zap (milg)
TRANSCRIPT
-
8/13/2019 ZAP (milg)
1/20
-
8/13/2019 ZAP (milg)
2/20
2
liofob bersifat menjauhi air sehingga disebut hidrofob dan gugus liofil yang
memiliki sifat mendekati air disebut hidrofil.
Adapun jenis-jenis zat aktif permukaan dapat digolongkan berdasarkan
sifat elektrokimia dan ionisasi molekul di dalam medium air adalah sebagai berikut
:
1. zat aktif anion adalah zat yang terionisasi dalam larutan dengan rantai panjang
yang membawa muatan negatif.
2. zat aktif kation adalah zat yang terionisasi dalam larutan dengan rantai panjang
yang membawa muatan positif.
3. zat aktif amfoter atau amfolitik adalah zat yang terionisasi dalam larutan
dengan rantai panjang yang membawa muatan negatif maupun positif
bergantung dari suasana pH.
4. zat aktif nonion adalah zat yang tidak terionisasi dalam larutan, kereaktifan
kapiler dari golongan ini disebabkan beberapa macam gugus yang hidrofil.
Sifat-sifat Zat Aktif Permukaan
1. Zat aktif permukaan sebagai larutan koloid.
McBain telah membuktikan bahwa larutan zat aktif permukaan merupakan
larutan koloid. Molekul-molekulnya terdiri dari gugus yang hidrofob menghadap ke
air, sedangkan yang hidrofob menghadap ke udara atau ke fasa minyak.
Pada konsentrasi tinggi partikel koloid ini akan saling menggumpal dan
gumpalan ini disebut misel yang berada dalam bolak-balik dengan sekitarnya
(pelarut atau dispersi larutan). Agregat ataumisel ini mulai terbentuk pada daerah
konsentrasi kritik misel atau KMK. Di bawah konsentrasi kritik hanya ada ion-ion
bebas dalam larutan. Pada daerah konsentrasi kritik terjadi pengumpalan ion-ion
yang disebut misel. McBain menyatakan ada dua macam bentuk misel yaitu misel
sferik yang mempunyai daya hantar listrik yang tinggi dan misel lamelar dengan
susunan gugus hidrofob yang mempunyai daya hantar listrik yang kecil.
2. Adsorpsi
Zat aktif permukaan biasanya teradsorpsi pada tegangan permukaan atau
antar muka. Apabila larutan mempunyai tegangan permukaan lebih kecil dari
pelarut murni, zat terlarut akan terkonsentrasi pada permukaan dan terjadi
-
8/13/2019 ZAP (milg)
3/20
3
adsorpsi positif. Sebaliknya adsorpsi negatif menunjukan molekul-molekul zat
terlarut lebih banyak terdapat dalam rongga larutan daripada di permukaan.
3. Kelarutan dan daya melarutkan.
Murray dan Hartly membuktikan adanya kelarutan garam rantai parafin
seperti natrium-stanosulfonat pada macam-macam suhu. Pada suhu rendah
kelarutan kecil, kemudian naik perlahan-lahan dengan naiknya suhu. Disekitar
suhu kritis kelarutan naik dengan cepat, yakni pada daerah dimana mulai
terbentuk misel. Hal ini menunjukkan bahwa partikel-partikel tunggal relatif tidak
larut, sedangkan misel mempunyai kelarutan yang tinggi. Makin panjang rantai
hidrokarbonnya, makin tinggi suhu kritis kelarutan.
4. Pembasahan
Pembasahan adalah penutupan suatu permukaan zat padat dan bagian-
bagian kotoran dengan cairan atau juga pemasukan cairan ke dalam ruangan-
ruangan kapiler antar misel dan sub mikroskopik.
Sekali penyabunan dalam proses tekstil itu telah lengkap, lapisan air yang
mengandung gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan.
Gliserol digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri kosmetik dan
farmasi. (sifat melembabkan timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat
berikatan hidrogen dengan air dan mencegah penguapan air itu). Sabunnya
dimurnikan dengan mendidihkannya dalam air bersih untuk membuang lindi yang
berlebih NaCl, dan gliserol. Zat tambahan seperti batu apung, zat warna dan
parfum kemudian ditambahkan. Sabun padat itu kemudian dilelehkan dan
dituangkan pada suatu cetakan.
Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan (dari
kata surface-active agents), yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan
permukaan air. Molekul surfaktan apa saja mengandungsuatu ujung hidrofobik (
satu rantai hidrokarbon atau lebih ) dan suatu ujung hidrofilik ( biasanya, namun
tidak harus, ionic ). Porsi hidrokarbon dan suatu molekul surfaktan harus
mengandung 12 atom karbon atau lebih agar efektif.
Surfaktan dapat dikelompokkan sebagai anionik, kationik, atau netral,
bergantung pada sifat dasar gugus hidrofiliknya. Sabun dengan gugus
karboksilatnya, adalah surfaktan anionic, benzalkonium klorida (N-benzil
ammonium kuartener klorida) yang bersifat anti bakteri adalah contoh-contoh
-
8/13/2019 ZAP (milg)
4/20
-
8/13/2019 ZAP (milg)
5/20
5
Gelas piala 250 ml
Kertas saring
Corong gelas
Perefluks dan Batu didih
d. Daya Basah
Gelas ukur 500 ml
Bandul logam tahan karat ( berat 40 gr, D=4 cm )
Kait logam tahan karat
Benang penyangga 1,9-2,0 cm sebagai penghubung bandul dengan kait
Benang kapas bentuk streng dengan keliling 45 cm dan berat 5 gr Stopwatch
e. MBAS
Spektrofotometer
Tabung Cuvet
Corong Pemisah dengan kapasitas 500 mL.
Erlenmeyer tutup asah 250 mL. Labu ukur 100 mL.
IV. Pereaksi
a. Daya Tahan Sadah
Air sadah 20o
Air sadah 30o
Air sadah 40
o
b. Daya Tahan Asam
H2SO410 %
H2SO4 pekat
c. Daya Tahan Basa
NaOH padat Indikator MO
-
8/13/2019 ZAP (milg)
6/20
6
HCl pekat dan HCl 1,0000 N
d. Daya Basah
Tidak Memakai Pereaksi
e. MBAS
o Larytan Standr LAS (Linear Alkil Sulfonat)
0 mg/l - aquades 100 ml.
0,3 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml.
0,5 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml.
1,0 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml.
1,5 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml.
2 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml.
o Indikator PP
o Larutan NaOH 1N
o Larutan H2SO4 1N
o Larutan Metilen blue dan Larutan Reagen Metilen Blue
o Larutan Kloroform
o Larutan Pencuci
V. Langkah Kerja
a. Daya Tahan Sadah
1. Dibuat larutan dengan konsentrasi 1% di dalam air sadah.
2. Untuk air 20odH, 2 ml air sadah 100odH ditambah dengan 1 ml contoh uji
diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi.
3. Untuk air sadah 30odH, 3 ml air air sadah 100odH ditambah dengan 1 ml
contoh uji diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi.
4. Untuk air sadah 40o dH, 4 ml air sadah 100o dH ditambah dengan 1 ml
contoh uji diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi.
5. Masingmasing larutan dikocokkocok dan diamati, pengujian dilakukan
pada suhu kamar
-
8/13/2019 ZAP (milg)
7/20
7
b. Daya Tahan Asam
1. 100 ml larutan ZAP 1% (10 ml ZAP 10% diencerkan menjadi 100 ml)
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, tambahkan batu didih dan 1 ml H2SO4
10%.
2. Didihkan larutan selama 5 menit dengan refluks, amati adanya perubahan,
apakah terjadi kekeruhan, pemisahan minyak atau kehilangan daya busa.
(Pengamatan I)
3. Bila tidak terjadi perubahan, ditambahkan 0,5 ml H2SO4 pekat didihkan
dengan refluks diamati adanya perubahan pada perlakukan dengan
konsentrasi H2SO41% ini. (Pengamatan II)
4. Bila terjadi perubahan konsentrasi H2SO4dinaikan dalam larutan menjadi
3% dengan ditambahkannya 1 ml H2SO4 pekat dan kemudian direfluks
selama 15 menit. Amati apakah ada perubahan pada kondisi ini.
