan mengenai pangan dalam bentuk
gambar, tulisan, atau bentuk lain yang dilakukan dalam berbagai cara untuk pemasaran
dan/atau perdagangan makanan
Tujuan pemberian label pada makanan yang dikemas adalah untuk membantu calon
konsumen dalam menentukan pilihannya sebelum menggunakan.
Keterangan dimaksud mencakup nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat
bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan
kedalam wilayah indonesia, indonesia, tanggal, bulan dan tahun produksi, dan kedaluwarsa.
Terhadap makanan dalam kemasan, sebelum dikomsumsi balita sebaiknya orang tua
meneliti label terlebih dahulu apakah makanan mengandung bahan-bahan yang seharusnya
dibatasi.
Pada masa ini balita ini balita perlu memperoleh zat gizi dari makanan sehari-hari
dalam jumlah yang tepat dan kualitas yang baik. Oleh karena itu “keterlambatan intervensi
kesehatan, gizi, dan psikososial mengakibatkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki atau
digantikan dikemudian hari. Gizi seimbang balita disusun berdasarkan 13 pesan dasar PUGS,
bertujuan sebagai pedoman petugas gizi puskesmas dalam meningkatkan perbaikan gizi
keluarga (Andriani dan Wirjatadi, 2012:207).
Untuk mencegah terjadinya berbagai gangguan gizi dan masalah psikososial,
diperlukan adanya perilaku penunjang dari para orang tua, ibu atau pengasuh dalam
keluarganya untuk selalu memberikan makanan dengan gizi seimbang kepada balitanya.
Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan gizi seimbang adalah makanan yang
34
34
dikomsumsi balita dalam satu hari yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat
pembangunan, dan zat pengatur sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Keadaan ini tercermin
dari derajat kesehatan dan tumbuh kembang balita yang optimal (Andriani dan Wirjatadi,
2012:218).
Balita dalam proses tumbuh kembangnya ditentukan oleh makanan yang dimakan
sehari-hari. Kebutuhan gizi balita dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, kegiatan, dan suhu
lingkungan udara dingin atau panas. Kebutuhan gizi tersebut terdiri dari (Depkes RI,dalam
Andriani dan Wirjatadi,2012:218):
1) Energi
2) Protein
3) Lemak
4) Vitamin
Angka kecukupan gizi rata-rata yang di anjurkan bagi anak dapat dilihat pada tabel
berikut ini (Setiyani Astuti, 2016:153):
Tabel 1
Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan Bagi Anak
Kelompok usia Energi (kkal) Protein
(gram)
Vitamin
(A)
Besi
(mg)
Kalsium
(mg)
1-3 tahun
1.000 25 400 8,2 500
4-6 tahun 1.550 39 450 9 500
Sumber : Setiyani astuti, 2016
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG ) yang dikeluarkan dalam Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) tahun1998, umur dikelompokkan 0-6 bulan, 7-12
bulan, 1-3 tahun, 4-6 tahun dan 7-12 tahun, dengan catatan pengelompokkan di atas tidak
membedakkan jenis kelamin. Selanjutnya menurut takaran konsumsi makanan sehari (Depkes
RI dalam Andriani dan Wirjatmadi, 2012:218):
Tabel 2
Takaran Komsumsi Makanan Sehari
35
35
Kel. Umur Bentuk makanan Frekuensi makan
0-4 bulan ASI eklusif Sesering mungkin
4-6 bulan Makanan lumat 2x sehari
2 sendok makan setiap kali
6 – 12 bulan makanan lembek 3 x sehari
Plus 2x makanan selingan
1-3 tahun Makanan keluarga
1 - 1½ piring nasi/pengganti
2 – 3 potong lauk hewani
1 – 2 potong lauk nabati
½ mangkuk sayur
2 – 3 potong buah-buah
1 gelas susu
3x sehari
4-6 tahun 1 – 3 piring nasi/pengganti
2 – 3 potong lauk hewani
1 – 2 potong lauk nabati
1 - 1½ mangkuk sayur
2 – 3 potong buah-buahan
1 – 2 gelas susu
3 x sehari
Sumber: (Depkes RI dalam andriani wirjatmadi, 2012:219)
36
36
Tabel 3
Contoh Menu Sehari
Pagi Siang Malem
Nasi/Tim/Bubur nasi,
semur bola-bola
daging giling, tahu isi
(wortel,tahu,bayam).
