2. tinjauan pustaka 2.1 makanan tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula...

23
5 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional Makanan tradisional menurut Fardiaz (1998) adalah makanan, termasuk jajanan serta bahan campuran yang digunakan secara tradisional, dan telah lama berkembang secara spesifik di daerah dan diolah dari resep-resep yang telah lama dikenal oleh masyarakat setempat dengan sumber bahan lokal serta memiliki citarasa yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat. Definisi makanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang dapat dimakan atau masuk ke dalam tubuh. Tradisional adalah sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-menurun. Makanan tradisional adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, yang diolah berdasarkan adat kebiasaan suatu daerah secara turun- menurun dengan sumber bahan lokal serta memiliki citarasa yang sesuai dengan selera masyarakat setempat. Witton (2002) menyatakan bahwa makanan tradisional Indonesia meliputi berbagai jenis masakan khas yang terdapat di seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Masakan tradisional Indonesia merupakan pencerminan beragam budaya dan tradisi yang berasal dari kepulauan Nusantara yang memiliki sekitar 6.000 pulau dan memegang tempat penting dalam budaya nasional Indonesia secara umum. Hampir seluruh masakan Indonesia kaya dengan bumbu yang berasal dari rempahrempah seperti kemiri, cabai, temu kunci, lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknikteknik memasak menurut bahan dan tradisi adat yang mendapat pengaruh melalui perdagangan yang berasal dari India, Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa. 2.2 Orientasi Kewirausahaan Bakat dan pengetahuan tentang segala aspek usaha yang ditekuni diperlukan untuk keberhasilan wirausaha. Pelaku wirausaha harus mampu memproduksi barang dan jasa dengan mutu yang lebih baik, harga yang lebih

Upload: others

Post on 15-Nov-2020

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

5 Universitas Kristen Petra

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makanan Tradisional

Makanan tradisional menurut Fardiaz (1998) adalah makanan, termasuk

jajanan serta bahan campuran yang digunakan secara tradisional, dan telah lama

berkembang secara spesifik di daerah dan diolah dari resep-resep yang telah lama

dikenal oleh masyarakat setempat dengan sumber bahan lokal serta memiliki

citarasa yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat. Definisi makanan

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang dapat

dimakan atau masuk ke dalam tubuh. Tradisional adalah sikap dan cara berpikir

serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang

ada secara turun-menurun. Makanan tradisional adalah segala sesuatu yang dapat

dimakan, yang diolah berdasarkan adat kebiasaan suatu daerah secara turun-

menurun dengan sumber bahan lokal serta memiliki citarasa yang sesuai dengan

selera masyarakat setempat.

Witton (2002) menyatakan bahwa makanan tradisional Indonesia

meliputi berbagai jenis masakan khas yang terdapat di seluruh wilayah Indonesia

dari Sabang sampai Merauke. Masakan tradisional Indonesia merupakan

pencerminan beragam budaya dan tradisi yang berasal dari kepulauan Nusantara

yang memiliki sekitar 6.000 pulau dan memegang tempat penting dalam budaya

nasional Indonesia secara umum. Hampir seluruh masakan Indonesia kaya dengan

bumbu yang berasal dari rempah–rempah seperti kemiri, cabai, temu kunci,

lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan

teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat yang mendapat pengaruh

melalui perdagangan yang berasal dari India, Tiongkok, Timur Tengah, dan

Eropa.

2.2 Orientasi Kewirausahaan

Bakat dan pengetahuan tentang segala aspek usaha yang ditekuni

diperlukan untuk keberhasilan wirausaha. Pelaku wirausaha harus mampu

memproduksi barang dan jasa dengan mutu yang lebih baik, harga yang lebih

Page 2: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

6 Universitas Kristen Petra

murah, dan pengaruh yang lebih cepat dari pesaingnya. Orientasi kewirausahaan

(entrepreneurial orientation) memiliki perbedaan dengan kewirausahaan

(entrepreneurship). Orientasi kewirausahaan di definisikan sebagai penggambaran

bagaimana new entry dilaksanakan oleh perusahaan. Kewirausahaan didefinisikan

sebagai new entry yang dapat dilakukan dengan memasuki pasar yang tetap

ataupun pasar yang baru dengan produk/jasa yang telah ada ataupun yang baru

ataupun meluncurkan perusahaan baru (Lumpkin dan Dess, 1996). Orientasi

kewirausahaan disebut sebagai pelopor untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi

perusahaan berkelanjutan dan berdaya saing tinggi. Orientasi kewirausahaan

dipandang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kinerja sebuah perusahaan.

Menurut Dess dan Lumpkin (2005), orientasi kewirausahaan mempunyai

beberapa dimensi:

Inovatif, kecenderungan perusahaan untuk menggunakan dan mendukung ide-

ide baru, eksperimen, dan proses kreatif yang mungkin berhasil dalam

memperkenalkan produk atau jasa baru, hal-hal baru atau proses teknologi.

Berani mengambil risiko, kemampuan aktif perusahaan untuk mengejar

peluang meskipun mengandung risiko dan hasilnya tidak pasti.

Otonomi adalah kebebasan individu untuk berpikir dan bertindak kreatif dalam

mengatasi berbagai persoalan atau dalam mengoptimalkan peluang baru yang

menarik di pasar.

Proaktif adalah cara pandang kedepan atau pengambilan keputusan secara

inisiatif dengan mengantisipasi dan mengejar peluang baru serta berpartisipasi

dalam pasar yang muncul.

Daya saing adalah usaha/pengorbanan yang dilakukan perusahaan untuk

bersaing dengan pesaing agar dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik dari

para pesaingnya.

Dimensi-dimensi orientasi kewirausahaan dapat diukur atau diobservasi

menggunakan beberapa indikator yang digunakan dalam penelitian-penelitian

sebelumnya. Tabel 2.1 menunjukkan indikator-indikator orientasi kewirausahaan

tersebut.

