zap (milg)

Upload: indra-gumilar

Post on 04-Jun-2018

295 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    1/20

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    2/20

    2

    liofob bersifat menjauhi air sehingga disebut hidrofob dan gugus liofil yang

    memiliki sifat mendekati air disebut hidrofil.

    Adapun jenis-jenis zat aktif permukaan dapat digolongkan berdasarkan

    sifat elektrokimia dan ionisasi molekul di dalam medium air adalah sebagai berikut

    :

    1. zat aktif anion adalah zat yang terionisasi dalam larutan dengan rantai panjang

    yang membawa muatan negatif.

    2. zat aktif kation adalah zat yang terionisasi dalam larutan dengan rantai panjang

    yang membawa muatan positif.

    3. zat aktif amfoter atau amfolitik adalah zat yang terionisasi dalam larutan

    dengan rantai panjang yang membawa muatan negatif maupun positif

    bergantung dari suasana pH.

    4. zat aktif nonion adalah zat yang tidak terionisasi dalam larutan, kereaktifan

    kapiler dari golongan ini disebabkan beberapa macam gugus yang hidrofil.

    Sifat-sifat Zat Aktif Permukaan

    1. Zat aktif permukaan sebagai larutan koloid.

    McBain telah membuktikan bahwa larutan zat aktif permukaan merupakan

    larutan koloid. Molekul-molekulnya terdiri dari gugus yang hidrofob menghadap ke

    air, sedangkan yang hidrofob menghadap ke udara atau ke fasa minyak.

    Pada konsentrasi tinggi partikel koloid ini akan saling menggumpal dan

    gumpalan ini disebut misel yang berada dalam bolak-balik dengan sekitarnya

    (pelarut atau dispersi larutan). Agregat ataumisel ini mulai terbentuk pada daerah

    konsentrasi kritik misel atau KMK. Di bawah konsentrasi kritik hanya ada ion-ion

    bebas dalam larutan. Pada daerah konsentrasi kritik terjadi pengumpalan ion-ion

    yang disebut misel. McBain menyatakan ada dua macam bentuk misel yaitu misel

    sferik yang mempunyai daya hantar listrik yang tinggi dan misel lamelar dengan

    susunan gugus hidrofob yang mempunyai daya hantar listrik yang kecil.

    2. Adsorpsi

    Zat aktif permukaan biasanya teradsorpsi pada tegangan permukaan atau

    antar muka. Apabila larutan mempunyai tegangan permukaan lebih kecil dari

    pelarut murni, zat terlarut akan terkonsentrasi pada permukaan dan terjadi

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    3/20

    3

    adsorpsi positif. Sebaliknya adsorpsi negatif menunjukan molekul-molekul zat

    terlarut lebih banyak terdapat dalam rongga larutan daripada di permukaan.

    3. Kelarutan dan daya melarutkan.

    Murray dan Hartly membuktikan adanya kelarutan garam rantai parafin

    seperti natrium-stanosulfonat pada macam-macam suhu. Pada suhu rendah

    kelarutan kecil, kemudian naik perlahan-lahan dengan naiknya suhu. Disekitar

    suhu kritis kelarutan naik dengan cepat, yakni pada daerah dimana mulai

    terbentuk misel. Hal ini menunjukkan bahwa partikel-partikel tunggal relatif tidak

    larut, sedangkan misel mempunyai kelarutan yang tinggi. Makin panjang rantai

    hidrokarbonnya, makin tinggi suhu kritis kelarutan.

    4. Pembasahan

    Pembasahan adalah penutupan suatu permukaan zat padat dan bagian-

    bagian kotoran dengan cairan atau juga pemasukan cairan ke dalam ruangan-

    ruangan kapiler antar misel dan sub mikroskopik.

    Sekali penyabunan dalam proses tekstil itu telah lengkap, lapisan air yang

    mengandung gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan.

    Gliserol digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri kosmetik dan

    farmasi. (sifat melembabkan timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat

    berikatan hidrogen dengan air dan mencegah penguapan air itu). Sabunnya

    dimurnikan dengan mendidihkannya dalam air bersih untuk membuang lindi yang

    berlebih NaCl, dan gliserol. Zat tambahan seperti batu apung, zat warna dan

    parfum kemudian ditambahkan. Sabun padat itu kemudian dilelehkan dan

    dituangkan pada suatu cetakan.

    Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan (dari

    kata surface-active agents), yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan

    permukaan air. Molekul surfaktan apa saja mengandungsuatu ujung hidrofobik (

    satu rantai hidrokarbon atau lebih ) dan suatu ujung hidrofilik ( biasanya, namun

    tidak harus, ionic ). Porsi hidrokarbon dan suatu molekul surfaktan harus

    mengandung 12 atom karbon atau lebih agar efektif.

    Surfaktan dapat dikelompokkan sebagai anionik, kationik, atau netral,

    bergantung pada sifat dasar gugus hidrofiliknya. Sabun dengan gugus

    karboksilatnya, adalah surfaktan anionic, benzalkonium klorida (N-benzil

    ammonium kuartener klorida) yang bersifat anti bakteri adalah contoh-contoh

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    4/20

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    5/20

    5

    Gelas piala 250 ml

    Kertas saring

    Corong gelas

    Perefluks dan Batu didih

    d. Daya Basah

    Gelas ukur 500 ml

    Bandul logam tahan karat ( berat 40 gr, D=4 cm )

    Kait logam tahan karat

    Benang penyangga 1,9-2,0 cm sebagai penghubung bandul dengan kait

    Benang kapas bentuk streng dengan keliling 45 cm dan berat 5 gr Stopwatch

    e. MBAS

    Spektrofotometer

    Tabung Cuvet

    Corong Pemisah dengan kapasitas 500 mL.

    Erlenmeyer tutup asah 250 mL. Labu ukur 100 mL.

    IV. Pereaksi

    a. Daya Tahan Sadah

    Air sadah 20o

    Air sadah 30o

    Air sadah 40

    o

    b. Daya Tahan Asam

    H2SO410 %

    H2SO4 pekat

    c. Daya Tahan Basa

    NaOH padat Indikator MO

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    6/20

    6

    HCl pekat dan HCl 1,0000 N

    d. Daya Basah

    Tidak Memakai Pereaksi

    e. MBAS

    o Larytan Standr LAS (Linear Alkil Sulfonat)

    0 mg/l - aquades 100 ml.

    0,3 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml.

    0,5 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml.

    1,0 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml.

    1,5 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml.

    2 mg/l LAS ( 10 mg/l ) ditambah air suling sampai 100 ml.

    o Indikator PP

    o Larutan NaOH 1N

    o Larutan H2SO4 1N

    o Larutan Metilen blue dan Larutan Reagen Metilen Blue

    o Larutan Kloroform

    o Larutan Pencuci

    V. Langkah Kerja

    a. Daya Tahan Sadah

    1. Dibuat larutan dengan konsentrasi 1% di dalam air sadah.

    2. Untuk air 20odH, 2 ml air sadah 100odH ditambah dengan 1 ml contoh uji

    diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi.

    3. Untuk air sadah 30odH, 3 ml air air sadah 100odH ditambah dengan 1 ml

    contoh uji diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi.

    4. Untuk air sadah 40o dH, 4 ml air sadah 100o dH ditambah dengan 1 ml

    contoh uji diencerkan menjadi 10 ml dalam tabung reaksi.

    5. Masingmasing larutan dikocokkocok dan diamati, pengujian dilakukan

    pada suhu kamar

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    7/20

    7

    b. Daya Tahan Asam

    1. 100 ml larutan ZAP 1% (10 ml ZAP 10% diencerkan menjadi 100 ml)

    dimasukkan ke dalam erlenmeyer, tambahkan batu didih dan 1 ml H2SO4

    10%.

    2. Didihkan larutan selama 5 menit dengan refluks, amati adanya perubahan,

    apakah terjadi kekeruhan, pemisahan minyak atau kehilangan daya busa.

    (Pengamatan I)

    3. Bila tidak terjadi perubahan, ditambahkan 0,5 ml H2SO4 pekat didihkan

    dengan refluks diamati adanya perubahan pada perlakukan dengan

    konsentrasi H2SO41% ini. (Pengamatan II)

    4. Bila terjadi perubahan konsentrasi H2SO4dinaikan dalam larutan menjadi

    3% dengan ditambahkannya 1 ml H2SO4 pekat dan kemudian direfluks

    selama 15 menit. Amati apakah ada perubahan pada kondisi ini.

