218015972 sistem lakrimal

Upload: lita-muliawati

Post on 26-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 218015972 Sistem Lakrimal

    1/15

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangKeluhan yang sering ditemui pada penderita dengan kelainan seistem lakrimal

    ialah mata kering, lakrimasi dan epifora.Lakrimasi ialah kelebihan produksi air mata yang disebabkan oleh

    rangsangan kelenjar lakrimal. Mata kering disebabkan oleh kurangnya produksi

    air mata. Keadaan ini dapat disebabkan oleh sikatriks yang terdapat pada

    konjungtiva, oleh karena trakoma, trauma kimia, erythema mutliforme , yang

    menyumbat muara kelenjar lakrimal, dan sindrom Sjogren.Epifora adalah keadaan dimana terjadi gangguan sistem ekskresi air mata.

    Gangguan ini dapat disebabkan oleh kelainan posisi pungtum lakrimal, jaringan

    sikratik pada pungtum, paresis atau paralisis otot orbikularis okuli yang

    menyebabkan berkurangnya efek penghisapan dari kanalikuli lakrimal, benda

    asing dalam kanalikuli, obstruksi duktus nasolakrimal dan sakus lakrimal.Untuk menentukan adanya gangguan pada sistem ekskresi air mata dilakukan!. "nspeksi pada posisi pungtum.#. $alpasi daerah sakus lakrimal, apakah mengeluarkan %airan yang

    ber%ampur nanah.&. "rigasi melalui pungtum dan kanalikuli lakrimal, bila %airan men%apai

    rongga hidung, maka sistem ekskresi berfungsi baik 'uji (nel)*. $robing yaitu memasukkan probe Bowman melalui jalur anatomik sistem

    ekskresi lakrimal. +indakan probing didahului oleh dilatasi pungtum

    dengan dilatator.$embi%araan selanjutnya adalah tentang penyakit sistem lakrimal yang

    dibagi atas!. Kelainan kongenital dan kelainan perkembangan sistem lakrimal.#. $enyakit infeksi sistem lakrimal.&. +rauma sistem lakrimal.*. +umor sistem lakrimal.

    1.2 Rumusan Masalahumusan masalah dalam makalah ini adalah mahasis-a belum mengetahui

    !. agaimana sistem lakrimasi/#. (pa saja gangguan dari sistem lakrimasi/

    1.3 Tujuan!. +ujuan Umum

  • 7/25/2019 218015972 Sistem Lakrimal

    2/15

    Untuk lebih mengetahui dan memberikan gambaran se%ara lebih dalam

    mengenai gangguan pada mata khususnya sistem lakrimasi.#. +ujuan Khusus

    +ujuan khusus dalam makalah ini, adalah mahasis-a mengetahuia. Sistem lakrimasi mata.

    b. Gangguan pada sistem lakrimasi.

    1.4 Man aat!. agi "nstitusi $endidikan

    #.

    BAB 2

    T!N"AUAN PU#TA$A

    2.1 #%stem lakr%mas%(ir mata mele-ati empat proses yaitu produksi dari aparatus atau sistem

    sekretori lakrimalis, distribusi oleh berkedip, evaporasi dari permukaan okular,

    dan drinase melalui aparatus atau sistem ekskretori lakrimalis. (bnormalitas salah

    satu saja dari keempat proses ini dapat menyebabkan mata kering 'Kanski et al,

    #0!!).2.1.1 A&aratus lakr%mal%s

    (paratus atau sistem lakrimalis terdiri dari aparatus sekretori danaparatus ekskretori 'Kanski et al, #0!!1 Sullivan et al, #00*1 ((2, #003),