(Pengamatan III)
5. Bila tidak terjadi perubahan, tambahkan 6,5 ml H2SO4 pekat agar
konsentrasi dalam larutan menjadi 10% kemudian direfluks selama 15
menit. Amati apakah ada perubahan. (Pengamatan IV)
6. Bila tidak terjadi perubahan, percobaan dihentikan. Bila pada pengamatan
IV terjadi pengendapan atau pemisahan minyak, larutan diencerkan
dengan air dalam volume yang sama dan dikocokkocok dengan teratur,
kemudian amati apakah masih timbul busa (Pengamatan V)
c. Daya Tahan Basa
1. Larutan 1 gram ZAP (10 ml ZAP 10%) yang akan diuji dengan 65 ml air
suling, kemudian ditambahkan 25 gram NaOH padat dan ditambah
beberapa butir batu didih.
2. Dikocok hingga larut sempurna, kemudian diamati adanya perubahan.
(Pengamatan I)
3. Larutan tersebut didihkan pada refluks selama 15 menit. Diamati
perubahan. (pengamatan II), apakah ada penggaraman?
4. Dinginkan larutan tersebut, kemudian disaring sisa yang tidak larut pada
kertas saring dipindahkan ke dalam piala gelas yang berisi 25 ml air suling.
5. Dititrasi dengan HCl sampai netral dengan indikator MO (Pengamatan III)
-
8/13/2019 ZAP (milg)
8/20
8
6. Kocok dengan hati hati larutan tersebut kemudian didihkan selama 5
menit dan dinginkan sampai suhu kamar, amati adanya perubahan
(Pengamatan IV)
d. Daya Basah
1. Contoh uji ditimbang sesuai dengan persyaratan 5 gram (0,01 gram).
2. Disiapkan larutan ZAP sesuai dengan konsentrasi yang diperlukan.
3. Kait yang dihubungkan dengan pemberat dipasangkan pada ujung
benang harus kuat.
4. Ujung benang yang lain dipegang diatas suatu permukaan larutan, lalu
dilepas perlahanlahan ke dalam larutan ZAP.
5. Benang harus seluruhnya terendam.
6. Waktu pembasahan dihitung sejak benang mulai tenggelam (dilihat dari
benang pembantu yang berubah dari tegang menjadi melengkung.
7. Apabila waktu tenggelam lebih dari 180 detik perhitungan waktu
dihentikan.
8. Diulangi pekerjaaan diatas 2x, menggunakan larutan ZAP yang sama.
9. Dilakukan pengukuran waktu tenggelam untuk masing masing
konsentrasi.
10. Dibuatlah grafik konsentrasi antara ZAP dengan waktu tenggelam.
e. MBAS
1. Larutan standar dimasukan ke dalam corong pemisah.
2. Ditambahkan 35 tetes Indikator PP.
3. Ditambahkan larutan NaOH 1 N tetes demi tetes sampai berwarna merah.
4. Ditambahkan larutan H2SO41 N sampai tepat tidak berwarna.
5. Ditambahkan 10 ml MB kedalam corong pemisah.
6. Corong Pemisah dikocok
7. Ditambahkan 10 ml kloroform dalam gelas ukur kocok 1 menit .
8. Ekstrak kloroform garam metilen blue LAS dipisahkan.
9. Dimasukan kedalam tempat tertutup (Erlenmeyer tutup asah)
10. Ditambahkan 10 ml larutan pencuci sebanyak 2 kali dan pada pencucian
ketiga ditambahkan 5 ml, dikocok 15 detik, dibiarkan pemisahan fase.
-
8/13/2019 ZAP (milg)
9/20
9
11. Dimasukan kedalam Erlenmeyer tutup asah.
12. Dipindahkan kedalam labu ukur, diencerkan dengan kloroform sampai 50
ml.
