92809080-askep-asma
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
1/26
PEMBAHASAN
I. DEFINISI DAN KLASIFIKASI ASMA
Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan
hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan gejala episodik
berupa batuk, sesak napas, mengi, dan rasa berat di dada terutama pada malam
hari atau dini hari, yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa
pengobatan (Somantri, 2007).
Asma merupakan penyakit pernapasan obstruktif ditandai dengan
inflamasi saluran napas dan spasme akut otot polos bronkiolus yang
menyebabkan produksi mukus berlebihan dan menumpuk, penyumbatan aliran
udara, dan penurunan ventilasi alveolus (Corwin, 2009).
Menurut GINA (Global Initiative For Asthma) tahun 2002, batasan asma
menggambarkan konsep inflamasi sebagai dasar mekanismenya. Asma
didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak
sel yang berperan, khususnya sel eosinofil dan limfosit T. Pada orang yang
rentan inflamasi ini menyebabkan episode mengi berulang, sesak nafas, rasa
dada tertekan dan batuk, terutama pada malam atau dini hari. Gejala ini
biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun
bervariasi, biasanya bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan
pengobatan.
Asma dapat terjadi melalui melalui 2 jalur yaitu jalur imunologis dan saraf
otonom (Rengganis, 2008).
- Jalur imunologis merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I (tipe alergi) yangdidominasi oleh antibodi IgE. Pada asma alergi, antibodi IgE terutama
melekat pada permukaan sel mast pada interstisial paru, yang berhubungan
erat dengan bronkiolus dan bronkus. Bila seseorang menghirup alergen,
terjadi fase sensitisasi dan antibodi IgE orang tersebut meningkat. Alergen
kemudian berikatan dengan antibodi IgE yang melekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini berdegranulasi mengeluarkan berbagai macam
mediator. Beberapa mediator yang dikeluarkan adalah histamin, leukotrien,
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
2/26
faktor kemotaktik eosinofil dan bradikinin. Hal tersebut akan menimbulkan
efek edema lokal pada dinding bronkiolus, sekresi mukus yang kental dalam
lumen bronkiolus, dan spasme otot bronkiolus, sehingga menyebabkan
inflamasi saluran napas.
- Jalur saraf otonom, kerusakan epitel bronkus oleh mediator yang dilepaskan
pada beberapa keadaan reaksi asma dapat terjadi tanpa melibatkan sel mast
misalnya pada keadaan hiperventilasi, inhalasi udara dingin, asap, kabut,
dan SO2 .Pada keadaan tersebut reaksi asma terjadi melalui refleks saraf.
Ujung saraf eferen vagal mukosa yang terangsang menyebabkan
dilepaskannya neuropeptid sensorikcalcitonin gene-related peptide (CGRP).
Neuropeptida itulah yang menyebabkan terjadinya bronkokonstriksi, edema
bronkus, eksudasi plasma, hipersekresi lendir, dan aktivasi sel-sel inflamasi.
Klasifikasi
Berdasarkan derajat beratnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi:
Keterangan: APE (arus puncak ekspirasi)
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
3/26
VEP1 (volume ekspirasi paksa detik pertama)
Variabilitas APE ini tergantung pada siklus diurnal (pagi dan malam yang
berbeda nilainya), dan nilai normal variabilitas ini < 20%.
Cara pemeriksaan variabilitas APE:
Pada pagi hari diukur APE untuk mendapatkan nilai terendah dan malam hari
untuk mendapatkan nilai tertinggi.
APE malamAPE pagi
Variabilitas harian = ------------------------------------ x 100%
(APE malam + APE pagi)
Berdasarkan terkontrol atau tidaknya, asma dibagi menjadi 3 yaitu asmaterkontrol, asma terkontrol sebagian (partial), dan asma tak terkontrol.
Karakteristik Terkontrol Terkontrol partial Tak terkontrol
Gejala harian Tidak ada (2 kali per
minggu
3 atau lebih dari
karakteristik
asma terkontrol
partial terjadi
dalam semingguKeterbatasan
aktifitas
Tidak Beberapa
Gejala asmamalam hari
Tidak Beberapa
Kebutuhan akan
obat-obatan
pelega
Tidak (2 kali per
minggu
Fungsi paru
(PEF atau
PEV1)
Normal < 80%
Eksaserbasi Tidak Satu atau lebih
dalam setahun
Satu kali dalam
beberapa
minggu
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3
tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan
(antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
4/26
Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang
disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan
asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu
dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa
pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.
II. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO ASMA
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronkhial:
a. Faktor presipitasi
- Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Inhalan: yang masuk melalui saluran pernapasan, contohnya:
debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi.
Ingestan: yang masuk melalui mulut, contohnya: makanan dan
obat-obatan. Kontaktan: yang masuk melalui kontak dengan kulit, contohnya
perhiasan, logam dan jam tangan.
- Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
5/26
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga
dan debu.
- Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
- Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
- Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
b. Faktor predisposisi
- Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderitapenyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor
pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
(Tanjung, 2003)
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
6/26
III.PATOFISIOLOGI ASMA
Hipoksemia
Status Asmatikus
Gagal nafas
Kematian
Gangguan pertukaran gas
Defisiensi pengetahuan
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
7/26
IV. MANIFESTASI KLINIS ASMA
Gejala dan tanda klinis sangat dipengaruhi oleh berat ringannya asma
yangdiderita. Gejala dan tanda tersebut antara lain:
- Batuk
- Nafas sesak (dispnea) terlebih pada saat mengeluarkan nafas (ekspirasi)
- Wheezing(mengi)
- Nafas dangkal dan cepat
- Ronkhi
- Retraksi dinding dada
- Pernafasan cuping hidung (menunjukkan telah digunakannya semua
otot-otot bantu pernafasan dalam usaha mengatasi sesak yang terjadi)
Gejala klasik dari asma adalah sesak nafas, mengi (wheezing), batuk, dan
pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala bersifat
paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pda malam hari.
Pada serangan asma yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul makin
banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi
dada, takikardi dan pernafasan cepat dangkal.
Gejala pada beberapa tingkatan penderita asmayaitu :
1) Tingkat I :
- Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
- Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan
test provokasi bronkial di laboratorium.
2) Tingkat II :- Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
- Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3) Tingkat III :
- Tanpa keluhan.
- Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan
nafas.
http://nursingbegin.com/pengkajian-keperawatan-2/http://nursingbegin.com/pengkajian-keperawatan-2/ -
7/30/2019 92809080-askep-asma
8/26
- Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali.
4) Tingkat IV :
- Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
- Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan
nafas.
5) Tingkat V :
- Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan
asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan
yang lazim dipakai.
- Status asmatikus merupakan keadaaan asma gawat dan kontinyu yang
tidak berespon terhadap terapi konvensional. Serangan ini dapat
berlangsung lebih dari 24 jam.
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ASMA
1. Spirometri
Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas vital paksa (KVP)
dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1). Untuk menunjukkan
adanya obstruksi jalan nafas reversibel, cara yang paling cepat dan
sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah
pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan
adrenergik. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan
diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efekpengobatan. Hasil pemeriksaan spirometri pada penderita asma:
- Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1) menurun
- Kapasitas vital paksa (FVC)menurun
- Perbandingan antara FEV1 dan FEC menurun. Hal ini disebabkan
karena penurunan FEV1 lebih besar dibandingkan penurunan FVC
- Volume residu (RV) meningkat
- Kapasital fungsional residual (FRC) meningkat
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
9/26
Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2-3 nilai
yang diperiksa. Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai VEP1 < 80%
nilai prediksi atau rasio VEP1/KVP < 75%.
Gambar 1. Spirometry
.
2. Peak Expiratory Flow Meter (PEF Meter)
Alat ini adalah alat yang paling sederhana untuk memeriksa gangguan
sumbatan jalan napas, yang relatif sangat murah, mudah dibawa. Dengan
PEF meter fungsi paru yang dapat diukur adalah arus puncak ekspirasi
(APE). Cara pemeriksaan APE dengan PEF meter adalah sebagai berikut :
Penuntun meteran dikembalikan ke posisi angka 0. Pasien diminta untuk
menghirup napas dalam, kemudian diinstruksikan untuk menghembuskan
napas dengan sangat keras dan cepat ke bagian mulut alat tersebut,
sehingga penuntun meteran akan bergeser ke angka tertentu. Angka
tersebut adalah nilai APE yang dinyatakan dalam liter/menit. Sumbatan
jalan napas diketahui dari nilai APE < 80%
Gambar 2. Macam-macam PEF Meter dan cara menggunakannya
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
10/26
3. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
- Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
- Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
- Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
- Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
4. Pemeriksaan darah
- Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
- Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
- Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
- Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
5. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun.
6. Pemeriksaan IgE
Uji tusuk kulit skin prick test untuk menunjukkan adanya antibody IgEspesifik pada kulit. Uji tersebut menyokong anamnesis dan mencari faktor
pencetus. Uji allergen yang positif tidak selalu merupakan penyebab asma.
Pemeriksaan darah IgE atopi dilakukan dengan cara radioallegensorbent
test(RAST) bila hasil uji tusuk kulit tidak dapat dilakukan.
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
11/26
VI. PENATALAKSANAAN ASMA
Terapi Farmakologis
1. Pengobatan Simptomatik (Quick relief)
Tujuan Pengobatan Simpatomatik adalah :
a. Mengatasi serangan (eksaserbasi akut) asma dengan segera.
b. Mempertahankan dilatasi bronkus seoptimal mungkin.
c. Mencegah serangan berikutnya.
Obat yang dapat digunakan adalah beta agonis2 aksi pendek, antikolinergik,
dan kortikosteroid sistemik.
2. Pengobatan Profilaksis (Long acting)
Pengobatan profilaksis dianggap merupakan cara pengobatan yang
paling rasional, karena sasaran obat-obat tersebut langsung pada faktor-
faktor yang menyebabkan bronkospasme. Pada umumnya pengobatan
profilaksis berlangsung dalam jangka panjang, dengan cara kerja obat
sebagai berikut :
a. Menghambat pelepasan mediator.b. Menekan hiperaktivitas bronkus.
Hasil yang diharapkan dari pengobatan profilaksis adalah :
a. Bila mungkin bisa menghentikan obat simptomatik.
b. Menghentikan atau mengurangi pemakaian steroid.
c. Mengurangi banyaknya jenis obat dan dosis yang dipakai.
d. Mengurangi tingkat keparahan penyakit, mengurangi frekuensi
serangan dan meringankan beratnya serangan.Obat profilaksis yang biasanya digunakan adalah :
a. Steroid dalam bentuk aerosol
b. Sodium Cromolyn
c. Ketotifen
d. Tranilast
3. Tatalaksana Asma Akut Intermiten
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
12/26
a. Aminofilin : 3 X 3-5 mg/kg BB atau
b. Salbutamol : 3 X 0,05-0,1 mg/kg BB
c. Bila ada batuk berikan ekspectoran
d. Bila ada tanda infeksi (demam) berikan antibiotika
4. Tatalaksana Asma Berat dan Status Asmatikus
a. Adrenalin 0,3 mg-0,5 mg SK, dapat diulang 15-30 menit kemudian,
atau
b. Aminofilin bolus 5-6 mg/kg BB IV pelan-pelan. Catatan : pemberian
Adrenalin pada orang tua harus hati-hati, dan tidak boleh diberikan
pada penderita hipertensi dan penyakit jantung.
c. Dexametason 5 mg IV.
d. Bila ada berikan Oksigen : 2-4 lt/menit
e. Bila tidak ada respon dianggap sebagai Status Asmatikus :
Pasang infus Glukosa 5% atau NaCl 0,9% : 2-3 lt/24 jam. Rujuk
segera ke Rumah Sakit (Medlinux,2008).
Jenis Obat Asma menurut DEPKES RI, 2009
Jenis obat Golongan Nama Obat Bentuk/
kemasan obat
Pengontrol
(antiinflamasi)
Steroid inhalasi
Sel mast
inhibitor
Antileukokotrin
Kortikosteroid
sistemik
Agonis beta-2
kerjalama
Flutikason propionat
Budesonide
Kromolin sodium
Zafirlukast
Metilprednisolon
Prednison
Prokaterol
Formoterol
Salmeterol
IDT
IDT,
turbuhaler
IDT
Oral(tablet)
Oral(injeksi)
Oral
Oral
Turbuhaler
IDT
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
13/26
Pelega
(bronkodilator)
kombinasi
steroid dan
Agonis beta-2
kerjalama
Agonis beta-2
kerja cepat
Antikolinergik
Metilsantin
Kortikosteroid
sistemik
Flutikason + Salmeterol
Budesonide + formoterol
Salbutamol
Terbutalin
Prokaterol
Fenoterol
Ipratropium bromide
Teofilin
Aminofilin
Teofilin lepas lambat
Metilprednisolon
Prednison
IDT
Turbuhaler
Oral, IDT,
rotacap
solution
Oral, IDT,
turbuhaler,
solution,
ampul (injeksi)
IDT
IDT, solution
IDT, solution
Oral
Oral, injeksi
Oral
Oral, inhaler
Oral
IDT : Inhalasi dosis terukur = Metered dose inhaler/MDI
Solution : Larutan untuk penggunaan nebulisasi dengan nebuliser
Oral : Dapat berbentuk sirup, tablet
Injeksi : Dapat untuk penggunaan subkutan, im dan iv
Terapi Nonfarmakologis
1) Menghindari faktor pencetus
2) Penyuluhan bagi pasien dan keluarga tentang pencegahan dan
penanggulangan asma
3) Meningkatkan pengetahuan, motivasi, dan partisipasi pasien dalam
pengendalian asma
4) Meningkatkan kemandirian pasien dalam ketrampilan penggunaan
obat/alat inhalasi
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
14/26
Alur TatalaksanaSerangan Asma pada Anak
Sumber : DEPKES RI, 2009
Klinik/IGD
Nilai derajat serangan(1)
Tatalaksana awal
nebulisasi -agonis 1-3x, selang 20 menit(2)
nebulisasi ketiga + antikolinergik
jika serangan berat, nebulisasi. 1x (+antikoinergik)
Serangan sedang
(nebulisasi 1-3x, respons
parsial)
berikan oksigen(3)
nilai kembali derajatserangan,jika sesuai dgnserangan sedang,observasi di RuangRawat Sehari/observasi
pasang jalur parenteral
Serangan ringan
(nebulisasi 1-3x, responsbaik, gejala hilang)
observasi 2 jam
jika efek bertahan,boleh pulang
jika gejala timbul lagi,perlakukan sebagaiserangan sedang
Serangan berat
(nebulisasi 3x, respons
buruk)
sejak awal berikan O2saat / di luarnebulisasi
pasang jalurparenteral
nilai ulang klinisnya,jika sesuai denganserangan berat, rawatdi Ruang Rawat Inap
foto Rontgen toraks
Boleh pulang
bekali obat -agonis(hirupan / oral)
jika sudah ada obatpengendali, teruskan
jika infeksi virus sbg.pencetus, dapatdiberi steroid oral
dalam 24-48 jam kon-trol ke Klinik R.Jalan,untuk reevaluasi
Ruang Rawat Sehari/observasi
oksigen teruskan
berikan steroid oral
nebulisasi tiap 2 jam
bila dalam 12 jamperbaikan klinis stabil,boleh pulang, tetapijikaklinis tetap belummembaik atau meburuk,alihrawat ke RuangRawat Inap
Ruang Rawat Inap
oksigen teruskan
atasi dehidrasi danasidosis jika ada
steroid IV tiap 6-8 jam
nebulisasi tiap 1-2jam
aminofilin IV awal,lanjutkan rumatan
jika membaik dalam4-6xnebulisasi,interval jadi 4-6 jam
jika dalam 24 jamperbaikan klinis stabil,boleh pulang
jika dengan steroiddan aminofilinparenteral tidakmembaik, bahkantimbul Ancaman hentinapas, alih rawat keRuang Rawat
Intensif
Catatan:
1. Jika menurut penilaian serangannya berat, nebulisasi
cukup 1x langsung dengan -agonis + antikolinergik2. Bila terdapat tanda ancaman henti napas segera ke
Ruang Rawat Intensif3. Jika tidak ada alatnya, nebulisasi dapat diganti dengan
adrenalin subkutan 0,01ml/kgBB/kali maksimal 0,3ml/kali4. Untuk serangan sedang dan terutama berat, oksigen 2-4
L/menit diberikan sejak awal, termasuk saat nebulisasi
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
15/26
Alur Tatalaksana Asma Anak jangka Panjang
Asma episodik jarang
3-4 minggu, obat
dosis / minggu > 3x < 3x
Asma episodik sering
6-8 minggu, respons: (-) (+)
Asma persisten
6-8 minggu, respons: (-) (+)
6-8 minggu, respons: (-) (+)
*) Ketotifen dapat digunakan pada pasien balita dan/atau asma tipe rinitis
Sumber : DEPKES RI, 2009
Obat pereda: -agonis atau teofilin
Tambahkan obat pengendali:Kortikosteroid hirupan dosis rendah *)
Pertimbangkan alternatif penambahan salah satu obat:
-agonis kerja panjang (LABA) teofilin lepas lambat antileukotrien atau dosis kortikosterid ditingkatkan (medium)
Kortikosteroid dosis medium ditambahkanan salah satu
obat:
-agonis kerja panjang teofilin lepas lambat antileukotrien
Obat diganti kortikoteroid oral
P
E
N
G
H
I
N
D
A
R
A
N
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
16/26
VII. ASUHAN KEPERAWATAN ASMA
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Anak D
Usia : 15 tahun
Status pernikahan : belum menikah
Sumber informasi : klien dan keluarganya
b. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama : Sesak nafas diserta batuk berdahak
warna putih agak kental dan sulit
dikeluarkan
2. Lama keluhan : 4 hari
3. Kualitas Keluhan : Persistent berat
4. Faktor Pencetus : Debu
5. Faktor Pemberat : -Klien cemas dengan kondisinya
sekarang
-Sesak bertambah berat pada malam
hari/ hawa dingin
-Klien mengeluh sering terbangun pada
malam hari
6. Upaya yang telah dilakukan : -Klien punya ventolin spray tapi tidak
bisa menggunakannya
-Dibawa ke rumah sakit
7. Diagnosa Medis : Asma
c. Riwayat Kesehatan Saat IniKlien mengatakan cemas dengan kondisinya sekarang. Sesak nafas sejak
4 hari yang lalu akibat debu, bertambah berat pada malam hari/hawa
dingin. Klien juga mengeluh sering terbangun tengah malam hari. Sesak
berulang berlangsung sejak 1 tahun yang lalu. Klien punya ventolin spray
tapi masih bingung menggunakan.
d. Riwayat Lingkungan
Polusi: debu
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
17/26
e. Pola Tidur-Istirahat
Tidur malam
-Kesulitan: sering terbangun tengah malam hari
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital : - Tekanan darah: 120/80 mmHg
- Suhu : -
- Nadi : 120 x/menit
- RR : 40x /menit
2) Kepala dan Leher
a. Mata : tidak ada kontak mata
b. Hidung : pernafasan cuping hidung (+)
c. Mulut dan tenggorokan : dahak warna putih kental dan sulit
dikeluarkan
3) Thorak dan Dada
Paru
Auskultasi: wheezing (+) di seluruh lapang paru
g. Kesimpulan
Klien menderita asma berat, perlu intervensi khusus dan kontinyu agar
tidak memperparah kondisinya dan perlu didukung juga dengan
pemeriksaan diagnostik untuk mengetahui secara pasti kondisi organ paru,
serta dibutuhkan juga peran keluarga karena klien masih dalam usia anak-
anak.
2. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Keperawatan
Data Subjektif:
- Sesak nafas
disertai batuk
berdahak
warna putih
kental dan
Faktor Ekstrinsik
Alergen
Pengaktifan sel mast sbg respon
imun
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
18/26
sulit
dikeluarkan
- Klien cemas
dg kondisinya
- Sesak nafas
sejak 4 hari yg
lalu krn debu
- Sesak
berulang sejak
1 tahun yg lalu
Data Objektif:
- Pemeriksaan
fisik perawat
didapatkanklien tampak
sesak, cemas,
tdk ada kontak
mata
- Nadi: 120x/
menit
- RR:40x/ menit
- Wheezing di
lapang paru
(makrofag, eosinofil, limfosit)
Pengaktifan mediator kimiawi
(serotonin, bradikinin, histamine)
Edema bronkus, skresi mucus
meningkat, bronkospasme,
inflamasi
Hiperresponsif jalan nafas
Penyempitan jalan nafas
Mukosa saluran nafas menebal
Penyempitan lumen
Batuk bersputum
Peningkatan produksi sputum
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
Data Subjektif:
- Sesak nafas
sejak 4 hari yg
lalu krn debu
- Sesak
berulang sejak
1 tahun yg lalu
Data Objektif:
- Pemeriksaan
fisik perawat
didapatkan
klien tampak
sesak.
- Nadi: 120x/
menit
- RR: 40x/
menit
- Nafas cuping
Faktor Ekstrinsik
Alergen
Pengaktifan sel mast sbg respon
imun (makrofag, eosinofil,
limfosit)
Pengaktifan mediator kimiawi
(serotonin, bradikinin, histamine)
Edema bronkus, skresi mucus
meningkat, bronkospasme,
inflamasi
Hiperresponsif jalan nafas
Penyempitan jalan nafas
Ketidakefektifan
pola nafas
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
19/26
hidung (+)
Hipersekresi mukus dalam
rongga jalan nafas
Sesak nafas dlm batuk
bersputum
Pemasukan oksigen inadekuat
Ketidakefektifan Pola Nafas
Data Subjektif:
- Klien cemas
dg kondisinya- Sesak nafas
berulang sejak
1 tahun yg lalu
- Klien
mengeluh
sering
terbangun
tengah malam
hariData Objektif:
- Pemeriksaan
fisik perawat
didapatkan
klien tampak
sesak, cemas,
tidak ada
kontak mata
- Nadi: 120x/
menit
- RR: 40x/
menit
Faktor Ekstrinsik
Alergen
Pengaktifan sel mast sbg respon
imun (makrofag, eosinofil,
limfosit)
Pengaktifan mediator kimiawi
(serotonin, bradikinin, histamine)
Edema bronkus, skresi mucusmeningkat, bronkospasme,
inflamasi
Hiperresponsif jalan nafas
Penyempitan jalan nafas
Kompensasi tubuh untuk
mendapatkan suplai yg cukup ke
jaringan menurun
kontraksi otot pernafasan
Metabolisme tubuh meningkat
Pengeluaran energy berlebihan
Cadangan energy berkurang
Ansietas
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
20/26
Metabolisme ke jaringan
terhambat
Kelemahan dan kelelahan otot
Dispnea, wheezing, batuk,
sputum
Perubahan status kesehatan klien
Proses hospitaliasasi
Kurangnya informasi klien dan
keluarganya tentang penyakitnya
Stressor psikologis bagi kliendan
keluarga
Ansietas
3. Diagnosis
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus dalam
jumlah berlebihan
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan
3) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4. Intervensi
Diagnosa Tujuan/
Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
Ketidakefekti
fan bersihan
jalan nafas
berhubungan
dengan
mukus dalam
Tujuan: Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24 jam
diharapkan
1) Berikan posisi
yg nyaman
missal,
peninggian
tempat tidur,
duduk pd
1) Mmpermudah
fungsi
pernapasan dg
menggunakan
gravitasi
menurunkan
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
21/26
jumlah
berlebihan
bersihan jalan
nafas kembali
efektif.
Kriteria hasil:
-Tidak batuk
-Tidak ada secret
-Tidak sesak
-Tidak cemas
-Nadi normal
(70-100x/ menit)
-RR normal (20-
25x / menit)
-Tidak ada
wheezing
sanadaran tempat
tidur.
2) Ajarkan klien
batuk efektif dan
jika tidak bisa
lakukan drainage
postural dan
perkusi posterior
3) Jauhkan dari
faktor resiko
lingkungan
allergen seperti
debu, asap,
rokok, dll
4) Ajarkan latihan
napas abdomen/
pursed lips
breathing
5) Pantau TTV
klien secaraberkala
6) Kolaborasi
- Bronkodilator
kelemahan
otot dan bisa
sbg ekspansi
dada.
2) Membuang
banyaknya
secret kental
dan
memperbaiki
ventilasi
segmen dasar
paru.
3) Agar tidak
memperparah
kondisi pasien
4) Mengajarkan
cara
mengatasi dan
mengontrol
dispnea
5) Mengetahui
kondisi klien,mmpertahank
n agar tetap
berada dalam
rentang
normal
6) Kolaborasi
- Merilekskan
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
22/26
(missal, agonis
beta-2,
epinefrin,
albuterol)
- Kromolin
otot halus,
menurunkan
kongesti
local dan
mengi.
- Menurunkan
inflamasi
jalan napas
local
terutama
pada anak-
anak.
Ketidakefekti
fan pola
nafas
berhubungan
dengan
keletihan
otot
pernafasan
Tujuan: Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24 jam
frekuensi nafas
klien normal.
Kriteria hasil:
-Tidak sesak
-Nadi normal
(70-100x/ menit)
-RR normal (20-
25x / menit)-Nafas cuping
hidung (-)
1) Pantau TTV
klien secara
berkala
2) Berikan posisi
yg nyaman
missal,
peninggian
tempat tidur,
duduk pdsanadaran
tempat tidur.
3) Jauhkan dari
faktor resiko
1) Mengetahui
kondisi klien
dan
mempertahan
kan agar tetap
berada dalam
retang normal
2) Mempermuda
h fungsi
pernapasan
dg
menggunakan
gravitasimenurunkan
kelemahan
otot dan bisa
sbg ekspansi
dada.
3) Agar tidak
memperparah
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
23/26
lingkungan
allergen seperti
debu, asap,
rokok, dll
4) Ajarkan latihan
napas abdomen/
pursed lips
breathing
5) Libatkan
keluarga untuk
menciptakan
lingkungan yg
nyaman
kondisi
pasien
4) Mengajarkan
cara
mengatasi
dan
mengontrol
dispnea
5) Support
system sbg
usaha
pemulihan
kondisi klien
Ansietas
berhubungan
dengan
perubahan
status
kesehatan
Tujuan: Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
klien tidak
cemas.
Kriteria hasil:
-Tidak sesak
-Tidak cemas-Tidak insomnia
-Respon reaktif
mata
-Nadi normal
(70-100x/ menit)
-RR normal (20-
25x / menit)
1) Identifikasi
tingkat
kecemasan
klien
2) Ajarkan teknik
relaksasi dan
distraksi
3) Berikan
informasi
1) Mengetahui
penyebab
kecemasan
untuk
menentukan
intervensi
selanjutnya
2) Mengurangi
kecemasan
danmengalihkan
perhatian
klien ke hal
yg lebih
positif
3) Memperbaiki
status
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
24/26
tentang
pengobatan, dan
perawatan yg
dilakukan pada
klien
4) Kolaborasi
farmakologis
antidepressant
jika perlu
psikologis
klien krn
takut tidak
tahu terkait
penyakit
yang diderita
4) Diberikan
jika status
psikologis
klien
semakin
memburuk
akibat
ketakutan
yang
berlebihan.
5. Evaluasi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus dalam
jumlah berlebihan
-Tidak batuk
-Tidak ada secret
-Tidak sesak
-Tidak cemas
-Nadi normal (70-100x/ menit)-RR normal (20-25x / menit)
-Tidak ada wheezing
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
-Tidak sesak
-Nadi normal (70-100x/ menit)
-RR normal (20-25x / menit)
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
25/26
-Nafas cuping hidung (-)
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
-Tidak sesak
-Tidak cemas
-Tidak insomnia
-Respon reaktif mata
-Nadi normal (70-100x/ menit)
-RR normal (20-25x / menit)
-
7/30/2019 92809080-askep-asma
26/26
DAFTAR PUSTAKA
Muchid, dkk. 2007.Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas Dan Klinik Depkes RI:http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceutical/ASMA.pdf
Tanjung, Dudut. 2003.Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. USU digital library:
http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf
NANDA Internasional. 2010. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
20092011. Jakarta: EGC
Dongoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Corwin. 2009.Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan
Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
Sylvia, A. Dan L. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
Rengganis, Iris. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkhial. Majalah
Kedokteran Indonesia, Vol: 58 No: 11
DEPKES RI. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Mansjoer, arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1. Jakarta:
Media Aesculapius
Arnold, Gary J et al. 2001.Handbook of Pathophysiology. Springhouse eBooks
Harrison, Tinsley R. 2005.Priciples of Internal Medicine. McGraw-Hill eBooks
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Brunner & Suddarths Textbook of Medical-Surgical
Nursing 10th. eBooks
Williams, Linda S. dan Paula D. Hopper. 2007. Understanding Medical Surgical
Nursing third edition. F.A Davis eBooks