2. logam golongan iii, iv, dan v.docx
DESCRIPTION
BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Analisa kualitatif disebut juga analisa jenis adalah untuk menentukan macam atau jenis zat atau komponen-komponen bahan yang di analisa. Dalam melakukan analisa kita mempergunakan sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya. Misalnya ada suatu sampel cair dalam gelas kimia. Bila kita ingin tahu apa sampel cairan itu maka kita lakukan analisa kualitatif terhadap sampel cairan itu. Analisa kualitatif terdapat dua aspek penting yaitu pemisahan dan identifikasi dimana kedua aspek ini didasari oleh kelarutan, sifat penguapan dan ekstraksi. Analisis campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara sistematik dalam golongan dan selanjutnya diikuti masing-masing golongan kedalam sub golongan dan komponen-komponennya. Pada analisa kualitatif ada tiga reaksi yang dilakukan untuk mengidentifikasi suatu sampel yaitu reaksi selektif, spesifik, dan reaksi sensitif.TRANSCRIPT
22
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisa kualitatif disebut juga analisa jenis adalah untuk menentukan
macam atau jenis zat atau komponen-komponen bahan yang di analisa. Dalam
melakukan analisa kita mempergunakan sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat
fisis maupun sifat-sifat kimianya. Misalnya ada suatu sampel cair dalam gelas
kimia. Bila kita ingin tahu apa sampel cairan itu maka kita lakukan analisa
kualitatif terhadap sampel cairan itu. Analisa kualitatif terdapat dua aspek penting
yaitu pemisahan dan identifikasi dimana kedua aspek ini didasari oleh kelarutan,
sifat penguapan dan ekstraksi. Analisis campuran kation-kation memerlukan
pemisahan kation secara sistematik dalam golongan dan selanjutnya diikuti
masing-masing golongan kedalam sub golongan dan komponen-komponennya.
Pada analisa kualitatif ada tiga reaksi yang dilakukan untuk mengidentifikasi
suatu sampel yaitu reaksi selektif, spesifik, dan reaksi sensitif.
Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan
dari klorida, sulfida dan karbonat. Kation-kation tersebut di klasifikasikan dalam
lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation tersebut terhadap beberapa reagensia.
Klasifikasi kation dapat ditentukan dengan melihat apakah kation yang diuji
bereaksi dengan reagen-reagen atau sampel yang telah ditentukan yang ditandai
dengan terbentuknya endapan atau tidak, terjadinya perubahan warna atau tidak
dan perubahan-perubahan fisik lainnya. Jadi dapat dikatakan bahwa klasifikasi
kation yang paling umum, didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida,
sulfida dan karbonat dari kation tersebut. Kelima golongan kation tersebut,
memiliki ciri-ciri yang khas apabila direaksikan dengan sampel yang ditentukan.
Oleh karena itu pada praktikum kali ini akan dilakukan percobaan dengan
menganalisa beberapa larutan cuplikan dimana pengujian dilakukan dengan
mereaksikan larutan cuplikan dengan pereaksi selektif, spesifik, dan sensitif agar
dapat diketahui logam apa yang terdapat pada larutan cuplikan.
23
1.2 Tujuan Percobaan
- Mengetahui pereaksi selektif golongan III dan IV
- Mengetahui perbedaan kation ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+)
- Mengetahui fungsi dari larutan Nessler’s pada kation golongan V
24
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Analisa kimia adalah penyelidikan kimia yang bertujuan untuk mencari
susunan persenyawaan atau campuran persenyawaan didalam suatu sampel.
Analisa kimia terdiri dari dua analisa yaitu analisa kualitatif dan analisa
kuantitatif. Analisa kualitatif adalah penyelidikan kimia mengenai jenis unsur atau
ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran suatu senyawa dapat
diuraikan menjadi ion dan kation.
Klasifikasi kation kedalam golongan-golongan analitis. Untuk tujuan
analisa kualitatif sistematik kation-kation di klasifikasikan kedalam 5 golongan
berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai
apa yang disebut reagensia golongan kation dan dapat juga memisahkan
golongan-golongan ini untuk pemeriksaan yang lebih lanjut.
