bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.upi.edu/24845/4/t_pd_1201463_chapter 1.pdf ·...
TRANSCRIPT
1
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beberapa dekade terakhir ada beberapa fenomena yang sangat
memprihatinkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita disuguhi dengan berbagai
macam tindakan-tindakan asusila dalam kehidupan sehari-hari, baik yang
dilakukan oleh sekelompok individu (elit) maupun masyarakat awam seperti
makin maraknya tindakan pelanggaran sekelompok elit di berbagai level, baik
swasta maupun aparatur pemerintah, tawuran antar pelajar, pelanggaran hukum
dan ketertiban sosial seolah menjadi hal yang lumrah dan harus dimaklumi. Gejala
sosial tersebut menjadi contoh buruk bagi generasi muda dan tentu sangat
memperhatinkan sebagaian orang yang peduli dengan ketertiban hukum dan sosial
termasuk para pendidik. Keadaan seperti ini tentu tidak salah jika ada sebagian
kalangan yang menyangsikan peran lembaga pendidikan dan bertanya; Apa sih
peran pendidikan selama ini? Apa yang salah dengan proses pendidikan bangsa
ini? Bagaimana proses pendidikan berlangsung yang selama ini diajarkan?
Pertanyaan tersebut harus ada jawaban yang tepat karena pendidikan merupakan
salah satu pilar dalam pembangunan, hal ini senada dengan apa yang
diuangkapkan oleh Yulifar (2010:1) pembangunan pendidikan merupakan salah
satu pilar dalam pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)
yang diharapkan akan bermuara kepada peningkatan sumber daya manusia yang
kompetitif secara global.
Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan kegelisahan-kegelisahan tentu
harus dijawab dengan baik oleh para pendidik, karena pertanyaan tersebut jelas
mempertanyakan esensi, peran dan fungsi ilmu sosial bagi masyarakat.
Pertanyaan tersebut juga tentu bagi sebagaian kalangan yang peduli dengan
persoalan pendidikan sangat menyentuh hati, wajar dan perlu untuk dicari
solusinya. Sekolah sebagai institusi pendidikan dapat berperan aktif untuk
mengatasi persoalan-persoalan di atas dan mencari solusinya melalui materi-
materi pembelajaran yang diajarkannya. Begitu juga dengan Ilmu Pengetahuan
2
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sosial sebagai salah satu materi pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang
pendidikan dasar sudah seharusnya berkontribusi untuk mencari solusi, karena
IPS mempunyai kaitan yang erat dengan persoalan-persoalan tersebut.
Indonesia sebagai negara berkembang sedang dilanda krisis
multidimensional yang belum dapat diketahui secara pasti kapan akan berakhir
demikian papar Sumaatmadja (2004:16). Menurut Supriatna (2005:12) sedang
mengalami perubahan sosial yang sangat cepat. Setiap perubahan sosial dengan
laju dan skala yang besar tentu akan mengakibatkan krisis yang besar pula. Krisis
itu antara lain bersumber dari goyahnya sistem sosial yang selama ini diterima dan
dihayati dengan sendirinya abasah dan tidak perlu dipersoalkan lagi.
Gejala negatif di atas pada hakekatnya merupakan dampak negatif dari
globalisasi yang melahirkan imperealisme budaya global yang cendrung
konsumtif, permisif dan individualis, sehingga memunculkan prilaku-prilaku
negatif di masyarakat. Karena kebudayaan nasional merupakan kebudayaan yang
masih transisional, cair, terbuka yang akan terus membentuk diri dalam proses
integrasi dari masing-masing unsur budaya pendukungnya di masa-masa yang
akan datang, demikian papar Sukardi (2004:44). Dengan demikian maka disinilah
peran dan fungsi IPS untuk mengantisipsi gejala-gejala negatif yang timbul dari
globalisasi.
Senada dengan pendapat Sukardi, apa yang dikemukakan Azmi (2004:1).
Menurut ia hilangnya kepedulian sosial dengan meningkatnya egoisme pribadi
telah menyebabkan orang tidak peduli pada orang lain. Masing-masing
mementingkan diri sediri, dan jika ada kesempatan dan kekuatan/power, itu akan
digunakan untuk menekan orang lain, betapapun kecilnya kekuasaan dan
kesempatan itu. Sewaktu pemerintah dan DPR bekerjasama menaikkan
pendapatan untuk belanja yang mereka atur sendiri dengan mengatas namakan
rakyat.
Fenomena negatif yang terjadi di masyarakat bukan hanya sekedar terjadi
pada kalangan tertentu tetapi massif tejadi pada semua kalangan dan pada semua
tingkatan strata sosial. Yang sangat mencemaskan fenomena negatif terjadi juga
pada anak-anak dan remaja. Banyak kasus kejahatan yang pelaku dan korbannya
3
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masih anak-anak, misalnya seorang siswa sekolah dasar di depok tega menghabisi
temannya dengan menusukkan pisau ke tubuh korban berkali-kali
(Kompas.com/17Februari 2012), berdasarkan portal Sindonews.com kasus
kriminal yang melibatkan anak di Depok sepanjang tahun 2014, sebanyak 107
anak di Kota Depok (sindonews.com), belum lagi kasus-kasus kriminal yang
pelakuk dan korbannya anak-anak yang tidak diungkapkan di media massa baik
elektronik maupun cetak.
Bedasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti yang berkecimpung
dalam dunia pendidikan yang relatif lama dijumpai berbagai persoalan dalam
dunia pendidikan umumnya dan khususnya pendidikan dasar dimana peneliti
berkecimpung selama ini. Persoalan-persoalan yang dijumpai pada dunia
pendidikan jika tidak diantisipasi dan diselesaikan sedini mungkin dapat
menimbulkan persoalan-persoalan yang lebih besar kelak di masayarakat.
