1._kebijakan_akuntansi_(pengantar)_
TRANSCRIPT
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu
mengetahui secara umum, memahami secara
komprehensif dan mampu melaksanakan Kebijakan
Akuntansi yang berlaku di PT PLN (Persero) dalam proses
pencatatan, penggolongan, peringkasan dan pelaporan
data keuangan perusahaan.
1. Peraturan Direksi No. 0250.K/DIR/2014
tanggal 9 Juni 2014 Tentang Pedoman Kebijakan Akuntansi di PT PLN (Persero).
2. Surat Direktur Keuangan No. 1423/550/DIR/
2014 tanggal 7 Juli 2014
Dasar Hukum
• IFRS • PSAK dan ISAK • Kebijakan Akuntansi PT PLN (Persero) tahun
1994. • Surat Edaran dan Keputusan Direksi • Peraturan BAPEPAM LK (OJK) VIII. G.7 • USA-GAAP • Peraturan Pemerintah • Peraturan Kementerian
Sumber Dasar Kebijakan Akuntansi
Standar Akuntansi Indonesia tersusun dari empat pilar yaitu:
SAK-ETAP
Standar Akuntansi Syari’ah
Standar Akuntansi Pemerintah
Standar Akuntansi Keuangan
Source: Dwi Martani
Standar Akuntansi Indonesia
• SAK ETAP: Standar akuntansi keuangan untuk entitas tanpa
akuntabilitas publik
• ETAP adalah entitas yang:
Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general
purpose financial statement) bagi pengguna eksternal.
• Menggunakan acuan IFRS untuk Small Medium Enterprises.
• Lebih sederhana antara lain:
Aset tetap, tidak berwujud menggunakan harga perolehan
Entitas anak tidak dikonsolidasi tetapi sebagai investasi
dengan metode ekuitas.
Mengacu pada praktik akuntansi yang saat ini digunakan
Source: Dwi Martani
SAK-ETAP
Source: Dwi Martani
• Basis transaksi
• Digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi
syariah baik entitas lembaga syariah maupun non
lembaga syariah
• Pengembangan dengan model PSAK umum namun
berbasis syariah dengan acuan fatwa MUI
• PSAK 100 keatas
• Kerangka konseptual, Penyajian Laporan Keuangan
Syariah, Akuntansi Murabahah, Musyarakah,
Mudharabah , Salam, Istishna
Standar Akuntansi Syariah
Source: Dwi Martani
• Instansi Pemerintah menggunakan Standar Akuntansi
Pemerintahan, PP 24 tahun 2005 PP 71 tahun 2010
• Standar disusun oleh Komite Akuntansi Pemerintahan
kemudian ditetapkan dengan PP
• Diterapkan untuk entitas pemerintah dalam menyusun
LKPP dan LKPD:
instansi pemerintah pusat
Instansi pemerintah daerah
BUMN (sbg investasi) PSAK
• Entitas sektor publik selain pemerintah menggunakan
PSAK 45.
Standar Akuntansi Keuangan
Source: Dwi Martani
• Wajib diterapkan untuk entitas dengan
akuntabilitas publik seperti : Emiten, perusahaan
publik, perbankan, asuransi, dan BUMN.
• Dapat diterapkan oleh entitas lainya.
• Basis transaksi, bukan basis industri.
• Tujuan: memberikan informasi yang relevan bagi
user laporan keuangan
• IFRS hanya diadopsi untuk Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK)
Standar Akuntansi Keuangan
Indonesia bagian dari IFAC (The International Federation of Accountants) ,
yang harus tunduk pada SMO (Statement Membership Obligation),
salah satunya menggunakan IFRS sebagai accounting standard.
Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah
Indonesia sebagai anggota G20 forum.
Hasil dari pertemuan pemimpin negara G20 forum di Washington
DC, 15 November 2008 :
“Strengthening Transparency and Accountability”
Pertemuan G20 di London, 2 April 2009 menghasilkan kesepakatan
untuk Strengthening Financial Supervision and Regulation “to call
on the accounting standard setters to work urgently with supervisors
and regulators to improve standards on valuation and provisioning
and achieve a single set of high-quality global accounting
standards.”
Source: Dwi Martani
Mengapa Harus IFRS
• IFRS adalah Standar Akuntansi Internasional yang disusun oleh International Accounting Standard Bord (IASB)
• Sebelum Tahun 2001 IFRS dikenal sebagai IAS yang dikelola oleh International Accounting Standards Committee (IASC)
• IASB/IASC adalah lembaga independent yang bertujuan untuk mengembangkan dan mendorong penggunaan standart akuntansi global yang berkualitas tinggi namun mudah dipahami dan diperbandingkan.
International Financial Reporting Standards
(IFRS)
1. Principle Based
IFRS menggunakan Principle Based sehingga lebih
menekankan pada intepreatasi dan aplikasi atas standar.
2. Professional Judgment
Membutuhkan Professional Judgment pada penerapan standar
akuntansi.
3. Fair Value
Menggunakan Fair Value dalam penilaian
4. Revaluation
Membutuhkan Revaluation (Penilaian) atas substansi transaksi
dan evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas
ekonomi.
5. Disclosure
Mengharuskan Disclosure (Pengungkapan) yang lebih banyak
Source: Dwi Martani
Karakteristik IFRS
Meningkatkan daya banding laporan keuangan.
Memberikan informasi yang berkualitas di pasar
modal internasional
Menghilangkan hambatan arus modal internasional
dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan
pelaporan keuangan.
Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi
perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis
keuangan bagi para analis.
Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju
“best practise”.
Source: Dwi Martani
Manfaat Konvergensi IFRS
• USA GAAP adalah Standar Akuntansi Keuangan
yang disusun oleh Financial Accounting Standards Board (FASB).
• Sebelum mengadop IFRS, Satandar Akuntansi
Keuangan Indonesia Mengacu kepada USA-GAAP sebagai penyusunan PSAK.
Generally Accepted Accounting Principles
(USA GAAP)
• Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar,
konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang diterapkan perusahaan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
• Kebijakan Akuntansi merupakan salah satu
rancangan pengendalian tingkat entitas (Entity Level Control/ELC) yang penting bagi tercapainya keandalan pelaporan keuangan
Kebijakan Akuntansi
Untuk keseragaman laporan keuangan.
Memudahkan penyusun laporan keuangan karena ada
pedoman baku sehingga meminimalkan bias dari
penyusun.
Memudahkan auditor dalam pelaksanaan audit.
Memudahkan pembaca laporan keuangan untuk
menginterpretasikan dan membandingkan laporan
keuangan entitas yang berbeda.
Pengguna laporan keuangan banyak pihak sehingga
penyusun tidak dapat menjelaskan kepada masing-
masing pengguna.
Manfaat Kebijaka Akuntansi
• Terakhir di up-date tahun 1994.
• Disusun (mostly) Berdasarkan PSAK yang terbit
tahun 1994 dan sebelumnya.
• Beberapa aturan sudah tidak sesuai dengan PSAK
dan aturan yang ada
• Beberapa sudah tidak sesuai proses bisnis yang ada
saat ini.
• Proses pemutakhirannya dilakukan melalui
penerbitan surat-surat edaran Direksi (kebijakannya
sendiri tidak direvisi).
• Chart of accounts yang belum standar dalam satu
grup, khususnya karena penerapan SAP
• Penggunaan sistem akuntansi yang belum seragam
di seluruh unit bisnis (SAP dan Magic)
Kebijakan Akuntansi di PLN Sebelum
Pemutakhiran
PLN Divisi Akuntansi
dibantu Konsultan EY
untuk pemutakhiran
kebijakan akuntansi dan
chart of accounts
Perlu Dilakukan
Pemuthakhiran
Kebijakan
Akuntansi
Pemutakhiran Kebijakan Akuntansi
Pemutakhiran Kebijakan Akuntansi Terdiri dari :
• 42 Kebijakan Akuntansi yang berlaku pada 1 Januari 2014
• 6 Kebijakan Akuntansi yang berlaku pada 1 Januari 2015
Diantara 42 Kebijakan yang berlaku pada 1 Jan 2014 :
• Terdapat 24 kebijakan baru yang tidak ada di dalam buku kebijakan lama.
• Terdapat 18 kebijakan akuntansi yang telah ada di buku lama dan dilakukan updating dengan menggunakan standart akuntansi terbaru serta peraturan terkait lainnya yang berlaku saat ini.
Di dalam buku kebijakan akuntansi yang baru ini,
disertakan juga pedoman pencatatan dalam bentuk
contoh jurnal
Hasil Pemutakhiran Kebijakan Akuntansi
1. Laporan Keuangan Konsolidasi dan
Laporan Keuangan Tersendiri (KA 4)
2. Properti Investasi (KA 6)
3. Investasi pada Entitas Assosiasi (KA
7)
4. Bagian Partisipasi dalam Vertura
Bersama (KA 8)
5. Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi
(KA 9)
6. Rekening Bank dan Deposito
Berjangka dibatasi Penggunaannya
(KA 10)
7. Penurunan Nilai Aset (KA 12)
8. Investasi Jangka Pendek (KA14)
9. Akuntansi Hibah (KA 19)
10. Penerusan Pinjaman (KA 20)
11. Sewa (KA 22)
12. Biaya Pinjaman (KA 24)
13. Provisi, Liabilitas Kontijensi, dan Aset
Kontijensi (KA 25)
14. Imbalan Kerja (KA 27)
15. Perpajakan ((KA 33)
16. Instrumen Keuangan (KA 34)
17. Kombinasi Bisnis (KA 35)
18. Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali
(KA 36)
19. Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing
(KA 37)
20. Laba per Saham (KA 38)
21. Lindung Nilai (KA 39)
22. Segmen Operasi (KA 40)
23. Peristiwa Setelah Periode Pelaporan
(KA 41)
24. Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan (KA
42)
24 Kebijakan Baru Berlaku 1 Januari 2014
1. Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan
Keuangan (KA1)
2. Penyajian Laporan Keuangan
(KA 2)
3. Laporan Arus Kas (KA 3)
4. Aset Tetap (KA 5)
5. Biaya Ditangguhkan (KA11)
6. Kas dan Setara Kas (KA13)
7. Piutang (KA15)
8. Persediaan (KA16)
9. Biaya Yang Masih Harus
Dibayar (KA 29)
10. Uang Muka dan Biaya Dibayar
Dimuka (KA17)
11. Ekuitas(KA18)
12. Utang Kepada Pemerintah
(KA21)
13. Pinjaman Bank/Non Bank dan
Obligasi (KA 23)
14. Utang Listrik Swasta (KA26)
15. Utang Jangka Pendek (KA28)
16. Pendapatan Usaha (KA30)
17. Beban Usaha (KA31)
18. Pendapatan dan Beban Lain-
lain (KA32)
18 Kebijakan Lama Hasil Pemutakhiran Berlaku
1 Januari 2014
1. Laporan Keuangan Tersendiri (KA 43)
2. Laporan Keuangan Konsolidasi (KA 44)
3. Investasi Pada Entitas Asosiasi dan Ventura
Bersama (KA 45)
4. Pengaturan Bersaa (KA 46)
5. Pengungkapan Kepentingan Dalam Entitas
Lain (KA 47)
6. Pengukuran Nilai Wajar (KA 48)
6 Kebijakan Baru Yang Berlaku 1 Januari 2015
• Perubahan Kebijakan Akuntansi bertujuan untuk
menetapkan prinsip pengakuan, pengukuran, penyajian
dan pengungkapan dalam Laporan Keuangan
berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) yang berlaku/ terkini.
• Dengan menerapkan Kebijakan Akuntansi 2014 dan Kode
Akun dalam penyusunan Laporan Keuangan PLN, berarti
Laporan Keuangan PLN telah mengikuti Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan terkini yang konvergen
dengan IFRS.
Kesimpulan