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling
umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida dan amonium
karbonat. Klasifikasi ini berdasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan
reagen-reagen ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh dikatakan
bahwa klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan
dari klorida, sulfida, dan karbonat dari kation-kation tersebut.
Secara prinsip, zat yang akan diidentifikasi dilarutkan kemudian
ditambahkan pereaksi tertentu yang sesuai, yang akan mengendapkan segolongan
kation sebagai garam yang sukar larut atau hidroksidanya. Pereaksi harus
sedemikian rupa sehingga pengendapan kation golongan kation selanjutnya tidak
terganggu atau sebelumnya dapat dengan mudah dihilangkan dari larutan yang
hendak dianalisis.
Untuk identifikasi kation senyawa organic pada umumnya didasarkan atas
kelarutannya dalam air. Jika senyawa tidak larut dalam air, maka harus dilakukan
destruksi. Cara destruksi tergantung dari senyawa yang hendak dianalisik dan
ditentukan dengan bantuan percobaan pendahuluan. Prinsip destruksi ini terdiri
25
dari pelelehan campuran senyawa yang sukar larut dalam pereaksi yang sesuai
dalam jumlah yang berlebih. Akibatnya reaksi akan digeser sempurna ke arah
reaksi (Svehla,1985).
Kelima golongan kation dari ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah
sebagai berikut :
Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida
encer. Ion-ion golongan ini adalah timbal, merkuri (I), raksa dan
perak.
Golongan II : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi
membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam
mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah merkurium (II),
tembaga, bismut, kadmium, arsenik (III), arsenik (IV), stibium
(III), stibium (V), timah (II) dan timah (III) (IV). Keempat ion yang
pertama merupakan sub-golongan II A dan golongan II B.
Sementara sulfida dari kation dalam golongan II A tak dapat larut
dalam amonium polisulfida, sulfida dari kation dalam golongan II
Byaitu justru dapat larut.
Golongan III : Kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida encer,
ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral
encer, namun kation ini membentuk endapan dengan amonium
sulfida dalam suasana netral atau amoniak. Kation-kation golongan
ini adalah kobalt (II), nikel (II), besi (II), besi (III), kromium (III),
aluminium, zink dan mangan (II).
Golongan IV : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia golongan I,
II, dan III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium
karbonat dengan adanya amonium klorida dalam suasana netral
atau sedikit asam. Kation-kation ini adalah kalsium, strontium, dan
barium.
Golongan V : Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia-
reagensia golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang
terakhir, yang meliputi ion-ion magnesium, natrium, kalium. litium,
26
amonium, dan hidrogen. Sistem golongan kation ini dapat diperluas
sehingga meliputi juga ion-ion yang kurang begitu umum
klasifikasi ion-ion ini dapat bereaksi (Svehla, 1985).
Analisa kualitatif merupakan analisa yang mendasarkan pada adanya
hubungan sistematis antar variabel yang sedang diteliti. Tujuannya ialah agar
peneliti mendapatkan makna hubungan variabel-variabel sehingga dapat
digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian.
Hubungan antar sistematis sangat penting karena dalam analisa kualitatif, peneliti
tidak menggunakan angka-angka seperti pada analisa kuantitatif.
1) Analisis kualitatif berdasarkan sifat fisis bahan
Sebelum melakukan penentuan sifat fisis berupa penetuan titik leleh dan
bentuk kristal untuk sampel padat dan penentuan titik didih dan indeks bias untuk
sampel cair, lakukanlah terlebih dahulu analisis pendahuluan untuk sampel padat
analisis pendahuluan meliputi : warna, bau, bentuk, kelarutan, pemanasan dalam
bidang tabung uji serta tes nyata. Sedangkan untuk sampel cair analisis
pendahuluan meliputi : warna, bau, kelarutan, serta keasaman.
2) Identifikasi kualitatif berdasarkan H2S
Kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui dengan melakukan uji
menggunakan pereaksi-pereaksi yang spesifik, meskipun agak sulit untuk
mendapatkan pereaksi yang spesifik untuk setiap kation. Oleh karena itu
umumnya dilakukan terlebih dahulu penggolongan kation. Sebelum dilakukan
pengendapan golongan dan reaksi identifikasi kation dengan cara basah cuplikan
padat harus dilarutkan dahulu. Supaya mendapatkan larutan cuplikan yang baik,
zat yang akan dianalisis dihomogenkan dahulu sebelum dilarutkan. Sebagai
pelarut dapat dicoba dahulu secara berturut-turut mulai dari air, HCl encer, HCl
pekat, HNO3 pekat. Mula-mula dicoba dalam keadaan dingin lalu dalam keadaan
panas. Bila pelarutnya HCl pekat larutan harus diuapkan sampai sebagian besar
HCl habis. Bila larutan sampai hampir kering, kemudian ditambahkan sedikit
HCl, diuapkan lagi sampai volumenya sedikit lalu diencerkan dengan air
(Underwood, 1993).
27
Aplikasi pemisahan kation-kation salah satunya aplikasi dari pemisahan
kation-kation dalam mengidentifikasi logam-logam yang terkandung dalam
sediaan kosmetik yang berfungsi sebagai zat pemutiara. Zat pemutiara adalah
suatu zat yang digunakan dalam komestik untuk memberikan efek seperti mutiara
sehingga bagian wajah akan terlihat makin segar, dan logam-logam yang terdapat
dalam kosmetik dapat menyebabkan iritasi. Dari hasil pemeriksaan golongan
ternyata pada pemeriksaan golongan III A memberikan reaksi positif terhadap
logam aluminium (Al). Serbuk logam aluminium sering digunakan dalam formula
bedak sebagai zat yang memberikan daya kilat. Garam-garam aluminium dapat
merupakan astringen pada kosmetik tertentu, tetapi dapat mengiritasi kulit
(Harjadi, 1990).
Kelarutan adalah sifat fisik yang merujuk pada kemampuan suatu
substansi untuk larut dalam suatu larutan. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah
maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut-pelarut. Larutan hasil
disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun
terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol dalam air, hingga sulit larut
seperti perak klorida (AgCl2) dalam air. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan antara lain: (1) Temperatur, untuk pelarut zat padat kelarutannya
meningkat seiring kenaikan suhu, sedangkan untuk gas perilakunya lebih unik; (2)
Efek kompleks, kelarutan garam yang sedikit sekali dapat larut juga bergantung
pada konsentrasi zat-zat yang membentuk kompleks; (3) Pengaruh pH, ion
hidrogen yang bersenyawa dengan anion suatu garam untuk membentuk asam
lemah, dengan demikian meningkatkan kelarutan garam itu; (4) Pengaruh
aktifitas, kelarutan meningkat pada larutan yang mengandung ion endapan
(Underwood, 1993).
28
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat-alat
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Pipet tetes
- Sikat tabung
- Botol sampel
3.1.2 Bahan-bahan
- FeSO4
- NaOH
- Na2S
- K3Fe(CN)6
- KCN
- FeCl3
- BaCl2
- Na2CO3
- K2CrO4
- CaCl4
- Sr(NO3)2
- MgCl2
- Amonium asetat
- Titan yellow
- Nessler’s
- Kertas label
- Tissue
- Aquades
- Sunlight
29
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Kation golongan III
a. Ferro (Fe2+)
- Dipipet larutan FeSO4 kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan kedalamnya larutan Na2CO3
- Diamati perubahan yang terjadi
- Dipipet larutan FeSO4 kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan kedalamnya larutan K3Fe(CN)6
- Diamati perubahan yang terjadi
- Dipipet larutan FeSO4 kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan kedalamnya larutan KCNS
- Diamati perubahan yang terjadi
b. Ferri (Fe3+)
- Dipipet larutan FeCl3 kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan kedalamnya larutan Na2S
- Diamati perubahan yang terjadi
- Dipipet larutan FeCl3 kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan kedalamnya larutan K3Fe(CN)6
- Diamati perubahan yang terjadi
- Dipipet larutan FeCl3 kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan kedalamnya larutan KCNS
- Diamati perubahan yang terjadi
3.2.2 Kation golongan IV
a. Ca2+
- Dipipet larutan CaCl2 kedalam tabung reaksi
30
- Ditambahkan kedalamnya larutan Na2CO3
- Diamati perubahan yang terjadi
- Dipipet larutan CaCl2 kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan kedalamnya larutan K2CrO4
- Diamati perubahan yang terjadi
b. Ba2+
- Dipipet larutan BaCl2 kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan kedalamnya larutan Na2CO3
- Diamati perubahan yang terjadi
- Dipipet larutan BaCl2 kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan kedalamnya larutan K2CrO4
- Diamati perubahan yang terjadi
c. Sr2+
- Dipipet larutan Sr(NO)3 kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan kedalamnya larutan Na2CO3
- Diamati perubahan yang terjadi
- Dipipet larutan Sr(NO)3 kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan kedalamnya larutan K2CrO4
- Diamati perubahan yang terjadi
d. Mg2+
- Dipipet larutan MgCl2 kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan kedalamnya larutan NaOH
- Diamati perubahan yang terjadi
- Dipipet larutan MgCl2 kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan kedalamnya larutan NaOH
31
- Diamati perubahan yang terjadi
- Ditambahkan titan yellow
- Diamati perubahan yang terjadi
3.2.3 Kation golongan V
NH3+
- Dipipet larutan amonium asetat kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan kedalamnya larutan NaOH
- Diamati perubahan yang terjadi
- Dipipet larutan amonium asetat kedalam tabung reaksi
- Ditambahkan kedalamnya larutan NaOH
- Diamati perubahan yang terjadi
- Ditambahkan kedalamnya larutan Nessler’s
- Diamati perubahan yang terjadi
32
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No Perlakuan Pengamatan
1 Golongan III
a. Fe2+
- FeSO4 + NaOH + Na2S
- FeSO4 + K3Fe(CN)6
- FeSO4 + KCNS
b. Fe3+
- FeCl3 + NaOH + Na2S
- FeCl3 + K3Fe(CN)6
- FeCl3 + KCNS
terdapat endapan
terdapat endapan biru metalik
larutan merah kecoklatan
larutan hitam kehijauan
larutan berwarna hijau
larutan berwarna merah darah
2 Golongan IV
a. Ba2+
- BaCl2 + Na2CO3
- BaCl2 + K2CrO4
b. Ca2+
- CaCl2 + Na2CO3
- CaCl2 + K2CrO4
c. Sr2+
- Sr(NO3)2 + Na2CO3
- Sr(NO3)2 + K2CrO4
d. Mg2+
- MgCl2 + NaOH
- MgCl2 + NaOH + TitenYellow
larutan bening endapan putih
larutan kuning endapan kuning
larutan bening endapan putih
larutan kuning
larutan bening endapan putih
larutan kuning
larutan bening endapan putih
larutan orange dengan endapan merah
gelatin
33
3 Golongan III
a. NH3+
- NH3COOH + NaOH
- NH3COOH + NaOH + Nessler’s larutan bening
larutan berwarna coklat dengan endapan
coklat tua
4.2 Reaksi
4.2.1 Reaksi golongan III
a. Fe2+
- FeSO4 + Na2CO3 FeCO3 + Na2SO4
- 3FeSO4 + 2K3Fe(CN)6 Fe3[Fe(CN)6]2 +3K2SO4
- FeSO4 + 2KCNS Fe(CN)2 + K2SO4
b. Fe3+
- 2FeCl3 + 3Na2S Fe2S3 + 6NaCl
- FeCl3 + K3Fe(CN)6 Fe[Fe(CN)6]2 + 3KCl
- FeCl3 + 3KCNS Fe(CN)3 + 3KCl
4.2.2 Reaksi golongan IV
a. Ca2+
- CaCl2 + Na2CO3 CaCO3 + 2NaCl
- CaCl2 + K2CrO4 CaCrO4 + 2KCl
b. Ba2+
- BaCl2 + Na2CO3 BaCO3 + 2NaCl
- BaCl2 + K2CrO4 BaCrO4 + 2KCl
34
c. Sr2+
- Sr(NO3)2 + Na2CO3 SrCO3 + 2NaCl
- Sr(NO3)2 + K2CrO4 SrCrO4 + 2KNO3
d. Mg2+
- MgCl2 + 2NaOH Mg(OH)2 + 2NaCL
4.2.3 Reaksi golongan V
a. NH4+
- CH3COONH4 + NaOH CH3COONa + NH4OH
CH3COONa + NH3+ H2O
- NH4 + 4OH- 2[HgI4]2- HgO.Hg (NH2) I + 7I- + 3H2O
4.3 Pembahasan
Secara garis besar kimia analisa terbagi menjadi dua yaitu analisa
kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif adalah penganalisaan kimia
mengenai jenis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau
campuran yang belum diketahui komposisinya sedangkan analisa kuantitatif
adalah penganalisaan kimia yang dilakukan untuk mengetahui kadar atau jumlah
senyawa atau unsur dalam suatu cuplikan.
Pada identifikasi kation sampel larutan dengan metode analisa kualitatif
dapat dilakukan dengan mereaksikan suatu cuplikan pada pereaksi selektif,
spesifik, dan sensitif. Reaksi selektif adalah reaksi dimana reagen yang
ditambahkan dapat memisahkan golongan yang satu dengan yang lainnya dari
suatu zat atau campuran. Sebagai contoh pada pereaksi selektif didapatkan hasil
bahwa suatu sampel yang diidentifikasi mengandung logam pada golongan III.
Pereaksi sensitif merupakan reaksi dimana reagen yang ditambahkan dalam
jumlah yang sedikit dapat dilihat dengan jelas hasil reaksi yang terjadi, dimana
reaksi ini dapat memperjelas senyawa apa yang terkandung didalam suatu sampel,
contohnya untuk menegaskan bahwa Mg2+ merupakan bagian dari logam
35
golongan IV maka ditambahkan titen yellow sebagai pereaksi sensitif untuk
logam Mg2+. Sedangkan pereaksi spesifik merupakan reaksi dimana reagen yang
ditambahkan dapat memberikan ciri khas terhadap suatu zat atau senyawa bila
direaksikan dengan pereaksi spesifiknya, sebagai contoh larutan K3Fe(CN)6
merupakan pereaksi spesifik untuk logam-logam golongan III bila direaksikan
dengan Fe2+ akan didapatkan larutan biru metalik sedangkan bila direaksikan
dengan Fe3+ akan menghasilkan larutan hijau dapat dilihat bahwa tiap senyawa
memiliki warna yang khas masing-masing.
Pada percobaan ini larutan sampel yang digunakan adalah logam-logam
golongan III: FeSO4 dan FeCl3, golongan IV: CaCl2, BaCl2, Sr(NO3)2 dan MgCl2
serta untuk golongan V: amonium asetat (NH4). Reagen yang digunakan dalam
mengidentifikasi keberadaan kation dalam suatu larutan sampel yang telah
disediakan adalah Na2CO3, K3Fe(CN)6, KCNS, Na2S, K2CrO4, NaOH, titen yellow
dan Nessler’s. Semua reagen tersebut merupakan pereaksi yang dibuat dalam
konsentrasi dari komposisi tertentu agar dapat bereaksi meninggalkan endapan
ataupun perubahan warna yang menunjukkan adanya kandungan kation-kation
tersebut didalam suatu sampel yang digunakan.
Pada percobaan pertama dilakukan pengamatan pada golongan III, dimana
digunakan Fe2+ dan Fe3+ kedua larutan tersebut bila direaksikan dengan Na2S.
Pada Fe2+ maupun Fe3+ larutan berubah warna menjadi hitam hal itu menunjukkan
bahwa Na2S merupakan pereaksi selektif yang menunjukkan bahwa Fe2+ dan Fe3+
masuk golongan III, kemudian ditambahkan larutan K3Fe(CN)6, pada Fe2+ larutan
menjadi berwarna biru metalik dan terdapat endapan pada Fe3+ larutan menjadi
berwarna hijau disini terjadi reaksi spesifik yang memberi ciri khas pada masing-
masing larutan. Dan terakhir kedua larutan tersebut ditambahkan KCNS, pada
Fe2+ larutan berubah menjadi merah kecoklatan (warna merah terang) sedangkan
pada Fe3+ larutan berubah warna menjadi merah darah, disini reaksi sensitif
dimana dengan penambahan sedikit KCNS dapat terlihat reaksi yang jelas.
Kation golongan IV digunakan CaCl2, BaCl2, Sr(NO3)2, MgCl2. Pada
CaCl2, BaCl2, Sr(NO3)2 dilakukan dua reaksi yaitu selektif dan spesifik sedangkan
pada MgCl2 ditambahkan reaksi sensitif. Pada reaksi selektif pada tiga larutan
36
tersebut ditambahkan larutan Na2CO3 menghasilkan larutan bening dengan
endapan putih hal itu menunjukkan bahwa kation Ba2+, Ca2+ dan Sr2+ masuk dalam
golongan IV. Pada MgCl2 ditambahkan larutan NaOH tidak terjadi perubahan
kemudian ditambahkan larutan titen yellow yang dapat menunjukkan perubahan
warna pada larutan, larutan menjadi orange dengan endapan merah gelatin. Untuk
reaksi spesifiknya ditambahkan larutan K2CrO4 dimana merubah larutan menjadi
kuning.
Kation golongan V digunakan larutan amonium asetat direaksikan dengan
NaOH tidak terjadi perubahan warna dan keadaannya berubah menjadi basa.
Setelah itu ditambahkan larutan Nessler’s sebagai pereaksi sensitif dan larutannya
berubah menjadi coklat muda dan terdapat endapan coklat tua. Kation-kation
golongan V tidak dapat bereaksi dengan semua pereaksi sehingga dilakukan
reaksi sensitif.
Dalam percobaan ini terdapat beberapa kesalahan yang membuat hasil
percobaan menjadi kurang maksimal, antara lain:
- Peralatan yang kurang bersih
- Pipet yang digunakan sama untuk masing-masing sampel sehingga hasil yang
didapat kurang akurat
- Pereaksi yang sudah tidak murni
- Sampel yang sudah tidak murni
37
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan analisa kation logam-logam golongan III, IV,
dan V dapat disimpulkan, bahwa
- Pereaksi selektif pada kation golongan III yaitu NH4OH dan (NH4)S2.
Pereaksi selektif pada kation golongan IV yaitu (NH4)2CO3 dan NH4Cl
- Perbedaan antara kation Ferro (Fe2+) dengan Ferri (Fe3+) dapat dilihat pada
saat dilakukan dengan larutan K3Fe(CN)6 sebagai pereaksi selektifnya. Pada
kation Fe2+dengan penambahan K3Fe(CN)6 larutan berubah menjadi biru
metalik dan terdapat endapan. Sedangkan pada Fe3+ dengan penambahan
K3Fe(CN)6 larutan berubah menjadi hijau dan terdapat endapan
- Larutan Nessler’s pada golongan V berfungsi sebagai larutan pereaksi sensitif
dimana dengan penambahan sedikit larutan Nessler’s sudah dapat
menunjukkan perubahan yang jelas
5.2 Saran
Sebaiknya untuk percobaan selanjutnya bahan diganti dengan air seni
manusia sehingga praktikan tahu apakah air seni itu mengandung amoniak atau
tidak, jika mengandung amoniak berarti pemilik air seni itu positif terkena
diabetes.
38
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A dan Underwood , A. L. 1993. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Ke 4. Jakarta: Erlangga
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia
Svehla, G. 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka