25263857-biji-labu-merah-untuk-mengobati-cacing-pita

15

Click here to load reader

Upload: dadan-ramdani

Post on 01-Jul-2015

469 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: 25263857-Biji-Labu-Merah-Untuk-Mengobati-Cacing-Pita

www.hoirulblog.co.cc

BIJI LABU MERAH UNTUK MENGOBATI CACING PITA

DISUSUN OLEH :

1. ELFRIZA.RIZKI KARTIKA G1F007020

2. FIQIH NURKHOLIS G1F007024

3. HOIRUL MUSTAKIM G1F007062

4. ASRARAHAMA A.P G1F007098

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

2008

Page 2: 25263857-Biji-Labu-Merah-Untuk-Mengobati-Cacing-Pita

www.hoirulblog.co.cc

BAB I

PENDAHULUAN

Telah dibicarakan secara global diagnosis dan terapi taeniasis maupun

sistiserkosis beserta masalahnya. Diagnosis taeniasis ditegakkan dengan

menemukan telur atau proglotidnya di dalam tinja penderita. Sedangkan diagnosis

untuk sistiserkosis berupa biopsi kista subkutan dan pemeriksaan penunjang

diagnosis seperti foto rontgen, funduskopi, dan uji serologik serta gejala-gejala

klinik yang menyokong. Pengobatan taeniasis yang dianggap paling baik hingga

saat ini ialah dengan nikrosamid, di samping mebendazol yang masih

diperdebatkan. Sedangkan sistiserkosis ditangani dengan pembedahan dan

kemoterapi Praziquantel yang keampuhannya masih perlu diteliti.

Taeniasis adalah infeksi oleh cacing pita genus Taenia di dalam usus. Ada

dua spesies yang sering sebagai penyebabnya, yaitu Taenia solium dan Taenia

saginata. Sedangkan sistiserkosis ialah infeksi oleh larva taenia (cysticercus) di

dalam jaringan atau organ. Manifestasi klinik sistiserkosis pada umumnya lebih

berat daripada taeniasis, dan tidak jarang berakibat fatal.

Biji labu merah dapat digunakan sebagai obat pencahar dan lunak. Air

perasan buah biasanya dipakai untuk mengobati luka akibat racun binatang.

Sekitar 500-800 buah biji dalam bentuk benih segar tanpa kulit bisa digunakan

sebagai obat cacing pita untuk orang dewasa. Kadang-kadang diberikan sebagai

emulsi (diminum beserta obat pencahar), setelah dicampur dengan air. Pengobatan

demikian amat berkhasiat dan aman tanpa efek sampingan. Bubuk benih halus

telah dipakai dalam schistosomiasis akut (diberikan 3 hari sekali pada pasien

selama sebulan) dan ternyata penderita berhasil mendapatkan kemajuan sebanyak

75%. Biji-biji itu dikenal sebagai Semen Cucurbitae (Biji Waluh; Biji Labu

Merah), yang kaya akan minyak dan dianjurkan sebagai obat cacing pita.

Page 3: 25263857-Biji-Labu-Merah-Untuk-Mengobati-Cacing-Pita

www.hoirulblog.co.cc

BAB II

PEMBAHASAN

Taeniasis adalah infeksi oleh cacing pita genus Taenia di dalam usus. Ada

dua spesies yang sering sebagai penyebabnya, yaitu Taenia solium

dan Taenia saginata. Sedangkan sistiserkosis ialah infeksi oleh larva taenia

(cysticercus) didalam jaringan atau organ. Manifestasi klinik sistiserkosis pada

umumnya lebih berat daripada taeniasis, dan tidak jarang berakibat fatal. Menurut

penelitian di beberapa desa di Indonesia, angka infeksi taenia tercatat 0,8--23%.

Begitu pula sistiserkosis, frekuensinya tidak begitu tinggi. Namun demikian, cara

penanganannya perlu mendapat perhatian, terutama kasus-kasus taeniasis Taenia

solium yang sering menyebabkan komplikasi sistiserkosis. Maksud tulisan ini

ialah untuk membahas cara cara diagnosis dan terapi taeniasis dan sistiserkosis

serta beberapa masalahnya serta pengobatan secara herbal yaitu dengan biji labu

merah (Cucurbitae semen).

LABU MERAH (Cucurbita moschata)

Latin : Cucurbita moschata / Pepo indicus

Indonesia : Labu Merah / Waluh / Labu Manis

English : Pumpkin

Familia : Cucurbitaceae

Cucurbitae Semen terdiri atas biji yang berasal dari buah tanaman

Cucurbitae moshata (Duch) Poir, familia Cucurbitaceae yang masak dan telah

dikeringkan. Tidak berbau, rasa seperti minyak, warna putih kotor atau putih

kekuningan. Biji berbentuk pipih, bentuk bundar telur sampai bundar

memanjang, bagian ujung membulat, bagian pangkal runcing, permukaan biji

buram, licin. Pada sebelah menyebelah permukaan terdapat rusuk yang menebal

lebih kurang 1 mm pada tepi biji dan melintasi bagian sempit dari biji. Panjang

biji 12 mm sampai 25 mm, lebar 7 mm sampai 15 mm, tebal di bagian tengah

tidak kurang dari 2 mm. Kulit biji rapuh, mudah dikelupas, bagian terdalam

berwarna kehijauan, berlekatan dengan inti biji, embrio kecil , terdapat di antara 2

keping biji sempurna, pipih, cembung, kenyal warna putih dan banyak berisi

minyak. Inti biji tanpa endosperm.

Page 4: 25263857-Biji-Labu-Merah-Untuk-Mengobati-Cacing-Pita

www.hoirulblog.co.cc

Tanaman ini dianggap berasal dari Ambon (Indonesia), kini ditanam di

Cina dan di seluruh kepulauan melayu dan bahkan di negara lainnya. Di Indonesia

biasanya ditemukan tumbuh liar di halaman dan di ladang sebagai tanaman untuk

sayur.

Efek Farmakologi, percobaan in vitro menunjukan bahwa dekok 40%

Cucurbitae Semen yang telah dihilangkan lemaknya atau larutan 30% kristal yang

diperoleh dari hasil ekstrasi dan dilarutkan dalam larutan garam fisiologis

memiliki efek paralisis pada bagian tengah dan terminal cacing pita dari sapi dan

babi (Taenia saginata dan Taenia solium). Dekok menyebabkan penipisan,

pelebaran dan kerusakan ujung dan terutama bagian tengah pita. Walaupun

demikian, dekok tidak aktif terhadap scolex dan cacing pita muda. Percobaan in

vitro yang lain menunjukan bahwa 0,2 % kukurbitin tidak memberikan efek

paralisis pada cacing pita dari anjing, tetapi dari aktifitas stimulan yang dimiliki

kukurbitin menyebabkan kontarksi kekejangan pada cacing. Senyawa aktif ini

berefek sinergin dengan arekolin hidrobromida. Efek antelmitik terhadap Taenia

marginata , T. pisiformis dan T. mansoni dilaporkan setelah pemberian 1-5 gram

kukurbitin, kukurbitin perklorat atau kukurbitin hidrobromida secara intragastrik

pada anjing. Pada uji klinis, efektifitas pengobatan sebesar 70% dilaporkan pada

85 kasus setelah pemberian ekstrak hanya satu dari 9 penderita infeksi taenia

saginata dapat disembuhkan oleh pemberian dosis tunggal 120 g Cucurbitae

semen, sementara efektifitas pengobatan sebesar 95.19% dicapai pada 96 kasus

setelah diberi Cucurbitar semen (biji labu merah ) yang dikombinasi dengan

Arecae Semen (biji pinang). Demikian pula, 2 kasus infeksi T.solium tidak

disembuhkan oleh pemberian Cucurbitae Semen sementara 4 kasus dapat

disembuhkan oleh kombinasi Cucurbitae semen dan Arecae Semen. Berdasarkan

hai itu penggunaan Cucurbitae Semen selalu dikombinasikan dengan Arecae

Semen.

Kontraindikasi dan interaksi obat belum diketahui secara jelas.

Karsinogenitas, mutagenitas, teratogenitas dan gangguan fertilitas, penggunaan

pada masa kehamilan, penggunaan pada masa menyusui, penggunaan pada masa

anak-anak belum diketahui secara jelas. Yang penting untuk diketahui, LD50

kukurbitin dan kukurbitin hidroklorida pada mencit adalah 1,25 dan 1,10 g/kg per

Page 5: 25263857-Biji-Labu-Merah-Untuk-Mengobati-Cacing-Pita

www.hoirulblog.co.cc

oral atau kurang lebih 50kg kukurbitin untuk manusia, sedangkan Cucurbitae

Semen lebih besar dari 5 kg.

Efek yang Tidak Diinginkan, pada sedikit penderita dari percobaan klinis

timbul pusing, mual, muntah, kembung, hilang nafsu makan dan diare, tetapi

semua gejala tersebut dapat segera hilang jika pemberian obat dihentikan.

Posologi , 120 g Cucurbitae semen dan 120 g Arecae Semen (Biji Pinang)

direbus dalam panci infus denganb120 ml air selam a 30 menit, saring dalam

keadaan panas. Diminum 3 kali sehari tiap kali 400 ml.

Di sejumlah daerah nama tanaman yang dalam bahasa latin dikenal dengan

Cucurbita moschata yang termasuk suku Cucurbiaceae ini berbeda-beda. Di Jawa

Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat, buah ini dikenal dengan nama waluh atau

labu merah. Di Madura disebut labuh, sedangkan di Malaysia disebut dengan labu

metah. Ada pula yang menyebutnya labu parang.

Labu sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu dengan varietas cukup

beragam. Secara umum, berdasarkan warnanya, buah labu dibedakan menjadi dua,

yaitu labu merah dan labu kuning. Menurut Gembong Tjitrosoepomo (1994), ada

dua jenis labu merah, yaitu Duch ex Poir dan Cucurbita pepo L. Keduanya sangat

mudah dijumpai di berbagai daerah di tanah air.

Biji labu (yang merah atau kuning) banyak mengandung zat yang

berguna bagi kesehatan. Dalam biji labu yang berwarna merah, ditemukan

sejumlah asam amino yang langka, seperti m-karboksifenilalanina, pirazoalanina,

asam aminobutirat, etilasparagina, dan strulina.

Biji labu merah juga mengandung mineral Zn (seng) dan Mg

(magnesium), yang sangat penting untuk kesehatan organ reproduksi, termasuk

kelenjar prostat. Ada juga kandungan lemak utama, seperti asam linoleat, asam

oleat dan sedikit asam linolenat. Juga vitamin E (tokoferol) dan karotenoid, yaitu

lutein dan beta-karoten.

Labu juga mengandung sejumlah asam amino penting yang diperlukan

kelenjar prostat, yaitu alanina, glisina dan asam glutamat. Asam amino ini

ditemukan baik di labu merah maupun labu kuning. Dari berbagai literatur

ditemukan asam amino ini memiliki khasiat bisa mencegah atau mengatasi

hipertrofi atau pembesaran prostat jinak (begin prostatic hyperplasia) pada kaum

Page 6: 25263857-Biji-Labu-Merah-Untuk-Mengobati-Cacing-Pita

www.hoirulblog.co.cc

pria. Hipertrofi adalah salah satu penyakit yang ditakuti kaum pria dewasa karena

di sinilah diproduksi cairan prostat yang akan menyediakan makanan bagi sperma.

Kerusakan kelenjar prostat yang ditandai ketidakmampuan memproduksi cairan

prostat akan berujung pada kemandulan.

Pemanfaatan biji labu untuk pengobatan hipertrofi sudah dikenal sejak

jaman dahulu. Dr. W. Devrient dari Berlin Jerman menganjurkan kepada

pasiennya agar mengonsumsi biji labu, terutama labu merah, secara teratur untuk

menghambat pembesaran kelenjar prostat. Bahkan, biji labu merah diyakini punya

khasiat memudakan kembali daya seksualitas pria. Di Eropa dan Amerika, biji

labu merah juga populer sebagai obat pencegah gangguan prostat. Terbukti,

berdasarkan penelitian, para pria yang terbiasa mengonsumsi biji labu merah

dilaporkan tidak mengalami gangguan kelenjar prostat selama hidupnya. Biji labu

bisa dikonsumsi dalam bentuk kolak, kuaci, direbus atau disangrai. Tidak ada

batasan berapa banyak yang harus dimakan.

1. Uraian :

Tanaman merambat ini memiliki daun yang besar, berbentuk jantung di

bagian kaki daun, berbulu panjang dan memiliki keIenjar di bagian bawah. Bunga

jantan, terutama bunga betina terbagi 5 bagian dan berwarna hijau muda atau

kuning. Buahnya besar dan warnanya bervariasi (buah muda berwarna hijau

sedangkan yang lebih tua kuning pucat); daging buahnya bentuknya tebal sekitar

3 cm dan rasanya agak manis. Biji yang masak dapat dimakan sebagai kwaci

setelah dipanggang.