    yaitu!. (paratus Sekretorius Lakrimalis

    (paratus sekretori lakrimalis terdiri dari kelenjar lakrimal utama,

    kelenjar lakrimal assesoris 'kelenjar Krausse dan 4olfring), glandula

    sebasea palpebra 'kelenjar Meibom), dan sel5sel goblet dari

    konjungtiva 'musin). Sistem sekresi terdiri dari sekresi basal dan

    refleks sekresi. Sekresi basal adalah sekresi air mata tanpa ada

    stimulus dari luar sedangkan refleks sekresi terjadi hanya bila ada

    rangsangan eksternal 'Kanski et al, #0!!1 Sullivan et al, #00*1 ((2,

    #003).#. (paratus Ekskretorius Lakrimalis

    6alam keadaan normal, air mata dihasilkan sesuai dengan ke%epatan

    penguapannya sehingga hanya sedikit yang sampai ke sistem

    ekskresi 'Sullivan, #00*). 6ari punkta, ekskresi air mata akan masuk

    ke kanalikulus kemudian bermuara di sakus lakrimalis melalui

  • 7/25/2019 218015972 Sistem Lakrimal

    3/15

    ampula. $ada 708 orang, kanalikulus seperior dan inferior akan

    bergabung menjadi kanalikulus komunis sebelum ditampung dalam

    sakus lakrimalis. 6i kanalikulus, terdapat katup osenmuller yang

    berfungsi untuk men%egah aliran balik air mata. Setelah di tampung

    di sakus lakrimalis, air mata akan diekskresikan melalui duktus

    nasolakrimalis sepanjang !#5!9 mm ke bagian akhir di meatus

    inferior. 6isini juga terdapat katup :asner untuk men%egah aliran

    balik 'Sullivan et al, #00*1 (2(, #003).

    2.1.2 D%nam%ka #ekres% A%r MataLaju pengeluaran air mata dengan fluorofotometri sekitar &,*

    L;menit pada orang normal dan #,9 L;menit pada penderita mata kering

    'Eter et al, #00#). Sedangkan menurut ).6istribusi volume air mata pada permukaan okular umumnya sekitar

    >53 L yang terbagi menjadi tiga bagian, yakni 'Sullivan, #00#)!. Mengisi sakus konjungtiva sebanyak &5* L.

    #. Melalui proses berkedip sebanyak ! L akan membentuk TF dengan tebal >5!0 m dan luas #>0 mm #.

    &. Sisanya sebanyak #5& L akan membentuk tear meniscus

    seluas #7 mm # dengan jari5jari 0,#* mm '?okoi et al, #00*).

    Menurut 4ng et al '#00>), TF digabungkan dari tear meniscus

    atas dan ba-ah saat berkedip.

    Ketebalan TF bersifat iregular pada permukaan okular sehingga tidak

    ada ketebalan yang tepat untuk ukuran TF '4ang et al, #00>). Menurut Smithet al '#000) ketebalan berkisar antara 35!0 m sedangkan $yrdal et al

    '!77#) menyatakan TF seharusnya memiliki ketebalan &@5*0 m dan

    mayoritas terdiri dari gel musin.Menurut $alakuru et al '#003), TF berada dalam keadaan paling tebal

    saat segera setelah mengedip dan berada dalam keadaan paling tipis saat

    kelopak mata terbuka. 6alam penelitian mereka, angka perubahan ketebalan

    ini menunjukkan nilai yang sama dengan kelompok yang disuruh

  • 7/25/2019 218015972 Sistem Lakrimal

    4/15

    melambatkan kedipan matanya. Mereka menyimpulkan hal ini disebabkan

    oleh refleks berair yang segera.

    2.1.3 Mekan%sme D%str%'us% A%r Mata

    Mengedip berperan dalam produksi, distribusi dan drainase air mata

    '$alakuru et al, #003). erbagai ma%am teori mengenai mekanisme distribusi

    air mata '((2, #003). Menurut teori 6oane '!790), setiap berkedip, palpebra

    menutup mirip retsleting dan menyebarkan air mata mulai dari lateral. (ir

    mata yang berlebih memenuhi sakus konjungtiva kemudian bergerak ke

    medial untuk memasuki sistem ekskresi 'Kanski et al, #0!!1 Sullivan et al,

    #00*). Se-aktu kelopak mata mulai membuka, aparatus ekskretori sudah

    terisi air mata dari kedipan mata sebelumnya. Saat kelopak mata atas turun,

    punkta akan ikut menyempit dan oklusi punkta akan terjadi setelah kelopak

    mata atas telah turun setengah bagian. Kontraksi otot orbikularis okuli untuk

    menutup sempurna kelopak mata akan menimbulkan tekanan menekan dan

    mendorong seluruh air mata mele-ati kanalikuli, sakus lakrimalis, duktus

    nasolakrimalis dan meatus inferior. Kanalikuli akan memendek dan

    menyempit serta sakus lakrimalis dan duktus nasolakrimalis akan tampak

    seperti memeras. Kemudian setelah dua per tiga bagian kelopak mata akan

    berangsur5angsur terbuka, punkta yang teroklusi akan melebar. =ase

    pengisian akan berlangsung sampai kelopak mata terbuka seluruhnya dan

    siklus terulang kembali '6oane, !790). TF dibentuk kembali dari kedipan

    mata setiap &5> detik. Saat kelopak mata terbuka, lapisan lemak ikut

    terangkat.

    2.1.4 Mekan%sme Ekskres% A%r Mata

    (da tiga mekanisme yang dapat menyebabkan penipisan PTF yaitu

    absorbsi ke kornea ' inward flow ), pergerakan paralel air mata sepanjang

    permukaan kornea ' tangential flow ) dan evaporasi '), dan Goto et al

    '#00&). Mereka berpendapat bah-a evaporasi hanya berperan minimal

    menyebabkan penipisan5penipisan TF. (kan tetapi, olando et al '!79&)

    menunjukkan bah-a evaporasi berperan penting menyebabkan penipisan TF .

  • 7/25/2019 218015972 Sistem Lakrimal

    5/15

    Smith et al '#009) menyebutkan bah-a hal ini bervariasi sesuai keadaan dan

    melibatkan kombinasi mekanisme.

    Laju evaporasi pada orang normal adalah0,00* 'Araig, #000), 0,#@

    'Goto et, #00&), 0,97 'Mathers, !77>), 0,7* 'ShimaBaki, !77@), !,#

    '+omlinson, !77!), !,>! ':amano, !790), !,7* '?amada, !770). $erlu -aktu

    &5@ menit untuk ruptur PTF 'Kimball, #007).

    2.1.( $e)%&an Mata6elapan puluh persen dari mata berkedip se%ara sempurna, delapan

    belas persen berkedip se%ara inkomplit dan dua persen twitch. ila ditinjau

    berdasarkan rangsang berkedip, berkedip terdiri dari tiga kategori, yaitu

    '(%osta et al, !7771 $epose et al, !77#1 6elgado et al, #00&)!. erkedip involunter yaitu berkedip se%ara spontan, tanpa stimulus

    dengan generator kedipan di otak yang belum diketahui se%ara

    jelas.#. erkedip volunter yaitu se%ara sadar membuka dan menutup

    kelopak mata.&. efleks berkedip adalah berkedip yang dirangsang bila ada

    stimulus eksternal melalui nervus trigeminus dan nervus fasialis.erkedip melibatkan dua otot yaitu muskulus levator palpebra

    superior dan muskulus orbikularis okuli '((2, #003). (ktivitas

    berkedip melibatkan nukleus kaudatus 'MaBBone et al, #0!0) dan

    girus presentalis media 'Kato et al, #00&), dan inhibisi berkedip

    melibatkan korteks frontal 'Stuss et al, !7771 MaBBone et al,

    #0!0).2.2 *akt+r, akt+r -ang Mem&engaruh% Pengl%hatan

    =aktor5faktor yang dapat mempengaruhi penglihatan menurut Aor-in

    '#00!) adalah sebagai berikut!. Usia, bertambahnya usia maka lensa mata berangsur5angsur kehilangan

    elastisitasnya dan melihat ada jarak dekat akan semakin sulit. :al ini

    akan menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan ketika mengerjakan

    sesuatu pada jarak dekat, demikian pula penglihatan jauh.#. $enerangan, pengaruh intensitas penerangan dengan penglihatan sangat

    penting karena mata dapat melihat objek melalui %ahaya yang

    dipantulkan oleh permukaan objek tersebut. Luminasi adalah

    banyaknya %ahaya yang dipantulkan oleh permukaan objek. Cumlah

  • 7/25/2019 218015972 Sistem Lakrimal

    6/15

    sumber %ahaya yang tersedia juga mempengaruhi kemampuan mata

    melihat objek. $ada usia tua diperlukan intensitas penerangan yang

    lebih besar untuk melihat objek. +ingkat luminasi juga mempengaruhi

    kemampuan memba%a teks. Semakin besar luminasi sebuah objek maka

    semakin besar juga rin%ian objek yang dapat dilihat oleh mata.

    ertambahnya luminasi sebuah objek akan menyebabkan mata

    bertambah sensitif terhadap kedipan ' flicker ). =aktor penerangan

    berpengaruh pada kualitas penerangan yang ditentukan oleh kualitas

    dan kuantitas penerangan. Sifat penerangan juga ditentukan oleh rasio

    ke%erahan yaitu antara objek dan latar belakang. $enerangan bisa

    bersumber dari penerangan langsung, misalnya dari penerangan buatan

    'bola lampu), penerangan yang bersumber dari pantulan tembok, langit5

    langit ruangan dan bagian permukaan meja kerja 'Kroemer et al, #000).&. Silau ' glare ), adalah proses adaptasi berlebihan pada mata sebagai

    akibat dari retina mata terpapar sinar yang berlebihan 'Grandjean,

    #000).*. Ukuran pupil, supaya jumlah sinar yang diterima retina sesuai maka

    otot iris akan mengatur ukuran pupil. Lubang pupil juga dipengaruhi

    oleh memfokusnya lensa mata, menge%il ketika mata memfokus pada

    objek yang dekat.@. Sudut dan ketajaman penglihatan, sudut penglihatan ' visual image )

    sebagai sudut yang berhadapan dengan objek mata.

    2.3 $elelahan MataKelelahan mata adalah suatu keadaan mata yang ditandai dengan adanya

    perubahan psikofisiologi berupa kelambatan aktifitas motoris, respirasi, perasaan

    sakit dan berat pada bola mata, sehingga mempengaruhi kerja fisik maupun kerja

    mental 'Grandjean, #000). Kelelahan dapat menyebabkan seorang kurang

    -aspada dalam menghadapi sesuatu. 6alam keadaan lelah, sinyal5sinyal yang

    berjalan maju mundur diantara talamus dan korteks serebri tidak berfungsi se%ara

    optimal yang menyebabkan kesiapsiagaan menurun 'Sutajaya, #00*).Kelelahan mata dikenal sebagai asthenopia yaitu ketegangan okular atau

    ketegangan pada organ visual dimana terjadi gangguan pada mata dan sakit kepala

    sehubungan dengan penggunaan mata se%ara intensif. +erdapat tiga jenis

  • 7/25/2019 218015972 Sistem Lakrimal

    7/15

    asthenopia yaitu asthenopia akomodatif, asthenopia muskuler dan asthenopia

    neurastenik. $ada pengguna komputer termasuk ke dalam astheno akomodatif

    dimana hal ini disebabkan oleh kelelahan otot siliaris '"lyas, #00&).

    Menurut Aor-in '#00!) upaya mata yang melelahkan menjadi penyebabkelelahan mental. Gejala meliputi sakit kepala, penurunan intelektual, daya

    konsentrasi dan ke%epatan berpikir. Lebih dari itu, bila mata pengguna komputer

    men%oba mendekatkan objek untuk memperbesar ukuran benda, maka akomodasi

    dipaksa dan mungkin terjadi pandangan rangkap atau kabur. :al ini menimbulkan

    sakit kepala di sekitar daerah atas mata.Susila '#00!) juga menyatakan, apabila melihat obyek pada jarak dekat

    maka mata akan mengalami konvergensi. Konvergensi mata ini berusaha

    mendapatkan bayangan pada daerah retina yang sama di kedua bola mata. ila

    usaha ini gagal mempertahankan konvergensi maka bayangan akan jatuh pada dua

    tempat yang berbeda pada retina. ila diteruskan ke otak maka orang akan melihat

    dua obyek. $englihatan tersebut menyebabkan rasa tidak nyaman.Ketajaman penglihatanjuga dapat turun se-aktu5-aktu terutama pada saat

    daya tahan tubuh menurun atau mengalami kelelahan. Gejala umum lainnya yang

    sering dikeluhkan akibat kelelahan mata adalah sakit punggung, sakit pinggang

    dan vertigo 'Mangunkusumo, #00#).6isamping itu, menurut Mangunkusumo '#00#), kelelahan mata juga

    dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dikelompokkan atas faktor intrinsik dan

    faktor ekstrinsik. =aktor5faktor tersebut yaitu!. =aktor intrinsik merupakan faktor yang berasal dari tubuh yang terdiri

    atasa. =aktor okular yaitu kelainan mata berupa ametropia dan heteroforia.

    (metropia adalah kelainan refraksi pada mata kiri dan mata kanan

    tetapi tidak dikoreksi. :eteroforia adalah kelainan dimana sumbu penglihatan dua mata tidak sejajar sehingga kontraksi otot mata

    uuntuk mempertahankan koordinasi bayangan yang diterima dua

    mata menjadi satu bayangan lebih sulit. (pabila hal ini berlangsung

    lama maka akan menyebabkan kelelahan mata. b. =aktor konstitusi yaitu faktor yang disebabkan oleh keadaan umum

    seperti tidak sehat atau kurang tidur.#. =aktor ekstrinsik terdiri atas empat hal yaitu

  • 7/25/2019 218015972 Sistem Lakrimal

    8/15

    a. Kuantitas iluminasi1 %ahaya yang berlebihan dapat menimbulkan

    silau, pandangan terganggu dan menurunnya sensitivitas retina. b. Kualitas iluminasi1 meliputi kontras, sifat %ahaya ' flicker ) dan

    -arna. Kontras berlebihan atau kurang, %ahaya berkedip ataumenimbulkan flicker dan -arna5-arna terang akan menyebabkan

    mata menjadi %epat lelah.%. Ukuran obyek yang dilihat1 obyek yang berukuran ke%il memerlukan

    penglihatan dekat sehingga membutuhkan kemampuan akomodasi

    yang lebih besar. Cika hal ini terjadi terus5menerus, mata menjadi

    %epat lelah.d. 4aktu kerja1 -aktu kerja yang lama untuk melihat se%ara terus

    menerus pada suatu obyek dapat menimbulkan kelelahan.

    BAB 3PEMBAHA#AN

    3.1 $ela%nan $+ngen%tal )an $ela%nan Perkem'angan #%stem Lakr%mal(tresi duktus nasolakrimal merupakan kelainan kongenital yang sering

    ditemukan pada sistem lakrimal. :ampir &08 neonatus mengalami penutupan

    duktus nasolakrimal pada -aktu lahir. (tresi biasanya ditemukan pada

    mukoperiosteum nasal dekat valvula :asner. (tresi ini dapat bersifat sementara

    atau menetap setelah & minggu kelahiran. +erdapat penimbunan air mata dan

    mukus dalam sakus lakrimal, yang ditunjukkan dengan adanya regurgitasi mukus

    pada penekanan daerah sakus lakrimal.

    3.1.1 Peng+'atan$emberian antibiotik lokal, masase pada pungtum ke arah sakus

    lakrimal, bila tidak membaik setelah minggu ke5*, dilakukan tindakan

    probing dan irigasi. $ada penderita di ba-ah umur > bulan tindakan

    dilakukan dengan pemberian sedativa. $enderita di atas umur > bulan

    dengan narkosa umum. Kelainan pungtum dan kanalikuli dapat terjadi

    bersamaan, berupa tidak adanya pungtum dan kanalikuli, penutupan,

    duplikasi, dan fistulasi.(pabila tidak terdapat pungtum, dilakukan pembukaan dengan dilatator

    yang run%ing. $ada fistula dilakukan eksisi1 dan apabila tidak ada kanalikuli

  • 7/25/2019 218015972 Sistem Lakrimal

    9/15

    dilakukan tindakan pembedahan. 6ivertikel dapat timbul dari sakus

    lakrimal, kanalikuli atau duktus nasolakrimal. 6ari divertikel ini dapat

    terjadi kantong kista yang berisi %airan dan menyerupai mukokel sakus

    lakrimal. (pabila disertai infeksi, terjadi dakriosistitis, maka pengobatannya

    adalah1 ditenangkan proses radangnya, selanjutnya dilakukan eksisi.

    3.2 Pen-ak%t !n eks% #%stem Lakr%mal3.2.1 Dakr%+a)en%t%s akut

    Keadaan ini jarang ditemukan, biasanya mengikuti penyakit lain

    seperti parotitis epidemik, influenBa, tuberkulosis dan merupakan penyebab

    paling sering pada anak5anak. $ada orang de-asa, infeksi sistem lakrimal

    biasanya menyertai infeksi gonore, infeksi purulen kelopak mata dan

    konjungtiva atau trauma perforasi kelenjar lakrimal.Keluhan subyektif utama adalah rasa tidak enak dan nyeri pada orbita

    pada bagian superior dan temporal. $embengkakan dan kemerahan kelenjar

    lakrimal menimbulkan blefaroptosis kelopak mata superior 'lengkang

    berbentuk S pada pinggir kelopak mata). 6itemukan juga adenopati pre5

    aurikular. 6iagnosis banding hordeolum internum, abses palpebra,

    periostitis orbita superior.6akrioadenitis akut dapat diberikan pengobatan dengan %ara kompres

    hangat, antibiotika lokal dan sistemik, insisi bila terjadi abses.

    3.2.2 Dakr%+a)en%t%s kr+n%k $enyebab dari penyakit ini adalah sarkoidosis, tuberkulosis, leukimia

    limfatik, trakoma, sindrom Mi%kuli%B. +erjadi pembengkakan yang dapat

    diraba melalui kelopak mata. $engobatan ditujukan pada penyebabnya.

    3.2.3 Dakr%+s%st%t%s akut6akriosistitis akut ialah peradangan supuratif sakus lakrimal disertai

    dengan selulitis jaringan di atasnya. $enyebab yang mendasari adalah

    penyumbatan duktus nasolakrimal, sering ditemui pada anak5anak dan orang

    de-asa usia diatas *0 tahun.$eradangan berupa pembengkakan, merah dan nyeri, biasanya disertai

    dengan pembengkakan kelenjar pre5aurikular, sub5mandibular serta demam

    ringan. Kadang5kadang kelopak mata dan daerah sisi hidung membengkak.

    Gejala dakriosistitis akut ialah epifora dan regurgitasi pada penekanan

  • 7/25/2019 218015972 Sistem Lakrimal

    10/15

    daerah sakus lakrimal. $ada stadium lanjut dapat terjadi komplikasi berupa

    fistula. (pabila terdapat erosi kornea misalnya karena trauma, maka erosi

    akan berkembang menjadi ulkus kornea. 6iagnosis banding sinusitis

    etmoidal akut.$engobatan dakriosistitis akut dapat dilakukan dengan %ara kompres

    hangat, antibiotika lokal dan sistemik, insisi bila terdapat abses, tindakan

    pembedahan dilakukan apabila gejala peradangan sudah dapat di atasi

    terlebih dahulu.

    3.2.4 'struks% sakus lakr%mal2bstruksi sakus lakrimal jarang ditemui, biasanya disebabkan oleh

    dakriolit. Konsistensi sakus lakrimal padat. $engobatan obstruksi sakuslakrimal dapat dilakukan dengan %ara antibiotik lokal, irigasi, dan

    pembedahan.

    3.2.( 'struks% )uktus nas+lakr%mal/ &ungtum/ )an kanal%kul% lakr%mal2bstruksi duktus nasolakrimal biasanya terdapat pada orang tua yang

    kausanya idiopatik. :al ini disebabkan oleh proses degenarasi mukosa dan

    adanya stenosis, yang mengakibatkan epifora dan mukokel sakus lakrimal.

    6akriosistitis sering menyertai mukokel kronik. $enyumbatan pungtum dan

    kanalikuli biasanya didapatkan bersamaan dengan penyakit atau kelainan

    konjungtiva Sindrom Steven Cohnsons, pemfigus, trauma mekanik, trauma

    kimia-i atau termis.$engobatannya dapat dilakukan dengan %ara Dprobing dengan tuba

    silastik bila penyumbatan tidak sempurna. $embedahan bila disertai

    penyumbatan kanalikuli.

    3.2.0 $anal%kul%t%sKanalikulitis disebabkan oleh infeksi streptothrix 'a%inomi%es

    ismelii). ila terdapat stenosis atau obstruksi, dilakukan insisi dan dilatasi,

    bila hanya stenosis dilakukan probing, dipasang tuba silastik. ila terdapat

    epifora yang berat dan penyumbatan total pada pungtum dan kanalikuli

    dilakukan tindakan pembedahan.

    3.2. E ers% &ungtumEversi pungtum dapat disebabkan kelainan kelopak mata pada usia

    tua, konjungtivitis, blefaritis, ektropion. $ada pemeriksaan ditemukan

  • 7/25/2019 218015972 Sistem Lakrimal

    11/15

    adanya pungtum yang menjauh dari bola mata. $engobatan ditujukan

    terhadap kausa.

    3.2. Tum+r kelenjar lakr%mal+umor jinak dapat berupa adenoma dan limfangioma. +umor ganas

    mixed tumor sarkoma, karsinoma. Gambaran klinik pseudoptosis, nodule

    dapat diraba pada pinggir orbita superior, eksoftalmos dengan perubahan

    posisi bola mata ke ba-ah dan diplopia. $engobatan dapat dilakukan dengan

    %ara pembedahan dan penyinaran.

    3.2. Tum+r sakus lakr%mal+umor sakus lakrimal jarang ditemukan dan kadang5kadang tidak

    dipikirkan kemungkinan tumor, karena diragukan dengan peradangan atau

    penyebab lain yang menyumbat duktus nasolakrimal. +umor dalam sakus

    dapat menimbulkan epifora. +umor jinak yang sering ditemui adalah

    papiloma sk-amosa. Karsinoma epidemoid merupakan tumor ganas yang

    sering ditemukan. $engobatan dapat dilakukan dengan %ara tindakan

    pembedahan, pada tumor limfoid dilakukan penyinaran.

    3.3 A'n+rmal%tas $+m&+s%s%

    3.3.1 !n us%ens% Akue+us 5Mata $er%ng6+erjadi defisiensi sekresi lakrimal seiring dengan pertambahan usia

    dan hal ini menyebabkan keratokonjungtivitis sika 'KAS) atau mata kering.

    Ketika defisiensi ini didapatkan bersama mulut yang kering dan kekeringan

    membran mukosa lainnya maka keadaan tersebut dinamakan sindrom j

    gren 'suatu eksokrinopati autoimun). ila KAS dihubungkan dengan

    kelainan jaringan ikat autoimun maka disebut sindrom j gren sekunder.

    (rtritis reumatoid merupakan salah satu kelainan terkait yang paling sering.Gejala pada penderitanya adalah pasien mengeluhkan gejala

    nonspesifik seperti rasa kelilipan, rasa terbakar, fotofobia, rasa berat pada

    kelopak mata, dan kelelahan mata. Gejala ini memburuk di malam hari

    karena mata kering di sepanjang hari. $ada kasus yang lebih berat, tajam

    penglihatan bisa berkurang karena terjadi kerusakan kornea.

    $ada kasus5kasus ringan hanya ada sedikit tanda yang jelas.

    $e-arnaan mata dengan fluoresein akan memperlihatkan titik ke%il

  • 7/25/2019 218015972 Sistem Lakrimal

    12/15

    fluoresensi ' pewarnaan pungtata ) di atas kornea dan permukaan

    konjungtiva yang terpajan. $ada kasus5kasus berat, palabelan mukus yang

    abnormal dapat melekat pada permukaan kornea ' keratitis filamenter )

    sehingga menyebabkan rasa nyeri karena tertariknya filamen ini ketika

    berkedip.

    Suplementasi air mata buatan mampu mengurangi gejala dan

    ka%amata pelindung dapat men%iptakan lingkungan yang lembap di sekitar

    mata. $ada kasus berat mungkin diperlukan oklusi punta dengan sumbat

    atau lebih permanen dengan pembedahan, untuk melindungi air mata.

    $enyakit ringan biasanya memberi respons terhadap air mata buatan.

    $enyakit berat seperti yang ditemukan pada reumatoid j gren sulit

    diterapi.

    3.3.2 Pr+)uks% Mukus T%)ak A)ekuat6estruksi sel goblet terjadi pada kebanyakan mata kering, namun

    terutama pada kelainan konjungtiva sikatrisial seperti eritema multiforme

    'sindrom Steven5Cohnson). $ada penyakit ini terdapat episode inflamasi akut

    yang menyebabkan lesi Dtarget makular pada kulit dan lesi bersekret pada

    mata, mulut, dan vulva. $ada mata hal ini menyebabkan pengerutan

    konjungtiva dengan adhesi antara bola mata dan konjungtiva ' simblefaron ).

    Mungkin terdapat defisiensi akueous dan musin sekaligus dan masalah

    akibat deformitas kelopak mata serta trikiasis. Luka bakar kimia pada mata,

    terutama karena alkali dan trakoma 'inflamasi kronis pada konjungtiva

    karena sejenis infeksi klamidia), juga memberikan hasil akhir serupa.

    Gejalanya serupa dengan gejala pada defisiensi akueous. $emeriksaanmemperlihatkan konjungtiva abnormal yang mengalami perut dan daerah

    yang ter-arnai fluoresein. +erapi membutuhkan penggunaan lubrikan

    buatan.6efisiensi vitamin ( ' xeroftalmia ) merupakan suatu keadaan yang

    menyebabkan kebutaan masa kanak5kanak di seluruh dunia. Keadaan ini

    dihubungkan dengan malnutrisi umum di negara5negara seperti "ndia dan

    $akistan. Sel goblet hilang dari konjungtiva dan permukaan mata menjadi

  • 7/25/2019 218015972 Sistem Lakrimal

    13/15

    terkerantinisasi ' xerosis ). 6efisiensi akueous juga dapat terjadi. $elunakan

    dan perforasi kornea yang khas pada kondisi ini ' keratomalasia ) dapat

    di%egah dengan terapi dini menggunakan vitamin (.

    3.3.3 Pr+)uks% M%n-ak Me%'+m A'n+rmal atau T%)ak A)ekuat+idak adanya lapisan minyak menyebabkan instabilitas film air mata,

    dikaitkan dengan blefaritis.

    3.3.4 Mal&+s%s% Te&% $el+&ak MataCika kelopak mata tidak beraposisi dengan mata ' ektropion ), atau jika

    terdapat penutupan mata yang insufien 'misal pada palsi saraf ketujuh

    atau jika mata mengalami protusi ' proptosis ) seperti pada penyakit

    mata distiroid) film air mata praokular tidak akan terbentuk dengan

    adekuat. Koreksi deformitas kelopak mata merupakan penyelesaian

    terbaik dari masalah ini. Cika defek hanya temporer, maka dapat

    diberikan air mata buatan dan lubrikan. Cika penutupan mata tidak

    adekuat, ptosis temporer dapat diinduksi dengan penyuntikan lokal

    toksin botulinum ke otot levator. :asil yang lebih permanen

    didapatkan dengan menjahit sebagian tepi kelopak atas dan ba-ah

    yang beraposisi 'misal tarsorafi lateral ).

    3.4 $ela%nan Dra%nase A%r Mataila produksi air mata melebihi kapasitas sistem drainase, air mata yang

    berlebih akan mengalir ke pipi. "ni disebabkan oleh!. "ritasi permukaan mata, misalnya karena benda asing pada kornea,

    infeksi, atau blefaritis1#. 2klusi pada bagian manapun di sistem drainase 'air mata yang berlebih

    dinamakan epifora ).

    3.4.1 'struks% Dra%nase A%r Mata 5Ba-%6Sistem nasolakrimal berkembang sebagai tabung solid yang kemudian

    mengalami kanalisasi dan menjadi paten tepat sebelum %ukup bulan.

    2bstruksi kongenital duktus sering terjadi. Ujung distal duktus

    nasolakrimalis bisa tetap imperforata sehingga menyebabkan mata berair.

    Cika kanalikuli terobstruksi, sebagian kumpulan air mata yang tidak

    mengalir dalam sakus dapat terinfeksi dan berakumulasi sebagai

    mukokel atau menyebabkan dakriosistitis . Se%ara diagnostik sekret dapat

  • 7/25/2019 218015972 Sistem Lakrimal

    14/15

    dikeluarkan dari pungta dengan menekan sakus lakrimalis.

  • 7/25/2019 218015972 Sistem Lakrimal

    15/15

    2perasi ini dapat dilakukan melalui insisi pada sisi hidung atau dengan

    endoskopi melalui pasase nasal sehingga menghindari terjadinya parut pada

    -ajah.

    3.( !n eks% #%stem Nas+lakr%mal2bstruksi tertutup sistem drainase merupakan predisposisi infeksi sakus.

    2rganisme penyebab biasanya taphylococcus. $asien datang dengan

    pembengkakan nyeri pada sisi medial orbita., yang merupakan sakus yang

    mebesar dan terinfeksi. +erapi adalah dengan antibiotik sistemik. $ukokel

    diakibatkan oleh pengumpulan mukus dalam sakus yang mengalami

    obstruksi, namun tidak mengalami infeksi. $ada kedua kasus mungkin

    diperlukan 6A untuk men%egah rekurensi.

    BAB 4PENUTUP

    4.1 $es%m&ulan

    4.2 #aran

    DA*TAR PU#TA$A

    Cames, ru%e, dkk. #00>. %ecture &otes 'ftalmologi . Cakarta EMS

    $rof. dr. "lyas, Sidarta Sp.M, dkk. #00#. (lmu Penyakit $ata utuk !okter )mumdan $ahasiswa *edokteran ed. #. Cakarta Sagung Seto

    http ;;repository.usu.a%.id;bitstream;!#&*@>397;&*9>0;*;Ahapter8#0"".pdf

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34860/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34860/4/Chapter%20II.pdf