163-175 m1o-08

Upload: suci-handayani

Post on 05-Jul-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 163-175 M1O-08

    1/13

    PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7

    Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

    163

    M1O-08

    DAMPAK PENCEMARAN MERKURI TERHADAP MEDIA

    GEOLOGI PADA PERTAMBANGAN RAKYAT DI BANYUMAS,

    JAWA TENGAH

    Fraga Luzmi Fahmi1*, Wawan Budianta1**, Arifudin Idrus1***

    Geological Engineering Department, Gadjah Mada University, Jln. Grafika No. 2, Yogyakarta, 55281,

    *Email: [email protected], **Email:[email protected], ***Email: [email protected]

    Diterima 30 Oktober 2014

    Abstrak 

    Dampak pencemaran merkuri pada tambang emas tradisional di Banyumas, Jawa Tengah,

    dipelajari khususnya pada tanah, air permukaan dan airtanah. Penelitian bertujuan meneliti sejauhmana tingkat dan penyebaran merkuri pada media geologi seperti tanah, airtanah dan air 

     permukaan di daerah penelitian. Sampel diambil dari beberapa lokasi secara sistematis di daerah

     penelitian dan kemudian dianalisis di laboratorium. Keberadaan merkuri secara alamiah terdeteksi pada batuan termineralisasi di daerah penelitian, namun memberikan kontribusi yang tidak signifikan. Merkuri yang berasal dari kegiatn pertambangan memberikan kontribusi yang lebih

    nyata terhadap pencemaran merkuri yang terjadi di daerah penelitian. Hasil penelitianmenunjukkan penyebaran merkuri dalam media geologi telah terjadi dan dituangkan dalam peta

     penyebaran merkuri. Faktor geologi terutama permeabilitas tanah dan aliran permukaan

    memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penyebaran merkuri pada media geologi di daerah penelitian.

    Kata Kunci: pencemaran, merkuri, media geologi, tambang emas tradisional, penyebaran merkuri,

    Pendahuluan

    Penambangan skala kecil atau penambangan tradisional banyak dijumpai di negara-negara berkembang yang memiliki potensi sumber daya emas. Perkembangan jumlah

     penambangan emas seiring dengan peningkatan eksplorasi dan penemuan lokasi

     penambangan baru, yang umumnya dijumpai di negara berkembang. Negara-negara di

    Asia dan Afrika menjadi produsen utama emas dunia berdasarkan data produksi emas

    dunia pada tahun 2011, seperti China (13,1%), Australia (10,0%), Amerika Serikat

    (8,85%), Rusia (7,4%), Afrika Selatan (7,0%), Peru (5,6%), Indonesia (4,4%), Kanada

    (4,1%), Ghana (3,7%), Uzbekistan (3,3%), dan negara lainnya (32,5 %)

    (www.goldsheetlink.com). Modal dan teknologi yang minim tidak mengurangi keinginan

    untuk melakukan penambangan. Praktik ini banyak dikenal dengan penambangan emas

    skala kecil atau penambangan emas rakyat atau tradisional (artisanal small scale gold 

    mining - ASGM ). Penambang emas skala kecil banyak menggunakan merkuri atau air raksa

    (Hg) dalam proses penambangan emas. Penggunaan merkuri untuk kegiatan tersebut banyak yang tidak diawasi dan dilakukan secara bebas. Oleh sebab itu, perlu dilakukan

    kajian terhadap merkuri dalam pertambangan emas tradisional dan dampaknya terhadap

    lingkungan serta penaganannya. Pemakaian merkuri untuk mengekstraksi emas dalam

     pertambangan emas skala kecil, khususnya di Indonesia, sudah menunjukkan indikasi

    membahayakan dan bisa dikatakan sebagai bencana lingkungan [1].

    Di Indonesia, jumlah kegiatan tambang skala kecil ada 713 lokasi yang tersebar di

    Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi dengan 60.000 penambang skala kecil [1].

    Setiap tahunnya, sekitar lebih dari 1.000 ton merkuri (Hg) mencemari lingkungan [2][3].

  • 8/16/2019 163-175 M1O-08

    2/13

    PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7

    Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

    164

    Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di dunia yang sudah mengalami polusi Hg

    setelah Cina dan Pillipina [4].

    Sejumlah kasus pencemaran merkuri yang dihasilkan dari proses pertambangan emas

    di Indonesia telah terindikasi menyebabkan pencemaran lingkungan seperti di di Desa

    Kalirejo, Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo [7], perairan laut Teluk Buyat,

    Kecamatan Kotabunan, Kabupaten Bolaang Mongondow [6], Dimembe, Kabupaten

    Minahasa Utara, Sulawesi Utara [11], Sungai Na’e, Desa Pesa, Kecamatan Wawo,Kabupaten Bima, NTB [10], Poboya, Palu, Sulawesi Tengah [5].