13. Diencerkan lagi agar spektro tidak error.
14. Dipindahkan dalam tabung cuvet.
15. Lalu diukur dengan spektronik = 652 nm.
16. Metode yang digunakan spektrofotometri.
17. Dibuat kurva standar kalibrasi.
y = ax + b
2
i
2
i
iii
2
ii
)x(-)x(n
)yx()x()x)(y(a
2
i
2
i
iiii
)x(-)x(n
)y)(x()yx(nb
VI. Data Percobaan
a. Penggolongan ZAP
Larutan 11
Metoda Wurtzchmitt
a b c d e f g
- + - + - + -
Kesimpulan :
Dari percobaan dengan menggunakan Metoda Wurtzchmitt didapat hasil
positif pada b, ddan f. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa larutan
no 11 merupakan golongan V
b. Daya Tahan Basah
Benang 1 = 5, 0830 g
Benang 2 = 5, 0845 g
Benang 3 = 5, 0833 g
-
8/13/2019 ZAP (milg)
10/20
10
0
20
40
6080
100
120
140
160
180
200
0.5 1 1.5
Waktu
Benang Konsentrasi Waktu
1
2
3
0,5 %
1%
1,5%
> 180 detik
15 detik
14 detik
Grafik aktifasi kadar terhadap waktu daya basah substrat
c. Viskositas
Larutan Nomor 21
No. AirKonsentrasi
0,1%
Konsentrasi
0,2 %
Konsentrasi
0,3 %
1 31,08 31,51 30,62 30,89
2 80,81 30,04 30,24 31,08
3 29,73 30,37 30,52 30,88
4 29,74 30,18 30,18 30,22
5 29,06 30,16 30,27 30,63
6 29,54 30,63 30,61 30,37
7 29,30 29,83 30,21 30,12
8 29,80 29,80 30,08 30,07
9 29,41 30,17 30,17 30,77
10 29,39 30,29 30,43 30,57
=397,8 = 309,9 = 303,3 = 305,7
X = 29,78 X = 30,29 X= 30,33 X= 30,37
-
8/13/2019 ZAP (milg)
11/20
11
Kesimpulan :
V 0,1 % =
V 0,2 % =
V 0,3 % =
d. Density
Berat pikometer = 27,0464 g
Suhu = 300C
Volume = 25 ml
Berat pikometer + air = 51,5521 g
Suhu = 29,50C
Volume = 25 ml
Berat pikometer + Lar. 0,1% = 51,5847 g
Suhu = 26,30C
Volume = 25 ml
Berat pikometer + Lar. 0,2% = 51,5625 g
Suhu = 26,40C
Volume = 25 ml
Berat pikometer + Lar. 0,3% = 51,5781 g
Suhu = 26,40C
Volume = 25 ml
-
8/13/2019 ZAP (milg)
12/20
12
d air = 0,9802 x 0,99597 = 0,9762
d 0,1 = 0,9815 x 0,99681 = 0,9183
d 0,2 = 0,9806 x 0,99681 = 0,9774
d 0,3 = 0,9812 x 0,99654 = 0,9778
e. Daya Tahan Sadah
Pada ketiga tabung (20 oDH, 30 oDH dan 40 oDH), tidak terjadi perubahan.
f. Daya Tahan Asam
Pengamatan I : tidak terjadi perubahan
Pengamatan II : Keruh, terjadi perubahan
Pengamatan III : terjadi perubahan, larutan menjadi keruh
g. Daya Tahan Basa
Pengamatan I : Terjadi penggaraman (tidak tahan alkali)
Pengamatan II : terjadi penggaraman dan larut sempurna (tidak tahan
alkali)
Pengamatan III : tidak terjadi penggaraman
h. MBAS
Data percobaan sulfaktan
Konsentrasi
(x)
Absorbansi
(y)
X.Y X2
0 0,014 0 00,3 0,023 0,069 0,09
0,5 0,024 0,012 0,25
1,0 0,048 0,048 1
1,5 0,067 0,1005 2,25
2,0 0,080 0,16 4
x = 5,3 y = 0,256 XY = 0,3274 x2= 7,59
-
8/13/2019 ZAP (milg)
13/20
13
Perhitungan : Tabel konsentrasi ZAP dan Absorbansinya pada panjang
gelombang 652 nm.
Konsentarsi ZAP (mg/l) Absorbansi (A)
0.5 mg/l
10 mg/l
20 mg/l
30 mg/l
50 mg/l
0.007
0,023
0,029
0,580
0,610
a = n (x. y ) - ( x) . ( y)
n ( x2) - (x)2
= 7 (0.817)(7.3).( 0.527)
7 (11.590)(7.3)2
a = 0.067246
b = (y) . (x2) - (x). ( y)
n (x2) - (x)2
Konsentrasi
(X)% T
Absorbansi
(Y)X.Y X2 Y2
0 95 0.022 0 0 0.00050
0.3 88 0.056 0.016655 0.09 0.00308
0.5 97 0.013 0.006614 0.25 0.00017
1 90 0.046 0.045757 1 0.00209
1.5 86 0.066 0.098252 2.25 0.00429
2 83 0.081 0.161844 4 0.00655
Contoh uji 2 57 0.244 0.48825 4 0.05960
Jumlah (
)7.3 0.527 0.817 11.590 0.076
-
8/13/2019 ZAP (milg)
14/20
14
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Absorbansi(Y)
Konsentrasi (X)
Absorbansi (Y)
Linear (Absorbansi (Y))
= (0.527).( 11.590)2(7.3).( 0.527)
5 (39,0025)(7.3)2
b = 0.005205
y = ax + b
0,527 = 0,067246 x + 0,005205
0,5270,005205 = 0,067246 x
X = 7,76 mg/l
Kurva Absorbansi (Y) terhadap Konsentrasi MBAS
-
8/13/2019 ZAP (milg)
15/20
15
VII. Diskusi
a. Penggolongan ZAP
Dalam praktikum penggolongan ZAP menggunakan Prinsip Mtoda cara
Wurtzchmitt. Yang artinya menggunakan sifat ionisasi dengan prinsipnya
mengendapkan ZAP. Pengujian ZAP cara Wurtzchmitt didasarkan pada
reaksi ZAP tersebut dengan pereaksi pereaksi tertentu. Kesalahan yang
mungkin terjadi pada saat melakukan percobaan ini pada saat praktikan
melakukan mengamatan, praktikan kurang teliti dalam membedakan
endapan yang seharusnya terbentuk, selain itu kebersihan alat yang
digunakan juga menjadi pertimbangan.
b. Viskositas dan Density
Pada praktikum viskositas dan density bertujuan untuk mengetahui
viskositas dan density dari suatu ZAP dilakukan penentuan berat jenis
dengan menggunakan viskometer Ostwald. ZAP memiliki berat jenis lebih
basar daripada air, hal ini membuktikan bahwa ZAP tersebut lebih pekat dan
mempunyai molekulmolekul yang terlarut didalam larutannya.
Kesalahan yang mungkin terjadi saat praktikum adalah, kutang bersihnya
alat, misalnya alat yang belum kering, hal tersebut dapat mempengaruhi
ZAP yang di uji, ketelitian saat pengamatan dan perhitungan juga sangat
penting karena dapat berpengaruh pada hasil akhir nanti.
-
8/13/2019 ZAP (milg)
16/20
16
c. Daya Tahan Sadah
Dalam praktikum ini, sama seperti praktikm lainya, diperlukan ketelitian dari
praktikan, misalnya dalam melakukan pengamatan, praktikan harus teliti dalam
mengamati kekeruhan yang terjadi, karena hal tersebut dapat mengakibatkan
kekeliruan haril praktikum itu sendiri. Dalam industri tekstil sendiri kesadahan
air cukup penting.
Suatu ZAP memang harus tahan sadah, sehingga dalam penggunaannya
dalam industry, suatu proses akan tetap berlangsung dengan baik walaupun
kesadahan air tinggi.
ZAP yang bagus yaitu ZAP yang banyak mengandung gugus-gugus
hidrofil. Jika gugus-gugus hidrofilnya banyak, jika digunakan pada air sadah
gugus hidrofil yang satu akan bereaksi dengan logam yang terdapat pada air ,
namun karena masih ada gugus hidrofil lainnya, ZAP masih bisa bertahan
dalam air tersebut.
Suatu ZAP yang tahan sadah biasa digunakan dalam pencelupan. Disana
jika ZAP tidak tahan sadah maka akan membentuk garam-garam dan proses
pencelupan akan terganggu.
d. Daya Tahan Asam
Diperlukan kertelitian praktikan dalam pengamatan, dari hasil
percobaan ini menunjukan ZAP yang digunakan tidak tahanasam. Ketahan
ZAP terhadap asam itu sendiri ditentukan oleh banyaknya gugus kation
pada bagian hidrofil ZAP. Semakin banyak gugus kation pada ZAP, maka
daya tahan ZAP akan semakin bagus. Gugus kation tersebut akan bereaksi
dengan gugus anion pada asam untuk menahan keasaman suatu larutan.
Pada saat melakukan penambahan larutan asam sulfat pekat
seharusnya ditambahkan sedikit demi sedikit. Hal ini dilakukan agar kita
dapat melihat perubahan larutan jika ZAP benar-benar tidak tahan asam.
Perubahan tersebut akan terlihat seperti terjadinya kekeruhan atau adanya
lapisan minyak pada larutan ZAP.
Sehingga diperlukan ketelitian yang lebih untuk praktikan agar tidak
terjadi kesalahan.
-
8/13/2019 ZAP (milg)
17/20
17
e. Daya Tahan Basa
Dalam praktikum ZAP yang digunakan tahan basa. Hal tersebut
dikarenakan sedikitnya gugus anion pada bagian hidrofil ZAP yang dapat
mempengaruhi menahan alkali. Semakin banyak gugus anion, maka ZAP
akan semakin tahan terhadap basa. Gugus-gugus anion tersebut akan
bereaksi dengan gugus kation pada alkali untuk tetap bertahan dalam
suasan alkali. Seandainya gugus-gugus anion bereaksi semuanya, maka
ZAP akan rusak.
Dari hasil praktikum ini diketahui bahwa ZAP yang digunakan tidak
tahan alkali.
f. Daya Tahan Basah
Pada praktikuum ini dilakukan Pengujian daya basah pada ZAP hal ini
sangat perlu untuk mengetahui kekuatan dalam pembasahan.
basahnya apabila.
Pada praktikum ini pertama kami sedikir kesulitan dalam menentukan
kadar larutan yang sesuai, sehingga percobaan harus di blang kembali.
Selain itu waktu pengamatan, praktikum hasus teliti dalam menghitung
waktu,
g. MBAS
Pengujian dilakukan dengan menggunakan larutan Standar LAS
(Linear Alkil Benzena Sulfonat)dengan berbagai variasi konsentrasi yang
diukur Absorbansi menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 652 nm. Sebelumnya ZAP direaksikan dengan ZW Methylene
Blue sehingga terjadi garam berwarna biru yang dapat diekstrak dengan
Chloroform. Dan dihasilkan persamaan kurva absorbansi dengan
konsentrasi.
Dalam praktikum ini kesalahan yang mungkin terjadi pada saat
pengamatan, selain itu alat yang digunakan ada yang tidak sesuai atau
rusak, sehingga praktikan sedikit kesulitan dalam melakukan prakrik.
-
8/13/2019 ZAP (milg)
18/20
18
VIII. Kesimpulan
a. Penggolongan ZAP
Dari Hasil pengamatan CU adalah Golongan V
b. Viskositas
V 0,1 % =
V 0,2 % =
V 0,3 % =
c. Density
d air = 0,9802 x 0,99597 = 0,9762
d 0,1 = 0,9815 x 0,99681 = 0,9183
d 0,2 = 0,9806 x 0,99681 = 0,9774
d 0,3 = 0,9812 x 0,99654 = 0,9778
d. Daya Tahan Sadah
Pada saat melakukan percobaan, ZAP yang dilarutkan dalam tabung yang
mengandung air dengan kesadahan baik itu 20 oDH, 30 oDH dan 40 oDH
tidak terjadi perubahaan (tetap bening) oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa ZAP tahan sadah.
e. Daya Tahan Asam
Dari hasil percobaan saat melakukan pengamatan 1 sampai 3 ZAP yang di
uji mengalami perubahan, maka dapat disimpulkan ZAP tidak tahan asam.
f. Daya Tahan Basa
Pada pengamatan I, ZAP berubah keruh dan mengalami penggaraman
begitupun pada pengamatan II dan III. Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa ZAP tidak tahan alkali
g. Daya Basah
-
8/13/2019 ZAP (milg)
19/20
19
Daya basah yang dihasilkan > 0,7% sehingga dapat dikategorikan kurang
baik
h. MBAS
Kalibrasi y = 0,035x + 0,0128
-
8/13/2019 ZAP (milg)
20/20
20
DAFTAR PUSTAKA
Edwin, Rudiawan. 2009. Spektroskopi. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2009. Tuntunan Jurnal Praktikum Zat Pembantu
Tekstil Bab Zat Aktif Permukaan STTT. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil.