wrap up skenario 3 ipt
TRANSCRIPT
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
1/29
Wrap-upDEMAM DISERTAI ME!GGIGIL DA!BERKERI!GAT
Kelompok: B-15
KETUA : Rania Merriane Devina (1102012224)
SEKRETARIS : Sari Nur Rahmawati (1102012261)
ANGGOTA : Nidaul Hasanah (1102012192)
Novi Irdasari (1102012199)
Prima Eriawan Putra (1102012212)
Ranty Rizky Puspadewi (1102012226)
Reni Permana (1102012237)
Titis Nur Indah Sari (1102011282)
Vivi Vionita (1102012303)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2012/2013
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
2/29
2
SKE!ARIO 3
DEMAM DISERTAI ME!GGIGIL DA!BERKERI!GAT
Tn C,laki laki, 42 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan utama demam sejak satu minggu
lalu. Demam dirasakan setiap dua hari sekali dimana setiap kali demam didahului menggigil dansetiap demam berkeringat. Setelah demam dapat pulih seperti biasa. Beliau baru kembali darimelaksanakan studi lapangan di papua selama dua minggu. Setelah melakukan pemeriksaan
sediaan hapus darah tepi, dokter mengatakan terinfeksiPlasmodium falciparum.
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
3/29
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
4/29
4
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Plasmodium
1.1 Memahami dan Menjelaskan 4 Spesies PlasmodiumPlasmodiummerupakan genus protozoa parasit. Penyakit yang disebabkan oleh genus inidikenal sebagai malaria. Parasit ini sentiasa mempunyai dua inang dalam siklus
hidupnya: vektor nyamuk dan inang vertebra. Sekurang-kurangnya sepuluh spesiesmenjangkiti manusia. Spesies lain menjangkiti hewan, termasuk burung, reptilia dan
hewan pengerat.
SpesiesPlasmodium:
Plasmodium vivax
Plasmodium falciparum
Plasmodium malariae
Plasmodium ovale(Sutanto, 2008)
1.2 Daur HidupDaur hidup aseksual teridiri dari empat tahapan, yaitu tahap skizogon preeritorsitik,
tahap skizogoni eksoeritrositik, tahap skizogoni eritrositik dan tahap gametogoni. Di
dalam sel-sel hati berlangsung tahap skizogoni preeritrositik dan skizogoni
eksoeritrositik, sedangkan di dalam sel-sel eritrosit berlangsung tahap skizogoni
eritrositik dan tahap gametogoni. Di dalam jaringan hati, siklus preeritrositik pada P.
falciparumhanya berlangsung satu kali, sedangkan pada spesien lainnya siklus ini dapet
berulang kali (local liver cell). Local liver cell disebutskizogoni eksoeritrositik yang
merupakan sumber pembentukan stadiumaseksual parasit yang menjadi penyebab
terjadinya kekambuhan (relaps) pada malaria vivax,ovale dan malariae.
Skizogoni eritrositik, siklus ini terjadi di dalam sel darah merah (eritrosit) dengan
waktu berlangsung bervariasi sesuai dengan spesies plasmodiumnya.Meningkatnyajumlah parasitmalaria karena multiplikasi pada tahap skizogoni eritrositik yang
mengakibatkan pecahnya sel eritrosit yang menyebabkan terjadinya demam yang khaspada gejala klinis malaria (overt malaria).
Tahapgametogoni. Sebagian dari merozoit yang terbentuk sesudah
tahap skizogonieritrositik berlangsung beberapa kali, akan berkembang menjadi
gametosit. Pembentukan gametosit terjadi di dalam eritrosit yang terdapat di dalam
kapiler-kapiler limpa dan sumsumtulang.
Tahapgametogoni berlangsung selama 96 jam dan hanya gametosit yang sudahmatangdapat ditemukan dalam darah tepi. Gametosit tidak menyebabkan gangguan klinik pada
penderita malaria, sehingga penderita dapat bertindak sebagai karier malaria.
NyamukAnopheles sebagai hospes definitif, sedikitnya dibutuhkan 12 parasit gametosit
Plasmodiumper militer darah.
Proses awal pematangan parasit terjadi di dalam lambung (midgut) nyamuk dengan
terbentuknya 4 mikrogamet dari satu mikrogametosit, perkembangan dari satu
makrogametosit menjadi satu makrogamet. Sesudahnya terjadi fusi menjadi zigot (24
jam) ookinet (menembus dinding lambung) ! ookista (di dalamnya terdapat ribuatn
sporozoit) ! ookista matang akan pecah ! sporozoit keluar. Di dalam tubuh seekor
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
5/29
5
nyamuk Anopheles betina, dapat hidup lebih dari satu spesies Plasmodium secara
bersamaan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya infeksi campuran (mixed infection).
Gambar 1. Siklus hidupPlasmodium sp.
1.3 MorfologiEmpat spesies dari plasmodia yang dapat menginfeksi manusia antara lain:Plasmodium
vivax,P. ovale,P. malariae, danP. falciparum. Morfologi secara umum dijelaskan padaGambar 1, dan beberapa karakteristik lainnya dijabarkan pada tabel 1, 2 dan 3.
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
6/29
6
Gambar 2. Morfologi umum dari Plasmodium
Tabel 1. Karakteristik morfologi dari tahap pertumbuhan parasit malaria pada sel darah
merah manusia. Hal yang paling khas dan perlu diperhatikan adalah titik Schffner dan
perbesaran sel darah pada infeksi olehP. vivaxdanP. ovale. (Jawetz, et. al., 2009)
P vivax
Parasites
Ring stage
Stages
Developing trophozoite
Developing schizont
Schizont
Microgametocyte
Macrogametocyte
P ovale P malariae P falciparum
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
7/29
7
Tabel 2. Beberapa ciri khas dari sifat parasit malaria (Jawetz, et. al., 2009)
Tabel 3. Waktu siklus hidup dari tiap-tiap jenis parasit malaria (Jawetz, et. al., 2009)
1.4 PerbedaanPlasmodium
falciparum
Plasmodium
vivax
Plasmodium
ovale
Plasmodium
malariae
Daur
praeritrosit
5,5 hari 8 hari 9 hari 10-15 hari
Hipnozoit - + + -
Jumlah
merozoit hati
40.000 10.000 15.000 15.000
Skizon hati 60 mikron 45 mikron 70 mikron 55 mikron
Daur erotrosit 48 jam 48 jam 50 jam 72 jam
P vivax(Benign Tertian Malaria)
P malariae(Quartan Malaria)
P falciparum(Malignant Tertian Malaria)
P ovale(Ovale Malaria)
Parasitized red cells Enlarged, pale. Finestippling (Schffners
dots). Primarily in-vades reticulocytes,young red cells.
Not enlarged. No stip-pling (except with spe-
cial stains). Primarilyinvades older red cells.
Not enlarged. Coarsestippling (Maurers
clefts). Invades all redcells regardless of age.1
Enlarged, pale.Schffners dots con-
spicuous. Cells oftenoval, fimbriated, orcrenated.
Level of usual maxi-mum parasitemia
Up to 30,000/L ofblood.
Fewer than 10,000/L. May exceed 200,000/L;commonly 50,000/L.
Fewer than 10,000/L.
Ring stage trophozoites Large rings (1/31/2red cell diameter).Usually one chromatingranule; ring delicate.
Large rings (1/3 redcell diameter). Usuallyone chromatin gran-ule; ring thick.
Small rings (1/5 red cell di-ameter). Often two gran-ules; multiple infectionscommon; ring delicate,may adhere to red cells.
Large rings (1/3 redcell diameter). Usu-ally one chromatingranule; ring thick.
Pigment in developingtrophozoites
Fine; light brown;scattered.
Coarse; dark brown;scattered clumps;abundant.
Coarse; black; fewclumps.
Coarse; dark yellow-brown; scattered.
Older trophozoites Very pleomorphic. Occasional bandforms.
Compact and rounded.1 Compact androunded.
Mature schizonts(segmenters)
More than 12 merozo-ites (1424).
Fewer than 12 largemerozoites (612).Often in rosette.
Usually more than 12merozoites (832). Veryrare in peripheralblood.1
Fewer than 12 largemerozoites (612).Often in rosette.
Gametocytes Round or oval. Round or oval. Crescentic. Round or oval.
Distribution inperipheral blood
All forms. All forms. Only rings and cres-cents (gametocytes).1
All forms.