2. Kandungan kimia :

Buah pada tanaman ini mengandung zat-zat : lemak dan zat yang dapat

mematikan cacing pita. Biji labu merah juga mengandung mineral Zn (seng) dan

Mg (magnesium), yang sangat penting untuk kesehatan organ reproduksi,

termasuk kelenjar prostat. Berbagai penggunaan minyak labu menawarkan alasan

phytochemical analisis biji makan pewarna karoten. Kromatografi kolom

dilakukan pada MgO Adsorben, Celite dan CaCO3 dengan hexane dan bensol

sebagai eluents. Komponen utama lutein [3,3 '-dihydroxy-alpha-karoten = (3R,

3'R, 6'R)-beta, Epsilon-karoten-3, 3'-diol; 52,5%] dan beta-karoten (beta, Epsilon-

karoten; 10,1%). Di samping yang disebutkan di atas pewarna itu berhasil

Page 7: 25263857-Biji-Labu-Merah-Untuk-Mengobati-Cacing-Pita

www.hoirulblog.co.cc

mengungkapkan keberadaan violaxanthin, luteoxanthin, auroxanthin epimers,

lutein epoxide, flavoxanthin, chrysanthemaxanthin, 9 (9 ')-CIS-lutein, 13 (13')-

CIS-lutein,15-CIS-lutein(pusat-CIS)-lutein,alpha-cryptoxanthin,betacryptoxanthin

dan alpha-karoten (beta, Epsilon-karoten) dalam jumlah kecil.

3. Kegunaan :

Buahnya dipakai sebagai obat pencahar dan lunak. Air perasan buah

biasanya dipakai untuk mengobati luka akibat racun binatang. Sekitar 500-800

buah biji dalam bentuk benih segar tanpa kulit bisa digunakan sebagai obat cacing

pita untuk orang dewasa. Kadang-kadang diberikan sebagai emulsi (diminum

beserta obat pencahar), setelah dicampur dengan air. Pengobatan demikian amat

berkhasiat dan aman tanpa efek sampingan. Bubuk benih halus telah dipakai

dalam schistosomiasis akut (diberikan 3 hari sekali pada pasien selama sebulan)

dan ternyata penderita berhasil mendapatkan kemajuan sebanyak 75%. Biji-biji itu

dikenal sebagai Semen Cucurbitae (Biji Waluh; Biji Labu Merah), yang kaya akan

minyak dan dianjurkan sebagai obat cacing pita.

Kegunaan lain :

1. Digigit serangga berbisa (daging buah dan getahnya)

2. Disentri

3. Sembelit

4. Herba untuk memberantas Cacingan

Selain dengan obat modern, cacingan juga dapat dilawan dengan obat

alami dari herba/tumbuhan obat yang berkhasiat sebagai anthelminthik (anti-

cacing), antara lain adalah biji pinang (Areca catechu), biji wudani (Quisqualis

indica), kulit dan akar delima (Punica granatum), biji labu kuning (Cucurbita

moschata), temu giring (Curcuma heyneana), biji dan akar pepaya (Carica

papaya), bawang putih (Alium sativum), ketepeng (Cassia alata), mindi kecil

(Melia azedarach). Secara empiris (pengalaman) berbagai tumbuhan obat tersebut

efektif mengatasi cacingan, diantaranya juga telah dilakukan penelitian dan

terbukti mengandung senyawa aktif yang berkhasiat anthelminthik.

Pada biji pinang mengandung arekolin yaitu salah satu alkaloid yang

berfungsi sebagai obat cacing. Kulit buah dan akar delima mengandung alkaloid

dan tanin yang berkhasiat anthelminthik terutama pada cacing gelang dan cacing

Page 8: 25263857-Biji-Labu-Merah-Untuk-Mengobati-Cacing-Pita

www.hoirulblog.co.cc

pita. Senyawa potassium quisqualata yang terkandung pada buah wudani dapat

membunuh cacing usus. Komponen aktif lainnya yang berkhasiat anthelminthik

adalah glukosida cacirin yang terkandung dalam buah pepaya, cucurbitin pada biji

labu kuning, diallil disulfida pada bawang putih, serta toosendanin yang

terkandung pada kulit batang dan kulit akar mindi.

A. Taeniasis

Cara infeksinya melalui oral karena memakan daging babi atau sapi yang

mentah atau setengah matang dan mengandung larva cysticercus. Di dalam usus

halus, larva itu menjadi dewasa dan dapat menyebabkan gejala gasterointestinal

seperti rasa mual, nyeri di daerah epigastrium, nafsu makan menurun atau

meningkat, diare atau kadang-kadang konstipasi. Selain itu, gizi penderita bisa

menjadi buruk sehingga terjadi anemia malnutrisi. Pada pemeriksaan darah tepi

didapatkan eosinofilia. Semua gejala tersebut tidak spesifik bahkan sebagian besar

kasus taeniasis tidak menunjukkan gejala (asimtomatik).

