repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40254/1/miliki...repository.uinjkt.ac.idauthor:...
TRANSCRIPT
PERFORMA KOMUNIKASI SYARIKAT ISLAM DALAM CITRA
ISLAM SOSIALISME PASCA REFORMASI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
Oleh :
Milki Amirus Sholeh
NIM : 1112051000138
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438/2018
i
ABSTRAK
Milki Amirus Sholeh
1112051000138
Performa Komunikasi Syarikat Islam dalam Citra Politik Islam Sosialisme
Pasca Reformasi
Reformasi politik pasca orde baru merupakan momentum lepasnya dari
sistem politik otoriatinisme menuju masyarakat yang lebih demokratis. Reformasi
memiliki agenda yang memengaruhi terhadap elemen organisasi dan masyarakat.
Bagi organisasi Syarikat Islam reformasi memberikan pengalaman lain. Di mana,
kontekstualisasi politik yang semakin luas bagi Syarikat Islam sudah seharusnya
direspon tajam. Apalagi, citra politik Islam yang di bawahnya lambat laun
mengalami penurunan mulai dari konstituen politik, karakter dan program di
dalamnya serta butuh efektifitas performa komunikasi di tubuh organisasi. Hal ini
menarik untuk diteliti. Dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut; Bagaimana Ritual Performa Komunikasi Syarikat Islam Pasca
Reformasi? Citra Politik Islam Sosialisme apa yang dibuat Syarikat Islam Pasca
Reformasi?
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Teknik
pengumpulan data ini berdasarkan observasi, studi pustaka, dokumentasi, dan
wawancara mendalam. Teori yang digunakan adalah gagasan Pacanowsky dan
O’donnel Trujillo (1982) performa komunikasi merupakan proses simbolik serta
penggambaran terkait perilaku manusia dalam sebuah organisasi. Performa
komunikasi terkait tersebut di antaranya performa ritual, performa hasrat,
performa sosial, performa politik, dan, performa enkulturasi. Dari beberapa ritual
yang ada ada saling keterkaitan tergantung dari sisi manakah kemudian performa
dianggap simpul utamanya. Hal itu dikarenakan, performa dapat muncul dari
keputusan yang dibuat secara sadar untuk melakukan apa yang dipikirkan dan
dirasakan mengenai suatu isu.
Setelah penulis menganalisis Syarikat Islam performa komunikasi
dilakukan dengan banyak perubahan mulai dari adanya rekonsiliasi
keorganisasian pasca perpecahan elit di tubuh organisasi. Selain itu, politik yang
dianggap cara paling signifikan dalam mempengaruhi perubahan dalam sistem,
mulai digantikan dengan agenda lebih serius kearah pembangunan umat dan
ekonomi kerakyatan yang disokong dalam program Dakwa Ekonomi. Pada
akhirnya, Reformasi tidak sama sekali merubah bagaimana penafsiran dan
implemetasi Islam dan Sosialisme yang telah dianggap sama dengan perjuangan
Syarikat Islam dan bukan menjadi penolakan terhadap sistem demokrasi. Di mana
citra Islam dan Sosialisme sendiri masih ada dalam ritual organisasi serta
memiliki penfasiran selalu sejalan dengan tujuan apa yang terkandung dalam asas
Pancasila.
Keyword : Syarikat Islam, Reformasi, Islam dan Sosialisme, Performa
Komunikasi, Citra.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan
yang Maha Kuasa, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan segala Rahmat
dan kemudahan serta keberkahan yang berlimpah Alhamdulillah penulis bisa
menyelesaikan pendidikan sampai tingkat Strata Satu (S1). Shalawat serta salam
selalu dihaturkan kepada baginda Rasulullah yang mulia Nabi besar Muhammad
SAW, para keluarganya, para sahabatnya dan umatnya dan istiqomah hingga akhir
zaman. Dengan do’a usaha dan tekad yang kuat dan perjalanan yang panjang,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan salah satu tugas penting dan kewajiban
sebagai mahasiswa setelah menimba ilmu di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, walau jauh dari kesempurnaan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat
bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil, oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, M.A.
2. Bapak Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam (KPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Ibu Fita Faturrokhmah, M.Si. selaku Sekretaris jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam (KPI) sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta sabar untuk memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis. Semoga beliau senantiasa dalam
limpahan rahmat Allah SWT.
iii
4. Kepada Dr. Gun Gun Heryanto selalu Pembimbing Akademik kelas KPI E
angkatan 2012.
5. Hormat dan terima kasih kepada bapak dan ibu tercinta Syamsul Arifin
dan Maya yang tak pernah berkurang doa dan berkahnya.
6. Mereka Jajaran Pengurus DPP Syarikat Islam Dr. Syafinuddin Al-
Mandari, Aulia Tahkim A.D Cokroaminoto, Yudhi Irsyadi Syafii yang
telah menjadi pemberi waktu, gagasan, dan pengalaman tentang organisasi
ini.
7. Kawan dan saudara sepenanggungan KPI-E 2012, Dityan Zahra Pranisa,
Ega Ramadhan, dan Syifa Maulidina, dan, Fitri Permata Sari, terima kasih
kawan. Tak lupa kawan baik Keke, Dita, Nicky, Fatur, dan Dewi sukses
buat kalian.
8. Sosok yang berperan besar dalam kehidupan Ciputat terima kasih
Syaikhona KH. Syamsul Arifin (Pengasuh PP. Darul Ulum Banyuanyar)
Bang Boim (Harian Rakyat Merdeka), Zuyin Arwani (Ketua Bina Nalar
Institute), Gilang Sakti (Link Jabodetabek), Adiya Muzakki (Ketua HMB
Jabodetabek), Kosim Rahman (GARDA NKRI), Ahmad Sofyan Astauri
(Ketua KAL Jabodetabek), Sabir Laluhu (Koran Sindo), Dirga Maulana
(PPIM UIN Jakarta), Rahmat Baihaqy (PLKI UIN Jakarta), Nanang
Syaikhu (Berita UIN Jakarta), Decky Umamurrais (KAHMI Malang),
Romadhon (Visioner Institute), Maulina Ulfa (Fredom Institute), Hanafi
(Ketua Adilah Bangsa), Alvi Madani (Pimred WIN). Mohammad Miqdad
(Moto GP Indonesia), dan, Kang Mumu (PBNU), Khairul Anam (LIRA).
iv
9. Terima kasih pada kawan-kawan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Cabang Ciputat, HMI Komfakda, Bakornas Lapmi Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI). Rumah gerakan dan pikirku
Forum Komunikasi Mahasiswa Santri Banyuanyar (FKMSB) Jabodetabek,
FORMAD, Frankfurt Studies, Lingkar Studi Arus Media (ELSAM), OPSI
47, Ikatan Mahsiswa Ilmu Komunikasi (IMIKI). KMLA GARUDA,
www.binanalar.com, www.Indikatormalang.com , www.independensi.id,
BERITA UIN JAKARTA
10. Terima Kasih kepada Anisa Seftriani yang selamu memberikan bantuan
dan saran serta Kawan seperjuangan dan sepenanggungan Aini S. Nuraini
dan Nurul Fikri, terima kasih untuk berbagi
Akhirnya kepada Allah penulis kembalikan semoga semua yang telah
diberikan kepada penulis menjadi bermanfaat khususnya bagi penulis dan
yang lainnya.
Ciputat, 1 Januari 2018
Milki Amirus Sholeh
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................`1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................. 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 13
D. Manfaat Penelitian................................................................. 13
E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 14
F. Metodologi Penelitian ........................................................... 16
G. Sistematikan Penulisan .......................................................... 23
BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KONSEPTUAL
A. Teori Performa Komunikasi .................................................. 24
B. Citra Politik ........................................................................... 29
1. Definisi Citra Politik ....................................................... 29
2. Fase-Fase Citra Politik .................................................... 31
3. Tahapan Sosialisasi Citra Politik .................................... 32
C. Konsep Ideologi .................................................................... 35
1. Pengertian Ideologi ......................................................... 35
2. Ideologi Islam .................................................................. 44
3. Islam Sosialisme .............................................................. 49
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Syarikat Islam ........................................................... 58
B. Konsep Strukturasi Reformasi .............................................. 68
C. Cita-Cita Dasar Syarikat Islam .............................................. 77
D. Trilogi Landasan Prinsi ......................................................... 81
vi
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Performa Politik Syarikat Islam ............................................ 87
1. Performa Ritual Syarikat Islam ....................................... 88
2. Performa Hasrat Syarikat Islam ...................................... 92
3. Performa Sosial Syarikat Islam ....................................... 95
4. Performa Politik Syarikat Islam ...................................... 97
5. Performa Enkulturasi Syarikat Islam .............................. 99
B. Citra Islam Sosialisme Syarikat Islam Pasca Reformasi ...... 104
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN .................................................................... 147
B. SARAN ................................................................................ 148
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 150
LAMPIRAN .................................................................................................. 159
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Agenda politik orde baru pra reformasi ...................................... 74
Tabel 3.1 Performa Komunikasi Syarikat Islam .......................................... 103
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Logo Syarikat Islam .................................................................... 84
Gambar 5 Kunjungan DPW Gorontalo ke DPP Syarikat Islam terkait
program SI ................................................................................ 89
Gambar 6 Perayaan ulang tahun pidato Zelfbeesfur ke-101 HOS
Cokroaminoto ............................................................................ 91
Gambar 7 Perwakilan Wanita Syarikat Islam menjadi pembicara dalam
penguatan keorganisasian keagamaan.......................................................... 93
Gambar 8 Wanita Syarikat Islam meberikan bantuan sosial kepada
masyarakat kurang mampu ........................................................ 96
Gambar 9 Penyuluhan Ketahanan Keluarga ............................................... 97
Gambar 2 Hamdan Zoelva menegaskan arah juang SI ............................... 111
Gambar 3 SI mengkonsolidasikan organisasi kembali ............................... 114
Gambar 4 SI Meminta Rawat Kemajemukan Bangsa................................. 121
Gambar 10 SI Mengkritik Jalannya Demokrasi di Indonesia ....................... 129
Gambar 11 SI Memberikan Saran Pada Pemerintah ..................................... 130
Gambar 12 SI Tegaskan fokus programnya ke Ekonomi ............................. 137
Gambar 13 SI Berinisiatif Bangun Kekuatan Ekonmi Mikro ...................... 140
Gambar 14 Penumbuhan kewirausahaan sebagai landscape dakwah
ekonomi ..................................................................................... 142
Gambar 15 Kunjungan Mengembangkan Jaringan ...................................... 144
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan politik di Indonesia tak lain merupakan bagian dari ajang
persaingan Ideologi. Dinamika penyusunan sistem politik merupakan hasil
penumbangan dari berbagai Ideologi politik lain. Begitupun bagi Syarikat
Islam (SI) sebagai organisasi dagang berdiri tahun 1912, sebelumnya bernama
Syarikat Dagang Islam (SDI) yang didirikan Samanhudi tahun 1905 sebagai
respon atas kolonialisasi dan kapitalisme perdagangan oleh Belanda. Ideologi
SI melekat erat dengan apa yang didengungkan oleh tokoh utamanya H.O.S
Cokroaminoto sebagai Islam Sosialisme. Sebuah platform Ideologi politik
yang sangat anti terhadap Belanda dengan liberalisme serta kapitalismenya.
Sosialisme sangat erat kaitannya dengan kerangka pemikiran sosiologi
Karl Marx1 disesuaikan dengan latar belakang Ideologi dominan yang sangat
berkembang pada abad 20-an. Akan tetapi, jelas sosialisme yang diusung oleh
tokoh SI seperti H.O.S Cokroaminoto, dan Agus Salim tidaklah sama dengan
pandangan sosialisme komunisme yang digencarkan Lenin dengan
memanifestasikan ide-ide Karl Marx, di mana kapitalisme dan penguasa
dianggap sama sebagai musuh besar oleh masyarakat. H.O.S Cokroaminoto
1Konsen Sosialisme Karl Marx bukanlah suatu kondisi masyarakat yang hendak
disuborinasikan oleh alat produksi dan kekuasaan. Menurut Paul Tillich, Sosialisme merupakan
sebuah gerakan resistensi atas penentangan penghancuran terhadap cinta yang terdapat dalam
realitas sosial. Pada akhirnya, Sosialisme menciptakan manusia dengan kesadaran yang dapat
mengatasi alienasi dirinya, hasil produsinya, serta sejajar. Lihat, Nur Sayyid Santoso Kristeva,
Negara Marxis dan Revolusi Proletariat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), cet.II, h.292
2
justru memakai terminologi agama disandingkan semangat Nasionalisme yang
secara perlahan digiring menuju pandangan dunia yang lebih sekuler.2
SI mengambil peranan penting dalam kancah perjuangan penegakan
kemerdekaan Republik Indonesia. Walaupun, perbedaan pandangan dalam
tubuh SI terkait Ideologi dan gerakan SI. Sejumlah tokoh penting seperti
Semaun mengambil sikap untuk tidak ikut instruksi SI pusat. Sehingga secara
otomatis SI terbelah menjadi dua kelompok yaitu SI putih dibawah komando
H.O.S Cokroaminoto dan kelompok SI Merah yang cenderung revolusioner
dibawah komando Semaun mantan anak asuh H.O.S Cokroaminoto sendiri.
Dari SI Merah inilah cikal bakal Partai Komunisme Indonesia (PKI) lahir.
Pemahaman akan esensi Islam dan Sosialisme yang berbeda. Di mana
pada sisi lain, Sosialisme tidak lain merupakan pada pengahayatan diri akan
manusia pada rasa solidaritas serta pengahayatan akan kelemahan di luarnya
untuk dihapuskan3. Begitupun dengan dengan H.O.S Cokroaminoto yang
mencoba menjelaskan pertalian antara semangat Islam yang tidak menyenangi
praktek riba dalam kapitalisme yang dilakukan oleh penguasa dan tuan tanah
yang menindas kaum lemah (Mustad’afin)4. Yang mana, H.O.S Cokroaminoto
sepakat dengan ide-ide Karl Marx juga sangat membenci akan penindasan
2Jeanne S. Mintz, Muhammad, Marx, Marhaen, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2003), h.33
3Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010). H.265-266
4Menjadikan Agama sebagai upaya untuk mentransformasikan sebagai alat pembebas
menjadi jawaban kunci untuk menjawab tantangan ummat Islam, di mana terkadang Agama
seringkali terlihat kering (set of death ritual) dan menjadi seperangkat doktrin yang abstrak dan
metafisis (set of abstact, incomprehensible metaphysical doctrine). Lebih jauhnya, peran agama
tidak terbatas pada ibadah pelipur lara dan kering dari justifikasi teologis bahwa kenyataan
penindasan atas yang lemah terus berlangsung. Lihat, Ali Asghar Engineer, Islam dan Teologi
Pembebasan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet.V, h. 88-89
3
untuk mencari keuntungan pribadi.5 Tak ayal, secara tidak langsung H.O.S
Cokroaminoto menjadikan Islam dan Sosialisme lewat Syarikat Islam sebagai
teologi pembebasan6 bagi masyarakat pribumi.
Masa-masa awal berdirinya SI sukses dikarenakan faktor bahwa organisasi
tersebut melakukan mekanisme organisasi yang baik, performa komunikasi
dengan ritual keorganisasiannya massif, terutama menghadapi konflik
persaingan dengan kolonialisme Belanda. Konsolidasi dan perkaderan anggota
menjadi pencapaian prestisius yang dapatkan SI masa awal. Para anggota
banyak menyebarkan kabar baik tentang SI secara luas sehingga mobilisasi
massa khususnya di Jawa dengan sekejap diterima oleh masyarakat.
Kesuksesan pergerakan SI di masa silam tidak begitu diikuti oleh
keberhasilannya dalam menyambut dunia politik praktis yang diwujudkan
dengan pemilihan umum. Walaupun SI secara sejerah merupakan rahim dari
lahirnya partai besar yaitu Partai Nasionalisme Indonesia (PNI) yang beraliran
Nasionalisme dikomandoi oleh Ir. Soekarno, Partai Komunisme Indonesia
(PKI) dipimpin Oleh Semaun, serta Gerakan Darul Islam yang diketuai oleh
Sukarmadji Maridjan Kartosuwiryo. Kelompok terakhir tidak sama sekali
mengikuti kontestasi politik dan berakhir dengan penumpasan karena
dianggap makar oleh Republik Indonesia.
5H.O.S Cokroaminoto, Islam dan Sosialisme, (Bandung: Sega Arsy, 2010), h.27
6Teologi Pembebasan merupakan kerangka paradigma sosiologi pada agama dalam
bentuk gerakan praksis. Di mana, jauh melampaui perdebatan ideologis dan teologis tradisional
yang berahadapan langsung pada tatanan mapan namun timpang. Lihat, Michel Lowy, Teologi
Pembebasan, (Yogyakarta: Insist Press, 1999), cet.I, h.25
4
Kemerosotan SI disebabkan pertentangan ideologis yang ada di dalam
tubuh kelompok tersebut. Padahal, bisa dikatakan SI merupakan pusat
kebangkitan nasional pertama yang mengakomodir perjuangan republik ini.
itu disebabkan kemampuan SI dalam menyusun pendukung serta anggotanya
dari berbagai lapisan masyarakat dan kelas. Mereka membentuk front
perlawanan yang berhadapan langsung dengan pemerintah kolonial.
Kemerosotan lain SI dikarekanan gagal dalam mempertahankan idealisme
serta kepeloporan dalam rubuh organisasi dalam upaya mencapai
kemerdekaan. Ditambah lagi, idealisme dan aktivisme SI kalah jauh dari
organisasi politik yang tidak secara formal tidak menyatakan Islam sebagai
dasar-dasar Ideologianya.7
SI dalam menyambut suasana politik dikarenakan Ideologi Indonesia
pasca perang dingin menganut sistem demokrasi mau tidak mau SI
membentuk Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) dan ikut berkontribusi
pada demokrasi parlementer (1950-1959). PSII tetap menujukkan eksistensi
dengan mengikuti pemilu dan berhadapan langsung dengan Partai Nasional
Indonesia (PNI) dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang tak lain anak yang
lahir dari tubuh SI sendiri. Pada Periode Orde Lama di bawah Pemerintahan
Soekarno yang cenderung kiri, PSII tetap bertahan dari tekanan. Bahkan saat
masa Orde Baru berkuasa, Presiden Soeharto dengan kebijakan politiknya
mencoba membangun kebijakan yang dikenal sebagai Fusi Partai Politik 1973
7 Bahtiar Effendy, Islam dan Negara, (Jakarta: Paramdina, 2009), cet II, hal. 67-69
5
berdasarkan golongan Ideologi. Tahun penerapan Fusi Politik telah banyak
mempengaruhi bagi perkembangan PSII itu sendiri.8
Penerapan penyederhanaan Partai Politik oleh Orde Baru disebabkan
karena daya dari tokoh-tokoh partai Islam yang banyak mendapatkan
perhatian dari masyarakat. Jelas, situasi tersebut tidak akan mengancam
kedudukan Orde Baru dengan Partai Pemerintah yaitu Golongan Karya
(Golkar). Semua partai islam PSII, NU, Parmusi, dan Perti disatukan dalam
satu wadah yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP). PPP menjadi satu-
satunya Organisasi Peserta Pemilu (OPP) dari partai Islam yang mengikuti
pemilu tahun 1977 dan 1982.9
Dalam menjamin kebijakan Fusi Politik tersebut, Orde Baru juga
menambah konsep Mass Floating (masa mengambang) agar organisasi dari
Partai Islam tidak dapat mengembangkan aktifitas politik di wilayah-wilayah
kecamatan dan desa. Dengan demikian, partai diupayakan terlepas dari
konstituennya, sehingga tidak memiliki hubungan emosional di antara
masyarakat dan partai Islam.10
Bisa dipertegas bahwa Orde Baru menjadi masa penyuburan secara massif
ideologi Pancasila di berbagai lini masyarakat. Kelompok Islam dengan
organisasinya justru tidak mendapatkan tempat meneguhkan pemahaman
Islam dalam organisasinya. Orde Baru terkesan membuat kebijakan yang
8 Valina Singka Subakti, Partai Syarikat Islam Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2014), h.2-5.
`9 Sudirman Tebba, Islam Orde Baru, (Jakarta: Tiara Wacana, 1993), h.59.
10 Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam, (Jakarta:
Kencana Press, 2013), cet.II, h.296
6
penuh dilema, satu sisi kelompok Islam diperbolehkan membentuk organisasi
politiknya dan sesekali juga dibatasi dengan pengawasan yang ketat. Alasan
sederhanyanya, para penyokong Orde Baru enggak melihat bangkitnya
kelompok Islam terutama dari kalangan Neo-Masyumi di mana para anggota
SI juga ada di dalamnya.11
Kebijakan politik Orde Baru yang sepihak dan dijalankan secara otoriter
menyebabkan banyak partai politik terbatasi dan harus berhenti menjalankan
kerja partai politiknya. Apalagi, pada tahun 1983, sebuah indoktrinisasi
Pancasila sebagai asas utama bagi semua platform politik Indonesia menjadi
tantangan tersendiri. Jelas bagi PSII, tersebut akan berhadapan dengan ide-ide
Islam dan Sosialisme yang telah lama diusungnya. Saat reformasi tegak, Fusi
partai politik ikut hancur bersamaan dengan tumbangnya Orde Baru. PSII
kembali mengikuti pemilihan umum 1999 dengan nama yang sama, masa itu
disebut dengan demokrasi prosedural. Akan tetapi kenyataan terlihat bahwa
konstelasi pemilih dari umat Islam pada PSII sangat menurun.
Hampir jumlah partai Islam yang berlaga secara keseluruhan hanya sekitar
33.70 persen di mana pemilu tahun 1999 diikuti kurang lebih 48 partai
politik.12
Dinamika sosial dan penurunan pemahaman Ideologis akan Islam
dan Sosialisme pada PSII bisa dikatakan menjadi penyebabnya. Pada
pemilihan umum 2004 yang diikuti 24 partai politik, dan tahun 2009 dengan
peserta berjumlah 12 partai politik, PSII tidak ambil bagian, kini PSII bisa
11
Faisal Ismail, Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama, (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 2001), h. 120-121 12
Sutrisno Hadi, Pemikiran-Pemikiran Politik Islam di Indonesia Pasca Soeharto 1998-
2008, (Disertasi Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h.89.
7
dikatakan hanya bergerak dalam tubuh organisasi masyarakat bukan dalam
bentuk partai politik yang Sekarang lebih dikenal dengan Syarikat Islam (SI).
SI sulit melakukan performa komunikasi kepada dalam organisasi dan
kepada anggotanya, agenda politik tidak banyak diperbaharui namun lebih
fokus pada keputusan pucuk pimpinan SI. Secara terbatas, hanya ritual politik
yang begitu dominan pada saat Orde Baru. Sekalipun nuansa Orde Baru masih
kentara dengan politik, SI belum siap menyambut pengaruh akhir Orde Baru
yang lebih membutuhkan kesolidan dari berbagai sisinya. Seperti militansi dan
urgensi pemupukan ideologinya.
Pasca reformasi,13
banyak perubahan terutama kemasan Islam dan
Sosialisme pada SI yang tak mungkin dirubah dikarenakan banyak faktor
salah satunya beban sejarah panjang organisasi ini. Hanya saja, Ide-ide Islam
dan Sosialisme merupakan pilihan Ideologi yang barangkali pada saat era
demokrasi prosedural saat ini yang diikutkan oleh banyak partai politik untuk
menjadikan demokrasi sebagai bagian dari cita-cita politik menjadi
perhitungan tersendiri. Umat Islam sebagai warga mayoritas di Indonesia,
menjadi peluang bagi SI untuk terus mengagendakan gerakan dalam cita
politik Islamnya yaitu Islam dan Sosialisme.
13
Syamsuddin Haris berpendapat Reformasi politik merupakan agenda pergantian
kepemimpinan negara. Hal ini untuk menjamin kelangsungan sistem dan pengawasan oleh kontrol
rakyat. Reformasi di Indonesia memiliki sebuah agenda ganda yaitu memperbaiki tatanan ekonomi
yang elit oriented dan perombakan kabinet. Sebab keduanya merupakan sintesa yang amat terkait
dalam wacana reformasi di Indonesia 1998. Dalam, Syamsuddin Haris, Reformasi Setengah Hati,
(Jakarta: Penertbit Erlangga, 1999), h.8.
8
Bahkan pasca Orde Baru hadirnya aktivitas Politik Islam kembali di
Indonesia seperti dibayangkan merupakan bagian dari upaya memunculkan
alternatif politik dengan preferensi pemilih muslim. Walaupun, Reformasi
telah mencairkan gerakan politik dan gerakan Islam yang terah terkungkung
oleh penyeragaman Orde baru yang sangat beragam. Di sisi lain, tidak sedikit
yang menyatakan diri sebagai Partai Islam dan ada yang tidak walaupun
secara kasat mata mayoritas komponen anggotanya adalah muslim. Elit tokoh
politik Islam terpecah bukan saja Faksi tetapi juga dalam Ide. Polarisasi politik
Islam semakin kentara yang mana, satu sama lain menunjukkan sisi Islamnya
ataupun berusaha tetap menjaga suara pemilih Islam saja.14
SI tetap berusaha berjuang dalam membangun eksistensinya di jalur
politik dengan mengkuti pemilihan umum tahun 1999 lalu. Dengan kondisi
diaspora partai politik Islam, SI sebagai organisasi yang banyak dihuni
kalangan Muslim progresif moderat juga tidak mampu bertahan. Pasca
reformasi sebagai titik ekstrem setelah politik Islam menemukan
momentumnya kembali setelah dilarang benar-benar dimanfaatkan dengan
baik. Akan tetapi juga bukan tidak memiliki resiko, mengingat banyaknya
14
Bahtiar Effendy menjelaskan Konstetuen Politik dari pemilih islam pada pemilu 1955
memang sangat diperebutkan baik dalam pemilih tradisional, potensial, pemula, ataupun swing
voters. Walaupun preferensi pemilih teralirkan dalam kecenderungan primordial. Berdasarkan
pendekatan yang terasosiasikan oleh Clifford Geertz dan Meraka yang yang berasal dari kalangan
Santri akan memberikan suaranya pada Partai Islam seperti Masyumi, NU, Partai Syarikat Islam
Indonesia (PSII), dan Perti. Sementara mereka yang termasuk kategori relegio-ideologis abangan
atau priyayi memilih partai-partai “nasionalis” atau “sekuler” seperti PNI dan sebagainya.
begitupun Pemilu tahun 1999 tidak jauh berbeda, lihat Bahrtiar Effendy, (Re)Politisasi Islam:
Pernahkah Islam Berhenti Politik?, (Bandung: Mizan, 2000), hal. 212-213.
9
partai Islam yang ada justru SI dengan PSII kalah bersaing.15
Hal itu
dibuktikan dengan PSII yang tidak dapat mengkuti Pemilu 2004 dikarenakan
suaranya tidak mencapai batas perolehan batas minimal (treshold).
Guna mengembalikan marwah SI yang tumbuh dan tenggelam oleh
perubahan sistem politik di Orde Lama dan Orde Baru mengakibatkan sendiri
perkaderan dan pemutakhiran gerakan SI justeru mengalami apa yang disebut
dengan stagnan. SI secara ingatan di tengah masyarakat hampir tidak dikenali
keberadaannya. Di mana, mungkin situasi Orde Baru masih dianggap lumayan
melakukan kegiatan dialogis dengan sistem pemerintahan walaupun terbatas.
Di tambah lagi, di tubuh organisasi SI terdapat perbedaan pendapat yang amat
tajam mengenai haluan politik dan bagaimana penerimaan Pancasila dalam
tubuh organisasi yang lahir 1905 tersebut. Belum lagi, SI dihadapkan dengan
persoalan cita-cita Islam dan Sosialisme yang bisa dikatakan gagal dicitrakan
baik di awal reformasi sekalipun. SI pada era reformasi justeru tidak terlihat
komunikasi efektif dalam membangun citra di masyarakat. Hampir satu
dekade SI terlihat megalami penurunan efektifitas ruang gerak dan metode
untuk mendekati masyarakat sosial. Walaupun, basis SI di berbagai daerah
masih cukup mumpuni.
Sempat mendapatkan keyakinan dikala kalangan moderenis tua Masyumi
silam mengusulkan kepada pemerintahan Orde Baru untuk merehabilitasi
15
Pada pemilu 1999 dari sejumlah partai Islam kekuatan partai politik Islam mencapai
43,32% jika Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dimasukkan
dalam partai Islam. SI dengan partainya PSII hanya memperoleh suara DPR 365.920 dengan
jumlah kursi yang didapat hanyalah satu kursi. Lihat Bilveer Singh dan Zuly Qodir, Gerakan
Islam Non Mainstream dan Kebangkitan Islam Politik Di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015), hal.349-350
10
Masyumi, di mana SI dengan PSII-nya berada di sana. Usulan tersebut lebih
kepada repolitisasi Islam sebagai upaya menumbuhkan kekuatan politik. Hal
itu sebagai syarat pemberian dukungan kepada pemerintah dalam menyokong
Orde Baru dalam melawan Komunisme pada masa Orde Lama. Kelompok
muda lebih progsesif dengan mengusulkan agar melakukan rehabilitasi
material dengan terbukanya seluas-luasnya ikut serta dalam politik, yang jelas
usulan ini memberatkan Orde Baru. Namun nyatanya tidak demikian bagi SI,
SI tetap terkungkung di bawah banyak kelompok dominan dan politik Orde
Baru serta sulit meningkatkan pengaruhnya.16
Pasca reformasi, SI tetap aktif dan melakukan mekanisme organisasi
seperti biasanya, walaupun performa komunikasi tetap dalam status qou dan
masih dalam ritual politik. Organisasi Islam lainnya lebih terakomodir dan
mampu menyokong demokrasi dalam berbagai peranan dan fungsinya. NU
dan Muhammdiyah yang sedari awal juga tidak memaksudkan visi politik
dengan baik mampu mendampingi peranan pemerintah secara akomodatif dan
korektif. SI terus berupaya melakukan komunikasi politik dalam spektrum
lebih kecil. Perbedaan yang dimiliki oleh SI sebagai organisasi Islam non
golongan tidak terlalu melakukan responsif bahwa kenyataan pada era
reformasi justeru, golongan Islam makin terpolarkan dalam kelompok
terorganisir. SI pun harus menyadari bahwa respresentasi Islam tidak hanya
dimiliki oleh SI, serta kepentingan ummat Islam juga memiliki jalan ekspresi
yang bermacam-macam. Pada intinya, reformasi menjadi semacam turbulensi
16
M. Syafi’i Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1995) h.
25.
11
memacu umat Islam Indonesia bergerak dan melakukan kegiatan secara bebas
dan luas.
SI nyatanya gagal dalam memupuk pemahaman ideologi Islam dan
Sosialisme di saat nuansa reformasi justru membawa aspek keterbukaan yang
menyebabkan di kalangan masyarakat mulai menerima pengertian dan pola
sosial baru yang seringkali didominasi oleh elit politik da partai baru. Padahal
sudah jelas bahwa tujuan Ideologi Islam membangkitkan perasaan dan
mendorong munculnya tindakan, sedangkan kekuatan Ideologi terletak pada
kapasitasnya dalam merangkap dan menggerakkan bayangan dan melepaskan
dalam bentuk gerakan nyata bagi manusia.17
Ideologi bisa ditegasnya sebagai
identitas kelompok partai politik maupun organisasi sosial dalam melakukan
tindakan yang efektif. Identitas SI terletak dalam ideologi Islam Sosialisme
tersebut yang sempat meredup. Dengan tingkat perkaderan yang minim,
perpecahan elit SI, serta simpang siurnya arah perjuangan, ideologi Islam
Sosialisme pun juga ikut surut.
Perjalanan SI yang panjang di pentas politik maupun sosial tentu saja
memberikan alasan mengapa organisasi ini begitu penting dalam memberikan
keterangan bangunan bangsa ini. Islam Sosialisme yang begitu dominan dalam
mengartikulasikan serta memanifestasikan kerja dalam pembangunan sosial
tempo silam tentu tidak bisa dianggap sebagai peristiwa sederhana. Apalagi,
SI berusaha membangun kembali keorganisasiannya kini dengan pemulihan
17
Reo M. Christenson, Ideologies and Moderen Politics, (New York: Dodd, Mead &
Company, 1975), h. 6.
12
struktur, pemilihan kepemimpinan yang baru. Perkembangan politik tanah air
yang begitu rumit tidak serta merta merusak bangunan eksistensinya
sekaligus.
Dari sekian banyak konsep yang dibuat berdasarkan tema yang diangkat,
maka penting kiranya meneliti bagiamana pembangunan citra politik Islam
pada Syarikat Islam Indonesia (SI). Di mana, pada masa silam pernah
mengukir catatan sejarah sebagai bagian pembangun kemerdekaan bangsa dan
ikut berkontribusi dalam pengelolaan negara. Berdasarkan latar belakang di
atas, penulis menarik penelitian dengan judul Performa Komunikasi
Syarikat Islam Dalam Citra Politik Islam Sosialisme Pasca Reformasi.
B. Perumusan batasan Masalah
1. Batasan Masalah
Penulis membatasi penelitian ini pada Performa Komunikasi Syarikat
Islam (SI) dalam menjaga citra ideologi Islam Sosialisme di tengah
demokrasi dan demokratisasi reformasi di arus perpolitikan nasional justru
menjadi agenda penting untuk diwujudkan setelah reformasi politik 1998
membuat SI kiprahnya semakin redup.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah
a. Bagaimana performa komunikasi Syarikat Islam pasca reformasi?
b. Citra Politik Islam sosialisme apa yang dibuat Syarikat Islam pasca
reformasi?
13
C. Tujuan Penelitan
1. Mengetahui performa komunikasi organisasi Syarikat Islam (SI) yang
dibangun untuk menjaga cita-cita organisasi dalam ideologi Islam
Sosialisme .
2. Mengetahui kerangka Islam Sosialisme seperti apakah yang diharapakan
oleh Syarikat Islam di tengah Sistem demokrasi dan proses demokratisasi
berbagai aspek sosial politik Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat dilihat dari aspek
keilmuan dan praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Akademik
Penelitian ini diupayakan dapat memberikan kontribusi di bidang
kajian performa komunikasi lewat perkembangan organisasi sosial politik
Islam di Indonesia. Di samping itu, sumbangan penelitian ini ditujukan
untuk menambah variasi penelitian yang memfokuskan diripada studi pada
organisasi masyarakat dan partai politik guna pembacaan yang lebih
konprehensif.
Terkait kajian mengenai perkembangan ideologi Islam Sosialisme
di Indonesia akan sangat penting mengingat ideologi tersebut seringkali
dilihat sebatas konsepsi pemikiran abastrak dan ideologi tertinggal. Akan
tetapi, konteks di Indonesia memberikan ruang gerak yang masih
14
memungkinkan dilihat dari masyarakat terikat secara baik secara sosial
dan kultural.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai referensi pembaca guna melihat perkembangan Syarikat
Islam Indonesia dalam menjaga cita-cita politiknya.
b. Sebagai dokumentasi dalam mengetahui terhadap kegiatan Syarikat
Islam Indonesia di pentas politik demokrasi Indonesia.
c. Sebagai panduan bagaimana mengetahui performa organisasi di
organisasi Syarikat Islam.
d. Terakhir mengenai pentingnya membangun citra positif dalam
sebuah organisasi.
E. Tinjauan Pustaka
Penulis menemukan beberapa penelitian yang terkait dengan Islam
dan Sosialisme disarikan dari pemikiran H.O.S Cokroaminoto. Dari
sejumlah penelitian hanya memfokuskan segmentasi pemikiran Islam dan
Sosialisme dengan beragam tema. Seperti penelitian Darussalam dengan
mengarusutamakan pada ide-ide dari sosok H.O.S Cokroaminoto serta
Islam dan Sosialismenya dalam merubah tatanan feodalisme yang
disokong penuh oleh kolonialisme. Serta, bagaimana Al-Quran sebagai
unsur utama nilai dalam Agama Islam dapat bergandengan tangan dengan
ide Sosialisme.18
18
Skripsi Darussalam, Sosialisme Islam: Tela’ah Pemikiaran H.O.S Cokoroaminoto,
(Yogyakarta: Fakultas Usluhuddin dan Pemikiran Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013)
15
Dalam penelitian lain yang masih terkait dengan penelitian Islam
dan Sosialisme tertuang dari hasil penelitian Robby Iskandar Pohan.
Dalam penelitian tersebut objek penelitian tentang peranan H.O.S
Cokroaminoto secara pribadi akan pandangan Nasionalisme dan
Sosialisme berdasarkan konsepsi nilai Islam. Titik tekan pada penelitian
Robby ialah mencari keterhubungan Nasionalisme dan Sosialisme, yang
pada dasarnya keduanya merupakan bagian ide-ide besar yang sama
tumbuh di abad 20. Begitupun juga Islam, tak lain merupakan identitas
kultural pada masyarakat Indonesia yang juga ikut terbangun dalam
menyongsong kemerdekaan dalam banyak gerakan.19
Terkait dengan konsepsi Islam dan Sosialisme Syarikat Islam
Indonesia Pasca Reformasi, penulis hanya mendapati penelitian. Pertama,
penelitian oleh Taufan Anof dengan menitikberatkan pada penerapan asas
tunggal Pancasila guna stabilitas politik Nasional pada Tahun 70-an oleh
Orde Baru dan dampaknya yang sangat merugikan terhadap gerakan
Syarikat Islam.20
Untuk tinjauan Performa Komunikasi organisasi, penulis banyak
mempelajari Tesis Iskandar mengenai krisis dualisme perpecahan
kepemimpinan dalam tubuh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) antara
kubu Djan Farid dan Romahurmuzy. Dengan titik tekan strategi media di
19
Skripsi Robby Iskandar Pohan, Pemikiran Politik Islam dan Sosialisme H.O.S
Cokroaminoto: Nasionalisme dan Sosialisme yang Berdasarkan Islam, (Medan: Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Negeri Medan, 2010) 20
Skripsi Taufan Anof, Asas Tunggal Pancasila dalam Pandangan Syarikat Islam
Indonesia (SI) Masa Orde Baru, (Ciputat: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2009)
16
antara kubu tersebut dalam usahanya untuk mencari legitimasi
kepemimpinan yang sah.21
Beberapa penelitian lain yang telah terbukukan, keterangan tentang
Syarikat Islam Indonesia (PSI) dapat ditemukan dalam karya Firdaus A.N
(1997) Syarikat Islam Bukan Budi Utomo, Bustaman (2000) PSII-1905
(Partai Syarikat Islam Indonesia) dijaman Orde Baru 1966-1998, Ohan
Sudjana (1999) Lika-Liku Perjuangan Syarikat Islam, A.P.E Korver
(1985) Syarikat Islam Gerakan Ratu Adil, serta Disertasi Valina Singka
Subakti (2014) Partai Syarikat Islam Indonesia: Kontestasi Politik Hingga
Konflik Kekuasaan Elit.
Dari sejumlah temuan penulis, belum ada yang spesifik pada
penelitian Syarikat Islam Indonesia pasca reformasi terlebih lagi yang
berupaya menitikberatkan pada upaya komunikasi politik terhadap
perkembangan ide-ide Islam dan Sosialisme yang kian meredup ditengah
demokratisasi politik di Negeri ini.
F. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian ini, penulis menggunakan Konstruktifis
dengan upaya melihat penelitian sebagai kerangka berpikir atas realitas
sebagai suatu bentuk fenomena dengan asumsi memiliki bentuk
penilaian yang beragam. Paradigma Konstruktifis lebih melihat suatu
21
Tesis, Iskandar, Strategi Relasi Media Dalam Manajemen Krisis Dualisme
Kepemimpinan Partai Persatuan Pembangunan, (Jakarta: Magister Komunikasi Penyiaran Islam
UIN Jakarta, 2017)
17
keyataan sosial sebagai konstruksi mental berbasis sosial dan
pengalaman yang bersifat lokal dan spesifik (ontologis). Hal itu,
menempatkan penulis dan dan subjek penelitian terikat secara timbal
balik dengan menfokuskan pada penemuan yang dicipta seperti yang
dihendaki (epistemologis).22
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif. Anselm dan Juliet menekankan bahwa penelitian kualitatif
setidaknya memberikan dua kelebihan sekaligus yaitu guna memahami
sebuah fenomena baru yang sedikit diketahui atau mengenai wawasan
yang belum diketahui. Serta, memperjelas kompleksitas sebuah
fenomena berdasarkan rincian sistematis yang sulit dipecahkan lewat
pendekatan kuantitatif.23
Menurut Craswell studi kasus dalam pendekatan kualitatif lebih
dilihat sebagai cara untuk penyelelidikan dengan cermat sebuah
program, peristiwa, aktifitas, proses, atau sekelompok individu. Hal
tersebut didasarkan oleh batasan-batasan waktu dan aktifitas peneliti
secara lengkap berdasarkan prosedur penelitian yang telah
ditentukan.24
3. Jenis Metode Penelitian
22
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, (Malang: UIN Malang
Press,2010), cet. II, h. 151 23
Anselm Stauss dan Juiiet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2009) cet. III, h. 5 24
John W. Craswell, Research Design, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), cet. I. hal. 20
18
Studi kasus menurut Cristine Daymon dan Immy Holloway lebih
terdapap upaya penuh terhadap pengetahuan kontemporer pada
konteksnya dengan perhatian yang memunculkan pemahaman baru
yang sangat terbatas pada waktu fenomena sosial berkembang.
Kegunaan studi kasus bisa jadi menjadi alat memunculkan sebuah teori
baru ataupun menguji sebuah teori yang lama berrdasarkan temuan
baru pada sebuah penelitian.25
Pada SI yang utama tak lain meneliti lebih intensif tentang
dimensi dalam organisasi tersebut yang dibatasi waktu serta
perkembangan komunikasi di dalamnya. Di samping, tumbuh
kembangnya organisasi ini yang pada akhirnya berusaha menemukan
relevansinya dengan fenemoma sosial yang ada saat ini.
Penggambaran situasi dan kondisi pada Syarikat Islam Indonesia
merupakan langkah yang ditempuh penulis sebelum merepresentasikan
objek penelitian.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Syarikat Islam pasca Reformasi.
Objek penelitiannya adalah Peforma Komunikai Citra Politik Syarikat
Islam (SI).
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Guba dan Lincoln (1981) menjelaskan observasi penting
dilakukan dalam menjaga kebenaran dan keaslian informasi yang
25
Cristine Daymon dan Immy Holloway, Metode-Metode Kualitative Dalam Public
Relations dan Marketing Communications, (Bandung: Bentang Pustaka, 2008), cet.I, hal.251-252.
19
diperoleh. Di mana saat komunikasi tidak dapat dilakukan,
observasi dapat dijadikan penggambaran situasi dalam menguatkan
peneliti dalam peristiwa yang diteliti secara proporsional dengan
melihat perilaku sebagai bahan informasi yang diperoleh secara
langsung.26
Menurut Kartono (1980) observasi bisa dikatakan sebagai
studi dalam mengamati fenomena sosial dan gejalanya didasarkan
pada pencatatan dan pengamatan, serta dilakukan berdasarkan
sistematis.27
Dengan observasi menunjukan kehadiran peneliti atas
kejadian terhadap aktifitas penelitian guna pengumpulan data.