Persoalan-persoalan yang dijumpai dalam dunia pendidikan dasar khususnya
tingkat SD/MI dapat berupa persoalan antar individu/peserta didik dengan peserta
didik laianya, seperti perkelahian antar siswa dalam satu sekolah yang disebabkab
oleh persoalan-persoalan sepele misalnya komunikasi yang tidak dilandasi rasa
saling menghargai antara satu sama yang lain, pemalakan yang dilakukan oleh
oknum peserta didik terhadap siswa yang lain yang dianggap lemah, saling
meledek antar siswa atau bullying terhadap siswa tertentu yang yang berujung
pada pertengkaran dan bahkan perkelahian.
Persolan tersebut di atas pada kehidupan sehari-hari di sekolah dasar
bukanlah sesuatu yang langka terjadi, tetapi sering dijumpai sehari-hari di dunia
pendidikan bahkan menjadi menu sehari-hari bagi guru-guru dalam tugas mereka.
Mengacu pada pengertian, peran dan fungsi ilmu sosial tentu persoalan di
atas ada benang merah yang menghubungkannya. Ilmu Sosial (sosial studies)
adalah ilmu yang mempelajari perilaku dan aktivitas manusia dalam kehidupan
bersama. Sedangkan Engle & Ochoa (1988:3) mengemukakan bahwa ilmu sosial
merupakan bagian dari pendidikan liberal yang bertujuan mendidik bangsa yang
efektif dan demokratis.
4
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ilmu Pengetahuan Sosial disamping sebagai perpaduan dari beberapa
konsep ilmu sosial, IPS juga merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan
pada tiap jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga menengah.
Menurut Sumantri (2004:44), Pendidikan IPS di sekolah adalah “Suatu
penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, psikologi, filsafat, ideologi negara dan
agama yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk
tujuan pendidikan”. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang terkenal dengan sebutan
Studi Sosial, menurut National Council for Sosial Studies (NCSS) adalah :
"Sosial studies are the integrated study of the sosial sciences and
humanities to promote civic competence. Within the school program, sosial
studies provides coordinated, systematic study drawing upon such
disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history,
law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as
well as appropriate content from the humanities, mathematics, and the
natural sciences (Savage and Armstrong, 1996)
Dari beberapa pengertian di atas tersirat maupun tersurat secara jelas, bahwa
proses pembelajaran pendidikan IPS disamping menekankan pada aspek
pengetahuan juga pada aspek keterampilan peserta didik seperti keterampilan
dalam memecahkan masalah mulai dari lingkup diri sampai pada masalah yang
kompleks. Masalah manusia selalu berkaitan dengan berbagai aspek yang tidak
hanya lingkup ilmu sosial tetapi di luar ilmu sosial.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi, dijelaskan bahwa mata pelajaran IPS memuat
materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,
peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Tujuan
Pendidikan IPS dapat rinci sebagai berikut:
a) Memberikan pengetahuan untuk menjadikan siswa sebagai warga
negara yang baik, sadar sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sadar akan
hak dan kewajibannya sebagai warga bangsa, bersifat demokratis dan
bertanggungjawab, memiliki identitas dan kebanggaan nasional.
5
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan inkuiri untuk dapat
memahami, mengidentifikasi, menganalisis, dan kemudian memiliki
keterampilan sosial untuk ikut berpartisipasi dalam memecahkan
masalah-masalah sosial.
c) Melatih belajar mandiri, di samping berlatih untuk membangun
kebersamaan, melalui program-program pembelajaran yang lebih
kreatif inovatif.
d) Mengembangkan kecerdasan, kebiasaan dan keterampilan sosial.
Pembelajaran IPS juga diharapkan dapat melatih siswa untuk
menghayati nilai-nilai hidup yang baik dan terpuji termasuk moral,
kejujuran, keadilan, dan lain-lain, sehingga memiliki akhlak mulia.
e) Mengembangkan kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat dan
lingkungan.
Tujuan pembelajaran IPS juga ditegaskan oleh Sumantri dan Permana
(2001:43) mengatakan bahwa:
Pengetahuan IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai fungsi dan
peran yang sangat strategis dalam usaha pembentukkan warga negara yang
baik dan handal sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, juga salah
satu program pendidikan yang membina dan menyiapkan peserta didik
sebagai warga negara yang baik dan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari
sikap individu (siswa) dalam menghadapi tantangan zaman di saat kini
maupun di saat nanti, yang tentu saja keterampilan (skill) harus dapat
dimiliki oleh setiap individu tersebut, agar kelak individu (siswa) tersebut
dapat siap menghadapi segala permasalahan dalam hidupnya.
Pernyataan Sumantri ini secara tersirat mengisyaratkan bahwa pembelajaran
IPS berfungsi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik
untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan nilai serta keterampilan dalam hal
ini tentu salah satu keterampilan itu adalah keterampilan sosial, sehingga peserta
didik diharapkan dapat menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu, anggota
masyarakat, warga negara maupun sebagai warga dunia.
6
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Seperti diungkapkan sebelumnya bahwa pembelajaran IPS disamping
mengembangkan keterampila sosial, Yosada (2010:18) berpendapat bahwa
pembelajaran IPS juga dituntut untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif dan kritis peserta didik. Kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki siswa
merupakan salah satu pendukung untuk mengembangkan keterampilan sosial.
Adanya kemampuan berpikir yan kreatif dari siswa akan membantu pemahaman
untuk melakukan berbagai aktiitas sosial siswa dalam lingkungannya melalui
interaksi yang bermakna dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Dengan mengacu pada pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para
ahli di atas ilmu sosial jelas memiliki peran yang tidak kecil bagi keberlangsungan
kehidupan bangsa Indonesia. Peran ilmu sosial tersebut dijelaskan dalam UU RI
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 yang menyatakan
bahwa kurikuum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu
Pengetahuan Sosial, yang dalam penjelasannya disebutkan bahwa bahan kajian
Ilmu Pengetahuan Sosial, antara lain, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan
sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat.
Di samping peran di atas menurut Bung Hatta, (Abdullah, 2006) ilmu sosial
memiliki tiga peran yakni sebagai critical discourse, academic enterprise, dan
applied science. Pertama, sebagai critical discourse (wacana kritis) ilmu sosial
sangat gencar dalam percaturan teori dan metode dengan pertanyaan mendasar
apa, bagaimana, mengapa terhadap suatu gejala sosial. Kedua, ilmu sosial sebagai
academic enterprise, ilmu sosial termasuk mengkaji tentang bagaimana mestinya
sesuatu fenomena sosial harus terjadi. Dalam konteks ini, dikatakan Taufik
Abdullah, bahwa ilmu sosial sebagai tetangga dekat ideologi, sebagai
sistematisasi strategis dari nilai dan filsafat sebagai pandangan hidup. Ketiga,
applied science ilmu sosial diperlukan untuk mendapatkan atau mencapai hal-hal
praktis dan berguna bagi kehidupan manusia. Ketiga peran tersebut tentu saja
idealnya menjadi ciri pendidikan ilmu-ilmu sosial pada tiap jenjang pendidikan.
Pada pembelajaran IPS diajarkan dan dikembangkan berbagai macam
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ada banyak keterampilan dalam IPS yang
7
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
seharusnya diberikan kepada peserta didik. Untuk menghadapi abad 21, IPS
memiliki peran yang cukup strategis untuk menyiapkan peserta didik dengan
memberikan keterampilan-keterampilan untuk menghadapi arus globalisasi.
Supriatna dan Holilah (2012:31) menyebutkan bahwa peserta didik harus dibekali
bukan hanya dengan penguasaan pengetahuan, sikap, nilai dan etika tetapi juga
harus dibekali dengan keterampilan.
Selanjutnya Supriatna dan Holilah mengutip pendapat Griffin dan McGaw
(2012) juga menjelaskan bahwa ada beberapa negara yang sudah mengembangkan
proyek keterampilan yang diperlukan guna menghadapi tantangan abad 21. Salah
satu proyek yang dipersiapkan Assessment and Teaching of Twenty-First Century
Skills Project (ATC21S) dengan melibatkan beberapa negara maju. Dalam proyek
ini dirumuskan keterampilan yang diperlukan pada abad 21 ke dalam empat
katagori yaitu, ways of thinking, ways of working, tools of working, dan living in
the world. Ways of thinking terdiri dari beberapa aspek yaitu; 1) kreativitas dan
inovasi, 2) berpikir kritis, memecahkan masalah dan pengambilan keputusan, 3)
belajar untuk belajar dan meta kognisi; Ways of working, meliputi aspek 1)
keterampilan berkomunikasi, dan keterampilan bekerjasama dalam tim; Tools of
working, meliputi aspek 1) melek informasi dan 2) melek teknologi informasi dan
teknologi (ICT) dan living in the world meliputi aspek 1) keterampilan berwarga
negara, baik global maupun lokal, 2) keterampilan hidup dan mengembangkan
karir, dan 3) tangggungjawab pribadi dan Sosial termasuk kompetensi dan
kesadaran budaya (cultural awareness dan competence).
Trilling dan Fadel (2009) mengungkapkan secara khusus keterampilan
keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh peserta didik sehingga mereka dapat
belajar untuk hidup pada saat-saat ini dan saat yang akan datang dan diharapkan
mereka tidak gagap menghadapi perubahan zaman.
Novarlia (2010:25) menyebutkan bahwa beberapa penunjang keberhasilan
pembelajaran IPS tidak terlepas dari penerapan model, pendekatan, dan strategi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan/keterampilan sosial. Untuk
menerapkan model, pendekatan, dan strategi pembelajaran peran media dan suber
belajar tentu tidak dapat dikesampingkan. Maka dari itu adanya strategi yang baik
8
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam pembelajaran akan mempengaruhi perkembangan belajar siswa salah
satunya yaitu keterampilan sosial siswa.
Manusia sebagai individu merupakan makluk sosial tidak dapat melapaskan
dirinya dari lingkungan sosialnya. Manusia sebagai individu sangat bergantung
kepada orang-orang yang ada disekitarnya untuk memenuhi semua kebutuhannya
baik material maupun spiritual, sehingga dibutuhkan keterampilan sosial untuk
menciptakan relasi yang harmonis dengan individu-individu lainya dan
lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini senada dengan pendapat Cartladge dan
Milburn (Victoria, 2001) menyatakan bahwa keterampilan sosial sebagai alat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, individu memerlukan keterampilan
sosial. Secara umum keterampilan sosial adalah tingkah laku yang dapat diterima
oleh masyarakat yang memungkinkan individu memperoleh respon positif dalam
berinteraksi dengan orang lain dan menghindari respon negatif dari lingkungan
individu.
Keterampilan sosial bukanlah sesuatu yang timbul tiba-tiba pada diri setiap
individu (siswa), akan tetapi perlu dilatih dan dibiasakan baik di lingkungan
sekolah maupun ketika siswa berada di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Keterampilan sosial merupakan proses imitasi dan pembiasaan yang terus
menerus dari lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah.