    (Pengamatan III)

    5. Bila tidak terjadi perubahan, tambahkan 6,5 ml H2SO4 pekat agar

    konsentrasi dalam larutan menjadi 10% kemudian direfluks selama 15

    menit. Amati apakah ada perubahan. (Pengamatan IV)

    6. Bila tidak terjadi perubahan, percobaan dihentikan. Bila pada pengamatan

    IV terjadi pengendapan atau pemisahan minyak, larutan diencerkan

    dengan air dalam volume yang sama dan dikocokkocok dengan teratur,

    kemudian amati apakah masih timbul busa (Pengamatan V)

    c. Daya Tahan Basa

    1. Larutan 1 gram ZAP (10 ml ZAP 10%) yang akan diuji dengan 65 ml air

    suling, kemudian ditambahkan 25 gram NaOH padat dan ditambah

    beberapa butir batu didih.

    2. Dikocok hingga larut sempurna, kemudian diamati adanya perubahan.

    (Pengamatan I)

    3. Larutan tersebut didihkan pada refluks selama 15 menit. Diamati

    perubahan. (pengamatan II), apakah ada penggaraman?

    4. Dinginkan larutan tersebut, kemudian disaring sisa yang tidak larut pada

    kertas saring dipindahkan ke dalam piala gelas yang berisi 25 ml air suling.

    5. Dititrasi dengan HCl sampai netral dengan indikator MO (Pengamatan III)

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    8/20

    8

    6. Kocok dengan hati hati larutan tersebut kemudian didihkan selama 5

    menit dan dinginkan sampai suhu kamar, amati adanya perubahan

    (Pengamatan IV)

    d. Daya Basah

    1. Contoh uji ditimbang sesuai dengan persyaratan 5 gram (0,01 gram).

    2. Disiapkan larutan ZAP sesuai dengan konsentrasi yang diperlukan.

    3. Kait yang dihubungkan dengan pemberat dipasangkan pada ujung

    benang harus kuat.

    4. Ujung benang yang lain dipegang diatas suatu permukaan larutan, lalu

    dilepas perlahanlahan ke dalam larutan ZAP.

    5. Benang harus seluruhnya terendam.

    6. Waktu pembasahan dihitung sejak benang mulai tenggelam (dilihat dari

    benang pembantu yang berubah dari tegang menjadi melengkung.

    7. Apabila waktu tenggelam lebih dari 180 detik perhitungan waktu

    dihentikan.

    8. Diulangi pekerjaaan diatas 2x, menggunakan larutan ZAP yang sama.

    9. Dilakukan pengukuran waktu tenggelam untuk masing masing

    konsentrasi.

    10. Dibuatlah grafik konsentrasi antara ZAP dengan waktu tenggelam.

    e. MBAS

    1. Larutan standar dimasukan ke dalam corong pemisah.

    2. Ditambahkan 35 tetes Indikator PP.

    3. Ditambahkan larutan NaOH 1 N tetes demi tetes sampai berwarna merah.

    4. Ditambahkan larutan H2SO41 N sampai tepat tidak berwarna.

    5. Ditambahkan 10 ml MB kedalam corong pemisah.

    6. Corong Pemisah dikocok

    7. Ditambahkan 10 ml kloroform dalam gelas ukur kocok 1 menit .

    8. Ekstrak kloroform garam metilen blue LAS dipisahkan.

    9. Dimasukan kedalam tempat tertutup (Erlenmeyer tutup asah)

    10. Ditambahkan 10 ml larutan pencuci sebanyak 2 kali dan pada pencucian

    ketiga ditambahkan 5 ml, dikocok 15 detik, dibiarkan pemisahan fase.

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    9/20

    9

    11. Dimasukan kedalam Erlenmeyer tutup asah.

    12. Dipindahkan kedalam labu ukur, diencerkan dengan kloroform sampai 50

    ml.

    13. Diencerkan lagi agar spektro tidak error.

    14. Dipindahkan dalam tabung cuvet.

    15. Lalu diukur dengan spektronik = 652 nm.

    16. Metode yang digunakan spektrofotometri.

    17. Dibuat kurva standar kalibrasi.

    y = ax + b

    2

    i

    2

    i

    iii

    2

    ii

    )x(-)x(n

    )yx()x()x)(y(a

    2

    i

    2

    i

    iiii

    )x(-)x(n

    )y)(x()yx(nb

    VI. Data Percobaan

    a. Penggolongan ZAP

    Larutan 11

    Metoda Wurtzchmitt

    a b c d e f g

    - + - + - + -

    Kesimpulan :

    Dari percobaan dengan menggunakan Metoda Wurtzchmitt didapat hasil

    positif pada b, ddan f. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa larutan

    no 11 merupakan golongan V

    b. Daya Tahan Basah

    Benang 1 = 5, 0830 g

    Benang 2 = 5, 0845 g

    Benang 3 = 5, 0833 g

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    10/20

    10

    0

    20

    40

    6080

    100

    120

    140

    160

    180

    200

    0.5 1 1.5

    Waktu

    Benang Konsentrasi Waktu

    1

    2

    3

    0,5 %

    1%

    1,5%

    > 180 detik

    15 detik

    14 detik

    Grafik aktifasi kadar terhadap waktu daya basah substrat

    c. Viskositas

    Larutan Nomor 21

    No. AirKonsentrasi

    0,1%

    Konsentrasi

    0,2 %

    Konsentrasi

    0,3 %

    1 31,08 31,51 30,62 30,89

    2 80,81 30,04 30,24 31,08

    3 29,73 30,37 30,52 30,88

    4 29,74 30,18 30,18 30,22

    5 29,06 30,16 30,27 30,63

    6 29,54 30,63 30,61 30,37

    7 29,30 29,83 30,21 30,12

    8 29,80 29,80 30,08 30,07

    9 29,41 30,17 30,17 30,77

    10 29,39 30,29 30,43 30,57

    =397,8 = 309,9 = 303,3 = 305,7

    X = 29,78 X = 30,29 X= 30,33 X= 30,37

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    11/20

    11

    Kesimpulan :

    V 0,1 % =

    V 0,2 % =

    V 0,3 % =

    d. Density

    Berat pikometer = 27,0464 g

    Suhu = 300C

    Volume = 25 ml

    Berat pikometer + air = 51,5521 g

    Suhu = 29,50C

    Volume = 25 ml

    Berat pikometer + Lar. 0,1% = 51,5847 g

    Suhu = 26,30C

    Volume = 25 ml

    Berat pikometer + Lar. 0,2% = 51,5625 g

    Suhu = 26,40C

    Volume = 25 ml

    Berat pikometer + Lar. 0,3% = 51,5781 g

    Suhu = 26,40C

    Volume = 25 ml

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    12/20

    12

    d air = 0,9802 x 0,99597 = 0,9762

    d 0,1 = 0,9815 x 0,99681 = 0,9183

    d 0,2 = 0,9806 x 0,99681 = 0,9774

    d 0,3 = 0,9812 x 0,99654 = 0,9778

    e. Daya Tahan Sadah

    Pada ketiga tabung (20 oDH, 30 oDH dan 40 oDH), tidak terjadi perubahan.

    f. Daya Tahan Asam

    Pengamatan I : tidak terjadi perubahan

    Pengamatan II : Keruh, terjadi perubahan

    Pengamatan III : terjadi perubahan, larutan menjadi keruh

    g. Daya Tahan Basa

    Pengamatan I : Terjadi penggaraman (tidak tahan alkali)

    Pengamatan II : terjadi penggaraman dan larut sempurna (tidak tahan

    alkali)

    Pengamatan III : tidak terjadi penggaraman

    h. MBAS

    Data percobaan sulfaktan

    Konsentrasi

    (x)

    Absorbansi

    (y)

    X.Y X2

    0 0,014 0 00,3 0,023 0,069 0,09

    0,5 0,024 0,012 0,25

    1,0 0,048 0,048 1

    1,5 0,067 0,1005 2,25

    2,0 0,080 0,16 4

    x = 5,3 y = 0,256 XY = 0,3274 x2= 7,59

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    13/20

    13

    Perhitungan : Tabel konsentrasi ZAP dan Absorbansinya pada panjang

    gelombang 652 nm.

    Konsentarsi ZAP (mg/l) Absorbansi (A)

    0.5 mg/l

    10 mg/l

    20 mg/l

    30 mg/l

    50 mg/l

    0.007

    0,023

    0,029

    0,580

    0,610

    a = n (x. y ) - ( x) . ( y)

    n ( x2) - (x)2

    = 7 (0.817)(7.3).( 0.527)

    7 (11.590)(7.3)2

    a = 0.067246

    b = (y) . (x2) - (x). ( y)

    n (x2) - (x)2

    Konsentrasi

    (X)% T

    Absorbansi

    (Y)X.Y X2 Y2

    0 95 0.022 0 0 0.00050

    0.3 88 0.056 0.016655 0.09 0.00308

    0.5 97 0.013 0.006614 0.25 0.00017

    1 90 0.046 0.045757 1 0.00209

    1.5 86 0.066 0.098252 2.25 0.00429

    2 83 0.081 0.161844 4 0.00655

    Contoh uji 2 57 0.244 0.48825 4 0.05960

    Jumlah (

    )7.3 0.527 0.817 11.590 0.076

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    14/20

    14

    0

    0.05

    0.1

    0.15

    0.2

    0.25

    0.3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5

    Absorbansi(Y)

    Konsentrasi (X)

    Absorbansi (Y)

    Linear (Absorbansi (Y))

    = (0.527).( 11.590)2(7.3).( 0.527)

    5 (39,0025)(7.3)2

    b = 0.005205

    y = ax + b

    0,527 = 0,067246 x + 0,005205

    0,5270,005205 = 0,067246 x

    X = 7,76 mg/l

    Kurva Absorbansi (Y) terhadap Konsentrasi MBAS

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    15/20

    15

    VII. Diskusi

    a. Penggolongan ZAP

    Dalam praktikum penggolongan ZAP menggunakan Prinsip Mtoda cara

    Wurtzchmitt. Yang artinya menggunakan sifat ionisasi dengan prinsipnya

    mengendapkan ZAP. Pengujian ZAP cara Wurtzchmitt didasarkan pada

    reaksi ZAP tersebut dengan pereaksi pereaksi tertentu. Kesalahan yang

    mungkin terjadi pada saat melakukan percobaan ini pada saat praktikan

    melakukan mengamatan, praktikan kurang teliti dalam membedakan

    endapan yang seharusnya terbentuk, selain itu kebersihan alat yang

    digunakan juga menjadi pertimbangan.

    b. Viskositas dan Density

    Pada praktikum viskositas dan density bertujuan untuk mengetahui

    viskositas dan density dari suatu ZAP dilakukan penentuan berat jenis

    dengan menggunakan viskometer Ostwald. ZAP memiliki berat jenis lebih

    basar daripada air, hal ini membuktikan bahwa ZAP tersebut lebih pekat dan

    mempunyai molekulmolekul yang terlarut didalam larutannya.

    Kesalahan yang mungkin terjadi saat praktikum adalah, kutang bersihnya

    alat, misalnya alat yang belum kering, hal tersebut dapat mempengaruhi

    ZAP yang di uji, ketelitian saat pengamatan dan perhitungan juga sangat

    penting karena dapat berpengaruh pada hasil akhir nanti.

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    16/20

    16

    c. Daya Tahan Sadah

    Dalam praktikum ini, sama seperti praktikm lainya, diperlukan ketelitian dari

    praktikan, misalnya dalam melakukan pengamatan, praktikan harus teliti dalam

    mengamati kekeruhan yang terjadi, karena hal tersebut dapat mengakibatkan

    kekeliruan haril praktikum itu sendiri. Dalam industri tekstil sendiri kesadahan

    air cukup penting.

    Suatu ZAP memang harus tahan sadah, sehingga dalam penggunaannya

    dalam industry, suatu proses akan tetap berlangsung dengan baik walaupun

    kesadahan air tinggi.

    ZAP yang bagus yaitu ZAP yang banyak mengandung gugus-gugus

    hidrofil. Jika gugus-gugus hidrofilnya banyak, jika digunakan pada air sadah

    gugus hidrofil yang satu akan bereaksi dengan logam yang terdapat pada air ,

    namun karena masih ada gugus hidrofil lainnya, ZAP masih bisa bertahan

    dalam air tersebut.

    Suatu ZAP yang tahan sadah biasa digunakan dalam pencelupan. Disana

    jika ZAP tidak tahan sadah maka akan membentuk garam-garam dan proses

    pencelupan akan terganggu.

    d. Daya Tahan Asam

    Diperlukan kertelitian praktikan dalam pengamatan, dari hasil

    percobaan ini menunjukan ZAP yang digunakan tidak tahanasam. Ketahan

    ZAP terhadap asam itu sendiri ditentukan oleh banyaknya gugus kation

    pada bagian hidrofil ZAP. Semakin banyak gugus kation pada ZAP, maka

    daya tahan ZAP akan semakin bagus. Gugus kation tersebut akan bereaksi

    dengan gugus anion pada asam untuk menahan keasaman suatu larutan.

    Pada saat melakukan penambahan larutan asam sulfat pekat

    seharusnya ditambahkan sedikit demi sedikit. Hal ini dilakukan agar kita

    dapat melihat perubahan larutan jika ZAP benar-benar tidak tahan asam.

    Perubahan tersebut akan terlihat seperti terjadinya kekeruhan atau adanya

    lapisan minyak pada larutan ZAP.

    Sehingga diperlukan ketelitian yang lebih untuk praktikan agar tidak

    terjadi kesalahan.

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    17/20

    17

    e. Daya Tahan Basa

    Dalam praktikum ZAP yang digunakan tahan basa. Hal tersebut

    dikarenakan sedikitnya gugus anion pada bagian hidrofil ZAP yang dapat

    mempengaruhi menahan alkali. Semakin banyak gugus anion, maka ZAP

    akan semakin tahan terhadap basa. Gugus-gugus anion tersebut akan

    bereaksi dengan gugus kation pada alkali untuk tetap bertahan dalam

    suasan alkali. Seandainya gugus-gugus anion bereaksi semuanya, maka

    ZAP akan rusak.

    Dari hasil praktikum ini diketahui bahwa ZAP yang digunakan tidak

    tahan alkali.

    f. Daya Tahan Basah

    Pada praktikuum ini dilakukan Pengujian daya basah pada ZAP hal ini

    sangat perlu untuk mengetahui kekuatan dalam pembasahan.

    basahnya apabila.

    Pada praktikum ini pertama kami sedikir kesulitan dalam menentukan

    kadar larutan yang sesuai, sehingga percobaan harus di blang kembali.

    Selain itu waktu pengamatan, praktikum hasus teliti dalam menghitung

    waktu,

    g. MBAS

    Pengujian dilakukan dengan menggunakan larutan Standar LAS

    (Linear Alkil Benzena Sulfonat)dengan berbagai variasi konsentrasi yang

    diukur Absorbansi menggunakan spektrofotometer dengan panjang

    gelombang 652 nm. Sebelumnya ZAP direaksikan dengan ZW Methylene

    Blue sehingga terjadi garam berwarna biru yang dapat diekstrak dengan

    Chloroform. Dan dihasilkan persamaan kurva absorbansi dengan

    konsentrasi.

    Dalam praktikum ini kesalahan yang mungkin terjadi pada saat

    pengamatan, selain itu alat yang digunakan ada yang tidak sesuai atau

    rusak, sehingga praktikan sedikit kesulitan dalam melakukan prakrik.

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    18/20

    18

    VIII. Kesimpulan

    a. Penggolongan ZAP

    Dari Hasil pengamatan CU adalah Golongan V

    b. Viskositas

    V 0,1 % =

    V 0,2 % =

    V 0,3 % =

    c. Density

    d air = 0,9802 x 0,99597 = 0,9762

    d 0,1 = 0,9815 x 0,99681 = 0,9183

    d 0,2 = 0,9806 x 0,99681 = 0,9774

    d 0,3 = 0,9812 x 0,99654 = 0,9778

    d. Daya Tahan Sadah

    Pada saat melakukan percobaan, ZAP yang dilarutkan dalam tabung yang

    mengandung air dengan kesadahan baik itu 20 oDH, 30 oDH dan 40 oDH

    tidak terjadi perubahaan (tetap bening) oleh karena itu dapat disimpulkan

    bahwa ZAP tahan sadah.

    e. Daya Tahan Asam

    Dari hasil percobaan saat melakukan pengamatan 1 sampai 3 ZAP yang di

    uji mengalami perubahan, maka dapat disimpulkan ZAP tidak tahan asam.

    f. Daya Tahan Basa

    Pada pengamatan I, ZAP berubah keruh dan mengalami penggaraman

    begitupun pada pengamatan II dan III. Dari data tersebut dapat disimpulkan

    bahwa ZAP tidak tahan alkali

    g. Daya Basah

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    19/20

    19

    Daya basah yang dihasilkan > 0,7% sehingga dapat dikategorikan kurang

    baik

    h. MBAS

    Kalibrasi y = 0,035x + 0,0128

  • 8/13/2019 ZAP (milg)

    20/20

    20

    DAFTAR PUSTAKA

    Edwin, Rudiawan. 2009. Spektroskopi. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

    Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2009. Tuntunan Jurnal Praktikum Zat Pembantu

    Tekstil Bab Zat Aktif Permukaan STTT. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi

    Tekstil.