54 tenrirawe pengendalian penyakit k.tanah 464 471

8

Click here to load reader

Upload: theodore-johnson

Post on 05-Aug-2015

20 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: 54 TENRIRAWE Pengendalian Penyakit K.tanah 464 471

A.Tenrirawe dan A.H.Talanca : Bioekologi Dan Pengendalian Hama Dan Penyakit Utama Kacang Tanah

BIOEKOLOGI DAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT UTAMA KACANG TANAH

A.Tenrirawe dan A.H.Talanca Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros

ABSTRAK

Teknologi pengelolaan serangga hama dan penyakit kacang tanah Tehnologi tersebut membahas aspek tingkah laku serangga, atribut biologi mulai dari stadia telur (cara bertelur, jumlah, waktu bertelur, tempat dan periode), stadia larva (ukuran, periode, faser), stadia pupa (periode, warna, ukuran, waktu) dan stadia imago (umur, kisaran, inang, warna), morfologi dan musuh alami (peranan, jenis,) adalah merupakan langkah yang sangat penting untuk merangkum semua bentuk dan ragam informasi teknologi yang dapat menjadi suatu database dari serangga tersebut baik yang sifatnya basik maupun terapan.

Kata Kunci : Pengendalian, Hama, Kacang Tanah

PENDAHULUAN Kacang tanah umumnya ditanam dilahan kering pada awal atau

akhir musim kemarau, baik secara monokultur maupun secara tumpang sari dengan jagung atau ubi kayu. Produktivitas merupakan tolok ukur kinerja tehnologi atau tehnik produksi.. Komponen tehnik produksi mencakup varietas dan cara budidaya, cara budidaya merupakan sinergi dari pengelolaan organisme pengganggu. Sebagaimana tanaman lainnya, kacang tanah dapat diserang berbagai organisme pengganggu tanaman (opt). Ada beberapa OPT penting yang menyerang kacang anah diantaranya Empoasca, Lamprosema indicata, Ulat grayak (Spodoptera litura), belalang (Locusta migratori), dan Aphis sp. dan Aspergillus flavus, penyakit karat, penyakit layu bakteri, Virus belang (PsTV) (Supriyatin dan Marwoto, 1993; Saleh dan Baliadi 1993). Kacang tanah sebagai bahan pangan dapat menjadi substrak yang baik bagi jamur yang menghasilkan mikotoksin. Jamur toksigenik yang biasanya menginfeksi kacang tanah adalah Aspergillus flavus, dimana toksin yang dihhasilkan disebut aflatoksin, Gangguan akut akibat aflatoksin adalah kanker hati yang sering berakhir dengan kematian (Mehan 1989; Swindale 1989). Kacang tanah merupakan salah satu substrat yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan kapang/jamur.

Sampai saat ini masih banyak digunakan insektisida untuk pengendalian serangga hama pada tanaman kacang tanah. Oleh karena itu, dengan mengingat dampaknya, perlu dipikirkan cara pengendalian hama kacang tanah yang efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.

464

Page 2: 54 TENRIRAWE Pengendalian Penyakit K.tanah 464 471

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 5 Nopember 2008

Makalah ini menginformasikan tentang aspek biologi berbagai serangga hama dan penyakit yang penting dan cara pengendaliannya untuk mengatasi masalah hama dan penyakit sebagai upaya peningkatan produksi, karena terus meningkatnya permintaan pasar.

BIOEKOLOGI DAN PENGENDALIAN

HAMA UTAMA 1. Empoasca sp Hama ini berupa belalang berwarna hijau laut, pandai melompat dan berjalan miring, dan biasanya bersembunyi pada bagian bawah daun, nimfa berwarna hijau muda dan hidup dibagian bawah daun, nimfa maupun serangga dewasanya mengisap cairan daun.

2. Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) (Ordo : Lepidoptera, Famili : Noctuidae)

Ngengat dengan sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputihan, aktif malam hari. Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun 2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25 – 500 butir) tertutup bulu seperti beludru.

Gambar. 2. Ngengat, kelompok telur dan larva Ulat grayak

Larva mempunyai warna yang bervariasi, ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Ulat menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab). Pupa. Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwana coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup berkisar antara 30 – 60 hari (lama stadium telur 2 – 4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20 – 46 hari, pupa 8 – 11 hari). Gejala Serangan larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa bagian atas epidermis daun, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun, umumnya terjadi pada musim kemarau. Tanaman Inang Hama ini bersifat polifag, selain kacang tanah juga menyerang tomat, kubis, cabai, buncis, bawang merah, terung, kentang, kangkung, bayam, padi, , tebu, jeruk, pisang, tembakau, tanaman hias, gulma Limnocharis sp., Passiflora foetida. Pengendalian

465

Page 3: 54 TENRIRAWE Pengendalian Penyakit K.tanah 464 471

A.Tenrirawe dan A.H.Talanca : Bioekologi Dan Pengendalian Hama Dan Penyakit Utama Kacang Tanah

a). Kultur teknis - Pembakaran tanaman - Pengolahan tanah yang intensif. b). Pengendalian fisik/mekanis - Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang

kemudian memusnahkannya - Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40

buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu.

c). Pengendalian hayati Pemanfaatan musuh alami seperti : patogen Sl-NPV (Spodoptera litura-Nuclear Polyhedrosis Virus), cendawan Aspergillus flavus, Beauveria bassina, dan Metarhizium anisopliae, bakteri Bacillus thuringensis, nematoda Steinernema sp., predator Sycanus sp., Andrallus spinideus, parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis.. d). Pengendalian kimiawi Beberapa insektisida yang dianggap cukup efektif adalah monokrotofos, diazinon, khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, dan karbaril apabila berdasarkan hasil pengamatan tanaman contoh, intensitas serangan mencapai lebih atau sama dengan 12,5 % per tanaman contoh.

3. Belalang (Locusta migratoria) Seekor betina mampu menghasilkan telur sekitar 270 butir. Telur ini berwarna keputih-putihan dan berbentuk buah pisang, tersusun rapi dalam tanah sedalam sekitar 10 cm. menetas setelah 10-50 hari. Seekor betina mampu menghasilkan enam sampai tujuh kantong telur dalam tanah dengan jumlah 40 butir per kantong

Gambar 5. Kelompok belalang

Nimfa mengalami lima kali ganti kulit (lima instar, Stadiaum nimfa terjadi selama 38 hari. Imago betina yang memiliki warna coklat kekuning-kuningan siap meletakkan telur setelah lima sampai 20

hari setelah dewasa bergantung temperatur. Imago betina hanya membutuhkan satu kali kawin untuk meletakkan telur-telurnya dalam kantong-kantong. Sementara Imago jantan yang memiliki warna kuning mengkilap berkembang lebih cepat dibandingkan dengan betinanya. Lama hidup dewasa adalah 11 hari. Siklus hidup rata-rata 76 hari sehingga dalam setahun dapat mengahsilkan empat sampai lima generasi di

466

Page 4: 54 TENRIRAWE Pengendalian Penyakit K.tanah 464 471

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 5 Nopember 2008

daerah tropis utamanya Asia Tenggara, sementara di daerah Subtropis serangga ini hanya menghasilkan satu generasi per tahun.. Dalam kehidupan dan perkembangan koloni belalang kembara dikenal mengalami tiga fase pertumbuhan populasi yaitu fase soliter, fase transien, dan fase gregaria. Pada fase “soliter”, belalang hidup sendiri-sendiri dan tidak menimbulkan kerugian atau kerusakan tanaman. Pada fase “gregaria”, belalang kembara hidup bergerombol dalam kelompok-kelompok besar, berpindah-pindah tempat dan menimbulkan kerusakan tanaman secara besar-besaran pula. Perubahan fase dari soliter ke gregaria dan sebaliknya dari gregaria kembali ke soliter dipengaruhi oleh kondisi iklim, melalui fase yang disebut transien. Tanaman yang paling disukai belalang kembara adalah kelompok “Graminae” yaitu padi, jagung, sorgum, tebu, alang-alang, gelagah dan berbagai jenis rumput. Selain itu, belalang dapat memakan daun kelapa, bambu, kacang tanah, petsai, sawi, kubis daun. Tanaman yang tidak disukai antara lain kacang hijau, kedelai, kacang panjang, ubi kayu, tomat, ubi jalar dan kapas. Gejala serangan Daun biasanya bagian pertama yang diserang dan termakan hampir keseluruhan daun termasuk tulang daun jika serangannya parah. Spesies ini dapat pula memakan batang dan tongkol jagung jika populasinya sangat tinggi dengan sumber makanan terbatas Pengendalian Hayati

Agens hayati Metharrizium anisopliae var. acridium, Beauveria bassiana, Enthomophaga sp. dan Nosuma cocustal di beberapa negara terbukti dapat digunakan pada saat populasi belum meningkat. Cara lain adalah menggunakan insektisida alami yang dibuat dari tuba (Deris sp) yang mengandung bahan aktif rotenon, atau nimba (Azaridacht indica) yang mengandung bahan aktif azaridachtin. Kedua zat tersebut dapat mempengaruhi perilaku belalang dengan menghambat nafsu makan dan menghambat perkembangan serangga. Pembuatan pestisida dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan menghancurkan akar tuba atau daun nimba. Satu kilogram akar tuba atau daun nimba yang sudah halus dimasukkan dalam jirigen 20 liter, kemudian ditambah air bersih. Rendam selama minimal 3 hari, saring, dan tambahkan bahan perekat (cytowett/deterjen). Pola tanam

Mengatur pola tanam dengan tanaman alternatif yang tidak atau kurang disukai belalang seperti, kedelai, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, kacang panjang, tomat.

467

Page 5: 54 TENRIRAWE Pengendalian Penyakit K.tanah 464 471

A.Tenrirawe dan A.H.Talanca : Bioekologi Dan Pengendalian Hama Dan Penyakit Utama Kacang Tanah

Mekanis Melakukan gerakan massal pengendalian mekanis sesuai stadia

populasi, dilakukan kegiatan pengumpulan kelompok telur yaitu dengan melakukan pengolahan tanah sedalam 10 cm, kelompok telur diambil dan dimusnahkan, kemudian lahannya segera ditanami kembali dengan tanaman yang tidak disukai belalang. Pengendalian nimfa dengan cara memukul, menjaring, membakar. Pengendalian pada saat nimfa adalah kunci penting menghalau nimfa ke suatu tempat yang sudah disiapkan di tempat terbuka untuk kemudian dimatikan. Kimiawi Pada keadaan populasi tinggi, dalam waktu singkat harus diupayakan penurunan populasi. Apabila cara-cara lain sudah ditempuh populasi masih tetap tinggi alternatif lainnya yaitu penggunaan insektisida yang efektif dan diijinkan. Pengendalian yang tepat dilakukan sejak stadia nimfa kecil karena belum merusak, lebih peka terhadap insektisida, dapat dilakukan pada siang hari. Apabila terpaksa karena terlambat atau tidak diketahui sebelumnya, pengendalian terhadap imago dilaksanakan pada malam hari pada saat belalang beristirahat. Jenis insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan belalang adalah jenis insektisida berbahan aktif organofosfat seperti fenitrothion.

4. Kutu daun (Aphis sp) Aphis menyerang kacang tanah dengan mengisap cairan tanaman menyebabkan daun berkerut, klorosis dan tumbuh kerdil, kutu daun ini dapat menularkan virus belang atau kerdil, dan menyerang hebat pada musim kemarau. Kutu daun membentuk koloni yang besar pada daun yang meliputi betina yang bereproduksi secara partenogenesis (tanpa

kawin). Seekor betina yang tidak bersayap mampu melahirkan rata-rata sebanyak 68.2 ekor nimfa, sementara betina bersayap 49 nimfa. Lama hidup imago adalah 4-12 hari Nimfa, stadium nimfa terjadi selama 16 hari pada suhu 15oC, sembilan hari pada suhu 20oC, dan lima hari pada suhu 30oC. Ketiadaan fase telur di luar tubuh Aphids maidis betina karena proses inkubasi dan penetasan terjadi di dalam alat reproduksi betina dan diduga pula bahwa telur tidak mampu bertahan pada semua kondisi lingkungan. Serangga ini lebih senang berada pada suhu yang hangat dibandingkan pada suhu yang dingin. Aphids maidis dalam kelompok yang besar di daun dan batang mengisap cairan daun dan batang akibatnya daun berwarna tidak normal demikian

468

Page 6: 54 TENRIRAWE Pengendalian Penyakit K.tanah 464 471

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 5 Nopember 2008

pula bentuk daun yang tidak normal yang pada akhirnya tanaman mengering. PENYAKIT UTAMA A. Aspergillus flavus I. Prapanen 1. Infeksi Aspergilus flavus Biji kacang tanah bila terinfeksi A. flavus, biji kacang berwarna hijau, tetapi ada juga A. niger dengan gejala pada biji berwarna hitam. Bila A. flavus, telah memproduksi aflatoksin maka biji akan terasa pahit bila dimakan, dan kandungan aflatoksin yang tinggi dikenali dengan warna biji semakin coklat dan rasa yang makin pahit. Infeksi A. flavus, dan produksi aflatoksin pada kacang tanah merupakan hasil interaksi antara factor genetic dan lingkungan. Polong dan biji yang secara genetic tahan terhadap A. flavus, memperlihatkan laju perkembangan, perkecambahan dan produksi aflatoksin lebih rendah dibanding dengan varietas yang rentan pada kondisi lingkungan yang sama. * Infeksi dapat dikurangi dengan

• menggunakan vareitas tahan • biji yang dipanen tepat waktu, jangan terlalu muda atau terlalu tua • polong yang dipanen segera dikeringkan

2. Periode kritis kacang tanah terhadap A. flavus Fase pengisian biji merupakan fase pertumbuhan yang sangat sensitif terhadap cekaman suhu dan kekeringan

- Suhu tanah optimum untuk perkembangan A. flavus berkisar 25,700 – 31,30 C 0

- Suhu tanah 25,700 biji kacang tanah utuh dan sehat akan terbebas dari infeksi A,flavus.

- Kontaminasi aflatoksin mulai terjadi pada suhu 26,300 kandungan aflatoksin meningkat sejalan dengan peningkatan suhu

Sumber inokulum - Bahan tanaman yang terinfeksi merupakan sumber inokulum A.

flavus - Kesehatan tanaman yang tidak optimum akibat penyakit layu,

serangan hama seperti rayap, dan empoasca merupakan sumber inokulum yang baik bagi A flavus

II. Pascapanen 1. Infeksi Aspergilus flavus

469

Page 7: 54 TENRIRAWE Pengendalian Penyakit K.tanah 464 471

A.Tenrirawe dan A.H.Talanca : Bioekologi Dan Pengendalian Hama Dan Penyakit Utama Kacang Tanah

Panen, pengeringan, kondisi penyimpanan, dan lama penyimpanan berpengaruh langsung terhadap infeksi. A. flavus :

- infeksi A. flavus dan kontaminasi aflatoksin terjadi pada biji dari tanaman yang mengalami cekaman kekeringan

- kacang tanah yang berkadar air 15-20%, suhu 25-30oC, dan kelembaban nisbih 85% sangat kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan A. flavus dan produksi aflatoksin.

- Umur panen dapat mempengaruhi infeksi A flavus, panen terlambat hingga 7-9 hari setelah umur masak meningkatkan infeksi terutama setelah disimpan selama 9-12 minggu (Agustina, 2005).

STRATEGI PENGENDALIAN A. flavus DAN PENCEGAHAN KONTAMINASI 1. Penggunaan varietas tahan, yang mempunyai kulit ari yang sulit

terjadi penetrasi A. flavus sehingga biji kacang tanah terbebas dari jamur tersebut, misalnya penggunaan varietas Bison, Domba, Tuban, Turangga, Jerapah ((Balitkabi 2003; Kasno 2003; Yusdar et al, 2004)

2. Manipulasi lingkungan tumbuh untuk mencegah interaksi tanaman dengan A. flavus harus dimulai sejak tanaman dilapangan hingga penanganan pascapanen, pengaturan waktu tanam dan pengairan agar terhindar dari cekaman kekeringan dan suhu terbukti efektif menekan laju infeksi A. Flavus, pengairan secara optimal pada stadia reproduktif dapat menekan infeksi jamur dari 28% menjadi 3% ((Balitkabi 2003; Kasno 2003).

3. Pengendalian penyakit daun dapat mengurangi tingkat penularan jamur A. Flavus dari 13% menjadi 7% (Balitkabi 2003; Kasno 2003)

4. Pengeringan polong bertujuan menurunkan kadar air polong dan biji, dengan kadar air polong hingga kadar iar kurang dari 5%

5. Memperpendek waktu tempuh kacang tanah dari petani ke konsumen, waktu 40-110 hari.

B. Penyakit karat dan bercak daun Penyakit karat dan bercak daun terutama menyerang pertanaman

pada musim kemarau, kerugian hasil akibat serangan penyakit tersebut mencapai 50%, pada varietas rentan pengendalian penyakit dengan fungisida Topsin M, Daconil, dan Baycor 4-6 kali semprot dapat mencegah kehilangan hasil 55-100%, dengan pengendalian penyakit hasil mencapai 2,48-2,70 t/ha, tanpa pengendalian hasil mencapai 1,30-1,60 t/ha. Serangan penyakit daun dapat meningkatkan serangan jamur A. flavus. Dengan pengendalian penyakit daun, intensitas serangan A. flavus berkurang dari 13% menjadi 7%. C. Penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum)

470

Page 8: 54 TENRIRAWE Pengendalian Penyakit K.tanah 464 471

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 5 Nopember 2008

471

Penyakit ini selalu dijumpai dilapangan, dapat dikendalikan dengan penggunaan varietas tahan, guna mencegah kehilangan hasil yang lebih besar disarankan: menggunakan fungisida. Penyemprotan Thiofanat metil pada umur 7 dan 9 minggu dapat mencegah kehilangan hasil sebesar 30%. Cara lain memperlambat perkembangan penyakit dengan membersihkan gulma, tanam dengan jarak tanam agak renggang (40-50 cm antar baris). Pengendalian penyakit layu bakteri, bercak daun dan karat dapat dilakukan dengan:

- Menanam varietas tahan - Menggunakan fungisida Benlate, Dithane M45, Delsene MX200

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, A.R. 2005. Pengelolaan lengas tanah dan umur panen: Pengendalian jamur Aspergillus flavus dan Aflatoksin pada kacang tanah. Risalah Seminar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. P. 207-230

Kasno, A. 2003. Varietas Kacang Tanah Tahan Aspergillus flavus Sebagai

Komponen Essensial Dalam Pencegahan Kontaminasi Aflatoksin. Orasi Pengukuhan APU. Puslitbangtan. 61p.

Saleh, N.dan Y. Baliadi. 1993. Penyakit virus pada kacqang tanah dan

upaya pengendaliannya. Dalam: Kasno, A.; A.Winarto; Sunardi (Eds.). Kacang Tanah. Monografi Balittan Malang No 12. p.205-224

Supriyatin dan Marwoto. 1993. Hama-hama Penting Pada Kacang Tanah.

Dalam: Kasno, A.; A.Winarto; Sunardi (Eds.). Kacang Tanah. Monografi Balittan Malang No 12. p.205-224

Yusdar, H, A. Kasno, N. Saleh. 2004. Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian:

Kontribusi Terhadap Ketahanan Pangan dan Perkembangan Tehnologinya. Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbangtan. P. 95-132