Diagnosis

Dapat ditegakkan berdasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan

laboratorium.

a.1. Anamnesis

Penderita pernah mengeluarkan benda pipih berwarna putih seperti ampas

nangka bersama tinja atau keluar sendiri dan bergerak gerak. Benda itu tiada lain

adalah potongan cacing pita (proglotid). Cara keluarnya proglotid Taenia solium

berbeda dengan Taenia saginata. Proglotid Taenia solium biasanya keluar bersama

tinja dalam bentuk rangkaian 5-6 segmen. Sedangkan Taenia saginata,

proglotidnya keluar satu-satu bersama tinja dan bahkan dapat bergerak sendiri

secara aktif.

a.2. Pemeriksaan laboratorium

Secara makroskopis (melihat tanpa menggunakan alat), yang

diperhatikan dalam hal ini adalah bentuk proglotidnya yang keluar bersama tinja.

Bentuknya cukup khas, yaitu segiempat panjang pipih dan berwarna putih keabu-

abuan. Pemeriksaan secara mikroskopis untuk mendeteksi telurnya dapat

dikerjakan dengan preparat tinja langsung (directsmear) memakai larutan eosin.

Cara ini paling mudah dan murah, tetapi derajat positivitasnya rendah. Untuk

Page 9: 25263857-Biji-Labu-Merah-Untuk-Mengobati-Cacing-Pita

www.hoirulblog.co.cc

mendapatkan hasil positivitas yang lebih tinggi, pemeriksaan dikerjakan dengan

metode konsentras (centrifugal flotation) atau dengan cara perianal swab memakai

cellophane tape. Jika hanya menemukan telur dalam tinja, tidak bisa dibedakan

taeniasis Taenia solium dan taeniasis Taenia saginata. Agar dapat

membedakannya, perlu mengadakan pemeriksaan scolex dan proglotid gravidnya.

Scolex dan proglotid gravid dibuat preparat permanen diwarnai dengan borax

carmine atau trichrome, kemudian dilihat dibawah mikroskop. Dengan

memperhatikan adanya kait-kait (hooklet) pada scolex dan jumlah percabangan

lateral uterusnya, maka dapat dibedakan spesies Taenia solium dan Taenia

saginata. Pada scolex Taenia solium terdapat rostellum dan hooklet, sedangkan

pada Taenia saginata tidak terdapat.

Percabangan lateral uterus Taeniasolium jumlahnya 7-12 buah

padasatusisi, dan Taenia saginata 15-30 buah. Ada cara yang lebih sederhana

untuk memeriksa proglotid gravid, yaitu dengan memasukkan proglotid itu ke

dalam larutan Carbolxylol 75%. Dalam waktu satu jam, proglotid menjadi jernih

dan percabangan uterusnya tampak jelas. Cara lainnya yang paling sederhana dan

gampang dikerjakan ialah dengan menjepitkan proglotid yang masih segar di

antara dua objek gelas secara pelan dan hati-hati. Proglotid akan tampak jernih

dan percabangan uterusnya yang penuh berisi telur tampak keruh. Pemeriksaan

bisa gagal apabila percabangan uterusnya robek dan semua telurnya keluar.

Pengobatan obat-obat untuk memberantas cacing pita dapat digolongkan menjadi

dua, yaitu taeniafuge dan taeniacide.

Taeniafuge ialah golongan obat yang menyebabkan relaksasi otot

cacingsehingga cacing menjadi lemas. Contohnya: kuinakrin hidro-klorid

(atabrin), bitionol dan aspidium oleoresin. Pemakaian obat ini mutlak memerlukan

purgativa untuk mengeluarkan cacingnya.

Taeniacide adalah golongan obat yang dapat membunuh cacing.

Contohnya: niklosamid (yomesan), mebendazol dan diklorofen. Pemakaian obat

ini tidak mutlak memerlukan purgativa. Tujuan pengobatan taeniasis ialah untuk

mengeluarkan semua cacing beserta scolexnya dan juga mencegah terjadinya

sistiserkosis, terutama pada kasus taeniasis Taenia solium. Obat-obat yang kini

lazim dipakai adalah niklosamid dan mebendazol. Sedangkan kuinakrin

Page 10: 25263857-Biji-Labu-Merah-Untuk-Mengobati-Cacing-Pita

www.hoirulblog.co.cc

hidroklorid dan aspidiumoleoresin walaupun cukup efektif, tetapi karena bersifat

toksik maka sekarang jarang dipakai. Selain itu, ada beberapa obat tradisional

yang cukup ampuh untuk membasmi cacing pita, yaitu biji labu merah dan getah

buah manggis muda.

Niklosamid hingga saat ini masih dianggap obat paling baik untuk

taeniasis dari segi efektivitasnya. Obat tersedia dalam bentuk tablet 500 miligram.

Dosis dan cara pemberian: 2 gram dibagi dua dosis dengan interval pemberian 1

jam. Obat harus dikunyah sebelum diminum. Dua jam setelah pemberian obat,

penderita diberi minum purgativa magnesium-sulfat 30 gram untuk mencegah

terjadinya sistiserkosis. Keuntungan dari obat ini ialah tidak memerlukan

persiapan diet ataupun puasa, dan efek sampingnya juga ringan. Namun menurut

pengalaman penulis, efektivitas obat ini akan lebih baik apabila penderita

dipuasakan sebelum meminumnya. Angka kesembuhan tercatat 95% lebih.

Kerugiannya: obat ini tidak beredar resmi di pasaran sehingga sulit didapatkan. Di

samping itu harganya pun mahal. Agaknya mebendazol merupakah salah satu

taeniacide yang mempunyai masa depan cerah dan kini masih dalam

penyelidikan.

Mebendazol adalah anthelmintik berspektrum lebar. Dosisnya 300

miligram dua kali sehari selama tiga hari berturut-turut. Dua hari setelah

pengobatan, penderita diberi minum purgativa magnesium sulfat 30 gram,

terutama pada kasus taeniasis Taenia solium untuk mencegah terjadinya

sistiserkosis. Menurut beberapa hasil penelitian, angka kesembuhan tercatat 50-

100%. Dilaporkan pula bahwa efek samping obat ini sangat ringan. Untuk

memperoleh hasil yang lebih baik, beberapa peneliti menganjurkan dosis lebih

tinggi (sampai 1200 miligram per hari selama lima hari). Pengalaman penulis

dalam praktek pengobatan taeniasis dengan mebendazol cukup memuaskan.

Namun beberapa peneliti masih menyangsikan keampuhan mebendazol, bahkan

ada yang melaporkan gagal sama sekali. Dengan demikian, efektivitas

mebendazol pada taeniasis masih perlu diselidiki lebih lanjut.

B. Sistiserkosis

Larva Taenia solium (cysticercus cellulosae) sering menginfeksi jaringan

atau organ dan menyebabkan penyakit yang disebut sistiserkosis selulosa.

Page 11: 25263857-Biji-Labu-Merah-Untuk-Mengobati-Cacing-Pita

www.hoirulblog.co.cc

Sedangkan larva Taenia saginata (cysticercus bovis) sangat jarang menginfeksi

jaringan. Cara infeksinya melalui oral oleh karena menelan makanan atau

minuman yang terkontaminasi telur taenia. Juga bisa karena autoinfeksi interna,

yaitu infeksi yang berlangsung dengan sendirinya. Hal ini disebabkan oleh

gerakan batik peristaltic usus, misalnya pada keadaan muntah-muntah sehingga

proglotid atau telur cacing naik ke lambung lalu pecah dan isinya keluar

menembus dinding lambung masuk ke peredaran darah dan pada akhirnya

menjadi cysticercus di dalam organ-organ. Cysticercus yang berbentuk kista dapat

tumbuh hampir pada semua organ clan sering multipel. Organ yang paling sering

kena adalah otot bergaris dan otak. Ukuran diameter kista pada umumnya 5-10

milimeter. Namun kista yang mengenai otak dan mata, diameternya bisa mencapai

20 milimeter bahkan pernah ditemukan cysticercus

Berdiameter 60 milimeter di dalam otak. Kista di dalam jaringan dapat

menimbulkan reaksi radang, penekanan pada organ sekitarnya, mengeluarkan

toksin. Sedangkan kista yang telah mati akan menimbulkan jaringan fibrotik dan

kalsifikasi.

b.1. Diagnosis

Pada prinsipnya, diagnosis sistiserkosis dapat ditegakkan berdasarkan atas

gejala klinik, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.Gejala kliniknya

tergantung kista menyerang otak dan mata. Sistiserkosis otak, gejalanya bisa

beraneka ragam. Gejala awal ketika kista masih hidup dan berkembang pada

umumnya menyerupai meningitis, ensefalitis, hidrosefalus dan gejala seperti

tumor serebri. Selain itu, bisa timbul sakit kepala, sukar tidur dan gangguan

psikis. Sedangkan gejala lanjut setelah kista mati dan mengalami kalsifikasi di

korteks serebri menyebabkan gejala epilepsi sekunder.

Manifestasi klinik sistiserkosis serebri yang berupa bangkitan epilepsy ini

pada umumnya baru muncul setelah 8-20 tahun sejak infestasi parasitnya.

Penderita dengan sistiserkosis otak, pada pemeriksaan fisik sering ditemukan

nodul subkutan (sistiserkosis dalam saginata tidak terdapat).

Percabangan lateral uterus Taenia solium jumlahnya 7-12 buah pada satu

sisi, dan Taenia saginata 15-30 buah. Ada cara yang lebih sederhana untuk

memeriksa proglotidvgravid, yaitu dengan memasukkan proglotid itu ke dalam

Page 12: 25263857-Biji-Labu-Merah-Untuk-Mengobati-Cacing-Pita

www.hoirulblog.co.cc

larutan carbolxylol 75%. Dalam waktu satu jam, proglotid menjadi jernih dan

percabangan uterusnya tampak jelas. Cara lainnya yang paling sederhana dan

gampang dikerjakan ialah dengan menjepitkan proglotid yang masih segar di

antaradua objek gelas secara pelan dan hati-hati. Proglotid akan tampak jernih dan

percabangan uterusnya yang penuh berisitelur tampak keruh. Pemeriksaan bisa

gagal apabila percabangan uterusnya robek dan semua telurnya keluar.

Sistiserkosis dalam jaringan kulit dan otot biasanya hanya menimbulkan

gejala ringan bahkan kebanyakan tidak menunjukkan gejala. Jika kista menyerang

mata (sistiserkosis oftalmikus) dapat menimbulkan gejala cukup berat, yaitu

iridosiklitis, penglihatan kabur dan yang paling berat bisa sampai buta.

Pemeriksaan laboratorium buat menegakkan diagnosis sistiserkosis terdiri atas

pemeriksaan untuk mencari parasit penyebabnya dan pemeriksaan penunjang

diagnosis. Dalam usaha mencari parasit penyebabnya, paling rnudah dengan me-

lakukan biopsi nodul subkutan yaitu kista dalam jaringan dibawah kulit.

Sedangkan sebagai penunjang diagnosis dapat dikerjakan pemeriksaan foto

rontgen, funduskopi, pemeriksaan hapus darah dan uji serologik. Diagnosis dapat

dipastikan jika ditemukan parasit penyebabnya, yakni kista cysticercus dari hasil

biopsi tersebut. Biopsi dari nodul subkutan itu dibuat preparat permanent dengan

pewarnaan secara histopatologik. Di bawah mikroskop, ciri-ciri kista itu dapat

dikenal. Berdasarkan bentuk dan struktur scolexnya,kista bias dibedakan antara

cysticercus cellulosa dan cysticercus bovis maupun dengan larva cacing pita

lainnya di dalam jaringan. Sebagai penunjang diagnosis, dikerjakan pemeriksaan

foto rontgen seperti angiografi, ataupun computed tomography (CT scan). Dengan

pemeriksaan ini dapat dilihat kista di dalam organ, baik yang masih hidup maupun

yang sudah mati dan mengalami kalsifikasi. Dalam foto ini perlu diperhatikan

peranjakan bayangan arteri-arteri maupun bayangan opaque dari kista di dalam

organ tersebut. Funduskopi gunanya untuk melihat kista didalam mata. Sedangkan

pemeriksaan hapus darah tepi tujuannya untuk mengetahui eosinofilia.

Pemeriksaan serologik sebagai penunjang diagnosis antara lain dengan intracutan

test, complement fixation test (CFT), indirect haemagluttination test(IHT) dan

enzym linked immunosorbent assay (ELISA). Meskipun pada uji serologik ini

terdapat positif palsu ataupun negatif palsu, tetapi peranannya dalam epidemilogi

Page 13: 25263857-Biji-Labu-Merah-Untuk-Mengobati-Cacing-Pita

www.hoirulblog.co.cc

cukup besar. Dikatakan bahwa tes ELISA paling dapat dipercaya, yang sekarang

sering dipakai dalam riset-riset di lapangan.

b.2. Pengobatan

Obat-obat untuk memberantas cacing pita dapat digolongkan menjadi dua,

yaitu taeniafuge dan taeniacide. Taeniafuge ialah golongan obat yang

menyebabkan relaksasi otot cacing sehingga cacing menjadi lemas. Contohnya:

kuinakrin hidroklorid (atabrin), bitionol dan aspidium oleoresin. Pemakaian obat

ini mutlak memerlukan purgativa untuk mengeluarkan cacingnya. Sedangkan

taeniacide adalah golongan obat yang dapat membunuh cacing. Contohnya:

niklosamid (yomesan), mebendazol dan diklorofen. Pemakaian obat ini tidak

mutlak memerlukan purgativa.

Tujuan pengobatan taeniasis ialah untuk mengeluarkan semua cacing

beserta scolexnya dan juga mencegah terjadinya sistiserkosis, terutama pada kasus

taeniasis Taenia solium. Obat-obat yang kini lazim dipakai adalah niklosamid dan

mebendazol. Sedangkan kuinakrin hidroklorid dan aspidium oleoresin walaupun

cukup efektif, tetapi karena bersifat toksik maka sekarang jarang dipakai. Selain

itu, ada beberapa obat tradisional yang cukup ampuh buat membasmi cacing pita,

yaitu biji labu merah dan getah buah manggis muda. Niklosamid hingga saat ini

masih dianggap paling baik untuk taeniasis dari segi efektivitasnya. Obat tersedia

dalam bentuk tablet 500 miligram. Dosis dan cara pemberian, 2 gram dibagi dua

dosis dengan interval pemberian 1 jam. Obat harus dikunyah sebelum diminum.

Dua jam setelah pemberian obat, penderita diberi minum purgativa magnesium

sulfat 30 gram untuk mencegah terjadinya sistiserkosis. Keuntungan dari obat ini

ialah tidak memerlukan persiapan diet ataupun puasa, dan efek sampingnya juga

ringan. Namun menurut pengalaman penulis, efektivitas obat ini akan lebih baik

apabila penderita dipuasakan sebelum meminumnya. Angka kesembuhan tercatat

95% lebih. Kerugiannya: obat ini tidak beredar resmi di pasaran sehingga sulit

didapatkan. Di samping itu harganya pun mahal.

Page 14: 25263857-Biji-Labu-Merah-Untuk-Mengobati-Cacing-Pita

www.hoirulblog.co.cc

BAB III

KESIMPULAN

Taeniasis adalah infeksi oleh cacing pita genus Taenia di dalam usus. Ada

dua spesies yang sering sebagai penyebabnya, yaitu Taenia solium dan Taenia

saginata. Sedangkan sistiserkosis ialah infeksi oleh larva taenia (cysticercus) di

dalam jaringan atau organ.

Cucurbitae Semen terdiri atas biji yang berasal dari buah tanaman

Cucurbitae moshata (Duch) Poir, familia Cucurbitaceae yang masak dan telah

dikeringkan. Percobaan in vitro menunjukan bahwa dekok 40% Cucurbitae Semen

yang telah dihilangkan lemaknya atau larutan 30% kristal yang diperoleh dari

hasil ekstrasi dan dilarutkan dalam larutan garam fisiologis memiliki efek paralisis

pada bagian tengah dan terminal cacing pita dari sapi dan babi (Taenia saginata

dan Taenia solium). Dekok menyebabkan penipisan, pelebaran dan kerusakan

ujung dan terutama bagian tengah pita. Tetapi, dekok tidak aktif terhadap scolex

dan cacing pita muda. Kontra indikasi dan interaksi obat belum diketahui secara

jelas.

Page 15: 25263857-Biji-Labu-Merah-Untuk-Mengobati-Cacing-Pita

www.hoirulblog.co.cc

DAFTAR PUSTAKA

Simanjuntak. 1972. An Investigation on Taeniasis and Cysticer-

cosis in Bali. Southeast Asian J Trop Med Pub H1th.

4. Gunawan S. Aspek Sosio Budaya Taeniasis dan Sistiserkosis di

Daerah Pegunungan Irian Jaya. Kumpulan Naskah Seminar Para-

sitologi Nasionla ke-2, Jakarta, 1981.

6. Widjana DP dkk. Beberapa Aspek Taeniasis di Kecamatan Abian-

semal. Kumpulan Naskah Ilmiah Pertemuan Ilmiah Mikrobiologi

dan Parasitologi Kedokteran Indonesia kedua, Surabaya, 1983.

7. Bakta IM dkk. Taeniasis di Banjar Saba Desa Penatih Bali. Naskah

Lengkap KOPAPDI VI, Jakarta, 1984.

8. Hadidjaja P. Beberapa Kasus Taeniasis di Jakarta, Cara Diagnosis

dan Pengobatannya. Madjalah Kedokteran Indonesia, 1984; 214:

173178.

9. Ngurajh K. Beberapa Aspek Terapi Taeniasis. Media Hospitalia,

1984; 83: 3436.

10. Brown HW. 1979. Dasar Parasitologi Klinis Edisi

Ketig. Jakarta : Gramedia

13. Rai T dkk. Pengobatan Taenia solium Taeniasis dengan Mebenda-

zole. Kumpulan Naskah Ilmiah Pertemuan Ilmiah Mikrobiologi

dan parasitologi Kedokteran Indonesia kedua, Surabaya, 1983..

16. Soebroto FX dkk. Cysticercosis di Bawah Kulit pada Manusia.