Page 3: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

7 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.1 Indikator-Indikator Orientasi Kewirausahaan

Dimensi Pernyataan/Indikator Sumber

Otonomi Firm implements necessary

structural changes such as small,

autonomous groups to stimulate new

ideas.

Dess dan Lumpkin (2005)

The best results occur when

individuals and/or teams decide for

themselves what business

opportunities to pursue.

Lumpkin et al. (2009)

Individuals and/or teams pursuing

business opportunities make

decisions on their own without

constantly referring to their

supervisors.

My firm supports the efforts of

individuals and/or teams that work

autonomously.

Employee initiatives and input play

a major role in identifying and

selecting the entrepreneurial

opportunities.

Inovasi Very many new product lines or

services has marketed.

Covin dan Slevin (1989) Changes in product or service lines

have been mostly of being quite

dramatic.

Firm's innovative initiatives hard for

competitors to successfully imitate. Dess dan Lumpkin (2005)

Firm stimulates creativity and

experimentation.

There is a long-term commitment to

invest in new technology, R&D, and

continuous improvement.

Chang et al. (2007)

Firm actively introduces

improvements and innovations.

Hughes dan Morgan (2007) Firm is creative in its methods of

operation.

Firm seeks out new ways to do

things.

Pengam-

bilan

Risiko

Firm invests in high risk projects

(with chances of very high return).

Covin dan Slevin (1989) Firm adopts a bold, wide-ranging

acts necessary to achieve the firm’s

objectives.

Page 4: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

8 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.1 Indikator-Indikator Orientasi Kewirausahaan (Lanjutan)

Dimensi Pernyataan/Indikator Sumber

Pengam-

bilan

Risiko

Firm foster and encourage a proper

level of business, financial, and

personal risk-taking.

Dess dan Lumpkin (2005)

Firm enhances its competitive risk

position by researching and

assessing risk factors in order to

minimize uncertainty.

Firm carefully manages risks and

avoid taking actions without

sufficient forethought, research, and

planning.

Firm commits a large portion of its

resources in order to grow. Chang et al. (2007)

Firm invests in major projects

through heavy borrowing.

People in business are encouraged

to take calculated risks with new

ideas. Hughes dan Morgan (2007)

Firm emphasizes both exploration

and experimentation for

opportunities.

Daya

Saing

Firm typically seeks to a competitive

“undo-the-competitors” posture. Lumpkin dan Dess (2001)

Firm is very aggressive and

intensely competitive.

Firm uses of unconventional

strategies to challenge competitors.

Chang et al. (2007)

Firm adopts a price-cutting strategy

to enhance a competitive position.

Firm copies the business practices

or techniques of successful

competitors to enhance a

competitive position.

Proaktif Firm typically initiating action

which the competition then responds

to.

Covin dan Slevin (1989) Firm is very often the first business

to introduce new products/services,

administrative techniques, operating

technologies, etc.

Firm is close monitoring of

technological trends and identifying

future needs of customers.

Chang et al. (2007)

Firm excel at identifying

opportunities.

Hughes dan Morgan (2007)

Page 5: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

9 Universitas Kristen Petra

Kuesioner penelitian pada bagian aspek orientasi kewirausahaan dibagi

ke dalam empat bagian, yaitu dimensi inovasi, proaktif, pengambilan risiko, dan

daya saing. Penelitian ini tidak memasukkan dimensi otonomi karena disesuaikan

dengan kondisi nyata responden, di mana semua pengambilan keputusan langsung

dari pemilik depot sehingga belum ada pendelegasian dalam pengambilan

keputusan. Tabel 2.2 menunjukkan pernyataan (indikator) dari masing-masing

dimensi yang digunakan dalam kuesioner penelitian. Pernyataan-pernyataan pada

dimensi inovasi tidak menggunakan pernyataan-pernyataan Covin dan Slevin

(1989) karena kurang sesuai dengan kondisi depot-depot makanan tradisional

Indonesia. Pernyataan-pernyataan Hughes dan Morgan (2007) digunakan dalam

kuesioner namun dengan penjelasan yang lebih rinci. Pernyataan dari Dess dan

Lumpkin (2005) digunakan dalam kuesioner namun dengan bahasa yang lebih

sederhana dan telah disesuaikan dengan kondisi nyata. Satu pernyataan dari

Chang et al. (2007) dipecah menjadi 3 pernyataan sehingga responden lebih

mudah dalam menilai pernyataan-pernyataan yang ada.

Pernyataan-pernyataan pada dimensi proaktif tidak menggunakan

pernyataan dari Hughes dan Morgan (2007) karena pernyataan tersebut terlalu

luas sehingga dapat mempersulit penilaian responden. Salah satu pernyataan dari

Covin dan Slevin (1989) digunakan untuk kuesioner namun dipecah menjadi 2

pernyataan sehingga responden lebih mudah dalam menilai pernyataan-pernyataan

yang ada. Satu pernyataan dari Chang et al. (2007) dipecah menjadi 2 pernyataan

sehingga responden lebih mudah dalam menilai pernyataan-pernyataan yang ada.

Pernyataan-pernyataan pada dimensi pengambilan risiko tidak

menggunakan pernyataan-pernyataan Dess dan Lumpkin (2005) serta Chang et al.

(2007) karena kurang sesuai dengan kondisi depot-depot makanan tradisional

Indonesia di Surabaya. Salah satu pernyataan dari Covin dan Slevin (1989)

digunakan untuk kuesioner, yaitu mengenai investasi dana yang besar. Salah satu

pernyataan dari Hughes dan Morgan (2007) digunakan untuk kuesioner namun

dipecah menjadi 2 pernyataan sehingga responden lebih mudah dalam menilai

pernyataan-pernyataan yang ada.

Pernyataan-pernyataan dimensi daya saing dalam kuesioner

menggunakan sumber dari Lumpkin dan Dess (2001) serta Chang et al. (2007).