    Salah satu prioritas riset Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah penyelamatan

    lingkungan kritis serta pengelolaan bencana dan lingkungan. Permasalahan mengenai

     pencemaran merkuri di pertambangan tradisional tentunya menjadi topik yang relevan

    dengan prioritas riset UGM. Ditambah pula, salah satu langkah strategis yang ditetapkan

    United Nations Environment Programme (UNEP) untuk mengurangi dampak lingkungan

    adalah dengan memantau tingkat pencemaran merkuri pada lokasi dan di sekitar lokasi

     penambangan emas sebagai salah satu tahapan dalam rencana strategis nasional dalam

     pengurangan merkuri pada penambangan emas skala kecil (ASGM).

    Alasan lainnya yang juga menjadi pertimbangan perlunya penelitian di pertambangan

    emas tradisional di daerah Banyumas dan penanganannya adalah karena:

    1. Daerah lokasi penambangan merupakan penambangan emas primer yang relatif 

     baru yaitu sekitar lima tahun terakhir, jika dibandingkan dengan penambangan

    emas tradisional lainnya yang sudah lama khususnya di Jawa, seperti Kokap Kulon

    Progo, Selogiri Wonogiri dan Pongkor Jawa Barat, sehingga penelitian yang

     berkaitan dengan topik yang diajukan masih sangat terbatas. Beberapa penelitian

    sudah dilakukan, namun hanya terbatas pada dampak yang spesifik dan belum

    dlilakukan secara komprehensif [15].

    2. Daerah penelitian berdekatan dengan perumahan penduduk dan pusat keramaian/

    aktivitas masyarakat serta berdekatan dengan hulu sungai yang mengalir menuju

    daerah hilir dan dipergunakan untuk kepentingan masyarakat sehari-hari.

    3. Air tanah dan air sungai di daerah penelitian masih banyak dimanfaatkan untuk 

    keperluan air minum dan kebutuhan sehari-hari masyarakat di sekitar lokasi penambangan emas.

    4. Material alam seperti zeolit yang banyak tersedia belum banyak dipergunakan

    secara optimal untuk meremediasi merkuri sebagai akibat dari kegiatan

     pertambangan tradisional.

    Lokasi penelitian berada pada area tambang rakyat Paningkaban-Cihonje dan

    sekitarnya yang secara administratif berada di Desa Paningkaban, Desa Cihonje dan Desa

    Gancang, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah, seperti

    terlihat pada Gambar 1.

    Penelitian dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencemaran merkuri pada

    air permukaan, air tanah, sedimen, dan tanah, yang disebabkan oleh praktik penambangan

    emas tradisional. Penelitian ini dibatasi dengan meneliti dampak pencemaran merkuri pada

    media geologi, seperti tanah, airtanah dan air permukaan.Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi masyarakat di daerah penelitian, untuk 

    memberikan informasi mengenai sebarapa jauh tingkat pencemaran merkuri di lingkungan

    tempat tinggal mereka. Bagi pemerintah setempat, penelitian ini akan bermanfaat sebagai

    landasan untuk mengambil kebijakan dalam rangka mengurangi dampak lingkungan yang

    ditimbulkan akibat dari pencemaran merkuri.

  • 8/16/2019 163-175 M1O-08

    3/13

    PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7

    Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

    165

    Geologi Daerah Penelitian

    Geologi daerah penelitian secara regional telah dilakukan oleh [14] serta [13] yang mana

    di daerah penelitian yang termasuk dalam batuan sedimen turbidit Formasi Halang. [12]

    menerangkan adanya mineralisasi tipe kuarsa-karbonat-logam dasar yang dijumpai pada

     batuan berumur Miosen Tengah-Atas pada Formasi Halang. [15] menjelaskan mengenai

     potensi sumber daya dan cadangan bahan tambang di Kabupaten Banyumas. Salah satu

     potensi bahan tambang ialah emas yang terdapat di Desa Gancang, Karang Alang, dan

    Cihonje. [9] mengidentifikasi mengenai geologi, alterasi, mineraliasasi bijih, dan

    karakterisasi fluida hidrotermal di daerah Desa Cihonje dan Paningkaban, Kecamatan

    Gumelar. Berdasarkan data penelitian tersebut, tipe endapan emas di daerah penelitian

    merupakan endapan epitermal sulfidasi rendah dengan tipe  carbonate – base metal gold.

    Satuan batuan di daerah ini dibagi menjadi 3 satuan batuan, sedangkan [9] yang

    memetakan pada daerah yang sama hanya membagi menjadi 2 satuan batuan. Pada

     penelitian ini, satuan batupasir    raywacke  dan satuan perselingan batulempung-batulanau.

    Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari satuan batuan dari yang tertua hingga termuda yang

     juga dapat dilihat pada peta geologi (Gambar 2), yaitu: satuan batupasir    raywacke, satuan

     perselingan batulempung-batulanau, satuan tuf lempungan.

    Secara megaskopis, satuan batupasir    raywacke mempunyai ciri litologi berwarna abu-abu, kemas tertutup, sortasi baik, kompak, ukuran butir dari pasir halus sampai pasir sangat

    kasar, matriks berupa material sedimen dan gelas vulkanik, sedangkan komposisi fragmen

     berupa plagioklas dan piroksen. Pada beberapa lapisan batuan ini ditemukan kandungan

    mineral karbonat. Sedangkan batulempung umumnya mempunyai ciri litologi berwarna

    coklat muda – coklat kekuningan, dengan komposisi tersusun oleh material sedimen

     berukuran lempung. Pada beberapa lapisan, dijumpai perulangan gradasi pada batulanau

    yang menghalus menjadi batulempung. Satuan tuf lempungan memiliki kenampakan

    dengan warna putih hingga kekuningan, berlapis baik hingga buruk, memiliki ukuran butir 

    matriks

  • 8/16/2019 163-175 M1O-08

    4/13

    PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7

    Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

    166

    Pada tahapan ini juga dilakukan pengambilan conto yang akan diuji kandungan

    merkurinya. Pengambilan data lapangan meliputi pengambilan data XRF dengan

     peralatan portable XRF dan alat ukur infiltrasi (infiltrometer Turf Tec).

    3. Tahap Pengujian Laboratorium

    Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap data lapangan dan sampel. Pengujian

    kadar merkuri (Hg) pada sejumlah sampel dilakukan dari data  portable  XRF dan AAS

    ( Atomic Absorption Spectrometry). Analisis laboratorium untuk mengetahui kadar merkuri (Hg) dilakukan dengan metode   tomic Absorption Spectroscopy  (AAS) yang

    dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya, Kementerian Kesehatan

    Republik Indonesia. Jenis alat yang digunakan adalah Analytik Jena ZEEnit 700

    dengan sistem hidrida HS60. Pengujian kadar merkuri dengan metode AAS dilakukan

     baik pada sampel mineral bijih, maupun media pencemar: mineral bijih,   tailing ,

    tanah/batuan, air sungai, dan air tanah Data geologi dianalisis melalui analisa citra

    satelit dan peta topografi, deskripsi batuan di laboratorium dengan metode petrologi

    makroskopik dan petrografi.

    4. Tahap Analisis Data dan Interpretasi

    Data yang diperoleh dari hasil pengambilan data lapangan dan uji laboratorium

    dianalisa dan dihubungkan dengan kajian pustaka yang telah diperoleh untuk 

    mendapatkan hasil dan kesimpulan penelitian. Tahapan ini dilakukan untuk mengetahuikondisi geologi daerah penelitian dan aktivitas manusia dalam proses penambangan,

    lalu menghubungkannya dengan tingkat pencemaran di daerah tersebut, serta faktor-

    faktor yang mempengaruhinya. Hasil dan pembahasan penelitian didasarkan pada hasil

    uji laboratorium dan data lapangan menggunakan peralatan geologi lapangan,  portable

    XRF, dan uji laboratorium dengan metode AAS.

    Tahapan penelitian iini secara komprehensif dapat dilihat pada skema penelitian pada

    Gambar 3.

    Pengutaraan Data

    Lokasi dan Wilayah Penambangan dan Pengolahan Bijih Emas

    Lokasi penambangan dan pengolahan secara administratif termasuk ke dalam wilayahDesa Cihonje dan Desa Paningkaban, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas,

    Provinsi Jawa Tengah. Penyebaran lokasi penambangan ini memanjang ke arah barat-

    timur, mengikuti pola penyebaran urat-urat mineralisasi yang dijumpai. Berdasarkan

     pengamatan, bangunan yang digunakan untuk penambangan dan pengolahan emas ini

    memiliki ciri khas dari atap berupa terpal berwarna biru. Lokasi yang dijadikan

     penambangan memiliki ciri khas berupa lubang penggalian vertikal yang menerus ke

     bawah berupa terowongan dengan diamater sekitar 1,0 – 1,5 meter, yang terkadang disertai

    katrol untuk menarik batuan/bijih emas.

    Kondisi Tata Guna Lahan di Daerah Penelitian

    Dari hasil pengamatan lapangan dan interpretasi citra satelit, maka dapat diklasifikasikan

    tata guna lahan di daerah penelitian. Di daerah Cihonje – Paningkaban, penggunaan lahan

    didominasi oleh perkebunan. Umumnya daerah ini ditanami tanaman kayu berdiamater 

    antar 20 – 30 meter, dan banyak berupa tanaman kayu. Daerah pemukiman juga

    mendominasi dengan penyebaran yang setempat-setempat, menyebar di daerh selatan,

    utara, dan barat laut pada peta. Di bagian lain, lahan di daerah penelitian dimanfaatkan

    sebagai persawahan baik sawah irigasi maupun sawah tadah hujan dan tegalan.

  • 8/16/2019 163-175 M1O-08

    5/13

    PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7

    Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

    167

    Kadar dan Sebaran Merkuri pada Mineral Bijih

    Pengambilan sampel dilakukan pada daerah yang dijumpai adanya urat-urat yang

    dimungkinkan membawa mineral – mineral logam dan unsur lainnya, termasuk merkuri

    (Hg). Kadar merkuri dari sampel diperoleh dari hasil pengujian laboratorium dengan

    metode AAS ( Atomic Absorption Spectroscopy). Hasil pengukuran kadar merkuri pada 3

    sampel mineral bijih dengan kode sampel PWT 02A, PWT 02B, dan PWT 03

    menunjukkan nilai yang bervariasi masing-masing 0,007 ppm, 0,012 ppm, dan 0,005 ppm.

    Dari ketiga sampel tersebut, rata-rata nilainya sebesar 0,008 ppm. Lokasi (koordinat)

     pengambilan sampel dan kadar merkuri pada sampel dapat dilihat pada Tabel 2.

    Kadar dan Sebaran Merkuri pada Mineral Tailing 

    Pengambilan sampel di daerah penelitian diutamakan pada daerah yang banyak dijumpai

    alat-alat gelundung atau tromol yang digunakan untuk menghancurkan mineral bijih emas.

    Hasil pengolahan mesin tersebut membentuk suatu batuan berbutir halus berukuran

    lempung-lanau berwarna keabu-abuan bergantung dari warna batuan asalnya, yang dikenal

    dengan istilah   tailing . Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel tailing dapat dilihat

     pada Tabel 3, dan penyebarannya pada peta dapat dilihat pada Gambar 5.

    Kadar merkuri yang diperoleh dari media  tailing  memiliki nilai yang tinggi, yaitu padarentang 7,49 – 604,00 ppm. Dari kedua metode pengukuran tersebut, hasil pengukuran

    dengan metode   Portable XRF   memiliki pembacaan pengukuran yang lebih besar.

    Perbandingan antara hasil pengukuran dengan  Portable   XRF dan AAS memiliki rentang

    yang cukup jauh berbeda, dimana pengukuran kadar merkuri pada 20 sampel dengan

     Portable XRF memberikan hasil antara 27,05 – 604,0 ppm, sedangkan 2 sampel yang diuji

    dengan AAS masing-masing memberikan hasil 7,493 ppm (sampel SS-001) dan 12,782

     ppm (sampel SS-008). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan nilai

    yang signifikan antara pengukuran dengan metode   Portable   XRF dengan metode AAS.

    Hasil yang diberikan dari pengukuran AAS dapat mencapai ketelitian 3 desimal,

    sedangkan   Portable   XRF hanya 1 desimal. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah

     perlu adanya koreksi pada pengukuran lapangan dengan metode XRF tipe   Portable.

    Dengan mengabaikan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai pengukuran kadar merkuri,hasil pengukuran degnan kedua metode tetap dapat dijadikan acuan dalam penelitian. Nilai

    rata-rata pengukuran dengan metode AAS sebesar 10,138 ppm, sedangkan metode

     Portable XRF sebesar 138,423 ppm.

    Kadar dan Sebaran Merkuri pada Tanah dan Batuan

    Sampel tanah yang diambil di daerah penelitian berupa hasil pelapukan batuan yang terdiri

    dari batulempung karbonatan, batulempung pasiran, batulanau. Kondisi batuan di lapangan

     banyak yang dijumpai telah mengalami perubahan menjadi tanah. Kadar dan sebaran

    merkuri pada tanah dan batuan secara langsung di lapangan diperoleh dari hasil

     pengukuran dengan metode   Portable   XRF dan uji AAS. Hasil pengukuran dan lokasi

     pengambilan sampel tanah dan batuan disajikan pada Tabel 4.Dari data tersebut terlihat bahwa nilai pengukuran dengan metode  Portable  XRF lebih

    tinggi daripada hasil pengukuran dengan metode AAS. Hasil pengukuran kadar dengan

    metode   Portable   XRF memiliki rata-rata 72,8 ppm. Sampel S-1, S-10, dan S-6

    memperlihatkan hasil hampir sama, yaitu pada rentang 48,0 - 62,0 ppm. Kadar merkuri

    yang tinggi dijumpai pada sampel S-5 dan S-8 masing-masing 97,0 ppm dan 102,0 ppm.

  • 8/16/2019 163-175 M1O-08

    6/13

    PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7

    Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

    168

    Kadar dan Sebaran Merkuri pada Sedimen Sungai

    Hasil dari pengukuran kadar merkuri pada sedimen sungai di Sungai Tajum, yang berada

    di sekitar lokasi penambangan emas tradisional di Desa Cihonje dan Desa Paningkaban

    memiliki rentang nilai 6,993 – 11,886 ppm. Kadar merkuri tertinggi dijumpai pada sampel

    SS-002 dan SS-010, dengan kadar masing-masing mencapai 11,886 ppm dan 11,812 ppm.

    Hasil pengukuran dan lokasi pengambilan sampel tanah dan batuan disajikan pada

     penyebarannya pada peta dapat dilihat pada Tabel 5.

    Kadar dan Sebaran Merkuri pada Air Sungai

    Kadar merkuri yang berasal dari sampel air Sungai Tajum di Desa Cihonje dan

    Paningkaban memiliki rentang nilai 0,479 – 1,928 ppm. Nilai tersebut memiliki variasi

    apabila dimasukkan data spasial yang berhubungan dengan lokasi titik pengambilan

    sampel. Kadar dan sebaran merkuri pada sampel air sungai dapat dilihat pada Tabel 6.

    Kadar dan Sebaran Merkuri pada Air Tanah

    Hasil pengukuran kadar merkuri pada air tanah di Desa Cihonje dan Desa Paningkaban

    memberikan hasil yang rentang dari 0,219 ppm sampai dengan 1,574 ppm dari data 7

    sampel air tanah. Nilai rata-rata dari ketujuh sampel air tanah tersebut adalah 0,867 ppm.Ketujuh pengukuran diperoleh dari uji laboratorium dengan metode AAS. Dibandingkan

    dengan jenis sampel yang lain, kadar merkuri paling rendah dijumpai pada jenis sampel air 

    tanah. Hasil pengukuran kadar merkuri dan lokasi pengambilan sampelnya dapat dilihat

     pada Tabel 7.

    Pembahasan

    Dalam penelitian ini, dapat diklasifikasikan menjadi 6 jenis sampel yang diuji kadar 

    merkurinya, yaitu: urat/mineral bijih emas,  tailing , tanah dan batuan, sedimen sungai, air 

    sungai, dan air tanah. Dari keenam jenis sampel tersebut, 4 jenis sampel diantaranya

    merupakan sampel padatan (solid) dan 2 lainnya berupa zat cair (liquid ). Sampel yang

    termasuk dalam zat padat terdiri dari: urat/mineral bijih,   tailing , tanah dan batuan, dansedimen sungai. Sampel yang termasuk dalam zat cair adalah air sungai dan air tanah. Jenis

    sampel, banyaknya sampel, rentang kadar merkuri, dan rata-rata kadar merkuri pada tiap

    sampel disajikan pada Tabel 8 berikut:

    Perbandingan dari hasil pengukuran kadar merkuri pada berbagai jenis sampel dapat

    memberikan variasi kadar merkuri pada berbagai jenis sampel. Dari data tersebut, dapat

    terlihat bahwa sampel tailing  dan tanah/batuan memiliki rata-rata kadar merkuri yang lebih

    tinggi dibanding dengan sampel lainnya. Kadar rata-rata merkuri pada seluruh sampel

    tailing  sebesar 126,761 ppm, sedangkan pada sampel tanah/batuan memiliki rata-rata kadar 

    merkuri sebesar 72,800 ppm. Nilai rata-rata kadar merkuri terendah dijumpai pada sampel

    air sungai, yaitu sebesar 1,003 ppm dan pada sampel air tanah sebesar 0,867 ppm.

    Penyebaran merkuri secara alamiah dikontrol oleh proses alam yang terjadi baik 

    melalui persitiwa geologi yang mengubah tatanan geokimia maupun siklus hidrologi yangmembant proses transportasi zat pencemar. Pencemaran merkuri yang masuk ke dalam

     batuan dan air tanah dikontrol oleh penyebaran urat-urat yang berasal dari proses

    mineralisasi hidrotermal di daerah penelitian. Proses penyebaran urat-urat ini umumnya

    dikontrol oleh adanya rongga atau zona lemah yang disebabkan oleh struktur geologi.

    Fluida hidrotermal yang mengisi pada kekar maupun sesar dapat mengendapkan mineral

    logam emas dan mineral bijih lainnya serta unsur-unsur yang berasosiasi dengan proses

    mineralisasi tersebut [9]. Penyebaran merkuri yang mengalami kontak dengan air tanah

    akan mengikuti penyebaran urat-urat yang terbentuk akibat proses mineralisasi.

  • 8/16/2019 163-175 M1O-08

    7/13

    PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7

    Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

    169

    Pergerakan aliran air permukaanakan mengikuti gradien hidraulik, dimana air akan

     bergerak menuju daerah dengan gradien hidraulik yang lebih rendah. Dalam penelitian ini,

    aliran air permukaan bergerak menuju lembah sungai. Selanjutnya logam berat merkuri

    terendapkan bersama sedimen sungai. Mekanisme transport pada air sungai dan sedimen

    sungai banyak dipengaruhi oleh kecepatan air sungai. Kecepatan air biasanya mencapai

    maksimum di sekitar bagian tengah dan pada bagian dasar akan mengalami penurunan

    karena adanya gesekan [8].Penyebaran merkuri yang dikontrol oleh faktor non alamiah berasal dari aktivitas

    manusia yang menyebabkan peningkatan kadar merkuri dalam kadar yang jauh melebihi

    ambang batas lingkungan hidup. Logam berat merkuri yang masuk ke lingkungan berasal

    dari lokasi pengolahan mineral bijih emas. Persebaran ini dikontrol oleh aktivitas manusia

    yang menempatkan lokasi pengolahan bijih emas yang umumnya berdekatan dengan lokasi

     penggalian bijih. Proses penyebaran merkuri dari data-data penelitian tersebut pada media

    geologi dari berbagai sampel yang diteliti dapat dimodelkan seperti pada peta berikut

    (Gambar 3).

    Kesimpulan dan Saran

    Dari hasil analisa spasial data kadar merkuri dan lokasi pengambilan sampelnya, makadapat disimpulkan bahwa kadar merkuri yang tinggi ditemukan pada   tailing , tanah, dan

     batuan yang berada di area penambangan emas tradisional di wilayah Desa Paningkaban

    dan Desa Cihonje, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.

    Kadar merkuri tertinggi pada sampel sedimen sungai dan air tanah ditemukan pada 2

    daerah utama, yaitu di Desa Cihonje dan Desa Paningkaban, yang berdekatan dengan

    lokasi pengolahan bijih emas.

    Dari hasil penelitian ini, kadar merkuri menjadi lebih tinggi di atas baku mutu

    lingkungan (0,001 ppm). Merkuri yang berasal dari kegiatn pertambangan memberikan

    kontribusi yang lebih nyata terhadap pencemaran merkuri yang terjadi di daerah penelitian.

    Hasil penelitian menunjukkan penyebaran merkuri dalam media geologi telah terjadi dan

    dituangkan dalam peta penyebaran merkuri.

    Oleh sebab itu, penelitian mengenai kadar dan sebaran merkuri di daerah penelitian iniharus dilakukan peningkatan dan perbaikan kepada peneliti berikutnya antara lain dengan:

    menambah jumlah sampel dan menambah luas titik pengambilan, membandingkan

     pengukuran kadar merkuri dengan dua metode yang berbeda, mendistribusikan

     pengambilan sampel pada tanah dan batuan, menambah luas daerah penelitian untuk 

    mengetahui kadar dan sebaran merkuri.

    Ucapan Terima Kasih

    Penulis mengucapkan terima kasih kepada Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM

    atas dukungan pendanaan dalam kegiatan penelitian ini. Kami juga berterima kasih kepada

    Balai Besar Laboratorium Kesehatan Kemenkes RI di Surabaya atas dukungan peralatan

    dan analisis laboratorium yang mendukung penelitian ini.

    Daftar Pustaka

    [1] C. Aspinall, “Small-scale Mining in Indonesia,” International Institute for 

    Environment and Development, Mining Minerals and Sustainable Development

    Report, Jakarta, 2001.

    [2] UNIDO (United Nations Industrial Development Organization), “Global Mercury

    Project Proposal,” Vienna, 2002.

  • 8/16/2019 163-175 M1O-08

    8/13

    PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7

    Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

    170

    [3] K. Telmer dan M. Veiga, “World Emissions of Mercury From Artisanal And Small

    Scale Gold Mining,” UNEP, 2008.

    [4] UNEP (United Nations Environment Programme), “Reducing Mercury Use in

    Artisanal and Small Scale Gold Mining,” http://www.unep.org/hazardoussubstances/

    [5] Mirdat, Y. S. Patadungan dan Isrun, “Status Logam Berat Merkuri (Hg) dalam Tanah

     pada Kawasan Pengolahan Tambang Emas di Kelurahan Poboya, Kota Palu,,”   e-J.

     grotekbis, vol. 1 Juni 2013, no. (2) , pp. 127-134, 2013.

    [6] K. Lutfillah, “Kasus Newmont (Pencemaran di Teluk Buyat),” Jurnal Kybernan,  vol.

    Vol. 2, no. No. 1, Maret 2011, 2011.

    [7] R. Larasati, P. Setyono dan K. A. Sambowo, “Evaluasi Ekonomi Eksternalitas

    Penggunaan Merkuri pada Pertambangan Emas Rakyat dan Peran Pemerintah Daerah

    Mengatasi Pencemaran Merkuri (Studi Kasus Pertambangan Emas Rakyat di

    Kecamatan Kokap Kulon Progo),” 2012.

    [8] H. F. Hemond dan E. J. Fechner-Levy, Chemical Fate and Transport in the

    Environment, second penyunt., San Diego, California: Academic Press, 2000.

    [9] F. Hakim, "Geologi, Alterasi, Mineralisasi Bijih, dan Karakteristik Fluida

    Hidrotermal pada Endapan Emas Epitermal Sulfidasi Rendah di Daerah Cihonje-Paningkaban, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah,"

    Skripsi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta, 2014.

    [10] M. Fatoni, “Kajian Kadar Merkuri (Hg) dalam Air pada Sungai Na’e Akibat

    Pengolahan Tambang Rakyat Bijih Emas di Desa Pesa Kecamatan Wawo Kabupaten

    Bima NTB,” 2012.

    [11] H. Sumual, “Karakterisasi Limbah Tambang Emas Rakyat Dimembe Kabupaten

    Minahasa Utara,” AGRITEK, vol. VOL. 17, no. NO. 5 SEPTEMBER 2009,, 2009.

    [12] S. Prihatmoko, S. Digdowirogo and D. Kusumanto, "Potensi cebakan mineral di Jawa

    Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta," in Proceedings XXXII Annual Convention

    of the Indonesian Association of Geologists (IAGI), 2002.

    [13] Kastowo, “Peta Geologi Lembar Majenang, Jawa, Skala 1:100.000,” DirektoratGeologi, Departemen Pertambangan Indonesia, Bandung, 1975.

    [14] M. Djuri, H. Samodra dan S. Gafoer, “Peta Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal,

    Jawa, Skala 1:100.000,” Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung,

    1996.

    [15] R. Hutamadi dan Mulyana, “Evaluasi Sumberdaya dan Cadangan Bahan Galian

    untuk Pertambangan Sekala Kecil, Daerah Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa

    Tengah. Proceeding Pemaparan Hasil-Hasil Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan

    Tahun 2006,” Pusat Sumberdaya Geologi, Bandung, 2006.

  • 8/16/2019 163-175 M1O-08

    9/13

    PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7

    Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

    171

    Tabel 1. Data yang diambil saat tahapan pengambilan data lapangan.

    Data Geologi Data Spasial  Data Sumber dan

    Media Pencemaran

    1. Relief & kelerengan

    2. Litologi

    3. Stratigrafi

    4. Struktur geologi

    1. Lokasi penambangan

    2. Lokasi pengolahan

    3. Titik sumber  

     pencemaran

    4. Lokasi perumahan

     penduduk 

    1. Mineral bijih

    2. Air sungai

    3. Air tanah

    4.   Tailing 

    5. Sedimen Sungai,

    6. Tanah & Batuan

    Tabel 2.  Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel mineral bijih beserta koordinatnya.

    Pengujian kadar merkuri menggunakan metode AAS.   Detection limit  AAS = 0,001 ppm.

    No  Kode

    Sampel

    Koordinat   Hg

    (ppm)x y

    1 PWT-02A 279236 9179710 0,007

    2 PWT-02B 279181 9179737 0,012

    3 PWT-03 279095 9179879 0,005

    Tabel 3. Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel  tailing , beserta koordinat dan

    metode pengujiannya (detection limit  AAS = 0,001 ppm, P-XRF=0,01 ppm)

    No  Kode

    Sampel

    KoordinatHg (ppm) Metode

    x y

    1 SS-001 279102 9179911 12,782 AAS

    2 SS-008 279117 9179894 7,493 AAS

    3 T-02 279147 9179938 94,000 P-XRF

    4 T-03 279114 9179923 240,333 P-XRF

    5 T-04 279136 9179897 64,000 P-XRF6 T-05 279123 9179918 352,333 P-XRF

    7 T-06 279093 9179866 27,500 P-XRF

    8 T-07 279098 9179889 55,667 P-XRF

    9 T-09 279120 9179868 29,000 P-XRF

    10 T-10 279050 9179874 37,667 P-XRF

    11 T-11 279119 9179813 92,000 P-XRF

    12 T-13 279148 9179794 340,667 P-XRF

    13 T-14 279091 9179722 105,500 P-XRF

    14 T-15 278968 9179756 52,000 P-XRF

    15 T-16 279187 9180029 132,000 P-XRF

    16 T-19 279116 9180052 109,300 P-XRF

    17 T-20 279131 9180077 96,000 P-XRF

    18 T-22 279142 9180100 604,000 P-XRF

    19 T-23 279122 9180108 141,700 P-XRF

    20 T-25 279094 9180107 85,000 P-XRF

    21 T-26 279062 9180099 30,500 P-XRF

    22 T-27 279051 9180106 79,300 P-XRF

  • 8/16/2019 163-175 M1O-08

    10/13

    PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7

    Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

    172

    Tabel 4. Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel tanah dan batuan, beserta koordinat

    dan metode pengujiannya. (detection limit  AAS = 0,001 ppm, P-XRF=0,01 ppm)

    No  Kode

    Sampel  Litologi

    KoordinatHg (ppm) Metode

    x y

    1 S-1   Lempung lanauan   279151 9179930 48,00 P-XRF

    2 S-10   Lempung   279190 9180029 55,00 P-XRF3 S-5   Lempung pasiran   279115 9179909 97,00 P-XRF

    4 S-6   Lempung lanauan   279080 9179875 62,00 P-XRF

    5 S-8   Lempung pasiran   279146 9179794 102,00 P-XRF

    6 SS-004   Lempung   279160 9180091 11,75 AAS

    Tabel 5. Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel sedimen sungai di Sungai Tajum.

    Detection limit AAS = 0,001 ppm

    No  Kode

    Sampel  Koordinat Hg (ppm)

    x y

    1 SS-002 278782 9179785 11,886

    2 SS-003 279305 9180794 10,938

    3 SS-005 278327 9180349 8,024

    4 SS-006 278969 9179327 7,673

    5 SS-007 278688 9179031 6,993

    6 SS-009 278802 9180772 10,904

    7 SS-010 278719 9179646 11,812

    Tabel 6. Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel air sungai di Sungai Tajum.

    No

      Kode

    Sampel

    Koordinat

    Hg (ppm)x y

    1 SW-001 278782 9179785 1,509

    2 SW-002 279305 9180794 1,928

    3 SW-003 278327 9180349 0,752

    4 SW-004 278969 9179327 0,522

    5 SW-005 278688 9179031 0,479

    6 SW-006 279117 9179894 0,695

    7 SW-007 278802 9180772 0,862

    8 SW-008 278719 9179646 1,280

  • 8/16/2019 163-175 M1O-08

    11/13

    PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7

    Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

    173

    Tabel 7. Hasil pengukuran kadar merkuri pada sampel air sungai di Sungai Tajum.

    No  Kode

    Sampel

    KoordinatHg (ppm)

      Kedalaman

    MAT (m)x y

    1 GW-001 279102 9179911 1,574 23,0

    2 GW-002 278775 9179760 0,479 6,5

    3 GW-003 279259 9180699 1,419 15,3

    4 GW-004 279160 9180091 1,381 23,6

    5 GW-005 279187 9179562 0,609 12,4

    6 GW-006 279761 9179618 0,219 13,2

    7 GW-007 279836 9179584 0,385 32,4

    Tabel 8. Perbandingan jenis sampel dan kadar merkuri di dalam penelitian.

    No. Jenis Sampel  Banyak 

    Sampel

    Rentang Kadar

    Merkuri (ppm)

    Rata-rata kadar

    merkuri (ppm)

    1 Urat/mineral bijih 3   0,005 – 0,012 0,008

    2   Tailing    22   7,493 - 604,000 126,761

    3 Tanah dan Batuan 6   11,748 - 102,000 72,800

    4 Sedimen Sungai 7   7,673 - 11,886 9,747

    5 Air Sungai 8   0,479 - 1,928 1,003

    6 Air Tanah 7   0,219 - 1,574 0,867

    Gambar 1. Lokasi daerah penelitian

  • 8/16/2019 163-175 M1O-08

    12/13

    PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7

    Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

    174

    Gambar 2. Peta geologi daerah penelitian dan sayatan geologinya.

    Gambar 3. Peta model konseptual penyebaran pencemaran merkuri pada permukaan,

    da ri

    sumber pencemaran hingga penyebaran melalui air sungai dan sedimen sungai. Lingkaran

    merah ( ) menunjukkan dua titik masuknya pencemar ke dalam sungai.

  • 8/16/2019 163-175 M1O-08

    13/13

    PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7

    Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

    175

    TAHAPPENGAMBILAN

    DATA

    LAPANGAN

    TAHAP KAJIAN

    PUSTAKA

    TAHAP

    PENGUJIANLABORATORIUM

    TAHAPANALISIS DATA

    DANINTERPRETASI

    TAHAPPENYUSUNAN

    LAPORAN

    Pen ambila Data La an an

    Data Geologi danGeomorfologi

    1. Relief & kelerengan2. Litologi3. Stratigrafi4. Struktur geologi

    Data MediaPencemaran

    1. Mineral Bijih2. Air permukaan3. Air tanah4.   Tailing 5. Sedimen & tanah

    Uji petrografidan uji infiltrasi

    Kajian Pustaka1. Dasar teori dan konsep pencemaran merkuri2. Geologi regional daerah penelitian

    uji kadar Hg( portable XRF dan

    Klasifikasi kondisibatuan dan tanah

    klasifikasi tingkatdan persebaran Hg

    Peta Pencemaran Hg

    Penyusunan laporan

    Data Spasial1. Lokasi penambangan2. Lokasi pengolahan3. Titik sumber 

    pencemaran4. Lokasi perumahan

    penduduk

    penempatan ( plotting )data spasial pada peta

    klasifikasi tata gunalahan

    peta geologi danpeta inflitrasi

    peta tata guna lahan danpeta lokasi

    peta kadar pencemaran dan

    Gambar 4. Skema tahapan penelitian