Untuk menyampaikan materi pembelajaran yang berkonten keterampilan
sosial diperlukan berbagai elemen yang mendukung proses pembelajaran yang
efektif dan efesien diantanya media dan sumber belajar yang tepat. Menurut
pendapat Sumantri (2004:174) mengatakan bahwa “Penggunaan suatu media
dalam pelaksanaan pengajaran bagaimanapun akan membantu kelancaran,
efektifitas dan efiesiensi pencapaian tujuan.”
Seorang guru harus dapat menetapkan media apa yang paling tepat dan
sesuai untuk tujuan tertentu, penyampaian bahan tertentu, suatu kondisi belajar
peserta didik, dan untuk suatu penggunaan strategi atau metode yang memang
telah terpilih. Berbagai jenis media pengajaran adalah penting diketahui guru, dan
tentu saja akan lebih baik lagi jika guru itu memiliki kemampuan untuk membuat
suatu media pengajaran yang dibutuhkannya. Media merupakan alat bantu atau
9
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perantara dalam menyampaikan informasi pengetahuan. Pengetahuan dan
teknologi berkembang sangat pesat, proses pembelajaran tidak lagi dimonopoli
oleh guru. Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran, maka semakin
banyaklah pengalaman yang diperoleh siswa. Media pembelajaran mengurangi
verbalisme dalam pembelajaran yaitu siswa hanya belajar mendengar kata-kata
tanpa memahami arti tersebut.
Kekayaan alam semesta kaya akan keanekaragaman hayati dan non hayati.
Keanekaragaman alam tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan dalam proses
pembelajaran. Kekayaan alam raya beserta aneka ragam wujud yang ada
merupakan petunjuk dan sumber pengetahuan bagi yang mau mempelajarinya.
Alam adalah guru yang sesungguhnya. Alam memberikan pelajaran yang begitu
lembut dan nasehat kehidupannya begitu menyentuh kalbu. Alam merupakan
salah satu media pembelajaran yang saat ini hampir dilupakan oleh praktisi
pendidikan. Mereka kurang menyadari jika alam sangat baik digunakan sebagai
media dan tempat untuk melakukan proses belajar. Belajar dari alam bukan berarti
kita hanya memperhatikan gejala-gejala dan hasil yang ditimbulkan oleh alam
saja, tetapi alam dapat digunakan sebagai tempat untuk melakukan proses belajar
mengajar dan sebagai alat pendukung dalam proses pembelajaran. Belajar dari
alam dapat dikatakan menjadi sarana bagi siswa untuk bermain sambil belajar
karena pada dasrnya alam tersebut mampu menyediakan berbagai pengetahuan
yang bermanfaat bagi siswa yang dapat membentuk karakter siswa menjadi lebih
baik. Menurut Kurnia (2014:140) salah satu pendekatan bimbingan yang
dipandang tepat baik secara teoretis ataupun praktik untuk mengembangkan
karakter anak usia dini adalah bimbinganmelalui permainan. Bermain merupakan
cara alamiah anak untuk menemukan lingkungan. Menurut Daryanto (2011)
dalam Fajrin (2014:131) mengemukakan berdasarkan praktiknya PBM
mengandung lima komponen komunikasi diantaranya adalah pendidik sebagai
komunikator, adanya bahan pembelajaran sebagai informasi yang akan
disampaikan, penggunaan media dalam pembelajaran sebagai sarana komunikasi,
adanya peserta didik sebagai komunikan, dan adanya tujuan pembelajaran sebagai
pedoman evaluasi hasil belajar. Maka dari itu adanya pemanfaatan alam sekitar
10
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebagai media belajar merupakan usaha nyata guru dalam menciptakan
pembelajaran menjadi lebih menarik.
Alam memiliki kekayaan dan sumber pengetahuan, begitu pula lingkungan.
Ada banyak proses pembelajaran yang tidak dapat dilakasanakan karena di dalam
ruangan, siswa mendapatkan pelajaran di luar ruangan, sehingga siswa dapat
belajar membuat kesimpulan dan menguji apa yang didapatkan di kelas. Dari hasil
temuan penelitian yang dilakukan oleh British Audio-Visual Association dapat
diketahui bahwa pengetahuan seseorang paling banyak diperoleh secara visual
atau melalui indera penglihatan. Dengan demikian, penggunaan media yang dapat
dilihat (visual) dalam kegiatan pendidikan untuk anak akan lebih menguntungkan,
sedangkan proses pendidikan yang sebagian besar bahan ajar disampaikan secara
verbal dengan mengandalkan indera pendengaran tidak banyak menguntungkan
dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Pemanfaatan bendungan sebagai media dan sumber belajar dalam proses
pembelajaran diharapkan berdampak positif bagi peningkataan keterampilan
sosial siswa. Dengan memafaatkan bendungan siswa disamping dapat mengetahui
manfaat bendungan bagi orang-orang sekitar bendungan, juga menjadi bahan
berdiskusi dengan siswa lain baik yang berada dalam satu kelompok maupun
dalam kelompok lain. Dalam proses diskusi diharapkan siswa dapat belajar
mengembangkan keterampilan sosial, seperti ketika mereka berpendapat,
bekerjasama, menghargai teman, beremapati dengan teman, menyatakan setuju
atau ketidaksetujuan dengan pendapat temannya dapat menggunakan kalimat yang
baik dan benar dan sebagainya.
