105902344 bab3 sesi 6 penyearah terkendali satu fasa
TRANSCRIPT
SESI/PERKULIAHAN KE : 6
I. Bahan Bacaan
1. Pearman, R. A. Power Electronics. (Solid State Motor Control). Virginia :
Reston Publishing Company, Inc. 1981, Bab V.
2. Rashid, M. H. Power Electronics (Circuits, Devices, and Applications). 2nd
Edition. New Jersey : Prentice Hall International, Inc, 1993, Bab V.
II. Bacaan Tambahan
1. Berde, M. S. Thyristor Engineering. (An Introductory Book on Converters,
Inverters, Motor Drives and Other Applications of Thyristors in Electrical
Control of Power). Third Edition. Delhi : Khanna Publishers. 1984, Bab
VII.
2. Bose, B. K. Power Electronics and AC Drives. New Jersey : Prentice-Hall.
1986, Bab III.
115
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan prinsip kerja penyearahan terkendali satu-fasa.
2. Menyelesaikan perhitungan mengenai penyearah terkendali satu-
fasa.
3. Merancang penyearah terkendali satu-fasa.
Pokok Bahasan : Konversi Daya ac ke dc
Deskripsi Singkat : Dalam pertemuan ini Anda akan mempelajari konverter
satu-fasa. Dengan mempelajari pokok bahasan tersebut
maka Anda akan mampu menyelesaikan perhitungan dan
merancang beberapa peralatan yang berhubungan dengan
konversi daya ac ke dc, khususnya konverter satu-fasa.
3. Datta, S.K. Power Electronics and Controls. Virginia : Reston Publishing
Company, Inc. 1985, Bab IV.
4. Davis, R. M. Power Diode and Thyristor Circuits. London : Cambridge at
the University Press, and the Institution of Electrical Engineers. 1971, Bab
III dan IV.
5. Kusko, A. Solid-State DC Motor Drives. Massachusetts : The M.I.T. Press.
1969, Bab III.
6. Ono, E., et al. Introduction to Power Electronics. Oxford : Clarendon Press,
1988, Bab IV.
III. Pertanyaan Kunci
Ketika Anda membaca bahan-bahan bacaan, gunakanlah pertanyaan berikut
untuk memandu Anda :. Ada berapa macam konverter satu-fasa ?
IV. Tugas
Carilah peralatan elektronik apa saja yang menerapkan penyearahan
terkendali satu-fasa !
116
3.5 PENYEARAH TERKENDALI SATU-FASA
Penyearah–penyearah yang dibahas sebelumnya adalah tak terkendali,
dimana tegangan keluarannya bersifat tetap. Untuk mendapatkan tegangan yang
berubah–ubah (terkendali) maka digunakan tiristor sebagai ganti dioda. Disini akan
digunakan kata “konverter” untuk menyingkat penulisan “penyearah terkendali”.
[Perhatikan bahwa kata “penyearah” pada pembahasan yang lalu mempunyai arti
penyearah tak terkendali]. Bergantung pada suplai sisi masukannya, konverter dapat
dikelompokkan atas :
1. Konverter satu-fasa
2. Konverter tiga-fasa (atau fasa-banyak)
Baik konverter satu-fasa maupun konverter fasa-banyak dapat lagi
dikelompokkan ke dalam :
a. Konverter semi-penuh
b. Konverter penuh
c. Konverter kembar (dual converter)
Untuk mempermudah analisa selanjutnya, maka diasumsikan beban R-L
mempunyai arus yang kontinu (sinambung) dan bebas kerut (ripel). Ini karena
dianggap sifat induktif dari beban itu cukup tinggi. [Meskipun tidak diasumsikan
demikian, unjuk kerja konverter untuk beban R-L tetap dapat dianalisa dengan
metode Fourier atau persamaan diferensial].
Dengan mengendalikan sudut penyalaan (firing angle, α) atau sudut
penundaan (delay angle) dari tiristor pada konverter, maka tegangan keluarannya
dapat divariasikan.
Dalam Gambar 3.15 diperlihatkan rangkaian-rangkaian untuk konverter
satu-fasa. Konverter satu-fasa yang akan dibahas dalam hal ini dapat
dikelompokkan atas dua bagian yaitu :
a) Konverter satu-fasa setengah-gelombang (half-wave single-phase converter).
b) Konverter satu-fasa gelombang-penuh (full-wave single-phase converter).
Konverter satu-fasa gelombang-penuh dapat dikelompokkan lagi menjadi :
*) Konverter satu-fasa semi-jembatan (single-phase semi-converter).
*) Konverter satu-fasa jembatan-penuh (single-phase full-converter).