Obrservasi bisa dibedakan menjadi dua jenis. (1) Orservasi
Sederhana (Simple Observation) merupakan kegiatan dalam
mengamati kebiasaan dan sebuah peristiwa dengan berusaha
memahami secara emperis keadaan yang ada dengan upaya peneliti
berusaha tetap seobjektif mungkin dengan penelitiannya. (2)
Observasi Berpartisipasi (Partisipation Orservation) ialah aktivitas
pengatan sampai tahapan tertentu dan tidak fokus pada sturktur
yang ada biasanya didapati dalam jangka yang lama serta lebih
berupaya menjadi observasi yang bersifat kultural menjadi netral.28
26 Lexy J. Moleong, Metedologi Peneltian Kualitatif (Edisi Revisi), (Bandung: Rosda
Karya, 2005), cet.21. h.174-175 27
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013),h.143. 28
Cristine Daymon dan Immy Holloway, Metode-Metode Kualitative Dalam Public
Relations dan Marketing Communications, (Bandung: Bentang Pustaka, 2008), cet.I, hal.486-487
20
Jones dan Somekh (2005) serta Sanger (1996) melihat
bahwa fenomena sosial yang terlalu komplek akan menjadi
tantangan tersendiri. Mengingat beragamnya karakteristik individu
dan banyaknya kelompok sehingga tidak memungkinkan bagi
penulis dalam melakukan pencatatan semuanya secara terperinci.29
Dengan hal tersebut, maka perlu bagi penulis untuk mengamati
langsung tentang kerja Syarikat Islam (SI) dalam membangun cita-
citanya. Di samping itu, mengamati berdasarkan data dan hasil
pengamatan SI dalam mejaga cita-cita politik Islam nya yang
bernafaskan Islam dan Sosialisme.
b. Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan kegiatan dalam upaya
meninggalkan spekulasi-spekulasi yang sangat subjektif dan
berusaha mendekati masalah berdasarkan sikap dan bahasa.
Wawancara sebagai kegiatan penelitian ialah mencari ketepatan
beradasarkan masalah yang diteliti dengan pertanyaan yang
dimaksudkan untuk dijawab informan tanpa tekanan maupun
penggiringan.
Keberhasilan wawancara sangat ditentukan sikap peneliti
pada saat mewawancarai informan. Di samping itu keberadaan
pedoman wawancara yang sangat sitematis erat bagaimana
membangun komunikasi yang efektif sehingga tujuan dari
29
Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial:Konsep-Konsep Kunci, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2015), cet.1, h.239.
21
informasi yang ingin dicapai dapat maksimal.30
Wawancara
dilakukan terhadap jajaran pengurus Dewan Pengurus Pusat (DPP)
Syarikat Islam di antaranya Sekretaris Jenderal Lajnah Syafinuddin
AL-Mandari, Wakil Tahfidziah Syarikat Islam Jenderal Lajnah
Tahfidziah Syarikat Islam Aulia Tahkim A.D. Tjokroaminoto, dan
Yudhi Irsyadi Syafii selaku Sekretaris Bidang Ekonomi Syarikat
Islam
c. Studi Dokumentasi
Scot (1990) mengatakan dokumen merupakan benda yang
memiliki karakteristik berupa teks tertulis. Begitupun dengan Prior
(2003) dokumen juga bisa berupa teks pidato, foto, naskah,
gambar, foto, maupun buku. Yang kesemuanya, mempunyai arti
sebagai penunjangan dalam mengekplorasi sebuah penelitian.31
Dalam hal ini penulis berusaha menggali dan menemukan sejumlah
naskah ataupun data penting terkait Syarikat Islam Indonesia dalam
menunjang penelitian ini dari buku, web, media on line, dan
dokumentasi organisasi.
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis berusaha melakukan analisis
berdasarkan temuan pada data, catatan wawancara, naskah di lapangan
serta dituliskan secara deskriptif. Dalam penyajian hasil analisis,
30
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (edisi revisi II),
(Jakarta: Rineka Cipta, 1993), cet.9, h.196-197. 31
Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial:Konsep-Konsep Kunci, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2015), cet.1, h.80
22
menurut Huberman (1994) secara umum proses analisis data kualitatif
melibatkan empat hal, pertama, pengumpulan data. Kedua, reduksi
data. Ketiga, penyajian data. Keempat, verifikasi dan penarikan
kesimpulan. Huberman menekankan pada reduksi data yaitu proses
pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakkan, dan pengubahan data
berdasarkan hasil cacatan di lapangan.32
Teknik analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan dua tahap.
(1) Reduksi Data yaitu melakukan pemilahan data-data dengan
melakukan mengkoding berdasarkan kategori yang sudah ada dan
merangkumnya menjadi pola dan susunan yang sederhana. (2)
Intrepretasi yaitu tindakan mengartikulasikan temuan data serta
penempatan makna berdasarkan konsep dan teori melalui laporan
tertulis. Data yang ada disarikan berdasarkan hasil wawancara,
cacatan, serta data visual yang diperoleh saat penelitian dilapangan.33
7. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 1 Maret 2017 di Kantor Pusat
Syarikat Islam.
8. Pedoman Penulisan Skripsi
Penulisan skirpsi ini ditulis berdasarkan panduan penulisan skripsi
CEQDA 2017 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
32
Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial: Konsep-Konsep Kunci, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2015), cet.1, h. 11. 33
Cristine Daymon dan Immy Holloway, Metode-Metode Kualitative Dalam Public
Relations dan Marketing Communications, (Bandung: Bentang Pustaka, 2008), cet.I, hal. 548-549.
23
G. Sitematika Penulisan
Penulis membagi lima bagian untuk lebih jelas dalam melihat pembagian
fokus di masing bagian bab, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas: latar belakang, batasan dan rumusan masalah
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka,
metodelogi penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan
data, dan, teknik analisis data, waktu dan tempat penelitian, pedoman
penulisan skripsi.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP
Bagian ini penulis akan membahas kerangka teoritis: Teori Polical
Performance, Citra Politik, Konsep Ideologi Islam.
BAB III : GAMBARAN UMUM
Pada bab ini lebih berupaya menggambarkan proses sejarah dari Syarikat
Islam Indonesia serta latar belakang sosio kultural. Di samping itu, peran-
peran politik dan gerakan dalam mencapai ide-ide Islam Sosialisme
sebagai cita-cita politiknya.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bagian ini lebih menampilkan hasil temuan secara keseluruhan
berdasarkan kesesuaian data yang mendukung terhadap penelitian ini.
BAB V : KESIMPULAN
Pada bab ini akan membahas dua hal: Kesimpulan penelitian dan saran.
24
BAB II
TINJAUAN TEORITIS DAN KONSEPTUAL
A. Teori Performa Komunikasi Pacanowsky dan Daniel O’Trujillo
Performa Komunikasi (Communication Performance) merupakan teori
yang memfokuskan sebagai agenda mendekati khalayak. Menurut
Pacanowsky dan O’Donnel Trujillo (1982) seperti dikutip dalam Ricard West
dan Lynn H. Turner, komunikasi performa merupakan proses simbolik serta
penggambaran terkait perilaku manusia dalam sebuah organisasi. Lebih terkait
bagaimana peran ditempatkan.1
Performa Komunikasi dapat ditempatkan dalam beberapa bagian dilihat
dari fungsinya, yaitu:
Pertama, performa komunikasi bisa dilihat sebagai komunikasi yang
berjalan secara teratur dan berulang disebut performa ritual (Ritual
Performance).2 Performa ritual lebih dilihat sebagai aktifitas dari mulai
individu dalam organisasi serta kegiatan rutin dan sosialisasi. Dalam sebuah
organisasi tepat dapat ditemukan berbagai macam pekerjaan dan tugas.
1 Ricard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Komunikasi Analisis dan Aplikasi,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2008) hal, 325 2 Ritual sendiri Terdiri dari empat bagian (1) Ritual Personal (personal ritual) yaitu
terkait dengan pekerjaan rutin yang dilakukan seseorang dalam pekerjannya. (2) Ritual Tugas (task
ritual) lebih dekat dengan rutinitas pekerjaan seseorang dalam menyelesaikan tugasnya. (3) Ritual
Sosial (social ritual) merupakan rutinitas verbal dan non-verbal dalam berinteraksi. Dalam konteks
organisasi lebih dlilihat bagaimana anggota organisasi membangun komunikasi sesama
kolegannya. (4) Ritual Organisasi (organizational ritual) lebih sebagai gambaran aktifitas
keorganisasian yang dijalankan di dalamnya seperti pengambilan keputusan dan kebijakan . lihat,
Tesis Iskandar, Strategi Relasi Media Dalam Manajemen Krisis Dualisme Kepemimpinan Partai
Persatuan Pembangunan, (Jakarta: Magister Komunikasi Penyiaran Islam UIN Jakarta, 2017) hal.
27-28
25
Mereka menjalakannya sesuai konsekuensi dan beban kerja yang bersifat
kontunitas serta hierarkis.
Kedua, performa hasrat (passion performace) merupakan kisah di mana
sebuah organisasi diceritakan dengan antusias oleh setiap anggota. Hal itu juga
akan memacu semangat untuk aktif, setiap peristiwa akan menjadi ukuran
bahkan motivasi yang selalu diceritakan dengan menggebu-gebu.
Ketiga, performa sosial (social performance) merupakan bentuk dari
adanya sikap yang baik dalam melaksanakan kerja sama dalam sebuah
organisasi. Sikap baik bisa menjadi mendorong afektifitas kerja dan
membangun lingkungan kerja dengan nyaman. Bentuk efektif yang dilakukan
oleh pekerja akan meningkatkan kualitas kerja itu sendiri. Namun, dalam
pengambilan keputusan sekalipun sikap sopan santun juga harus ditempatkan
secara baik.
Keempat, performa politis (political performance) merupakan upaya
mendapatkan dan mempertahankan kedudukan lewat kerja dengan pengakuan
politis. Hal ini tidaklah salah, mengingat setiap kerja yang dilakukan secara
baik akan dengan sendirinya menimbulkan citra baik dalam sebuah organisasi.
Praktek yang digunakan ialah mengkomunikasikan keinginan untuk
mempengaruhi seseorang dalam organisasi. Tujuan akhirnya ialah
mendapatkan legitimasi atas pekerjaan yang dilakukan dalam organisasi
tersebut. Kuncinya terletak bagaimana pengkomunikasian itu sendiri
dilakukan.
26
Kelimat, performa enkulturasi (enculturation performance) dekat dengan
melihat cara bagaimana anggota dalam sebuah organisasi mendapatkan
pengetahuan dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya. Kontribusi kerja
yang ditopang oleh pengatahuan dan keahlian akan menambah kompetisi
sesama anggota dalam sebuah organisasi. Tentunya, dengan tumbuhnya
budaya organisasi sendirilah enkultutrasi performa dapat dilihat capaiannya.3
Menurut Pacanowsky dan O’ Donnell Trujillo seperti dikutip Iskandar
(2017) performa-performa itu dapat tumpang tindih. Hal itu bisa disebabkan
anggapan bahwa performa sosial sebagai performa ritual. Tindakan kesopanan
sebagai personal (dan bahkan) ritual. Maka dari itu, performa tersebut
menjadi sosial maupun ritual. Selain itu, performa dapat muncul dari
keputusan yang dibuat secara sadar untuk melakukan apa yang dipikirkan atau
dirasakan mengenai suatu isu. Berangkat dari sana, Menurut Pacanowsky dan
O’ Donnell Trujillo yakin bahwa performa komunikatif sangat penting bagi
budaya secara organisasi.4
Performa politik merupakan bagian dari pengembangan studi keilmuan
dalam komunikasi poltik. Di mana secara sederhananya politik bisa diartikan
sebagai alat atau cara untuk menusia menyelesaikan persoalan dalam
hidupnya. Dalam kehidupan manusia harus dibedakan di mana yang hidup di
lingkungannya secara individualis atau kolektifisme. Yang mana politik yang
tumbuh di antara keduanya dilihat dari sudut besar atau kecil berdasarkan
3 Ricard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Komunikasi Analisis dan Aplikasi,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2008) hal, 325.
4Tesis, Iskandar, Strategi Relasi Media Dalam Manajemen Krisis Dualisme
Kepemimpinan Partai Persatuan Pembangunan, (Jakarta: Magister Komunikasi Penyiaran Islam
UIN Jakarta, 2017) hal. 27-28.
27
kegunaannya. Aspek individualis hanya berusaha menyelesaikan sesuatu hal
yang terjadi bagi dirinya tidak berkaitan dengan aspek hubungan sosial
sedangkan kolektifisme adalah sebaliknya ada sisi tanggung jawab dari pribadi
yang bebas demi kemauan kolektif masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu
perangkat yang melekatkan antara kolektifisme maupun individualisme
dengan sosialnya hanya bisa dilangsungkan dengan adanya bahasa.5
Teori Komunikasi menyarankan tiga asumsi dasar yang memandu
Pacanowsky dan Trujillo (1982) ide-ide dalam mengembangkan budaya
organisasi, yang menyebutkan secara rinci bahwa:6
a. Anggota Organisasi menciptakan dan mempertahankan rasa bersama
realitas organisasi, sehingga lebih baik pemahaman tentang nilai-nilai
organisasi.
b. Penggunaan dan interpretasi simbol sangat penting untuk budaya
organisasi.
c. Budaya bervariasi lintas organisasi, dan interpretasi tindakan dalam
budaya ini beragam.
Pacanowsky dalam West dan Turner (2007) bependapat dalam
membangun budaya organisasi sangat dibutuhkan pemupuk kinerja dan
komunikasi di antara pekerja.7
5 Bahasa merupakan sarana universial yang membedakan manusia dengan mahluk
lainnya. Di samping itu, dari tradisi keilmuan sosial bahasa bisa disebutkan sebagai alat untuk
menjelaskan sejarah kehidupan manusia dan proses sosial yang berlangsung dari sejarah. Bahwa
terkadang ada adagium dari Noam Chomsky dengan kemenangan bahasa adalah permulaaan
kemenangan segalanya. Lihat, Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna, (Yogyakarta: Jala
Sutera,2012) h. 108-109.
6 Antoni dkk, Organizational Culture as Communication Performance: Ethnogrphy Study
in Regional Civil Service Agency of East Nusa Tenggara, Indonesia. (The International Journal of
Humanities & Social Studies, 2016) vol: 4 Issue 7, h. 117.
28
“performance are those very actions by which members constitute and
reveal their culture to themselves and others. Ritual performance is routine
and repeated communication performance. This type of performance has
important role in renewing our understanding toward our shared
experience and giving legitimation toward what we were thinking, feeling
and doing. It is a routine that always conduct by member of organization,
this performance also showed interaction of organization’s members as the
form of unity and harmony in an organization.”
(performa merupakan tindakan yang dengannya anggota membentuk dan
mengungkapkan budaya mereka kepada diri mereka sendiri dan orang
lain. Performa ritual adalah kinerja komunikasi rutin dan berulang. Jenis
kinerja ini memiliki peran penting dalam memperbarui pemahaman kita
terhadap pengalaman bersama dan memberi legitimasi terhadap apa yang
sedang kita pikirkan, rasakan dan lakukan. Ini adalah rutinitas yang
selalu dilakukan oleh anggota organisasi, kinerja ini juga menunjukkan
interaksi anggota organisasi sebagai bentuk kesatuan dan harmoni dalam
sebuah organisasi).
Para anggota memang ditemui memiliki panduan moralitas yang terkadang
juga dibawa dalam lingkup organisasi ini. Hanya dengan tumbuhnya keramahan
di antara komunikasi sesama anggota dengan tidak melihat di mana batas posisi
dan jabatan di lingkungan organisasi. Jenis kinerja dalam sebuah ritual organisasi
menuerut Pacanowsky juga akan memberikan pengalamam yang menumbuhkan
legitimasi terhadap pekerjaan, dan apa yang dipikirkan oleh kita sebagai bagian
dari organisasi.
Politik tidak dengan sendirinya ada hanya dengan perangkat komunikasi
yang mampu mengabsahkannya. Carl Hovland misalnya menyebut komunikasi
sederhananya seabagai proses mengubah prilaku orang lain. Berbeda dengan
Hovland, komunikasi justeru dilihat sebagai proses penyampaian dan penerimaan
akan simbol-simbol yang mengandung makna di antra individu-individu.8 Gun
Gun Heryanto menegaskan dengan adanya teori terkait komunikasi politik
7 Antoni dkk, Organizational Culture as Communication Performance: Ethnogrphy Study
in Regional Civil Service Agency of East Nusa Tenggara, Indonesia. (The International Journal of
Humanities & Social Studies, 2016) vol: 4 Issue 7 , h. 119. 8 Mahi M Hikmat, Komunikasi Politik. (Bandung: Simbiosa, 2011) cet.II, h. 5
29
setidaknya menguji bagaimana ilmu komunikasi bisa menjelaskan terkait
persoalan politik. Dengan demikian dapat ditentukan misalnya teori keterbatasan
media, teori kepemimpinan pendapat, teori inovasi, faktor-faktor pengaruh
komunikasi, penggunaan metode jaringan dalam kaitannya dengan koneksi politik
dan kekuasaan.9
B. Citra Politik
1. Definisi Citra Politik
Citra politik merupakan salah satu bagian dari tujuan adanya komunikasi
politik itu sendiri. Di samping itu citra politik sebagai tindakan yang
menggambarkan realitas tententu sebagai informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan persepsi serta pengaruh. Akan tetapi, setiap citra politik
memiiliki dampak langsung pada aundienya, hanya dengan respresentasi
tertentu yang dapat dipahami oleh komunikasi citra politik yang digambarkan
memiliki pengaruh. Citra yang dimaksud setidaknya memiliki makna tentang
sebuah cita politik tertentu. Di mana, citra politik tersebut disusun berdasarkan
nilai, pengharapan, dan kepercayaan yang bersifat pribadi dan kemudian
berlanjut menjadi pendapat umum. Walaupun, di sisi lain citra politik sering
kali dipahami sebagai gambaran seseorang yang terkait dengan kekuasaan,
kewenangan, otoritas, konflik, dan konsensus.10
Pada dasarnya citra politik merupakan medium seseorang untuk
mendapatkan informasi ataupun pesan yang disesuaikan dengan pengalaman
pribadi seseorang dengan kegiatan politik tertentu. Citra politik memang
9
Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013) h.13. 10
Roni Tabroni, Komunikasi Politik Pada Era Multimedia, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2012), Hal. 27.
30
seringkali dilihat sebagai sublimitas dati pengalihan makna sebenarnya. Akan
tetapi, citra politik juga sangat terkait dengan cara masyarakat
mengidentifikasi kegiatan politik untuk diambil menjadi sikap ataupun
tindakan. Menurut Dan Nimmo kegunaan citra politik bagi subjektif ada tiga
keguanaan. Pertama, memberi pemahaman tentang peristiwa politik tertentu.
Kedua, menyajikan dasar untuk menilai objek politik. Ketiga,
menghubungkan diri dengan orang lain.11
Citra politik tidak terjadi secara langsung terjadi sebuah proses dari
masyarakat sendiri dalam mencocokkan tentang visi dan misi serta
ideologinya disusul dengan kinerja dan reputasi tokoh atau organisasi politik
tertentu. Dengan begitu terjadi integrasi dan konsistensi antara rakyat dan
tokoh-tokohnya. Jika itu berhasil citra politik tersebut telah tertanam di benak
masyarakat. Pada akhirnya, tindakan citra politik dibangun dalam rangka
menjamin terbentuknya stabilitas masyarakat sesuai dengan harapan
komunikasi politik yang dibangun.12
Citra bisa dijadikan penggamabaran diri kita atau kelompok untuk
menyesuaikan dengan keinginan baik itu tentang perubahan yang dibutuhkan
oleh masyarakat. Citra sebagai bias dari pengetahuan yang objektif memang
perlu dilihat sebagai fenomena sosial tentang konstruksi sosial yang
dijalankan lewat berbagai instrumen entah itu citra ekonomi, budaya, maupun
politik. Hanya saja setiap citra mempunyai batasan yang sangat spesifik
karena citra dibangun dengan pondasi informasi di lingkungan tersebut.
11
Roni Tabroni, Komunikasi Politik Pada Era Multimedia, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media,2012), h. 27. 12
Anwar Arifin, Komunikasi Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 179-180.
31
Biasanya, citra kemudian dikembangkan dan dikonstruksi ulang dengan
menambah nilai, pesan dan kesan untuk dapat mempertahankan citra positif
yang telah dibangun.
2. Fase-Fase Citra Politik
Baudrillard mengemukakan citra politik sebagai tahapan yang terus
mereproduksi dalam beberapa fase, yaitu:
a. Respresentasi Citra Sebagai Realitas
Citra sebagai peristiwa merupakan penggambaran akan fakta akan
pribadi atau kelompok yang serasi dan didekatkan pada penggambaran
tertentu bagi seseorang.
b. Ideologi Dalam Citra
Tentu citra merupakan konstruksi tentang dunia dan nilai-nilai yang
diproduksi dalam menjelaskan realitas. Oleh karena itu, ideologi dalam
setiap citra selalu ada dan melekat dan khas. Akan tetapi, ideologi
dalam setiap citra terkadang bias karena juga mengambil respresentasi
realitas sekitarnya.
c. Citra tak memiliki realitas
Hal itu menjelaskan bahwa realitas hanyalah apa yang ditampilkan
sebagai fakta sesungguhnya dan tidak disembunyikan. Akan tetapi,
pada umumnya citra itu sendiri seringkali bangunan ide-ide yang
terkadang fiktif.
32
d. Citra tak memiliki hubungan dengan realitas
Pada umumnya citra hanya ditujukan pada suatu entitas kelompok dan
realitas tertentu dalam masyarkat.13
3. Tahapan Sosialisasi Cita Politik
Anwar Arifin menyebutkan citra politik melewati empat cakupan, yaitu:
a. Seluruh pengetahuan politik seseorang (kognisi), baik benar ataupun
salah.
b. Semua referensi (afeksi) yang melekat kepada tahap tertentu dari
peristiwa politik yang menarik .
c. Semua pengharapan (konasi) yang dimiliki oleh orang tentang apa
yang terjadi jika ia berperilaku dengan cara berganti-ganti terhadap
objek dalam situasi itu. Citra politik selalu berubah sesuai dengan
dengan berubahnya pengetahuan politik dalam pengalaman politik
seseorang.14
Citra tidaklah harus dipilah secara kaku antara baik dan buruknya. Karena
pada dasarnya, citra hanya memunculkan persepsi yang berasal dari seleksi
pengetahuan akan lingkungannya.15
Pengorganisasian atas interprestasi akan
memiliki sebuah arti. Di sisi lain, stimuli akan persepsi muncul atas dasar
pribadi dan orang lain di luar dirinya.
13
Anwar Arifin, Komunikasi Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 178 14
Anwar Arifin, Komunikasi Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 181 15
John S Nimpoeno seperti dikutip Firsan Nova pembentukan citra secara kognitif
melewati beberapa proses yang bermula dari adaya stimulus yang menghasilkan persepsi. Di
mana, persepsi menghasilkan motivasi dan kognisi sekaligus. Dari kedua hal tersebut
memunculkan sebuah sikap yang dibuktikan dengan adanya sebuah perilaku. Lihat, Firsan Nova,
Crisis Public Relation. (Jakarta: Rajawalu Press, 2011), h. 304
33
Citra sering kali juga dipandang sebagai pembatas dalam membedakan di
mana yang benar realitas dan mana yang hanya kesan. Persepsi seseorang
hanya menampilkan gambaran tentang sesuatu. Dengan demikian, kognitif
seseorang mempengaruhi akan persepsi dan menentukan penilaian atas citra
yang tampak. Hampir kebanyakan citra, lebih didekatkan dengan aspek
realitasnya, mau tidak mau seseorang bisa terjebak jika tidak memiliki
referensi dalam melakukan penilaian.16
Respresentasi realitas sosial yang ditimbulkan dari citra itu sendiri
menghasilkan transaksi komunikatif. Ada beberapa bagian ketika citra
dipandang sebagai tindakan konstruksi, yaitu:
1. Konstruksi citra respresentatif
Citra yang lihat akan mengendap dalam pikiran seseorang sebagai
sebuah imajinasi dan halusinasi. Objek-objek yang tampak akan
menimbulkan kesan sebagai sebuah harapan dan kenyataan yang pada
dasarnya tidaklah benar adanya. Hanya dengan kemampuan pikiran yang
kuat imaji tersebut bisa memilih mana imaji yang sesuai dengan realitas
sedangkan di satu sisi juga terdapat kemampuan pikiran yang imperior
yang terjebak dalam dunia mode. Kekuatan citra merupakan hasil dari
16
Jean Baudrillard dalam bukunya The Precession Simulacra melihat citra politik
sebagai suatu simulasi akan realitas yang pada dasarnya cenderung palsu. Di mana semua tanda
yang berhubungan tidak harus memiliki hubungan yang bersifat logis. Pada posisi tertentu lebih
jauh citra bisa berubah menjadi Hiperrealitas di antranya reality by proxy situasi di mana manusia
tidak mampu dalam pengetahuannya membedakan antara realitas dan fantasi. Selanjutnya solusi
imajiner menjadikan sesuatu yang sifatnya non-emperis menjadi suatu fakta. Di samping itu, Jean
Baudrillard memberikan empat tahapan akan pencitraan (1) pencitraan adalah refleksi dari realitas
dasar, (2) ia menutupi dan meneyesatkan realitas dasar, (3) menutupi ketidakhadiran realitas dasar,
dan (4) tidak mengacu atau memiliki realisasi dengan realitas manapun. Lihat, Gun Gun Heryanto,
Komunikasi Politik Di Era Industri Citra. (Jakarta: Lasswell Visitama, 2010) h. 50-52.
34
kerja intelektual dengan berlandaskan pada aspek sosialnya yang
menghasilkan abstrasi menjadi real.
2. Konstruski citra imajinatif
Ide-ide yang dikonstruksikan secara kuat pada manusia akan
menimbulkan sesuatu mitos dan yang ada akan melebur. Kita tidak dapat
mempercayai sebuah citra sebagai sebuah hakikat dikarenakan kekuatan
ide yang dijadikan tameng menutupi realitas sebenarnya. Walaupun, mitos
merupakan kepercayaan yang bersifat sementara karena ditopang oleh ide
dan gagasan akan sesuatu yang bisa dijaga oleh kekuatan di luar dirinya
entah itu politik, budaya, dan kekuasaan.
3. Konstruksi citra kognitif
Konstruksi kognitif yang dimaksudkan adalah gambaran mental yang
dikosntruksi secara sosiolinguistik dan melibatkan proses-proses kognitif
sebagai organ instrumental. Apapun latar lingkungan psikologis, politis,
ideologis, seksual, dan rasialnya. Sangat ditentukan oleh kondisi kognitif
subjek.
4. Konstruksi citra ideologis politis
Praktik sosial dalam masyarakat dihubungkan oleh faktor diskursus
yang bermuatan ideologis. Ideologi sendiri merupakan abstraksi yang
visioner dalam menjelaskan kedudukan seseorang dalam kelasnya. Dengan
begitu kehidupan sosial yang dihadapi akan selalu bersentuhan dengan
harapan-harapan pada lingkungannya dengan perjuangan ideologi. Dengan
35
adanya sebuah ideologi keinginan dalam sebuah kelas sosial dan individu
akan tetap dijadikan perjuangan.17
C. Ideologi
1. Pengertian ideologi
Ideologi merupakan istilah yang barang kali tidak tumbang karena
pegeseran kekuasaan dan perubahan zaman. Membicarakan ideologi selalu terkait
dengan persoalan bagaimana menetapkan kepercayaan dalam menajalankan dan
menuju cita-cita hidup. Adalah Destutt De Tracy (1754-1836) pada tahun 1790-an
seorang bangsawan pemberontak dan anggota revolusioner Majelis Konstituante
yang melakukan kritik pada Napoleon Bonaparte sehingga dirinya harus dihukum.
Alasan sederhananya, penjelasan mengenai ideologi di mana menurut De Tracy,
Ideologi merupakan kumpulan ide-ide yang muncul dalam menemukan esensi.
Tidak ada ide bawaan, semuanya hanyalah sensasi semata. Dengan kata lain De
Tracy ingin menunjukkan bahwa tidak ada eksistensi kecuali dalam ide itu sendiri.
Walaupun keterangan tersebut jelas ditentang oleh Napoleon yang mengganggap
berbahaya konsepsi ideologi karena memisahkan konteks realita dan sejarah yang
dianggap paling bertanggung jawab dalam mengajari manusia itu sendiri.18
17
Solatun Dulah Sayuti, Komunikasi Pemasaran Politik. (Bandung: Rosda Karya: 2014)
h. 254-261.
18 Pernyatan Ideologi dikeluarkan Destutt De Tracy saat menjadi Anggota di Institue De
Frace namun penejelasan bagaimana Ideologi menjadi sebuah ilmu diterangkan langsung dalam
bukunya Elemens D’Ideologie (1804-1815). . De Tracy demikian dapat mengklaim bahwa
“Idéologie” mencapai penting terobosan filosofis, dengan melampaui kuno oposisi antara materi
dan roh, hal-hal dan konsep. Walaupun, Napoleon menganggap De Tracy dan pengikutnya sebagai
pemimpi, di satu sisi dia juaga mengakui kosepsi ilmuah dari ideologi juga sangat relevan dengan
politik yang berkembang. Lihat, David hawkes. Ideology, (USA: Routledge, 1996) h. 54-57.
36
Destutt De Tracy meluruskan makna ideologi awal sebagai ilmu tentang
ide. Ideologi waktu bermakna positif, berguna dan sesuatu yang benar-benar teliti
dan tepat. Secara geneologis ia merupakan ilmu yang pertama, karena seluruh
pengetahuan ilmiah mencakup kombinasi ide-ide. Ia juga merupakan dasar tata
bahasa, logika, pendidikan, moralitas, dan seni oleh karena itu merupakan basis
pengaturan masayarakat sehingga mendapatkan jalan yang paling membantu dan
kemungkinan gangguan yang sedikit. Ideologi memungkinkan dunia dapat
dipahami, dan arena itu memungkinkan tatanan sosial dan dan politik diatur
berdasarkan kebutuhan aspirasi manusia. Ideologi akan menempatkan moral dan
ilmu politik sebagai pondasi yang kokoh dan menyelamatkan mereka dari
kesalahan dan prasangka.19
Menurut John B. Thompson mempelajari ideologi sama halnya
mempelajari bagaimana makna memberikan pembenaran terhadap relasi
dominasi. cara ideologi sebagai sentral. Pertama, relasi dominasi dapat
mempertahankan dengan menghadirkannya secara legitimasi (legitimate), dalam
hal ini legitimiasi ditunjang dengan landasan rasional, tradisional, atau
kharismatik. Kedua, dengan disimulasi (dissimulation) yaitu relasi dominasi yang
memiliki keinginan untuk selalu memperluas wilayahnya pada pihak lain dapat
disembunyikan, diletakkan secara berbeda. Hal ini berguna dalam menujukkan
bahwa dirinya berbeda dari sebenarnya cara menyembunyikan dirinya melalui
kerjanya yang efektif. Ketiga, melalui reification yaitu mewakili sesuatu yang
19
Bagi De Tracy hubungan ideologi itu bersifat langsung dan eksplisit yaitu ideologi
merupakan ilmu yang unggul yang memfasilitasi kemajuan hubungan manusia. Di satu sisi
pengertian ideologi yang bersifat implisit dan oposisional di mana ideologi dianggap sebagai
filsafat yang sangat megah yang mendorong untuk dilakukannya sebuah pemberontakan dengan
cara-cara meyakini prinsip politik dan pedagogik sebagai dasar dari alasan yang abstak. Makna
implisit pernah ditafsirkan oleh Napoleon yang memandang ideologi sebagai seuatu yang negatif.
Lihat, John B. Thompson, Ktirik Ideologi Global, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), h. 45-48.
37
bersifat sementara, historis, sebagai sebelumnya merupakan sesuatu yang tetap,
alami, dan berada di luar waktu.20
Kemunculan ideologi tidak serta merta terikat erat dengan Destutt De
Tracy saja. Akar ide yang tumbuh menjadi ideologi bisa dilacak dalam pemikiran
Sir Francis Bacon (1561-1626) tentang kosep Idola. Menurutnya pengetahuan
tidaklah dengan mudah berkembang selagi dalam diri manusia masih ditemukan
kontradiksi kemajuan tentang pemujaan dan pengharapan seperti berhala.
Sehingga, kemampuan berpikir kritis dalam diri manusia tidak muncul.21
Memang
betul ideologi yang dikembangkan De Tracy sebagai tidak sama dengan konsep
idola Bacon yang lebih condong kepada prasangka agama pencerahan
dibandingkan pada ilmu pengetahuan seperti dikembangkannya. Ideologi pada
awalnya memiliki makna positif sesuai dengan saran pencetusnya bahwa ideologi
merupakan ilmu pengetahuan untuk menghentikan pikiran yang dipenuhi sebuah
prasangka yang tidak logis tujuannya sederhana agar masyarakat bisa lebih sadar
dengan kondisi aslinya.22
20
John B. Thompson, Analaisa Ideologi Dunia. (Yogyakarta: IRCiSoD, 2014), h. 184.
21 Menurut Bacon dalam karya menumentalnya Novum Organum (1620) konsep idola
dipetakan menjadi empat macam. Pertama. Idola Tribus (bangsa) yaitu prasangka-prasangka
keajegkan tatanan alamiah, sehingga manusia terpesona dan tidak mampu menggunakan pikiran
secara objektif. Kedua, Idola Cave (gua) yaitu keinginan manusia melihat sesuatu yang tidak
realitis sehingga tidak objektif. Ketiga, Idola Fora (pasar) yaitu idola berbahaya yang hanya
menerima pendapat orang lain yang mengarahkan penialian-penialian serta keyakinan-keyakinan
kita tidak teruji. Keempat, Idola Theatra (teater) yaitu sistem filsafat tradisional adalah kenyataan
para filsufnya, seperti teater dipentaskan lalu tamat. Lihat, F. Budi Hardiman, Filsafat Modern.
(Jakarta: Gramedia, 2007), cet.2, h.28-29.
22 Pemaknaan negatif terhadap ideologi merupakan perbedaan pemahaman terkait arti
istilah ideologi dan konsep ideologi yang dinyatakan idola dan prasangka-prasangka yang
kemudian berkuasa. Istilah ideologi yang berbau negatif dilancarkan oleh Napoleon dengan
menggangap ideologues dari lembaga perancis tidak mendukung tindakan despotiknya. Sehingga
dirinya menyebut kawan-kawannya “ideologist” dengan mengatakan ilmuan yang tidak realistis
dan doktriner semata. Lihat, Jorge Larrain, Konsep Ideologi. (Yogyakarta: LKPSM, 1996), h.21.
38
Kemunculan ideologi pada dasarnya berdekatan dengan tumbuhnya
rasionalitas manusia moderen. Di mana, mitos (tahayyul) sebagai sebuah
kepercayaan masyarakat tumbuh karena tidak adanya penjelasan tentang
persoalan dengan logika sepmpurna. Dari sanalah kemudian masyarakat
menganggap mitos sebagai pilihan pedoman bahkan keyakinan yang dipegang dan
bahkan dijalankan, tetapi juga ditemui adanya hukum moral apabila melanggar
sebuah kepercayaan. Setelah rasionalitas hadir bisa menjelaskan yang dengan
ilmiah pada fenomena yang terjadi, lambat laun mitos yang dipercaya bisa
dijelaskan. Ini juga yang menjadi penjelas pergeseran masyarakat agraris ke
moderen.
Rasionalitas pemikiran barat yang berkembang telah menimbulkan
kontradiksi tentang bagaimana agama dianggap tumbuh dan berkembang karena
ketidakakuran dan ketidak berdayaan manusia akan kekuarangannya. Saat ilmu
pengetahuan muncul, individualitas manusia tersadarkan dengan sendirinya
agama hanya dilihat sebagai jalan usaha menuju kesejahteraan bersama.23
Walaupun pandangan tersebut sebenarnya sangat spesifik pada keadaan tertentu
dan tidak dapat digeneralisasikan dengan konteks lainya. Maka, ideologi adalah
ilmu pengetahuan yang bisa jadi menegaskan identitas tententu yang spesitik dan
tidak bisa berlaku bagi diluar mereka yang mentaatinya.
23 Betrand Russell melihat masa Rainassance menimbulkan pergeseran dari kekuasaan
otoroitas agama dalam mengelola kebudayaan dalam masyarakat dengan sains dan ilmu
pengetahuan lain. Hal ini juga berpengaruh hebat dalam tatanan sosial dengan pergeseran
kekuasaan raja ke tangan demokrasi yang menjadi kekuatan penting di susul dengan sosialisme
yang bersikap antipati dengan demokrasi. Pada zaman tersebut dogma harus vis a vis dengan sains
dalam memperebutkan otoritas yang dimenangkan oleh kaum rasionalis dan kaum tradisionalis
harus tersingkir. Pembebasan dari otoritas agama mendorong tumbuhnya individualisme, bahkan
sampai pada batas anarki. Lihat, Betrand Russell, Sejarah Filsafat Barat. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), cet.7, h.645-647.
39
Setiap manusia memiliki sebuah cita-cita ideal yang tidak saja merujuk
kepada sebuah istilah ideologi tertentu yang populer. Tetapi, setiap ide yang ideal
mencirikan sesuatu yang khas yang dilatarbelakangi oleh determinisme sejarah itu
sendiri. Lagi harus dipahami bahwa ideologi erat kaitannya dengan sebuah politik.
Tanpa politik, ideologi akan tumbang. Begitupun sebaliknya, ideologi yang tanpa
bangunan politik yang menjaganya juga kehilangan cita-citanya.
Karl Marx tidak memilki teori sistematik tentang ideologi. Sebaliknya,
yang ada hanya analisis-analisis parsial yang belum rampung namun seringkali
berbobot. Marx menempatkan ideologi sebagai keseluruhan ide yang dominan dan
diusung oleh sebuah masyarakat sebagai kelompok sosial dalam bingkai
superstruktur masyarakat. Marx juga memiliki sebuah teori tentang ideologi
sebagai semacam alienasi. Dari konsep ini Marx berpikir bahwa ideologi hanyalah
konsepsi tentang pikiran dan ide. Bentuk pemikiran tersebut dipengaruhi oleh
filsug Ludwig Feuerbach tentang esensi kristianisme. Hasilnya, Marx menarik
konsepsi ini dengan mengatakan bahwa agama sebagai candu dalam masyarakat.24
Marx memperjelas tentang ideologi sendiri tidak timbul sebagai penemuan
yang memutar balikkan realita, dan juga tidak sebagai hasil dari realita yang
objektif gelap (kabur) yang menipu kesadaran pasif. Ideologi menurutnya timbul
dari “cara kerja materiil yang terbatas” yang memunculkan berbagai hubungan
saling bertentangan. Akibatnya respresentasi akan saling tumpang tindih
mengenai ideologi dengan demikian mempersatukan kesadaran dan realita dalam
satu fenomena. Namun, Marx ragu apakah ideologi merupakan hasil dari kelar
24 Anthony Gidden. Ed, Sosiologi: Sejarah dan Perkembangan Pemikirannya.
(Yogyakarta: Kreasi Wacana,2009) cet.4, h. 33.
40
tertentu, atau ideologi merupakan pemberian realitas pada kelas tersebut.
Penegasannya, hanya hanya berkeyakinan bahwa ideologi bukan hidup pada
tataran ide saja melainkan praktek.25
Mengenai ideologi Louise Althuseer seorang pendukung Marxis Perancis
memiliki pandangan yang berbeda dari pada Marx. Ideologi baginya sistem
interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan kesadaran langsung dan lebih
menempatkan pada struktur manusia tidak melalui kesadaran. Manusia
mempraktekkan ideologi tetapi tidak mengetahuinya. Ideologi baginya merupakan
ketidaksadaran yang terlalu dan melampaui dengan cara yang alami oleh individu-
individu tertentu. Dengan demikian hanya dengan melihat strukturnya kita dapat
memahami bagaimana ideologi membentuk representasinya. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa ideologi muncul sebagai respresentasi dunia
tertentu yang menghubungkan manusia dengan kondisi-kondisi eksistensi mereka
dengan orang lain. Fungsinya jelas, bawah ideologi ialah guna mendapatkan
kohesi di antara sesama manusia dan manusia dengan tugasnya.26
25 Jorge Larrain, Konsep Ideologi. (Yogyakarta: LKPSM, 1996), h..45-46. Ideologi
praksis yang dikembangkan oleh Marx sepenuhnya tertuang dalam sosialisme ilmiah miliknya
dengan mencita-citakan untuk memperjuangkan masyarakat proletar untuk mendiri terhadap
hidupnya dengan memperjuangkan kebebasan atas penindasan kaum penguasa, di mana pada
puncaknya komunisme adalah cita-cita real dengan membangun manusia tanpa konsep kelas dan
negara dianggap sebagai apratur penindas. Hanya saja dengan kritik keras sosialisme ilmiah telah
menempatkan agama dan penganjur sebagai penghambat kemajuan dan hanya merawat status
quo inilah titik berat jika dibandingkan dengan konsep ideologi islam sosialisme yang
mensintesakan antara agama dan sosialisme, lihat, Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl
Marx. (Yogyakarta: LKIS, 2009), cet. 9, h.156-159.
26 Jorge Larrain, Konsep Ideologi. (Yogyakarta: LKPSM, 1996), h.177-178. Pada satu sisi
Althusser juga menjelaskan perbedaan pandangan dengan Marx bahwa ideologi terbentuk dari
faktor kesenjangan ekonomi, di sini Althusser justeru melihat bahwa ideologi-lah yang benar-
benar membentuk perubahan masyarakat bukan faktor basis seperti teori Marx. Dalam analisis
lain Althusser melihat ideologi sebagai seuatu yang terus direproduksi. Dalam salah satu
analisinya dia menyebut dengan istilah Ideological State Apparatuses (ISA) di mana ideologi itu
diproduksi lewat subjek tertentu dengan berupaya melanjutkan status qou baik dalam pasar,
politik, pendidikan, bahkan agama. Maka dari itu akan muncul predominan lewat ideologi yang
41
Tidak semua ideologi yang tumbuh sebagai kepecayaan dan diagung-
agungkan dapat terealisasi. Ideologi merupakan gagasan yang harus senarai
dengan de facto dan tidak melampuainya. Apabila demikian maka ideologi akan
menjadi utopia-utopia yang dengan sendirinya tidak sampai pada tujuan. Karena
bagaimanapun, yang mengabsahkan gagasan itu realistis adalah kenyatan itu
sendiri. Baik kapitalisme yang menginginkan kesejahteraan lewat mekanisme
pasar dan komoditasnya hampir terlihat tergelincir dengan jarak kesejahteraan
sosial justru dikuasi oleh kelas berkuasa. Di sisi lain, sosialisme dengan sistem
komunisme politiknya telah mengakibatkan hilangnya hak prestasi dan kelebihan
masyarakat karena dipaksa secara politik untuk tunduk sama rata sama rasa tidak
ada penghargaan pada kualitas kerja.
Terkait bagaimana ideologi menjadi utopia,27
Karl Mannheim seorang
Marxis kenamaan Jerman yang membedahnya. Menurutnya, ideologi-ideologi
merupakan gagasan yang melampuai situasi de facto yang tak pernah berhasil
mewujudkan tujuan-tujuan yang mereka rencanakan. Meskipun ideologi
bermaksud baik oleh subjek individu, tapi terkadang ideologi dijalankan seperti
demikian sering didistorsikan. Ideologi yang melampaui kenyataan hanya
berujung pada ideologi dan penipuan yang bertujuan. Setiap ideologi yang tegak
memiliki kemungkinan kepercayan itu disebut sebagai ideologi atau sebagai
kepercayaan utopia. Kelompok yang mewakili tatanan dominan biasanya lewat
tereproduksi. Lihat, Peter Belharz (ed), Teori-Teori Sosial. (Yogyakarta: Pustaka Pelaja, 2005),
cet.3, h.5-6
27 Kata Utopia pertama kali populer pada abad-16 lewat karya Thomas More. Lukisan
tentang Utopia dilukiskan dalam sebuah cerita tengan suatu wilayah dengan pemerintahan yang
sangat ideal, sehingga smasyarakatnya sangat tenang dan damai. Dan tentu wilayah yang disebut
Utopia tidak mungkin ada di bumi dan itu hanya merupakan perumpamaan yang tidak realistis.
Kata utopia sendiri berasan dari bahasa Yunani, ou dan topos yang berarti tidak ada di mana-
mana.
42
kelompok intelektual akan mencap mereka diluarnya sebagai oposisi yang akan
terus memperjuangkan pengertiannya terhadap ideologi yang dianggap melampaui
hingga dianggap utopia.28
Masyarakat tetap bisa memilih apakah diperlukan atau tidak sebuah
ideologi dalam kehidupannya. Karena ideologi berdiri dan bersifat sangat sujektif
berdasarkan pengetahuan dan lingkungannya. Inilah tesis Mannheim bahwa
pengetahuan masyarakat menentukan bagaimana ideologi itu dilaksanakan dan
dipahami. Setiap ideologi saling bersikutan tentang nilai-nilai. Karena
bagaimapun, ideologi ada untuk menjadi rujukan pada masa depan. Dan oleh itu
dibutuhkan pengetahuan dan realitas lingkungan yang mendukung atau tidak akan
berakhir menjadi utopia. Perselisihan antara kapitalisme yang mengkritisi sistem
sosialisme sebagai ideologi yang lupa bahwa pada dasarnya manusia dibentuk
oleh nalar kerakusan dan tamak sehingga wajar jika penumpukan harta dan
kekuasan berlaku. Di samping itu, sosialisme berkeyakinan bahwa apa yang
dilakukan oleh kapitalisme telah mengindahkan bahwa manusia adalah prodak
sosial dan akan dibentuk oleh lingkungannya. Oleh karena itu harus ada rasa sama
rasa di antara sesama.
Hubungan ideologi dan politik merupakan simbiosis mutualis yang sama
sama terikat ide gagasan. Politik membutuhkan ideologi untuk mengarahkan cara
mementaskan praktek politik, sebaliknya ideologi harus dekat dengan politik
karena dengan politik itulah ideologi tetap bisa ada. Michel Freeden (2003)
28 Karl Mannheim, Ideologi dan Utopia. (Yogyakarta: Pustaka Kanisius, 1991),h. 211-
212. Mannheim memecah utopia menjadi dua bagian kemungkinan. Pertama, Utopia Relatif, di
mana ideologi masih bisa mungkin dijalankan dengan realitas dan kenyataan terbatas dan gagal.
Kedua, Utopia Absolut yaitu ideologi yang sudah tidak mungkin bisa dijalankan dalam
mendapatkan cita-cita.
43
menjelaskan perihal fungsi ideologi Sebuah cara yang masuk akal dari memahami
sistem kepercayaan ideologis yang diorganisir sekitar tradisi politik adalah untuk
mengadopsi pendekatan fungsional, yaitu, untuk mengidentifikasi peran yang
mereka mainkan dalam kehidupan politik. Dengan demikian, di sini adalah
definisi sementara yang akan ditambahkan sebuah ideologi politik adalah
seperangkat ide-ide, keyakinan, pendapat, dan nilai-nilai yang memiliki di
antaranya, yaitu:29
a. Menunjukkan pola yang berulang
b. Dipegang oleh kelompok yang signifikan
c. Bersaing lebih menyediakan dan mengendalikan rencana kebijakan
publik
d. Melakukan dengan tujuan membenarkan, bertarung atau mengubah
pengaturan dan proses sosial serta politik.
Bagaimana dengan keberadaan ideologi saat ini. Tentu beberapa masa
belakangan persoalan ideologi entah kanan atau kiri sedikit memudar. tentu kita
akan bertanya bagaimanakah dengan kondisi sosial dan politik jika tidak diikuti
oleh pandangan kuat dari ideologi. Perubahan masyarakat yang begitu cepat serta
segmentasi perhatian masyarakat dunia pada globalisasi telah merangsang
bagaimana ideologi harus siap-siap apabila keberadaanya tidak terlalu
dipentingkan. Atau sekiranya berakhir dengan dugaan ilmiah yang diutaraan oleh
Daniel Bell dalam bukunya The End Of Ideology-nya.30
29 Michael Freeden, Ideology: A Very Short Intoduction. (London: Oxford, 2003), h.25.
30 Daniel Bell memang menyebutkan bahwa abad-21 merupakan akhir dari sebuah
ideologi besar dan memasuki momentum milik Islamisme, Primordialisme, dan Sektarianisme
yang menawarkan sebuah solusi di saat ideologi besar kapitalisme maupun sosialisme tidak
44
John scwarzmantel (2008) punya pandangan sendiri mengenai masa depan
dan kondisi ideologi dan politik masa kini. Menurutnya, pertama masalah
masyarakat dan fragmentasi, dan yang kedua masalah identitas, yang akan
mencakup pertanyaan dari agama serta protes yang lebih umum terhadap
kuantifikasi dunia Ideologi yang muncul pada akhir abad ke-18, dan yang agenda
membentuk materi politik modern, berusaha untuk memperbaiki disintegrasi
masyarakat baru dibentuk modernitas. Prasyarat sosial tertentu yang tersedia
untuk tugas ini, atau memang sedang dibawa menjadi ada oleh mereka ideologi
sendiri: di atas semua orang dari negara-bangsa, berdasarkan budaya umum, dan
obligasi yang relatif terstruktur politik kelas. Memang, seperti yang akan
dikatakan nanti, ini adalah masalah yang dihadapi kedua ideologi Kiri dan Kanan.
Masalahnya adalah salah satu dari menyesuaikan diri dengan masyarakat yang
lebih cair.31
2. Ideologi islam
Melacak ideologi Islam tidak dapat dipisahkan dari sejarah
kontekstualisasi Islam dalam sejarah dan moderenisasi islam dalam
perkembangan selanjutnya. Bassam Tibi antropolog kenamaan Islam menjelaskan
ideologi Islam muncul di saat lebih dari 200 tahun desakan kolonialisme dengan
orientalismenya menguasai hajat kaum muslim. Seiring perkembangan
mampun mewujudkan cita-citanya. Dirinya sangat enggan melihat ideologi sebagai suatu
keabsahan kepercayaan manusia. Bahkan dengan terang-terangan dirinya melihat ideologi kiri
dalam marxisme tidaklah begitu relevan karena menempatkan alienasi sebagai kepercayaan, di
mana itu alasan yang tidak rasional karena mengubur optimisme manusia yang bergerak maju.
Buku karya merupakan antithesis terhadap tesis Francis Fukuyama The End History and Last Man
dengan mangasumsikan kemenangan kapitalisme dan liberalisme di satu pihak sebagai ideologi
tunggal di abad-21. Lihat. Nuswatoro, Daniel Bell: Matinya Ideologi.(Magelang:Yayasan
indonesiatera 2001), h.12.
31
John Scwarzamantel, Ideology and Politic. (London: Sage Publication, 2008), h.17-24
45
nasionalisme di dunia Islam dengan modereniasi pemikiran mau tidak mau Islam
menempatkan sebagai agama yang secara langsung berhadapan dengan barat
dengan kolonialismenya. Saat dinasti Utsmaniyah dengan konsepsi Islam di
dalamnya dijadikan sebagai panduan kekuasaan di samping itu juga mulai timbul
desakan untuk menjadikan Islam lebih progresif daam merespon kebudayaan dan
politik barat lewat orientalismenya. Tidak sampai di sana, persentuhan Islam
dengan ideologi sosialisme telah terjadi yang dinamakan sosialisme arab oleh
Michael Afaq pendiri partai Baath yang memegang kekuasan di wilayah Irak dan
Suriah tahun. Namun salah satu tokoh penting sosialisme arab Tarabishi
menjelaskan duduk perbedaan bahwa sosialisme arab tidaklah sama dengan
komunisme dengan spirtualisme sebagai nilai ideal perjuangan.32
Ali Syariati dalam Eko Supriyadi (2004) merunut bagaimana konsepsi
Islam sebagai ideologi, Islam adalah agama yang dengan segera melahirkan
gerakan, menciptakan kekuatan, menghadirkan kesadaran diri dan pencerahan,
dan menguatkan kepekaan politik dan tanggung jawab sosial yang berkait dengan
diri sendiri. Suatu kekuatan yang meningkatkan pemikiran dan mendorong kaum
tertindas agar memberontak dan menghadirkan di medan perang spirit keimanan,
harapan dan keberanian. Islam sebagai sebuah ideologi, bukanlah spesialisasi
ilmiah, melainkan perasaan yang dimiliki seorang berkenaan dengan mahzab
pemikiran sebagai suatu sistem keyakinan dan bukan sebagai suatu kebudayaan.
Hal ini berarti Islam perlu dipahami sebagai sebuah ide dan bukan sebagai
sekumpulan ilmu. Islam perlu difahami sebagai suatu gerakan kemanusiaan,
historis dan intelektual, bukan sebagai gudang informasi teknis dan ilmiah.
32 Bassam Tibi “Islam Modern and European Ideologies” dalam International Journal of
Middle East Studies, (Cambridge University Press ) Vol. 18, No. 1 (Feb., 1986), pp. 15-29.
46
Dengan demikian berarti Islam perlu dipandang sebagai ideologi dalam pikiran
seorang intelektual, bukan sebagai ilmu-ilmu agama kuno dalam pikiran seorang
ahli agama.33
Namun demikian, pemikiran Ali Syariati menurut Eko Supriyadi
merupakan proses pemihakan seorang Muslim terhadap ideologi Islam tidak bisa
dipaksakan maupun dibayang-bayangi kekuatan di luar dirinya, melainkan harus
terinternalisasi secara sukarela atas dasar kehendak bebasnya untuk memilih dan
menentukan. Jika ideologi tidak lagi merupakan manifestasi kehendak merdeka
seseorang, atau dipaksakan kehadirannya, maka ia telah kehilangan ruhnya dan
berubah menjadi sekedar sebuah tradisi sosial bagian dari kebudayaan, ia telah
kehilangan karakteristik aslinya.
Ali Syariati menurut Eko Supriaydi Dalam bentuknya yang masih asli,
pada dasarnya agama (dalam hal ini Islam) dapat dan harus difungsionalisasikan
sebagai kekuatan revolusioner untuk membebaskan masyarakat di negeri
manapun yang tertindas, baik secara kultural maupun politik. Lebih tegas lagi,
Islam dalam bentuk murninya yang belum terkontaminasi oleh nilai-nilai diluar
dirinya merupakan ideologi revolusioner ke arah pembebasan dari hegemoni
politik, ekonomi, dan kultural yang bukan Islam. Islam sebagai mahzab sosiologi
ilmiah meyakini bahwa perubahan sosial (termasuk revolusi) dan perkembangan
masyarakat tidak dapat didasarkan pada kebetulan, karena masyarakat merupakan
organisme hidup, memiliki norma-norma kekal dan norma-norma yang tak
33 Eko Supriyadi “ Ideologi Kaum Intelektual, Suatu Wawasan Islam” dalam Book
Review Digital Journal Al-Manär, 2004. Edisi I.
47
tergugat dan dapat diperagakan secara ilmiah. Manusia memiliki kebebasan dan
kehendak bebas, sehingga dengan campur tangannya dalam menjalankan norma
masyarakat, setelah mempelajarinya dan menggunakannya, dia dapat berencana
dan meletakkan dasar-dasar bagi masa depan yang lebih baik untuk individu
maupun masyarakat.
Islam sebagai ideologi barang kali menimbulkan sedikit persoalan dalam
bidang epistiemologinya apakah kemudian Islam bisa dijadikan ideologi atau dia
terpisah berdasarkan pemaknaan ideologi sebagai cita-cita yang cenderung
abstrak. Muhammad Natsir dalam Islam Sebagai Dasar Negara menjelaskan
secara sederhana terkait konsep idelogisasi Islam dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Menurutnya, dalam nilai-nilai etik Islam sudah terkandung bagaimana
hubungan antar sesama manusia tidak hanya kepada tuhannya. Ini memungkinkan
bahwa Islam juga mengatur tata sosial dengan nilai termasuk dalam soal
kepemimpinan dan bernegara. Hanya saja, seringkali ideologisasi Islam dianggap
akar teokrasi politik dalam negara. Padahal, dirinya dengan tegas menolak
konsepsi demikian karena teokrasi terlalu heirarkis dan lebih condong kepada
konsepsi adanya wakil tuhan di dunia. Natsir lebih suka menyebutnya demokrasi
Islam atau teistik demokrasi.34
Ideologisasi Islam merupakan pembacaan yang sangat dipengaruhi oleh
konteks situasi dan konteks sosial. Bagaimanapun juga menjadikan Islam sebagai
ujung tombak dalam merumuskan pribadi muslim yang merdeka dan berkeadialan
34 Ideologisasi Islam berdasarkan pemikiran Muhammad Natsir merupakan hasil konsepsi
dari inisiatif yang amat luas dari rasio atau inisiatif dalam semua bidang kehidupan sesuai dengan
kemajuan serta tuntutan ruang dan waktu. Lihat, Muhammad Natsir, Islam Sebagai Dasar Negara,
(Bandung: Sega Arsy,2014), h.88-91
48
sosial dama kehidupannya tidaklah dengan mudah. Hassan Hanafi pemikir
progresif kenamaan Mesir melihat ideologisasi Islam tidaklah gampang karena
realitas sejarah islam melihat adanya hubungan langsung antara Islam dan
kekuasaan. Dengan demikian Abdurahman Wahid (1993) melihat pemikiran
Hassan Hanafi Islam sebaiknya berfungsi orientatif bagi ideologi populistik.
Gagasan dasar akan islam polistik memunculkan gagasan “kontroversial” yang
disebut Kiri Islam (al-yasar al-Islami).35
Dalam pijakan Kiri Islam-nya36
, Hassan Hanafi masih berpendirian bahwa
tradisi agama mempunyai pijakan ideologi yang kuat untuk menggerakkan
perubahan sosial. Dunia Islam menurutnya jika tidak ingin tersobek di antara
tradisionalisme dan sekularisme, antara konservatisme dan progresivisme, dan
antara fundamentalisme dan westernisme, maka tidak ada jalan lain yang
dilakukan kecuali memakai landasan kekayaan dari tradisi-tradisi Islam yang
dimaknai secara dinamis dan kreatif.37
Memaknai agama dengan berbagai
pemaknaan yang beragam akan melahirkan bentu gerakan yang beragam pula.
35 Kiri Islam merupakan ide yang sangat tajam dalam mengkoreksi ideologi sosialisme
Marxisme-Leninisme secara an-sich yang sangat mengedepankan deteminisme historis dengan
perangkat materialisme sebagai acuan perubahan dalam menggusur kaum penindas dan
menggantikan dengan konsepsi ruh Islam, situasi tersebut memang sudah terlihat d Mesir dengan
munculnya sosialisme Arab oleh Presiden Abdul Gamal Nasser namun seiring berjalanya situasi
memperlihatkan adanya sebuah gejala munculnya kelas elit birokrasi baru karena sosialisme
digunakan hanya untuk mengkondisikan negara bukan perubahan rakyatnya. Lihat, Listiyono
Santoso “Kritik Hassan Hanafi Atas Epistemologi Rasionalitas Modern”, dalam Lisitiyono
Santoso .dkk, Epistemologi Kiri. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2015), h.272.
36 Dalam Desertasinya Kazuo Shimogaki menjelaskan pokok tumbuhnya pemikiran Kiri
Islam dari Hassan Hanafi. (1) situasi di dunia Islam yang hanya memposisikan agama Islam
sebagai rutual akhirat semata, dan ini alasan yang masih melestarikan sikap tunduk dan tidak
berupaya kontekstual. (2) kolonialisme masih menciptakan kebudayaan elite di tengah masyarakat.
(3) koreksi atas marxisme yang belum dirasakan tindak tanduk dalam mewujudkan kesejahteraan
dan pembebasan rakyat. (4) nasionalisme revolusioner yang diharapkan menjadi daya dorong yang
untuk berhadapan dengan barat dirasakan gagal maka harus ada pengganti yang lebih progresif.
Lihat, Kazuo Shimogaki, Kiri Islam: Antara Moderenisme dan Postmoderenisme, Telaah Kritis
Pemikiran Hassan Hanafi. (Yogyakarta: LkiS, 1993), h.91.
37 Listiyono Santoso “Kritik Hassan Hanafi Atas Epistemologi Rasionalitas Modern”,
h.275.
49
Dengan demikian sulit ditentukan di mana sekiranya Islam yang membawa
perubahan bisa dipentaskan mengingaT setiap vis a vis paradigmatik di atas akan
sangat mungkin lebih condrong memperlihatkan adanya gesekan Islam dengan
sesama Islam.
Memang tak terbantahkan setiap ideologi yang berkembang dibarengi oleh
keinginan aktualisasi dalam bentuk negara entah itu kapitalisme, sosialisme,
nasionalisme, maupun Islamisme. Hanya saja terkadang setiap ideologi dalam
mencitakan negara sesuai dengan nilai-nilai etos dan politiknya tidaklah
sebanding lurus. Keinginan agar supaya suatu ideologi ditaati sebagai pegangan
masyarakat banyak dilalui terlebih dahulu lewat debat ideal tentang konsep
bahkan terkadang kekerasan dipilih untuk memenangkan sebuah pilihan ideologi.
Dalam agama Islam pun demikian, Islam sebagai ideologi politik dalam
perkembangannya tidaklah mulus bahkan sering mendapat ancaman dari
pesaingnya kapitalisme, komunisme bahkan ditemukan juga dalam diri Islam
sendiri.38
3. Islam sosialisme
Istilah Sosialis sendiri pertama kali digunakan pada 1827 dalam
Cooperative Magazine sebagai gambaran umum doktrin kooperatif milik Robert
Owen (1771-1858), dan kemudian sebagai Sosialisme pada 1832 dalam La
Globe, jurnal milik pengikut tokoh sosialis Comte de Saint-Simon (1760-1825).
38 Ideologi politik Islam yang dicita-citakan misal Negara Pakistan sangat kentara dengan
perdebatan idelogis yang memetakkan negara Islam menjadi empat konsep. (1) negara sakral
tanpa kehendak manusia. (2) negara sakral dengan kehendak manusia. (3) negara sekuler dengan
kehendak ilahi. (4) negara sekuler tanpa kehendak ilahi. Di Indonesia situasi ini pernah terjadi
dalam perdebatan dalam piagam jakarta dalam bentuk dialog dan dan dalam bentuk kekerasan
lewat pemberontakan DI/TII oleh Kartosoewiryo mereka yang terlbat juga merupakan bapak
sekaligus sosok intelektual yang idealis. Lihat, Luthfi Assyaukanie, Ideologi Islam dan Utopia.
(Jakarta: Freedom Institute, 2011), h. 14-15.
50
Secara historis prinsip sosialisme merupakan hasil dari perpaduan pemikiran
Plato, ajaran nabi-nabi Yahudi, dan beberapa ajaran lebih pada Perjanjian Baru.
Dengan demikian sosialisme awal berwatak religius. Namun, pada masa
Rainassance, motif sosialis mengalami kemunduran bersama-sama karena dirasa
dalam masyarakat telah tumbuh rasa kesadaran akan kepemilikan pribadi.39
Sosialisme dalam penafsiran Marx merupakan realitas sejarah yang
mengikat (determinisme hsitoris) yang di dalamnya masyarakat erat dengan
perubahan ekonomi dan produksi. Keberadaan masyarakat ditentukan oleh
kekuasaan atas hak yang dimilikinya bukan kerangka logika sosial atas pemikiran
semata. Dengan sendirinya, Karl Marx mencoba merobohkan pemikiran kaum
idealisme yang menitiktekankan pada konsepsi ideologi Hegelian yang
menempatkan pada kesadaran sosial semata.
William Ebenstein (2006) menjelaskan tidaklah mudah untuk menentukan
kapan sosialisme muncul untuk pertama kalinya. Sejumlah literatur merujuk pada
cita kesejahteraan dalam buku Plato The Republic bersifat sosialis karena kelas
penguasannya tidak memiliki kekayaan pribadi dan sama-sama membagikan
hartanya yang ada. Sebagian lagi merujuk pada kitab suci perjanjian lama yang
mula-mulai mengatur kehidupan sosialis mencakup perlindungan bagi buruh,
wanita, dan kaum lemah. 40
Kapitalisme akan hancur kerena banyak kekurangan sistem penjaminan
sosial dan kesejahteraan pada kapitalisme. Produksi yang berlebihan hanya
menyebabkan jarak sosial antara kelas penguasan, borjuois dan proletar semakin
39 Eko Supriyadi, Sosialisme Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2003), h. 60.
40 William Ebenstein.ed, Isme-Isme Dewasa Ini, (Yogyakarta: Narasi, 2006). h. 208.
51
lebar. Dengan demikian, hanya dengan sosialisme lah masyarakat lepas dari
penindasan kelas atas dan melenyapkan status kelas. Ini yang kemudian disebut
oleh Marx sebagai perjuangan kelas Proletar.41
Menurut Joseph Schumpeter salah satu sosiolog kenamaan Jerman dalam
Magnum Opusnya The Capitalism, Sosialism, and Democracy tidak begitu
sepakat dengan konsepsi bahwa kapitalisme tumbang karena banyak kekurangan
yang diidapnya sehingga sosialisme dianggap ideal sebagai ideologi
penggantinya. Padahal, menurut Scumapeter, kapitalisme rusak dikarenakan
kekacauan dari dalam oleh kelas penguasa yang saling mencari peruntungan
dalam persaingan. Wajar jika sosialisme mendapatkan panggung karena
kapitalisme sudah tidak mungkin lagi bisa dijadikan harapan dalam mencapai
kesejahteraan.42
Pendangan lain menurut Hamid Enayat (2001) ada beberapa
perkembangan Sosialisme Islam mutakhir sendiri selain yang dilakukan SI
melalui tiga tahapan yang memunculkan karakteristik sesuai dengan konteks yang
berkembang, yaitu:43
a. Versi Resmi
41 Marx mempertahankan pandangannya mengenai kapitalisme yang dinamis namun
penuh dengan konflik dalam teorinya, yaitu: Teori Eksploitasi dunia moderen diperintah oleh
logika akumulasi komuditas. Nilai komuditas berasal dari pekerjaan manusia yang termasuk di
dalamnya. Hukum Evolusi Kapitaliseme, mekanisme kapitalis untuk terus dapat menjalankan
produksi dengan melakukan investasi dengan harapan keuntungan untuk memperbaiki sarana
produksi. Mekanisme Krisis, eksploitasi dari konsentrasi modal konstan menyebabkan peningkatan
kapasitas produksi terus menerus namun merugikan posibilitas konsumsii. Lihat, Anthony Gidden.
Ed, Sosiologi: Sejarah dan Perkembangan Pemikirannya. (Yogyakarta: Kreasi Wacana,2009) cet.
4, h.33-34. 42
Joseph Schumpeter, Capitalism, Sosialism, and Democracy, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), h. 222.
43 Eko Supriyadi, Sosialisem Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2003), h. 116-122.
52
Sosialisme Islam ini pertama kali muncul di tengah perbedaan
pandangan politik antara Mesir dan Syirian dalam perpecahan Republik
Persatuan Arab tahun 1961. Nasser lebih menggunakan sosialisme sebagai
guna memajukan sebuah negara dan penegakan hak persamaan dan
keadilan. Tujuan sosialisme ini sebenarnya digunakan oleh negara untuk
menghapus pertentangan kelas sosial, membebaskan kaum tertindas, dan
mengamankan hak-hak mereka tanpa melakukan pembalasan terhadap
kaum penindas sebelumnya. Perlu dicatat apa yang dimaksud oleh Nasser
dalam Sosialisme Islam tersebut memiliki tujuan bukan untuk
menciptakan masyarakat tanpa kelas, melainkan menjamin fungsi-fungsi
antara kelas-kelas yang berbeda secara sah dan bebas dari dominasi,
kekerasan, serta hidup berdampingan dengan damai.
b. Versi Fundamentalis
Versi ini merupakan sebuah kritik mendalam yang dilancarkan oleh
Sayyid Qutb dengan mereduksi dengan memisahkan Islam dari term
Sosialisme. Bagi Sayyid Qutb apa yang praktekkan oleh Nasser dengan
pelaksanaan pemerintahannya yang keras telah menempatkan Islam
dengan Ideologi di luar Islam yang memiliki batas yang tegas. Dengan
demikian Versi Fundamnetalis lebih mengupayakan memurnikan Islam
sebagai ajaran yang konferhensif dengan mengindahkan Sosialisme. Di
mana, Qutb berpendapat Sosialisme mengabaikan keselamatan moral dan
hanya bertitik fokus pada kesejahteraan sosial saja dengan membenturkan
kelas sosial yang ada. Model sosialisme ini berkembang Al-Azhar yang
dikenal dengan ruang turbulensi pemikiran kaum intelektual.
53
c. Versi Radikal
Kemunculan Sosialisme Islam ini ditengarai oleh kekalahan Persatuan
Nagara Arab dalam perang enam hari dengan Israel pada tahun 1967 yang
menyebabkan dunia Arab yang nota bene-nya ummat Islam harus
menerima sebuah perjanjian yang banyak merugikan umat Islam. Dengan
demikian sejumlah pemikir menginginkan gerakan yang lebih revolusioner
dengan tujuan membebaskan Islam dan hal ini benar diinisiasikan oleh
pemikir Iran Ali Syariati dengan mengkombinasikan sosialisme Marxis
yang cenderung revolusioner dengan gagasan Idealisasi Islam. Apa yang
dicita-cita dalam Sosialisme Islam oleh Ali Syariati akhirnya ikut
mendorong Revolusi Iran 1979.
Sosialisme sendiri terdapat banyak aliran hanya saja yang popular adalah
sosialisme ala Karl Marx yang kemudian dijadikan sebagai landasan teori marxis.
Keberadaan masyarakat yang sangat tribal di masa lalu telah banyak ditemukan
jejak masyarakat sosialis dengan ikatan komunal yang lumayan erat. Hanya saja
kemajuan teknologi dan industri dipandang oleh Marx sebagai sebuah upaya
menggeser tatanan sosial yang baik dengan adanya kapitalis yang menjauhkan
dari materialisme dialektika dan historis-nya.44
Di mana, setiap orang tak akan
44
Hampir semua sejarah manusia merupakan diperoleh dari alam nyata yang refleksi dan
menempati gerak, ruang dan waktu, yang tida ada ke dalam tiga hal tersebut dianggap nihil.
Gagasan Marx ini kemudian memberikan penjelasan setiap refleksi berasal dari keyakinan dan
pengalaman yang objektif dan bersentuhan dengan realitas. Jikalau ada refleksi yang bersifat
mistis (tuhan) merupakan suatu merupakan lukisan manusia primitif. Marx ingin menegaskan
54
biasa dipisahkan dari kehiduapan sosialnya dan hak miliknya. Komunisme dan
sosialis merupakan jawaban yang dianggap pas oleh Marx sebagai pengganti
sistem kapitalistik. Walaupun antara komunis dan sosialisme sebenarnya punya
perbedaan yang cukup kuat di antara keduanya dalam hal ekonomi.45
Sosialisme bukan ideologi yang secara khusus bisa tegak berdiri. Sejarah
kemunculannya memang pernah menjadi suatu bentuk ideologi besar Negara
Soviet dengan merevisi ideologi terebut lewat politik menjadi komunisme. Di sisi
lain, fakta sejarah justru menunjukkan bahwa gerakan-gerakan sosialisme justru
sangat berkembang di Negara dengan tradisi-tradisi demokrasi yang kuat seperti
Inggris dan Negara Skandavia. Alasannya sederhana bahwa di Negara dengan
demokrasi konstitusional pada umumnya oleh rakyak kaum sosialis dapat
memusatkan perhatian pada pembaharuan ekonomi dan sosial yang kuat serta
adanya penjaminan tentang adanya agama, kebebasan berpendidikan. Sosialisme
bahwa yang ada hanyalah materi yang ada di ruang dan waktu selebihnya tidak ada. Asumsi inilah
yang dipakai dalam konsepsi komunisme atheisme merupakan kenyataan yang tak bisa ditolak,
karena hanya entitas manusialah yang bisa membuktikan ada. Materialisme merupakan konsep
pemikiran dari filsuf Feurbach sedangkan dialektika historis diambil oleh Karl Marx dari
pemikiran Hegel Lihat, Hidayatullah, Materialisme Historis: Dogma atau Ilmu Sejarah.
(Yogyakarta: Pura Pustaka, 2009), h. 5. 45
Muhammad Baqir Al-Sadr filosof muslim kenamaan abad-20 melihat perbedaan
konsepsi ekonomi di antara komunisme dan sosialisme dilihat dari gagasan pelakunya. Pertama,
dalam konsep komunisme absolut semua barang diatur oleh Negara dan kepemilikan pribadi
dihapuskan. Kedua, barang-barang yang dihasilkan harus didistribusikan sesuai dengan kebutuhan
individu dan konsumsi, atau dapat diistilahkan dari setiap orang sesuai dengan kapasitasnya, dan
buat semua orang, sesuai dengan kebutuhannya. Ketiga, pengaturan semua manajemen bagi rakyat
direncanakan sepenuhnya oleh Negara disesuaikan dengan kebutuhan. Lihat, Muhammad Baqir
Al-Sadr, Falsafatuna. (Bandung: Mizan, 2014), h.44-45. Alasan pengontrolan oleh Negara lewat
ekonomi tersebut itu merupakan proses tahapan dikarenakan masyarakat pasca revolusi masih ada
“kcenderungan rakyat kecil untuk terikat kepada kapitalis”, denga dalih itu contoh kasus di Negara
Soviet, Lenin benar melakukan pengontrolan ketat lewat pengukuran akan kebutuhan masyarakat
demi kesejahteraan agar tujuan sosialisme nya tercapai. Lihat, Christopher Hill, Lenin: Teori dan
Praktek Revolusioner. (Yogyakarta: Resist, 2009), h.162-163. Kecenderungan akan
ketergantungan pada kaum penguasa telah menyisakan kelas-kelas baru yaitu kelas proletariat,
sisa-sisa kelas borjouis dan sisa-sisa kelas feodal, kenyataan tersebut akan menghambat adanya
negara sosialis oleh karena itu perjuangan sosialisme tidak akan pernah selesai sampai
terbentuknya masyarakat komunis, lihat, Darsono, Karl Marx: Ekonomi Politik dan Aksi Revolusi,
(Jakarta: Diadit Media, 2006), h. 111-112.
55
demokratis mengandung arti yang sama yaitu untuk lebih mewujudkan demokrasi
dengan memperluas penerapan prinsip-prinsip demokrasi dari hal-hal yang
bersifat politis sampai pada yang bersifat non-politis dalam masyarakat.46
Islam dan sosialisme merupakan refleksi atas sebuah respon tentang
kondisi sosial dan penghisapan rakyat miskin. Islam merupakan agama yang telah
lama menerpakan perilaku sosialis di ini bisa dicerminkan di dalam kehidupan
Nabi Muhammad SAW yang membawa risalah Islam. Islam begitu tegas
menentang pengambilan hak kebebasan pribadi dan menindas kaum lemah. Di
mana kapitalisme dengan sistem monopoli pasar serta despotisme perilaku orang
berkuasa atas budak menjadi saksi bahwa sejarah Islam merupakan cerminan
sebagai agama tidak akan pernah bersepakat dengan perilaku thagut.
Nab Muhammad SAW sebelum meninggal bahwa menitipkan sebuah
wasiat kunci tentang adanya sikap sosialis yaitu tegakkan sholat dan lindungilah
orang miskin. Ini bukan berarti bahwa agama Islam merupakan agama kaum
miskin tetapi dalam setiap periode sejarah orang miskin selalu menjadi
objektifikasi penindasan. Untuk itu, Islam secara dasar bisa dipahami sebagai
agama yang memiliki peran untuk membangun masyarakat adil tanpa sebuah
penindasan.
HOS Cokroaminoto dalam Islam Sosialisme memberikan catatan bahwa
hanya dua sosialisme yang dikenal islam, yaitu:47
1. Staats-sosialisme, baik bekerja dengan kekuatan satu pusat maupun
bekerja dengan kekuatan sendiri
46
William Ebenstein.ed, Isme-Isme Dewasa Ini, (Yogyakarta: Narasi, 2006). h. 214. 47
HOS Cokroaminoto, Islam Sosialisme. (Bandung: Sega Arsy, 2010), h. 22.
56
2. Industry sosialisme, jika suatu negeri bersifat sosialis maka kerajinan
harus diatur seluas-luasnya secara sosialis.
Kedua pembagian itu menurut Cokroaminoto hanyalah bagian kedua yang
persis dengan apa yang dicita-citakan Islam. Dengan merujuk kepada sebuah
sejarah Islam di zaman Nabi Muhammad SAW, Islam sosialisme yang dimaksud
merupakan penguasan Negara dengan pengolaan yang adil. Landasan lain untuk
memperkuat hal itu adalah seruan Kaanan Nasu Ummatan Wahidatan (semua
manusia bersaudara). Persaudaraan ini dipandang sebagai simpul penguat di
dalam konsep sosialisme tetapi Cokroaminoto tidak sepenuhnya sepaham dengan
sosialisme versi Marx. Ada catatan di mana Islam juga tidak sama mengenai cara
penerapan sosialisme marxis di mana konsep “sama rasa dan sama rata” tidak
sepenuhnya disetujui. Karena Islam juga menghargai sebuah hasil usaha sesorang
lewat keterampilannya. Perbedaan lainnya dengan konsep sosialisme ilmiah dan
Islam sosialisme bahwa ada peran nilai dan ajaran agama seperti ajaran
memberikan zakat bagi yang diberikan kelebihan dalam rezeki kepada kaum
lemah dan miskin.
Dari sini ada perbedaan mendalam bahwa kehadiran Allah dan perintahnya
dalam Islam sosialisme begitu dipegang teguh sebagai acuan perubahan. Di mana
ini tidak ditemukan dalam sosialisme ilmiah ala kaum marxis dengan
materialisme dialektika historisnya yang menempatkan materi sebagai kesatuan
utama ukuran perubahan tanpa mengindakan ada peranan unsur kekuatan
transendental yaitu Allah SWT. Cokroaminoto memberikan penegasan
“materialisme bisa dibinasakan tetapi spiritualisme tidak”.
57
Kehendak sosialisme barat yang dikritik oleh Cokroaminoto dengan
menghendaki perubahan masyarakat dengan hanya agitasi dan demonstrasi
dengan slogan mengubur kapitalisme dunia. Islam sosialisme justru terletak
bagaimana memperbaiki pola kehidupan sosial secara baik lewat perilaku seperti
apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW di jazirah arab pada setiap orang
sampai bisa tercapai pada masyarakat Islam sosialisme yaitu dasar dan
persaudaraan satu Negara yang tinggi derajat sosialnya. Titik tegas lainya bahwa
Islam sosialisme tidak merusak nafsu kerajinan seseorang dan tidak mengahambat
keinginan seseorang untuk mencari kemajuan. Kritik lain Cokroaminoto kepada
sosialisme ilmiah kaum Marxis bahwa dalam Islam sosialisme,48
Nabi Muhammad
tidak menggunan kekuatan massa yang ditopang kekuatan kaum miskin dan
melakukan perang kelas dalam menyebaran sosialisme tetapi lebih pada
penujukkan kebaikan dalam memajukan masyarakat.49
48Sosialisme Islam bisa dianggap sebagai ideologi kiri artinya meramu teori politik seperti Marxis
dengan religiusitas disesuaikan pada kontekstualisasinya. Tony Fizgeraald mengkarakteristikan
kiri atau sosialisme sebagai rationalist, scientific, optimistic, promotes and criticizes industrial
moderenity, benefitd moderenity to be shared by all, to built upon to most advanced forms of
capitalism: assumes that the social conditions that determine character are alterable and
historicises the self-interested liberal individual (rasionalis, ilmiah, optimis, mempromosikan dan
mengkritik industri moderen, memberi kemoderenan untuk dibagikan oleh semua orang, untuk
dibangun ke dalam bentuk kapitalisme yang paling maju: mengasumsikan bahwa kondisi sosial
yang menentukan karakter dapat berubah dan menjadi bersejarah bagi individu liberal yang
mementingkan diri sendiri.). HOS Cokroaminoto sejajar dengan dengan pemikir politik Islam
kontemporer di dunia Arab seperti Salamah Musa, Tahtawi, Shamayyi J. Fuad Mursi (Mesir),
Abdullah Laroui (Maroko), Ahmad Khalid Mahgoub (Sudan), Aziz Al-Haji (Iraq), Ben Bella,
Ahmad Ben Saleh (Tunisia), Qathafi, Ali Syariati (Iran), Farid Farid ( Afrika Selatan), dll. Mereka
menjadikan teologi sebagai alat pembebasan di mana, menurut Farid Essack teologi pembebasan
berlandaskan Al-quran sebagai sesuatu yang bekerja kearah pembebasan agama dari struktur serta
ide sosial, politik, dan religius berdasarkan pada ketundukan yang tidak kritis dan pembebasan dari
seluruh masyarakat dari semua bentuk ketidakadilan dan eksploitasi ras, gender, kelas, dan agama.
Lihat, Nur Sayyid Kristeva, Manifesto Wacana Kiri. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h.344-
345. 49
HOS Cokroaminoto, Islam Sosialisme. (Bandung: Sega Arsy, 2010), h. 136-137.
58
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Syarikat Islam
Bermula dari seorang pedagang batik Haji Samahudi1 yang mendirikan
perusahaan dagang yang diberi nama Serikat Dagang Islam (SDI)2 menjadi
motor penggerak utama persaingan perekonomian pribumi di saat kebijakan
kolonialisme memberikan mandat kebijakan ekonomi yang cenderung
menguntungkan non-pribumi serta Cina. SI yang dibentuk oleh H.O.S
Cokroaminoto tak lain merupakan perubahan visi dan aksi dari SDI sendiri. Di
bawah Cokroaminoto SI mulai mendapat perhatian dari Belanda.
Ada beberapa pendapat mengenai kapan berdirinya SI. Organisasi Islam
tersebut juga dianggap mendahului organisasi Budi Utomo3 yang berdiri 20
Mei 1908 yang diyakini sebagai organisasi paling pertama pada pra-
kemerdekaan. Pasalnya, SI sendiri telah berdiri tiga tahun lebih awal
1 Haji Samanhudi lahir di desa Sondokoro (Karanganyar, Solo) dari seorang pedagang
batik sukses, Muhammad Zen. Dia sendiri juga mengikuti ayahnya berjualan batik di Lawiyan,
Solo dan kemudian sukses membuka cabang di Bandung, Tulungagung, Banyuwangi, dan Parakan
tahun 1904. Sudah sejak lama dia menginginkan untuk mendirikan organisasi yang bersifat sosial
namun keyakinannya pada Islam sebagai agama yang luas cakupan fungsinya. Keinginan
Samahudi dibantu oleh Raden Gunawan seorang bangsawan pribumi yang juga diketahui mantan
Budi Utomo yang tidak puas dia juga ikut mempropagandakan permualaan Syarikat Islam. Lihat,
Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia: 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1996), h. 119-
120. 2 Organisasi ini didirikan oleh Samanhudi bersama Sumardoyo, Wiryotirto, Suwandi,
Suryopranoto, Jarmani, Harjosumanto, Sukir, Martono bertempat di Kampung Sodokokan, Solo.
Lihat, wawancara Tamar Djaja dalam Daulah Islamiyah No. 1, Jakarta, 1957. 3 Budi Utomo ditolak sebagai organisasi gerakan pertama di Indonesia dikarenakan sebab
lain misalnya organisasi tidak layak dikarenakan lokalitasnya yang cenderung menampung hanya
orang Jawa dan Madura, di luar itu tidak diperbolehkan. Pendirinya Sutomo merupakan kaum
Amtenaar yaitu pekerja setia yang digaji Belanda. Ciri Ningrat-Aristokrat terlalu kebelanda-
belandaan. Budi Utomo berbeda dengan SI dikarenakan tidak mengorientasikan pada gerakan
massa. Tak sampai di sana, Budi Utomo juga mengkerdilkan nilai agama yang dianggap sebagai
penghambat perjuangan. Lihat, Firdaus A.N, Syarikat Islam bukan Budi Utomo. (Jakarta: CV.
Datayasa, 1997), h. 5-7.
59
dibandingkan dengan Budi Utomo dengan merujuk tanggal 16 Oktober 1905
bukan 10 September 1912 seperti diyakini sebagian sejarawan.
Pada awal mulanya Belanda merujuk keberatan menolak kehadiran SI,
tetapi kemudian diakui “Badan Hukum” pada tanggal 10 September 1912.
Namun oleh kaum Syarikat Islam, tanggal16 Oktober 1905 dianggap sebagai
hari kelahiran SI yang sejati. Tanggal inilah yang diperingati keluarga besar SI
setiap tahun. Dan secara resmi kata “Dagang” dihilangkan.4 Alasan pemberian
pengakuan hukum pada tahun 1912 masih syarat politik karena masih
dianggap ancaman oleh Belanda. Baru tahun 18 Maret 1916 Belanda
mengizinkan gerakan Politik yang bernama Central Syarikat Islam (CSI).
Pendirian SI merupakan agenda lanjutan dari SDI bermula dari hal
penguasaan perdagangan oleh pedagang Cina dan ulang bangsawan. Dua
sebab tersebut menguatkan untuk melancarkan perlawanan atas pedagang
Cina. Pedagang Cina mulai berani melakukan kegiatan perdagangan monopoli
dalam perdagangan batik dan superioritas pedagang Cina terutama pasca
Revolusi Cina selesai 1911. Di sisi lain ulah kaum bangsawan baik pribumi
dan non pribumi banyak melakukan tindakan yang merugikan pedagang
pribumi dengan praktek kasar. Kelompok pedagang Cina membentuk
perhimpunan perdagangan yang dikelola orang Cina yang mereka beri nama
Kong Sing. Keberhasilan pedagang Cina mendominasi pasar tradisional juga
diakibatkan oleh keuntungan pengusaan warisan jalur perdagangan Opium.
4Firdaus A.N, Syarikat Islam bukan Budi Utomo. (Jakarta: CV. Datayasa, 1997), h. 3.
60
Konver (1982) menyebutkan setidaknya ada tiga alasan tentang
berdirinya SI; pertama, konstatasi bahwa orang Cina telah mengeluarkan
para pengusaha orang Jawa dari kerajinan batik. Pada awal abad itu kasus
ini ditemukan di Surakarta tempat di mana SI terbentuk, sedangkan di kota
lainnya tidak. Kedua, orang Cina menguasai perdagangan dalam bahan-
bahan baku batik sudah jauh sebelum tahun 1890. Ketiga, faktor ekonomi
lah yang menjadi pendorong terbentuknya SI. Pendapat terakhir oleh
Konver dikoreksi sebagai pandangan umum yang masih sangat parsial
mengingat para pedagang saat itu sudah sama-sama saling mengenal.5
Nama Syarikat Islam awal mulai diperoleh dari keterangan Raden
Mas Tirtosoerjo6 seorang tokoh SDI pada 11 November 1911. Pada tahun
inilah sudah dibentuk anggaran dasar organisasi. Tirto menyatakan:
“Tiap-tiap orang mengetahuilah bahwa masa yang sekarang ini
dianggap zaman kemajuan. Haruslah kita sekarang berhaluan:
janganlah mencari kemajuan itu Cuma dengan suara saja. Bagi
kita kaum muslimin adalah dipikulkan wajib juga akan turut
mencapai tujuan itu. Maka karenanya kita telah menetapkan
mendirikan perhimpunan Syarikat Islam.7”
5 Melebarnya jarak antara etnis Cina dan Jawa terkait dengan berdirinya SI kemudian.
Ada beberapa pandangan bahwa SI terbentuk dari perseketuan antara Jawa-Cina, yang bernama
Kong-Sing sebagai respon terbentuknya Budi Utomo yang dihuni kebanyakan oleh kalangan
Priayi dan berusaha membuka koperasi, ini yang kemudian dianggap ancaman. Sebagai Cina
rendahan membujuk H. Samanhudi untuk membentuk persatuan dagang. Namun, alasan
dominannya orang Cina di dalamnya, Samanhudi berserta orang Jawa lainnya keuar dari
perkumpulan itu dan membentuk “Rekso Rumekso” menyaingi Kong-Sing. Dari organisasi Rekso
Rumekso inilah memetamorfosiskan diri menjadi SI setelah terjadi konflik tajam dengan etnis
Cina. Lihat, A.P.E Konver, Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil?, (Jakarta: Grafiti Press, 1982),h. 18. 6Sosok ini dikenal sebagai pribumi yang mendapatkan pendikan mapan di zaman Belanda
saat itu OSVIA dan ikut mendirikan SDI di Bogor. Dia juga mendirikan surat kabar pertama dari
kalangan pribumi Indonesia kalaitu Medan Prijai, maka wajar jika dia sering disebut sebagai
bapak pers pertama di republik ini. 77
Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), cet.
6, h. 116. Kalangan sejarawan berdebat panjang soal asal mula pemberi nama Syarikat Islam ini.
Seperti Robert Van Neil menyebutkan bahwa perubahan nama SDI menjadi SI saat HOS
Cokroaminoto masuk kedalam organisasi tersebut saat Samahudi pendiri SDI memerlukan
nahkoda organisasi yang lebih matang pada tahun 1912. Lihat, Robert Van Neil, Elit Modern
61
Tirtoadisoerjo saat memimpin redaksi harian Medan Priaji berbahasa
melayu dikenal aktif sebagai pengusaha. Pada bulan agustus 1912 para
pengusaha mengadakan pemeriksaan tentang perkumpulan Samanhudi yang
baru. Di sanalah Samanhudi berusaha menunjukkan seakan-akan
organisasinya bagian Sarekat Dagang Islamiyah di Bogor yang didirikan oleh
Tirtoadisoerjo. Mungkin dengan menggambarkannya sebagai bagian dari
perusahaan dagang yang berkedudukan resmi di Bogor, Samanhudi berusaha
menunjukkan bahwa sifat perkumpulannya tidak berbahaya. Dengan demikian
dia berharap dapat mencegah diadakannya penuntunan. Dengan ara itu
perkumpulan Solo mendapatkan nama “Sarekat Dagang Islam” yang
kemudian diubah menjadi SI.8
Deliar Noer menyebutkan sejarah SI bisa dipetak menjadi empat bagian:
Pertama, periode1911-1916 merukawa masa terbentuknya corak dan bentuk
bagi partai Syarikt Islam. Kedua, periode 1916-1921 merupakan periode emas
bagi organisasi ini. Ketiga, perioden 1921-1927 merupakan perjuangan
konsolidasi di tengah persaingan dengan Komunis serta tekanan represif
Belanda. Keempat, 1927-1942 merupakan masa untuk tetap menjaga
konsolidasi keberadaan mereka di forum politik Indonesia.9
McTurnan Kahin (1995) Syarikat Islam merupakan organisasi nasionalis
berdasarkan politik pertama yang muncul di tengah kekuasaan Belanda dalam
kondisi stabil. Sontak dengan adanya SI mengagetkan tidak hanya penjajah
Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1992), h. 90. Sedangkan keterangan yang menyatakan
Tirtosoerjo menurut Deliar Noer diperkuat oleh surat rahasia wakil penasehat pemerintahan
Belanda D. Rinkes kepada Gubenur Jendral Belanda pada 12 Agustus 1912. 8A.P.E Konver, Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil?. (Jakarta: Grafiti Press,1982), h. 13.
9Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia, (Jakarta: Blan Bintang, 1996), cet. 6,
h. 114-115.
62
Belanda tetapi juga masyarakat Indonesia. Selama empat tahun
perkembangannya saja, keanggotaanya saja mencapai 360.000 orang, dan
organisasi itu bekerja berdasarkan program politik bertujuan membanguan
pemerintahan sendiri. Menjelang tahun 1919, keanggotaannya mencapai 2,5
juta orang, dan program kebangsaannya yang militan benar-benar dibaktikan
untuk memperoleh kemerdekaan penuh, kalau perlu dengan kekerasan.
Bangkitnya SI bisa diartikan pengungkapan tentang besarnya reaksi
kebangsaan yang mungkin timbul, jika massa memiliki kepemimpinan politik.
Dengan hal tesebut maka gerakan lain dibelakangnya akan juga muncul.10
SI telah menyebabkan tumbuhnya nasionalisme di bumi putera. Namun
sebab lain yang tidak boleh ditinggalkan bahwa SI membawa semangat Pan-
Islamisme lewat pemikiran Islam Moderenis11
ke dalam perjuangannya. Hal
ini bukan tanpa alasan mengingat gencarnya kegiatan para misionaris Kristen
yang berkembang pesat selain politik identitas Cina dengan membawa
nasionalisme negaranya.12
Maka wajar jika SI pada tahun 1924-1927 merespon
dengan tegas saat diskriminasi politik hindia belanda yang mengutamakan
10
George McTurnan Kahin, Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, (Surakarta: UNS
Press, 1995), h. 85 . 11
H.A.R Gibb berpendapat kaum moderenis sebagian mereka yang memang
meperhatikan agama mereka. Walaupun sering bertabrakan dengan pandangan kegamaan yang
sudah lama dalam masyarakat dalam hal ini kelompok konservatif yang melanggengkan kesucian
pada lembaga-lembaga tradisional dalam dunia Islam. Dalam, George McTurnan Kahin,
Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, (Surakarta: UNS Press, 1995), h. 58. 12
W.F Wertheim mengatakan pekembangan gerakan Islam secara progresif merupakan
hasil yang diakibatkan oleh tindakan orang-orang barat yang disisipkan lewat misionaris. Maka
wajar jika banyak bangsawan Indonesia memeluk agama Islam sebagai agama perlawanan. Dalam
artian sesungguhnya maka agama Islam merupakan pengikat perjuangan. Dalam, George
McTurnan Kahin, Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, (Surakarta: UNS Press, 1995), h.50.
63
agama Kristen dan mengatur ketat kehidupan agama Islam untuk menarik
peraturan Islam dari wewenang Belanda.13
Gerakan yang massif yang dilakukan oleh Cokroaminoto dengan SI nya
telah memunculkan perhitungan politik oleh Belanda dengan berusaha
mencegatnya. Berkembangnya SI yang berani merekrut berbagai lintas
kalangan telah memperkuat dukungan secara moral dan finansial. Basis
kekuatan SI beragam dari berbagai wilayah dan tidak menitikberatkan
golongan seperti Budi Utomo yang hanya berisikan orang-orang Priyayi dari
Jawa dan Madura.14
Jika awalnya SDI hanya hanya menargetkan pada bidang
perekonomian, SI lewat Cokroaminoto memperluas cita perjuangannya lewat
keinginannya mendirikan Negara yang berasakan Islam.15
Keberhasilan HOS Cokroaminoto dalam melakukan perombakan pola aksi
tidak lepas dari bentuk pembangunan organisasi yang menyerap berbagai
kalangan dari banyak kalangan Islam yang beragam. Kondisi sosial umat
13
H. Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda. (Jakarta: LP3ES, 1985), H. 30. 14
Soe Hok Gie lebih melihat pergerakan dan hubungannya dengan pemikiran-pemikiran
pra abad ke-20. Apa memangnya secara kebetulan saja, maka kaum priyayi bergabung ke dalam
Boedi Oetomo dan kaum santri ke dalam Sarekat Islam di sementara tempat? Apakah ini bukan
merupakan perwujudan dari struktur masyarakat yang lebih tua dari kaum priyayi dan santri itu
sendiri? Suatu gerakan hanya mungkin berhasil bila dasar-dasar dari gerakan tersebut mempunyai
akar-akarnya di bumi tempat ia tumbuh, Lihat, Soe Hok Gie, Di Bawah Lentera Merah: Riwayat
Syarikat Islam Semarang 1917-1920. (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1999), h. 2. 15
Tujuan mendirikan Negara Islam Seperti diungkapkan dalam tulisan Cokroaminoto
pada tahun 1931,“tidak boleh tidak kaum muslimin mesti mempunyai kemerdekaan ummat atau
mempunyai kemerdekaan kebangsaan dan mesti berkuasa atas negeri tumpah darah kita sendiri,”.
ide pemikiran mendirikan negara Islam oleh H.O.S Cokroamnoto memang memiliki kekurangan
yang tajam di antaranya (1) SI kurang memahami makna inti penjiwaan khazanah pemahaman
Islam, (2) SI kurang memperhatikan perekrutan kader serta kurang menancapkan pendirian politik-
kenegaraan yang murni dijiawai oleh Islam, (3) SI terlalu gegabah memasukkan ide Sosialisme-
Marxisme, (4) SI kurang tanggap pada posisi yang tidak menguntungkan, (5) SI terlalu lambat
dalam merespon perkembangan politik nasional kala itu, (6) adanya perpecahan dalam tubuh SI,
(7) SI lebih tertarik mengamalkan Islam sebagai agama individu bukan Ideologi, (8) perjalanan SI
modofikasi yang dibentuk oleh Dr. Sukirman Wirdjosandjojo, Muhammad Natsir, Kahar Muzakkir
teraplikasi dalam haluan politik seperti Masyumi yang didirikan pada tahun 1945. lihat. Akhmad
Taufik dkk, Sejarah Pemikiran dan Tokoh Moderenisme Islam. (Jakarta: Rajawali Press, 2005), h.
136.
64
Islam pada saat itu sangatlah terpetak-petak berdasarkan pandangan agama
serta korelasinya dengan kehidupan nyatanya. Di bawah naungan SI, baik
Islam abangan dengan paradigma moderenis mampu mengelaborasikan
sikapnya dengan kaum tradisonalis santri. Satu sisi gerakan yang ekpoloratif
oleh SI telah menjadi perhatian sendiri bagi bangsa eropa dan kolonial
Belanda16
. Wajar jika dia sering juga disebut sebagai “Gatotkoco Syarikat
Islam”.
Hal yang kurang nampak tapi paling diwaspadai menurut mereka adalah
SI merupakan organisasi keagamaan. Belanda telah membangun sistem
kekuasaan mereka dengan memerintah secara tidak langsung berdasarkan
struktur ada Pra-Islam serta mendukungnya, jika perlu melawan mereka yang
mengklaim sebagai pemimpin Islam bagi rakyat sekitar. Secara umum untuk
membatasi kekuatan Islam di Nusantara. Mereka menyadari bahwa
sebelumnya telah membuat kesalahan fatal dengan meremehkan
kepemimpinan Islam hingga pecah Perang Aceh serta hadirnya Pan-Islamisme
sebagai kekuatan dinamis di Asia.17
16
MC. Ricklefs menyebutkan pada awalnya SI menyatakan setia kepada rezim Belanda.
Tetapi ketika organisasi ini berkembang di desa-desa, maka meletuslah tindakan kekerasan.
Rakyat pedesaan tampaknya lebih menganggap SI sebagai alat bela diri dalam melawan struktur
kekuasaan lokal yang kelihatannya monolitik, yang tidak sanggup mereka hadapi, dari pada
sebagai gerakan politik moderen. Oleh karena itu SI telah menjadi simbol solidaritas kelomppk
yang dipersatukan dan tampaknya didorong oleh parasaan tidak suka kepada orang Cina. Lihat,
M.C Ricklefs, Sejarah Moderen Indonesia 1200-2008. (Jakarat: Serambi, 2008), h. 360.
17 Menurut Ruth McVey dengan kemunculan SI di Jawa telah mengembalikan
pengakaran akan Pan- islamisme yang berimplikasi pada muncunya gerakan perjuangan sehingga
semuanya serba mungkin. Walaupun, dirinya menegaskan belum ada konsep-konsep tentang
adanya Negara Indonesia saat itu. Dukungan lain yang tak kala lebih penting kaum priayi kelas
rendahan di Jawa secara sukarela bergabung dengan SI yang keberatan dengan konservatisme
kesultanan Surakarta dan kaum tradisionalis yang menolak westernisasi ala Budi Utomo yang
dianggap sebagai gerakan progresif kaum muda Jawa tahun 1908. Lihat, Ruth T. McVey,
Kemunculan Komunisme di Indonesia, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2010), h.16.
65
Propaganda pergerakan SI juga dilakukan oleh Instrumen media massa
sebagai alat menyebarkan ide dan mengkampanyekan agenda-agenda penting
terkait kondisi kolonialisme dan penghisapan pada rakyat pribumi. Seringnya
anggota SI berhadapan dengan polisi Belanda mengakibatkan keharusan SI
dalam merekrut rakyat yang mengerti dengan hukum. Lewat media massa
tampil gerakan yang berasal dari kalangan jurnalis yang kelak akan
berpengaruh besar dalam pertumbuhan gerakan.18
Gerakan SI semakin populer dan menjadi perhitungan sendiri bagi
Belanda. Sejumlah tokoh-tokoh besar kemudian bergabung dengan organisasi
ini. Sebut saja sosok Soewardi Suryadiningrat (Ki Hajar Dewantara) pendiri
organisasi kesadaran kaum pribumi Indischie Partij (IP) yang didirikan oleh
tiga serangkai Douwes Dekker, Tjipto Mangunkoesoemo serta Soewardi
Suryadiningrat sendiri. Seowardi yang terkenal dengan tulisan “Als ik eens
Nederlande was” itu menjadi salah satu pimpinan SI di Bandung.
Masuknya Abdoel Moeis atas permintaan Cokroaminoto membawa
perubahan besar bagi perkembangan SI. Abdoel Moeis lahir di Bukitinggi
berasal dari keluarga agamawan dan bangsawan serta lulusan sekolah
kenamaan STOVIA. Di samping itu, Cokroaminoto tahu betul dengan
masuknya Abdoel Moeis yang juga dikenal sebagai wartawan sekaligus
memimpin surat kabar Belanda Hindia Timur edisi Indonesia sebuah majalah
progresif yang diketuai oleh Dr. Abdoel Rivai. Setelah sokongan uang di surat
18
Dalam jangka waktu singkat SI melesat petumbuhan anggotanya misal di Surakarta
hingga mencapai 35.000 orang. Padahal kala itu jumlah masyarakat Surakarta 65.000 orang itu
berarti lebih setengah jumlah warga di sana dipastikan terkait dengan SI. Lihat, Eko Prasetyo,
Membela Agama Tuhan, (Yogyakarta: Insist, 2003), h. 36.
66
kabar Hindia Timur berkurang tahun 1907 dia keluar dan mendirikan surat
kabar Kaum Muda, dari sinilah hubungan dengan antara Abdoel Moeis dan
umat Islam terutama warga Arab terjalin erat.19
Ada beberapa persoalan yang dianggap menjadi permasalahan oleh
Belanda terhadap keberadaan SI. Banyaknya orang eropa yang bekerja di
perusahaan di Hindia Belanda mayoritas mereka merupakan para
administrator menolak jika Politik Etis berkembang secara baik. Baik Belanda
dan kaum eropa lainnya dengan memberikan keberadaan politik etis akan
memunculkan bentuk evolusi dini perlawanan atas keberadaan mereka.
Dengan membiarkan masyarakat Hindia Belanda dalam kondisi
Tradisionalisme akan memberikan peluang bagi Belanda dan kaum eropa
lainya untuk tetap bekerja. Ide menciptakan tradisionalisme sebagai kantong
politik Belanda dan menyuburkan pribumi kelas Priyai harus dirawat, oleh
karena itu kaum konservatis mendukung Gubenur Jendral Idenburg untuk
melarang SI sebagaimana dia juga melarang keberadaan Indische Partij (IP)
pada 1912.
Satu sisi Idenburg melihat SI sebagai organisasi yang justeru akan
mendukung Politik Etis dan dapat memutus otoritas tradisional yang tidak lagi
mampun mewakili dan mengerahkan rakyat. Pendapat Idenburg ini sangatlah
bertentangan dengan pandangan kalangan Euranisia yang melihat sebagai
19
Setelah masuknya Abdoel Moeis masuk, Agus Salim Menyusul. Masuknya Agus Salim
membuat SI semakin dipandang sebagai organisasi kuat. Apalagi kehadiran Agus Salim yang
dekat dengan bangsawan kolonial bahkan juga menjadi bagian anggota organisasi Belanda
menjadikan SI terlihat mapan dalam pemupukan ide pergerakannya. Satu sisi, munculnya Abdoel
Moeis, Agus Salim serta Cokroaminoto telah mengakibatkan sosok Haji Samanhudi semakin
menurun karirnya, ditambah lagi bisnisnya hancur. Namun bukan karena kepopuleran ketiga sosok
tersebut melainkan banyaknya masalah di luar Syarikat Islam itu sendiri. Lihat, Deliar Noer,
Gerakan Moderen Islam di Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1996), cet. 6, h. 123-124.
67
sebuah kesalahan cara pandang Idenburg pada SI. Sehingga sering kali SI
dijadikan sindidiran Salah Idenburg. Pada akhirnya, popularitas SI di mata
Idenburg tidak bisa ditolerir telah menimbulkan secara perlahan karena
gagasan revolusioner mereka mengarah kepada bentuk kemerdekaan.
Idenburg mensiasati dengan memasukkan ideologi sosialisme marxisme
lewat Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV) yang didirikan oleh
Sneevliet pada 9 Mei 1914 di Surabaya cikal bakal terbentuknya Partai
Komunis Indonesia.20
Hubungan ISDV dengan SI dipertemukan diakibatkan
kegagalan menjalin hubungan politik dengan Indische Partij yang dianggap
sebagai kesalahan. SI dipilih sebagai lahan mengingat jumlah anggota SI pada
tahun 1916 memiliki ratusan ribu anggota. ISDV menyusupkan beberapa
anggotanya ke tubuh SI dan menjadi anggota terkemuka di dalamya.
Menurut McVey pada saat kongres I di Surabaya Juni 1916 telah tumbuh
pemikiran untuk melakukan koreksi tajam atas pemerintahan Hindia Belanda
mulai dari persoalan hukum agraria dan mewacanakan tentang gerakan buruh.
Pada saat itu pulalah disampaikan wacarna-wacana akan prinsip Islam-
Sosialisme, sebuah ide yang tidak hanya didukung oleh golongan muda
radikal ISDV seperti semaun tetapi juga golongan terkemuka kelas pedagang
dan santri. “Sosialisme” kemudian dikenal sebagai suatu kata, yang secara
sederhana diartikan sebagai perlawanan terhadap dominasi asing dan
dukungan terhadap Indonesia yang moderen, sejahtera dan merdeka.
20
Josephus Fransiscus Marie Sneevliet merupakan pekerja Belanda yang datang ke
Indonesia. Dirinya juga merupakan anggora Partai Komunis Belanda yang berhaluan sosialisme
demokrat. Dirinya melihat kenyataan di bumi Hindia Belanda memungkinkan untuk terciptanya
sebuah gerakan revolusioner mengingat kolonialisme yang dia saksikan sangat menghisap
pribumi. Dirinya juga banyak membantu persatuan pekerja buruh di pualu Jawa. Lihat, Ruth T.
McVey, Kemunculan Komunisme di Indonesia, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2010), h.19.
68
Keberadaan kelompok muda radikal yang berhaluan Marxis di tubuh SI,
membuat SI secara tidak langsung digembosi. Cokroaminoto membentuk
Central Sarekat Islam (CSI). ISDV yang banyak dipayungi oleh orang eropa
juga enggan bergabung secara total dengan SI yang dihuni kaum Muslim. Di
satu sisi Coktoaminoto mulai diserang oleh anak didiknya sendiri Semaun
yang menjadi penyuara ulung ISDV di dalam SI. Kritik yang dalam
menyebabkan ketidakpercayaan kepada CSI. Sehingga SI wilayah semarang
pasca kongres II tahun 1917 membentuk kelompok SI yang tidak patuh SI
pusat yang diberi naman “SI merah” yang menunjukkan sikap revolusioner
dan memberikan tanda SI putih pada golongan Cokroaminoto yang dianggap
terlalu oportunis saat itu.
B. Konsep Strukturasi reformasi
Masyarakat membutuhkan komunitas di saat berbagai kelompok hidup
berdampingan. Dalam keberadaan kelompok itulah, sejumlah golongan
masyarakat mengupayakan adanya konsensus untuk menuju pada tujuan.
Konsensus itu dilahirkan dari individul yang menghendaki terciptanya jalinan
untuk tidak bersinggungan. Keberadaan kelompok diisi oleh aturan dan nilai
yang sangat khas atau bahkan plural. Namun, dari kesemuanya menghendaki
padu. Dalam menjamin keberadaan kelompok agar supaya tetap ada dan
berjalan sesuai harapan, landasan komunikasi baik di antara pribadi dalam
kelompok maupun ke pada di luar kelompok harus tetap terjalin.
Munculnya organisasi dalam masyarakat dipengaruhi oleh budaya dan
struktur sosial dalam masyarakat tersebut. Begitupun komunikasi yang
muncul amat erat kaitannya dengan aspek budaya dan perkembangan
69
masyarakat atas lingkungannya. Struktur dalam masyarakat klasik bisa dilihat
sebagai susunan tentang kelas, kekuasaan, pengaruh.21
Seiring perkembangan
bentuk organisasi akan sangat mungkin pola bentuk komunikasi serta relasi
yang ada di dalamnya akan berubah.
Antony Gidden menjelaskan keberadaan kolektivitas kelompok dalam
suatu tempat akan sangat memungkinkan bentuk relasi yang dibangun dalam
kelompok masyarakat. Karena menurutnya, strukturasi merupakan aktifitas
masyarakat yang dilakukan secara spontan dalam membuat tindakan-tidakan,
relasi, dan norma aturan.
Struktur sosial yang harus dilihat sebagai bagian dari kegiatan relasi psikis
dan politis yang berbeda dari pada struktur fisik. Struktur sosial lebih dilihat
sebagai upaya manusia dalam usaha menyelesaikan persoalan yang ada
sehingga membutuhkan sebuah lembaga-lembaga ekonomi, politik, dan
budaya. Di mana hal tersebut menuerut Maurice Duverger sebagai alat
membentuk ideologi, mitos dan peradaban bagi perkembangan individu.22
21
Menurut Antony Gidden strukturasi berkaitan dengan sumber daya dalam melahirkan
tindakan sosial dalam produksi dan reproduksi aturan-aturan yang kemudian menjadi sumber
reproduksi sistem. Aturan-aturan yang dilahirkan melahirkan sesuatu yang sering disalah pahami
(1) aturan-aturan seringkali disalah pahami dilihat sebagai sebuah permainan yang disesuaikan
dengan hukum-hukum sosial tertentu. (2) aturan-aturan sering disalah pahami dalam bentuk yang
tunggal dan tidak terkait dengan bentuk tindakan tertentu. (3) aturan-aturan tidak dapat
dikonseptualisasikan terpisah dari suberdaya yang merujuk pada cara-cara bagaimana transformasi
relasi dalam masyarakat di produksi. (4) aturan-aturan mengandaikan prosedur-prosedur metodis
interaksi sosial. (5) aturan-aturan sering memberdayakan antara pemberian makna dan pemberian
sanksi. Lihat, Anthony Gidden, Teori Strukturasi, (Yogyakaya: Pustaka Pelajar, 2010), h. 28-30. 22
Maurice Duverger membagi tiga golongan struktur sosial. Pertama, keterampilan
teknologi yaitu cara-cara mengolah benda, alat-alat, mesin, dan seterusnya. Kedua, lembaga-
lembaga yaitu alat mempertahankan ketertiban hubungan sosial yang mapan misal status hukum
keluarga, undang-undang yang mengatur barang-barang dan milik, dan konstitusi politik. Ketiga,
kultur adalah ideologi keyakinan akan ide-ide kolektif yang pada umumnya dianut di dalam suatu
komunitas tertentu. Lihat, Maurice Duverger, Sosiologi Politik, (Jakarta: Rajawali Press,2005)
h.78
70
Perubahan masyarakat merupakan aspek yang sangat menentukan dalam
struktur sosial. Masuknya globalisasi serta perubahan sistem ideologi
pemerintahan juga mengakibatkan timbulnya bentuk serat pola masyarakat dalam
menyesuaikan pada lingkungannya. Perubahan politik misalnya, dalam kasus
seperti perjuangan kemerdekaan atau pergerakan untuk melawan sistem yang
gagal dalam suatu negara akan memiliki imbas pada diri masyarakat tersebut.
Pergantian rezim dan struktur kekuasaan akan terlihat sebagai suatu kesempatan
bagi kelompok lain yang merasa ditindas untuk bangkit atau bahkan medan
perjuangan baru dalam mencari metode perjuangan atas penindasan.
Ketika struktur kekuasaan politik terlihat ofensif pada kelas sosial di
bawahnya. Juga akan memacu timbulnya gejolak lewat berbagai aspek entah itu
agama atau budaya. Masyarakat yang didiskrimanisikan oleh rezim atau
kekuasaan akan dengan sendirinya memetamorfosis golongannya untuk tetap ada,
dan hal ini tentu ditopang oleh adanya kelompok masyarakat dan sosok intelektual
yang mengawalnya.23
Perubahan sosial yang diakibatkan oleh tergerusnya nilai etis politik kaum elit
akan menambah bekal bagi masyarakat yang diposisikan sebagai konstituen pasif
dan lebih dijadikan alat kekuasan untuk melakukan koreksi kritis. Memang, harus
dilihat setiap perubahan sosial akan ditinjau dalam dua sisi paradigmatik yaitu
kelompok reduksionis struktur sosial secara politis diklasifikasi sebagai kelompok
“kiri” dan mereka yang menggunakan pendekatan subjektif-normatif digolongkan
23
Elfred Weber menjelaskan bahwa struktur sosial merupakan objek yang dapat
menentukan pembentukan spiritual dan intelektual sepanjang zaman. Di samping itu hanya dengan
adanya ikatan antara tradisi yang ada dan berdifat ideal dan religius dalam konstalasi yang bersifat
historis. Lihat. Bassam Tibi, Islam Kebudayaan dan Perubahan Sosial. (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1999), h.73.
71
kelompok “kanan”. Bagi golongan Kiri, tindakan yang tidak sejalan dengan
sebuah cita kebaikan harus segera dilucutkan bahkan digulingkan dalam kasus ini
bisa dilihat dalam Revolusi Iran. Berbeda dengan kalangan Kanan yang lebih
berusaha secara normatif bisa memaafkan dan mengkoreksi keadaan dalam batas
positivis.24
Dengan memperinci terkait pembentukan struktur sosial dalam masyarakat
sangat mungkin apabila dalam sebuah institusional tertentu tidak sebanding lurus
di antara tahap ke tahap. Bahwa terkadang ditemukan, sejumlah kasus dalam
struktural masyarakat tidak begitu tertarik dengan sebuah kondisi yang bagi
institusional tertentu bisa menjadi pemula perkembangan. Hanya dengan adanya
totalitas dalam masyarakat di antara sistem sosial yang ada dengan
pengintegrasian serta mampu dikreasikan dengan perkembangan sejarah.
Dalam sejumlah kasus di Indonesia dalam struktur masyarakat ada beragam
sikap dalam melihat perubahan poilitik. Di jaman penjajahan kolonial Belanda,
saat korporasi transnasional Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC)
melakukan kapitalisasi perdagangan dan tindakan politik terhadap pribumi, ada
sejumlah kelompok sosial yang beroposisi sebagai respon tindakan Belanda. Pada
saat itu, Serikat Dagang Islam (SDI) cikal bakal SI memberi motivasi untuk
tumbuhnya perekonomian pribumi untuk tidak sesalu ditekan oleh kepentingan
VOC. Dalam kasus lain misalnya, saat swastanisasi mulai masuk lewat Orde
Baru. Banyak kalangan kritis membentuk kelompok yang berlawanan dengan
pemerintah entah lewah ide maupun gerakan langsung.
24
Bassam Tibi, Islam Kebudayaan dan Perubahan Sosial. (Yogyakarta: Tiara Wacana,
1999), h.73-75.
72
Struktur sosial yang dibentuk dengan menjalankan praktek politik dan
penekanan ideologi tentu akan berhadapan dengan kelompok yang mencoba untuk
resisten dengan pilihan dan cita kelompoknya. Biasanya struktur sosial yang
kacau juga akan berimbas pada politisasi dalam banyak aspek kehiduapan lain
seperti pendidikan, budaya, ekonomi, dan agama. Pendidikan Sumatera Tawalib
yang didirikan pada tahun 1918 misalnya yang berkembang di Minangkabau
sebuah organisasi cikal bakal pendukung Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)
karena secara histotis dekat dengan SI melakukan tindakan non-koperasi terhadap
Belanda termasuk menentang Goeroe Ordonnantie 1925 yang dianggap sebagai
upaya Belanda dalam mengatur hak dalam pendidikan pribumi.25
Bagaimanapun perkembangan bentuk struktur masyarakat dan kekuasaan
sangat erat dengan faktor penentu seperti kesetaraan sosial, kesenjangan ekonomi
dalam masyarakat, serta kebijakan politik yang tidak partisipatif. Sejumlah
peristiwa politik yang terjadi di Indonesia telah mengakibatkan banyak perubahan
di tengah masyarakat. Setiap perubahan di sana sangat identik dengan bagaimana
sebuah rezim kekuasaan menjelankan kekuasaannya. Orde Lama dan Orde Baru
memilki ciri khas tersenidri di antara keduanya terutama dalam pemahaman
Ideologi dan penerapan asas pemerintahan yang dirasakan langsung oleh
rakyatnya. Pemerintah yang cenderung totaliter sulit memunculkan gerakan sosial
karena terlalu refresif, hanya dengan semakin moderat kepemimpinan politik
25
Cornelis Lay dkk, Agama dan Perubahan Sosial. (Yogyakarta: LKPSM, 2001) h.175-
176 .
73
gerakan sosial lewat civil society akan muncul kepermukaan dan hal benar
terwujud pada saat reformasi politik dan kepemimpinan nasional dilakukan26
.
Posisi ummat Islam dalam stukrtur sosial memang dominan secara
kuantinitas jamun minim dalam kualitas masukan dan kritik atas sistem. Orde
Baru dengan “power by remote control” benar-benar meringkuk umat Islam
dengan kelembagaan dan instruksi formal lewat aturan dan undang sehingga tidak
saja menghambat perkembangan idealisasi Islam tetapi juga cara meminimalisir
tumbuhnya kritik lewat organisasi Islam. Posisi ummat Islam pasca reformasi
yang mengusung semangat demokrasi liberal juga bukan kesempatan dari harapan
ummat Islam untuk mendapatkan kembali pentasnya. Sejumlah organisasi seperti
Syarikat Islam diluar organisasi besar mainstream seperti NU dan Muhammadiyah
dengan mengikuti elektoral partai namun gagal. Umat Islam menyadari akan
kondisi yang dialami ini dengan secara perlahan lebih banyak bergerak dalam
bidang kesosialan.27
Bahtiar Effendy menyebut titik lemah bangkitnya suara ummat Islam
dalam kacah politik nasional dikarenakan masih adanya sebagian aktifis muslim
yang juga tergabung dalam partai pemerintah Golkar yang pro dan memperkuat
pada kebijakan politik Orba. Orba me-restrukturasi politik nasional dengan
menitiberatkan pada stabilitas dan keamanan daripada kebebasan dan partisipasi.
26 Al Chaidar ada tiga pandangan teortis tentang reformasi. Pertama, gerakan sosial itu
dilahirkan dalam kondisi yang memberikan kesempatan. Hal ini terkait dengan bagaimana
kepemimpinan sebuah negara tidak menjalakan dengan pemerintahan dengan tangan besi. Kedua,
adanya ketidakpuasan pada situasi yang adalam oleh rakyat atas negara. Ketiga, gerakan sosial
semata-mata kemampuan dari tokoh penggerak dalam melakukan tindakan dan memberikan
insprasi. Lihat, Al Chaidar, Reformasi Prematur. (Jakarta: Darul Falah, 2001) h.17-18
27
Gagasan ini sebenranya pernah muncul saat Cendikiawan Muslim Nurcholish Madjid
melontarkan gagasan fenomenal tahun 1974 dengan adagium terkenalnya “Islam Yes, Partai Islam
No”. Gagasannya merujuk kepada upaya moderenisasi pemikiran dan tindakan ummat Islam
kedepannya dengan tidak hanya political oriented semata namun juga sisi humanismenya tumbuh
dengan membangun kualitas masyarakat Islam sendiri.
74
Hal itu jelas berakibat langsung pada sistem yang dibuat dan penyusunan struktur
sosial yang sistematis. Pada hakikatnya, orientasi Orde lebih pada prinsip
ekonomis dengan kemasan politik yaitu dengan mendatangkan investasi sebanyak.
Dalam menjalankan itu semua Orba mematenkan tindakan tersebut dengan
refresif termasuk pada lawan politik di kalangan umat Islam yang tidak sepakat.28
Dalam menjelaskan tindak tanduk politik Orde Baru kita harus melihat
bagaimana agenda pengendalian secara politik dilakukan secara sistematis,
yakni:29
Tabel 2.1
Agenda Politik Orde Baru Pra Reformasi
AGENDA ORDE BARU TRANSISI NORMAL
Ideologi -monopoli
interpretasi atas
pancasila
- pancasila sebagai
alat legitimasi
status quo
-Penghapusan
monopoli
interpretasi atas
pancasila
-Penguatan
pancasila sebagai
Ideologi
kerakyatan
-Pancasila sebagai
ideologi terbaik
-Pancasila sebagai
ideologi milik
seluruh rakyat
-Gantikan
pancasila dengan
ideologi Islam
UUD -UUD 1945
ditafsirkan sesuai
dengan
kepentingan
penguasa
menimbulkan
multi tafsir
-Amandemen atau
tambahan
penjelasan pasal-
pasal
-UUD 1945
dengan
interpretasi yang
solid
-Ganti UUD 1945
dengan UUD
Islam
MPR -pengangkatan
60%
-kekuasaan
dibatasi
-prosedur dibatasi
-Pengangkatan
25%
-Berdaulat penuh
-Pengangkatan 0%
-Berdaulat penuh
Lembaga -tanpa batas -Masa jabatan -Masa jabatan
28 Bahtiar Effendy “Islam Di Tengah Polarisasi Politik”¸dalam Nurcholish Madjid,
Kehampaan Spiritual Masyarakat Moderen. (Jakarta: Media Cita, 2000) h. 202-203.
29
Forum Keadilan, edisi khusus “Ulang Tahun” 1998 , hlm.18. lihat,Al Chaidar,
Reformasi Prematur. (Jakarta: Darul Falah, 2001) h.112.
75
Kepresidenan periode
-tanpa batas
kekuasaan
-tidak ada
akuntabilitas
publik kekuasaan
-ada akuntabilitas
publik
maksimal 2 kali
-Pembagian antar
cabang
-Ada akuntabilitas
publik
maksimal 2 kali
-Pemisahan dan
pembatasan
Kabinet -hak prerogratif
presiden
-tidak ada
rationale struktur
dan personel
-Konsultasi
dengan DPR
-Seleksi personel
yang jelas
-Persetjuan PR
untuk struktur dan
personel
Parpol -faktual tidak
(legal dua)
-PPP dan PDI
dikendalikan
pemerintah
-presiden ketua
DP Golkar dan
menteri DPP
Golkar
-Parpol
independen dari
pemerintah
-Pembebasan
penguasa dari
keterlibatan dalam
Golkar
-Dirikan partai-
partai baru
-Pembatasan
dalam aturan
pemilu
-Golkar sebagai
parpol
-Independensi
parpol
Birokrat -berpolitik secara
institusional
-Penghapusan
monoloyalitas
-Institusi netral
Pemilu -proporsional yang
diselewengkan
-Transisi
proporsional yang
diselewengkan ke
distrik
-Institusi yang
disempurnakan
Sistem
Pemerintahan
Daerah
-sentraliasi
-tumpang tindih
instansi vertikal
dan organ daerah
-Dikonsentrasi dan
perbantuan
-Penghapusan
secara bertahap
perwakilan
instansi vertikal
-Otonomi daerah
secara bertingkat
-Keseimbangan
regional
DPR Tinggat I &
II
-bagian dari
Pemda
-dikendalikan oleh
Orpol pusat
-Penghapusan
kewenangan
dalam pembuatan
kebijakan penting
-Cabang legislatif
di daerah
-Independensi dan
berdaulat
Ormas -hegemoni negara
-seragamisasi
struktur politik
biroktrasi
-Pemberdayaan
masyarakat
-Pelepasan diri
dari kekuasaan
-Masyarakat
madani
-Kreativitas
swadiri
Samuel Huntington dalam Poltical Order in Changing Society
menerangkan tujuan reformasi ditujukan dengan adanya sebuah kesetaraan yang
76
luas dalam aspek ekonomi, politik, dan sosial dalam sebuah kekuasaan dengan
demikian demokrasi juga harus bisa mendorong meningkatnya partispasi
masyarakat dalam politik. Reformasi tidaklah terjadi begitu saja perlu dua
komponen yang bagi Huntignton penting ada pertama kelompok Revolusioner
dan Konservatif. Keduanya memiliki perbedaan yang khas dalam melihat dan
menjalankan refromasi. Bagi kalangan revolusioner perubahan sosial hanya akan
terjadi jika tumbuhnya partisipasi politik di tengah masyarakat dan bagi kelompok
konservatif sebaiknya. Dalam menjalakannya, kelompok pertama tidak segan
menggunakan sebuah alat kekerasan dalam memaksakan kehendak serta rekayasa,
manipulasi serta kekerasan apabila diperlukan.30
Kondisi masyarakat dan sistem sosial penyangganya juga terikat erat
dengan konsisi perubahan politik yang terjadi. Kelompok dominan dan tidak
saling memperebutkan posisi dan kekuatan pendapat dalam meyakinkan dan
memberikan posisi terbaik bagi kalangannya, bagi kelompok tidak dominan
seringkali terjadi kontradiksi dan kecenderungan untuk melawan atau bahkan
menimbulkan konflik bahkan menjurus pada tindakan kekerasan.31
30 Samel Huntington, Political Order in Changing Society. (Chicago: University Chicago
Press, 1968), h.198.
31
Menurut beberapa ilmuan politik perubahan politik disebabkan oleh dua hal. Pertama,
konflik kepentingan biasanya terjadi dilingkungan yang dipenuhi dengan kepentingan yang
dikontrol ketat secara sosial bahkan ditentukan oleh posisi sosial dan material elit. Kedua, adanya
gagasan atau nilai-nilai baru yang diniscayakan menopang pertumbuhan masyarakat dalam
mencari penyelesaian dan rumusan kehidupan. Lihat, Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik.
(Jakarta: Grasindo, 2010) cet.7, h. 311-312.
77
C. Cita-Cita Syarikat Islam
Cita-cita SI tidak lepas dengan adanya nilai-nilai yang dijunjungnya. Sejak
akte notaris diterbitkan oleh Belanda 10 September 1912, SI memantapkan
diri dengan meletakkan dasar perjuangan yaitu asas agama Islam, asas
kerakyatan, dan asas sosial ekonomi. Pada tahun 1959 dengan dikeluarkannya
dektrit 5 Juli 1959 di dalam perjuangan SI dimasukkan asas lagi yaitu
Pancasila.32
1. Asas Agama Islam
Keberadaan nama agama Islam dalam organisasi ini menjadi hal unik. Dari
bentuk namanya SI terkesan hanya organisasi keagamaan yang hanya
menjalankan kegiatan agama saja. Namun, nama Islam merupakan hal yang
paling prinsipil dan fundamental dalam tubuh SI dan tidak bermaksud
mengeklusifkan organisasi ini dibandingkan organisasi Islam lainnya.
HOS Cokroaminoto dalam keterangannya memberikan jawaban atas
pokok-pokok ajaran Islam dalam SI ini:
“Memang Syarikat Islam memakai nama agama sebagai ikatan
persatuan bangsa, buat mencapai cita-cita sebenarnya, dan agama
tidak akan menghambat kita mencapai tujuan itu,”
32
Asas dasar dalam SI jika dipahami tidak sama sekali bertentangan dengan Pancasila,
bahkan secara keseluruhan nilai-nilai Pancasila sudah ada di dalam Syarikat Islam, lihat. M.A
Gani, Cita Dasar dan Pola Perjuangan Syarikat Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 14.
78
Sesuai dengan Surat Ali Imara Ayat 104:
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS: Ali Imran:104)
Adanya Islam sebagai asas bukanlah sebagai ide semata malainkan erat
kaitannya dengan sejarah panjang tentang ketakutan Belanda akan agama
Islam yang dianggap sebagai ancaman kekuasaan. Oleh karena itu, Belanda
juga tidak segan-segan berusaha melenyapkan kekuatan Islam. Dalam
pengertian sederhana, penjajah Belanda berusaha mendiamkan semangat
Islam hanya sebatas pegangan hidup saja tidak lebih. Mereka (muslim) harus
dijauhkan oleh pengertian politik karena sangat berbahaya bagi kekuasaan
Belanda.33
2. Asas Kerakyatan
Adanya kelas sosial yang diciptakan Belanda dan menempatkan pribumi
asli sebagai kaum rendahan yang tidak akan memiliki dampak positif apabila
dianggkat dalam suatu jabatan tertentu menyebabkan kecemburuan mendalam
33
Kesadaran umat Islam pada hak politiknya akan berpotensi menyebabkan perlawanan
sebagai Imam Bonjol, Perlawanan Pangeran Diponegoro serta Cik Di Tiro dengan menggandeng
semangat Islam pernah merepotkan kolonial Belanda. Lihat, M.A Gani, Cita Dasar dan Pola
Perjuangan Syarikat Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 16. Menurut Aqib Suminto Belanda
bahkan membedakan gerakan Islam menjadi tiga golongan berdasarkan saran Snouck Hagronje
orientalis yang memeluk Islam (1) Islam secara keagamaan yang diperbolehkan oleh Belanda
keberadaanya dan dapat dikendalikan, (2) Islam secara sosial yaitu mereka kelompok Islam yang
hanya mengembangkan pendidikan dan kegiatan sosial lainnya, dalam hal ini Belanda hanya
berusaha mengawasi, (3) Islam Politik yaitu organisasi politik Islam yang mengagendakan
perlawan atau politik kesadaran pribumi atas hak-haknya, di mana bagi Belanda keberadaan ini
akan dianggap ancaman bahkan kalau perlu dimusnahkan. Dalam, H. Aqib Suminto, Politik Islam
Hindia Belanda. (Jakarta: LP3ES, 1984), h. 23.
79
bagi masyarakat pribumi. Di mana ketiga kelas tersebut yaitu kelas kulit putih
yang berisi kaum eropa, disusul kelas dua yang ditempati oleh orang Cina,
Arab, India dan Indo Eropa yang dianggap bisa diajak kerja sama dan
kemudian kelas Pribumi.
Cultur Stelsel yang pernah diterapkan oleh kolonial memaksa masyarakat
pribumi makin tidak berdaya dengan tanam paksa yang diperuntukkan kepada
sepenuhnya Belanda. Indonesia hanya lumbung makanan terbesar Belanda.
Ketidakadilan inilah yang mendorong Haji Samanhudi mendirikan SDI yang
kemudian diganti SI tersebut. Berangkat dari penderitaan yang sama inilah
yang mendasari SI.34
Para pemimpin SI berasal dari kaum ningrat, akan tetapi dengan asas
kerakyatan yang mereka pegang teguh. Mereka berusaha membela kaum
miskin dan kesengsaraan atas penghisapan. Mereka para pemimpin SI tidak
pernah menyimpang dari tujuan SI demi tercapainya suatu tujuan yaitu setiap
kemiskinan dan kemelaratan rakyat harus dilenyapkan.
3. Asas Sosial Ekonomi
Asas ini seperti disebutkan di atas bisa dilacak berdasarkan kaca sejarah
persaingan ekonomi antara pribumi dan golongan Cina. Pemberian hak
monopoli perdangan oleh Belanda atas Cina menyebabkan perdangan pribumi
34
Pada tahun 1916 Muhammad Samin ketua Syarikat Islam di Medan menyuarakan
tuntutan atas penderitaan kaum pribumi (1) kebijakan Poenale Santie harus dihapuskan, (2) gaji
kuli minum 60 sen perhari, (3) jam kerja delapan jam sehari, (4) pihak kuli bebas mengakhiri
kontraknya, (5) hak untuk tinggal dan hidup, (6) perkara sengketa dengan kuli dihapuskan, (7)
wanita pekerja cuti sejak hamil tujuh bulan sampai sudah melahirkan bagi 40 hari, (8) kerja
cangkul tidak dipikulkan pada wanita, (9) sekolah untuk anak-anak kuli, (10) larangan berjudi.
Lihat, M.A Gani, Cita Dasar dan Pola Perjuangan Syarikat Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),
h, 23.
80
berjalan lamban. Belum lagi ada rasa ketidakadilan dalam penerapan
pedagangan oleh Cina. Kepercayaan Belanda atas Cina didasarkan
penggolongan sosial kelas dua bagi golongan Cina. Sekalipun pemodal
pribumi dapat berdagang mereka tetap kalah dalam segi kekompakan sesama
perantau dari Cina.
Berangkat dari sinilah kemudian Haji Samanhudi yang membentuk SDI
menghilankan kata “dagang” dalam SDI dan menjadi Syarikat Islam saja.
Alasan ini dipakai karena untuk mengalahkan monopoli perdangahan Cina
tidak boleh hanya lewat pengusaha tetapi harus disokong oleh semua lapisan
masyarakat pribumi. Dengan demikian juga akan memberikan pelajaran akan
hak dan kewajiban di hati kaum pribumi.
Dari asas di atas SDI saat itu berusaha merealisasikan itu semua dengan
tujuan, di antaranya:
a. Mengutamakan sosial ekonomi
b. Mempersatukan pedagang-pedagang batik
c. Mempertinggi derajat bumi putera
d. Memajukan agama dan sekolah-sekolah Islam
Walaupun setelah melihat masalah perjuangan lebih luas. Tujuan itu
sedikit dirubah misal pada tujuan kedua dan lebih generalisir menjadi upaya
memberikan bantuan bagi mereka yang mendapat kesukaran. Pada tujuan
keempat dianggap sempit, oleh karena itu, tujuan itu diganti menjadi
“memajukan kehidupan agama Islam”.
81
Semua kehendak organisasi yang dijalankan di SI tetap mengacu kepada
anggaran dasar yang telah dimantapkan oleh SI dalam anggaran dasarnya.
Sejak berubahnya SI menjadi Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) pada
tahun 1929. Peraturan tersebut disempurnakan kembali oleh Majelis Tahkim
yang bersidang di Jakarta tanggal 5-12 Maret 1933 dan dikuatkan dengan
adanya referendum pada tahun yang sama. Disusul kemudian dengan hasil
Majelis Tahkim Yogyakarta tahun 1950, Solo tahun 1951, Jakarta tahun 1953,
Bandung tahun 1962, dan Majalaya tahun 1972.
Walaupun peraturan dasar (anggaran dasar) sering kali berubah namun SI
tetap konsisten dengan cita perjuangannya. Kembalinya PSII menjadi SI
kembali pada Majelis Tahkim XXXVI di Jakarta 6-8 Juli 1985. walaupun
pada tahun 2015 terjadi dua pengambilan keputusan yang bebeda dengan
Majelis Tahkim ke-40 di Bandung 24-27 November 2015 serta di Majalaya,
28-30 Desember 2015. Namun keduanya memberi mandat penuh kepada
Ketua Umum SI terpilih untuk menyelaraskan hasil kedua Majelis Tahkim
tersebut dan dinyatakan berlaku sampai dengan dilaksanakannya Majelis
Tahkim Syarikat Islam.35
D. Trilogi Landasan Prinsip
Asas bisa lebih sebagai panduan nilai yang terkadang penerapannya tentu
juga dijumpai tidak sejalan. Maka asas dan tujuan harusnya dikerjakan dengan
langkah strategis yang menjadikan realisasi itu menjadi nyata. Maka
diperlukanlah suatu suatu prinsip mendasar dalam melakukan hal itu. Dalam
35
Peraturan Dasar dan Paraturan Rumah Tangga Syarikat Islam hasil Majelis Tahkim ke-
40 Syarikat Islam, h. 31-32.
82
SI disebut dengan “Trilogi” SI yaitu Sebersih-bersihnya tauhid, Setinggi-
tingginya Ilmu pengetahuan, dan Sepandai-pandai siasah.
1. Sebersih-sebersih tauhid
Untuk mencapai semua tujuan baik tidak boleh terbesit dalam pikiran dan
hati bagi mereka yang menjalankan kebaikan sebentuk egosentrisme dan
kepentingan pribadi, golongan maupun keluarga. Karena kepentingan itu
mutlak hanya memiliki kerugian. Kepentingan yang harus diusung hanya
untuk Negara, bangsa, dan agama. Kepentingan dengan melibatkan tuhan
adalah sebagai pemandu niat keji, dan moral buruk tidak ikut dilibatkan dalam
mengusahakan kebaikan.
Dengan menggantungkan diri hanya kepada Allah SWT semata tidak ada
keragu-karaguan kepada kekuatan kebatilan atau kebaikan yang terkalahkan.
Dengan pertolongan dari Allah keniscayaan akan pertolongannya akan ada.
Landasan tauhid merupakan prinsip yang paling kokoh daam menghadapi
setiap persoalan kehidupan. Sebersih-berisihnya tauhid dimasukkan bahwa
setiap ego akan berbenturan dengan ego lainnya. Hanya dengan melenyapkan
ego kepasrahan pada keabsolutan Allah semata, perjuagan akan tegak.
2. Setinggi-tingginya ilmu pengetahuan
Ilmu merupakan alat untuk membebaskan kira-kira seperti itulah
pengertian utama. Dengan adanya ilmu pengetahuan, perjuangan tahu
bagaimana harus dilakukan. Sebagian orang hanya menjejar kenikmatan
akhirat dan meninggal kehidupan dunia. Padahal, tindakan dunialah yang
83
menentukan kehidupan akhirat. Maka jikalau masih ada kebodohan dan orang
terdzalimi iman kita selayaknya dipertanggung jawabkan.
Ilmu pengetahuan berguna melihat dan memilah mana sisi kebenaran dan
kesalahan baik secara ilmuan maupun dalam persoalan tinggah laku. Dengan
meneggakkan ilmu pengetahuan akan mengupayakan banyak persoalan bisa
diselesaikan. Yang mana ini sesuai dengan firman Allah dalam Alquran
dengan menyebut kata afalaa tafakkaruun, afalaa ta’kiluun, dan afalaan yan
duruun sebagai peringatan bagi manusia yang befikir.
3. Sepandai-pandai siasah
HOS Cokroaminto membedakan politik menjadi dua bagian yaitu politik
sebagai ilmu pengetahuan dan politik sebagai praksis. Sepandai-pandainya
siasah merupakan upaya menjadikan pengetahuan politik tidak boleh hanya
sebagai ilmu tetapi harus dilaksanakan dalam bentuk nyata bisa itu dalam
bentuk pengambilan keputusan yang bersifat khalayak.
Kebijakan yang salah masa lalu akan dilakukan di masa sekarang. Dan
politik yang dilakukan hari ini akan berdampak pada politik masa depan.
Hukum sebagai akibat ini diterangkan oleh Cokroaminoto langsung. Oleh
karenanya, sepandai-pandainya siasah juga harus bergantung kepada sebersih-
bersihnya tauhid dan setinggi-tinggi ilmu pengetahuan agar setiap hasil dari
politik tidak menghasilkan tindakan yang tercela. Kegiatan politik tercela akan
mengabaikan hak dan kewajiaban untuk memberikan dampak yang baik serta
melanggat hak asasi manusia. Tindakan tersebut seperti adagium Machiavelli
dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
85
MISI:
Mewujudkan manusia yang seutuhnya sebagai hamba Allah yang berpedoman
kepada Al-Quran dan Sunna Rasul yang nyata
Syarikat Islam dalam menjalankan roda keorganisasian dikenal dengan
nama “Masa Jihad” sebagai penegasan dan kesungguhan pengabdian di SI.
Berdasarkan ketetapan Majelis Tahkim ke-40 Syarikan Islam yang diselenggrakan
di Bandung dan Majalaya telah mengasilkan kepengurusan baru dibawah
pimpinan Lajanh Tanfidziyah Dr. Hamdan Zoelva, SH., MH. Kedudukan Lajnah
Tanfidziyah berkedudukan sebagai lembaga eksekutif dalam SI. Di samping itu,
diawasi secara baik oleh para dewan yang termasuk anggota pengawasan
keorganisasi atau bisa dikatakan sebagai legislatif di tubuh SI dan diketuai
langsung oelh H. Rahardjo Tjakraningrat. Sebagai organisasi Islam, perlu suatu
pandangan serta fatwa yang mengiringi gerak langkah SI sebagai bagian dari
gerak keummatan, di sanalah Majelis Syari atau setara dengan lembaga Yudikatif
di SI berkedudukan memberikan pandangan-pandangan diketuai oleh Dr. K.H.
Ade Suherrman, M.Pd.
Dewan Pusat Syarikat Islam
Ketua H. Rahardjo Tjakraningrat
Sekretaris Dr. H. Nandang Koswara, M.Pd.
Pimpinan Pusat/ Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam
Ketua Dr. H. Hamdan Zoelva, S.H., M.H.
Sekretaris Dr. Syafinuddin Al-Mandari, M.Si.
Majelis Syar’i Syarikat Islam
Ketua Dr. K.H. Ade Suherman, M.Pd.
Sekretaris K.H. Ahmad Astamar
86
Baik Dewan Pimpinan Pusat Syarikat Islam (DPSI) dan Lajnah
Tanfidziyah Syarikat Islam (LTSI) memiliki tugas dan batasan kewenangan.
Keduanya dipilih dalam musyawarah dan ditetapkan dalam Majelis Tahkim. DPSI
merupakan lembaga tertinggi yang mengawasi jalannya keorganisasian dan
mengarahkan LTSI dan kaum SI untuk tunduk pada aturan dan ketetapan di
majelis tahkim. Di samping itu, DPSI memiliki kewenangan untuk mengambil
sikap terutama apabila LTSI dalam menjalankan organisasi tidak sesuai aturan.
Dalam hal ini DPSI dapat mengundang Majelis Tahkim untuk mengadakan
musyawarah luar biasa37
.
LTSI merupakan pemegang kuasa dalam menjalankan roda
keoganisasian dan wajib menjalankan hasil ketetapan sesuai ketetapan
musyawarah majelis tahkim selama 5 tahun satu periode kepemimpinan. Dalam
kaitannya urusan dengan kepentingan dan sikap. Setidaknya pasca reformasi SI
telah memantapkan diri sebagai organisasi yang masih melakukan tindakan
responsif kepada adanya pembangunan. Walaupun secara kekuatan poltik, di
mana dalam siklus demokrasi saluran seperti adanya partai politik jelas harus ada
namun SI melakukan itu dengan cara kerja sosial.
37
Peraturan Dasar Syarikat islam Majelis Tahkim ke-40, Pasal 15 tentang Dewan Pusat.
87
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Performa Komunikasi Syarikat Islam Pasca Reformasi
Organisasi sesuai definisinya merupakan perkumpulan yang dibentuk
dalam rangka menyatukan sikap dan tujuan. Lebih tepatnya ia dibentuk
sebagai respon atas lingkungannya. Baik itu kondisi masyarakat ataupun
keinginan akan individu yang tentunya dilandaskan pada kesepahaman atas
kelompoknya. Organisasi tak terbentuk secara simultan, dalam berjalannya
ada hukum khas yang dilengkapi karakteristik perilaku untuk merawat
eksistensinya.
Syarikat Islam sebagai organisasi masyarakat tentu juga memiliki hal
demikian. Sebagai bagian dari unit keormasan, SI tentu memiliki acuan
tersendiri yang baginya pantas dijadikan alat serta alasan untuk terus
mengontrol serta pengelolaan organisasinya. SI sudah tentu terus berupaya
menjaga ritmenya agar supaya tidak luntur. Bagi Negara demokratis
organisasi masyarakat yang tumbuh dengan baik, apalagi memiliki hubungan
dekat dengan pembangunan dan pemberdayaan umat akan jadi keuntungan
besar untuk menyokong pembangunan.
Menurut Pacanowsky an O’Doniel Trujillo bahwa setiap organisasi mesti
melakukan bentuk performa komunikasi entah itu untuk mendesain dan
menjalankan organisasinya. Komunikasi merupakan alat utama dalam
meningkatkan performa organisasi. Di bawah ini beberapa komunikasi
88
performa yang dilakukan oleh Syarikat Islam dalam merawat Ideologi dan
perjungannya pasca reformasi.
1. Performa ritual Syarikat Islam
Performa ritual lebih dilihat sebagai aktfitas dari mulai individu dalam
organisasi serta kegiatan rutin dan sosialisasi. Biasanya dalam sebuah
organisasi tersebut dapat dijumpai dalam aktifitas dan tugas. Di mana
semua itu dijalankan sesuai konsekuensi dan beban kerja yang bersifat
berkelanjutan serta hierarkis.
Ritual yang berlaku di SI mengedepankan aspek kesalehan sosial yang
menitiberatkan kepada tanggung jawab warga Syarikat Islam. Di mana, hal
itu dilakukan rata dari struktur atas hingga kepengurusan bawah tingkat
ranting. Setiap anggota lebih ditekankan memiliki pengetahuan dan
kepekaan baik pengetahuan IPTEK dan IMTAK. Syarikat Islam
mengupayakan akan pikiran-pikiran keislaman tentang Daenul Islam
dijadikan acuan kepada siapa saja. Daenul Islam merupakan konsep di
mana ajaran Islam secara universalitas dipahami oleh semua anggota dan
diimplementasikan sebagai kerja. Tujuan sederhananya, Syarikat Islam
ingin pola hubungan hablum minalllah dan hablum minannas selalu
terpatri. Alhasil, di tengah masyarakat tidak boleh ada semacam Khilafiah
dan Furu,iyah yang cenderung menjadi perpecahan dalam ummat Islam.
SI dalam upayanya merekonsiliasi cabang-cabang dan menginisiasi
terbentunya SI kembali di wilayah yang mana sebelumnya SI pernah
berdiri. Semua anggota di SI sepakat bahwa silaturahmi merupakan alat
89
yang paling efektif saat ini. Terutama penumbuhan saling kesepahaman
akan arah baru SI yang sudah ditetapkan dalam Majelis Tahkim ke-40.
Salah satu hal terpenting ialah membangun visi Islam itu sendiri sebagian
landasan pacu bagi SI.
Dalam pembinaan, pengurus internal selalu melakukan banyak
evaluasi dalam rapat mengenai kondisi dan persoalan wilayah dan
mencarikan solusi efektif guna lebih membangun SI terutama mereka yang
masih memulai dari awal. Kunci lainnya adalah membangun kepercayaan
atas kerja Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam (LTSI) yang dipimpin oleh
Hamdan Zoelva berpegang pada target bahwa SI eguh untuk fokus
bergerak dalam dakwah ekonomi.
Gambar 4.11
Kunjungan DPW Gorontalo ke DPP Syarikat Islam terkait
program SI
1 Dokumentasi DPP Syarikat Islam.
90
Lembaga otonom SI disinergikan kembali, mengingat lembaga-
lembaga tersebut merupakan lumbung perkaderan ideologis yang dimiliki
oleh SI. Semua jajaran pengurus sepakat bahwa harus ada sebuah
komitmen serius. SI sebagai organisasi perkaderan mulai memperbaiki
bentuk perkaderan yang ada lewat jenjang lapis lembaga otonom di bawah
SI. Hal ini dibenarkan oleh Syafinuddin Al-Mandari selaku Sekretaris
Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam:
“Pertama-tama itu mengutamakan persatuan jadi pemahaman
yang bersifat sektarian dan sebagainya dianggap sebagai
penghambat kerja. Yang kedua kita ingin kerja dalam praktis di
bidang kemandirian ekonomi diutamakan. Etikanya bisa dilihat
dengan adanya keharusan rekonfirmasi kalau terdapat perbedaan
pendapat kita saling Tabayyun. Standar etika yang lain yang mesti
patuhi secara umum misal kejujuran, tenggang rasa, transparansi,
bertanggung jawab, dan persaman derajat.”2
Peran DPP Syarikat Islam sangat sentral terlebih lagi dia menjadi
rujukan utama bagi DPW di bawahnya. Maka dari itu, etika persamaan
derajat memaknakan bahwa rekonstruksi SI ke arah yang lebih mapan
harus dilalui oleh saling memahami peroalan secara setara antara pusat dan
wilayah. Hal ini mengubah persepsi bahwa DPP Syarikat Islam sering
terjebak dalam suasana elitisme pengurusan pusat dan menyebabkan
pemberdayaan DPW sering terbengkalai.
SI kembali memulai kebiasan awal mulai dari pengakajian nilai-nilai
perjuangan yang harus diwujudkan. Di sisi lain, SI juga tidak menolak
2 Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal Lajnah
Tahfidziah Syarekat Islam di Kantor Syarekat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30
WIB
91
dinamika sosial bahwa masyarakat berubah, tentu pola ritual untuk
memantenkan keberadaan SI juga disesuaikan dengan kondisi. Mereka
kini, mulai melakukan pendidikan kewirausahaan di kalangan masyarakat
dengan teknologi digital serta forum komunikasi lewat media sosial yang
teratur dari pusat hingga daerah.
SI juga tidak pernah lupa dilaksanakan oleh SI ialah memperingati
pesan-pesan pendahulu tokoh SI seperti perayaan ulang tahun pidato
Zelfbeestur oleh HOS Cokroaminoto 1916 yang kini sudah mencapai ke-
101 tahunnya. Tujuanya tak lain untuk mengingatkan dan pendidikan bagi
setiap kader SI. Selain menjadi ajang silaturahmi bagi jajaran setiap
lapisan warga Syarikat Islam.
Gambar 4.23
Perayaan ulang tahun pidato Zelfbeesfur ke-101 HOS
Cokroaminoto
3 Dokumentasi DPP Syarikat Islam dalam perayaan ulang tahun 101 Tahun pidato
Zelfbeesfur oleh HOS Cokroamnoto, di Kantor Syarikat Dagang Islam, Menteng, Jakarta 16 Juni
2017.
92
Pemaknaan pidato Zelfbeestur menjadi perekat dan penggalian nilai
akan arti kedaulatan dan kemajuan bagi kaum Sarekat. Di sana juga,
tersimpan arti bahwa perjuangan tidak boleh berhenti dalam suatu adanya
tekanan apapun itu. Sesuai tujuannya semua bahwa dengan memperingati
ulang tahun pidato bersejarah itu, SI juga menjadikan momentum
demikian sebagai alat perekat semua kekuatan sosial yang bersifat
multietnik dan transprimordial yang ada di Indonesia.
2. Performa Hasrat Syarikat Islam
Performa ini lebih dekat dengan bagaimana anggota menceritakan
lingkungan dalam organisasi kepada sesama anggota atau orang lain di
luarnya. Semua ornamen kelembagaan bergerak untuk membangun
kembali citra sosial SI. Organisasi ini lebih banyak mendekati persoalan
dengan respon-respon sosial. Dengan tidak memilih jalur politik praktis,
secara otomatis SI melaju dalam mengimbangi dengan tanggapan bahkan
kritik terhadap gejala sosial.
93
Gambar 4.34
Perwakilan Wanita Syarikat Islam menjadi pembicara dalam
penguatan keorganisasian keagamaan
SI beberapa kali juga ikut dalam memberikan sumbangan wawasan
perihal masalah kebangsaan dan kenegaraan. Di mulai dari percikan
gagasan si forum-forum resmi maupun di media sosial seperti yang
dilakukan oleh Wanita Syarikat Islam (WSI) badan otonom yang
mewadahi anggota perempuan SI. Kedudukan wanita dan lelaki dalam SI
sama rata secara proporsional. Mereka memiliki tugas dan fungsinya
masing-masing. Tetapi tidak jarang ditemui mereka juga terlibat dalam
dalam kegiatan yang mereka dipercayai untuk dimintai tanggapan dan
pendapatnya.
Banyaknya tokoh nasional yang duduk dalam pengurusan SI saat ini.
Di samping itu varietas lapisan masyarakat dari berbagai wilayah yang
bergabung menjadi anggota akan dengan mudah SI dekat dengan
4 Dokumentasi DPP Syarikat Islam dalam acara diskusi publik “Memperkokoh peran
organisasi keagamaan melalui pendidikan wawasan”, Palembang, 21 Agustus 2017.
94
tujuannya. Setiap wilayah tentu memilki persoalan spesifik masing-
masing. oleh karena itu setiap kader SI di setiap wilayah memiliki
performa hasrat yang berbeda tanpa harus sama dengan DPP Syarikat
Islam. Menurut Aulia Tahkim A.D Tjokroaminoto Wakil Sekretaris
Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam:
“Pada intinya sama ikut dari pusat hanya saja karakteristik
daerah seperti Lubuk Linggau dan Cianjur itu berbeda kondisi
sosial dan geografisnya. Dakwah Ekonomi dan pendidikan
disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing,”5
Karakteristik masalah juga akan menghasilkan pemikiran untuk
memecahkan masalahnya. Semakin banyak respon yang dibangun oleh
masing kader SI di wilayah, itu akan menjadi bonus sosial dalam
mengenalkan SI lebih luas kepada masyarakat. SI memiliki masalah dalam
merampungkan tujuan untuk mengeksplorasi lebih luas perkembangan SI
di setiap wilayah bahkan hingga ranting.
Pendekatan dengan memperbaharui cabang yang sudah mati dengan
membentuk kembali dan merangkul kader militan yang ditinggal dan tak
aktif oleh cabangnya akibat kurangnya responsif di tataran pusat dan
minimnya perkaderan. Kader militan lama tetap menjadi prioritas agar
semangat itu menular kepada yang lainnya. Pengurus mulai berbenah dan
itu alasan agar supaya menjadi motivasi bagi dibawahnya. Sekretaris
Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam Syafinuddin Al-Mandari
mengungkapkan:
5 Wawancara pribadi dengan Aulia Tahkim A.D. Tjokroaminoto selaku Wakil Sekretaris
Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni
2017 jam 11:20 WIB
95
“Yang terdaftar ada 24 cabang wilayah provinsi. Selebihnya
masih dalam proses persiapan kalau kita hitung berdasarkan
cabang persiapan sudah cukup memenuhi 34 provinsi. Contohnya
yang masih belum ada itu Papua, Papua Barat, Maluku,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah. Sebetulnya ada tapi
terlalu lama tidur itukan bangun kembali. Secara kelembagaan itu
sudah berakhir masa jabatanhya kita perbaharui lagi. Cabang SI
suah hampir 500-an target. Yang sekarang ada 80-an yang sudah
SK-kan.”6
Geliat lain yang tumbuh secara perlahan ialah dalam bidang
pendidikan. Kenyataan sejarah memang menyebutkan jalur perjuangan SI
adalah ekonomi politik. Pada kenyataan yang lain SI banyak membangun
banyak lembaga pendidikan yang berciri khas SI. Hari ini hanya hanya ada
beberapa wilayah yang memiliki lembaga pendidikan yang diinisiasikan
langsung oleh SI.
3. Performa Sosial Syarikat Islam
Perfoma ini lebih melihat kedalam bentuk perilaku positif dalam
sebuah organisasi demi menunjang adanya efektifitas kerja. Pembuktian
eksistensi SI bagaimana lembaga ini melihat masyarakat sebagai tempat
untuk banyak belajar dan membantu persoalan. SI menyadari bahwa
mayoritas masyarakat Indonesia merupakan muslim. Maka tangung jawab
saling asah, asih, dan asuh kehidupan sosial dengan kekuatan sosial umat
Islam perlu dilakukan.
Sekalipun SI tidak melakukan kegiatan sosial sebagai rutinitas. Tetapi,
tindakan dalam mendekati masyarakat dengan berbagai bantuan
6 Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal Lajnah
Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30
WIB
96
merupakan ikhtisar menjaga stabilitas pembangunan bangsa. Ketimpangan
yang seringkali menjadi pesoalan akut di negeri ini merupaan alasan
utamanya.
Gambar 4.47
Wanita Syarikat Islam meberikan bantuan sosial kepada
masyarakat kurang mampu
Membangun kesadaran di atara sesama anggota SI merupakan salah
satu keberhasilan dalam mengakomodir anggota untuk dekat dengan
masyarakat. Pada intinya, kesuksesan yang dimaksud merupakan feedback
dari kenyataan bahwa masyarakat terbantu atas kegiatan yang dilakukan
SI. Pendekatan sosial yang dilakukan SI tidak saja berfokus kepada kerja
fisik tetapi SI juga menyadari bahwa dalam bidang penguatan mental dan
pengetahuan tidak bisa ditinggalkan.
7 Domuentasi Wanita Syarikat Islam.
97
Gambar 4.58
Penyuluhan Ketahanan Keluarga
Kegiatan-kegiatan SI menstimulus agar masyarakat sekitar peka dan
mengerti. Tetapi tujuan lain kegitan yang dilaksanakan di DPP dapat
mengispirasi dan diikuti oleh DPW hingga ranting untuk terus berinovasi
dan tanggap terhadap pembangunan. SI pusat ingin menjadi rule model
bagi mekanisme SI diluarnya.
4. Performa Politik Syarikat Islam
Performa ini fokus kepada bagaimana keinginan politik dan kontrol
kekuasaan dalam organisasi dilakukan secara hierarkis. Di samping itu
semua keputusan yang diambil bersifat terbatas. Saat SI mengubah haluan
mainstream-nya dari kecenderungan politik ke wilayah pembangunan
ekonomi. Respon yang segera dibangun oleh SI ia melakukan penegasan.
Dengan tidak terlalu mengindahkan keinginan sejumlah kader ideologis
yang memperjuangkan ide gagasan SI di jalur politik.
8 Dokumentasi WanitaSyarikat Islam “Martial Succes Trining”, di kantor Syarikat
Dagang Islam, Jakarta, 12 Agustus 2017.
98
Kepemimpinan Hamdan Zoelva mengakhiri reputasi SI secara
permanen dalam aspek politik praktis. Dia hanya berkeinginan agar supaya
SI tetap dalam jalur perjuangan dengan pilihan kembali ke khittah-nya.
Salah satu keputusan ini dapat diterima dapat ditunjang dengan
rekonsilisasi yang terjadi dengan baik pasca perpecahan di tubuh elit SI
sebelum Majelis Tahkim ke-40. Kenyataan bahwa peluang SI semakin
tipis dalam mempengaruhi sistem politik lewat perjuangan politik praktis
dengan sendirinya mengukuhkan SI berhenti dari hal yang dianggap
popular dengan kehidupan SI yaitu poltik itu sendiri. Kondisi dijelaskan
lebih terperinci lagi oleh Yudhi Irsyadi Syafii Sekretaris Bidang
EkonomiSyarikat Islam:
“Inilah pada akhir ahun 2015 Hamdan Zoelva memimpin SI,
dilanjutkan dengan pelantikan pengurus baru akhir februari 2015.
Barulah kemudian visi Hamdan Zoelva kembali ke jalan lurus atau
jalan yang awal. Kita ingin mengembalikan SI ini kepada masa
masa tahun 1905-1923. Inilah jalan lurus kita jadi konsen ketua
umum mengagendakan empat program yang dinamakan catur
program karena praktis tatanan organisasi sangat kacau karena
terlalu orientasi politik hingga terjadi konflik di mana-mana.
Akhirnya jadi pengurus tak jalan. Menata kembali organisasi
dengan konsolidasi organisasi. Kemudian menjajalankan tiga
program yang menjadi konsennya SI dari dulu yaitu ekonomi,
pendidikan, politik sebagai level yang paling bawah. Politik tidak
bisa dilepaskan dari SI,”9
Penyemarataan pemahaman akan konsep baru yang diusung
dikonsolidasikan dengan pendekatan penyatuan lagi dan langkah-langkah
mukernas serta peninjauan dari DPP ke setiap wilayah-wilayah
dibawahnya. SI terbantu dengan antusiasme wilayah untuk membangun
9 Wawancara pribadi dengan Yudhi Irsyadi Syafii selaku Sekretaris Bidang Ekonomi
Syarekat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 08 Agustus 2017 jam 16:06 WIB.
99
kembali SI kembali yang dulunya sempat stagnan, bahkan menginisiasi
terbentuknya SI di wilayah baru.
Langkah strategis lain yang untuk memompa performa politik dalam
SI ialah keterbukaan untuk pertukaran pendapat dan masukan yang rutin.
Transparansi massif soal kegiatan yang dilakukan DPP SI menjadi
katalisator bagi wilayah di luarnya untuk ikut mensinergikan dengan
pengurusan pusat soal kesamaan visi-misinya.
5. Performa Enkulturasi
Performa ini menitikberatkan kepada bagaimana cara setiap anggota
mendapatkan pengetahuan dan informasi dalam menjalankan kegiatannya
dalam sebuah organisasi. Sesuai dengan asas dan tujuan Syarikat Islam
yaitu Daenul Islam dengan tujuan terlaksananya kehidupan muslim
sesungguhnya. Tafsiran sederhananya bahwa SI tidak berusaha
menghadirkan sekat yang cenderung menjurus kepada ikhtilafiah
(perpecahaan). Perbedaan adalah kekuatan yang mendasari tujuan bahwa
umat Islam secara keseluruhan ialah satu entitas dan memiliki tujuan yang
sama yaitu keselamatan hidup dunia dan akhirat. Hal ini ditegaskan oleh
Syafinuddin Al-Madari Sekretaris Jenderan Lajnah Tahfidziah Syarikat
Islam:
“Bahkan kalau kita baca dokumen awal yang memuat prinsip SI
antara lain diprogram Asas dan Tandhim anda akan melihat SI ini
tidak menganut mazhab tersendiri. Beda dengan NU jelas sekali
bahwa dia Ahlussunnah Wal Jamaah. Muhammdiyah juga begitu
2namun pakai Tarjih Muhammadiyah. Malah saya katakan,
awalnya cenderung Wahabi. Kalau kita liat gerakannya pun juga
anti Tahlil, Bidah, dan Kurafat. Itu kan model Wahabi. Walaupun,
100
dalam perkembangannya kecanggihan para tokoh Muhammadiyah
bisa lentur ke dalam perkembangan sosial Indonesia sehingga efek
dari faham wahabi tidak terjadi masalah bagi mereka. Sekarang
Muhamadiyah pun tidak terlalu dipersoalkan Tahlilan misalnya.
Kalau di SI ini tidak. Memang gerakan SI itu ekonomi politik
awalnya dan beberepa tahun kemudian menjadi gerakan politik.
Jadi, bukan dalam konteks pemahaman keagaman pada satu
warna itu sebabnya di SI itu sangat gampang bergabung satu sama
lain.”10
Tidak adanya kecenderungan mazhab tertentu dalam SI memudahkan
SI dapat merangkum semua kalangan. SI hanya memahami bahwa hakikat
Islam ialah ajaran universalitas yang inklusif. Sebagai turunan dari
kenyataan itu, kebebasan berpendapat akan terjamin dan rasa silaturahmi
di dalamnya akan sama-sama diikutkan.
Sebagai organisasi kader, para keluarga pendiri Syarikat Islam juga
masih terakomodir dengan baik. Sekalipun mereka belum melewati tahap
resmi dalam perkaderan yang ada. Akan tetapi, kedekatan kultural historis
yang melatar belakanginya, maka keberadaan mereka tetap dianggap
sebagai bagian keluar kaum Syarikat Islam. Masukan dan saran dari
mereka tetap bisa dijadikan acuan sebagai pertimbangan SI. Wakil
Sekretaris Lajnah Tahfidziyah Syarikat Islam Aulia Tahkim A.D
Cokroamnoto menegaskan:
“Perkaderan kurang massif. Sebenarnya di SI ada dua sistem
perkaderan. Ada sistem among misal antara kakak dan adik selalu
ikut di SI itu tetap itu masih ada. Justeru yang masih awet itu
dengan perkaderan among karena faktor keterdekatan. Cara itu
10
Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal Lajnah
Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30
WIB
101
masih ada, yang secara legal untuk tingkat nasional sudah ada
dan di daerah baru mulai lagi.”11
Patron klien memang kentara di dalam SI, hanya saja batasan yang
dipakai ialah kultural historis semata. Baik itu merupakan kedekatan
keluarga atau pernah menjadi anggota namun terhenti bersamaan dengan
mandegnya SI di sebuah wilayah sebelumnya. Penyokong lainnya ialah
lembaga pendidikan dari tingkat bawah sampai Universitas. Seperti
Universitas Cokroaminoto di Makassar, Palopo, Yogyakarta, dan Pinrang.
Untuk tingkat universitas dimulai dari Jogyakarta. sejarah menyebutkan
salah satu universitas tersebut berubah nama menjadi Universitas Sebelas
Maret Surakarta pada tahun 1950-an.
Selain itu, dalam membentuk kader ideologis SI memilih beberapa
tahapan pendidikan kekaderan. Syafinuddin Al-Mandari mengatakan:
“Proses kaderisasi yang tidak jalan seperti dahulu itu
menyebabkan regenerasi kepengurusan sangat lamban. Organ
sayap SI banyak diurusi oleh angkatan lama bukan angkatan
muda. Bisa dibilang sudah kosong dari SEMMI, hanya sedikit saja
yang masih tersisa. Pengkaderan harus dimulai dari awal. Sistem
perkaderan di SI menurut pendapat saya bagus seandainya
berjalan. Di SI untuk memulai keanggotaan itu telah dipersiapkan
sejak dini melalui pramuka. Pramuka di SI itu sudah berdiri sejak
1927 jauh sebelum pramuka saat ini ada namanya dulu Serikat
Islam Afdelling Pandu (SIAP). Melalui keperamukaan itu dibina
aspek pendidikan karakter kemudian nanti mereka akan tumbuh
memasuki tingkat pelajar mereka akan ketemu SEPMI. Di situ ada
pengkaderan juga, ada aspek ke-SI-an masuk ke dalam. Kemudian
menjadi mahasiswa mereka menjadi SEMMI sehabis itu baru
meraka aktif di Pemuda Muslim Indonesia. Pada tingkat tertentu ia
sudah dipilih dalam pengurus di tingkat cabang, willayah, ataupun
11 Wawancara pribadi dengan Aulia Tahkim A.D. Tjokroaminoto selaku Wakil Sekretaris
Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni
2017 jam 11:20 WIB
102
pusat. Jenjangnnya sangat jelas sekali. Memasng ada juga
beberapa forum yang menjadi ajang pembinaan. Di Mukernas lalu
dikembangkan suatu model perkaderan jenjang di SI dikelola oleh
satu badan yang namanya pesantren kader SI,”12
Kelengkapan tempat perkaderan di SI memang bisa dikatakan rapih.
Hanya saja kenyataan itu tidak didukung oleh kondisi lembaganya. Banyak
lembaga yang ada masih dijalankan oleh pengurus lama yang
mengindikasikan bahwa tersendadnya perkaderan di SI dan menyebabkan
roda organisasi jalan di tempat. Hal itu merupakan imbas minimnya kesadaran
akan regenerasi organisasi yang terlalu dipengaruhi oleh kepentingan elit masa
sebelumnya.
Salah satu solusi yang ditawarkan hasil Mukernas ialah mengadakan
pesantren SI. Program itu akan membantu mempercepat proses perkaderan
yang ada. Dari beberapa organisasi otonom SI saat ini semuanya ada dan
masih berjalan. Walaupun dengan cacatan, masih belum mengalami
perkembangan prestesius mengingat DPP SI juga menganggap pemasalahan
ini sebagai Catur Program terpenting saat ini dan terus menerus merumuskan
hingga mencapai solusi yang solutif.
12
Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal Lajnah
Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30
WIB.
103
Tabel 3.1
Performa Komunikasi Syarikat Islam
Performa Komunikasi Syarikat Islam
Performa Ritual Mengembalikan kembali budaya
organisasi seperti dengan memupuk
etika kesalehan sosial organisasi dari
pucuk pimpinan yang diharapkan dapat
dicontohi kepengurusan di bawahnya.
Di sisi, lain kegiatan yang cenderung
menumbuhkan sikap ideologi
zelfbestuur dengan merenungi konsep
perjuangan Islam Sosialisme HOS
Cokroaminoto. Interaksi antar wilayah
SI dalam upayanya merekonsiliasi
cabang-cabang dan menginisiasi
terbentunya SI kembali di wilayah yang
mana sebelumnya SI pernah berdiri
kepercayaan atas kepengurusan Lajnah
Tahfidziah Syarikat Islam.
Performa Hasrat Anggota SI mencerminkan
organisasinya di tengah masyarakat
lewat berbagai program dan kegiatan
tercermin lewat gagasan. Terutama yang
dilakukan secara kontinu ialah lembaga
pendidikan SI di berbagai daerah. Di
sisi yang lain, setiap kepengurusan
wilayah bertanggungjawab mendekati
persoalan dengan pendekatan yang khas
tidak harus senarai dengan konsep
kepengurusan pusat.
Performa Sosial Dalam performa ini meperlihatkan SI
menjaga stabilitas keorganisasian
dengan berbagai pendekatan yang
beragam kepada masyarakat sekalipun
tidak intensif. Upaya-upaya
menumbuhkan kepercayaan masyarakat
digalakkan baik melewati peran
langsung pimpinan SI ataupun sikap
responsif dari penilaian masalah sosial
yang ada.
104
Performa Politik Performa ini memperlihatkan secara
keinginan politik SI telah memutuskan
tidak dalam suasana politik praktis.
Pasca reformasi, SI ingin
memperlihatkan Hight Politic dianggap
lebih sesuai dengan kebutuhan dan
pengembalian citra SI di muka publik.
Di sisi yang lain, pasca reformasi,
keinginan berpolitik disetiap kader SI
secara keseluruhan ditekan lebih
mengkhusukan kepada gerakan
suprastruktur. Dengan demikian akan
menguntungkan untuk menyuburkan
eksistensi dengan pola baru.
Performa Enkulturasi Performa ini menunjukkan keberadaan
SI juga sangat ditentukan oleh ikatan
kekeluargaan anggota SI lama yang
notabennya juga berasal dari keluarga
pendiri yang terus menerus mengikatkan
diri dengan para. Penyuburan budaya
dalam SI juga dipengaruhi oleh lembaga
ideologis pendidikan SI yang didirikan
berbagai daerah. Kader muda diserap
dari kantong lembaga perkaderan dicoba
diramu untuk diteruskan setelah sempat
vakum akibat minimnya proses
perkaderan.
B. Citra Islam Sosialisme Syarikat Islam Pasca Reformasi
Organisasi yang telah berdiri dari tahun 1905 ini mengalami perubahan
dalam iklim politik dan sosial budaya. Gambaran utama yang dimiliki oleh SI
sejak lahir sebagai garda perjuangan dalam meluruskan sistem yang tumpang
tindih, di mana dalam struktur kekuasaan wong cilik sering menjadi objek
pemberangusan subversif pemerintah kolonial. Tak ubahnya pada saat
kemerdekaan didapatkan SI tetap masih berusaha ideal dalam khittah-nya.
Akan tetapi SI juag tidak bisa menghindari bahwa perubahan zaman dari masa
Orde Lama, Orde Baru, kemudian reformasi memiliki sisi pemaknaan
berbeda.
105
Pasca reformasi saat ini SI lebih dikenal sebagai organisasi masyarakat
yang lebih bergerak kearah pembangunan ummat. Bukan hal yang baru jika SI
pasca Muktamar ke-40 sebagai hasil dari rekonsiliasi politik dan organisasi
mengingat SI mengalami pergesekan di dalam struktur elit dalam
organisasinya itu sendiri.13
Sebagai ormas yang masih dianggap punya
kekuatan politik, jelas SI dalam pengertian masyarakat tidak mudah akan
mudah meninggalkan arenanya yaitu politik. 14
Reformasi sebagai perubahan sosial politik dari rezim otoritarianisme ke
liberalisme juga dinikmati oleh berbagai ormas untuk beralih ke pergulatan
politik. Hal itu bisa diliat dari berubahnya banyak ormas pada pemilu 1999
kelompok Tarbiyah menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan beberapa
kelompok ormas semi militer Pemuda Pancasila menjadi Partai Patriot juga
ikut-ikutan membetuk sirkulasi demokrasi yang baik. Moderenisasi
kepemimpinan yang terbuka justeru malah menenggelamkan citra politik SI
sendiri.
Bagi masyarakat, reformasi bukan saja ajang gerakan populisme ke arah
politik saja, akan tetapi juga membentuk pikiran untuk ikut serta dalam politik
praktis. Bagi SI sendiri ini menjadi ujian berat, apalagi pukulan dari
13
Perpecahan elit dalam SI terlihat dalam perbedan partai politik yang berlaga di Pemilu
2004. Di mana, di tubuh SI terdapat dua partai: pertama, Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)
yang dimunculkan kembali setelah berfusi dengan PPP oleh H. Taufik Tjokroaminoto sebagai
ketua dan Ir. H. Amaruddin Djajasubata sebagai Sekretaris Jenderal. Partai PSII melandaskan pada
asas daenul Islam yang berorientasi kepada pengakomodiran seluruh masyarakat Islam yang
berbeda suku, ras, dan budaya. Di sudut lain, lahir Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) 1905
merujuk tahun kelahiran SI. Partai ini berbeda prinsip. Partai PSII 1905 diketuai oleh Drs. H.
Ohan Sudjana dan Sekretaris Jenderal Ir. Paka Chairi. Lihat, Ridho Al-Hamdi, Partai Politik
Islam, (Jakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 104-105. 14
Sebelum kepemimpinan masa sekarang merupakan hasil kesepakan ishlah bersama. Di
mana saat Majelis Tahkim/ Kongres Nasional ke-40 Syarikat Islam berada dalam dua
kepemimpinan yang berbeda jalan pada masa jihad 2010-2015 hasil pelaksanaan Majelis Tahkim
ke-39 sebelumnya.
106
menurunnya suara dukungan dalam ajang pemilu 1999 dan 2004 telah menjadi
tanda bahwa gerakan politik SI mengalami degradasi. Sayangnya, di sisi lain
sejumlah ormas yang lain malah mendapatkan untung luar biasa dari sisi
politik. Nahdlatul Ulama (NU) lewat tokoh-tokohnya membentuk Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB) yang kemudian mengantarkan Abdurahman
Wahid pendiri sekaligus ketua PKB menjadi presiden dalam sistem
parlementer. Muhammadiyah pun demikian, lewat tokoh-tokohnya mereka
membentuk Partai Amanat Nasional (PAN) lewat tokoh reformis Amien Rais,
walaupun PAN pada akhirnya menjadi partai inklusif dan juga menampung
sosok non muslim.
Citra memiliki peranan penting dalam membentuk paradigma bahkan
penilaian, karena merupakan sebuah kekayaan yang kadang berbuah baik
maupun sebaliknya. Citra SI selama ini sering dianggap gagal menggiring
kepentingannya ummat Islam. Seringnya SI terjebak dalam turbulensi politik
kepentingan dan minimnya respon terhadap perkembangan zaman. Alhasil
citra SI kemudian meredup. Perkembangan politik pasca reformasi SI kurang
merespon tegas dalam membawa suara umat islam dalam mengartikan politik
Islam pada saat itu.
Secara ideologis SI bahkan tidak menunjukkan gerakan pasti mengingat,
demokrasi telah membawa moderenisasi berpikir dan berpolitik ke arah yang
liberal. Asusmi bahwa ideologi merupakan aspek terpenting dalam setiap
sikap dan perjuangan, justeru liberalisme menjadikannya bias stagnan.
Perjuangan ideologis SI masih dalam pusaran membangun konsilidasi
organisasi di saat konflik elit dari dalam belum kelar dan pesatnya minat
107
menumbuhkan kesadaran politik lewat partai yang subur setelah rezim
Soeharto turun.
Daya dobrak SI dalam menjadi saluran mempengaruhi sistem politik
terlampau luntur. Di mana pada saat pemilu 1999 Partai Syarikat Islam
Indonesia (PSII) yang menjadi payung gerakan politik SI hanya mendapatkan
satu kursi, jauh dibawah perolehan partai-partai yang jauh lebih muda usia
kelahirannya.15
Pada dasarnya SI tidak mampu melakukan pendekatan kepada
umat Islam dan mengakomodirnya. SI terlalu banyak kehilangan suara dari
mayoritas pemilih muslim dengan membenturkanya kepada ketidaksiapan
mayoritas partai Islam lama dengan skema politik pasca reformasi.
1. SI mengambil jarak dari politik praktis
Setiap organisasi berusaha untuk mendapatkan kembali kepercayaan
publik dengan pilihan mereformasi tujuan kembali kepada khittah
perjuangannya. Sebagai organisasi masyarakat yang memiliki anggota dari
pusat hingga ranting, SI memiliki social capital yang matang. Belum lagi
SI sebagai organ yang tidak memiliki kecenderungan keagamaan tertentu.
Sistem politik liberal selalu menitik beratkan kepada cost politic yang
besar. Hal demikian menyebabkan politik cenderung tidak hanya bertumpu
15
Pemilu tahun 1999 pemenangnya adalah PDI-P yang meraih 35.689.073 suara atau
33,74 persen dengan perolehan 153 kursi. Golkar memperoleh 23.741.758 suara atau 22,44 persen
sehingga mendapatkan 120 kursi atau kehilangan 205 kursi dibanding Pemilu 1997. PKB dengan
13.336.982 suara atau 12,61 persen, mendapatkan 51 kursi. PPP dengan 11.329.905 suara atau
10,71 persen, mendapatkan 58 kursi atau kehilangan 31 kursi dibanding Pemilu 1997. PAN meraih
7.528.956 suara atau 7,12 persen, mendapatkan 34 kursi. Di luar lima besar, partai lama yang
masih ikut, yakni PDI merosot tajam dan hanya meraih 2 kursi dari pembagian kursi sisa, atau
kehilangan 9 kursi dibanding Pemilu 1997. Selengkapnya hasil perhitungan pembagian kursi itu
seperti terlihat dalam tabel di bawah. PSII sebagai satu satunya partai yang diusunh oleh SI
375.920 suara dan mendapatkan satu kursi, Lihat, Hasil Pemilu tahun 1999, www.kpu.org diakses
pada tanggal 25 Agustus2017 jam 19:11 WIB.
108
kepada mode gerakan politik saja tetapi pada peran kekuatan ekonomi.
Sistem keterbukaan dan berhentinya sistem parlementer mengakibatkan
postur politik yang minimalis menjadi besar dan beragam ideologis. SI
yang memang selalu mengandalkan kepercayaan ummat Islam dan kader
ideologis namun belum sanggup menjawab perubahan tersebut.
Hasrat berpolitik tidak bisa dipisahkan dari SI itu sendiri. Adanya
pertentangan kesejahteraan dari ekonomi pada awal mulanya tahun 1905
dengan perdagangan kapitalisme asing dan Cina lebih bermuatan politik.
Dari tokoh-tokoh SI pulalah embrio partai-partai Islam bermunculan
bahkan pendiri ormas NU dan Muhammadiyah tidak lepas dari
keanggotaan SI.
Kekuatan dari citra politik SI dikuatkan oleh kebesaran tokoh-
tokohnya, dengan menyebut sosok HOS Cokroaminoto, Agus Salim, dan
Abdul Moeis nyatanya memberikan energi positif bagi SI. Sayangnya pra
reformasi saat fusi politik tahun 1972 oleh orde baru mereka justeru
terjebak antara konflik kekuasaan untuk masuk dalam kekuatan politik
tunggal Islam yaitu PPP. Sosok yang dimiliki SI pada saat itu tidak
menyadarkan bahwa beberapa dekade kemudian perubahan politik akan
segera tiba dengan berhentinya otoritarianisme Orde Baru ke reformasi.
Sulit menebak bagaimana sebenarnya ideologis Islam Sosialisme
itu ditelisik. Di mana pasca reformasi hampir semua umat Islam melebur
ke dalam berbagai partai baik partai Islam maupun nasionalis. Belum lagi
tumbuhnya kekuatan elit baru lewat partai seperti PKB, PKS, PAN, dan
109
Demokrat juga menjadi destinasi berkarir dalam politik. Partai tersebut
juga menyediakan beberapa kegiatan yang bersentuhan dengan kegiatan
yang berbau Islami baik secara pembangunan ekonomi, sosial dan budaya.
Implementasi Islam Soisalisme justeru sering saling sikut dengan
keinginan untuk memantapkan SI lewat PSII secara politis. Alhasil, PSII
pada pemilu tahun 2004 menjadi akhir dalam pentas politik karena tidak
mencapai ambang batas perolehan suara.
Gesekan elit SI dalam justeru menyebabkan persoalan serius dari
dalam akhirnya PSII pun pecah menjadi dua golongan. Hal itu
mempengaruhi keberadaan SI hingga saat ini. Hal itu diungkapkan oleh
Syafinuddin Al-Mandari selalu Sekretaris Jenderal Lajnah Tahfidziyah
Syarekat Islam:
“Sesudah reformasi kan eksperimentasi politik SI sebenarnya
masih ada. Jadi tahun 1999 mengikuti pemilu dalam dua
kelembagaan partai politik yaitu Partai Syarikat Islam Indonesia
(PSII) dan Partai Syarikat Islam Indonenesia (PSII) 1905. Itu
merupakan efek perpecahan yang dulu terjadi. Kedua-duanya ini
ketika itu ikut di pemilu 1999, namun tidak mencapai ambang
batas perolehan suara. Oleh karenanya tidak bisa lagi mengikuti
pemilu berikutnya pada tahun 2004.”16
PSII memang berusaha menyatukan diri tapi karena ada dinamika
tidak dapat diselesaikan. Di mana yang PSII 1905 berubah menjadi
Syairikat Islam Indonesia (SII) dan PSII kembali menjadi SI kembali.
Tetapi ada ikhtiar baru untuk mengubah nama menjadi partai Syarikat
Indonesia (PSI) ikutlah dia pada pemilu tahun 2004 tapi nasibnya sama
16
Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal Lajnah
Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30
WIB
110
tidak mencapai ambang batas perolehan suara. Sehingga pemilu 2009
sudah tidak ada, kemudian semua unsur pergerakan SI kembali untuk
membenahi kembali SI.
Hasil yang didapatkan SI memang begitu mengecewakan. Pada
Majelis Tahkim ke-40 di mana menjadi momentum ishlah dan
kepemimpinan baru dibawah Hamdan Zoelva (mantan Ketua Mahkamah
Konstitusi RI) sebagai Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam (LSTI) masa
Jihad 2015-2020 menganggap final keputusan untuk tidak lagi
menganggap jalur politik sebagai jalur jihad perjuagan pembangunan
umat. SI berusaha back to azimuth dengan merumuskan berbagai agenda
termasuk konsolidasi organisasi yang dianggap berantakan diakibatkan
friksi elit yang bergesekan. Di mana tak jarang menciptakan kelembagaan
hirarkis secara sosial politis di tubuh SI.
111
Gambar 4.617
Hamdan Zoelva menegaskan arah perjuangan SI
Setelah Hamdan Zoelva menjadi unsur eksekutif di SI ini
merupakan keputusan yang barangkali kurang populer namun tegas.
Pasalnya citra SI selama ini memang dekat dengan kegiatan politik terlalu
mengakar kuat. Keputusan lewat pernyataan ini sebagai keputusan
berusaha mengembalikan citra SI sebagai lembaga yang memiliki distingsi
terhadap konstruksi masyarakat lewat programnya. Menutup jalur
kemungkinan untuk menjadi parpol tidak lain untuk menghindari adanya
friksi horizontal antar sesama kaum syarikat saat menyentuh hal politik.
Seperti peryataan tegas Hamdan Zoelva dalam sebuah sambutan:
“Fokus pada gerakan ekonomi tidak berarti meninggalkan
gerakan dakwah, politik, dan pendidikan. Bagi Syarikat Islam,
17
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/16/02/28/o38h7b359-hamdan-zoelva-syarikat-islam-bukan-partai-politik,
diakses pada tanggal 2 Agustus 2017, pukul 21.00 WIB.
112
Daenul Islam tetap menjadi dasar dan landasan bagi gerakan
ekonomi dan menjadi panduan etik, moral serta hukum dam
menjalankam ekonomi. Demikian juga dengan dalam bidang
politik, Syarikat Islam tetap memiliki perhatian dalam bidang
politik yang berdasarkan pada Daenul Islam yaitu dengan
menamakan moral dan etika politik kebangsaan yang bersumber
dari ajaran Islam,”18
Penegasan arah baru SI untuk tidak berpolitik merupakan sikap
yang ambivalensi sebab SI juga tidak serta merta melepaskan gerakan
politik sepenuhnya. Di samping itu hadirnya sosok Hamdan Zoelva
sebagai ketua Lajnah Tahfidziah SI memberikan pengertian bahwa
organisasi SI memang selalu bertumpu kepada kepemimpinan yang
memiliki citra karismatik. Anggapan masyarakat selama ini memang
melihat SI sebagai organisasi yang memiliki patron client dengan
disandangkan kepada sosok di dalamnya. Dalam tubuh organisasi SI
punya sarat akan penggambaran sosok-sosok karismatik yang dianggap
mampu dijadikan pengambilan sikap apapun yang dalam skema
berjalannya organisasi. Ini juga akan dengan sendirinya memberikan
gambaran yang baik. Terlebih lagi cita back to azimuth SI memilki
tendensi untuk merekonstruksi arah organisasi gerakan kesadaran sosial
pertama di Indonesia ini.
Di luar organisasi, massifnya gerakan SI dengan membangun
konsolidasi menambah suasana keormasaan masyarakat akan sangat
beragam. Terutama, pembangunan Islam yang sering tergerus oleh pusaran
politik dan stagnasi dalam memanifestasikan nilai ajaran Islam terhadap
momentum-momentum yang lebih realistis. SI setidaknya memiliki
18
“Syarikat Islam Kembali Ke Khittah Awal” dalam sebuah profil Syarikat Islam
113
perbedaan dengan NU, Muhammadiyah, maupun ormas yang lainnya
dikarenakan sisi fokusnya kepada persoalan pengembangan masyarakat
lewat jalur perdagangan dan ekonomi. Namun juga tidak menanggalkan
sisi sosial budaya lainnya.
Keputusan mengesampingkan sisi politik tentu tidak berjalan
dengan sendirinya. Keputusan ini merupakan konklusi yang dikacakan
dengan banyak peluang dan tantangan. Memang sekelompok idealis politis
SI masih menginginkan ke arah yang lebih progresif yaitu membangun
kembali partai politik. Anggapan bahwa SI masih memilih peluang dalam
mempengaruhi sistem lewat gerakan politik dianggap sebagai keniscayaan
lain di samping bahwa politik juga cenderung mempertajam perdebatan
elit antar anggota dan jajaran pengurus SI.
1. Revitalisasi kader dalam pengkonsolidasian organisasi SI
Konsolidasi organisasi SI tidak hanya sekedar merenovasi
pusat kedudukan organisasi saja. Tetapi merupakan konsolidasi
yang menyeluruh mencakup ideologi, visi, dan pemahaman serta
program aksi. Perhatian lebih SI kini lebih menfokuskan kepada
konstansi organisasi. Praktis selama pergulatan politik pasca orde
baru sejumlah organisasi di SI mulai sedikit luntur.
Konsolidasi vis ideologi dan pemahaman gerakan lebih
diupayakan kepada penyelesaian persoalan kekinian. Hal itu
disetarakan kepada semua lapisan di tubuh SI baik anggotan
maupun pengurus. Prospek ini kedepannya tentunya menjadikan
114
kader militan semakin berkembang. Otomatis, mau tidak mau SI
harus lebih efektif menghidupkan lumbung perkaderan mereka
seperti Pemuda Muslimin Indonesia, Serikat Mahasiswa Muslimin
Indonesia (SEMMI), Serikat Pelajar Muslim Indonesia (SEPMI),
Gerakan Tani Syarikat Islam (GERTASI), Pandu SI, dan lain-lain.
Gambar 4.719
SI mengkonsolidasikan organisasi kembali
Salah satu hal lain yang dianggap menjadi persoalan serius
dalam tubuh SI ialah perkaderan. Anggota SI yang memiliki
kecenderung bergerak dalam ruang politik praktis banyak
menyebar ke berbagai partai di luar tanpa harus ikut memutus
hubungan keanggotaan terhada SI. Itu meupakan alternatif lain dari
gerakan anggota SI. Di saat kelesuan SI untuk merangsek untuk
mengupayakan menjadi partai masa silam.
19 http://politik.rmol.co/read/2017/05/19/292009/Mukernas-Syarikat-Islam-Fokus-Soal-
Pendidikan-Dan-Kaderisasi- diakses 15 Agustus, Pukul 23:22 WIB.
115
Gejala tersebut bukan aja tidak menimbulkan persoalan.
Perkaderan pun di SI secara keseluruhan mandeg. Artinya, SI tak
bisa menjalan organisasi secara maksimal. Dalam Mukernas SI
sebagai ajang pengambilan keputusan sesuai perintah Peraturan
Dasar dan Peraturan Rumah Tangga Syarikat Islam (Pasal
30 AD dan Pasal 77 ART) untuk menentukan arah organisasi
ditetapkan bahwa pendidikan perkaderan sebagai revitalisasi.
Merumuskan revitalisasi pendidikan dan kaderisasi, sejarah
nasional Indonesia mengakui, kekuatan Syarikat Islam pada zaman
pergerakan membangun nasionalisme Indonesia adalah melalui
pendidikan formal dan non-formal. Mukernas tersebut juga
membahas terkait dengan kemandirian di bidang politik (siyasah).
Salah satu kebijakan kembali ke garis Azimut Syarikat Islam
adalah melaksanakan asas kemerdekaan atau kemandirian di
bidang politik yang telah ditetapkan oleh Syarikat Islam sejak
tahun 1916 yang telah dikemukakan oleh HOS. Tjokroaminoto
dalam pidatonya yang terkenal berjudul Zelf Bestuur.
Terkait dengan lesunya perkaderan di SI, hal ini dibenarkan
oleh Syafinuddin Al-Mandari Sekjen Lajnah Tahfidziah Syarikat
Islam:
“Secara real kita lihat sebetulnya problem yang dialami oleh
SI sejak tahun 1973 dan 1985 ada upaya menyatukan tetapi
ternyata gagal lagi. Sampai di era reformasi ini kekuatan
perkaderan SI nyaris mencapai titik nol. Proses kaderisasi
yang tidak jalan seperti dahulu itu menyebabkan regenerasi
kepengurusan sangat lamban. Organ sayap SI banyak diurusi
116
oleh angkatan lama bukan angkatan muda. Bisa dibilang
sudah kosong dari SEMMI, hanya sedikit saja yang masih
tersisa.”20
Perkaderan merupakan jantung keberlanjutan sebuah organisasi
ideologis. Dari unit-unit anggotalah sebenarnya setiap organisasi
menggantungkan setiap keberlanjutannya. Pasca reformasi
munculnya kader ideologis hampir menurun. Sejumlah partai
misalnya menerima kenyataan bahwa peruntungan politik lebih
potensial jika beralih kepada basis massa semata. Hanya sedikit
parpol yang menjadikan kader ideologisnya sebagai bagian ujung
tombak partai politik. Di dalam organisasi masyarakat, NU dan
Muhammadiyah sebagai ormas terbesar masih bertumpu dengan
dinamika pertumbuhan anggota dari kantong-kantoong
perkaderannya. Tidak menutup kemungkinan ormas tersebut juga
menerima konsekuensi bahwa sejumlah kader ormas tersebut
mengisi ruang politik dari partai-partai non kader.
SI kini berfokus kembali menghidupkan nomenklatur
organisasi yang ada namun tidak berjalan. Di situ ada pengkaderan
juga ada aspek ke-SI-an masuk ke dalam. Kemudian ketika
menjadi mahasiswa mereka menjadi SEMMI, sehabis itu baru
meraka aktif di Pemuda Muslim Indonesia. Pada tingkat tertentu ia
sudah dipilih dalam pengurus di tingkat cabang, willayah, ataupun
20
Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal Lajnah
Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30
WIB
117
pusat. Jenjangnnya sangat jelas sekali. Memang ada juga beberapa
forum yang menjadi ajang pembinaan.
1. Umat sebagai target utama perjuangan
Menggambarkan ummat sama halnya berpikir tentang tatanan
yang baik dan teratur. Di mana kehidupan benar dijalankan penuh
motivasi serta sinergitas terhadap kepatuhan pemimpinnya. Di
samping itu, etimologi umat selalu dimaknakan sebagai sebuah
bentuk makro masyarakat yang dibangun oleh pengkondisian dari
pengabdiaan dan ketauladanan seorang atau badan lembaga yang
menopangnya.
SI tumbuh karena erupsi kepemimpinan kolonial terhadap
umat Islam secara keseluruhan yang timpang. SI membentuk
sebuah organisasi dalam menampung keluhan dan tentunya
terbangunnya persatuan. Kata umat lebih dekat dengan persatuan
secara kolektif dari unit individu yang sama-sama memiliki rasa
untuk medeka. Sejak awal, SI menjadi poros nationalism
community bangsa pribumi. Sehingga, sampai kapanpun SI
berkewajiban untuk membentuk postur masyarakat Baldatun
Tayyibatun Wa Rabbun Ghafur.
Sejak adanya rotasi kepemimpinan yang dari pasca Majelis
Tahkim ke-40. SI juga menggariskan pokok-pokok pikiran yang
118
mejadi landscape gerak cita kedepan. Pokok pikiran tersebut
tertuang ke dalam empat gagasan:21
a. Kemadirian ekonomi bangsa
Syarikat Islam menomorsatukan pembangunan ekonomi
ini sebagai pokok pikiran utamanya. Garis kesejarahan ini
menjadi pembeda bahkan sejak Kongres Syarikat Islam ke-
1 di Surabaya bisa dikatakan tonggak kebangkitan rakyat
Indonesia. Inspirasi tersebut rupanya dibawa hingga
NATICO (National Indische Congres) di Bandung. Dari
kongres kebangsaan inilah lahir sebuah tuntutan yang
dikenal sebagi Zelfbestuur untuk menekan penjajah demi
terselenggaranya kemandirian dalam pemerintahan sendiri.
Persaingan ekonomi pasca reformasi memiliki
tantangan yang lebih luas. Pasalnya, liberalisasi
membonceng globalisasi menjadi alasan. Pembangunan
ekonomi SI dipandang sebagai pengukuhan kedaulatan dan
lebih beroirentasi kepada kebersamaan bukan pertentangan.
Asas kebersamaan yang dituntut atas setiap Majelis Tahkim
demi menghilangkan deferensiasi sosial antara kaum lemah
dan kuat dalam bentuk apapun termasuk oleh kekuasaan
atau Negara atas rakyatnya.
21
“Pokok-Pokok Pikiran Kaum Syarikat Islam”, Profil Syarikat Islam: Kembali Ke
Khittah Awal, 2015.
119
Gagasan ini sebagai kritik terhadap sistem kapitaslisme
dan liberalistik yang terbukti hanya menyensarakan banyak
pihak dan memakmurkan segelitir orang. Pembangunan
ekonomi bagi SI haus diarahkan kepada kemadirian dan
kedaulatan ekonomi bangsa dengan bangunan tata ekonomi
yang berdasarkan pada keadilan sosial.
b. Utamakan pembangunan pedesaan
Pedesaan merupakan penopang utama dalam sub-
sistem republik ini. Lingkungan dan tatanan pedesaan tidak
dapat ditinggalkan karena telah ikut mendorong gerak
tumbuh Negara ini. SI melihat bahwa pedesaan sebagai
kekuataan utama mulai dari tersedianya pangan dan
ketahanan lainnya. Beberapa sejarah bangsa-bangsa dunia,
telah mengajarkan bahwa ketidakpedulian terhadap nasib
rakyat pedesaan telah menghancurkan eksistensi suatu
Negara.
Pedesaan sebagai gagasan yang diperjuangkan
merupakan respon melihat narasi kedaulatan kita sering
terciderai mengingat kalahnya hasil pertanian bahkan
pertambangan hingga harus pilihan kebijakan impor yang
jelas lebih merugikan kepada petani. SI juga memberikan
saran untuk mendorong pemerintah perlu dan harus
mengutamakan program aksi pembangunan pedesaan.
120
Dengan hal tersebut, SI berusaha utnruk memperkecil
jurang ketimpangan kemakmuran, dan bersamaan dengan
pengayaan bangsa.
c. Pembinaan moralitas bangsa
Nilai Islam harus dijadikan amal nyata bukan hanya
metanarasi transendental semata. Pembinaan dan penjagaan
moral bangsa merupakan cerminan besar yang dimulai
dengan pembinaan umat dari dekadensi moral dan perilaku
destruktif. Menjaga nilai luhur yang berlandaskan Ahlakul
Karimah merupakan upaya merawat kemasyarakatan dari
infiltrasi dan agresi nilai moral asing terhadap kemurnian
nilai moral bangsa.
Pembenahan moral lebih dilihat sebagai keharusan
amaliah guna memberikan penyadaran di saat krisis moral.
Ini berarti bahwa perlu membangkitkan kembali usaha-
usaha penghayatan dan pengalaman ajaran agama dan nilai-
nilai luhur pancasila dalam kehidupan masyarakat sehari-
hari.
121
Gambar 4.822
SI Meminta Rawat Kemajemukan Bangsa
Banyak respon terhadap kondisi sosial yang dilakukan
SI. Ini mengidikasikan bahwa SI betul bersungguh ingin
dekat lagi dengan masyarakat. Salah satu hal yang menarik
kala gerakan populisme Islam melakukan aksi demonstrasi
di DKI Jakarta dengan menuntut agar supaya Gubenur DKI
Jakarta Basuki Tjahaya Purnama dipenjarakan atas dugaan
penistaan agama. SI memang tidak ambil bagian dengan
ikut serta di dalamnya. Tapi bukan berarti SI meninggalkan
sepenuhnya. Pendekatan SI justeru terletak dalam terus
memantau agar supaya kemajemukan tetap dirawat.
Bagi SI persoalan Islam memang harus ditanggapi
serius tetapi tidak boleh meninggalkan pembangunan yang
lainnya. Alasan ini merupakan pemungkasan bahwa salah
22 http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/04/05/o550q9385-
perbedaan-seakan-dipertajam-umat-diminta-jaga-kemajemukan, diakses pada tanggal 12 Agustus
2017, pukul 22:20 WIB
122
satu hal yang sering dilupakan bahwa penanganan
persoalan umat Islam jauh tertinggal dari kelompok
lainnya. Problematika ini memerlukan konsetrasi tersendiri,
mengingat jumlah ormas Islam yang banyak masih perlu
dikerucutkan dalam meramu formulasi soal keumatan dan
tidak meruncingkan kepada hal ubudiyah (ibadah wajib)
saja.
d. Kedaulatan wilayah republik Indonesia
Gagasan ini hampir sama dengan point kesatu dan
kedua, hanya saja SI merekomendasikan dua hal dalam
menjaga kedaulatan kebangsaan ini. Pertama, memberikan
priotitas pembangunan infrastruktur dan sarana penunjang
lainnya terhadap warga Negara RI yang mendiami kawasan
pulau-pulau terluar Indonesa. Kedua, memperkuat personal
keamanan bersamaan dengan program penguatan alutsista
TNI. Kedaulatan kepualuan terluar meski diperhitungkan
mengingat keterbatasan akses yang menyebabkan
keterb3lakangan akibat kesejahteraan tak merata.
e. Tata hubungan Internasional
Hubungan internasional merupakan sarana SI yang
terus didesak kepada pemerintah untuk menambah kerja
sama dengan berbagai bangsa. Cacatan lain kerjasama
tersebut sudah mesti dilakukan dengan cara berkeadilan dan
123
dalam suasana berkedaulatan. Peningkatan frekuensi dan
kualitas kerjasama dengan dunia Islam juga menjadi
perhatian khusus.
Bagaimanapun SI juga mensyaratkan agar supaya
bangsa ini juga dekat dengan lingkup dunia Islam dan
gerakan non-blok makin meningkat sehingga Indonesia
kembali berperan sebagai “Pemimpin Dunia Islam,
Pemimpin Negara Non-Blok, dan Pemimpin Negara
Bekermbang”, sesuai dengan amanat konstitusi.
Berdasarkan konsep citra politik Jean Baudrillard citra politik SI pasca
reformasi bisa dijelaskan sebagai berikut:
a. Respresentasi Citra Sebagai Realitas
SI yang coba dibangun kembali eksistensinya saat ini memang tidak
menjelaskan bagaimana periode sejarah masa silam yang penuh keemasan
baik pada masa HOS Cokroamnoto maupun pemimpin SI lainnya dalam
tubuh partai PSII yang pernah mengisi beberapa cacatan sejarah pergulatan
perebutan pengaruh kekuasaan di republik ini. Fakta yang menjadi titik
tegas bahwa SI dibentuk sebagai daya dorong pembentukan manusia
mandiri, berdikari, dan berdaulat. Bisa dikatakan mendorong terciptanya
kedaulatan ekonomi merupakan tesis pengaruh yang tetap dijaga oleh SI
hingga saat ini. Terutama, sejak Hamdan Zoelva mencoba menggring SI
untuk tegak kembali di jalan non politis.
b. Ideologi Dalam Citra
124
Perlu dipahami bahwa realitas masyarakat Indonesia sangat
menjunjung rasa toleransi sosial. Hal itu tegas merupakan keseluruhan
penjelasan dan pengamalan dari nilai-nilai Pancasila. Pancasila sebagai
asas jelas tidak menciderai apa yang dimaksud dengan ideologi Islam
sosialisme yang fahami oleh SI. Rasa ketuhanan dan kesosialan ditujukan
pada penyuburan rasa kemanusiaan bukan malah mempertentangkannya.
Dalam padangan SI, derajat manusia perlu ditinggikan dan diayomi agar
tetap mempu menyongsong kemajuan dan persaingan. Lewat kader-
kadernya SI terus menstimulus dengan berbagai cara agar pengamalan
nilai-nilai Islam sosialisme tetap mampu relevan.
c. Citra tak memiliki realitas
Demokrasi sebagai sistem politik memberikan alasan untuk setiap
individu terbuka dan bisa dengan bebas menyuarakan pendapatnya, tetapi
dalam iklim demokrasi yang baik masih perlu pembatasan di mana
kebebesan bisa dengan wajar dilakukan. Dalam Islam sosialisme tidak
jauh berbeda, inti di dalamnya berupaya memunculkan keberadaban
manusia sesuai masalah-masalah yang dihadapinya. Sekalipun, dinamika
sosial yang begitu cepat bisa saja implikasi nilai ideologis yang ada bisa
ikut berubah. Islam sosialisme SI mencoba menggambarkan round map
Indonesia kedepan dengan apa yang dianggap SI paling tepat saat ini yaitu
ekonomi.
125
d. Citra tak memiliki hubungan dengan realitas
Setelah kegagalan mengambil simpati mayoritas muslim lewat jalur
pendekatan politik di PSII silam. Alasan utama SI menyusn kembali SI
dengan kembali ke tujuan awal merupakan strategi SI untuk mendapatkan
simpati itu. SI sangat akomodatif dengan organisasi di luarnya terutama
kelompok Islam besar seperti NU dan Muhammadiyah sekalipun, tidak
dengan nuansa kompetitif.
Seperti yang dinyatakan di atas, keputusan Majelis Tahkim ke-40 telah
merubah gerakan menjadi jihad ekonomi. Secara prematur SI sedikit
menarik diri dari pergulatan dunia politik. Tapi bukan berarti semua
kegiatan SI tidak berupaya melakukan aktifitas politik. Dari pengertian ini,
SI menegaskan bahwa sejatinya politik tidak selamanya soal
mempengaruhi sistem secara periodik lewat partai politik.
Setelah gagal mempersatukan politik Islam dari kalangan
Muhammdiyah, NU, dan Persis yang tersebar dalam partai politik seperti
PKB, PKS, PPP, PBB bahkan PAN. Secara otomatis kekuatan partai poltik
Islam menurun drastis. Sebagian lagi bahkan partai Islam lebih inklusif
kepada golongan lain. Dengan demikian suara politik umat Islam menjadi
bias. SI juga dirugikan akibat kondisi tersebut, sekalipun pecahnya suara
politik Islam bukanlah kali pertama terjadi. Sejak tahun pemilu 1955
perbedaan pendapat hingga akhir orde baru suasana politik Islam sulit
ditebak dinamikanya. SI yang tidak mendapatkan kepercayaan kembali
akibat suaranya tidak sampai diambang batas suara harus menerima
126
kenyataan ini. Inilah salah satu sebab yang menggiring pemikiran warga
Syarikat Islam mencarikan rumusan agar supaya politik Islam tidak kandas
dengan tidak dalam kondisi partai politik saja.
Perjalanan yang tidak singkat bagi SI dalam politik merupakan hal
cukup dipikirkan medalam. Menurut Yudhi Arsyadi Syafii selalu
Sekretaris Bidang Ekonomi Syarikat Islam mengatakan usia perjalanan
politik mempengaruhi bagaimana SI hingga saat ini:
“Saya mencatat SI selama 50 tahun menjadi partai politik dari 1923-
1973 ketika SI dipaksa untuk difusi menjadi PPP. Tapi ketika dia tak
menjadi partai politik dan bergabung dengan PPP saat jadi ormas.
Ternyata yang diurusi juga persoalan politik. Bahkan sampai di awal
reformasi, jadi setelah 50 jadi partai politik kemudian jadi ormas,
tetapi seteah 42 tahun masih tetap mengurusi politik. Kenapa, karena
SI saat begabung dengan PPP harus berpolitik di SI. Bahkan
cenderung negatif. Harus sikut menyikut lazimnya perlaku para
politisi mereka mendapat legitimasi untuk mendapatkan kedudukan di
tampuk kepemimpinan PPP. Walaupun arus kepemimpinan utama
PPP tetap dari parmusi dan NU. Tapi untuk menjadi salah satu
pimpinan di PPP mereka harus berpolitik di SI. Jadi seketika masuk
reformasi pun SI masih berpolitik bahkan menciptakan parpol seperti
PSII, PSI 1905 yang kemudian tak dapat kursi yang kemudian Cuma
SI yang mendapat kursi tahun 1999 dapat satu kursi.”23
Proses dinaminasi menuju demokratisasi optimal di Indonesia pasca orde
baru merupakan mata rantai menuju masa depan yang dihadapi oleh Negara-
negara berkembang. Demokrasi seringkali terganggu jalannya ketika
dihadapkan kepada kepemimpinan yang gagal membuat perubahan sosial di
tengah masyarakatnya.
Reformasi secara substantif merupakan masa peralihan dalam memberikan
kebebasan siapa saja untuk berpendapat di ruang publik bagi secara
23
Wawancara pribadi dengan Yudhi Irsyadi Syafii selaku Sekretaris Bidang Ekonomi
Syarkat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 08 Agustus 2017 jam 16:06 WIB.
127
perorangan maupun massa. Apa yang diakibatkan oleh adanya reformasi satu
sisi tidak adanya dominasi politik secara absolut berbanding terbalik dengan
massa orde baru. Walaupun, tidak adanya dominasi politik, bukan berarti
dominasi secara ekonomi, agama, dan budaya tidak ada yang terkadang
menjadi penghambat bagi adanya kebebasan dalam penyuaraan publik.
Paradigma politik yang dijalankan SI lebih berupaya lunak dengan
menjadi kontrol sosial dan pembangunan. SI menyebutnya sebagai Hight
Politic (politik tingkat tinggi) sebagai gerakan akatif dalam memberikan
masukan terhadap perkembangan Negara dalam semua dimensi kehidupan
berbangsa. Dengan basis masa yang merangkak tumbuh di setiap wilayah
tentu bisa saja SI akan lebih efektif saat menjadi partai politik mempengaruhi
kebijakan sistem politik yang ada. Memang betul, kekuatan di era reformasi
sudah tidak bertumpuk pada bidang legislatif semata tetapi opini publik juga
dianggap sebagai unsur kuat dalam mempengaruhi kebijakan yang ada.
Menurut Sekretaris Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam Syafinuddin
Al-Mandari membenarkan aspek politik SI hidup dalam skema kontrol politik
di luar lingkaran infrastruktur politik yang ada:
“Kalau SI dikatakan tidak memiliki gerakan politik, saya pikir tidak
demikian. Tetap ada sisi politik tetapi tidak dalam kelembagaan
politik. Jadi SI akan menerapkan semacam poltik tingkat tinggi bukan
politik praktis. Tetapi SI berusaha menerapkan prinsip-prinsip politik
dalam jalur lain. Dengan membangun perekonomian, maka saya pikir
di sanalah SI bisa mempengaruhi kebijakan politik.”24
24
Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal Lajnah
Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30
WIB.
128
Prinsip-prinsip politik SI dispesifikasikan mendalam ke bidang ekonomi.
Alasan kuat ini mengingat politik selalu terkait erat dengan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang baik akan memberikan stimulus aplikasi
kebijakan politik. Di samping itu, era reformasi kondisi perpolitikan juga
disuplai keberadaan pembiayaan yang tinggi. Perebutan kekuasaan di pentas
politik era demokrasi justeru silang sengkarut karena sebagian besar partai
politik bertumpu kepada cadangan pembiayaan yang maksimal. Partai politik
pun secara besar saat ini lebih bernuasa efektifitas massa sebagai
pemenangannya bukanlah kader.
Prinsip politik dalam tafsiran mendalam sesuai dengan asas SI ialah
sepandai-pandainya siyasah dan tercetak ke dalam agenda politik praktis
semata. Pengetahuan politik menjadi alat yang dikombinasikan dengan rasa
keimanan dan pengetahuan. Politik tidak boleh bergerak sendirian sebab jika
dijalankan oleh kekuasaan yang tidak amanah maka hanya untuk menindas
yang lemah. Maka di sinilah, prinsip poltik SI dimanifestasikan ke berbagai
ruang lingkup lebih luas termasuk perekonomian.
SI juga tidak lupa melakukan koreksi mendalam terhadap kenyataan
sistem demokrasi yang dijalankan di repubik ini. Demokrasi dianggap ideologi
politik paling ideal saat ini. Tapi bukan berarti demokrasi bebas nilai dan tak
ada celah. SI melihat demokrasi dalam kata mata pesimistik mengingat
demokrasi sebagai anak kandung dari liberalisme. Masalahnya, demokrasi
Indonesia selalu menampilkan keterbukaan tetapi juga dominasi yang
terselubung.
129
Gambar 4.925
SI Mengkritik Jalannya Demokrasi di Indonesia
Kritik tersebut dilayangkan SI beberapa tahun silam oleh Rahadjo
Tjakraningrat mantan ketua Majelis Lajnah Tahfidziah dan hingga detik ini SI
terus melakukan bebepa kritik yang membangun. Terlebih lagi jika terjadi
kejanggalan dalam kebijakan pemerintahan yang dilakukan. Demokrasi bagi SI
tidak hanya sekedar kebebasan berpendapat, tetapi demokrasi harusnya bisa
menyelenggarakan musyawarah mufakat karena menutup SI itulah hakikat
demokrasi berkebudayaan di Indonesia.
SI beranggapan politik superstruktur jauh lebih luas jangkauannya. Daya
penetrasinya lebih kuat karena dijalankan berdasarkan kenyataan sosial yang
terjadi. Dengan adanya kekuatan superstruktur, SI berpendapat akan dapat
mengawal pemerintahan yang baik tanpa harus ada dalam struktur. Pengaruh SI
kepada pertimbangan kiebijakan.
25 http://www.tribunnews.com/nasional/2013/10/10/syarikat-islam-demokrasi-di-indonesia-sudah-
kebablasan, diakses pada tanggal 23 Agustus 2018 Jam 14:00 WIB.
130
Gambar 4.1026
SI Memberikan Saran Pada Pemerintah
Keberpihakan kepada pembangunan dengan melakukan koreksi yang
seimbang merupakan langkah yang dianggap sebagai paling tepat menjelaskan
kondisi bangsa saat ini sekaligus memberikan pemahaman akan kerja SI dalam
pengawal pembangunan. Kekuatan pengaruh superstruktur memungkinkan ormas
Islam bisa mengorbitkan keinginan dan tujuannya. Kekuatan superstruktur
terhadap struktur politik tujuannya ialah menjamin birokrasi yang efisien serta
tidak korup. Lebih lagi pergulatan elit yang terkadang mengobankan hak khalayak
perlu dilihat sebagai penghambat pembangunan dan memperlebar jarak sosial
antara Si Kaya dan Si Miskin. Lebih lanjutnya, SI juga mendorong bagaimana
rancangan pembangunan nasional harus dilakukan pembangunan ekonomi sebagai
prioritas.
SI menegaskan bahwa untuk menegakkan pengawasan politik tidak perlu
dengan politik praktis. SI beranggapan banyaknya kader SI berkarir di arena
politik dan lembaga pemerintahan, bisa dijadikan saluran untuk mendekati
26 http://www.aktual.com/kunjungi-istana-syarikat-islam-ceramahi-jokowi-soal-kesenjangan-
ekonomi/, diaksesn pada tanggal 22 Agustus 2017 jam 23:00 WIB.
131
pembuat kebijakan dan mengarahkannya kepada pendekatan yang lebih
menguntungkan khalayak. Pretensi juga menjadi pendidikan politik yang lebih
mapan kepada kader-kader SI.
Di sisi lain, reformasi menjadi situasi bagi SI untuk meneguhkan Ideologi
Islam Sosialisme lebih tepatnya tidak lagi sebagai sebuah abstraksi ilmiah. SI
mengarahkannya lebih progresif dengan tidak menjelakannya secara teoritis tetapi
praktis. Pasca reformasi semua ideologi hampir tidak kentara, karena kebanyakan
idologi yang ada telah menyerap ke dalam aspek manifes-manifes baru. Dalam
kancah partai politik pun nampaknya setiap partai politik lebih memperlihatkan
eksistensi politisnya dalam bentuk apapun demi tercapainya maksud dan tujuan.
Ideologi Islam sulit mencapai ideologisasi dalam bentuk Islamisme yang
sempurna. Pemahaman demokrasi dan indoktrinisasi nilai-nilai pancasila
memantapkan unsur-unsur tujuannya di dalamnya. Pemamahan Ideologi Islam
seringkali mendapat tantangan ketika dihadapkan pada orientasi penerapannya
yang justeru berbeda. Maka Islam ideologis selalu ditunjukkan dengan aspek
pendidikan bahkan sebagai pembanding wacana altenatif.
Bagi SI, Ideologi Islam Sosialisme tidak bukan dipertentangkan dengan
Pancasila. SI menganggap bahwa nilai Islam dan Sosialisme justeru menyerap
kepada nilai yang dikandung Pancasila. Demokrasi sebagai sistem politik yang
membungkus tujuan pancasila diterima sebagai hasil kesepakatan bersama. Tetapi
Ideologi Islam sosialisme yang dipahami SI sebagai panduan gerakan tidak sama
sekali berada menjadi oposisi bagi ideologi pancasila. Hal itu hanya manifesto
sosial saat ini bagi SI.
132
Menurut Sekretaris Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam Syafinuddin
AL-Mandari nilai-nilai Islam Sosialisme memberikan sumbangsih pemikiran bagi
unsur-unsur pancasila:
“Saya tidak melihat ada perubahan, sulit juga saya mengukur apakah
sudah hilang atau belum. Indikator-indikator saling membantu misalnya
tidak mengukur seseorang dari kekayaan, kemudian pembelaan kepada
orang lemah masih hidup di SI. Yang dicita-citakan oleh Sosialisme.
Karena sosialisme merupakan ideologi lain kalau mau disimpulkan
berarti masyarakat tidak berkelas, tidak ada kelas-kelas Borjuis sama
Proletar. Prinsip keadilan yang ditegakkan. Nah, di SI itu sudah jadi
doktrin sejak dari awal bahwa keadalian sosial itu penting. Saya rasa ini
termasuk yang menginspirasi Pancasila.”27
SI memahami nilai sosial yang terkandung dalam ajaran Islam tidaklah
kurang. Islam juga memancangkan bagaimana rasa sosial kehidupan. Bahkan
Islam dalam lingkup yang lebih besar merupakan tujuan utama bagi Sosialisme
tersendiri. Sosialisme ilmiah sangat berbeda dengan sosialisme yang dimaksudkan
dalam Islam. Bagi Islam kemanusiaan adalah tujuan utamanya. Di mana Islam
memaksudkan sosialisme sebagai mekanisme sosial yang baik dan berorientasi
kepada pemenuhan hak dan kewajiban.
Berbeda dengan itu, sosialisme ilmiah lebih berisikan bagiamana
masyarakat antar kelas dibenturkan, kelas proletar dan bourjois dalam istilah Karl
Marx. Benturan antara kelas bukan cita-cita kemanusiaan seperti dipahami
sosialisme dan komunisme. Kemanusian harus dilihat sempurna bukan sekedar
perebutan hegemoni dan dominasi sosial. Jadi, tafsir program Asas dan Tandhim
itu menjelaskan aspek keadilan, aspek persatuan itu sangat penting. Alasan
27
Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal Lajnah
Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30
WIB.
133
utamanya tidak alasan lagi mentolerir adanya ketimpangan dan keadilan
masyarakat.
Hal itu ditegaskan juga oleh Aulia Tahkim A.D Cokroaminoto bahwa
demokrasi pada kenyataan tidak sama sekali patut ditentangkan dengan Islam
Sosialisme:
“Menurut saya Islam ya udah Islam, jika dia Islam maka dia pasti
memiliki jiwa sosialis dan jiwa demokrasi. Di alam Islam susah cukup
cuma orang yang tidak mengerti Islam saja yang merasa belum itu hanya
peristilahan. Kalau merujuk pada pemikiran Cokroaminoto dia menulis
Islam dan Sosialisme jadi kalau yang mengatakan dan mengartikan keliru
berarti belum baca dan faham isi pemikiran beliau,”28
Semakin renggangnya batas struktrur sosial dan miskinnya solusi yang
ditawarkan oleh politik merupakan alasan kenapa demokrasi harus dikoreksi
bukan untuk diganti melainkan didampingin oleh kerja yang lebih mengarah
kepada kerakyatan. Minimnya suasana berdemokrasi yang baik justeru
dimanfaatkan oleh segelitir elit masyarakat untuk memperoleh keutungan yang
sebesar-besarnya. Inilah resiko di saat demokrasi yang terlanjur ultra-liberal, di
mana kelompok pemodal ikut memainkan catur politik nasional. Akibatnya, arah
kebijakan pengentasan kememiskinan dan kesejahteraan tidak dijalankan.
Salah satu hasil Majelis Tahkim ke-40 di bawah kepemimpinan Hamdan
Zoelva ialah dakwah ekonomi. Dakwah ekonomi berfungsi untuk mengajak
kepada masyarakat tidak hanya anggota SI untuk semangat membangun
kesejahteraan lewat kewirausahaan. Pasalnya, menurut SI ketimpangan
28 Wawancara pribadi dengan Aulia Tahkim A.D. Tjokroaminoti selaku Wakil Sekretaris
Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni
2017 jam 11:20 WIB.
134
masyarakat yang terjadi karena postur masyarakat tidak kuat dalam
perekonomian.
Dakwah ekonomi merupakan manifestasi dari Islam Sosialisme itu sendiri.
Keinginan kuat untuk kembali kepada khitttah awal bisa ditafsirkan bahwa SI
tidak hanya melakukan peremajaan kaderisasi dan organisasi tetapi juga
ideologinya melalui pembangunan ekonominya. Demokrasi tidak hanya
dipandang sebagai kebijaksaan dalam berpolitik tetapi demokrasi dalam ekonomi
harus dilaksanakan juga. Kepemilikan berlebihan dan penguasaan aset produksi
kepada segelintir masyarakat, ditambah lagi campur tangan pemerintah yang
terkadang tidak melaksanakan keperpihakan akan menambah beban bagi
masyarakat. Demokrasi ekonomi harus dijawab dengan pergeseran paradigma
bahwa rakyat arus berdaulat demi menopang hidupnya. Konsentrasi ekonomi oleh
segelitir orang atau kelompok yang menolak etatisme dan meredam inisiatif
rakyat jelas hambatan bagi kedaulatan secara luas. Yudhi Irsyadi Syafii Sekretaris
Bidang Ekonomi Syarikat islam menjelaskan hal demikian:
“Dakwah ekonomi kita mengajak masyarakat terurama kaum muslimin
untuk ayo sama sama kita bangun kekuatan dan kemandirian ekonomi
kita. Karena apa namanya kalau kita tidak memiliki kekuatan ekonomi
maka kita akan dijajah. Kalaupun negara ini tidak dijajah secara resmi
karena penjajahan perang saat ini orang sering katakan sebagai proxy
war, perang bukan sebatas militer tetapi ekonomi dan teknologi dan sosial
budaya. Ketika frame anda mengatakan pandangan hidup harus seperti
ini yang ada hari ini justru juga kehidupan permisif lebih keduniawian itu
pikiran kita sedang dijajah oleh kekuatan diluar kesejatian kita. Yang
petama kita orang Indonesia, dan juga yang memegang adat ketimuran
serta adat kita sendiri. Kedua kita juga muslim. Ini yang kita semua ajak.
Dengan mandiri secara ekonomi maka kita menjadi manusia bebas yang
tak gampang dijajah oleh kekuatan lain.”29
29
Wawancara pribadi dengan Yudhi Irsyadi Syafii selaku Sekretaris Bidang Ekonomi
Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 08 Agustus 2017 jam 16:06 WIB.
135
Kedaulatan ekonomi bagi rakyat selalu mengalami erosi. Potret masa orde
baru dengan menjadikan politik sebagai panglima dan menitikberatkan
pembangunan ekonomi kepada lembaga pemerintahan berandasakan ekonomi
neo-klasik dengan pengertian pertumbuhan yang terkontrol akan jauh efektif.
Nyatanya ideologi pembangunan ekonomi pada masa lalu tidaklah efek
“pembangunan oleh siapa dan untuk siapa”. Alih-alih melakukan kontrol, justru
Orde-Baru silam telah menyebabkan kontrol yang mengarah pada depolitisasi
rakrat itu sendiri. Ekonomi yang berlandaskan konstitusi tidak sama sekali
dijalankan padahal salah satu ciri Negara demokrasi berdaulat secara politik
ditopang kuat dengan kedaulatan ekonomi.
Masa reformasi bisa dikatakan tumbuhnya neoliberalisme di mana
pengurangan kontrol pemerintah merata kepada pihak swasta. Hambatan ini juga
memiliki indikasi yang merugikan. Pasca reformasi, kelembagaan perekonomian
telah ditopang oleh pemodal asing maupun nasional. Kepemilikan kepada unsur
perekonomian tertentu yang vital juga menjadi alasan bagi SI melihat ekonomi
pedesaan mangkrak dan tidak terkesan jalan di ditempat.
SI menginginkan pertumbuhan pembangunan yang merata. Bukan berarti
SI menginginkan ada situasi masyarakat perekonomian yang rendah dan mapan
saling berhadapan. Karena jelas itu bertolak belakang dengan ideologi Islam
Sosialisme. Dalam catur program yang dimiliki oleh SI, ekonomi juga termasuk
hal yang urgen. Dalam hal ini ada beberapa hal yang diagendakan demi
pemberdayaan ekonomi ummat sebagai modal bagi kekuatan politik dan
ketahanan aqidah dan dakwah umat Islam.
136
1. Saran perjuangan itu dimulai dari pemerataan ekonomi berlandaskan
syariah bagi kepentingan ekonomi di lingkungan Syarikat Islam.
2. Pembangunan jaringan yang mapan dalam pemberdayaan ekonomi.
3. Mendorong anggota Syarikat Islam aktif dalam bidang koperasi baik
internal maupun eksternal sehingga dengan demikian diharapkan
menjadi faktor potensial dalam sistem dan pranata ekonomi nasional.
4. Mendorong anggota Syarikat Islam untuk berwirausaha dan membantu
mengembangan usahanya.
5. Menjalin kemitraan dengan pemerinah dan swasta dalam
menumbuhkembangkan ekonomi syariah dan yang berdampak pada
terbukanya peluang ketenagakerjaan.
6. Upaya menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai melalui program
pembinaan ketenagakerjaan secara terpadu dengan pelaksanaan
pembangunan ekonomi ummat.
7. Meningkatkan sumberdaya modal dan usaha kaum syarikat Islam
secara mandiri dalam peningkatan bisnis skala kecil dan halal.
8. Organisasi membuat sebanyak mungkin konsep model usaha kecil atau
mikro yang disertai standar opration and procedur (SOP).
9. Membentuk paling tidak 2.500 usaha kecil dan mikro yang terkelola
dengan target pencapaian selama lima tahun ke depan.
10. Mewujudkan konsep ekonomi kerakyatan Islami dengan pemihakan
kepada kaum Al-Mustad’afin yang diorganisasi dalam wadah syarikat
Islam di akar rumput (community based).
137
11. Membentuk Baitul Maal yang dimiliki Syarikat Islam untuk
mendudung pendayagunaan organisasi.
Gambar 4.1130
SI Tegaskan fokus programnya ke Ekonomi
Hamdan Zoelva dalam komentarnya di detik.com (22/12/2015)
menyebutkan bahwa titik tekan dakwah ekonomi inilah yang memberikan ciri
khas yang sedikit berbeda dengan ormas lainnya. Menurutnya, jika
Muhammadiyah fokus dalam bidang pendidikan dan sosial, NU dalam pesantren
dan dakwah, maka SI kepada dakwah ekonomi.
"Iya, tentu dengan sistem yang SOP sangat ketat. Karena kita sudah
punya pengalaman pada masa awal reformasi, ketika rakyat diberi
pinjaman lunak dianggap itu sebagai pemberian negara. Jadi sekarang
kita buatkan sistem yang sangat ketat bahwa betul-betul untuk
mengembangkan usaha dan pertanggungjawabannya jelas, ini sedang
kami buat. Tentu akan berkaitan dengan kementerian-kementerian
negara,"
30 http://news.detik.com/berita/3102283/hamdan-zoelva-ormas-syarikat-islam-bergerak-di-
masalah-ekonomi, diakses pada tanggal 24 Agustus 2017 jam 11:22 WIB
138
Pengusungan ekonomi kerakyatan sebetulnya merupakan amanah
konstitusi pasal 33 UUD 1945.31
Walaupun seringkali hambatan internal dan tidak
adanya pemerataan yang di setiap sektor. Masyarakat seringkali menjadi
konstituen pasif dalam melihat pembangunan bangsanya. Jarak sosial yang terlalu
lebar menyebabkan involusi yang terlalu tajam bagi gerak cita kerakyatan.
Penegakan kembali ekonomi kerakyatan merupakan koreksi fundamental bagi
Negara berdaulat yang diatur konstitusi dalam demokrasi. Reformasi yang
mendasar memaksudkan itu semua sebagai sebuah upaya tumbuhnya
perkembangan ke berbagai sektor.
Menurut Yudhi Arsyadi Syafii selaku Sekretaris Bidang Ekonomi
Syarikat Islam gerakan ekonomi kerakyatan merupakan implementasi dari
ideologis Islam Sosialisme sendiri:
“Kita tak punya pretensi mengatakan inilah ciri khusus kita. Apalagi
secara teori ekonomi kerakyatan, gerakan koperasi istilah seperti sosial
ekonomi ia kan, itu satu istilah terminologi yang sudah ada sejak dulu.
Kita tak ada pretensi untuk mengklaim bahwa ini gerakan ala SI. Cuma
masalahnya kan di tataran implementasi ada enggak kelompok
masyarakat yang menjalankan ekonomi kerakyatatan. Satu abad yang lalu
Karl Marx mengungkapkan satu teori sosialisme yang berisikan pada
pertentangan kelas tetapi ada gak yang mewujudkan secara gerakan.
Sosialisme Islam jelas tidak bersumber pada pertentangan kelas, itu
dimau dari penghayatan dari pengamalan ajaran Islam. Bahwa sosialisme
dalam Islam dalam pandangan SI atau HOS Cokroaminoto itu
dipraktekkan dalam sehari-hari ibadah haji. Tidak ada penguasa, hamba
sahaya, tidak ada orang kaya dan miskin, semua memakai pakaian yang
sama yaitu ihram dalam arah yang sama, mengitari bangunan segi empat
yang sama. Semuanya sama yang beda cuma tingkat keimanan masing-
31
Pasal 33 UUD 1945 merupakan dasar demokrasi ekonomi. Pasal tersebut merupakan
suatu paham kebangsaan di bidang ekonomi yang berlandaskan kepentingan mayoritas bangsa
Indonesia yan tercermin dalam struktur sosial di dalam negeri di mana mayoritas bangsa Indonesia
ini berada dalam posisi dominan baik politik maupun ekonomi. Lihat, Sritua Arief, Bung Hatta:
Bapak Ekonomi Kerakyatan Indonesia. (Surakara: UNS Press, 2002), h. 119.
139
masing. Dari serangkaian teori-teori itu gak punya pretensi ini SI kita
jalani aja.”32
Pertumbuhan kesejahteraan harus dibarengi oleh kesiapan superstruktur
masyarakat yang menopangnya. Tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia
sangat rentan sekali. Jika melihat tingkat ketimpangan sosial dan ekonomi lewat
Rasio Gini33
masyarakat Indonesia masih sudah hampir mendekati angka 1 yaitu
0,41 dari skal 0-1 persen. Ini menandakan bahwa kondisi masyarakat kita tidak
bisa dipandang dengan kecukupan keamanan saja.
Menurut Syafinuddin Al-Mandari Sekretaris Jenderal Lajnah Tahfidziah
Syarikat Islam mengatakan visi kesejahteraan selalu mendapat tantangan apabila
ketimpangan selalu subur dan meninggi:
“Masyarakat Indonesia pada umumnya itu mengalami ketertinggalan. Ini
dikatakan masyarakat Indonesia mayoritas umat Islam. Cara
mengukurnya adalah dengan melihat rasio Gini. Derajat ketimpangan
sosial dan ekonomi itu yang baru-baru ini, rasio GINI-nya 0, 41. Ukuran
dari 0 hingga 1. Sekarang kita berada di tataran 0,40 sampai 0,43 kalau
itu kan artinya sangat timpang. Itu bisa dibayangkan bahwa kekayaan
satu orang setara seratus ribu penduduk. Ini potret masyarakat Indonesia
seperti ini adalah beban maka akan menjadi tantangan dalam visinya SI
yaitu menitikberatkan kemandirian ekonomi masyarakat bisa memperkecil
kesenjangan.”34
32
Wawancara pribadi dengan Yudhi Irsyadi Syafii selaku Sekretaris Bidang Ekonomi
Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 08 Agustus 2017 jam 16:06 WIB. 33
Rasio Gini merupakan alat ukur untuk mengukur derajat ketidakmerataan distribusi
penduduk berdasarkan pendapatan dan presentase kumulatif persebaran penduduk 34
Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal Lajnah
Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30
WIB.
140
Gambar 4.1235
SI Berinisiatif Bangun Kekuatan Ekonmi Mikro
Dakwah ekonomi memang perlu disosialisasi. Tidak ciri khas yang coba
dibangun bagaimana SI melakukan dakwah ekonomi bagi masyarakat. Karena
secara teoritis sekalipun berbicara ekonomi kerakyatan pada intinya ialah cara
yang digunakan mestilah tata kelolanya bagi masyarakat. Sumber daya manusia
yang masih rendah dan sangat pesimistik dalam menjalankan perekonomian juga
menjadi penghambat tidak saja di eksternal SI tetapi juga di kepengurusan
Internal.
Program 2.500 usaha mikro merupakan pensinergian yang terintegrasi
yang dimulai secara bertahap oleh SI di pusat dan di daerah. Pendampingan para
petani dalam mengawal hasil pertaniannya dengan mengadakan pendidikan dan
pendampingan. Bagi SI hal itu merupakan langkah dalam memberikan kesadaran
usaha agar tidak mudah disalahgunakan oleh oknum tertentu.
Menurut Aulia Tahkim A.D Cokroaminoto selaku Wakil Sekretaris
Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam mengatakan:
35 http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/02/28/o38i75359-syarikat-islam-akan-
dirikan-2500-usaha-mikro-dan-koperasi, diakses pada tanggal 23 Agustus 2017 jam 12: 45 WIB.
141
“Kegiatan dalam SI itu ada kelompok-kelompok pengajian dan kelompok
tani. Kelompok tani itu kita coba bangun tidak hanya soal agama tetapi
juga bagaimana petani meningkat kualitas pertaniannya kita juga
usahakan bantu bagaimana akses penjualannya. Karena kan di daerah
banyak banyak hasil tani yang ternyata dimainkan oleh para tengkulak
lewat harga-harga yang berbeda. Kita kasih mereka modal pertanian
dengan pembayaran di belakang, ketika panen mereka kita bantu
mencairkan pasar distribusinya ini yang kita maksud dakwah dalam
ekonomi.”36
SI sinergitas antara wilayah yang mengalami perkembangan pesat dalam
perekonomian dan daerah yang masih dalam tahap perkembangan. Selama itu
tidak dituntaskan maka selamanya pulalah kemandirian umat tidak akan pernah
tercapai. Kesalahan orde baru silam adalah berpangku kepada kepecayaan bahwa
struktur akan mampu mengelola perenomian. Hingga pada akhirnya krisis
ekonomi terjadi tahun 1997 silam, hampir semua kelembagaan perekonomian
tererupsi. Hal tersebut diakibatkan SDM yang ada hanya dibatasi kepada orang
dalam struktur pemerintahan. Hal ini rasional jika apa yang tidak selesai di masa
rezim Soeharto terasa hingga saat ini.37
Bagi SI secara politik apa yang diakibatkan secara politik sangat bertalian
dengan pembangunan ekonomi di setiap sektor. Untuk membentuk badan usaha
yang bercirikan pembangunan umat tidak boleh dilakukan dalam satu
kelembagaan. Konsepnya sederhana apabila bidang usaha yang dikelola oleh
rakyat semakin menjamur, maka dengan sendiri masyarakat bisa menciptakan
pasar yang bisa dikelola bersama.
36
Wawancara pribadi dengan Aulia Tahkim A.D. Tjokroaminoti selaku Wakil Sekretaris
Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 29 Juni
2017 jam 11:20 WIB.
37 Ada tujuh warisan pembangunan yang gagal di masa orde baru (1) ketimpangan
penyebaran aset di kalangan swasta, (2) kesenjangan ekonomi antar sektor, (3) kesenjangan antar
wilayah, (4) ketimpangan antar subwilayah, (5) kesenjangan antar golongan sosial ekonomi, (6)
kesenjangann pembangunan diri manusia Indonesia, (7) ketimpagan desa dan kota. Lihat,
Andrinof Chaniago, Gagalnya Pembangunan. (Jakarta: LP3ES, 2001), h. 234.
142
Gambar 4.1338
Penumbuhan kewirausahaan sebagai landscape dakwah ekonomi
SI menargetkan pertumbuhan ekonomi umat dapat memberikan kontribusi
10 hingga 20 persen dalam pembangunan nasional dalam jangka waktu 5-10 tahun
kedepan. SI juga memilih daerah prioritas yang dijadikan model pertumbuhan
ekonomi seperti Jakarta, Surabaya, dan daerah lainnya yang memiliki perjuangan
kuat dalam meningkatkan perekonomian.
Semua tenaga dan pikiran dikerahkan dengan banyak membangun kerja
sama yang sama-sama menguntungkan. SI sangat inklusif dalam menjalin kerja
sama dengan berbagai lini baik lembaga pemerintah dan swasta, selain terus
merawat usaha yang sudah dirintis oleh tokoh dan anggota SI sejak lama. Di luar
itu dibangun gerakan dengan lembaga pemerintahan, bisnis, atau kelompok
masyarakat yang peduli dengan gerakan ekonomi kerakyatan.
SI bekerja sama dengan lembaga pemerintah bentukan kementerian
koperasi UKM yaitu Lembaga Pengelolaan Dana Bergulir (LPDB) itu kita jadi
38 http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/02/26/o35moo313-si-
dorong-program-kewirausahaan-umat, diakses pada tanggal 23 Agustus 2017 jam 23: 00 WIB
143
transfer partner dalam menyalurkan debit untuk koperasi UKM yang memakai
sistem konvensonal bunga. Walaupun dengan sistem konvesional LPDB bunga
sangat murah 0,3 % perbulan 4,5 % tahun slading. Tujuannya, untuk membantu
akses bantuan bagi UKM dan koperasi. Disamping itu, SI kerja sama One Twenty
Man suatu lembaga swasta yang tujuannya menginginkan satu dari setiap 20
warga harus jadi pengusaha. Jadi apa namanya berarti 5% dari penduduk
indonesia jadi pengusaha dan hal ini dianggap sesuai dengan SI.
Dalam membangun pengusaha yang terampil SI juga tak lupa sering
mengadakan pendidikan tentang perekonomian. SI sering mengadakan lokakarya
salah satunya sekolah dagang Haji Samanhudi. Namanya itu dipilih untuk
menghormati pendiri SI. Sekretaris Bidang Ekonomi Yudhi Arsyadi Syafii
mengatakan:
“Ada kelas inkubasi ya dibatasi usianya mungkin karena usahanya gagal
atau tak berkembang karena kurangnya pengetahuan menejemen, akses
produk, pembiyaan, kita bantu lewat ini. Yang terakhir akselerasi untuk
pengusaha awal agar naik ke kelas menengah ya susah karena
infrastruktur dan atmosfir usaha hari ini di indonesia tidak ramah. Jalan
kan hari ini. Untuk kerjasama dengan lembaga lain kalau bisa sinergi
kenapa tidak. Justeru kalau mau sukses harus kerjasama terutama yang
kesternal.”39
39
Wawancara pribadi dengan Yudhi Irsyadi Syafii selaku Sekretaris Bidang Ekonomi
Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 08 Agustus 2017 jam 16:06 WIB
144
Gambar 4.1440
Kunjungan Kerjasama SI ke Malaysia
Di samping itu guna menguatkan target pembangunan yang diinginkan
oleh SI ialah melakukan banyak kerjasama dengan berbagai pihak dari lembaga
luar SI. Salah satu yang dilakukan melakukan kerjasama dengan Malaysian
Technology Development Center (MTDC) yang bergerak dalam pengembangan
ekonomi dan teknologi kretatif. Hal ini merupakan langkah stategis melebarkan
jaringan demi menumbuhkan pelaku dagang di Indonesia.
Penguatan-penguatan seperti ini dilakukan SI agar apa yang diidam-
idamkan dalam dakwah ekonomi tetap terwujud hingga tahun emas republik ini
2045 nanti. Sekretaris Bidang Ekonomi Syarikat Islam Yudhi Arsyad Syafii
menegaskan tujuan itu akan berubahan sampai target sesuai amanah Majelis
Tahkim ke-40 terwujud:
“Setelah mukernas kemaren kita telah menyelesaikan roadmap SI 2045.
Di tahun itu angka itu bagi kita spesial di mana peran SI kita sudah
posisikan yang tidak boleh berubah siapapun pemimpinnya. Jadi tiga
40
Dokumentasi Kunjungan Syarikat Islam 2017.
145
program itu di atas terus dijadikan agenda tetap. Ketika pada saat
kepemimpinan siapapun itu harus menjadi fokus perjuangan.”41
Di bawah kepemimpinan Hamdan Zoelva telah disusun roundmap bagi
pengembangan organisasi. Dengan disepakatinya “Dakwah Ekonomi” sebagai
satu-satunya pokok kerja kaum SI, maka dengan sendirinya semua lapisan
pengurusan harus sepakat dengan ketentuan tersebut. Perbaikan keorganisasian
yang masih diangap problem vital bagi SI akan dengan sendirinya terselesaikan
apabila tiga dari catur program yang ada bersinergi dengan rapih.
Dakwah ekonomi berbasis ekonomi kerakyatan merupakan instrumentasi
ideologi Islam Sosialisme menuju wilayah praksis. Islam sosialisme tidak
meninggalkan wilayah kemanusiaan dan hanya berfokus kepada sikap yang
cenderung berhadapan secara massif kepada kemapanan absolut. Dengan
memberikan ruang kepada kemanusian untuk berekpresi namun dalam koridor
etika sosial yang tidak saling berbenturan antara sesama golongan.
Pada akhirnya, Islam sosialisme hidup dalam agenda sosial yang mampu
menjadi alat pembebas dari segala bentuk halangan kemajuan bersama seperti
penindasan, ketimpangan, dan ketidakadilan. Prinsip laten dalam Islam Sosialisme
menjadikan perjuangan kesosialan dengan relegiusitas keislaman secara
bersamaan bersistesis. Keduanya bertalian erat di mana kondisi masyarakat yang
harus ditopang oleh perilaku yang memberikan rasa kesederajatan dan perilaku
yang Islami.
41
Wawancara pribadi dengan Yudhi Irsyadi Syafii selaku Sekretaris Bidang Ekonomi
Syarikat Islam di Kantor Syarikat Dagang Islam pada tanggal 08 Agustus 2017 jam 16:06 WIB.
147
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Syarikat Islam (SI) menganggap reformasi bukanlah tantangan bagi
terciptanya situasi politik yang lebih demokratis. Lewat performa
komunikasinya Syarikat Islam (SI), SI berusaha meningkatkan performa
organisasinya dengan membudayakan kembali kerja organisasi yang
terstruktur. Performa ritual dilihat sebagai pembagian nilai-nilai ajaran secara
menyeluruh berdasarkan kegiatan seremonial ke-SI-an. Apa yang anggota
pahami harus ditampaknya lewat apresiasi tinggi ke seama anggota
Mempersiapkan kantong perkaderan lebih matang hingga sosialisasi yang
menyeluruh hingga wilayahh di bawah dan ini kunci dari performa hasrat dari
SI. Dalam merebut kepercayaan, masyarakat perlu distimulus dengan berbagai
pendekatan lunak seperti pengajaran dan pengayaan. Di performa politik, tentu
SI melunak lebih dekat kepada politik tingkat tinggi dengan masukan dan
upaya kolaboratif kepada visi kemajuan pemerintah pengayaan suprastruktur
yang baik untuk menopang struktur sistem yang ada. Tentu pada akhirnya,
tujuan akhirnya adalah mengembalikan marwah SI secara idelogis dan
organisatoris yang secara langsung juga disokong oleh ikatan keanggotaan
kaderisasi di lembaga intra SI.
Ideologi imanen dengan manusia yang kemudian dijamin oleh perangkat
terkadang politis. Namun hanya dengan melakukan melakukan ke arah
praktislah ideologi bisa diteruskan lurus dengan zaman. SI menjaga ideologi
148
dengan melakukan pengayaan tujuan tindakan disesuaikan dengan kondisi saat
ini. Islam sosialisme tidak hanya berisi soal kerangka ilmiah. Karena Islam
sendiri merupakan agama yang lebih cenderung kepada aspek praktis.
Sosialisme akan selamanya tidak akan mampu menjadikan isi cita sosialnya
tanpa bisa melewati tahap praktis. Islam mengajurkan ajaran Islam tumbuh
dalam setiap lini baik muammalah, syariah, bahkah siyasah. Ketiga hal
tersebut merupakan tindakan praksis yang tidak boleh ditinggalkan salah
atunya. Pasca reformasi dalam dengan menjalankan pembangunan umat Islam
dan bangsa dengan Ekonomi dan pendidikan yang dilakukan SI. Karena,
sebagaimana lazimnya sebuah ideologi butuh pengakuan. Dan hanya dengan
realitas yang diakui masyarakat lah yang bisa menjaminnya. Islam sosialisme
tidak menjadi antithesa bagi demokrasi. Tetapi SI berusaha mensintesiskan
bahwa sejatinya tidak ada pertentangan Islam Sosialisme dengan sistem
politik dan asas Pancasila Indonesia. Dengan menjaga Ideologi secara baik hal
itu merupakan peruntungan bagi eksistensi SI. Kapercayaan akan tumbuh
berkembangan dikala Islam Sosialisme termanifestasi bukan dalam kerangka
pikir saja tetapi kerja.
B. SARAN
1. Di saat Syarikat Islam (SI) berusaha ingin mengembalikan citra
organisasi di era demokrasi prosedural. Hight politic yang dilakukan SI
semestinya ditingkatkan keberbagai persoalan menyeluruh sesuai
dengan kapasitas dinggap bisa dianggap sebagian besar dekat dengan
persoalan kemasyarakatan dan kebangsaan.
149
2. Penting bagi SI terkait syndrome politik untuk segera diluruskan agar
tidak menjadi penghambat program inti dalam organisasi.
3. Terkait perkaderan yang ada SI. Diusahakan juga untuk melakukan
peremajaan kelembangaan otonom di bawah SI. Hal ini penting
mengingat dengan peningkatan kualitas dan kuantitas kader militan
lebih mempermudah penetrasi SI dalam lapisan sosial masyarakat.
4. Di saat DPP SI ingin memberikan rule model bagi SI di wilayah,
cabang, hingga ranting, SI semestinya memperhatikan bagaimana
wilayah seharusnya berkembang sesuai dengan karateristiknya.
150
150
DAFTAR PUSTAKA
A.N, Firdaus. 1997. Syarikat Islam bukan Budi Utomo. Jakarta. CV. Datayasa.
Al-Hamdi, Ridho. 2013. Partai Politik Islam. Jakarta: Graha Ilmu.
Al-Sadr, Muhammad Baqir. 2014. Falsafatuna. Bandung. Mizan.
Antoni dkk, Organizational Culture as Communication Performance: Ethnogrphy
Study in Regional Civil Service Agency of East Nusa Tenggara, Indonesia.
The International Journal of Humanities & Social Studies. vol: 4 Issue 7.
2016.
Anwar, M. Syafi’i. 1995. Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia. Jakarta:
Paramadina.
Arief, Sritua. Bung Hatta: Bapak Ekonomi Kerakyatan Indonesia. Surakara. UNS
Press.
Arifin, Anwar. 2011. Komunikasi Politik. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (edisi
revisi II). Jakarta. Rineka Cipta.
Assyaukanie, Luthfi . 2011. Ideologi Islam dan Utopia. Jakarta. Freedom
Institute.
Belharz, Peter (ed). 2005. Teori-Teori Sosial. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Chaidar, Al. 2001. Reformasi Prematur. Jakarta: Darul Falah.
Chaniago, Andrinof. 2001. Gagalnya Pembangunan. Jakarta. LP3ES.
Cokroaminoto, HOS. 2010. Islam Sosialisme. Bandung. Sega Arsy.
Craswell, John W. 2010. Research Design. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
151
Christenson, Reo M. 1975. Ideologies and Moderen Politics. New York: Dodd,
Mead & Company.
Danesi, Marcel. 2012. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta. Jala Sutera.
Darsono. 2006. Karl Marx: Ekonomi Politik dan Aksi Revolusi. Jakarta. Diadit
Media.
Daymon, Cristine dan Immy Holloway. 2008. Metode-Metode Kualitative Dalam
Public Relations dan Marketing Communications. Bandung. Bentang
Pustaka.
Djaja, Tamar. Daulah Islamiyah. No. 1, Jakarta, 1957.
Dulah Sayuti, Solatun. 2014. Komunikasi Pemasaran Politik. Bandung. Rosda
Karya.
Duverger, Maurice. 2005. Sosiologi Politik. Jakarta. Rajawali Press.
Ebenstein, William .ed. 2006. Isme-Isme Dewasa Ini. Yogyakarta. Narasi.
Effendy, Bahtiar . 2009. Islam dan Negara. Jakarta. Paramdina.
______________. 2000. (Re)Politisasi Islam: Pernahkah Islam Berhenti Politik?.
Bandung. Mizan.
______________. 2000. “Islam Di Tengah Polarisasi Politik”¸dalam Nurcholish
Madjid, Kehampaan Spiritual Masyarakat Moderen. Jakarta. Media Cita.
Engineer, Ali Asghar. 2009 .Islam dan Teologi Pembebasan.Yogyakarta. Pustka
Pelajar.
Freeden, Michael. 2003. Ideology: A Very Short Intoduction. London. Oxford.
Gani, M.A. 1984. Cita Dasar dan Pola Perjuangan Syarikat Islam. Jakarta. Bulan
Bintang.
Gidden, Anthony. 2010. Teori Strukturasi. Yogyakaya. Pustaka Pelajar.
152
__________ (ed). 2009. Sosiologi: Sejarah dan Perkembangan Pemikirannya.
Yogyakarta. Kreasi Wacana.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta.
Bumi Aksara.
Hadi, Sutrisno. 2014. Pemikiran-Pemikiran Politik Islam di Indonesia Pasca
Soeharto 1998-2008. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Hardiman, F. Budi. 2007. Filsafat Modern. Jakarta. Gramedia.
Haris, Syamsuddin. 1999. Reformasi Setengah Hati. Jakarta: Penertbit Erlangga
Hawkes, David. 1996. Ideology. USA. Routledge.
Heryanto. Gun Gun. 2010. Komunikasi Politik Di Era Industri Citra. Jakarta.
Lasswell Visitama.
_________________. 2013. Komunikasi Politik. Bogor. Ghalia Indonesia.
Hidayatullah, Materialisme Historis: Dogma atau Ilmu Sejarah. (Yogyakarta:
Pura Pustaka, 2009)
Hill, Christopher. 2009. Lenin: Teori dan Praktek Revolusioner. Yogyakarta.
Resist.
Hok Gie, Soe. 1999. Di Bawah Lentera Merah: Riwayat Syarikat Islam Semarang
1917-1920. Yogyakarta. Yayasan Bentang Budaya.
Huntington, Samuel. 1968. Political Order in Changing Society. Chicago.
University Chicago Press.
Iqbal, Muhammad dan Amin Husein Nasution. 2013. Pemikiran Politik Islam.
Jakarta. Kencana Press.
153
Iskandar. 2017. Strategi Relasi Media Dalam Manajemen Krisis Dualisme
Kepemimpinan Partai Persatuan Pembangunan. Jakarta. Magister
Komunikasi Penyiaran Islam UIN Jakarta
Ismail, Faisal. 2001. Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama. Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya.
Kasiram, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang. UIN
Malang Press.
Kristeva, Nur Sayyid . 2015. Manifesto Wacana Kiri. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
_________________. 2015. Negara Marxis dan Revolusi Proletariat.
Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Konver, A.P.E. 1982. Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil?. Jakarta. Grafiti Press.
Larrain, Jorge. 1996. Konsep Ideologi. Yogyakarta. LKPSM.
Lay, Cornelis dkk. 2001 Agama dan Perubahan Sosial. Yogyakarta. LKPSM.
Lowy, Michael. 1999. Teologi Pembebasan.Yogyakarta. Insist Press.
M Hikmat, Mahi. 2011. Komunikasi Politik. Bandung Simbiosa.
Mannheim, Karl. 1991. Ideologi dan Utopia. Yogyakarta. Pustaka Kanisius.
Martono, Nanang. 2015. Metode Penelitian Sosial:Konsep-Konsep Kunci. Jakarta.
Rajawali Pers.
McTurnan Kahin, George. 1995. Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia.
Surakarta. UNS Press.
McVey, Ruth T. 2010. Kemunculan Komunisme di Indonesia. Jakarta. Komunitas
Bambu.
154
Mintz, Jeanne S. 2003. Muhammad, Marx, Marhaen. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.
Moleong, Lexy J. 2005. Metedologi Peneltian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung.
Rosda Karya.
Natsir, Muhammad. 2014. Islam Sebagai Dasar Negara. Bandung. Sega Arsy.
Noer, Deliar. 1996. Gerakan Moderen Islam di Indonesia: 1900-1942. Jakarta.
LP3ES.
Nova, Firsan. 2011. Crisis Public Relation. Jakarta. Rajawali Press.
Nuswatoro. 2001. Daniel Bell: Matinya Ideologi. Magelang.Yayasan
indonesiatera.
Peraturan Dasar dan Paraturan Rumah Tangga Syarikat Islam hasil Majelis
Tahkim ke-40 Syarikat Islam
Prasetyo, Eko. 2003. Membela Agama Tuhan. Yogyakarta. Insist.
Ramly, Andi Muawiyah. 2009. Peta Pemikiran Karl Marx. Yogyakarta. LKIS.
Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Moderen Indonesia 1200-2008. Jakarta. Serambi.
Russell, Betrand. 2007. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Santoso, Listiyono. “Kritik Hassan Hanafi Atas Epistemologi Rasionalitas
Modern”, dalam Lisitiyono Santoso .dkk. 2015. Epistemologi Kiri.
Yogyakarta. Ar-Ruzz Media.
Schumpeter, Joseph. 2005. Capitalism, Sosialism, and Democracy. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar.
Scwarzamantel. John. 2008. Ideology adn Politic. London. Sage Publication.
Shimogaki, Kazuo. 1993. Kiri Islam: Antara Moderenisme dan Postmoderenisme,
Telaah Kritis Pemikiran Hassan Hanafi. Yogyakarta. LkiS.
155
Singh, Bilveer dan Zuly Qodir. 2015. Gerakan Islam Non Mainstream dan
Kebangkitan Islam Politik Di Indonesia. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Stauss, Anselm dan Juiiet Corbin. 2009. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Subakti, Ramlan 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta. Grasindo.
Subakti, Valina Singka. 2014. Partai Syarikat Islam Indonesia. Jakarta. Yayasan
Obor Indonesia.
Suminto, Aqib. 1985. Politik Islam Hindia Belanda. Jakarta. LP3ES.
Supriyadi, Eko. “ Ideologi Kaum Intelektual, Suatu Wawasan Islam” dalam
Book Review Digital Journal Al-Manär. Edisi I. 2004.
Supriyadi, Eko. 2003. Sosialisme Islam. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Syam, Firdaus. 2010. Pemikiran Politik Barat. Jakarta. Bumi Aksara.
Tabroni, Roni. 2012. Komunikasi Politik Pada Era Multimedia. Bandung.
Simbiosa Rekatama Media.
Taufik dkk, Akhmad. 2005. Sejarah Pemikiran dan Tokoh Moderenisme Islam.
Jakarta. Rajawali Press.
Tebba, Sudirman. 1993. Islam Orde Baru. Jakarta. Tiara Wacana
Tibi, Bassam. 1999. Islam Kebudayaan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta. Tiara
Wacana.
Tibi, Bassam.“Islam Modern and European Ideologies” dalam International
Journal of Middle East Studies. Cambridge University Press. Vol. 18, No. 1
.Feb. 1986.
Thompson, John B. 2014. Analaisa Ideologi Dunia. Yogyakarta: IRCiSoD.
_______________. 2015. Ktirik Ideologi Global. Yogyakarta. IRCiSoD.
156
Van Neil, Robert. 1992. Elit Modern Indonesia. Jakarta. Pustaka Jaya.
West, Ricard dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Komunikasi Analisis dan
Aplikasi. Jakarta. Salemba Humanika.
Referensi Tambahan
www.kpu.org “ Hasil Pemilu 1999” diakses pada tanggal 25 Agustus2017 jam
19:11 WIB.
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/16/02/28/o38h7b359-hamdan-zoelva-syarikat-islam-bukan-partai-
politik, diakses pada tanggal 2 Agustus 2017, pukul 21.00 WIB.
“Syarikat Islam Kembali Ke Khittah Awal” dalam sebuah profil Syarikat Islam.
http://politik.rmol.co/read/2017/05/19/292009/Mukernas-Syarikat-Islam-Fokus-
Soal-Pendidikan-Dan-Kaderisasi- diakses 15 Agustus, Pukul 23:22 WIB.
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/16/04/05/o550q9385-perbedaan-seakan-dipertajam-umat-diminta-jaga-
kemajemukan, diakses pada tanggal 12 Agustus 2017, pukul 22:20 WIB.
http://www.tribunnews.com/nasional/2013/10/10/syarikat-islam-demokrasi-di-
indonesia-sudah-kebablasan, diakses pada tanggal 23 Agustus 2018 Jam 14:00
WIB.
http://www.aktual.com/kunjungi-istana-syarikat-islam-ceramahi-jokowi-soal-
kesenjangan-ekonomi/, diaksesn pada tanggal 22 Agustus 2017 jam 23:00 WIB.
http://news.detik.com/berita/3102283/hamdan-zoelva-ormas-syarikat-islam-
bergerak-di-masalah-ekonomi, diakses pada tanggal 24 Agustus 2017 jam 11:22
WIB
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/02/28/o38i75359-
syarikat-islam-akan-dirikan-2500-usaha-mikro-dan-koperasi, diakses pada
tanggal 23 Agustus 2017 jam 12: 45 WIB.
157
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/16/02/26/o35moo313-si-dorong-program-kewirausahaan-umat, diakses
pada tanggal 23 Agustus 2017 jam 23: 00 WIB
Hasil Wawancara
Wawancara pribadi dengan Syafinuddin AL-Mandari selaku Sekretaris Jenderal
Lajnah Tahfidziah Syarekat Islam di Kantor Syarekat Dagang Islam pada
tanggal 29 Juni 2017 jam 13:30 WIB.
Wawancara pribadi dengan Aulia Tahkim A.D. Tjokroaminoti selaku Wakil
Sekretaris Jenderal Lajnah Tahfidziah Syarekat Islam di Kantor Syarikat
Dagang Islam pada tanggal 29 Juni 2017 jam 11:20 WIB.
Wawancara pribadi dengan Yudhi Irsyadi Syafii selaku Sekretaris Bidang
Ekonomi Syarekat Islam di Kantor Syarekat Dagang Islam pada tanggal 08
Agustus 2017 jam 16:06 WIB.
LAMPIRAN
Wawancara dengan Aulia Rahma Tjokroamnito Wakil Sekretaris Jenderal Lajnah
Tanfidziyah Syarikat Islam.
Tanggal: 29 Juni 2017 di Kantor Dagang Syarikat Islam
Milki: Apakah Islam Sosialisme dalam SI dari masa ke masa adakah perubahan?
Aulia: lebih tepatnya sekarang hanya pada Dakwah ekonomi ini didasarkan bahwa
ketimpangan ekonomi masyarakat kan begitu luas. SI berusaha memberikan pelatihan
manajemen dan akses-akses kepada masyarakat misal dalam akses pasar.
Milki: Apakah dalam pemaknaannya sosialisme yang diusung oleh SI berbeda dengan
faham komunisme?
Aulia: Yang sangat jauh berbeda. dalam politik praktis SI tidak sama sekali. tetapi
politik dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah itu mensejahterakan rakyat itu harus
walaupun tidak dalam bentuk praktis. Hal itu bisa dilakukan dalam memberikan
rekomendasi kepada pemerintah .
Milki: Bagi SI sendiri apa tantangan kedepannya?
Aulia: Ya, pasca reformasi sebenarnya ini kita saat ini kita tidak sepakat jika masih ada
minta kembali lagi ke UUD 1945, sebenarnya reformasi juga tidak jelas juga tujuannya
apa, orientasi pada saat itu hanya menurunkan Orde Baru-nya pak Soeharto. tapi apa
dan bagaimana makin kesini belum jelas. Sekarang kalau kita bicara arah SI kemana
hanya konsen kepada akwah ekonomi, pendidikan dan konsolidasi organisasi tidak jauh
jauh yang penting kita kuatkan saja dulu di dalam baru bersuara di luar.
Milki: Adakah kerja sama SI dengan organisasi yang lain?
Aulia: kalau kerjasama sudah banyak dan hubungannya sangat baik.
Milki: Terkait dengan dakwah ekonomi bagiamana aplikasi itu?
Aulia: Jadi begini misalnya dalam suatu kegiatan dalam SI itu ada kelompok-kelompok
pengajian dan kelompok tani. Kelompok Tani itu kita coba bangun tidak hanya soal
agama tetapi juga bagaimana petani meningkat kualitas pertaniannya kita juga usahakan
bantu bagaimana akses penjualannya. Karena kan di daerah banyak banyak hasil tani
yang ternyata dimainkan oleh para tengkulak lewat harga-harga yang berbeda. Kita
kasih mereka modal pertanian dengan pembayaran di belakang, ketika panen mereka
kita bantu mencairkan pasar distribusinya ini yang kita maksud dakwah dalam ekonomi.
Milki: Cita-cita masyarakat apakah yang dibayangkan SI lewat program Dakwah
Ekonomi?
Aulia: Masyarakat yang Baldatunn Tayyibatun Wa Rabbun Ghafur
Milki: Hubungan antara wilayah dalam SI sendiri apakah perbedaan corak dan bentuk
keorganisasian?
Aulia: Pada intinya sama ikut dari pusat hanya saja karakteristik daerah seperti Lubuk
Linggau dan Cianjur itu berbeda kondisi sosial dan geografisnya. Dakwah Ekonomi dan
pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing.
Milki: Apakah anggota SI saat ini merupakan perekrutan baru atau bagaimana?
Aulia: Ya. yang murni dari kader lama juga ada dan yang baru masuk pun juga ada.
setiap organisasi sama saja.
Milki: Islam sosialisme itu harus difahami seperti apa?
Aulia: Islam sosialisme prinsipnya yang pertama superstruktur mempengaruhi struktur
bukan sebaliknya. Selanjutnya tidak ada pertentangan kelas, itu perbedaan pokoknya itu
perbedaan besarnya antara Sosialisme Islam dan Ilmiah. Walaupun perubahan zaman
bagaimana, Islam Sosialisme tetap memaksudkan bahwa Superstruktur mempengaruhi
Struktur hal itu kita lihat Rasulullah membangun super-struktur lewat masyarakatnya di
Makkah, baru di Madinah superstruktur itulah yang mempengaruhi struktur. yang kedua
pertentangan kelas yang dimaksud walaupun ia budak atau kaum marjinal tidak
dipertentangkan walaupun kelas itu ada akan tetapi tidak pernah dipertentangkan tidak
seperti sosialisme marxis yang justeru memepertentangkan kelas borjuis dan proletar.
Milki: Kenapa harus Islam Sosialisme apakah demokrasi belum cukup?
Aulia: Menurut saya Islam ya udah Islam, jika dia Islam maka dia pasti memiliki jiwa
sosialis dan jiwa demokrasi. Di alam Islam suah cukup cuma orang yang tidak mengerti
Islam saja yang merasa belum itu hanya peristilahan. Kalau merujuk pada pemikiran
Cokroaminoto dia menulis Islam dan Sosialisme jadi kalau yang mengatakan dan
mengartikan keliru berarti belum baca dan faham isi pemikiran beliau.
Milki: Bentuk perkaderan bagaimana di SI?
Aulia: Perkaeran kurang massif. sebenarnya di SI ada 2 sistem perkaderan. ada sistim
among misal antara kakak dan adik selalu ikut di SI itu tetap itu masih ada. justeru yang
masih awet itu dengan perkaderan among karena faktor keterdekatan. cara itu masih
ada, yang secara legal untuk tingkat nasioanal sudah ada dan di daerah baru mulai lagi.
ada juga perkaderan Muharrik untuk perkaderan anggota. Untuk jumalah anggota masih
ada pendataan.
Milki: Apakah SI memiliki lembaga lain sebagai penyokong?
Aulia: Ada lembaga pendidikan dari tingkat bawah sampai Universitas. Seperti
Universitas Cokroaminoto di Makassar, Palopo, Yogyakarta, dan Pinrang. Kalau untuk
Univeristas dimulai dari jogya awal mulai sudah menjadi Unisveritas Sebelas Maret
Surakarta pada tahun 1950-an. untuk lembaga ekonomi pun di daerah ada seperti
koperasi. Jusertu di pusat masih perlu dikembangkan karena dulu terlaku banyak
konflik.
Wawancara Syafinuddin Al-Mandari, Sekretaris Jenderal Lajnah Tanfidziyah Syaikat
Islam
Tanggal: 29 Juni 2017 di Kantor Dagang Syarikat Islam
Milki: Bagaimana perkembangan SI saat ini?
Syafinuddin: Sejak kongres ke-40 di Bandung itu sudah ada semacam penegasan
orientasi masih ada potensi untuk membuat kelembagaan politik dalam SI. sejak
kongres itu bulan November sampai Desember 2015 sudah secara tegas bahwa SI
menyatakan tidak akan membentuk partai politik kembali. Orientasinya ialah kepada
ekonomi. kembali kepada jalur awal, jalur yang sudah dipilih oleh SI yakni
pembangunan ekonomi ummat. Di mana, ketua yang sekarang ini seperti disebutkannya
sebagai dakwah ekonomi. kalau SI dikatakan tidak memiliki gerakan politik, saya pikir
tidak demikian. Tetap ada sisi politik tetapi tidak dalam kelembagaan politik. Jadi SI
akan menerapkan semacam poltik tingkat tinggi bukan politik praktis. Tetapi SI
berusaha menerapkan prinsip-prinsip politik dalam jalur lain. Dengan membangun
perekonomian, maka saya pikir di sanalah SI bisa mempengaruhi kebijakan politik.
Milki: setelah reformasi apakah aa perubahan yang dilakukan SI?
Syafinuddin: Sesudah reformasi kan eksperimentasi politik SI sebenarnya masih ada.
jadi tahun 1999 mengikuti pemilu dalam dua kelembagaan partai politik yaitu Partai
Syarikat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Syarikat Islam Indonenesia (PSII) 1905. itu
merupakan efek perpecahan yang dulu terjadi. kedua-duanya ini ketika itu ikut di
pemilu 1999, namun tidak mencapai ambang batas perolehan suara. Oleh karenanya
tidak bisa lagi mengikuti pemilu berikutnya pada tahun 2004. PSII berusaha
menyatukan diri tapi karena ada dinamika tidak dapat diselesaikan. Di mana yang PSII
1905 berubah menjadi Syairikat Islam Indonesia (SII) dan PSII kembali menjadi SI
kembali. tetapi ada ikhtiar baru untuk mengubah nama menjadi Partai Syarikat
Indonesia (PSI) ikutlah dia pada pemilu tahun 2004 tapi nasibnya sama tidak mencapai
ambang batas perolehan suara. sebingga pemilu 2009 sudah tidak ada, kemudian semua
unsur pergerakan SI kembali kekandangnya di Matraman untuk membenahi kembali SI.
Milki: Apakah PSII bisa hidup kembali?
Syafinuddin: Sebetulnya baik SI dan SII bisa menghidupkan kembali partai politik
berlatar Syarikat Islam. Sayang sekali fakta-fakta politik selama ini. kita bisa melihat
mulai dari tahun 1955, PSII hanya di urutan kelima kalah dari PKI. kemudian pada
pemilu tahun 1971 juga begitu, di urutan kelima kalah dari NU. Nah, tahun 1973, PSII
menggabungkan kegiatan politiknya ke dalam PPP. Kita lihat dalam era Orde Baru,
bahwa PPP hanya urutan kedua saja. Capaian suaranya pun tidak mendekati Partai
Golkar yang terlampau jauh. Secara politik praktis mengikut pemilu itu nampaknya
tidak bisa diperhitungkan lagi. Untuk apakah masih bisa memungkinkan, SI itu sudah
menganggap FINAL tidak akan membentuk partai politik kita anggap selamanya. Kita
menganggap lebih memungkinkan penyaluran kekuatan polItik SI itu lewat kader-
kadernya yang masuk partai-partai. Karena parpol tentu COST-nya tinggi dan juga
hitungan-hitungan peluang untuk memenangkan pemilu juga sangat rendah.
Milki: Setelah reformasi sendiri bagi SI apakah justeru cenderung Stagnan atau maju?
Syafinuddin: Saya rasa tidak terlalu berhubungan dengan pasca refomasinya, tetapi
karna friksi di kalangan politisi Islam itu menurut saya memang tajam sekali misalnya
bagaimana kita ini mencoba menggabungkan kekuatan politik Islam seperti
Muhammaiyah, Persis, dan NU yang tersebar di PKB, PPP, PKS, PBB, maupun di PAN
itu seperti itu tidak mungkin. Kalau kita kaitkan dengan reformasi sebenarnya tidak
demikian itu memang sudah sejak dulu ada umat islam. Pada tahun 1955 misalnya
ketika NU keluar dari Masyumi, itu menyebabkan suara Masyumi berkurang secara
signifikan. artinya sejak dulu kekuatan umat islam tidak bisa menyatu, ragu kalau ada
ide yang mengatakan nanti ummat islam akan memilih satu calon saja biasanya tidak
mungkin. Fakta pemilu di DKI jakarta pun begitu partai-partai islam tidak menyatu.
artinya, kalau kita kiaitkan dengan reformasi menurunNya kekuatan politik umat islam
itu bukan efek reformasi menurut saya, memang karena sejak dulu perilaku politik (para
politisi muslim itu) tidak dapat disatukan. Saya melihat ini ada kewajaran disebabkan
Indonesia ini mayoratias Islam. Jadi mereka sendiri yang berkompetisi kita bandingkan
saja dengan negara yang minoritas Islam itu bisa jadi Islam menyatu sendiri. Di negara
katakanlah 90 persen muslim ini tentu saja tidak relevan kalau Islam dikatakan
menolong, lah bukankan semuanya Islam kan. Itu kaitan reformasi dengan politik Islam.
Reformasi bagi SI sendiri membuka peluang untuk SI berekspresi secara politik. hanya
saja SI dalam konteks ini dalam petarungan perebutan suara tidak bisa. Itu berarti bahwa
kalau dikatakan kekuatan politik SI makin menurun itu bukan karena efek reformasi ya
memang karena suasana politik Indonesia tidak sama saat era sebelum kemerdekaan.
Katakanlah di era pemilu 1955 pamor SI di masyarakat masih sangat kuat. Nama besar
seperti Cokroaminoto, Agus Salim dan Abdul Moeis masih sangat kuat begitupun juga
tahun 1971 walaupun sangat kecil suaranya.
Milki: Hubungan SI dengan organisasi lain?
Syafinuddin: Sangat bagus bagi kita ada kegiatan di Majelis Ulama Indonesia (MUI)
kita diundang, di Muhammadiyah pun begitu juga. Tidak ada kecendrungan perbedaan
mazhab. Bahkan kalau kita baca dokumen awal yang memuat prinsip SI antara lain
diprogram Asas dan Tandhim anda akan melihat SI ini tidak menganut mazhab
tersendiri. beda dengan NU jelas sekali bahwa dia ASWAJA. Muhammdiyah juga
begitu namun pakai Tarjih Muhammadiyah. Malah saya katakan, awalnya cenderung
Wahabi. kalau kita liat gerakannya pun juga anti Tahlil, Bidah, dan Kurafat. itu kan
model Wahabi. Walaupun, dalam perkembangannya kecanggihan para tokoh
Muhammadiyah bisa lentur ke dalam perkembanban sosial Indonesia sehingga efek dari
Faham wahabi tidak terjadi masalah bagi mereka. sekarang Muhamadiyah pun tidak
terlalu dipersoalkan Tahlilan misalnya. kalau di SI ini tidak. memang gerakan SI itu
ekonomi politik awalnya dan beberepa tahun kemudian menjadi gerakan politik. Jadi,
bukan dalam konteks pemahaman keagaman pada satu warna itu sebabnya di SI itu
sangat gampang bergabung satu sama lain.
Milki: Untuk menjaga etika SI, budaya oragnisasi apa yang dilakukan oleh SI?
Syafinuddin: Pertama-tama itu mengutamakan persatuan jadi pemahaman yang bersifat
sektarian dan sebagainya dianggap sebagai penghambat kerja. Yang kedua kita ingin
kerja dalam praktis di bidang kemandirian ekonomi diutamakan. Etikanya bisa dilihat
dengan adanya keharusan rekonfirmasi kalau terdapat perbedaan pendapat kita saling
Tabayyun. Standar etika yang lain yang mesti patuhi secara umum misal kejujuran,
tenggang rasa, transparansi, bertanggung jawab, dan persaman derajat.
Milki: Bagaimana SI melihat kualitas masyarakat Indonesia saat ini?
Syafinuddin: Dalam banyak pidato Ketua Umum tergambar bahwa masyarakat
Indonesia pada umumnya itu mengalami ketertinggalan. ini dikatakan masyaRakat
indonensia mayoritas ummat islam. Cara mengukurnya adalah dengan melihat rasio
GINI. Derajat ketimpangan sosial dan ekonomi itu yang baru-baru ini, rasio GINI-nya
0, 41. Ukuran dari 0 hingga 1. Sekarang kita berada di tataran 0,40 sampai 0,43 kalau
itu kan artinya sangat timpang. Itu bisa dibayangkan bahwa kekayaan satu orang setara
seratus ribu penuduk. Ini potret masyaakat Indonesia seperti ini adalah beban maka akan
menjadi tantangan dalam visinya SI yaitu menitikberatkan kemandirian ekonomi
masyarakat bisa memperkecil kesenjangan.
Milki: Islam dan Sosialimse di SI apakah dianggap ideologi tetap atau tidak?
Syafinuddin: Saya tidak melihat ada perubahan, sulit juga saya mengukur apakah
sudah hilang atau belum. indikator-indikator saling membantu misalnya tidak mengukur
seseorang dari kekayaan, kemudian pembelaan kepada orang lemah masih hidup di SI.
Yang dicita-citakan oleh Sosialisme. Karena Sosialisme merupakan ideologi lain kalau
mau disimpulkan berarti masyarakat tidak berkelas, tidak ada kelas-kelas Borjuis sama
Proletar. Prinsip keadilan yang ditegakkan. Nah, di SI itu sudah jadi doktrin sejak dari
awal bahwa keadilan sosial itu penting. Saya rasa ini termasuk yang menginspirasi
Pancasila. Maka di dalam kenyataannya tokoh-tokoh SI masih menganut itu bahwa
keadilan dan prinsip Sosialisme itu penting. Prinsip Sosialisme dalam SI, itu menurut SI
sendiri dalam hal pemerataan dan keadilan oleh Sosialisme sesuai dengan Islam. bahkan
Islam jauh meletakkan Sosialisme. bahkan Islam itu sendiri puncak dari cita-cita
Sosialisme. jadi rekan-rekan dalam ideologi Sosialisme komunis itu tidak secara utuh
memandang Sosialisme dan keadilan. Keadilan yang dikonsepsikan Sosialisme dan
komunisme itu adalah keadilan kelas. Struktur kelas maksudnya jadi analisnya adalah
kelas sosial. Kalau alam islam tidak ditemukan analisis kelas. Ada yang jauh lebih
penting yang prinsip kemanusiaan, nah intinya Islam jauh lebih mendalam dari keadilan
yang diinginkan Sosialisme dan Komunisme. inilah sejak awal prinsip di SI. Jadi kalau
baca tafsir program Asas dan Tandhim itu jelas sekali aspek keadilan, aspek persatuan
itu sangat penting. Nah, kalau pertanyaan masih tumbuh saya rasa masih tumbuh.
karena di kita itu tidak bisa mentolerir adanya ketimpangan dan keadilan masyarakat.
Milki: Pandangan SI pada sistem demokrasi sendiri bagaimana?
Syafinuddin: Demokrasi sebentulnya memilki cita-cita yang baik hanya saja ada
beberapa yang harus dikoreksi. Demokrasi kan tumbuh dari falsafah individualisme dan
liberalisme kalau dia mengikut sepenuhnya pada prinsip demokrasi liberal itulah
sebenarnya masalah demokrasi di Indonesia. Demokrasi akan bermasalah perkara
masyarakat banyak diserang liberal tanpa batas. Apa yang tejadi sekarang ini,
merupakan praktek sudah ultra-liberal jadi lebih dari sekedar liberal. Apa akibatnya
secara teoritik ujung liberalisme dalah kapitalisme. Dan nanti yang bisa mengambil
keuntungan secra besar-besaran di dalam praktek demokrasi yang ultra liberal itu adalah
kaum kapitalis para pemodal. Para pemodal inilah yang nantinya akan memainkan
bahkan sekarang memainkan catur politik itu. Jadi kalau kritik pada demokrasi itu
sangat-sangat jelas ujungnya pada kapitalisme.
Milki: Bagaiamana alur keorganisasian di SI?
Syafinuddin: kalau kita struktur di Anggaran Dasar. Pemimpin di SI dipilih di kongres
sering juga isebut Majelis Tahkim. Ketua Umum LTSI fungsinya eksetutif menjalankan
amanah Majelis Tahkim. Yang kedua ada kelembagaan dewan pusat itu untuk
mengontrol hasil Majelis Tahkim oleh LTSI. Jadi LTSI melaksanakan Majelis Tahkim
dan mengarahkan itu adalah Dewan Pusat. Ada lagi majelis Syari yang bergerak dalam
hal yang berkaitan dengan agama Islam. misalkan ada yang membutuhkaan pandangan
soal Fikih, Syariah, dan Muammalah.
Milki: Lalu bagaimana dengan sistem perkaderan di SI?
Syafinuddin: Secara real kita lihat sebetulnya problem yang dialami oleh SI sejak
tahun 1973 dan 1985 ada upaya menyatukan tetapi ternyata gagal lagi. sampai di era
refomasi ini kekuatan perkaeran SI nyaris mencapai titik nol. proses kaderisasi yang
tidak jalan seperti dahulu itu menyebabkan regenerasi kepengurusan sangat lamban.
Organ sayap SI banyak diurusi oleh angkatan lama bukan angkatan muda. Bisa dibilang
sudah kosong dari SEMMI, hanya sedikit saja yang masih tersisa. Pengkaderan harus
dimulai dari awal. Sistem perkaderan di SI menurut pendapat saya bagus seandainya
berjalan. Di SI untuk memulai keanggotaan itu telah dipersiapkan sejak dini melalui
pramuka. Pramuka di SI itu sudah berdiri sejak 1927 jauh sebelum pramuka saat ini ada
namanya dulu Serikat Islam Afelling Pandu (SIAP). melalui keperamukaan itu dibina
aspek pendidikan karakter kemudian nanti mereka akan tumbuh memasuki tingkat
pelajar mereka akan ketemu SEPMI. Di situ ada pengkaderan juga, ada aspek ke-SI-an
masuk ke dalam. Kemudian menjadi mahasiswa mereka menjadi SEMMI sehabis itu
baru meraka aktif di Pemuda Muslim Indonesia. pada tingkat tertentu ia sudah dipilih
dalam pengurus di tingkat cabang, willayah, ataupun pusat. Jenjangnnya sangat jelas
sekali. Memang ada juga beberapa forum yang menjadi ajang pembinaan. Di Mukernas
lalu dikembangkan suatu model perkaderan jenjang di SI dikelola oleh satu badan yang
namanya pesantren kader SI. walaupun ini saya melihat ini masih berkembang. Di situ
ada tiga jenjang: awal, menengah dan lanjutan. Nomenklatur sudah ada namun masih
ada perlu ditinjau kembali. Namun tidak lepas dari kehendak.
Milki: Ada berapa cabang SI selutruh Indonesia?
Syafinuddin: Yang terdaftar ada 24 cabang wilayah provinsi. Selebihnya masih dalam
proses persiapan kalau kita hitung berdasarkan cabang persiapan sudah cukup
memenuhi 34 provinsi. contohnya yang masih belum ada itu Papua, Papua Barat,
Maluku, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah. Sebetulnya ada tapi terlalu lama tidur
itukan bangun kembali. Secara kelembagaan itu sudah berakhir masa jabatannya kita
perbaharui lagi. Cabang SI suah hampir 500-an target. Yang sekarang ada 80-an yang
sudah SK-kan.
Milki: Kalau kedudukan para keluarga dan pendiri di SI itu masuk juga apa bagaimana?
Syafinuddin: Setau saya mereka disebut keluarga besar SI. artinya kalau sturktur
keanggotaan harus terdaftar lah. Cuman secara kultural karena mereka punya kedekatan
kekeluargaan menjadi modal bagi SI mengumpulkan kembali kekuatan SI di daerah dari
tokoh SI untuk dibantu. Mereka sangat antusias jika diajak kembali ke SI walaupun
secara formal belum teraftar karena belum ada pengkaderan secara formal ala
keanggotan SI berarti kedekatan historis secara kekeluargaan merara diri sebagai SI.
mereka bisa memberikan masukan sebagai pertimbangan.
Wawancara dengan Yudhi Irsyadi Syafii, SE Sekretaris Bidang Ekonomi Syarikat Islam
Tanggal: 8 Agustus 2017 di Kantor Dagang Syarikat Islam
Milki : Titik tegas perjuangan SI saat ini bagaimana?
Yudi :SI kan merupakan organisasi yang tertua di negeri ini berdiri tahun 1905. Berawal
dari berihimpunnya beberapa pengusaha batik di Jawa Tengah. Yang merasa kepentingan
ekonominya sebenarnya sama dengan hari ini apa namanya diganggu oleh kekuatan Asing
dan Aseng saat itu. Mereka berhimpun mendirikan Sarekat Dagang Islam. Nah kemudian saat
SDI ini berubah menjadi SI juga konsen di tujuan yaitu para pedagang saling tolong
menolong sesama pedagang muslim tapi kemudian organisasi ini lama sekali menjadi partai
politik. Saya mencatat SI selama 50 tahun menjadi partai politik dari 1923-1973 ketika SI
dipaksa untuk difusi menjadi PPP. Tapi ketika dia tak menjadi partai politik dan bergabung
dengan PPP saat jadi ormas. Ternyata yang diurusi juga persoalan politik. Bahkan sampai di
awal reformasi, jadi setelah 50 jadi partai politik kemudian jadi ormas, tetapi seteah 42 tahun
masih tetap mengurusi politik. Kenapa, karena SI saat begabung dengan PPP harus berpolitik
di SI. Bahkan cenderung negatif. Harus sikut menyikut lazimnya perlaku para politisi mereka
mendapatkan legitimasi untuk mendapatkan kedudukan di tampuk kepemimpinan PPP.
Walaupun arus kepmimpinan utama PPP tetap dari parmusi dan NU. Tapi untuk menjadi
salah stau pimpinan di PPP mereka harus bepolitik di SI. Jadi seketika masuk refomasi pun SI
masih berpolitik bahkan menciptakan parpol seperti PSII, PSI 1905 yang kemudian tak dapat
kursi yang kemudian Cuma SI yang medapat kursi tahun 1999 dapat satu kursi. Inilah pada
akhir ahun 2015 Hamdan Zoelva memimpin SI, dilanjutkan dengan pelantikan pengurus baru
akhir Februari 2015. Barulah kemudian visi Hamdan Zoelva kembali ke jalan lurus atau jalan
yang awal. Kita ingin mengembalikan SI ini kepada masa masa tahun 1905-1923. Inilah jalan
lurus kita jadi konsen ketum mengagendakan empat program yang dinamakan catur program
karena praktis tatanan organisasi sangat kacau karena terlalu orientasi politik hingga terjadi
konflik di mana mana. Akhirnya jadi pengurus tak jalan. Menata kembali organisasi dengan
konsolidasi organisasi. Kemudian menjajalankan tiga program yang menjadi konsenya SI
dari dulu yaitu ekonomi, pendidikan, politik sebagai level yang paling bawah. Politik tidak
bisa dilepaskan dari SI, karena sejarah bahwa pedagang masa silam berkumpul karena politik
dominasi asing dan aseng pada saat itu. Jadi poltiik tidak sama sekali ditinggalkan, kalau
istilah Amin Rais menjelang reformasi ialah Hight Politik . jadi SI lebih mengguna hight
politik bukan politik kekuasaan untuk mendapatkan tiket dalam kekuasaan politik atau SI jadi
partai politik di Negara. Kita memeberikan masukan dan kritik terhadap jalan pemerintahan.
Milki : Pendekatan politik seperti apa yang dilakukan SI?
Yudi : Bisa dengan pernyataan sikap dari organisasi atau perorangan dari pernyataan ketua
umum. Misal disinggung soal Perppu, soal Presiden threshold. Melelui solusi sepeti itu tidak
menjadi fokus perjuangan kita lagi tidak terlalu kencang karena bukan ekonomi.
Milki : Bagaimana penjelasan dakwah ekonomi ini?
Yudi : Dakwa ekonomi kita mengajak masyarakat terurama kaum muslimin untuk ayo
sama sama kita bangun kekuatan dan kemandirian ekonomi kita. Karena apa namanya kalau
kita tidak memiliki kekuatan ekonomi maka kita akan dijajah. kalaupun negara ini tidak
dijajah secara resmi karena penjajahan perang saat ni orang sering katan sebagai proxy war,
perang bukan sebatas militer tetapi ekonomi dan teknologi dan sosial budaya. Ketika frame
anda mengatakan pandangan hidup harus seprti ini yang ada hari ini jusertu juga kehidupan
permisif lebih keduniawian itu pikiran kita sedang dijajah oleh kekuatan diluar kesejatian
kita. Yang pertama, kita orang indonesia, dan juga yang memegang adat ketimuran serta adat
kta sendiri. kedua, kita juga muslim. Ini yang kita semua ajak. Dengan mandiri secara
ekonomi maka kita menjadi manusia bebas yang tak gampang dijajah oleh kekuatan lain.
Milki : Kenapa memilih pendekatan ekonomi di saat politik dianggap sebagai jalur utama
untuk dapat mempengaruhi?
Yudi : Pertama kita ini bukan partai politik, kedua tidak ada satupun kekuatan politik yang
tidak ditunjang oleh kekuatan ekonomi seluruh penguasa di dunia pasti di belakang ada
kekuatan ekonomi. Kalau umat Islam kuat secara ekonomi dan mandiri. Hanya menjadi
boneka-boneka dari kekuatan pihak lain. Kenapa kita tak mengeluarkan sikap resmi gerakan
411 atau 212 secara politik kotemporer mungkin strategis. Pemilihan pilgub DKI Jakarta di
depan mata tapi kami memilih cara pandang berbeda. Politik kekuasaan yang sebentar sudah
selesai, buktinya Ahok pun kalah. Tapi kalau dakwah ekonomi tak akan bisa selelsai dalam
waktu dekat ini kita tetap istiqomah.
Milki : Sosialisasi Yang dilakukan SI di luar wilayah ada enggak pak?
Yudi : Terutama pada saat ini yang kita lakukan membangun sosialisasi membangun
kesadaran untuk mandiri secara ekonomi ke Internal sebelum ke eksternal. kita bangkitkan
semangat dan berusaha. kita mulai dari koperasi karena ini menyangkut masalah orang
banyak tak menutup kemungkinan membentuk gerakan korporasi. Karena dalam Islam
sendiri tidak melarang penumpukan harta kekayaan. Yang tak boleh harta kekayaan
menumpuk namun bagi kekayaan pribadi saja. Karena dalam setiap harta kekayaan dimiliki
kita itu ada hak sebagian orang lain. Itu hanya kita dititipi, langkah awal internal dulu
wilayah dan cabang. Jika wilayah dan cabang membangun koperasi, baik koperasi
perdagangan, usaha dan simpan pinjam pada akhirnya masyarakat-masyarakat di luar SI ini
akan kita ajak masuk ke dalam dari pembangunan yang kita laksanakan.
Milki : Adakah ciri-ciri khusus dakwah ekonomi milik SI dengan organisasi yang lain?
Yudi : Kita tak punya pretensi mengatakan inilah ciri khusus kita. Apalagi secara teori
ekonomi kerakyatan, gerakan koperasi istilah seperti sosial ekonomi ia kan, itu satu istilah
terminologi yang sudah ada sejak dulu. Kita tak ada pretensi untuk mengklaim bahwa ini
gerakan ala SI. Cuma masalahnya kan di datataran implementasi ada enggak kelompok
masyarakat yang menjalankan ekonomi kerakyatatan. Satu abad yang lali Karl Marx
mengungkapkan satu teori sosialisme yang berisikan pada pertentangan kelas tetapi ada gak
yang mewujudkan secara gerakan. Sosialisme Islam jelas tidak bersumber pada pertentangan
kelas, itu dimau dari penghayatan dari pengamalan ajaran Islam. Bahwa Sosialisme dalam
Islam dalam perdagan SI atau HOS Cokroaminoto itu dipraktekkan dalam sehari-hari ibadah
haji. Tidak ada penguasa, hamba sahaya, tidak ada orang kaya dan miskin, semua memakai
pakaian yang sama yaitu ihram dalam arah yang sama, mengitari bangunan segi empat yang
sama. Semuanya sama yang beda cuma tingkat keimanan masing-masing. Dari serangkaian
teori-teori itu gak punya pretensi ini SI kita jalani aja.
Milki : Pasca reformasi ini memberikan peluang bagi SI mengembangkan dakwah ekonomi
di saat sejumlah partai politik misalnya juga mengunakan instrumen ekonomi sebagai
pendekatan?
Yudi : Pasca atau sebelum reformasi. Alam sekarang serba bebas seperti inilah karena tak
jelas juga konsepnya. Malah ingin ditarik kearah orde baru lagi. Katakanlah dalam pandangan
pribadi bukan karena anti Ahok dan Cina, tapi karena dia bedebah pembangunan. cara yang
dilakukan melakukan pembangunan persis dengan cara cara Soeharto. Dia bukan
menghilangkan kemiskinan tapi menghilangkan orang miskin di depan mata kita. Justru ini
terjadi pasca reformasi. Terlalu simplisistik kala ini dikatakan karena reformasi orang atau
kelompok orang juga melakukan hal-hal yang dulu juga kita lawan di saar reformasi. Sebuah
langkah mundur. Kalau misalnya di sisi ekonomi saya pikir kita tak punya pandangan
reformasi merupakan tempat yang subur dakwah ekonomi kita tak pernah lihat itu. Mau itu
era orde baru dan reformasi kalau kita punya hak milik kita harus memperjuangankan.
Apalagi saat ini emang kebebasan lebih ada daripada Orde Baru. Setiap kelompok, komunitas
punya kebebasan tersendiri. Untuk mewujudkan apa yang dicitakan. kalau kemudian banyak
dari kaum kapitalis yang dekat dengan perjuangan ekonomi kerakyaan itu hal sah saja.
Idealisme yang sama kita fastabiqul kharait ya itu gapapa. Misal alumni 212 membuat
koperasi itu tak apa. Justeru semakin banyak masyarakat yang melakukan pemberdayaan
ekonomi kerakyatan khususnya untuk umat islam bagi kami bukan saingan. Kita sama-sama
berjuang, karena perjungan tidak bisa kita pasrahkan sama satu golongan. Yang penting
tujuannya sama. Bebas-bebasa saja. Apabila ada orang yang berusaha menghambat supaya
jangan ke Roma itu kita harus hadapi.
Milki : Tantangan yang bia menghambat SI saat dari mana kia-kira?
Yudi : Kalau internal yang pertama tantanganya adalah mainset kita. Kerana 50 tahun
menjadi partai politik dan 42 tahun mengurusi politik susah sekali. Pada sata ini, tahap
menciptakan nilai in PR paling susah. Banyak yang mengehendaki SI harus jadi partai
kembali seperti PSII masa silam. Ini tantangan yang paling utama. dari eksternal karena
maindset kita selama ini, saya pernah berkujung ke pesantren di Malang. Di mana, di sana
tidak hanya mencetak santri tahfidz tetapi juga entrepreneur muda. Maindset kita, mengajak
masyarakat kita jadi pengusaha, ayo jadi petani. Karena sistem pendidikan kita mengajarkan
kita jadi buruh jadi jongos Cina. Pendidikan kita tidak pernah menyemangati untuk kita
bangga menjadi petani. Bahkan anak petani yang tinggal di pedalaman yang tak punya akses
kemanapun yang memang anak mau cita-cita apapun anda akan tetap jadi etani. Karena itu
tak punya akses papaun.
Milki : Apakah SI juga mebangun kerjasama dengan lembaga yang hanya dibentuk
kelompok anggota sarekat atau dengan kelompok yang lainnya?
Yudi : Semua kelompok mau internal dan eksternal kita tak bisa jalan sendiri jadi jagoan
sendiri. Kita kerja sama membangun relasi dengan semua pihak itu kata kunci. dengan kita
bangun kerjansama. karena kebetulan di dalam SI sendiri anak cucu orang lama yang setia
misal cicitnya H Smanahudi masih berdagang batik kawan kawan di daerah yang lain ada
yang sudah aktif di gerakan koperasi kita bangun sinegisitas di dalam kita. Di luar itu kita
bangun gerakan dengan lembaga pemerintahan, bisnis, atau kelompok masyarakat yang
peduli dengan gerakan ekonomi kerakyatan. Contoh di luar ada lembaga pemerintah
bentukan kementerian kopeasi UKM yaitu Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) itu
kita jadi transfer partner dalam menyalurkan debit untuk koperasi UKM yang memakai
sistem konvensional bunga. Itu kita ikut saja toh…walaupun dengan sistem konvesional
LPDB bunga sangat murah 0,3 % perbulan 4,5 % tahun slading. Itu untuk membantu akses
bantuan bagi UKM dan koperasi. Lalu kerjasama sama juga dengan lembaga inkubator bisnis
kita punya sekolah dagang Samanhudi, kita pakai nama itu untuk menghormati sosok tokoh
SI masa lampau. Kita kerja sama One Twenty Man yang tujuanya menginginkam satu daris
setiap 20 warga harus jadi pengusaha. Jadi apa namanya berarti 5% dari penduduk Indonesia
jadi pengusaha. Cocok dengan SI. Ada kelas inkubasi ya dibatasi usianya mungkin karena
usahanya gagal atau tak berkembang karena kurangnya pengetahuan menejemen, akses
produk, pembiyaan, kita bantu lewat ini. Yang terrakhir akselerasi untuk pengusaha awal agar
naik ke kelas menengah ya susah karena infrastruktu dan atmosfir usaha hari ini di Indonesia
tidak ramah jalan kan hari ini. Untuk kerjasama dengan lembaga lain kalau bisa sinergi
kenapa tidak. justeru kalau mau sukses harus kerjasama terutama yang kesternal.
Milki : Apakah cita dakhwa ekonomi ini akan dipertahankan sampai saat nanti atau hanya
sebatas pengurusan ini saja?
Yudi : Setelah mukernas kemaren kita telah menyelesaikan roadmap SI 2045. D tahun itu
angka itu bagi kita spesial di mana peran SI kita sudah diposisikan yang tidak boleh berubah
siapapun pemimpinnya. Jadi tiga program itu di atas terus dijadikan agenda tetap. Ketika
pada saat kepemimpinan siapaun itu harus menjadi fokus perjuangan.
Struktur Dewan Pusat Syarikat Islam Masa Jihad 2015-2020
Ketua
H. Rahardjo
Tjakraningrat
Wakil Ketua
Ir. H. Suharso Monoarfa
Drs. H. Rahmat Gobel
Dr. H. Rahmat Hasanuddin.
SE
KH. Salman Al-Farisi
KH. Muhamma Irmansyah
H. Barna Sumantri
Drs. Jauhari Syamsuddin
Sophian Kasim, SH.
Drs. H. Andi Mappasukki
Ir. Irwan Esfa
H. Muhammad Abdus
Salam
H. Ali Abdul Muthalib
Sekretaris Wakil Sekretaris
Dr. H. Nandang Koswara, M.Pd, Hasan Zaenal Abidin, SE,MM.
H. Fasiun, S.H.
Anggota
Ivan Prasetya AS
Ir. H. Ahmad Farial
Ir. Hj. Muzia Evaliza
H. Wahid Hasyim, SH, M.Fil.I
Drs. H. Ismail Djaelani, SH.
Drs. H. Ramli Nurhapy, M.Si
H. Amin Suparman, SH.
Drs. Aten Podomi
Drs. H. Azhar Alsen
Hj. Ratu Tinty Fathinah Chatib
Muhammad Ali Rauf, SH.
Drs, H. Sukardi Harun
H. Hasan Basri
Struktur Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam Masa Jihad 2015-2020
Ketua Umum Wakil Ketua Umum
H.B.M. Muhtadi, SE, MM.
Dr. Hj. Valina S. Subekti, M.Si
Dr. Ir. H. Sodik Mujahid, M.Sc
.
Dr. H. Hamdan Zoelva, SH.
MH.
Wakil Sekretaris Jenderal Sekretaris Jenderal
Syafruddin Djosan
Aulia Tahkim A.D Tjokroaminoto
Feri Ferdian Mardiana, S.Pd
Dr. Syafunuddin Almandari, M.Si.
Sekretaris
Chandra Halim, SE.
Said Aldi Al-Idrus, SE.
Hj. Ayuk F. Shihab, SH.,M.Kn
H. Adam Anhari, MA.
Drs. Tavinur Syamsuddin, M.Si
Ervan Taufik, SE.
Dedy Setiawan R. Dolot, SE.
Hj. Indrati Hamzah, SE.
Muhammad Nur Djabir, MA.
Ketua
Ir. Djafar Al-Katiri, MM., M.Pd.I.
Ir. Rudi Tavinos
H. Barkah Setiawan, SP., MM.
Safrizal Rambe, M.Si
Drs. Johari Rugani, MA.
Irvan Rahardjo, SE, MM.
Agustian
H. Fadly Nurzal, S.Ag
Abid Takalamingan, S.Sos,MH
Bendahara Umum Bendahara
Dra. Rita Widyasari Muhammad Tonas, SE.
Ir. Sutrisno Toha
Ir. Jeremy Gerung
Ir. Basri Kinas Mapasseng
Struktur Majelis Syar’i Syarikat Islam Masa Jihad 2015-2020
Ketua
Ir. H. Ade Suherman, M.Pd
Wakil Ketua
KH. Mulyana Saeful Muslim, S.H
KH.Tatang Muhram
Drs.KH. Sodikun, M,Si
KH. Muhammad Muhtadin
Drs.Hj. Zubaedah Mukhtar
KH. Engking Munawwar AZ,MA.
Sekretaris Wakil Sekretaris
Dr. H. Nandang Koswara,
M.Pd,
KH. Sofyan Muh. Kosasih,SH.I
H. Atep M. Wahid Kosim, MM
KH.Slamet S. Al-Barqy
Dr. M. Zuhdi Zaini
KH. Abdul Qodir
Anggota
KH. Qaimoeddin Thamsy M Aqif, SH
KH. A. Mahmud Alamsyah
Drs, H. Muchlis Said
Dra. H. Djundah, MA.
KH. Muh. Yakub Lubis
KH. Juhaman Suriah Al-Fahlawi
Dr. H. Syamsuri Sidiq, SH, MH.
Nor Apani, SH.
Badan Khusus Syarikat Islam Masa Jihad 2015-2020
Ketua
Andrinof Chaniago, S.IP., M.Si.
Wakil Ketua
Sandiaga S. Uno, MBA
Yeni Fahmi
Sekretaris Wakil Sekretaris
Yudhi Irsyadi Syafii, SE Prof. Drs. Dawam Rahardjo
Dr. Ir. H. Suwardie, M.Sc.
Drs. H.M. Iman Sujudi, MB.
Sulaeman Ismael
Ir. Suko Hartono
Ir. Turino Yulianto
H. Aslih Ridwam, S.Ag,.MA
Ir. Anang Fatkhurrahman
Irfan Fauzi Arif, M.Si
HM. Muhtashor
Muhammad, MS
Dewan Pakar
Ketua Wakil Ketua
DEWAN EKONOMI
KH. Tb. Fathul ‘Adzim
Chatib
N. Syamsuddin Ch. Haesy
Sekretaris
H. Ishak M. Yusuf, SH., MBA.
Badan Khusus Syarikat Islam Masa Jihad 2015-2020
Ketua
Prof. Dr. Ryaas Rasyid
Wakil Ketua
Dr. Adhiyaksa Dault, SH,. MH
Dr. Firaus Syam, MA
Dr. Muhanto AQ., MM.
Sekretaris Wakil Sekretaris
Dr. Wilan Yahya, M.Pd. Prof. Dr. Enang Syaifullah W, LLM
Prof. Dr. Mansur Suryanegara
Dr. M. Alvan Alfian
Prof. Dr. Widyopramono, SH.,MH
Titi Anggraini, SH, LLM.
DEWAN PENIDIKAN
Ketua Wakil Ketua
DEWAN SIYASAH
Zainal Arifin Husein,. SH. MH Prof. Muh. Taufik Makarao, MH.
Hj. Emini Sri Ihsaniati, M.M.Pd.I
Sekretaris
Hablul Mawardi, SH,. MH.
Anggota
Dr. Ir. Hj. Andi Laksmiwaty Isa
S, M.Si
Faisal Syam Aif, ST.
Ridwan Olii, S.Pd.I
Drs. H. Aceng Toha, M.Pd.
Badan Khusus Syarikat Islam Masa Jihad 2015-2020
Ketua
Drs. Ramlan Sasmita, M.Pd.i
Anggota
Dr. Anwar Fuadi, SH., MH
Ir. Suaib Didu
Sekretaris
Heru Widodo, SH,. MH.
PESANTREN KADER SYARIKAT ISLAM
Ketua Wakil Ketua
DEWAN BAITUL MAL
Dr. KH. Amrullah Ahmad, S.Fil M. Natsir, M.Pd.i
Sekretaris
Ayi Setiadi, M.Pd.I
Anggota
Haris Pettabiring, S.Ag
Dra. Siti Lailatul Soleha
Drs. H. Djohan Djauhari, M.Ag
M. Zulhaq
Dr. Undang Hidayat, M.Ag
H. Orde Djauhari
H. Ali Hamzah, S.Pd.I., M.Pd.I
Ketua Wakil Ketua
Ir. Muhammad Syahrir Ir. Syafril Sofyan, M.Sc.
Dawak Fathurrahman
Sekretaris
Arwandi
Anggota
Muh. Arman Alwi Al-Aidid
Magaretta Putri
BALITBANG DAN TEKNOLOGI INFORMASI