Page 6: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

10 Universitas Kristen Petra

Salah satu pernyataan dari Lumpkin dan Dess (2001) digunakan untuk kuesioner

namun dipecah menjadi 2 pernyataan yang lebih rinci sehingga responden lebih

mudah dalam menilai pernyataan-pernyataan yang ada. Kuesioner menggunakan 2

pernyataan dari Chang et al. (2007) yaitu mengenai harga makanan yang lebih

murah dan peniruan best practice.

Tabel 2.2 Indikator Aspek Orientasi Kewirausahaan

Dimensi Pernyataan Sumber

Inovasi 1.

Depot berusaha menciptakan makanan

baru.

Hughes dan

Morgan (2007)

2.

Depot berusaha menyediakan variasi

lauk pada makanan yang disajikan.

3.

Depot berusaha menciptakan makanan

dengan rasa yang unik.

Dess dan

Lumpkin (2005)

4.

Depot berusaha memberikan cara

melayani yang unik kepada konsumen.

Hughes dan

Morgan (2007)

5.

Depot berusaha mengembangkan

makanan dengan memanfaatkan

teknologi.

Chang et al.

(2007)

6.

Depot berusaha mengembangkan

layanannya dengan memanfaatkan

teknologi.

7. Depot berusaha mencari cara baru yang

lebih baik & kreatif (continuous

improvement) untuk meningkatkan

kepuasan konsumen.

Proaktif 1.

Depot berusaha menjadi pelopor dalam

menciptakan makanan yang berbeda.

Covin dan

Slevin (1989)

2.

Depot berusaha menjadi pelopor dalam

menciptakan cara pelayanan yang

berbeda.

Covin dan

Slevin (1989)

3.

Depot berusaha mengikuti arah

perkembangan selera konsumen di

masa mendatang.

Chang et al.

(2007)

4.

Depot berusaha mengikuti

perkembangan teknologi (terkait

makanan/layanan) di bidang kuliner.

Pengambilan

Risiko

1.

Depot berani melakukan investasi dana

yang besar untuk meningkatkan

pendapatan depot.

Covin dan

Slevin (1989)

2.

Depot berani mengambil risiko untuk

melakukan percobaan makanan baru.

Hughes dan

Morgan (2007)

Page 7: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

11 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.2 Indikator Aspek Orientasi Kewirausahaan (Lanjutan)

Dimensi Pernyataan Sumber

Pengambilan

Risiko

3.

Depot berani mengambil risiko untuk

melakukan percobaan cara pemberian

pelayanan yang baru.

Hughes dan

Morgan (2007)

Daya Saing 1.

Depot menjual makanan dengan harga

yang lebih rendah dibandingkan depot

lain.

Chang et al.

(2007)

2.

Depot gencar melakukan tindakan-

tindakan agresif (promosi,

memperbanyak variasi produk, dll)

untuk mendapatkan konsumen yang

lebih banyak.

Lumpkin dan

Dess (2001)

3.

Depot mengikuti hal-hal yang telah

berhasil (best practice) dilakukan oleh

depot lain.

Chang et al.

(2007)

4.

Depot mempersingkat waktu

peluncuran antara makanan/layanan

baru dengan makanan/layanan baru

berikutnya.

Lumpkin dan

Dess (2001)

2.3 Kapabilitas Pemasaran

Kapabilitas pemasaran didefinisikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan sumber daya perusahaan, seperti sumber daya finansial dan

konsumen yang dimiliki saat ini secara efisien untuk meningkatkan penjualan

yang diharapkan (Ahmed et al., 2014). Kapabilitas pemasaran membantu

perusahaan membangkitkan pengaruh positif secara finansial melalui peningkatan

permintaan dan atau kemauan konsumen untuk membayar sesuai dengan harga

produk yang ditawarkan. Kapabilitas pemasaran mengintegrasikan pengetahuan

perusahaan akan pasar dan ketrampilan karyawan dalam menjalankan fungsi

pemasaran serta menghadapi permasalahan pemasaran. Delapan dimensi

kapabilitas pemasaran menurut Vorhies dan Morgan (2005):

Product development, berkaitan dengan proses-proses dimana perusahaan

mengembangkan dan mengatur produk dan layanan yang ditawarkan.

Pricing, berkaitan dengan kemampuan untuk mengekstrak pendapatan yang

optimal dari konsumen.

Page 8: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

12 Universitas Kristen Petra

Channel management, berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk

menentukan dan mengelola jaringan distribusi yang efektif dan efisien dalam

menyampaikan nilai kepada konsumen.

Marketing communications, berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk

mengatur persepsi nilai dari konsumen.

Selling, berkaitan dengan proses-proses dimana perusahaan mendapatkan

pesanan dari konsumen.

Market information management, berkaitan dengan proses-proses dimana

perusahaan belajar tentang pasar-pasar mereka dan penggunaan pengetahuan

pasar.

Marketing planning, berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk

merencanakan strategi-strategi pemasaran yang dapat mengoptimalkan

kecocokan antara sumber-sumber dan pasar perusahaan.

Marketing implementation, berkaitan dengan proses yang mengubah rencana

pemasaran menjadi tugas tindakan dan memastikan proses tersebut mencapai

tujuan yang dinyatakan dalam rencana.

Dimensi-dimensi kapabilitas pemasaran dapat diukur menggunakan

beberapa indikator. Indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian Vorhies

dan Morgan (2005) dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Indikator-Indikator Kapabilitas Pemasaran

Dimensi Pernyataan/Indikator

Pricing Using pricing skills and systems to respond quickly to market

changes.

Knowledge of competitors’ pricing tactics.

Doing an effective job of pricing products/services.

Monitoring competitors’ prices and price changes.

Product

development

Ability to develop new products/services.

Developing new products/services to exploit R&D

investment.

Test marketing of new products/services.

Successfully launching new products/services.

Insuring that product/service development efforts are

responsive to customer needs.

Page 9: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

13 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.3 Indikator-Indikator Kapabilitas Pemasaran (Lanjutan)

Dimensi Pernyataan/Indikator

Channel

management

Strength of relationships with distributors.

Attracting and retaining the best distributors.

Closeness in working with distributors and retailers.

