86540339 referat flour albus

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fluor albus (leukorea, keputihan) merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah haid. Keputihan (fluor albus) ada yang fisiologik (normal) dan ada yang patologik (tidak normal). Keputihan tidak merupakan penyakit melainkan salah satu tanda dan gejala dari suatu penyakit organ reproduksi wanita (Ramayanti, 2004). Fluor albus dapat dibedakan yang fisiologik dan patologik. Lebih dari sepertiga pasien yang berobat mengeluh adanya fluor albus dan lebih dari 80% diantaranya adalah yang patologis (Aulia, 2001). Fluor albus yang patologis diakibatkan oleh infeksi alat reproduksi bagian bawah atau pada daerah yang lebih proksimal, yang bisa disebabkan oleh infeksi Gonokokus, Trikomonas, Klamidia, Treponema, Kandida, Human papiloma virus, dan herpes genitalis (Koneman, 1992). Penularannya dapat terjadi melalui hubungan seksual (Hutabarat, 1999). Fluor albus juga dapat disebabkan oleh neoplasma/keganasan, benda asing, menopause, dan erosi. Fluor albus fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir, saat menars, saat ovulasi, karena rangsang seksual, kehamilan, mood/stress, penggunaan kontrasepsi hormonal, pembilasan vagina yang 1

Upload: novitri-anggraeni

Post on 10-Aug-2015

79 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: 86540339 Referat Flour Albus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fluor albus (leukorea, keputihan) merupakan gejala keluarnya cairan dari

vagina selain darah haid. Keputihan (fluor albus) ada yang fisiologik (normal) dan

ada yang patologik (tidak normal). Keputihan tidak merupakan penyakit

melainkan salah satu tanda dan gejala dari suatu penyakit organ reproduksi wanita

(Ramayanti, 2004).

Fluor albus dapat dibedakan yang fisiologik dan patologik. Lebih dari

sepertiga pasien yang berobat mengeluh adanya fluor albus dan lebih dari 80%

diantaranya adalah yang patologis (Aulia, 2001). Fluor albus yang patologis

diakibatkan oleh infeksi alat reproduksi bagian bawah atau pada daerah yang lebih

proksimal, yang bisa disebabkan oleh infeksi Gonokokus, Trikomonas, Klamidia,

Treponema, Kandida, Human papiloma virus, dan herpes genitalis (Koneman,

1992).

Penularannya dapat terjadi melalui hubungan seksual (Hutabarat, 1999).

Fluor albus juga dapat disebabkan oleh neoplasma/keganasan, benda asing,

menopause, dan erosi. Fluor albus fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir,

saat menars, saat ovulasi, karena rangsang seksual, kehamilan, mood/stress,

penggunaan kontrasepsi hormonal, pembilasan vagina yang rutin (Aulia, 2001).

Penelitian secara epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang

wanita mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak

mengenal tingkat pendidikan, ekonomi dan sosial budaya, meskipun kasus ini

lebih banyak dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi

yang rendah.

Fluor albus juga sering merupakan komplikasi yang dikeluhkan oleh

penderita DM dan pemakai kortikosteroid atau antibiotik dalam waktu lama.

Masalah fluor albus ini bagi wanita terasa sangat mengganggu baik dalam

kehidupan sehari-hari maupun hubungan dengan para suami. Rasa tidak nyaman,

ketidaktentraman bekerja, rasa rendah diri, cemas akan kemungkinan kanker,

publikasi atau crita tetangga atau teman dari kantor tetantang akibat adanya fluor

1

Page 2: 86540339 Referat Flour Albus

albus ini menyebabkan sebagian kecil wanita meminta pertolongan pada seorang

dokter tetapi sebagian lagi berusaha mencari kesembuhan dengan pengobatan

tradisional seperti dibasuh dengan air sirih dan minum ramuan jamu.

Etiologi fluor albus sampai sekarang masih sangat bervariasi sehingga

disebut multifaktorial. Faktor-faktor tersebut mengharuskan seorang dokter

meningkatkan ketajaman dalam pemeriksaan pasien, analisis penyebab serta

memberikan terapi atau tindakan yang sesuai. Fluor albus dapat dijumpai pada

wanita dengan diagnosa vulvitis, vagitis, servisitis, endometritis, dan adneksitis.