117
Fungsi penyearahan dalam konverter satu-fasa setengah-gelombang
dilakukan oleh sebuah tiristor seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.15(a), untuk
semi-jembatan dilakukan oleh 2 (dua) buah pasangan tiristor dan dioda seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 3.15(b), dan untuk jembatan-penuh dilakukan oleh 4
(empat) buah tiristor seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.15 (c). Bentuk
gelombang tegangan masukan tetap diasumsikan seperti dalam Gambar 3.3(a).
Gambar 3.15 Rangkaian konverter satu-fasa. (a) Setengah-gelombang. (b) Semi-jembatan (c) Jembatan-penuh.
Tegangan masukan untuk semua konverter dalam Gambar 3.15 diasumsikan
sebagai :
118
AC Vsvo
+
-
Beban
is = iT T
io
(a)
(b)
-
(c)
AC BebanVs
is
T1
D1
T2
D2
io
vo
+
AC BebanVs
isT1
T2
T3
T4
io
vo
+
-
Dm
vs = Vm sin ωt = Vs 2 sin ωt dan T = 2π/ω .............................. (3-142)
dalam hal ini :
ω = 2 π f = frekuensi sudut gelombang tegangan masukan ........................ (3-143)
f =inT
1 = frekuensi gelombang tegangan masukan ................................... (3-144)
3.5.1 KONVERTER SATU-FASA SETENGAH-GELOMBANG DENGAN BEBAN RESISTIF
3.5.1.1 Prinsip Kerja
Untuk setengah siklus positif dari vs yaitu 0 ≤ wt ≤ π , tiristor mendapat
prategangan maju (forward biased) sehingga cenderung untuk konduksi, akan tetapi
dalam selang tersebut tiristor tidak langsung konduksi. Tiristor baru konduksi jika
pada wt = α ia disulut. Jadi tiristor konduksi dalam selang α ≤ wt ≤ π . Jika
diasumsikan tiristor tidak mempunyai jatuh tegangan dalam keadaan konduksi,
maka tegangan yang muncul di beban adalah vs dalam selang α ≤ wt ≤ π . Dengan
demikian akan ada arus yang mengalir dalam jalur : tiristor T – beban – sumber
tegangan.
Untuk setengah siklus negatif dari vs yaitu π ≤ wt ≤ 2 π , tiristor mendapat
prategangan balik (reverse biased) sehingga memblok. Dengan demikian tidak ada
arus yang mengalir dalam rangkaian sehingga tegangan beban sama dengan nol.
Untuk 2 π ≤ wt ≤ 3 π siklus kembali berulang seperti pada interval 0 ≤ wt
≤ π . Dari Gambar 3.15(a) terlihat bahwa arus masukan (is), arus tiristor (iT) dan
arus beban (io) adalah sama sehingga bentuk-bentuk gelombangnya juga sama.
Nampak pula bahwa bentuk gelombang tegangan input maupun tegangan output
mempunyai periode yang sama. Jadi juga mempunyai frekuensi yang sama.
Persamaan untuk tegangan keluaran sesaat adalah :
vo = Vm sin ωt untuk α ≤ ωt ≤ π dan To = ωπ2
............................ (3-145)
Persamaan untuk arus beban sesaat adalah :
119
io = RmV
sin ωt = Im sin ωt untuk α ≤ ωt ≤ π dan To = ωπ2
........ (3-146)
Implementasi dari persamaan (3-145) tentang tegangan keluaran penyearah serta
persamaan (3-146) tentang arus beban dapat dilihat pada Gambar 3.16.
Gambar 3.16 Bentuk gelombang tegangan keluaran (vo) dan arus beban (io) dari konverter satu-fasa setengah-gelombang berbeban resistif.
3.5.1.2 Harga Rata-Rata dan Harga Efektif
Vdc = ∫ω
ωω
oT
o
oo
tdvT
1 = ∫
π
α
ωωπ
tdtsinV2
1m =
π
α
πω−
2
tcosVm
= π2
Vm (1 + cos α) ..................................................................................... (3-147)
Vrms = ∫ω
ωω
oT
o
2o
o
tdvT
1 = ∫
π
α
ωωπ
td)tsinV(2
1 2m = Vm
π
α
ω−ω
π 4
t2sin
2
t
2
1
= )2sin2
1(
4
1Vm α+α−π
π ............................ (3-148)
Karena Vm = Vs 2 maka dapat ditulis :
Vdc = 2
Vs
π(1 + cos α) ................................................................... (3-149)
120
vo
io = is = iT
0
0 π
π
3π
3π
tω
tω
vm
Im
α α2π +
α α2π +
oTω
oTω
Vrms = )2sin2
1(
2
1Vs α+α−π
π .............................................. (3-150)
Selanjutnya :
Idc = Is(av) = IT = RdcV
= 2R
Vs
π(1 + cos α) ................................... (3-151)
Irms = Is = IT(rms) = R
rmsV = )2sin
2
1(
2
1
R
Vs α+α−ππ
................ (3-152)
Terlihat dari persamaan (3-147) atau (3-149) bahwa harga rata-rata tegangan
keluaran dapat divariasikan dengan mengambil harga α antara 0 dan π . Jika α = 0
maka Vdc = Vdc(max) = 0,3183 Vm dan jika α = π maka Vdc = Vdc(min) = 0.
CONTOH 3-6 :
Sebuah konverter satu-fasa setengah-gelombang yang rangkaiannya seperti dalam
Gambar 3.15(a) mempunyai tegangan jala-jala 120 V; 50 Hz dengan beban R = 10
Ω. Harga rata-rata tegangan keluaran yang diperoleh adalah 25% dari nilai terbesar
harga rata-rata tegangan keluaran. Hitunglah :
a). Sudut penundaan dari tiristornya.
b). Harga rata-rata arus beban.
c). Harga efektif arus beban.
d). Harga rata-rata arus tiristornya.
e). Harga efektif arus tiristornya.
Pembahasan :
Dalam hal ini Vs = 120 V, maka Vm = 120 2 volt. Harga maksimum dari tegangan
keluaran rata-rata adalah apabila α = 0 dari persamaan (3-147) :
Vdc(max) = π
mV ................................................................................................. (3f-1)
a). Dalam hal ini diketahui Vdc = 25% Vdc(max) = π
mV25,0, kemudian
disubstitusikan ke persamaan (3-147) :
121
πmV25,0
= π2
Vm (1 + cos α), sehingga :
cos α = - 0,5 ⇒ α = cos-1(-0,5) = °120 (= 3
2π rad)
b) Dari persamaan (3-151) diperoleh :
Idc = 2R
Vs
π(1 + cos α) =
210
120
π(1 + cos 120°) = A35,1
c) Dari persamaan (3-152) diperoleh :
Irms = )2Sin2
1(
2
1
R
Vs α+α−ππ
= )240sin2
1
3
2(
2
1
10
120 °+π−ππ
= A752,3
d) Arus tiristor sama dengan arus beban, jadi :
IT = A35,1
e) Juga diperoleh :
IT(rms) = A752,3
3.5.2 KONVERTER SATU-FASA SETENGAH-GELOMBANG DENGAN BEBAN INDUKTIF
Berbeda dengan kasus beban resistif, maka pada kasus beban induktif
bentuk gelombang vo dan io berbeda. Gambar 3.17 memperlihatkan rangkaian
konverter ini yang melayani beban induktif.
122
AC Vsvo
+
-
BebanInduktif
is = iT T
io
Dm
Gambar 3.17 Diagram rangkaian dari konverter satu-fasa setengah-gelombang berbeban induktif.
Rangkaian dalam Gambar 3.17 diperlengkapi dengan dioda freewheeling
(Dm). Untuk beban-beban resistif maka dioda freewheeling tak akan berfungsi
karena tidak pernah konduksi. Jadi untuk beban-beban induktif dioda freewheeling
dapat dipakai atau dapat pula tidak.
Jika tidak diperlengkapi dengan dioda freewheeling, maka adanya sifat
induktif (L) dalam beban akan menyebabkan arus beban (io) masih berlanjut
mengalir melewati ωt = π , dan baru berhenti pada ωt = β . Sudut β dalam hal ini
disebut sudut padam (extinction angle). Ini menyebabkan terjadinya tegangan
negatif pada keluaran konverter atau pada beban. Selanjutnya keberadaan bagian
negatif pada tegangan keluaran akan menyebabkan kerut (ripel) yang besar serta
harga rata–rata (Vdc) yang kecil.
Untuk mengurangi faktor kerut dari tegangan keluaran serta untuk
meningkatkan Vdc, maka rangkaian diperlengkapi dengan dioda freewheeling (Dm).
Bentuk-bentuk gelombang dari besaran pada konverter satu-fasa setengah
gelombang berbeban induktif baik yang memakai dioda freewheeling maupun yang
tidak, dapat dilihat dalam Gambar 3.18 dan 3.19.
Dalam keadaan tidak diperlengkapi dengan dioda freewheeling, arus sesaat
yang mengalir di beban adalah :
Ldt
d oi + R io = Vm sin ωt .................................................................. (3-153)
Jika pada saat ωt = α arus beban masih nol maka jawaban untuk persamaan (3-153)
di atas adalah :
io = [ ]φω−αφ−α−φ−ω tan/)t(m e).sin()tsin(Z
V untuk α ≤ ωt ≤ β ............... (3-154)
Jika pada saat ωt = β arus beban menjadi nol kembali maka diperoleh persamaan
untuk menghitung β secara “trial and error” :
0tan/)(
e).sin()sin( =φβ−α
φ−α−φ−β .................................... (3-155)
123
Adapun persamaan tegangan beban adalah :
vo = Vm sin ωt untuk α ≤ ωt ≤ β dan To = ωπ2
.............................. (3-156)
Implementasi dari persamaan (3-154) dan (3-156) dapat dilihat pada Gambar 3.18.
Gambar 3.18 Bentuk-bentuk gelombang tegangan dan arus beban dari konverter satu-fasa setengah-gelombang berbeban induktif yang tidak diperlengkapi dengan dioda freewheeling.
Dalam keadaan diperlengkapi dengan dioda freewheeling, tegangan sesaat
yang muncul di beban adalah seperti yang dinyatakan dalam persamaan (3-145).
Untuk menentukan persamaan arus beban maka dapat ditinjau dua modus.
Modus 1 berlangsung dalam interval α ≤ ωt ≤ π. Dalam hal ini beban
disuplai oleh arus dari tiristor. Dengan menerapkan Hukum Kirchoff maka dapat
ditulis :
tsinViRdt
diL m1T
1T ω=+ ........................................................ (3-157)
Jika pada saat ωt = α arus beban mencapai harga minimumnya yaitu I2 maka
jawaban untuk persamaan (3-157) di atas adalah :
iT = φω−α
φ−α−+φ−ω tan/)t(m
2m e)(ins
Z
VI)tsin(
Z
V .................. (3-158)
124
vo
io = is = iT
0tω
Io(max)
0tω
vm
β+π2
β β+π2γ
πα α2 +πβ
α α2 +π
3π
Modus 2 berlangsung dalam interval π ≤ ωt ≤ 2π + α. Dalam hal ini beban
disuplai oleh arus dari dioda Dm. Dengan menerapkan Hukum Kirchoff maka dapat
ditulis :
0iRdt
diL Dm
Dm =+ ................................................................... (3-159)
Jika pada saat ωt = π arus beban mencapai harga maksimumnya yaitu I1 maka
jawaban untuk persamaan (3-159) di atas adalah :
iDm = φω−π tan/)t(1 eI ........................................................................... (3-160)
Untuk menentukan I2 dalam persamaan (3-158) dan I1 dalam persamaan (3-160)
maka diterapkan kondisi bahwa pada saat ωt = π, arus modus 1 akan mencapai nilai
maksimumnya yaitu I1, sedangkan pada saat ωt = 2π + α, arus modus 2 akan
mencapai nilai minimumnya yaitu I2. Dengan demikian akan diperoleh :
I1 = [ ]
φπ−
φπ−α
−
φ−α−φ−πtan/2
tan/)(m
e1
e)sin()sin(Z
V ................................. (3-161)
dan :
I2 = [ ]
φπ−
φπ−φπ+α−
−
φ−α−φ−πtan/2
tan/2tan/)(m
e1
).sin(e)sin(Z
V e .................... (3-162)
Implementasi dari persamaan (3-158) dan (3-160) dapat dilihat pada Gambar 3.19.
125
io
I1
I2
π
iTiDm
0tω
vo
0 3πtω
vm
πα α2 +π
3πα α2 +π
Gambar 3.19 Bentuk-bentuk gelombang tegangan dan arus beban dari konverter satu-fasa setengah-gelombang berbeban induktif yang diperlengkapi dengan dioda freewheeling.
Dalam Gambar 3.19 dapat terlihat bahwa keberadaan dioda freewheeling
mencegah terjadinya tegangan negatif pada beban. Dalam interval waktu α ≤ ωt ≤
π beban disuplai oleh arus dari tiristor, sedangkan dioda Dm dalam keadaan
memblok. Dalam interval π ≤ ωt ≤ 2π + α, beban disuplai oleh arus dari dioda
freewheeling. Pada ωt = 2 α+π , siklus kembali berulang seperti pada ωt = α .
3.5.2.1 Harga Rata-Rata dan Harga Efektif pada Kondisi dengan Dioda Freewheeling
Vdc = tdvT
1 oT
0 oo
ωω ∫
ω = ∫
β
αωω
πttdsinV
2
1m = [ ]β
αω−π
tcos2
Vm
= π2
Vm (cosα -cosβ ) ................................................................... (3-163)
Vrms = ∫ω
ωω
oT
o
2o
o
tdvT
1 = ∫
β
α
ωωπ
td)tsinV(2
1 2m
= Vm
β−α+α−β
π)2sin2(sin
2
1
4
1 ............................... (3-164)
Karena Vm = Vs 2 maka dapat ditulis :
Vdc = 2
Vs
π(cosα -cosβ ) ................................................................ (3-165)
Vrms = Vs
β−α+α−β
π)2sin2(sin
2
1
2
1 ............................... (3-166)
Harga rata-rata arus beban adalah :
126
Idc = Is(av) = IT = RdcV
= 2R
Vs
π(cosα -cosβ ) ................................. (3-167)
Harga efektif arus-beban didapatkan dengan mensubstitusikan persamaan (3-154)
ke dalam (3-18) :
Irms = Is = IT(rms) = ∫β
α
ωπ
tdi2
1 2o ...................................................... (3-168)
3.5.2.2 Harga Rata-Rata dan Harga Efektif pada Kondisi dengan Dioda Freewheeling
Terlihat dari Gambar 3.19 bahwa bentuk gelombang tegangan keluarannya
sama dengan bentuk gelombang tegangan keluaran pada kasus beban resistif,
sehingga :
Vdc = π2
Vm (1 + cosα ) ....................................................................... (3-169)
Vrms = )2sin2
1(
4
1Vm α+α−π
π ................................................ (3-170)
Karena Vm = Vs 2 maka dapat ditulis :
Vdc = 2
Vs
π(1 + cosα ) .................................................................... (3-171)
Vrms = Vs
α+α−π
π2sin
2
1
2
1 .............................................. (3-172)
Harga rata-rata arus beban didapatkan dengan cara mensubstitusikan persamaan (3-
158) dan (3-160) sampai (3-162) ke dalam (3-17) :
Idc =
ω+ω
π ∫∫α+π
π
π
α
2
DmT tditdi2
1 .................................................... (3-173)
Harga rata-rata arus beban juga didapatkan dengan cara mensubstitusikan
persamaan (3-158) dan (3-160) sampai (3-162) ke dalam (3-18) :
127
Irms =
ω+ω
π ∫∫α+π
π
π
α
22Dm
2T tditdi
2
1 ............................................... (3-174)
3.5.3 KONVERTER SATU-FASA SETENGAH-GELOMBANG DALAM KASUS BERBEBAN INDUKTIF “TINGGI” (HIGHLY INDUCTIVE)
Bentuk-bentuk gelombang tegangan dan arus beban akibat beban ini
diperlihatkan dalam Gambar 3.20.
Gambar 3.20 Bentuk-bentuk gelombang besaran-besaran pada konverter satu-fasa setengah-gelombang berbeban induktif “tinggi” yang diperlengkapi dengan dioda freewheeling.
Telah dijelaskan pada Sub Bab 3.3.2 bahwa beban-beban induktif yang
mempunyai 2πfL >> R atau (2πfL - fCπ2
1) >> R disebut beban induktif “tinggi”
atau “sangat” induktif (highly inductive). Motor arus searah (dc) dapat
dipertimbangkan ke dalam jenis beban ini.
128
iT = is
iDm
vo
0 3πtω
vm
πα α2 +π
Ia
π 3π
io
0tω
tω
tω
Ia
0
0
α
α π
α2 +π
α2 +π 3π
Ia
α4 +π
Untuk pembahasan beban induktif “tinggi” selanjutnya, maka diasumsikan
bahwa arus yang ditarik oleh beban bersifat kontinu (tidak terputus) dan bebas
kerut. Arus seperti ini dihasilkan dari rangkaian yang diperlengkapi dengan dioda
freewheeling seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 3.17.
Dengan memperhatikan Gambar 3.20, maka dapat dinyatakan beberapa
harga rata-rata dan harga efektif sebagai berikut :
Vdc = π2
Vm (1 + cosα ) ....................................................................... (3-175)
Vrms = )2sin2
1(
4
1Vm α+α−π
π ................................................ (3-176)
Idc = Irms = Ia ................................................................................ (3-177)
IT = Is(av) = πα−π
2
I)( a ..................................................................... (3-178)
IT(rms) = Is = πα−π
2Ia ................................................................... (3-179)
IDm = πα+π
2
I)( a ............................................................................. (3-180)
IDm(rms) = πα+π
2Ia ....................................................................... (3-181)
3.5.4 KONVERTER SATU-FASA SEMI-JEMBATAN
Rangkaian yang umum untuk konverter satu-fasa semi-jembatan telah
diperlihatkan dalam Gambar 3.15(b). Diperlengkapinya rangkaian dengan dioda
freewheeling karena dianggap bahwa bahwa pada umumnya konverter tersebut akan
melayani beban induktif misalnya motor arus searah, yang dalam hal ini
diasumsikan sebagai beban induktif “tinggi” (highly inductive). Rangkaian
konverter satu–fasa semi-jembatan mempunyai rangkaian yang sama dengan
rangkaian konverter satu–fasa jembatan-penuh, hanya saja 2 buah tiristornya telah
diganti dengan dioda. Selain itu, rangkaian semi-jembatan diperlengkapi dengan
dioda freewheeling.
129
Dari diagram rangkaian pada Gambar 3.15(b) dapat disimpulkan bahwa
dalam selang 0 ≤ ωt ≤ π dari gelombang tegangan masukan, tiristor T1 dan dioda
D1 mendapat prategangan maju sehingga cenderung untuk konduksi, dan dalam
selang π ≤ ωt ≤ 2π dari gelombang tegangan masukan, tiristor T2 dan dioda D2
mendapat prategangan maju sehingga cenderung untuk konduksi. Perlu diketahui
bahwa dioda tidak dipengaruhi oleh nilai α dari tiristor, jadi tidak mengalami
penundaan konduksi. Di lain pihak, saat kapan mulainya tiristor konduksi
dipengaruhi oleh α tadi, jadi mengalami penundaan konduksi bila α ≠ 0. Pola-pola
konduksi untuk rangkaian ini diperlihatkan dalam Gambar 3.21.
Gambar 3.21 Pola-pola konduksi tiristor dan dioda dalam konverter satu-fasa semi-jembatan. (a) Pada α = 0. (b) Pada 0 < α < π . (c) Pada α = π .
Berdasarkan uraian di atas, dapatlah dibuat tabel pola pembentukan tegangan
keluaran atau tegangan beban.
130
1D 2D
0 π π2tω
1D 2D
0 π π2tω
)b(
)c(
2T 1T
1T 2T
1T 2T
1D 2D
0 π π2tω
)a(
2T
α
α
Tabel 3.8 Pola pembentukan tegangan keluaran atau tegangan beban pada konverter satu-fasa semi-jembatan untuk α = 0 dan α = π .
Selang
α = 0 α = π
Komponen yang cen-derung kon-duksi
Tegangan be-ban untuk se-mua jenis be-ban
Komponen yang cen-derung kon-duksi
Tegangan be-ban untuk be-ban resistif a-tau induktif dengan dioda freewheeling
Tegangan be-ban untuk be-ban induktif tanpa dioda freewheeling
0 ≤ ωt ≤ π T1, D1 vs T2, D1 0 - vs
π ≤ ωt ≤
2πT2, D2 - vs T1, D2 0 vs
Tabel 3.9 Pola pembentukan tegangan keluaran atau tegangan beban pada konverter satu-fasa semi-jembatan untuk 0 < α < π .
Selang
Beban resistif atau beban induktif “tinggi” dengan dioda freewheeling
Beban induktif “tinggi” tanpa dioda freewheeling
Komponen yang cenderung kon-duksi
Tegangan pada beban
Komponen yang cenderung kon-duksi
Tegangan pada beban
0 ≤ ωt < α T2, D1 0 T2, D1 - vs
α ≤ ωt < π T1, D1 vs T1, D1 vs
π ≤ ωt < π + α T1, D2 0 T1, D2 vs
π + α ≤ ωt ≤
2πT2, D2 - vs T2, D2 - vs
Berdasarkan Tabel 3.8 dan Tabel 3.9, dihasilkanlah bentuk-bentuk gelombang
seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 3.22 sampai 3.24.
131io
0 π 2π
3π 4π
Im
vo
0 π 2π
3π 4π
tω
Vm
α
α
απ +
απ +tω
Gambar 3.22 Bentuk-bentuk gelombang tegangan dan arus beban dari konverter satu-fasa semi-jembatan yang berbeban resistif (dengan atau tanpa menggunakan dioda freewheeling).
Gambar 3.23 Bentuk-bentuk gelombang tegangan dan arus beban dari konverter satu-fasa semi-jembatan yang berbeban induktif tinggi dengan menggunakan dioda freewheeling.
132
io
0
3π 4π
Ia
vo
0 π 2πtω
Vm
α απ +
tω
vo
io
0 π 4πtω
Vm
Ia
0tω
α α+ π α+ 2π α+ 3π
Gambar 3.24 Bentuk-bentuk gelombang tegangan dan arus beban dari konverter satu-fasa semi-jembatan yang berbeban induktif tinggi tanpa menggunakan dioda freewheeling.
Dengan memperhatikan Gambar 3.22 sampai 3.24, maka dapat dinyatakan
beberapa harga rata-rata dan harga efektif sebagai berikut.
Untuk beban resistif (dengan atau tanpa menggunakan dioda freewheeling) :
Vdc = π
mV(1 + cosα ) ....................................................................... (3-182)
Vrms = )2sin2
1(
2
1Vm α+α−π
π ................................................. (3-183)
Idc = R
Vm
π(1 + cosα ) ........................................................................ (3-184)
Irms = )2sin2
1(
2
1
R
Vm α+α−ππ
.................................................. (3-185)
IT = Id = R2
Vm
π(1 + cosα ) ................................................................ (3-186)
IT(rms) = Id(rms) = )2sin2
1(
4
1
R
Vm α+α−ππ
.................................. (3-187)
Is(av) = 0 ............................................................................................. (3-188)
Is = )2sin2
1(
2
1
R
Vm α+α−ππ
.................................................... (3-189)
Untuk beban induktif tinggi dengan menggunakan dioda freewheeling :
133
Vdc = π
mV(1 + cosα ) ....................................................................... (3-190)
Vrms = )2sin2
1(
2
1Vm α+α−π
π ................................................. (3-191)
Idc = Irms = Ia ................................................................................. (3-192)
IT = Id = πα−π
2
I)( a ......................................................................... (3-193)
IT(rms) = Id(rms) = πα−π
2Ia ............................................................... (3-194)
Is(av) = 0 ............................................................................................. (3-195)
Is = π
απ −aI .................................................................................. (3-196)
IDm = πα aI
...................................................................................... (3-197)
IDm(rms) = πα
aI .............................................................................. (3-198)
Untuk beban induktif tinggi tanpa menggunakan dioda freewheeling :
Vdc = πmV2
cos α .............................................................................. (3-199)
Vrms = 2
mV = Vs ........................................................................... (3-200)
Idc = Irms = Ia ................................................................................. (3-201)
IT = 0,5 Ia ........................................................................................ (3-202)
IT(rms) = 2
aI ....................................................................................... (3-203)
Is(av) = 0 ............................................................................................. (3-204)
Is = Ia ............................................................................................... (3-205)
CONTOH 3-7 :
Sebuah konverter satu-fasa semi-jembatan yang rangkaiannya seperti dalam
Gambar 3.15(b) mempunyai tegangan jala-jala 120 V; 50 Hz dengan beban R = 10
134
Ω. Harga rata-rata tegangan keluaran yang diperoleh adalah 50% dari nilai terbesar
harga rata-rata tegangan keluaran. Hitunglah :
a). Sudut penundaan dari tiristornya.
b). Harga rata-rata arus beban.
c). Harga efektif arus beban.
d). Harga rata-rata arus tiristornya.
e). Harga efektif arus tiristornya.
Pembahasan :
Dalam hal ini Vs = 120 V, maka Vm = 120 2 volt. Harga maksimum dari tegangan
keluaran rata-rata adalah apabila α = 0 dari persamaan (3-182) :
Vdc(max) = π
mV2 .............................................................................................. (3g-1)
a). Dalam hal ini diketahui Vdc = 50% Vdc(max) = π
mV, kemudian disubstitusikan ke
persamaan (3-182) :
πmV
= π
mV(1 + cos α), sehingga :
cos α = 0 ⇒ α = cos-10 = °90 (= 2
π rad)
b) Dari persamaan (3-184) diperoleh :
Idc = R
Vm
π(1 + cosα ) =
π10
2120(1 + cos 90°) = A4,5
c) Dari persamaan (3-185) diperoleh :
Irms = )2sin2
1(
2
1
R
Vm α+α−ππ
= )180sin2
1
2(
2
1
10
2120 °+π−ππ
= A485,8
d) Arus tiristor diperoleh dari persamaan (3-186), jadi :
IT = R2
Vm
π(1 + cosα ) =
π20
2120(1 + cos 90°) = A7,2
e) Arus tiristor diperoleh dari persamaan (3-187), jadi :
135
IT(rms) = )2sin2
1(
4
1
R
Vm α+α−ππ
= )180sin2
1
2(
4
1
10
2120 °+π−ππ
= A6
3.5.5 KONVERTER SATU-FASA JEMBATAN-PENUH
Rangkaian yang umum untuk konverter satu-fasa semi-jembatan telah
diperlihatkan dalam Gambar 3.15(c). Tidak diperlengkapinya rangkaian dengan
dioda freewheeling adalah dengan maksud untuk memperoleh harga rata-rata
tegangan keluaran yang lebih bervariasi, disamping untuk membedakannya dari
konverter satu-fasa semi-jembatan.
Dari diagram rangkaian pada Gambar 3.15(c) dapat disimpulkan bahwa
dalam selang 0 ≤ ωt ≤ π dari gelombang tegangan masukan, pasangan tiristor T1
dan T2 mendapat prategangan maju sehingga cenderung untuk konduksi, dan dalam
selang π ≤ ωt ≤ 2π dari gelombang tegangan masukan, pasangan tiristor T3 dan
T4 mendapat prategangan maju sehingga cenderung untuk konduksi. Saat kapan
mulainya tiristor konduksi dipengaruhi oleh α, jadi mengalami penundaan konduksi
bila α ≠ 0. Pola-pola konduksi untuk rangkaian ini diperlihatkan dalam Gambar
3.25.
Bentuk-bentuk gelombang tegangan dan arus beban untuk beban resistif
adalah sama seperti yang dinyatakan dalam Gambar 3.22, sedangkan untuk beban
induktif tinggi adalah sama seperti yang dinyatakan dalam Gambar 3.24.
136
1T 3T
2T 4T
0 π π2tω
(a)
(b)
tω0 α+π π2
1T3T
α
3T
4T 2T 4T
0 π π2tω
(c)
1T
α
3T
4T 2T
Gambar 3.25 Pola-pola konduksi tiristor dan dioda dalam konverter satu-fasa jembatan-penuh. (a) Pada α = 0. (b) Pada 0 < α < π . (c) Pada α = π .
Berdasarkan Gambar 3.25 dan uraian di atas, dapatlah dibuat tabel pola
pembentukan tegangan keluaran atau tegangan beban.
Tabel 3.10 Pola pembentukan tegangan keluaran atau tegangan beban pada konverter satu-fasa jembatan-penuh untuk α = 0 dan α = π .
Selang
α = 0 α = πKomponen yang cen-derung kon-duksi
Tegangan be-ban untuk se-mua jenis be-ban
Komponen yang cen-derung kon-duksi
Tegangan be-ban untuk be-ban resistif
Tegangan be-ban untuk be-ban induktif
0 ≤ ωt ≤ π T1, T2 vs T3, T4 0 - vs
π ≤ ωt ≤
2πT3, T4 - vs T1, T2 0 vs
Tabel 3.11 Pola pembentukan tegangan keluaran atau tegangan beban pada konverter satu-fasa jembatan-penuh untuk 0 < α < π .
137
Selang
Beban resistif Beban induktif “tinggi”Komponen yang cenderung kon-duksi
Tegangan pada beban
Komponen yang cenderung kon-duksi
Tegangan pada beban
0 ≤ ωt < α T3, T4 0 T3, T4 - vs
α ≤ ωt < π T1, T2 vs T1, T2vsπ ≤ ωt < π + α T1, T2 0 T1, T2
π + α ≤ ωt ≤
2πT3, T4 - vs T3, T4 - vs
Akhirnya dapat dinyatakan beberapa harga rata-rata dan harga efektif sebagai
berikut.
Untuk beban resistif :
Karena bentuk-bentuk gelombang untuk kasus berbeban resistif ini sama dengan
bentuk-bentuk gelombang pada rangkaian semi-jembatan yang berbeban resistif
maka harga rata-rata dan efektif dari beberapa besaran adalah sama dengan yang
dinyatakan dalam persamaan (3-182) sampai (3-189).
Untuk beban induktif tinggi :
Karena bentuk-bentuk gelombang untuk kasus berbeban induktif tinggi ini sama
dengan bentuk-bentuk gelombang pada rangkaian semi-jembatan yang berbeban
induktif tinggi tanpa menggunakan dioda freewheeling maka harga rata-rata dan
efektif dari beberapa besaran adalah sama dengan yang dinyatakan dalam
persamaan (3-199) sampai (3-205).
CONTOH 3-8 :
Sebuah konverter satu-fasa jembatan-penuh yang rangkaiannya seperti dalam
Gambar 3.15(c) mempunyai tegangan jala-jala 120 V; 50 Hz dengan beban R = 10
Ω. Harga rata-rata tegangan keluaran yang diperoleh adalah 25% dari nilai terbesar
harga rata-rata tegangan keluaran. Hitunglah :
a). Sudut penundaan dari tiristornya.
b). Harga rata-rata arus beban.
c). Harga efektif arus beban.
138
d). Harga rata-rata arus tiristornya.
e). Harga efektif arus masukan konverter.
Pembahasan :
Dalam hal ini Vs = 120 V, maka Vm = 120 2 volt. Harga maksimum dari tegangan
keluaran rata-rata adalah apabila α = 0 dari persamaan (3-182) :
Vdc(max) = π
mV2 .............................................................................................. (3g-1)
a). Dalam hal ini diketahui Vdc = 25% Vdc(max) = π2
Vm , kemudian disubstitusikan ke
persamaan (3-182) :
π2
Vm = π
mV(1 + cos α), sehingga :
cos α = - 0,5 ⇒ α = cos-1(- 0,5) = °120 (= 3
2π rad)
b) Dari persamaan (3-184) diperoleh :
Idc = R
Vm
π(1 + cosα ) =
π10
2120(1 + cos 120°) = A7,2
c) Dari persamaan (3-185) diperoleh :
Irms = )2sin2
1(
2
1
R
Vm α+α−ππ
= )240sin2
1
3
2(
2
1
10
2120 °+π−ππ
= A306,5
d) Harga rata-rata arus tiristor diperoleh dari persamaan (3-186), jadi :
IT = R2
Vm
π(1 + cosα ) =
π20
2120(1 + cos 120°) = A35,1
e) Harga efektif arus masukan diperoleh dari persamaan (3-189), jadi :
Is = )2sin2
1(
2
1
R
Vm α+α−ππ
= )240sin2
1
3
2(
2
1
10
2120 °+π−ππ
139
= A306,5
140