2009 modul 2 paradigma dan proses perencanaan publik
DESCRIPTION
Paradigma dan Proses PerencanaanTRANSCRIPT
MODUL 2 PARADIGMA PERENCANAAN DAN PROSES PERENCANAAN PUBLIK
2.1 Pengertian Paradigma PerencanaanSecara sederhana paradigma dapat didefinisikan sebagai cara pandang. Paradigma merupakan suatu kesepakatan para pakar dalam proses berfikir yang menjadi dasar dalam pengembangan keilmuan. Paradigma perencanaan akan terkait dengan pengambilan keputusan dan atau perumusan perencanaan. Beberapa ahli telah berupaya mendefinisikan pengertian perencanan, yaitu:
1. Perencanaan merupakan suatu suatu hasil rangkaian kerja untuk merumuskan sesuatu yang didasari oleh suatu pola tindakan yang definitif, menurut pertimbangan yang sistematis, akan membawa keuntuntungan tetapi dengan anggapan bahwa akan ada tindakan selanjutmya yang juga merupakan rangkaian kegiatan yang sistematis lainnya (Djoko Soejarto).
2. Perencanaan merupakan suatu aktivitas universal manusia, suatu keahlian dasar dalam kehidupan yang berkaitan dengan pertimbangan suatu hasil sebelum diadakan pemilihan di antara berbagai alternatif yang ada (Catanese).
3. Perencanaan adalah transfer pengetahuan ke tindakan dalam wadah umum untuk mengelola lingkungan sosial maupun fisik (John Friedman)
4. Perencanaan adalah suatu proses pemikiran dan tindakan manusia berdasarkan pemikiran tersebut dalam kenyataannya, pemikiran ke masa depan yang merupakan suatu kegiatan manusia yang sangat umum. (George Chadwick)
5. Perencanaan dapat dilihat sebagai kemampuan untuk mengendalikan konsekuensi masa depan dari suatu tindakan-tindakan yang dilakukan saat ini. Semakin banyak konsekuensi yang dapat dikendalikan, semakin besar konsekuensi perencanaan. Maksud perencanaan adalah untuk membuat masa depan yang berbeda dari pada yang akan terjadi tanpa perencanaan itu (Aaron Wildavky)
Dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa perencanaan itu mengandung unsur-unsur:
a. Keinginan dan cita-cita untuk membuat keadaan yang lebih baik, atau membuat keadaan menjadi lebih buruk
b. Tujuan dan motivasi untuk mencapai keinnginan atau cita-cita tersebut
c. Pemanfaatan sumber daya (alam, manusia, modal dan informasi) untuk mencapai tujuan atau keinginan)
d. Upaya untuk mencapai hasilguna yang berdayaguna
e. Ruang dan waktu, yaitu pencapaian tujuan dimasa mendatang
f. Berkesinambungan, yaitu bahwa rencana tidak statis, tetapi lebih dinamis sesuai dengan perkembangan jaman.
Adapun syarat-syarat suatu rencana adalah:
a. Rasional, sehingga dapat dilaksanakan dan tujuan perencanaan tersebut dapat tercapaib. Berorientasi ke masa depanc. Berkesinambungan dan dinamis, sesuai dengan perkembangan masa,d. Berdayaguna dan berhasilgunae. Keadaan yang dituju di masa mendatang haruslah lebih baik dari yang ada saat sekarang.
Secara harfiah perencanaan adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan perencanaan. Oleh sebab itu perencana haruslah mampu menghasil suatu rencana yang sesuai dengan syarat-syarat rencana.
2.1.1 Paradigma PerencanaanParadigma dalam perencanaan telah mengalali transformasi. Pemikiran dan praktek perencanaan selalu berkembang pada tempat dan waktu tertentu. Perubahan paradigma atau cara pandang berimplikasi terhadap praktek perencanaan yang berlaku pada suatu negara. Secara umum paradigma perencanaan dapat di kelompokan menjadi:
Top down
Bottom up
Paradigma perencanaan akan terkait dengan pengambilan keputusan dan atau perumusan perencanaan
a. Top down
• Proses pengambilan keputusan atau perumusan perencanaan yang dilakukan oleh yang di atas atau dipusat,
• Di bawah atau di daerah berperan untuk menjabarkan atau menerapkan keputusan
b. Bottom Up
• Proses pengambilan keputusan atau perumusan perencanaan yang dilakukan oleh yang berkepentingan (stake holder)/ di bawah/ di daerah.
• Di atas/pusat/pengelola berperan manjadi fasilitator
Persyaratan dalam pelaksanaan pengambilan keputusan atau perumusan perencanaan:
a. Top down
• Pengambil keputusan harus berorientasi pada kepentingan publik
• Sistem pengawasan baik oleh lembaga yang berwenang
• Hukum harus menjadi supremasi
b. Bottom Up
• Sistem pengelolaan (pemerintahan) yang demokratis
• Pemahaman masyarakat relatif homogen
• Transparan
2.1.2 Pendekatan Dalam PerencanaanSeiring dengan perkembangan dan pergeseran paradigma perencanaan, maka pendekatan dalam perencaan pun terus berkembang. Praktek perencanaan dipengaruhi oleh pendektan yang digunakannya. Sejarah perencaan atau pengembangan pendekatan dapat diidentifikasi berdasarakan historis.
Diperlukan suatu cara pengambilan keputusan/pendekatan dalam merencanakan agar memberikan kepuasan bagi berbagai pihak. Berikut adalah beberapa pendekatan perencanaan:
A. Pendekatan Komprehensif Rasional
- Pengertian; Suatu kerangka pendekatan yang logis dan teratur, mulai dari diagnosis sampai kepada tindakan yang didasarkan pada analisis fakta yang relvevan, diagnosa masalah yang dikaji melalui kerangka tiori dan nilai-nilai, perumusan dan sasaran dalam rangka pemecahan masalah, merancang alternatif cara-cara untuk mencapai tujuan, dan pengkajian atas efektivitas cara-cara tersebut.
- Asumsi yang mendasari
Suatu konsensus umum terhadap cara dan tujuan yang mempunyai makna kepentingan/ kesejahteraan umum (publik interest/ common good) dapat dicapai.
Pemilihan rencana yang terbaik pada dasarnya merupakan suatu proses teknikal yang dapat diselesaikan melalui analisis yang cermat atas data yang relevan.
Dapat melaksanakan secara efektif dan efisien oleh suatu mekanisme perencanaan yang sentralistik.
Rasional (rational) yang mempunyai definisi yaitu dapat diterima oleh akal dan pikiran dapat ditalar sesuai dengan kemampuan otak. Hal-hal yang rasional adalah suatu hal yang di dalam prosesnya dapat dimengerti sesuai dengan kenyataan dan realitas yang ada. Biasanya kata rasional ditujukan untuk suatu hal atau kegiatan yang masuk diakal dan diterima dengan baik oleh masyarakat. Rasional juga berarti norma - norma yang sudah baku di dalam masyarakat dan telah menjadi suatu hal yang biasa dan permanen
Proses perencanaan dilakukan secara terpusat mengikuti langkah yang berurutan, setiap langkah dihubungkan dengan umpan balik. Perencanaan ini memungkinkan untuk memasukkan perubahan dalam proses perencanaannya sehingga hasil dapat berupa informasi baru atau pengalaman baru yang dapat digunakan untuk perencanaan selanjutnya. Proses perencanaan merupakan proses teknis ilmiah dan dilakukan tanpa adanya keterlibatan publik (masyarakat).
Kelemahannya: proses perencanaan merupakan perencanaan objektif tanpa melibatkan partisipasi dari masyarakat.
B. Pendekatan Inkrimental
- Pengertian; Suatu kerangka pendekatan yang hanya memilih di antara rentang alternatif yang terbatas dan hanya berbeda sedikit dari kebijaksanaan yang ada.
- Asumsi yang mendasari
Menolak kemungkinan terjadinya konsensus dalam isu perencanaan yang luas
Konsensus sangat sulit dicapai dan kemungkinan yang terjadi hanya pada usulan-usulan yang menghendaki perubahan yang inkrimental (bertambah secara sedikit demi sedikit dan teratur)
Membutuhkan suatu perencanaan yang terdesentralisasi
C. Pendekatan Mixed Scanning
- Pengertian; Suatu kerangka pendekatan yang berupa kombinasi dari komprehensif rasionalistik yang menekankan pada tugas analitik, penelitian dan pengumpulan data yang menyeluruh dan inkrimental yang menitik beratkan pada tugas interaksional untuk mencapai konsensus
- Asumsi yang mendasari
Membolehkan terjadinya konsensus dalam setiap isu yang dihadapi
Untuk mengarahkan kebijaksanaan umum sebaiknya ditangani secara terpusat
Untuk rancangan program yang efisien lebih efektif untuk dilaksanakan oleh mekanisme prencanaan yang desentralistik
D. Pendekatan Advokasi/Transaktif
- Pengertian; Suatu kerangka pendekatan yang mnitik beratkan pada proses sosial yang tidak terlalu dengan penyusunan rencana, melainkan lebih memperhatikan perubahan terarah yang sedang berlangsung dimana tujuan dan cara secara terus menerus disesuaikan dengan keinginan stake holder.
- Asumsi yang mendasari
- Suatu perencanaan dimana sel-sel kecil yng terdesentralisasi menciptakan interaksi ttap muka (face to face) yang bermakna antara perencana (mentor/ fasilitator) dengan klien (masyarakat)
Konsensus yang sifatnya luas diantara sel-sel tersebut tidak diperlukan dalam pelaksanaan.
E. Perencanaan Strategis (Strategic Planning)
- Membuat strategi adalah untuk mendapatkan alternatif yang paling menguntungkan
- Strategis à dinamika pengambilan keputusan dimana pemecahan masalah mendesak dikaitkan dengan usaha pemecahan masalah serta dampaknya yang lebih luas
- Karakteristik Perencanaan Strategis
Berorientasi pada tindakan, hasil dan penerapan
Lebih memfokuskan pada identifikasi dan pemecahan isu
Menekankan penilaian lingkungan internal dan eksternal
Penuh dengan kecenderungan baru, diskontuinitas dan mengejutkan dalam memperkirakan kondisi saat ini hingga masa depan
Mengandung wawasan (visi keberhasilan) di masa depan
Lebih partisipatif luas dan bervariasi
Lebih fleksible
Tabel
Perbandingan Rencana Strategis dan Rencana Komprehensif
Perencanaan Komprehensif Perencanaan Strategis
Ditekankan pada perumusan tujuan dan sasaran yang
kemudian diterjemahkan pada Program
Ditekankan pada identifikasi dan pemecahan masalah
Faktor internal sebagai pokok bahasan Faktor internal dan eksternal merupakan hal yang saling
berinteraksi
Kecenderungan yang ada dinggap berlanjut di masa
mendatang
Pola pertumbuhan sangatlah dinamis dan dipengaruhi
faktor eksternal
Kondisi masa depan dirumuskan sebagai tujuan akhir
yang harus dicapai
Kondisi masa depan merupakan wawasan yang dinamis
Berorientasi pada cara pencapaian tujuan akhir Berorientasi pada tindakan saat ini dan pengaruhnya
pada masa mendatang
Perencanaan Komprehensif
Perencanaan Infrastruktur
Perencanaan Strategis
Pendekatan perencanaan telah mengalami perkembangan menjadi beberapa macam, salah satunya adalah
perencanaan rasional menyeluruh atau Rational Comprehensive Approach. Pendekatan dilakukan secara
konseptual dan analitis mencakup pertimbangan yang luas namun masih dalam suatu cakupan kesatuan.
Tetapi permasalahan sering muncul ketika menggunakan model ini, diantaranya perlu didukung oleh sistem
informasi yang lengkap, rinci dan keandalan yang tinggi, serta sistem koordinasi kelembagaan yang mapan,
yang pada kenyataannya hal ini yang menjadi permasalahan di manapun di dunia ini.
Dengan adanya anggapan kekurangefektifan pendekatan menyeluruh maka telah dikemukakan suatu
bentuk pendekatan perencanaan yang dikenal sebagai pendekatan perencanaan terpilah atau Disjointed Incremental Planning Approach. Pendekatan ini mengutamakan unsur atau subsistem tertentu sebagai
yang perlu diprioritaskan tanpa perlu melihatnya dalam wawasan yang lebih luas. Permasalahan yang
timbul dari model ini diantaranya sering terjadi dampak ikutan yang tidak terduga sebelumnya dan hanya
solusi jangka pendek saja.
Pendekatan yang mengkombinasikan pendekatan rasional menyeluruh dan pendekatan terpilah disebut
sebagai pendekatan perencanaan terpilah berdasarkan pertimbangan menyeluruh atau Mixed Scanning Planning Approach. Namun pendekatan ini juga sering mengalami masalah seperti terjadinya kemelesetan
dari ramalan-ramalan, khususnya yang menyangkut tujuan-tujuan jangka panjang karena ditunjang oleh
system informasi yang didasarkan kepada hasil penalaahan sekilas atau scanning.
Agenda perencanaan tata ruang di Eropa
Dalam perencanaan strategis perlu adanya pertimbangan mengenai
Masalah Prosedur (keterlibatan para aktor) Masalah Tata Ruang (reposisi dalam tata ruang ekonomi eropa) Masalah Kerangka Waktu (strategis dan fleksibel sesuai dengan perkembangan)
Inovasi utama dalam penyusunan agenda strategi tata ruang di Eropa terdiri dari:
Perencanaan strategis tidak haya pada pelaksanaan di masa mendatang, tetapi lebih kepada kerja sama antara faktor ekonomi, sosial dan politik.
Pertimbangan waktu merupakan faktor utama dalam pertimbangan strategis Posisi ekonomi dalam wilayah merupakan hal yang sangat penting. Tetapi dalam
pembangunannya haruslah seimbang antara ekonomi dan kepentingan lingkungan. Demokrasi menjadi orientasi utama dalam perencanaan strategis Kepedulian/koordinasi antar bidang kebijaksanaan merupakan hal yang penting dalam
perencanaan. Keterkaitan antar tingkatan (nasional/wilayah/ kawasan) ruang dalam perencanaan
menjadi penting, terutama apabila sudah melampaui batas negara
Penyusunan Rencana Strategis
A. Pergeseran Perencanaan yang terjadi Keterlibatan aktor pembangunan semakin tinggi (baik dari keragaman aktor maupun
porsi keterlibatan).
Kewenangan tingkat lokal semakin tinggi didukung oleh peningkatan kemampuan
lembaganya
Kepentingan lingkungan semakin menjadi pertimbangan.
Reposisi kota dalam wilayah perekonomian Eropa
Perencanaan lebih ditekankan pada rencana tata ruang strategis
B. Konsekuensi Penyusunan Strategi Tata RuangDari pengalaman kasus kota-kota di Eropa, konsekuensi Penyusunan Strategi Tata Ruang secara
umum dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Setiap perencanaan harus didukung oleh seluruh aktor pembangunan, atau selalu
didasari oleh suatu kesepakatan.
Keterlibatan masyarakat (yang tidak mempunyai akses ke kekuasaan) perlu
ditingkatkan
Pertimbangan lingkungan harus seimbang dengan pertimbangan ekonomi
Perencanaan lebih ditekankan pada level bawah (wilayah/lokal)
Kekuasaan pemerintah secara bertahap dikurangi
Koordinasi antar sektor dan aktor pembangunan perlu ditingkatkan
Meningkatkan kapasitas kelembagaan
Selalu menerima gagasan-gagasan pembaharuan
C. Kekuatan-kekuatan pengendaliBeberapa kekuatan yang menegndalikan pembentukan strategi tata ruang di Eropa adalah:
Kekuatan ekonomi, yang terdiri dari restrukturisasi ekonomi, penempatan kembali di
wilayah Eropa (secara ekonomi ruang), peningkatan peluang business lokal.
Kekuatan gerakan sosial (pecinta lingkungan hidup)
Kekuatan kebijaksanaan publik, yang terdiri dari penghematan, kompetisi untuk
keuangan nasional, kekuatan baru pada perwilayahan, perhatian baru dari nasional
pada perencanaan, dan akses ke keuangan Uni Eropa
Pertimbangan Lokal yang terdiri dari prioritas politik, kebutuhan/nilai sosial,
keseimbangan ekonomi-sosial, tekanan penduduk lokal, tekanan usaha (ekonomi)
lokal, kebijaksanaan yang lebih baik untuk membantu membuat kebijaksanaan kunci,
dan budaya perencanaan yang kuat.
2.2 Proses PerencanaanDidalam perencanaan, ‘proses’ merupakan suatu yang berkesinambungan. Bahkan dikatakan
proses perencanaan tidak mempunyai awal dan akhir yang definitif (Webber, 1963). Proses
perencanaan akan berlangsung terus menuju ke upaya penyelesaian masalah selanjutnya sesuai
dengan perkembangan permasalahan yang baru. Proses perencanaan akan selalu tanggap dan
menyesuaikan diri dengan perkembangan di dalam masyarakat maupun berbagai sumberdaya
yang menujang kegiatan tersebut. (Branch, Robinson 1968)
Proses perencanaan merupakan rangkaian kegiatan berfikir yang berkesinambungan dan rasional
untuk memecahkan suatu permasalahan secara sistematik dan berencana. Proses perencana
dapat berkembang sesuai dengan kendala dan limitasi yang ada sehingga rangkaian kegiatan
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. (Holden, Mcllroy, 1970).
Most public policies are a combination of rational planning, incrementalism, competition among groups, elite preferences, systemic forces, public choice, political processes, and institutional influences. (Jenkins, 1992)
2.2.1 Jenis Kegiatan dalam Proses PerencanaanKegiatan yang terkait didalam proses perencanaan adalah:
1. Gagasan
2. Tujuan
3. Pengumpulan data
4. Pengelolaan data
5. Kecenderungan perkembangan
6. Perkiraan di masa depan
7. Perumusan alternative
8. Perumusan rencana
9. Pelaksanaan pembangunan
10. Evaluasi
Proses Perencanaan
Keterangan: 1 – 8 : Rencana Tata Ruang9 : Pemanfaatan Ruang10 : Pengendalian Pemanfaatan Ruang
2.2.2 Tahapan Proses Perencanaan1. Identifikasi permasalahan
Butuh komunikasi antara perencana dan masyarakat. Harus memperhatikan issue-
issue kontemporer dan issue-issue yang akan muncul di masa depan
2. Menentukan tujuan, sasaran, dan prioritasCukup sulit karena akan berhadapan dengan heterogenitas dari masyarakat yang
akan terkena dampak dari perencanaan tersebut. Butuh komunikasi antara staf
perencana dan masyarakat
1. Gagasan
2. Tujuan
4. Pengolahan Data
5. Kecenderungan Perkembangan6. Perkiraan
Di MasaMendatang
7. Perumusan Alternatif
8. Perumusan Rencana
9. Pelaksanaan Pembangunan
10. Evaluasi
3. Pengumpulan Data
3. Mengumpulkan dan Interpretasi data
Kebutuhan yang terpenting dalam membuat suatu rencana atau kebijakan tata ruang
adalah adanya data dan informasi kerungan yang mencakup seluruh wilayah secara
tepat, cepat, akurat, dan terpercaya, baik dalam bentuk statistik, deskripsi ataupun
peta/citra. Pengumpulan data dan interpretasi data mencakup Derajat kedetilan data,
data apa yang tersedia, Biaya waktu dan uang untuk mengumpulkan data, Biaya
waktu dan uang untuk melakukan interpretasi data.
4. Mempersiapkan rencana
Rencana inti dan rencana tambahan; rencana inti terkait dengan populasi, guna lahan, dan
sirkulasi. Rencana tambahan memberikan pertimbangan yang lebih spesifik tentang topik-
topik tertentu, seperti pusat perdagangan
5. Usulan program-program untuk mengimplementasikan rencana. Program
implementasi rencana yang paling umum dikenal terbagi dalam 5 kategori:
Pembuatan peraturan pemerintah daerah yang terkait dengan guna lahan dan
pembangunan lahan
Review proyek (evaluasi dampak)
Program untuk memberikan layanan publik
Program konstruksi yang dilakukan oleh pemerintah daerah
Program konstruksi yang dilakukan oleh swasta atau individual atau perusahaan
6. Evaluasi dampak potensial dari rencana dan program implementasi rencanaEvaluasi dampak tersebut harus mencakup analisis:
Dampak lingkungan yang mungkin terjadi, dampak potensial pada ekonomi lokal,
dampak potensial pada keuangan daerah, konsekuensi sosial yang mungkin
dihasilkan
7. Review dan Adopsi rencanatahapan ini butuh program informasi pada publik secara luas
8. Review dan Adopsi program implementasi rencanatahapan ini butuh kesadaran semua pihak yang terkena dampaknya pada isi dan
implikasi program program tersebut sebelum diadopsi
9. Pelaksanaan program implementasi; dan monitor dampak yang terjaditahap pelaksanaan ini paling tampak jelas di mata publik. Paling membutuhkan
waktu dan biaya dari keseluruhan tahapan, masukan dari badan yang terlibat,
maupun pihak yang terkena dampak sngat penting dalam tahap ini
2.3 Tahapan Kegiatan dalam Proses PerencanaanPada kenyataannya suatu proses perencanaan akan melalui suatu rangkaian bertahap. Setiap
tahapan merupakan suatu proses tertentu. Suatu proses perencanaan dapat ditempuh secara
konvensional yaitu suatu rangkaian perencanaan yang ideal dimana berbagai komponen dan
langkah-langkah penyusunan rencana dapat dipenuhi secara lengkap dan cermat. Proses
perencanaan konvensional biasanya hanya dapat dilakukan dengan dukungan masukan berupa
data dan informasi yang lengkap serta berbagai alat, prosedur dan aparat teknis yang lengkap
pula.
Pada kenyataanya sering sekali dihadapi keadaan dimana sangat sukar untuk dimungkinkan
menempuh suatu proses perencanaan yang konvensional mengingat adanya keterbatasan data,
informasi dan berbagai kekurangan keterampilan pemerintah serta alat dan prosedur yang
tersedia. Dalam hal ini sangat sering diperlukan suatu proses yang menempuh suatu ’jalan pintas’.
Proses perencanaan demikian sering disebut sebagai suatu proses perencanaan inkonvensional.
Dalam proses inkonvensional beberapa kegiatan dilakukan dengan cara lebih singkat tetapi tetap
melaksanakan prosedur secara sistematik. Secara diagramatis proses perencanaan ’konvensional’
dan ’inkonvensional’ dapat digambarkan sebagai berikut:
Proses Perencanaan Konvensional:
Proses Perencanaan Inkonvensional:
TUGAS KELOMPOK
1. Sebutkan dan Jelaskan pengertian dan jenis paradigma perencanaan?
2. Jelaskan pengertian pendekatan perencanaan?
– Kelompok 1 : Perencanaan Komprehensif Rasional
– Kelompok 2 : Perencanaan Strategis
– Kelompok 3 : Pendekatan Inkremental
– Kelompok 4 :Pendekatan Advokasi
– Kelompok 5 :Pendekatan Mixed Scanning
3. Jelaskan apa yang dimaksud perencanaan publik?
4. Jelaskan mengenai proses perencanaan ?
5. Buat proses kegiatan
– Kelompok 1 : Perencanaan kegiatan pertunjukan musik di Lapangan Gasibu
– Kelompok 2 : Perencanaan kegiatan kerja bakti kebersihan lingkungan di Kelurahan Cibeunying
– Kelompok 3 : Perencanaan perbaikan jalan di Desa Giri Mekar
– Kelompok 4 : Perencanaan pembangunan fasilitas umum sarana ibadah mesjid di RW
– Kelompok 5 : Perencanaan bakti sosial korban gempa bumi di Kecamatan Cigalontang, Tasikmalaya