Adding value to our distributors’ businesses.

Providing high levels of service support to distributors.

Marketing

communication

Developing and executing advertising programs.

Advertising management and creative skills.

Public relations skills.

Brand image management skills and processes.

Managing corporate image and reputation.

Selling Giving salespeople the training they need to be effective.

Sales management planning and control systems.

Selling skills of salespeople.

Sales management skills.

Providing effective sales support to the sales force.

Market

information

management

Gathering information about customers and competitors.

Using market research skills to develop effective marketing

programs.

Tracking customer wants and needs.

Making full use of marketing research information.

Analyzing our market information.

Marketing

planning

Marketing planning skills.

Ability to effectively segment and target market.

Marketing management skills and processes.

Developing creative marketing strategies.

Thoroughness of marketing planning processes.

Marketing

implementation

Allocating marketing resources effectively.

Organizing to deliver marketing programs effectively.

Translating marketing strategies into action.

Executing marketing strategies quickly.

Monitoring marketing performance.

Kuesioner pada bagian aspek kapabilitas pemasaran dibagi ke dalam

tujuh bagian, yaitu pricing, product development, marketing communication,

selling, market information management, marketing planning, dan marketing

implementation. Penelitian ini tidak memasukkan dimensi channel management

karena disesuaikan dengan kondisi nyata, di mana responden (depot) tidak

berhubungan erat dengan distributor dan jaringannya. Tabel 2.4 menunjukkan

pernyataan (indikator) dari masing-masing dimensi yang digunakan dalam

kuesioner penelitian. Empat pernyataan dimensi pricing dirangkum ke dalam 3

Page 10: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

14 Universitas Kristen Petra

pernyataan dan dijelaskan lebih rinci. Semua pernyataan dimensi product

development digunakan untuk kuesioner dengan dipecah menjadi 8 pernyataan

yang lebih rinci sehingga tidak membingungkan responden. Pernyataan-

pernyataan dimensi marketing communication diringkas menjadi 4 pernyataan

yang lebih rinci dan mudah dipahami. Pernyataan-pernyataan dimensi selling

untuk kuesioner dibuat menjadi lebih rinci dan sesuai dengan kondisi calon

responden serta bahasanya lebih sederhana. Lima pernyataan dimensi market

information management diringkas menjadi 3 pernyataan yang lebih lengkap dan

sederhana untuk responden. Pernyataan-pernyataan dimensi marketing planning

dipecah menjadi 6 pernyataan yang lebih rinci dan mudah dipahami. Lima

pernyataan dimensi marketing implementation dirangkum menjadi 4 pernyataan

yang lebih rinci serta telah disesuaikan dengan kondisi nyata.

Tabel 2.4 Indikator Aspek Kapabilitas Pemasaran

Dimensi Pernyataan

Pricing 1.

Harga makanan yang ditawarkan terjangkau oleh

konsumen.

2.

Depot melakukan pengamatan harga makanan depot

pesaing.

3.

Depot memberikan promosi harga yang menarik bagi

konsumen.

Product

Development

1. Depot mampu membuat makanan baru.

2. Depot mampu membuat layanan baru.

3.

Depot mampu meningkatkan layanan yang lebih baik

(keramahan pada konsumen, kecepatan pelayanan, dll).

4. Depot memiliki makanan yang menarik (penampilan,

baru saja dimasak/fresh, dll).

5. Makanan yang dijual sesuai dengan selera konsumen.

6.

Depot berhasil memperkenalkan makanan baru yang

bisa diterima konsumen.

7.

Depot berhasil memperkenalkan variasi lauk baru yang

bisa diterima konsumen.

8. Depot mencobakan makanan/variasi lauk baru ke pasar

sebelum dijual ke konsumen.

Marketing

Communication

1.

Konsumen memiliki pandangan yang baik terhadap

depot.

2.

Depot menggunakan media promosi (media cetak dan

media sosial) secara terus menerus dalam menawarkan

produk makanan.

Page 11: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

15 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.4 Indikator Aspek Kapabilitas Pemasaran (Lanjutan)

Dimensi Pernyataan

Marketing

Communication

3.

Depot melakukan promosi untuk membangun citra

depot di mata konsumen.

4. Depot menggunakan identitas yang jelas (papan nama,

alamat, logo, dll) sehingga mudah diingat oleh

konsumen.

Selling 1. Karyawan mempunyai pengetahuan yang baik tentang

makanan yang ditawarkan ke konsumen.

2.

Depot mengadakan waktu khusus untuk melatih

karyawan agar mampu menawarkan dan menjual

makanan pada konsumen.

3. Depot mencantumkan menu makanan dan harga

makanan dengan jelas pada daftar menu.

4.

Depot mempunyai daftar menu yang sesuai dengan

makanan yang dijual.

5.

Karyawan tanggap terhadap kebutuhan konsumen pada

saat makan di depot.

6. Depot berusaha memberikan tampilan makanan yang

menarik selera makan konsumen.

Market

Information

Management

1. Depot mengumpulkan informasi usaha (produk

makanan, harga, promosi, dll) yang dimiliki pesaing.

2. Depot mengumpulkan informasi tentang kebutuhan dan

keinginan konsumen.

3. Depot menggunakan informasi yang didapatkan dari

pesaing atau konsumen untuk mengembangkan usaha

depot.

Marketing

Planning

1.

Depot memikirkan cara-cara untuk melakukan promosi

(buku menu menarik, kartu nama, kerja sama dengan

pemasok bahan baku yang digunakan, dll).

2.

Depot berencana untuk meningkatkan kepuasan

konsumen dengan memperbaiki cara melayani

konsumen.

3. Depot berencana untuk meningkatkan kepuasan

konsumen dengan memperbaiki kualitas makanan.

4.

Depot menentukan kisaran/tingkat harga makanan

sesuai dengan konsumen yang akan dijangkau.

5.

Depot berencana untuk menyisihkan sebagian dari

pendapatan untuk melakukan promosi.

6. Depot berencana untuk meningkatkan jumlah makanan

yang akan dijual.

Marketing

Implementation

1.

Depot melaksanakan cara-cara promosi yang telah

direncanakan (buku menu, kartu nama, kerja sama

dengan pemasok bahan baku yang digunakan, dll).

2.

Depot segera melaksanakan cara-cara promosi yang

telah direncanakan.

Page 12: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

16 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.4 Indikator Aspek Kapabilitas Pemasaran (Lanjutan)

Dimensi Pernyataan

Marketing

Implementation

3.

Depot melakukan evaluasi cara-cara promosi yang telah

dilakukan.

4. Depot menyediakan sumber daya khusus (manusia, alat,

cara, dana, dll) untuk melaksanakan promosi.

2.4 Kinerja Perusahaan

Kinerja didefinisikan sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang

diperlihatkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, n.d.). Amstrong dan Baron (1998)

dalam Wibowo (2008) berpendapat bahwa kinerja adalah hasil pekerjaan yang

mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan

konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi organisasi/perusahaan. Day

dan Wenslay (1988) dalam Idrus (2008) menyebutkan bahwa kinerja bisnis dapat

dilihat melalui kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, pertumbuhan penjualan

serta profitabilitas. Kinerja perusahaan adalah hasil pekerjaan yang dicapai

perusahaan, yang diukur melalui perspektif financial dan non-financial.

Manajemen dan organisasi memandang perusahaan dari empat perspektif yang

menghubungkan pengendalian operasional jangka pendek ke dalam visi dan

strategi bisnis jangka panjang dalam Balanced Scorecard (Kaplan dan Norton,

1992). Empat perspektif tersebut adalah perspektif financial, customer, internal

business process, dan learning and growth. Gambar 2.1 menunjukkan framework

dari Balanced Scorecard.

Page 13: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

17 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.1 Hubungan Antara Empat Perspektif dalam Balanced Scorecard

(Sumber: Kaplan dan Norton, 1996)

2.4.1 Perspektif Financial

Menurut Kaplan dan Norton (1996), hal pertama yang harus dilakukan

pada saat perusahaan melakukan pengukuran kinerja secara financial adalah

mendeteksi keberadaan usaha/bisnis yang dimiliki. Tolok ukur utama dalam

pengukuran kinerja perusahaan di setiap tahap siklus perkembangan bisnis

berbeda-beda. Tahap-tahap siklus perkembangan bisnis adalah sebagai berikut:

Growth atau pertumbuhan.

Growth adalah tahap awal dari siklus perkembangan bisnis perusahaan. Produk

dan jasa perusahaan yang berada di tahap ini memiliki potensi pertumbuhan

yang tinggi. Perusahaan harus melibatkan sumber daya yang cukup banyak

untuk mengembangkan produk dan jasa tersebut. Pembangunan dan perluasan

fasilitas produksi, kemampuan operasi, menanamkan investasi serta

mengembangkan sistem, infrastruktur, jaringan distribusi, dan hubungan yang

erat dengan pelanggan juga penting untuk dilakukan.

Sustain atau bertahan.

Sustain merupakan tahap kedua dari siklus perkembangan bisnis perusahaan.

Perusahaan melakukan investasi dan investasi kembali yang diharapkan dapat

Page 14: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

18 Universitas Kristen Petra

menghasilkan pengembalian modal yang cukup tinggi. Perusahaan juga

berusaha mempertahankan pangsa pasar yang dimiliki dan memperbaikinya.

Tolok ukur financial pada tahap ini adalah tingkat pengembalian investasi atau

Return on Investment (ROI) dan Economic Value Added (EVA). ROI

merupakan rasio perbandingan laba operasional bersih suatu perusahaan

dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut (Hampton, 1989).

EVA merupakan metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi

dalam suatu perusahaan dengan kondisi dimana perusahaan mampu memenuhi

semua biaya operasional dan modal, khususnya modal-modal yang

mengeluarkan biaya dan akhirnya mampu memberikan nilai tambah (Iramani

dan Febrian, 2005).

Harvest atau menuai.

Tahap ini merupakan tahap dimana perusahaan mencapai kedewasaan dalam

siklus perkembangannya. Perusahaan menuai hasil investasi yang dilakukan

dan tidak lagi melakukan investasi yang besar. Perusahaan memaksimalkan

pengembalian kas atas investasi-investasi yang ditanamkan di masa lalu.

Perusahaan juga melakukan penghematan bahkan pengurangan modal kerja

serta pemeliharaan peralatan dan fasilitas.

Perspektif financial dapat diukur atau diobservasi menggunakan

beberapa indikator yang digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Tabel

2.5 menunjukkan indikator-indikator perspektif financial tersebut.

Tabel 2.5 Indikator-Indikator Perspektif Financial

Pernyataan/Indikator Sumber

Sales per square foot.

Moore & Fairhurst (2003) Effectiveness of cost control.

Sales per employee.

Total sales growth.

Profit margin. Hooley et al. (2005)

Overall profit.

Return on Investment (ROI).

Ahmed et al. (2014) Return on Assets (ROA).

Return on Sales (ROS).

Page 15: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

19 Universitas Kristen Petra

Kuesioner penelitian pada bagian perspektif/dimensi financial terdiri dari

beberapa pernyataan (indikator). Tabel 2.6 menunjukkan pernyataan (indikator)

dari dimensi financial yang digunakan dalam kuesioner penelitian. Pernyataan-

pernyataan dari Ahmed et al. (2014) tidak digunakan untuk kuesioner karena

depot makanan tradisional Indonesia masih bersifat sederhana sehingga sebagian

besar dari mereka tidak menghitung keuangan secara rinci. Kuesioner

menggunakan 2 pernyataan sederhana dari Moore dan Fairhurst (2003), yaitu

mengenai peningkatan pendapatan dan penghematan biaya. Salah satu pernyataan

dari Hooley et al. (2005), yaitu peningkatan keuntungan digunakan untuk

kuesioner penelitian.

Tabel 2.6 Indikator Dimensi Financial

Dimensi Pernyataan Sumber

Financial 1.

Terjadi peningkatan pendapatan dalam

satu tahun terakhir.

Moore &

Fairhurst (2003)

2.

Terjadi penghematan biaya akibat adanya

perbaikan operasional depot (alat, proses,

dll) dalam satu tahun terakhir.

3. Terjadi peningkatan keuntungan dalam

satu tahun terakhir.

Hooley et al.

(2005)

2.4.2 Perspektif Customer

Perspektif pelanggan atau customer mengidentifikasi kondisi pelanggan

dan segmen pasar yang telah dipilih perusahaan. Segmen pasar mencerminkan

keberadaan pelanggan sebagai sumber pendapatan perusahaan. Pengukuran

perspektif pelanggan dilakukan dengan empat dimensi utama, yaitu:

Pangsa pasar, pengukuran terhadap besarnya proporsi bisnis dalam pasar

tertentu dalam bentuk uang, jumlah pelanggan, jumlah penjualan maupun

volume unit penjualan.

Customer retention, pengukuran dilakukan dengan mengetahui besarnya

jumlah pelanggan yang saat ini dimiliki perusahaan atau kemampuan

perusahaan untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada.

Customer acquisition, pengukuran dilakukan dengan persentase jumlah

pelanggan baru atau jumlah penjualan kepada pelanggan baru.

Page 16: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

20 Universitas Kristen Petra

Customer satisfaction, pengukuran terhadap tingkat kepuasan pelanggan.

Perspektif customer dapat diukur atau diobservasi menggunakan

beberapa indikator yang disebutkan dalam penelitian dan buku. Tabel 2.7

menunjukkan indikator-indikator perspektif customer tersebut.

Tabel 2.7 Indikator-Indikator Perspektif Customer

Pernyataan/Indikator Sumber

Level of customer satisfaction.

Hooley et al. (2005) Customer loyalty improvements.

Level of loyalty compared to competitors.

Akuisisi pelanggan baru. Rangkuti (2014)

Kuesioner penelitian pada bagian perspektif/dimensi customer terdiri dari

beberapa pernyataan (indikator). Tabel 2.8 menunjukkan pernyataan (indikator)

dari dimensi customer yang digunakan dalam kuesioner penelitian. Semua

pernyataan Hooley et al. (2005) digunakan untuk kuesioner, namun

dikembangkan tanpa adanya pembandingan dengan kompetitor. Hal ini

disebabkan karena responden akan kesulitan untuk melakukan perbandingan

tersebut. Pernyataan Rangkuti (2014) dibuat lebih rinci dan jelas untuk kuesioner.

Tabel 2.8 Indikator Dimensi Customer

Dimensi Pernyataan Sumber

Customer 1. Konsumen merasa puas terhadap depot. Hooley et al.

(2005) 2.

Adanya penurunan jumlah keluhan

konsumen dalam satu tahun terakhir.

3.

Pelanggan mempunyai kesetiaan

(loyalitas) terhadap depot.

4. Adanya peningkatan jumlah konsumen

depot dibandingkan tahun lalu.

Rangkuti (2014)

2.4.3 Perspektif Internal Business Processes

Perspektif internal business processes atau proses bisnis internal

mengukur semua aktivitas yang dilakukan oleh pihak-pihak di dalam perusahaan

yang dapat memuaskan pelanggan dan pemegang saham. Perusahaan berfokus

pada tiga proses utama, yaitu:

Page 17: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

21 Universitas Kristen Petra

Proses inovasi, proses ini memiliki 2 tahap yaitu pemahaman kebutuhan

pelanggan dan penciptaan produk atau jasa yang sesuai dengan hasil

pemahaman kebutuhan pelanggan.

Proses operasi, proses dalam pembuatan produk atau jasa yang akan

ditawarkan ke pelanggan. Pengukuran kinerja dalam proses ini meliputi

pengukuran waktu, mutu, dan biaya.

Proses pasca penjualan, proses pelayanan kepada pelanggan setelah penjualan

produk atau jasa yang berupa perbaikan dan penggantian produk yang rusak,

penanganan garansi, serta proses penagihan dan pembayaran pelanggan.

Pengukuran kinerja dalam proses ini meliputi pengukuran waktu, mutu, dan

biaya.

Perspektif internal business processes dapat diukur atau diobservasi

menggunakan beberapa indikator yang terdapat di dalam penelitian dan buku.

Tabel 2.9 menunjukkan indikator-indikator perspektif internal business processes

tersebut.

Tabel 2.9 Indikator-Indikator Perspektif Internal Business Processes

Pernyataan/Indikator Sumber

Sales volume. Hooley et al. (2005)

Market share.

Tujuan dan ukuran proses penciptaan produk dan

jasa yang sama sekali baru untuk memenuhi

kebutuhan pelanggan yang terus bertumbuh.

Rangkuti (2014)

Kuesioner penelitian pada bagian perspektif/dimensi internal business processes

terdiri dari beberapa pernyataan (indikator). Tabel 2.10 menunjukkan pernyataan

(indikator) dari dimensi internal business processes yang digunakan dalam

kuesioner penelitian. Kuesioner hanya menggunakan 1 indikator dari Hooley et al.

(2005), yaitu mengenai jumlah penjualan. Pernyataan Rangkuti (2014) dipecah

menjadi 5 pernyataan yang lebih rinci dan jelas.

Page 18: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

22 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.10 Indikator Dimensi Internal Business Processes

Dimensi Pernyataan Sumber

Internal

Business

Processes

1.

Depot memberikan pelayanan yang cepat

kepada konsumen.

Rangkuti (2014)

2.

Adanya peningkatan jumlah penjualan

makanan dalam satu tahun terakhir.

Hooley et al.

(2005)

3.

Adanya peningkatan kualitas layanan yang

diberikan ke konsumen dalam satu tahun

terakhir.

Rangkuti (2014)

4.

Adanya peningkatan kualitas makanan yang

diberikan ke konsumen dalam satu tahun

terakhir.

5.

Adanya pengembangan yang dilakukan

depot (berkaitan dengan makanan dan/atau

pelayanan) yang memberi dampak pada

kepuasan konsumen.

6. Adanya pengembangan yang dilakukan

depot (berkaitan dengan produk makanan

dan/atau pelayanan) yang memberi dampak

pada pendapatan dalam satu tahun terakhir.

2.4.4 Perspektif Learning and Growth

Perspektif learning and growth merupakan perspektif terakhir di dalam

Balanced Scorecard. Kaplan dan Norton (1996) mengatakan bahwa

memperhatikan karyawan, memantau kesejahteraan karyawan, dan meningkatkan

pengetahuan karyawan sangat penting bagi perusahaan. Tolok ukur yang

digunakan dalam perspektif ini adalah sebagai berikut:

Kapabilitas karyawan, pengukuran ini terdiri dari kepuasan karyawan, loyalitas

karyawan, dan produktivitas karyawan.

Kapabilitas sistem informasi, penyediaan informasi yang memadai sehingga

mendukung tercapainya tujuan perusahaan.

Motivasi, pemberdayaan, dan keselarasan, penyelarasan tujuan pribadi

karyawan dengan tujuan perusahaan.

Perspektif learning and growth dapat diukur atau diobservasi

menggunakan beberapa indikator yang terdapat di dalam buku Rangkuti (2014).

Tabel 2.11 menunjukkan indikator-indikator perspektif learning and growth

tersebut.

Page 19: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

23 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.11 Indikator-Indikator Perspektif Learning and Growth

Pernyataan/Indikator Sumber

Komitmen karyawan.

Rangkuti (2014) Motivasi karyawan.

Peningkatan kemampuan karyawan.

Kuesioner penelitian pada bagian perspektif/dimensi learning and growth terdiri

dari beberapa pernyataan (indikator). Tabel 2.12 menunjukkan pernyataan

(indikator) dari dimensi learning and growth yang digunakan dalam kuesioner

penelitian. Semua pernyataan Rangkuti (2014) digunakan untuk kuesioner, namun

pernyataan mengenai komitmen dan motivasi karyawan dibuat menjadi 1

pernyataan di dalam kuesioner.

Tabel 2.12 Indikator Dimensi Learning and Growth

Dimensi Pernyataan Sumber

Learning

and Growth

1.

Karyawan mempunyai keinginan dan

semangat yang besar untuk bekerja

lebih baik.

Rangkuti (2014)

2. Adanya peningkatan kemampuan

karyawan pada bidangnya dalam satu

tahun terakhir.

2.5 Structural Equation Modeling (SEM)

Structural Equation Modeling (SEM) merupakan gabungan dari dua

metode statistik yang terpisah, yaitu analisis faktor yang dikembangkan di ilmu

psikologi dan psikometri serta model persamaan simultan yang dikembangkan di

ekonometrika. SEM merupakan gabungan dari analisis faktor dan analisis jalur

(path analysis) menjadi satu metode statistik yang komprehensif (Ghozali, 2014).

Program komputer yang saat ini dapat digunakan untuk mengolah data pada

penelitian metode SEM diantaranya AMOS, LISREL, PLS, GeSCA, dan

TETRAD.

Variabel-variabel yang digunakan dalam SEM adalah variabel laten,

variabel manifes/indikator, dan variabel error. Variabel laten adalah variabel yang

mengharuskan adanya sejumlah variabel manifes atau indikator sehingga variabel

laten dapat diukur (Santoso, 2014). Variabel manifes atau indikator adalah

Page 20: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

24 Universitas Kristen Petra

variabel yang digunakan untuk menjelaskan/mengukur variabel laten. SEM

memiliki dua jenis variabel laten yang dibedakan berdasarkan keikutsertaan

mereka sebagai variabel terikat pada persamaan-persamaan dalam model, yaitu

variabel endogen dan variabel eksogen (Wijanto, 2008). Variabel eksogen yaitu

variabel bebas pada persamaan yang ada di dalam model. Variabel endogen yaitu

variabel terikat yang ditentukan oleh variabel-variabel lain di dalam model.

Variabel error dibagi menjadi dua bagian, yaitu variabel error pada

measurement model dan structural model. Measurement model adalah model

SEM yang menggambarkan hubungan antara variabel laten dengan indikator-

indikatornya. Variabel error pada measurement model (measurement error)

adalah variabel yang menunjukkan kesalahan pengukuran dari variabel

manifes/indikator. Structural model adalah model SEM yang menggambarkan

hubungan antar variabel-variabel laten atau antar variabel eksogen dengan

variabel laten. Variabel error pada structural model (residual error) adalah

variabel yang menunjukkan kesalahan pengukuran dari variabel eksogen saat

melakukan prediksi pada variabel endogen atau dependen.

SEM memberikan beberapa manfaat (Ghozali, 2008; Wijaya, 2009;

Jogiyanto, 2011; Latan dan Gudono, 2012 dalam Haryono dan Wardoyo, 2013)

diantaranya:

Membangun model penelitian dengan banyak variabel.

Dapat meneliti variabel laten secara langsung.

Menguji kesalahan pengukuran (measurement error) untuk variabel manifes.

Mengkonfirmasi teori sesuai dengan data penelitian.

Dapat menjawab berbagai masalah riset dalam suatu set analisis secara lebih

sistematis dan komprehensif.

Lebih ilustratif, kokoh, dan handal dibandingkan model regresi ketika

memodelkan interaksi, non-linier, pengukuran error, korelasi error terms, dan

korelasi antar variabel laten independen berganda.

Digunakan sebagai alternatif analisis jalur dan analisis data runtut waktu (time

series) yang berbasis kovariat.

Melakukan analisis faktor, jalur, dan regresi.

Page 21: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

25 Universitas Kristen Petra

Mampu menjelaskan keterkaitan variabel secara kompleks dan efek langsung

maupun tidak langsung dari satu atau beberapa variabel terhadap variabel

lainnya.

Memiliki fleksibilitas lebih tinggi untuk menghubungkan teori dengan data.

2.5.1 Generalized Structured Component Analysis (GeSCA)

Generalized Structured Component Analysis (GeSCA) dapat dipandang

sebagai component based SEM dimana variabel laten didefinisikan sebagai

komponen tertimbang dari variabel manifes/indikator (Kusumadewi & Ghozali,

2013). GeSCA meliputi model pengukuran (measurement model) dan model

struktural (structural model). Model pengukuran menggambarkan hubungan

antara indikator dan variabel laten, sedangkan model struktural menghubungkan

antar variabel laten. GeSCA merupakan metode analisis yang powerfull karena

tidak didasari oleh banyak asumsi, dimana data tidak harus berdistribusi normal

multivariate dan sampel tidak harus besar. GeSCA digunakan untuk

mengkonfirmasi teori dan menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel

laten.

Evaluasi GeSCA dilakukan dengan 3 tahap, yaitu evaluasi model

pengukuran, model struktural, dan overall goodness fit model. Tahap pertama

adalah evaluasi model pengukuran GeSCA yang dilakukan dengan melihat:

Convergent validity, dinilai berdasarkan nilai factor loading masing-masing

indikator pembentuk variabel laten serta melihat nilai signifikansi. Nilai

signifikansi dapat dilihat melalui CR (Critical Ratio), dimana nilai estimasi CR

harus ≥ 2. Suatu variabel laten dinilai memiliki convergent validity yang baik

jika nilai factor loading ≥ 0,5 dan signifikan.

Composite reliability, dilihat dari nilai Cronbach Alpha. Reliabilitas suatu

variabel laten dianggap baik apabila nilai Cronbach Alpha ≥ 0,7.

AVE (Average Variance Extracted), dapat dilihat dari nilai AVE. AVE adalah

rata-rata jumlah varians indikator yang dapat dijelaskan oleh variabel laten,

dimana nilai AVE harus ≥ 0,5.

Tahap kedua yaitu evaluasi model struktural GeSCA dilakukan dengan

melihat koefisien jalur dari variabel eksogen ke variabel endogen serta melihat

Page 22: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

26 Universitas Kristen Petra

nilai signifikansi. Nilai signifikansi dapat dilihat melalui CR (Critical Ratio),

dimana nilai estimasi CR harus ≥ 2. Tahap ketiga adalah melihat overall goodness

fit model dengan melakukan beberapa pengujian sebagai berikut:

FIT, nilai FIT menunjukkan varian total dari semua variabel yang dapat

dijelaskan oleh model tertentu, dimana nilai FIT berkisar antara 0 hingga 1 dan

nilai FIT yang besar menggambarkan besarnya variance data yang dapat

dijelaskan oleh model.

AFIT (Adjusted FIT), merupakan pengembangan nilai FIT yang dipengaruhi

oleh kompleksitas model.

GFI (unweighted least-square) dan SRMR (standardized root mean square

residual), nilai GFI dan SRMR menjelaskan perbedaan antara kovarian sampel

dengan kovarian yang diproduksi oleh pendugaan parameter GeSCA. Indikasi

good fit ditunjukkan oleh nilai GFI mendekati 1 dan SRMR mendekati 0.

Software untuk mengestimasi model GeSCA dikembangkan oleh Hwang yang

diberi nama GeSCA.

2.6 Analisa Faktor

Analisa faktor merupakan bagian dari analisa multivariat yang bertujuan

untuk mereduksi data atau meringkas dari variabel yang banyak diubah menjadi

sedikit variabel atau variabel baru (Supranto, 2010). Variabel baru tersebut

memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli. Analisa

faktor dapat dilakukan melalui dua perspektif berikut (Hair et al., 2010):

Exploratory factor analysis

Exploratory factor analysis digunakan untuk memeriksa data dan menyediakan

informasi tentang jumlah faktor yang diperlukan untuk merepresentasikan data

dengan baik. Faktor-faktor pada exploratory factor analysis berasal dari hasil

pengolahan statistika, bukan berasal dari teori.

Confirmatory factor analysis

Confirmatory factor analysis merupakan alat yang digunakan dalam menerima

atau menolak suatu teori. Confirmatory factor analysis memberikan informasi

tentang seberapa baik teori yang digunakan dalam mencocokkan faktor dengan

kenyataan (data aktual).

Page 23: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tradisional · lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik–teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat

27 Universitas Kristen Petra

Perhitungan analisa faktor dilakukan melalui beberapa tahap sebagai

berikut (Santoso, 2006):

Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) dan Bartlett's Test, digunakan untuk uji awal

apakah data yang ada dapat diurai menjadi sejumlah faktor dan merupakan uji

korelasi antar variabel independen. Korelasi antar variabel independen harus

cukup kuat, yaitu > 0,5 dengan signifikansi < 0,05.

Anti-Image Correlation, digunakan untuk uji awal apakah data yang ada dapat

diurai menjadi sejumlah faktor dan merupakan korelasi parsial. Korelasi parsial

yaitu korelasi antar dua variabel dimana variabel lainnya yang dianggap

berpengaruh dikendalikan atau dibuat tetap (sebagai variabel kontrol). Uji ini

dilihat dari hasil MSA (Measure of Sampling Adequacy) yang nilainya berkisar

antara 0 hingga 1. Nilai MSA < 0,5 berarti variabel tidak bisa diprediksi dan

tidak dapat dianalisa lebih lanjut sehingga harus dikeluarkan dari variabel

lainnya.

Total variance explained, untuk melihat persentase varians total yang dapat

dijelaskan oleh varians faktor terbentuk.

Communalities atau peranan faktor, merupakan persentase peranan atau

sumbangan masing-masing variabel penyusun faktor secara individual terhadap

faktor.

Component Matrix, angka-angka pada component matrix merupakan factor

loading yang menunjukkan besar korelasi antara suatu variabel dengan faktor

yang terbentuk.

Factor score, merupakan skor komposit yang diestimasi untuk setiap data

observasi pada faktor turunan/baru.