Mikroorganisme patologis dapat memasuki traktus genitalia wanita dengan

berbagai cara, misalnya seperti senggama, trauma atau perlukaan pada vagina dan

serviks, benda asing, alat-alat pemeriksaan yang tidak steril, pada saat persalinan

dan abortus (Candran, 2002).

1.2 Batasan Masalah

Referat ini membahas tentang definisi, etiologi, fisiologi, epidemiologi,

patogenesis, patofisiologi, manifestasi klinis dan penatalaksanaan penyakit fluor

albus.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Memahami definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis,

penatalaksanaan dan prognosis penyakit fluor albus.

2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.

3. Memenuhi salah satu persayaratan kelulusan Kepaniteraan Klinik di

Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin Fakultas Kedokteran Universitas

Islam Malang RSUD Kanjuruhan Kepanjen Malang.

1.4 Metode Penulisan

Referat ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan dengan mengacu

kepada beberapa literatur.

2

Page 3: 86540339 Referat Flour Albus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah bukanlah suatu

penyakit melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital

yang berlebihan dan bukan merupakan darah. Dalam kondisi normal, kelenjar

pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan

bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu

sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina

yang normal. Vagina merupakan organ berbentuk yang panjangnya berkisar 8-10

cm, berdinding tipis dan elastis yang ditutupi epitel gepeng berlapis pada

permukaan dalamnya. Lapisan epitel vagina tidak mempunyai kelenjar dan folikel

rambut, dinding depan dan dinding belakang saling bersentuhan.

Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh

untuk membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi.

Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau

berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak

mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina

meliputi Corinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus, Gardnerella,

Mobiluncuc, Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan dengan pH asam

memberikan fungsi perlindungan yang dihasilkan oleh Lactobacillus Doderlin.

Fluor albus merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita

ginekologik. Dapat dibedakan antara fluor albus yang fisiologik dan yang

patologik. Fluor albus fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa

mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang sedang pada

fluor albus patologik terdapat banyak leukosit.

Penyebab paling penting dari fluor albus patologik ialah infeksi. Disini

cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan

sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks

dan kavum uteri dapat menyebabkan fluor albus patologik, pada adneksitis gejala

tersebut dapat pula timbul. Fluor albus juga ditemukan pada neoplasma jinak atau

3

Page 4: 86540339 Referat Flour Albus

ganas, apabila tumor tersebut sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran

alat-alat genital.

2.2 Epidemiologi

Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi

perempuan yang mengalami fluor albus bervariasi antara 1 -15 % dan hampir

seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu

gejala penyakit dapat terjadi pada semua umur. Seringkali fluor albus merupakan

indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan indikasi dari servisitis tetapi

kadang kedua-duanya muncul bersamaan.

Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah Trikomoniasis,

Vaginosis bacterial, dan Kandidiasis. Sering penyebab noninfeksi dari vaginitis

meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia. Servisitis sendiri disebabkan

oleh Gonore dan Klamidia. Prevalensi dan penyebab vaginitis masih belum pasti

karena sering didiagnosis dan diobati sendiri. Selain itu vaginitis seringkali

asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu penyebab.

2.3 Etiologi

Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada

daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan

anterior vagina.

Fluor albus fisiologik ditemukan pada :

a) Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah

pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.

b) Janin saat menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Fluor albus

disini hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang

tuanya.

c) Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,

disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.

d) Ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih

encer.

e) Kehamilan

f) Stres, kelelahan

g) Pemakaian Kontrasepsi Hormonal

4

Page 5: 86540339 Referat Flour Albus

h) Pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita

dengan penyakit menahun, dan pada wanita dengan ektropion porsionis

uteri.

Sedangkan fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh:

1. Infeksi

a. Bakteri :

1. Gonococcus

Cairan yang keluar dari vagina pada infeksi ini yang lebih

dikenal dengan nama gonorrhea ini berwarna kekuningan yang

sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang

mengandung Neisseria gonorrhea berbentuk pasangan dua-dua

seperti biji kopi pada sitoplasma sel. Gambaran tersebut dapat

terlihat pada pemeriksaan Pap Smear, tetapi biasanya bakteri ini

diketahui pada pemeriksaan sedian apus dengan pewarnaan Gram.

Bakteri ini mudah mati bila terkena sabun, alkohol, deterjen, dan

sinar matahari. Cara penularan penyakit ini adalah dengan

senggama.

2. Chlamidia trachomatis

Bakteri ini sering menyebabkan penyakit mata yang dikenal

dengan penyakit traukoma. Bakteri ini juga dapat ditemukan pada

cairan vagina dan terlihat melalui mikroskop setelah diwarnai

dengan pewarnaan Giemsa. Bakteri ini membentuk suatu badan

inklusi yang berada dalam sitoplasma sel-sel vagina. Pada

pemeriksaan Pap Smear sukar ditemukan adanya perubahan sel

akibat infeksi clamidia ini karena siklus hidupnya tidak mudah

dilacak.

3. Gardanerrella vaginalis

Gardanerrella menyebabkan peradangan vagina yang tidak

spesifik dan kadang dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme

normal dalam vagina karena seringnya ditemukan. Bakteri ini

biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk

bentukan khas dan disebut clue cell. Gardanerrella menghasilkan

5

Page 6: 86540339 Referat Flour Albus

asam amino yang diubah menjadi senyawa amin yang

menimbulkan bau amis seperti ikan. Cairan vagina tampak

berwarna keabu-abuan.

4. Treponema Pallidum

Bakteri ini merupakan penyebab penyakit sifillis. Pada

perkembangan penyakit dapat terlihat sebagai kutil-kutil kecil di

vulva dan vagina yang disebut kondiloma lata. Bakteri berbentuk

spiral dan tampak bergerak aktif pada pemeriksaan mikroskopis

lapangan gelap.

b. Jamur

Candida albicans

Cairan yang dikeluarkan biasanya kental, berwarna putih susu

seperti susu pecah, dan sering disertai gatal, vagina tampak kemerahan

akibat proses peradangan. Dengan KOH 10% tampak sel ragi

(blastospora) dan hifa semu. Beberapa keadaan yang dapat merupakan

tempat yang subur bagi pertumbuhan jamur ini adalah kehamilan,

diabetes mellitus, pemakai pil kontrasepsi. Pasangan penderita juga

biasanya akan menderita penyakit jamur ini. Keadaan yang saling

menularkan antara pasangan suami-istri disebut sebagai phenomena

ping-pong.

c. Parasit

Trichomonas vaginalis

Parasit ini berbetuk lonjong dan mempuyai bulu getar dan dapat

bergerak berputar-putar dengan cepat. Gerakan ini dapat dipantau

dengan mikroskop. Cara penularan penyakit ini dengan senggama.

Walaupun jarang dapat juga ditularkan melalui perlengkapan mandi,

seperti handuk atau bibir kloset. Cairan yang keluar dari vagina

biasanya banyak, berbuih menyerupai air sabun dan berbau. Fluor

albus oleh karena parasit ini tidak selalu gatal, tetapi vagina tampak

kemerahan dan timbul rasa nyeri bila ditekan atau perih saat berkemih.

Pada pria sering tanpa gejala sehingga mereka tidak menyadari dan

6

Page 7: 86540339 Referat Flour Albus

menularkan pada istri atau pasangannya.

d. Virus

1. Virus Herpes

Virus herpes yang paling sering adalah virus herpes

simpleks tipe 2 yang juga merupakan penyakit yang ditularakan

melalui senggama. Pada awal infeksi tampak kelainan kulit seperti

melepuh seperti terkena air panas yang kemudian pecah dan

meimbulkan lka seperti borok. Pasien merasa kesakitan.

2. Human Papilloma Virus

Human Papilloma Virus meruapakn penyebab dari

kondiloma akuminata. Kondiloma ditandai dengan tumbuhnya

kutil-kutil yang kadang sangat banyak dan dapat bersatu

membentuk jengger ayam berukuran besar. Cairan di vagina sering

berbau tanpa rasa gatal. Penyakit ini ditularkan melalui senggama

dengan gambaran klinis menjadi lebih burukbila disertai gangguan

system imun tubuh seperti pada kehamilan, pemakain steroid yang

lama seperti pada pasien dengan gagal ginjal atau setelah

transplantasi ginjal, serta penderita HIV AIDS.

2. Iritasi :

a. Sperma, pelicin, kondom

b. Sabun cuci dan pelembut pakaian

c. Deodorant dan sabun

d. Cairan antiseptic untuk mandi.

e. Pembersih vagina.

f. Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat

g. Kertas tisu toilet yang berwarna.

3. Tumor atau jaringan abnormal lain

Tumor atau kanker akan menyebabkan fluor albus patologis akibat

7

Page 8: 86540339 Referat Flour Albus

gangguan pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga

menyebabkan sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah

rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya

pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan O2 pada

sel tumor atau kanker tersebut.

Pada keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan yang

banyak dan berbau busuk akibat terjadinya proses pembusukan tersebut

dan sering kali disertai adanya darah yang tidak segar.

4. Benda asing

Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda

tertentu yang dipakai sewaktu senggama, adanya cincin pesarium yang

digunakan wanita dengan prolapsus uteri dapat merangsang pengeluaran

caian vagina secara berlebihan. Jika rangsangan ini menimbulkan luka

akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora normal yang

berada dalam vagina sehingga timbul FLUOR albus.

5. Radiasi

6. Fistula

7. Penyebab lain :

a. Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik

b. Tidak diketahui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”

2.4 Patogenesis

Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina

bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan

penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa

perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi

normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina

yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus

menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.

Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang

dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen,

glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus

8

Page 9: 86540339 Referat Flour Albus

menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri patogen. Karena

aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein)

dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-

4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.

Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh

Candida sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan

kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi

kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan

antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang

tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat,

pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi.

Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat

kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena

kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina

dan merupakan media bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang

dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau

sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan

juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.

Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan

progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga

berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.

Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena

pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga

bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan

seksual, stres dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu

pertumbuhan bakteri patogen.

Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat

menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus

acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan

Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya

dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin,

yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga

9

Page 10: 86540339 Referat Flour Albus

merupakan penyebab timbulnya bau pada FLUOR albus pada vaginosis bacterial.

Fluor albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita

tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada

perempuan dengan keadaan umum yang jelek, higiene yang buruk dan pada

perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat.

2.5 Gejala Klinis

Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina

merupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering

kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan

memberikan beberapa gejala fluor albus:

- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.

- Sekret vagina yang bertambah banyak

- Rasa panas saat kencing

- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal

- Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk

Pada infeksi karena Gonokokus, kelainan dapat ditemui adalah orifisium

uretra eksternum merah, edema, dan sekret yang mukopurulen, labia mayora dapat

bengkak, merah dan nyeri tekan. Kadang-kadang kelenjar bartholini ikut

meradang dan terasa nyeri waktu berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan melalui

spekulum terlihat serviks merah dengan erosi dan sekret mukopurulen.

Gambar Klinis : Gonokukos

Pada Trikomonas Vaginalis (Trikomoniasis) dinding vagina tampak merah

10

Page 11: 86540339 Referat Flour Albus

dan sembab. Kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks yang

tampak sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai Strawberry

appreance. Bila sekret banyak dikeluarkan dapat menimbulkan iritasi pada lipat

paha atau sekitar genitalia eksterna. Sekret vagina biasanya sangat banyak,

berwarna kuning kehijauan, dan berbusa/berbuih.

Gambar Klinis : TRIKOMONIASIS/Vaginitis Trikomonal

Pada Gardnerella vaginalis memberikan gambaran vulva dan vagina yang

hiperemis, sekret yang melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan

tipis atau berkilau. Pada pemeriksaan serviks dapat ditemukan erosi yang disertai

lendir bercampur darah yang keluar dari ostium uteri internum.

Gambar Klinis: Gardnerella Vaginalis

Vaginosis bacterial: Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga

kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah

hubungan seksual.

11

Page 12: 86540339 Referat Flour Albus

Gambar Klinis : Vaginosis bacterial

Pada Kandidiasis Vagina dapat ditemukan peradangan pada vulva dan

vagina, gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak.

Pada dinding vagina sering terdapat membran-membran kecil berwarna putih

yang jika diangkat meninggalkan bekas yang agak berdarah. Sekret vagina

menggumpal putih kental.

Gambaran Klinis: Kandidiasis Vaginalis

Pada herpes genitalis akan tampak adanya vesikel-vesikel pada vulva,

labia mayor, labia minora, vagina dan serviks. Pada keadaan lebih lanjut dapat

dilihat adanya ulkus-ulkus pada vagina dan serviks.

12

Page 13: 86540339 Referat Flour Albus

Gambar Klinis : Herpes Genitalis

Pada infeksi klamidia biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang

berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang

abnormal.

Gambaran Klinis: Infeksi Klamidia

Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna kemerahan dengan

permukaan yang tidak licin. Gambaran ini dapat berkembang menjadi granuler,

berbenjol-benjol dan ulseratif disertai adanya jaringan nekrotik. Disamping itu

tampak sekret yang kental berwarna coklat dan berbau busuk.

13

Page 14: 86540339 Referat Flour Albus

Gambaran Klinis: Kanker Cervix

2.6 Diagnosis

Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan Anamnesa, gambaran klinis

dan pemeriksaan penunjang.

- Anamnesis

Dalam anmnesis yang harus diperhatikan adalah:

a. Usia

Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita

atau wanita dewasa, fluor albus yang terjadi mungkin karena kadar

estrogen yang tinggi dan merupakan fluor albus yang fisiologis. Wanita

dalam usia reproduksi harus dipikirkan kemungkinan suatu penyakit

hubungan seksual (PHS) dan penyakit infeksi lainnya. Pada wanita yang

usianya lebih tua harus dipikirkan kemungkinan terjadinya keganasan

terutama kanker serviks.

b. Metode kontrasepsi yang dipakai

Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan

sekresi kelenjar serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya

infeksi jamur. Pemakaian IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi

pada serviks menjadi meningkat.

c. Kontak seksual

Untuk mengantipasi fluor albus akibat PHS seperti Gonorea,

Kondiloma Akuminata, Herpes Genitalis dan sebagainya. Hal yang perlu

14

Page 15: 86540339 Referat Flour Albus

ditanyakan kontak seksual terakhir dan dengan siapa melakukan.

d. Perilaku

Pasien yang tinggal di asrama atau bersama teman-temannya

kemungknan tertular penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya fluor

albus cukup besar. Contoh: kebiasan yang kurang baik tukar menukar alat

mandi atau handuk.

e. Sifat fluor albus

Hal yang harus ditanya adalah jumlah, bau, warna, dan

konsistensinya, keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan sudah

berapa lama kejadian tersebut berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara

detail karena dengan mengetahui hal-hal tersebut dapat diperkirakan

kemungkinan etiologinya.

f. Hamil atau menstruasi

Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi,

karena pada keadaan ini fluor albus yang terjadi adalah fisiologis.

g. Masa inkubasi

Bila fluor albus timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau

pengaruh rangsangan fisik

h. Penyakit yang diderita

i. Penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid.

- Pemeriksaan Fisis dan Genital

Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya

kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, ISK, dan infeksi lainnya yang

mungkin berkaitan dengan fluor albus.

Pemeriksaan khusus yang juga harus dilakukan adalah pemeriksaan

genetalia yaitu meliputi:

Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna

Pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks

Pemeriksaan pelvis bimanual

Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan lender

vagina.

15

Page 16: 86540339 Referat Flour Albus

Dan dapat disesuaikan dari gambaran klinis sehingga dapat diketahui

kemungkinan penyebabnya.

- Pemeriksaan Laboratorium

Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:

a. Pengukuran pH

Penentuan pH dengan kertas indicator (N: 3.0-4.5)

Hasil pengukuran pH cairan vagina

- Pada pH vagina 6.8-8.5 sering disebabkan oleh Gonokokus

- Pada pH vagina 5.0-6.5 sering disebabkan oleh Gardanerrella vaginalis

- Pada pH vagina 4.0-6.8 sering disebabkan candida albican

- Pada pH vagina 4,0-7.5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi

tidak cukup spesifik.

b. Penilaian sedian basah

Penilaian diambil untuk pemeriksaan sedian basah dengan KOH 10%

dan garam fisiologis (NaCl 0.9%). Cairan dapat diperiksa dengan

melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan NaCl 0,9% diatas objek glass

dan sampel kedua di larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass

ditutup dan diperiksa dibawah mikroskop.

- Trikomonas vaginalis akan terlihat jelas dengan NaCl 0.9% sebagai

parasit berbentuk lonjong dengan flagelanya dan gerakannya yang

cepat.

- Candida albicans akan terlihat jelas degan KOH 10% tampak sel ragi

(blastospora) atau hifa semu.

- Vaginitis non spesifik yang disebabkan oleh Gardnerella vaginalis

pada sediaan dapat ditemukan beberapa kelompok basil, lekosit yang

tidak seberapa banyak dan banyak sel-sel epitel yang sebagian besar

permukannya berbintik-bintik. Sel-sel ini disebut clue cell yan

merupakan ciri khas infeksi Gardnerella vaginalis.

c. Perwarnaan Gram

- Neisseria Gonorhoea memberikan gambaran adanya gonokokus intra

dan ekstra seluler.

16

Page 17: 86540339 Referat Flour Albus

- Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang-batang berukuran

kecil gram negative yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan banyak

sel epitel dengan kokobasil, tanpa ditemukan laktobasil.

d. Kultur

Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti,

tetapi seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam

penafsiran.

e. Pemeriksaan serologis

Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes Genitalis

dan Human Papiloma Virus dengan pemeriksaan ELISA.

f. Tes Pap Smear

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan pada

serviks, infeksi Human Papiloma Virus, peradangan, sitologi hormonal,

dan evaluasi hasil terapi.

Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada

tiga dari empat kriteria sebagai berikut, yaitu:

(1) Adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah,

(2) Adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina,

(3) duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu,

(4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.

2.7 Penatalaksanaan

5. Preventif

Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti memakai alat

pelindung, pemakaian obat atau cara profilaksis atau melakukan pemeriksaan

secara dini.

1) Alat pelindung

Memakai alat pelindung terhadap kemungkinan tertularnya PHS

dapat dilakukan dengan menggunakan kondom. Kondom cukup efektif

mencegah terjadinya penularan PHS termasuk AIDS.

17

Page 18: 86540339 Referat Flour Albus

2) Pemakaian obat atau cara profilaksis

Pemakaian antiseptik cair untuk membersihkan vagina pada

hubungan yang dicurigai menularkan penyakit kelamin relative tidak ada

jika tidak disertai dengan pengobatan terhadap microorganism penyebab

penyakitnya. Pemakaian obat antibiotik dengan dosis profilaksis atau dosis

yang tidak tepat juga merugikan karena selain kuman tidak terbunuh juga

terdapat kemungkinan kebal terhadap obat jenis tersebut. Pemakaian obat

yang mengandung estriol baik krem maupun obat minum bermanfaat pada

pasien menaupose dengan gejala yang berat.

3) Pemeriksaan secara dini

Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan melakukan Pap

smear secara berkala. Dengan pemeriksaan Pap smear dapat diamati

adanya perubahan sel-sel normal menjadi kanker yang terjadi berangsur-

angsur, bukan secara mendadak. Kanker leher rahim memberikan gejala

keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung

darah atau hitam serta berbau busuk.

Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim

sebagai tindakan mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan:

1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat

cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.

2. Setia kepada pasangan.

3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar

tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana

dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana

terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada

waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.

4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu

dari arah depan ke belakang.

5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan

karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan

konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih

18

Page 19: 86540339 Referat Flour Albus

vagina.

6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi

pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan

seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak

duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan

kloset sebelum menggunakannya.

6. Kuratif

Fisiologis: Tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan

untuk menghilangkan kecemasannya.

Patologis: Terapi fluor albus harus disesuaikan dengan etiologinya.

a. Bakteri

1. Gonorhoea

- Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau

- Amoksisiklin 3 gr im

- Ampisiillin 3,5 gram im atau Ditambah : - Doksisiklin 2 x

100mg oral selama 7 hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg oral

selama 7 hari

- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

- Tiamfenikol 3,5 gram oral

- Kanamisin 2 gram im

- Ofloksasin 400 mg/oral

- Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase

Seftriaxon 250 mg im atau

Spektinomisin 2 mg im atau

Ciprofloksasin 500 mg oral Ditambah Tetrasiklin 4 x 500

mg oral selama 7 hari

Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

2. Gardnerella vaginalis

- Metronidazole 2 x 500 mg

19

Page 20: 86540339 Referat Flour Albus

- Metronidazole 2 gram dosis tunggal

- Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari

- Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan

3. Klamidia trakomatis

- Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari

- Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral

- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari

- Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama

14hari

- Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari

- Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari

selama 10 hari

4. Treponema Pallidum

Diberikan Benzatin Penisillin G 2.4 juta Unit IM dosis tunggal atau

doksisiklin 2x200mg peroral selama 2 minggu.

b. Jamur

Pada infeksi candida albicans dapat diberikan

Topikal

- Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu

- Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari

- Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari

- Mikostatin 10.000 unit intravaginal selama 14 hari. Untuk

mencegah timbulnya residif tablet vaginal mikostatin ini diberikan

seminggu sebelum haid selama beberapa bulan.

Sistemik

- Itrakonazole 2x200mg peroral dosis sehari.

- Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari

- Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari

20

Page 21: 86540339 Referat Flour Albus

- Nimorazol 2 gram dosis tunggal

- Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal

- Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan

c. Parasit

Pada infeksi Trikomonas vaginalis diberikan metronidazole 3x250mg

peroral selama 10 hari. Karena sering timbul rekurens, maka dalam

terapi harus diperhatikan adanya infeksi kronis yang menyertainya,

pemakaian kondom dan pengobatan pasangannya.

Selain itu juga dapat digunakan sediaan Klotrimazole 1x100mg

intravaginal selam 7 hari.

d. Virus

1. Virus herpes simpleks tipe 2

Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas

- Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari

- Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari

- Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya

infeksi sekunder

2. Human Papiloma Virus

Pemberian vaksinasi mungkin cara pengobatan yang rasional untuk

infeksi virus ini, tetapi vaksin ini masih dalam penelitian.

3. Kondiloma Akuminata

Dapat diobati dengan menggunakan suntikan interferon suatu

pengatur kekebalan. Dapat diberikan obat topical podofilin 25%

atau podofilotoksin 0.5% ditempat dimana kutil berada. Bila

kondiloma berukuran besar dilakukan kauterisasi.

e. Penyebab lain : Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan

psikologi. Desquamative inflammatory vaginitis diberikan antibiotik,

kortikosteroid dan estrogen.

21

Page 22: 86540339 Referat Flour Albus

2.8 Prognosis

Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan

respon terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan

berulang. Dengan perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih

efektif.

BAB III

KESIMPULAN

1. Fluor albus (leukorea, keputihan) merupakan gejala keluarnya cairan dari

vagina selain darah haid.

2. Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah bukanlah suatu

penyakit melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat

genital yang berlebihan dan bukan merupakan darah.

3. Fluor albus: fisiologik (normal) dan patologik (tidak normal).

4. Fluor albus yang patologis diakibatkan oleh infeksi alat reproduksi bagian

bawah atau pada daerah yang lebih proksimal, yang bisa disebabkan oleh

infeksi Gonokokus, Trikomonas, Klamidia, Treponema, Kandida, Human

papiloma virus, dan herpes genitalis.

5. Fluor albus fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir, saat menars, saat

ovulasi, karena rangsang seksual, kehamilan, mood/stress, penggunaan

kontrasepsi hormonal, pembilasan vagina yang rutin.

22

Page 23: 86540339 Referat Flour Albus

6. Penyebab paling penting dari fluor albus patologik adalah infeksi.

7. Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan Anamnesa, gambaran klinis

dan pemeriksaan penunjang.

8. Prefentif: Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti memakai

alat pelindung, pemakaian obat atau cara profilaksis atau melakukan

pemeriksaan secara dini.

9. Kuratif : Pada Fluor albus fisiologis tidak ada pengobatan khusus,

penderita diberi penerangan untuk menghilangkan kecemasannya.

Patologis: Terapi fluor albus harus disesuaikan dengan etiologinya.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Jogjakarta

Anderson, JR. Genital Tract Infections in women. Med Clin North

Am,1995;79;1271-98

Anindita, Wiki. Santi Martini. 2006. Faktor Resiko Kejadian Kandidiasis vaginalis

pada akseptor KB. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNAIR. Surabaya.

Asbil KK. Detection of Neisseria gonorrhoeae and Clamidya trachomatis

Colonitation of the Gravid cerviks. Am J Obstet Gynecol 2000;2;340-6.

Aulia A. Keputihan Suatu Keluhan Pasien dalam Praktek Sehari-hari. 2001.

Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta.

23

Page 24: 86540339 Referat Flour Albus

Chandran, L. Cervicitis. eMedicine Journal 2002;3(4).

Donders GG. Pathogenesis of Abnormal Vagina Bacterial Flora. Am J Obsted

Gynecol 1999;4;872-4

Herman, MJ. Virus pada Penyakit Hubungan Sexual. Maj Kedok Indon

1999;49;457-67

Hutabarat, H. Radang dan Beberapa Penyakit lain pada Alat-Alat Genital Wanita.

1999. Jakarta

Jarvis G.J. The management of gynaecological infections in Obstetric and

Gynaecology A Critical Approach to the Clinical Problems. 1994. Oxford

University Press : Oxford

Koneman, EW. Introduction to microbiology. J Clin Microbiol 1992;4;80-8

Manoe, I.. M.S. M, Rauf, S, Usmany,H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri

dan Ginekologi. 1999. Bagian/SMF Obstetri dn Ginekologi Fakultas

Kedokteran UNHAS RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo : Ujung pandang

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri, R, Wardhani,W.I, Setiowulan, W. Keputihan In.

Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. 2001. Media Aesculapius : Jakarta

Ramayanti. Pola Mikroorganisme Fluor albus Patologis yang disebabkan oleh

Infeksi pada Penderita Rawat Jalan di Klinik. 2004. Tesis/FK

UNDIP;Semarang.

Schwabe, RJ. Asymptomatic bacterial Vaginosis. 2000;6;1643-47

Sianturi, MHR. Keputihan Suatu Kenyataan dibalik Suatu Kemelut. Bagian

Obstetri Ginekologi FKUI, 1996; Jakarta

24

Page 25: 86540339 Referat Flour Albus

Wiggins, R. Test to identify sialides activity in Vaginal Swab from Women with

Bacterial Vaginosis. 2000;38(8);3069-87

Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa

penyakit lain pada alat genital wanita in Ilmu Kandungan. 1999. Edisi

kedua , Cetakan Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo :

Jakarta

Worlath H. Analysis of Bacterial Vaginosis Related Amines in Vaginal Fluid by

Gas Chromatography and Mass Spectrometry. J Clin Microbiol

2000,;39;402-6.

www.google.com. Search : Vaginal discharge, candida albicans. Available at feb 7,

2008.

www.medikaholistik.com. Search : Vaginitis. Available at feb 7, 2008. Penelitian

Parasit dan Bakteri pada Akseptor KB dan Ibu Hamil yang Menderita fluor

Albus

25