Selingan jam 10.00
Bubur kacang ijo
Nasi/Tim/Bubur nasi, sop
bakso ikan + wortel +
buncis + terik tempe.
jeruk.
Selingan jam 16.00
Puding buah
Nasi/Tim/Bubur nasi,
opor telur, perkedel tahu
+ sayuran tumis kacang
panjang.
Pisang
Selingan jam 21.00
susu
Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2011. Makanan sehat anak balita.
Menurut Marmi (2012) pencegahan gizi kurang yang dapat dilakukan , adalah sebagai
berikut :
1) Mencuci tangan hingga bersih (memakai sabun) setelah buang air besar dan buang air
kecil atau sebelum makan dan sesudah makan.
2) Makan makanan yang bersih dan higienis.
3) Membuang sampah pada tempatnya.
4) Menghindarkan diri pada kondisi lingkungan yang tidak bersih
5) Makan secara teratur dan tepat waktu.
6) Memperbanyak makanan yang mengandung karbohidrat protein
7) Menimbang berat badan setiap bulan
5. Penanganan Gizi Kurang
Penanggulangan gizi kurang perlu dilakukan secara terpadu antar departemen dan
kelompok profesi, melalui upaya-upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman
produksi dan komsumsi pangan, peningkatkan status sosial ekonomi, pendidikan dan
kesehatan masyarakat, serta peningkatkan teknologi hasil pertanian dan teknologi pangan.
Semua upaya ini bertujuan untuk memperoleh perbaikan pola komsumsi pangan masyarakat
37
37
yaang beraneka ragam, dan seimbang dalam mutu gizi. Upaya penanggulangan masalah gizi
kurang yang dilakukan secara terpadu antara lain (Almatsier, 2009):
a. Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui peningkatkan produksi
beraneka ragam pangan.
b. Peningkatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang diarahkan pada pemberdayaan
keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga.
c. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukkan dimulai dari tingkat pos
pelayanan terpandu (posyandu), hingga puskesmas dan rumah sakit.
d. Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui Sistem Kewaspadaan Pangan Dan
Gizi (SKPG).
e. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi dibidang pangan dan gizi masyarakat.
f. Peninggkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk pangan yang
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas.
g. Intervensi langsung kepada sasaran melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT),
distribusi vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirop besi serta kapsul minyak beryodium.
h. Peningkatan kesehatan lingkungan.
i. Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, iodium dan zat besi
j. Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi.
Intervensi lain yang dapat secara langsung diberikan kepada sasaran yaitu pemberian
modisco. Dalam penelitian Lahdzi Aisyah, dkk (2016) Berdasar penelitian dan analisa pada
50 sampel balita yang diberi Modisco selama 3 bulan dapat disimpulkan bahwa: Sebagian
besar orang tua balita di Kabupaten Purworejo memiliki tingkat pendidikan tamat SMP.
Sebagian besar orang tua balita memiliki penghasilan rendah, yaitu < Rp500.000. Sebagian
besar orang tua balita memiliki jumlah anak yang ideal, yaitu sebanyak 1 hingga 3 anak.
38
38
Sebagian besar orang tua balita memberikan Modisco selama 3 bulan teratur. Sebagian besar
balita diasuh oleh orang tua kandungnya sendiri. Keaktifan orang tua memeriksakan balita
rutin ke Puskesmas masih kurang. Pemberian Modisco secara rutin 3 bulan teratur
berhubungan dengan kenaikanan status gizi balita (p = 0,001) dan merupakan faktor yang
paling berpengaruh terhadap kenaikan berat badan dan tinggi badan pada balita. Apabila
balita diberi Modisco berpotensi besar untuk menaikkan status gizi balita dengan gizi kurang
( p = 0,005 ).
Modisco (Modified Disco), menurut ilmuwan yang juga pengembangnya, Ir. Annis
Catur Adi, M.Psi., adalah modifikasi dari „Disco 150′, minuman tinggi kalori (100 kal) yang
formulanya terdiri dari 7,85 g susu skim, 4,73 g gula, dan 5,93 g minyak biji kapas, yang
digunakan untuk mengobati gangguan gizi berat atau Kekurangan Energi Protein (KEP) pada
anak. Di Indonesia minuman tinggi kalori ini pertama kali diperkenalkan oleh Laboratorium
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UNAIR/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, tahun
1973. “formula ini berhasil secara memuaskan mengatasi anak-anak kekurangan BB kronis di
Uganda, Afrika, dan di Indonesia digunakan untuk mengatasi anak kurang BB dan kurang
gizi, baik di rumah sakit maupun di lapangan,” jelas Annis yang juga menerbitkan buku
tentang Modisco. Pemberian Modisco bagi anak efektif, lantaran porsi makanan atau
minuman relatif kecil namun mengandung kalori dan protein tinggi, mudah dicerna karena
terdiri dari lemak nabati dan lemak berantai sedang, merupakan cara alternatif bagi anak yang
tidak suka susu, juga dapat meningkatkan BB secara cepat, yaitu 30-100 gram per hari.Guna
mempopulerkan Modisco di masyarakat, formulanya sedikit diubah agar mudah dicari, yaitu
minyak biji kapas diganti margarin. Pemberiannya disesuaikan dengan kasus kekurangan BB
atau KEP yang berbeda pada tiap-tiap anak, apakah rendah, sedang, maupun berat. Tetapi
sebenarnya menurut Anis Modisco juga dapat diberikan pada anak saat ia membutuhkan
39
39
ekstra enerji, seperti sedang kurang manfsu makn, baru sembuh dari sakit, atau sedang
melakukan kegiatan melelahkan (banyak kursus, ujian, sedang lasak-lasaknya), dll.Hal lain
yang harus diperhatikan, lanjut Sekretaris Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UNAIR
ini, Modisco tidak boleh diberikan pada anak kelebihan berat badan (obesitas) dan penderita
penyakit ginjal, hati (kuning), dan jantung, tanpa konsultasi dokter (Puskesmas Ayah
Kebumen, 2016).
Tabel 4 Formula Dasar Modisco (Puskesmas Ayah Kebumen, 2014)
Modisco I Modisco II Modisco III
Bahan Nilai Gizi
Catatan Bahan Nilai Gizi
Catatan Bahan Nilai Gizi
Catatan
Susu skim 10 g atau full cream 12 g
Energi : 100 Kkal
Diberikan: Kepada KEP berat dengan edema
Susu skim 10 g atau full cream 12 g
Energi : 100 kal
Diberikan: Pada KEP tanpa edema
Susu full cream 12 g (1 1/4 sd m) atau susu segar 100 g (1/4 gelas)
Energi : 130 kal
Diberikan: Setelah modisco 1dan 2
Gula 5 g
Protein : 3,6 g
100 kkal/kg BB/hari
Gula 5 g
Protein : 3,6 g
100 kkal/kg BB/hari
Gula 7,5 g (11/4 sdt).
Protein : 3 g
150 kkal/kg BB/hari.
Minyak 5 g
Lemak : 5 g
Margarin 5 g
Lemak : 4 g
Margarin 5 g (1/2 sdm)
Lemak : 7,5 g
Sumber : Instalasi Gizi RSUD Dr. Soetomo dalam puskesmas ayah kebumen, 2014
Bahan-bahan Modisco mudah diperoleh, karena hanya terdiri dari susu skim atau susu
full cream, minyak atau margarin, dan gula pasir. Cara pembuatannya sederhana, begitu juga
alat yang digunakan. Berikut ini cara pembuatan tiga jenis formula Modisco:
Modisco I :
a. Campurkan susu bubuk, gula, dan minyak/margarin. Seduh dengan air hangat/panas.
b. Aduk rata, tambah dengan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk. Saring dan minum
hangat-hangat.
Modisco II :
a. Larutkan margarin dalam air.
40
40
b. Larutkan susu dan gula dalam air.
c. Campur kedua larutan, lalu saring.
d. Minum hangat-hangat.
Modisco III :
a. Larutkan susu full cream dan gula dalam air dingin, aduk hingga rata.
b. Tambahkan minyak dan 1/2 bagian air panas.
c. Aduk hingga rata dan saring larutan bubur modisco tersebut