90146678 referat tan3 periodik paralisis hipokalemi 13-4-12
TRANSCRIPT
Lab/SMF Ilmu Penyakit SarafFakultas KedokteranUniversitas Mulawarman RSUD AW. Sjahranie
REFERAT
PERIODIK PARALISIS HIPOKALEMIA
Dipresentasikan pada,
Oleh
Dwi Tantri S.P.05.48852.00253.09
Pembimbingdr. Susilo Siswonoto, Sp.S
LAB/SMF ILMU PENYAKIT SARAFFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN RSUD AW. SJAHRANIE
SAMARINDA2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Periodik paralisis merupakan kelainan pada membran yang sekarang ini
dikenal sebagai salah satu kelompok kelainan penyakit chanellopathies pada otot
skeletal. Kelainan ini dikarakteristikkan dengan terjadinya suatu episodik
kelemahan tiba-tiba yang disertai gangguan pada kadar kalium serum. Periodik
paralisis ini dapat terjadi pada suatu keadaan hiperkalemia atau hipokalemia.
Periodik paralisis hipokalemi (HypoPP) merupakan sindrom klinis yang
jarang terjadi tetapi berpotensial mengancam jiwa. Insidensinya yaitu 1 dari
100.000.1,2 HypoPP banyak terjadi pada pria daripada wanita dengan rasio 3-4 :
1.2,3 Usia terjadinya serangan pertama bervariasi dari 1-20 tahun, frekuensi
serangan terbanyak di usia 15-35 tahun dan kemudian menurun dengan
peningkatan usia.2
Sindroma paralisis hipokalemi ini disebabkan oleh penyebab yang
heterogen dimana karakteristik dari sindroma ini ditandai dengan hipokalemi dan
kelemahan sistemik yang akut. Kebanyakan kasus terjadi secara familial atau
disebut juga hipokalemi periodik paralisis primer. 2,4
Bila gejala-gejala dari sindroma tersebut dapat dikenali dan diterapi secara
benar maka pasien dapat sembuh dengan sempurna.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Periodik paralisis hipokalemia adalah kelainan yang ditandai dengan kadar
kalium (kalium) yang rendah (kurang dari 3.5 mmol/L) pada saat serangan,
disertai riwayat episode kelemahan sampai kelumpuhan otot skeletal. Pada
hipokalemia sedang kadar kalium serum 2,5-3 mEq/L, dan hipokalemia berat
kadar kalium serumnya kurang dari 2,5 mEq/L. 4
2.2. Kalium
Kalium memiliki fungsi mempertahankan membran potensial elektrik
dalam tubuh dan menghantarkan aliran saraf di otot. Kalium mempunyai peranan
yang dominan dalam hal eksitabilitas sel, terutama sel otot jantung, saraf, dan otot
lurik. 3
Kalium mempunyai peran vital di tingkat sel dan merupakan ion utama intrasel.
Ion ini akan masuk ke dalam sel dengan cara transport aktif, yang memerlukan
energi. Fungsi kalium akan nampak jelas bila fungsi tersebut terutama berhubungan
dengan aktivitas otot jantung, otot lurik, dan ginjal. Eksitabilitas sel sebanding dengan
rasio kadar kalium di dalam dan di luar sel. Berarti bahwa setiap perubahan dari rasio
ini akan mempengaruhi fungsi dari sel – sel yaitu tidak berfungsinya membrane sel
yang tidak eksitabel, yang akan menyebabkan timbulnya keluhan – keluhan dan
gejala – gejala sehubungan dengan tidak seimbangnya kadar kalium3,4
Kadar kalium normal intrasel adalah 135 – 150 mEq/L dan ekstrasel adalah 3,5
– 5,5 mEq/L. Perbedaan kadar yang sangat besar ini dapat bertahan, tergantung pada
metabolisme sel. Dengan demikian situasi di dalam sel adalah elektronegatif dan
terdapat membrane potensial istirahat kurang lebih sebesar -90 mvolt.
2.3. Etiologi dan Patofisiologi
Hipokalemia dapat terjadi karena adanya, misalnya:
a. Setelah olah raga
Pada saat olah raga jaringan melepaskan kalium yang meningkatkan
konsentrasi lokal kalium. Hal ini menyebabkan vasodilatasi pembuluh
darah, dimana hal tersebut akan menghalangi treshold sistemik dari kalium
3
itu sendiri akibat vasodilatasi pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan
kerusakan sel dan rhabdomiolisis.
b. hiperinsulin
Insulin juga dapat mempengaruhi kelainan ini pada banyak penderita,
karena insulin akan meningkatkan aliran kalium ke dalam sel. Pada saat
serangan akan terjadi pergerakan kalium dari cairan ekstra selular masuk ke
dalam sel, sehingga pada pemeriksaan kalium darah terjadi hipokalemia.5
c. obat
Kalium bisa hilang lewat urin karena beberapa alasan. Yang paling sering
adalah akibat penggunaan obat diuretik tertentu yang menyebabkan ginjal
membuang natrium, air dan kalium dalam jumlah yang berlebihan. Obat-
obatan asma (albuterol, terbutalin dan teofilin), meningkatkan perpindahan
kalium ke dalam sel dan mengakibatkan hipokalemia. Tetapi pemakaian
obat - obatan ini jarang menjadi penyebab tunggal terjadinya hipokalemia.4
d. sindroma Cushing
4
Pada sindroma Cushing, kelenjar adrenal menghasilkan sejumlah besar
hormon kostikosteroid termasuk aldosteron. Aldosteron adalah hormon
yang menyebabkan ginjal mengeluarkan kalium dalam jumlah besar. 4
e. asupan yang kurang
Hipokalemia jarang disebabkan oleh asupan yang kurang karena kalium
banyak ditemukan dalam makanan sehari-hari.4 Asupan K+ normal adalah
40—120 mmol/hari. Umumnya ini berkurang pada pasien bedah yang sudah
anoreksia dan tidak sehat. 3
f. Kehilangan kalium
Ginjal yang normal dapat menahan kalium dengan baik. Jika konsentrasi
kalium darah terlalu rendah, biasanya disebabkan oleh ginjal yang tidak
berfungsi secara normal atau terlalu banyak kalium yang hilang melalui
saluran pencernaan (karena diare, muntah, menstruasi). 4
g. kelainan genetik otosomal dominan
Hipokalemia periodik paralisis (HypoPP) merupakan bentuk umum dari
kejadian periodik paralisis yang diturunkan. Dimana kelainan ini diturunkan
secara autosomal dominan. 3,4 Dari kebanyakan kasus pada periodik paralisis
hipokalemi terjadi karena mutasi dari gen reseptor dihidropiridin pada
kromosom 1q. Reseptor ini merupakan calcium channel yang bersama
dengan reseptor ryanodin berperan dalam proses coupling pada eksitasi-
kontraksi otot.4,5 Fontaine et.al telah berhasil memetakan mengenai lokus
gen dari kelainan HypoPP ini terletak tepatnya di kromosom 1q2131.
Dimana gen ini mengkode subunit alfa dari L-type calcium channel dari otot
skeletal secara singkat di kode sebagai CACNL1A3. Mutasi dari
CACNL1A3 ini dapat disubsitusi oleh 3 jenis protein arginin (Arg) yang
berbeda, diantaranya Arg-528-His, Arg-1239-His, dan Arg-1239-Gly. Pada
Arg-528-His terjadi sekitar 50 % kasus pada periodik paralisis hipokalemi
familial dan kelainan ini kejadiannya lebih rendah pada wanita dibanding
pria. 1,3 Pada wanita yang memiliki kelainan pada Arg-528-His dan Arg-
1239-His sekitar setengah dan sepertiganya tidak menimbulkan gejala
klinis.1
5
Sinyal listrik pada otot skeletal, jantung, dan saraf merupakan suatu alat
untuk mentransmisikan suatu informasi secara cepat dan jarak yang jauh.
Kontraksi otot skeletal diinisiasi dengan pelepasan ion kalsium oleh retikulum
sarkoplasma, yang kemudian terjadi aksi potensial pada motor end-plate yang
dicetuskan oleh depolarisasi dari transverse tubule (T tubule). Ketepatan dan
kecepatan dari jalur sinyal ini tergantung aksi koordinasi beberapa kelas voltage-
sensitive kanal ion. Mutasi dari gen dari kanal ion tersebut akan menyebabkan
kelainan yang diturunkan pada manusia. Dan kelainannya disebut chanelopathies
yang cenderung menimbulkan gejala yang paroksismal : miotonia atau periodik
paralisis dari otot-oto skeletal. Defek pada kanal ion tersebut dapat menyebabkan
hipokalemia namun mekanismenya belum diketahui, defek ini dapat
meningkatkan eksitasi elektrik suatu sel, menurunkan kemampuan eksitasi,
bahkan dapat menyebabkan kehilangan kemampuan eksitasi. Dan kehilangan dari
eksitasi listrik pada otot skeletal merupakan kelainan dasar dari periodik paralisis.3
2.4. Gejala Klinis
Gejala biasanya muncul pada kadar kalium <2,5 mEq/L. Sebagai gejala
klinis dari periodik paralisis hipokalemi ini ditandai dengan: 3,5
a. Mual dan muntah
b. Diare
c. Poliuria
d. fatigue
dapat menjadi gejala awal yang timbul sebelum serangan namun hal ini
tidak selalu diikuti dengan terjadinya serangan kelemahan.
e. Nyeri otot/kram
f. kelemahan otot-otot skeletal
Distribusi kelemahan otot dapat bervariasi. Kelemahan pada tungkai
biasanya terjadi lebih dulu daripada lengan, dapat juga terjadi sebaliknya
dimana kelemahan lebih dulu terjadi pada lengan yang kemudian diikuti
kelemahan pada kedua tungkai. Otot-otot lain yang jarang sekali lumpuh
diantaranya otot-otot dari mata, wajah, lidah, pharing, laring, diafragma,
namun pada kasus tertentu kelemahan ini dapat saja terjadi.
6
g. tidak ada gangguan dari sensoris ataupun kognitif yang berhubungan dengan
kadar kalium yang rendah di dalam darah
h. jantung berdebar-debar
2.5. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
a. Refleks tendon menurun
b. Kelemahan anggota gerak
c. Kekuatan otot menurun
d. Rasa sensoris masih baik
e. Aritmia jantung
2.6. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
1. Kadar elektrolit serum dan urin
- Konsentrasi kalium serum pada 3,0-3,5 mEq/L berhubungan dengan
suatu keadaan klinis seperti kelemahan otot ringan, fatigue, dan
mialgia.6
- Pada konsentrasi serum kalium 2,5-3,0 mEq/L kelemahan otot
menjadi lebih berat terutama pada bagian proximal dari tungkai.
- Ketika serum kalium turun hingga dibawah dari 2,5 mEq/L maka
dapat terjadi kerusakan struktural dari otot, termasuk rhabdomiolisis
dan miogobinuria.
2. Fungsi ginjal
3. Kadar glukosa darah
pengambilan glukosa darah ke dalam sel menyebabkan kalim berpindah
dari luar sel (darah) ke dalam sel-sel tubuh
4. pH darah
dibutuhkan untuk menginterpretasikan K+ yang rendah.
- Alkalosis biasa menyertai hipokalemia dan menyebabkan pergeseran
K+ ke dalam sel.
- Asidosis menyebabkan kehilangan K+ langsung dalam urin.
5. Hormon tiroid: T3,T4 dan TSH
untuk menyingkirkan penyebab sekunder hipokalemia.
7
b. EKG
c. EMG (Elektromiografi)
2.7. Penatalaksanaan
a. Koreksi hipokalemia
defisit (mEq) = 4.0 – [K+] × 100
o Rute
- Oral. KCL merupakan suplemen oral yang efektif. Dapat diberikan
sebagai liquid ( rasanya tidak enak) atau pil. Kalium yang terdapat
pada makanan kurang begitu efektif dibanding suplemen KCL oral.
- IV. Dapat secara cepat meningkatkan kadar kalium. Mudah
diberikan. Dapat mengiritasi vena. Perlu hati-hati dalam
memberikannya.
o Dosis
8
normal
Mild hipokalemia
severe hipokalemia
- Oral. Perlu dibatasi hingga 40 mEq dalam 4-6 jam.
- IV.1 0 mEq per Jam dengan peripheral lines and 20 mEq perjam
dengan central lines.
b. Koreksi Magnesium
Hipokalemia tidak dapat dikoreksi apabila konsentrasi magnesium rendah,
sehingga perlu juga diperiksa kadar magnesium. Peran magnesium dalam
fungsi seluler adalah berperan dalam pertukaran ion kalsium, natrium dan
kalium transmembran pada fase depolarisasi dan repolarisasi, melalui aktivasi
enzim Ca-ATPase dan Na-ATPase. Defisiensi Mg akan menurunkan
konsentrasi kalium dalam sel dan meningkatkan konsentrasi Na dan Ca dalam
sel yang pada akhirnya mengurangi ATP intraseluler, sehingga Mg dianggap
sebagai stabilisator membrane sel. Magnesium juga merupakan regulator dari
berbagai kanal ion. Konsentrasi Mg yang rendah intraseluler membuat kalium
keluar sel sehingga mengganggu konduksi dan metabolisme sel. Pada pasien
dengan hipomagnesium, monitoring untuk serum magnesium yang ingin
dicapai adalah antara 2 – 4 mmol/liter.
9