Lingkungan sosial memiliki peran yang strategis bagi manusia, pemanfaatan
bendungan merupakan upaya agar peserta didik memiliki kesadaran akan
pentingnya lingkungan yang kondusif bagi manusia yang mendiaminya. Menurut
Pasya (2001:42) pemanfaatan lingkungan dan sumberdaya dalam proses
pembelajaran merupakan upaya penanaman kesadaran akan pentingnya
lingkungan dan sumberdaya bagi manusia, pada akhirnya diharapkan peserta didik
sadar akan lingkungan sosialbagi kehidupannya, baik saat ini maupun pada saat-
saat yang akan datang. Pendapat senada tentang pentingnya pendidikan yang
11
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berwawasan lingkungan yang dikemukakan oleh Purwandari dan Suardiman
(2013:105). Menurut mereka pendidikan berwawasan lingkungan tidak hanya
menanamkan pemahaman tentang pentingnya keseimbangan lingkungan, tetapi
juga untuk meningkatkan sikap dan nilai positif terhadap permasalahan
lingkungan.
Lingkungan sosial bagi siswa merupakan dunia keseharian mereka, jadi
kalau proses pembelajaran menggunakan model kontekstual sangat membantu
mereka memahami konsep/materi pembelajaran. Pendapat semisal juga
disamapaikan Sihono (2004:69) bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual
merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Menurut
Sumaatmadja (2007:5) “IPS hakikatnya merupakan bidang studi yang sumbernya
digali dari kehidupan yang nyata di masyarakat. Oleh karena itu, metode karya
wisata atau studi lapangan (field study) dan pembelajaran merupakan pendekatan
pembelajaran yang serasi dengan pembelajaran IPS”. Pada pelaksanaannya guru
hanya membimbing siswa dalam pembelajaran tidak hanya terfokus pada guru
saja karena dengan hal tersebut siswa akan mampu terdorong untuk
mengembangkan pola berpikir. Menurut Sari (2014:3) Guru sebagai seorang
pendidik yang merangkap sebagai fasilitator, mediator, motivator dan
pembimbing harus mampu meningkatkan pembelajaran yang efeknya akan
menimbulkan kecendrungan siswa menjadi lebih senang dan berminat dalam
menjalani pembelajaran bersama dengan guru”.
Pembelajaran IPS yang hanya dilakukan di dalam kelas, selain tidak sesuai
dengan hakikatnya sebagai pengetahuan yang bersumber dari kehidupan
masyarakat yang nyata, dapat juga “menjemukan”, yang akhirnya berdampak
pada kelemahan IPS sebagai bidang studi yang tidak punya “power”
membangkitkan kemampuan peserta didik menganalisis dan mencari solusi
permasalahn kehidupan sosial di masyarakat.
12
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Hamalik (2001) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur yang manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,
dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kombinasi yang tersusun diataranya adalah material dan fasilitas dapat dapat
diartikan sebagai media dan sumber belajar. Pemanfaatan media pembelajaran
yang sesuai dalam kelas dapat mengoptimalkan proses pembelajaran. Bagi guru,
media membantu mengkonkritkan konsep atau gagasan yang cendrung abstrak
dan membantu memotivasi peserta belajar aktif. Bagi siswa, media dapat menjadi
sarana untuk berpikir kritis dan berbuat. Dengan demikian media dapat membantu
dan mempermudah tugas guru dan siswa mudah untuk mencapai tujuan atau
kompetensi dasar yang ditetapkan. Agar media pembelajaran dapat bermanfaatkan
dengan baik, guru perlu mengetahui kebutuhan pembelajarannya dan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa tentang materi yang akan
diajarkan. Terkait dengan itu, media perlu dikembangkan berdasarkan relevansi,
kompetensi dasar, materi dan karakteristik siswa. Guru dapat berperan sebagai
kreator yaitu menciptakan dan memanfaatkan media yang tepat, efisen, dan
menyenangkan bagi siswa. Namun dalam pemanfaatannya di kelas, perlu
ditekankan bahwa siswalah yang seharusnya memanfaatkan media pembelajaran
tersebut.
Akhir-akhir ini, konsep belajar didekati menurut paradigma
konstruktivisme. Menurut paham konstruktivistik, belajar merupakan hasil
konstruksi sendiri (pebelajar) sebagai hasil interaksinya terhadap lingkungan
belajar. Pengkonstruksian pemahaman dalam peristiwa belajar dapat melalui
proses asimilasi atau akomodasi. Secara hakiki, asimilasi dan akomodasi terjadi
sebagai usaha peserta didik untuk menyempurnakan atau merubah pengetahuan
yang telah ada di benaknya (Heinich, et.al., 2002). Pengetahuan yang telah
dimiliki oleh peserta didik sering pula diistilahkan sebagai prakonsepsi. Proses
asimilasi terjadi apabila terdapat kesesuaian antara pengalaman baru dengan
prakonsepsi yang dimiliki pebelajar. Sedangkan proses akomodasi adalah suatu
proses adaptasi, evolusi, atau perubahan yang terjadi sebagai akibat pengalaman
baru pebelajar yang tidak sesuai dengan prakonsepsinya.
13
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan paradigma konstruktivisme tentang belajar tersebut, maka
prinsip media mediated instruction menempati posisi cukup strategis dalam
rangka mewujudkan proses belajar secara optimal. Proses belajar yang optimal
merupakan salah satu indikator untuk mewujudkan hasil belajar peserta didik
yang optimal pula. Hasil belajar yang optimal juga merupakan salah satu
cerminan hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas
memerlukan sumber daya guru yang mampu dan siap berperan secara profesional
dalam lingkungan sekolah dan masyarakat (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997;
Ibrahim et.al., 2001). Dalam era perkembangan Iptek yang begitu pesat dewasa
ini, profesionalisme guru tidak cukup hanya dengan kemampuan membelajarkan
siswa, tetapi juga harus mampu mengelola informasi dan lingkungan untuk
memfasilitasi kegiatan belajar siswa (Ibrahim, et.al., 2001). Konsep lingkungan
meliputi tempat belajar, metode, media, sistem penilaian, serta sarana dan
prasarana yang diperlukan untuk mengemas pembelajaran dan mengatur
bimbingan belajar sehingga memudahkan siswa belajar.
Paradigma pembelajaran konvesional yang memberikan penekanan kepada
siswa untuk belajar dengan menghafal dan tidak secara aktif mencari untuk
membangun pemahaman mereka sendiri terhadap konsep-konsep sehingga siswa
menjadi pasif proses belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS tidak
dapat mencapai batas ketuntasan. Oleh karena itu guru harus dapat merangsang
siswa untuk membangun pemahaman mereka sendiri dengan suatu metode
pembelajaran yang menggunakan kenyataan di dunia nyata sebagai konteks bagi
siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep dari materi pelajaran melalui metode
inkuiri dengan memanfaatkan linkungan sebagai sumber belajar.
Menurut Hendrawati (2013:60) Salah satu cara untuk mendekatkan siswa
kepada realitas obyektif kehidupannya adalah dengan menyediakan sumber
belajar yang dapat membawa siswa belajar mengenai banyak hal yang berkaitan
secara langsung dengan fenomena sehari-hari dengan memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri. Sumber belajar lingkungan dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, membuat siswa peka tehadap
14
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masalah sosial yang terjadi di masyarakat, terampil mengatasi setiap masalah
yang terjadi di masyarakat dan dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
sikap, nilai untuk berperan serta dalam kehidupannya.
Pemanfaatan lingkungan sosial sebagai media dan sumber belajar yang
dijadikan sebagai bahan penelitian pernah dilakukan oleh Rahmawati dkk (2013).
Penelitian ini meneliti perangkat pembelajaran IPS terpadu berbasis outdoor
learning memiliki kemiripan dengan penelitian yang dilakukan peneliti.
Kemiripan penelitian terletak pada pemanfaatan lingkungan sosialsebagai media
dan sumber belajar. Berdasarkan hasil penelitian ini hasil belajar kognitif siswa
mengalami peningkatan dengan mengembangkan perangkat pembelajaran IPS
terpadu berbasis outdoor learning. Maka dari itu adanya pembelajaran yang
diaksanakan diluar kelas akan mampu merangsang siswa untuk dapat lebih
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
Pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
melalui metode inkuiri aktivitas belajar siswa, baik dari konsep, pemanfaatan
dalam kehidupan, maupun kegunaan dan pentingnya untuk diaplikasikan dalam
kegiatan belajar mengajar. Dalam pembelajaran IPS lingkungan dapat dijadikan
sebagai sumber belajar. Menurut Banks (Komalasari, 2010), Sumber belajar
adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara
terpisah maupun dalam bentuk gabungan untuk kepentingan belajar mengajar
dengan tujuan meningkatkan efektifitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.
Sumber belajar dari lingkungan terdiri dari, lingkungan sosial, psikologis dan
alam.
Lingkungan sosial siswa sebagai bagian kecil dari alam semesta memiliki
peran yang baik jika dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Lingkungan
merupakan kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya
alam seperti tanah, air, energi surya, mineral serta flora dan fauna yang tumbuh di
atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan
manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Kombinasi sumber daya alam secara fisik tersebut merupakan salah satu sumber
belajar bagi siswa.
15
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pemanfatan lingkungan sosial siswa sebagai sumber belajar dapat
menumbuhkan rasa cinta peserta didik terhadap lingkungan. Proses pembelajaran
yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dapat menjadikan siswa
lebih menghargai lingkungannya. Mereka akan menjaga kebersihan lingkungan,
menggunakan air seperlunya, tidak membuang sampah sembarangan, dan
sebagainya. Sehingga terjadilah hubungan yang erat dan baik antara siswa dengan
lingkungannya.
Dunia pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan. Lingkungan
adalah sumber belajar yang vital. Pembelajaran yang menjadikan lingkungan
sebagai objek belajar dapat memberikan pengalaman nyata dan langsung kepada
peserta didik. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang
siap diterima dan diingat siswa. Siswa harus mengonstruksi pengetahuannya
sendiri dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Pembelajaran sebagai
hasil usaha siswa dan pola pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah merupakan
suatu skema, yaitu aktivitas mental yang digunakan siswa sebagai bahan mentah
bagi proses perenungan dan pengabstrakan. Setiap siswa, sebenarnya telah
mempunyai satu aset ide dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif.
Untuk membina siswa dalam menemukan pengetahuan baru, guru sebaiknya
memerhatikan struktur kognitif yang ada pada mereka. Pada proses belajar
mengajar, guru tidak lagi hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi siswa
sendiri yang harus membangun pengetahuannya (knowledge is constructed by
human).
Weil (1980) mengemukakan tiga prinsip penting dalam proses
pembelajaran semacam ini. Pertama, proses pembelajaran adalah membentuk
kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau merubah struktur kognitif siswa.
Kedua, berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari. Ada tiga
tipe pengetahuan yang masing-masing memerlukan situasi yang berbeda dalam
mempelajarinya. Pengetahuan tersebut adalah pengetahuan fisis, sosial dan logika.
Pengetahuan fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari suatu objek atau
kejadian seperti bentuk, besar, berat, serta bagaimana objek itu berinteraksi satu
dengan yang lainnya. Pengetahuan fisis diperoleh melalui pengalaman indra
16
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
secara langsung. Misalkan anak memegang kain sutra yang terasa halus, atau
memegang logam yang bersifat keras dan lain sebagainya. Dari tindakan-tindakan
langsung itulah anak membentuk struktur kognitif tentang sutra dan logam.
Berdasarkan UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, dijelaskan bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup yang termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Mengacu pada pengertian di atas manusia
dan tingkah lakunya merupakan bagian dari lingkungan dan terdapat hubungan
timbal-balik antara manusia dan tingkah lakunya dengan lingkungan. Agar terjadi
hubungan yang konstruktif antara manusia dan tingkahlakunya dengan
lingkungan, maka alangkah baiknya jika ditanamkan kepada anak sebagai
manusia rasa cinta dan hubungan yang harmonis sedini mungkin lewat proses
pembelajaran. Proses pengenalan anak dengan lingkungannya dalam
pembelajaran, berpengaruh positif terhadap lingkungan dan terhadap anak itu
sendiri, karena keduanya sedini mungkin diciptakan hubungan yang baik
disebabkan saling mempengaruhi.
Proses pembelajaran bersifat individual dan kontekstual artinya
pembelajaran terjadi pada diri siswa selaras dengan perkembangan dan
lingkungannya. Proses pembelajaran tidak seharusnya hanya mengandalkan
dengan guru atau pendidik saja, tetapi dapat pula belajar berlangsung dengan
berbagai sumber yang ada termasuk dari lingkungan sosial siswa berada. Oleh
karena itu sumber belajar merupakan sistem yang terdiri dari berbagai
bahan/materi atau situasi dan kondisi yang diciptakan secara sengaja dan
diciptakan agar memungkinkan peserta didik belajar secara individual atau
kelompok.
Proses pembelajaran di SD harus memperhatikan perkembangan anak seusia
SD yang berkisar antara 7-11 tahun. Menurut Piaget anak yang berusia 7-11 tahun
memasuki periode operasional konkrit, dimana pada tingkat ini merupakan
permulaan berpikir rasional, ini berarti, anak memiliki operasi-operasi logis yang
dapat diterapkan pada masalah-masalah kongkrit. Bila menghadapi antara pikiran
17
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan persepsi maka akan lebih pengambilan keputusan logis bukan keputusan
perseptual. Keterkaitan antara lingkungan sosialdengan perkembangan anak usia
SD dalam proses pembelajaran sangat erat. Lingkungan sosialakan lebih
memberikan pengetahuan dan pengalaman yang lebih nyata dari proses
pembelajaran yang hanya mengandalkan ceramah di kelas. Menurut Rachmawati
dkk (2013:81) keefektifan pembelajaran IPS terpadu berbasis outdoor learning
dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa yang meliputi aktivitas fisik, psikis dan
sosial. Aktivitas fisik dapat melakukan kunjungan melakukan percobaan
mempresentasikan hasil diskusi dan sebagainya. Maka dari itu mengacu pada
pendapat di atas adanya pemanfaatan lingkungan sosialmerupakan alternative
pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai upaya untuk aktifitas belajar
siswa yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa.
Media merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran tanpa media tidak berjalan maksimal sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan oleh guru sebelumnya. Keberadaan media
dalam proses pembelajaran merupakan salah satu ruh yang menghidupkan proses
pembelajaran diantara ruh-ruh lainnya yang menghidupkan proses pembelajaran.
Tanpa kehadiran media dalam proses proses pembelajaran, pembelajaran akan
berjalan pincang.
Begitu pula dengan sumber belajar dalam proses pembelajaran,
kehadirannya sangat penting. Sumber belajar bagaikan makanan dalam proses
konsumsi manusia dalam arti makan sebagai kata kerja. Tidak terjadi proses
memakan tanpa ada makanan. Jadi sumber belajar merupakan keharusan dalam
proses pembelajaran, karena tidak ada proses pembelajaran tanpa adanya sumber
belajar.
Dalam proses pembelajaran kehadiran media dan sumber belajar sangat
penting. Kemampuan guru menggunakan atau memanfaatkan media/sumber
belajar sangat berpengaruh pada keberhasilan proses pembelajaran.
Berdasarkan alasan di atas peneliti melakukan penelitian dengan judul
“Pemanfatan Lingkungan Sosial sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS
18
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Siswa di SDN Karangasem I
kabupaten Indramayu.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi, peneliti
mengidentifikasi beberapa permasalahan yang terjadi di sekolah dalam
pembelajaran di kelas khususnya di kelas IV, yaitu:
1. Anggapan guru mengenai keterbatasan media dan sumber media
Keberadaan media dan sumber di sekolah seringkali menjadi keluhan guru-
guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Ada beberapa guru yang
beranggapan bahwa bahwa media dan sumber belajar adalah media dan
sumber belajar yang telah disediakan pemerintah berupa paket/seperangkat
alat/instrument (KIT) yang menunjang proses pembelajaran. Sedangkan
sumber belajar sering terbatas pada guru atau paket buku pelajaran yang
dikirim pemerintah atau buku-buku yang telah direkomendasikan oleh
pemerintah sebagai buku paket atau penunjang. Anggapan ini memang tidak
sepenuhnya salah, karena memang alat-alat itu ditujukan sebagai media
pembelajaran dan sumber belajar. Tetapi jika proses pembelajaran menuntut
keberadaan media/sumber belajar yang tidak tersedia di sekolah, maka tidak
jarang guru mengajar seadanya saja. Pada akhirnya proses pembelajaran
kurang maksimal karena keterbatasan/ketiadaan media dan sumber belajar.
Pada pembelajaran IPS di SD tidak jarang ditemui materi pembelajaran
yang disampaikan dengan menggunakan metode ceramah tanpa media dan
sumber belajar yang mendukung pembelajaran tersebut.
2. Terbatasnya kemampuan guru membuat atau menggunakan media dan
sumber belajar hal ini menyebabkan proses pembelajaran menjadi kurang
menarik sehingga siswa terlihat kurang termotivasi dalam mengikuti
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
3. Kekerasan dalam dunia pendidikan
19
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sudah terlalu sering diberitakan diberbagai mediamassa berita tentang
kekerasan yang terjadi di sekolah yang dilakukan oleh warga sekolah baik
baik yang dilakukan oleh guru terhadap siswa atau oleh siswa atas siswa
yang lain.
4. Kemampuan berkomunikasi
Komunikasi sebagai salah satu bentuk keterampilan sosial merupakan salah
faktor kemampuan siswa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Banyak pelanggaran yang terjadi di masayarakat disebabkan karena
ketidakmampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun
atau bahasa yang baik dan benar tanpa menimbulkan efek yang negatif bagi
komunikator atau komunikan.
C. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari hasil identifikasi masalah di atas, maka peneliti
merumuskan masalah dalam penelitian ini ialah:
1. Bagaimanakah kondisi awal siswa dalam pembelajaran keterampilan sosial di
kelas IV SDN Karangasem I Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu?
2. Bagaimana proses pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sosialsebagai
media dan sumber belajar dapat meningkatkan keterampilan sosial pada kelas
IV SDN Karangasem I Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu?
3. Bagaimana Hasil pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sosial sebagai
media dan sumber pembelajaran IPS pada kelas IV SDN Karangasem I
Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimanakah kondisi awal siswa dalam pembelajaran
keterampilan sosial di kelas IV SDN Karangasem I Kecamatan Terisi
Kabupaten Indramayu.
20
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran yang memanfaatkan
lingkungan sosialsebagai media dan sumber belajar dapat meningkatkan
keterampilan sosial pada kelas IV SDN Karangasem I Kecamatan Terisi
Kabupaten Indramayu.
3. Untuk mengetahui bagaimana Hasil pembelajaran yang memanfaatkan
lingkungan sosial sebagai media dan sumber pembelajaran IPS pada kelas IV
SDN Karangasem I Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat baik secara teoritis maupun
praktis.
1. Manfaat teoritis :
a. diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan kajian teori
penerapan pemanfaatan lingkungan sosialsebagai media dan sumber
belajar di sekolah dasar dalam upaya pengembangan keterampilan siswa
yang lainnya untuk mewujudkan anak bangsa yang baik dan cerdas, pada
penelitian selanjutnya.
b. Manfaat dari segi kebijakan: hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan
dalam pengambilan kebijakan dalam menerapkan pembelajaran di dalam
kelas baik bagi guru pemula maupun dalam pembagian tugas mengajar di
sekolah. Selain itu hasil penelitian ini pula dapat dijadikan rujukan dalam
memilih media dan sumber belajar yang sesuai dengan tahapan
perkembangan belajar siswa, karena tidak jarang guru keliru dalam
memilih dan menentukan media dan sumber belajar karena kurang
referensi.
2. Manfaat praktis :
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan keterampilan sosial siswa sekolah dasar, dalam hal ini
peningkatan mutu pembelajaran terutama bagi guru yang terlibat aktif
pada penelitian yang memanfaatkan lingkungan sosial sebagai media dan
sumber belajar untuk mengembangkan ketrampilan sosial dalam proses
21
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajarannya sehingga diharapakan peningkatan profesionalisme guru
dapat tercapai.
b. Sedangkan bagi kepala sekolah yang menjadi tempat penelitian, setelah
mengetahui keberhasilan proses penelitian tindakan kelas ini diharapkan
dapat menginstruksikan atau memberii inspirasi bagi guru-guru yang lain
yang menjadi bawahannya untuk memanfatkan lingkungan baik
lingkungan sosial maupun fisik menjadi media dan sumber belajar dalam
mengembangkan dan memperbaiki kualitas proses pembelajaran sehingga
pada akhirnya profesionalitas guru-guru meningkat.
F. Struktur Organisasi Tesis
Dalam usaha mempermudah penulisan tesis ini, peneliti menyusun
sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I tentang pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan menjadi beberapa sub
bab antara lain; 1) latar belakang, 2) identifikasi masalah, 3) rumusan masalah, 4)
tujuan penelitian, 5) kegunaan hasil penelitian, dan 6) struktur organisasi tesis.
Bab II membahas kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesa
penelitian. Dalam sub bab kajian pustaka membahas kajian pustaka tesis ini terdiri
anak sub bab antara lain: 1) paradigma pembelajaran; 2) hakikat belajar dan
pembelajaran; 3) hakikat, pengertian, dan tujuan media pembelajaran dan sumber
belajar ; 4) pengertian lingkungan ; 5) lingkungan sebagai media pembelajaran
dan sumber belajar; 6) proses pembelajaran yang relevan dengan sifat belajar
anak; 7) pembelajaran tematik; 8) integrasi matapelajaran kurikulum 2013; 9)
hakikat, pengertian, dan tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial; 10) Ilmu
Pengetahuan Sosial di SD; 11) hakikat, pengertian dan tujuan keterampilan
sosial;12) penilaian dan 13) penelitian terdahulu. Sub selajutnya antara lain:
kerangka pemikiran dan hipotesa penelitian.
Bab III tentang metodologi penelitian. Dalam bab ini membahas antara lain:
1) lokasi penelitian; 2) desain penelitian; 3) metode penelitian; 4) definisi
operasional; 5) instrumen penelitian; 6) proses pengembangan instrumen; 7
teknik pengumpulan data; dan 8) analisa data.
22
Abdul Hadi, 2016
Pemanfaatan Lingkungan Sosial Sebagai Media dan Sumber Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab IV memuat temuan dan pembahasan penelitian. Sub bab temuan
memuat temuan siklus 1 sampai 3. Setiap siklus membahas perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sub bab pembahasan memuat hasil
pembahasan dari setiap siklus penelitian.
Bab V: berisi simpulan, rekomendasi dan implikasi dari hasil penelitian.