Length of SexualCycle
(in Mosquito at 27 C)
Prepatent Period1
(in Humans)(Preerythrocytic Cycle)
Length of AsexualCycle
(in Humans)
P vivax(tertian or vivax malaria) 89 days 8 days 48 hours
P malariae(quartan or malariae malaria) 1520 days 1516 days 72 hours
P falciparum(malignant tertian or falciparummalaria)
910 days 57 days 3648 hours
P ovale(ovale malaria) 14 days 9 days 48 hours
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
8/29
8
Eritrosit yang
dihinggapi
Muda dan
normosit
Retikulosit &
normosit
Retikulosit
& normosit
muda
Normosit
Pembesaran
eritrosit
- ++ + -
Titik-titikeritrosit
Maurer Schuffner Schuffner(James)
Ziemann
Pigmen Hitam Kuning tengguli Tengguli tua Tengguli
hitam
Jumlah
merozoit
eritrosit
8-24 12-18 8-10 8
Daur dalam
nyamuk pada
27C
10 hari 8-9 hari 12-14 hari 26-28 hari
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Malaria
2.1 DefinisiMalaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (Plasmodium) bentuk
aseksual yang masuk ke tubuh manusia lewat gigitan nyamuk malaria (Anopheles)
betina.(Laksono, 2011)
2.2 Etiologi & Cara PenularanPenyebab penyakit malaria adalah parasit malaria, suatu protozoa dari genusPlasmodium. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 jenis spesies plasmodium penyebab
malaria pada manusia, yaitu (Depkes, 2005):
1) Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malariayang berat (malaria serebral dengan kematian).
2) Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.
3) Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana
4) Plasmodium ovale, menyebabkan malaria ovale tetapi jenis ini jarang dijumpai.
2.3 EpidemiologiStratifikasi Malaria
Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia sejak tahun 2007 dapat dipantaudengan menggunakan indikator Annual Parasite Incidence (API). Hal ini sehubungandengan kebijakan Kementerian Kesehatan mengenai penggunaan satu indikator untukmengukur angka kejadian malaria, yaitu dengan API. Pada tahun 2007 kebijakan inimensyaratkan bahwa setiap kasus malaria harus dibuktikan dengan hasil pemeriksaan
sediaan darah dan semua kasus positif harus diobati dengan pengobatan kombinasiberbasis artemisinin atau ACT (Artemisinin-based Combination Therapies).
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
9/29
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
10/29
10
dilakukan upaya efektif untuk menurunkan angka kesakitan 0,85 per 1000 pendudukdalam waktu 4 tahun, agar target Rencana Strategis Kesehatan Tahun 2014 tercapai.
Plasmodium
Plasmodium penyebab malaria yang ada di Indonesia terdapat beberapa jenis yaituplasmodium falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovaledan yang mix atau campuran.
Pada tahun 2009 penyebab malaria yang tertinggi adalah plasmodium vivax (55,8%),kemudian plasmodium falsifarum, sedangkan plasmodium ovale tidak dilaporkan. Dataini berbeda dengan data riskesdas 2010, yang mendapatkan 86,4% penyebab malariaadalah plasmodium falsifarum, dan plasmodium vivax sebanyak 6,9%.
(Kemenkes RI, 2011)
Gambar 5. Plasmodium Penyebab Malaria di Indonesia Tahun 2009
2.4 PatogenesisPatogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan lingkungan.Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah
daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena skizogoni menyebabkan kerusakan
eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan parasitemiamenunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Hal ini didugaakibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian
eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang menyebabkan
terjadinya anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit (Harijanto,
2000)
Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah
pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi
fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria
kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan makrofag (Harijanto, 200)
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
11/29
11
Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit ke
dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalami
perubahan struktur dan biomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit.
Perubahan tersebut meliputi mekanisme, diantaranya transport membran sel,
Sitoadherensi, Sekuestrasi dan Resetting (Harijanto, 2000)
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi P.falciparum pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler. Selain itu eritrosit
juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk roset(Harijanto, 2006).
Resetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yang mengandung
merozoit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit,
sehingga berbentuk seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
Resetting adalah golongan darah dimana terdapatnya antigen golongan darah A dan B
yang bertindak sebagai reseptor pada permukaan eritrosit yang tidak terinfeksi.
Menurut pendapat ahli lain, patogenesis malaria adalah multifaktorial dan berhubungandengan hal-hal sebagai berikut:
1. Penghancuran eritrositFagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi juga terhadap
eritrosit yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan anemia dan
hipoksemia jaringan. Pada hemolisis Intravascular yang berat dapat terjadihemoglobinuria (Black White Fever) dan dapat menyebabkan gagal ginjal. (Pribadi,
2000)
2. Mediator endotoksin-makrofag.Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang
sensitive endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator. Endotoksin mungkin
berasal dari saluran cerna dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktor
nekrosis tumor (TNF) yang merupakan suatu monokin, ditemukan dalam peredaran
darah manusia dan hewan yang terinfeksi parasit malaria. TNF dansitokin dapat
menimbulkan demam, hipoglikemia, dan sindrom penyakit pernapasan pada orang
dewasa. (Pribadi, 2000)
3. Sekuestrasi eritrosit yang terlukaEritrosit yang terinfeksi oleh Plasmodium dapat membentuk tonjolan-tonjolan
(knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen dan bereaksidengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung
parasit terhadap endothelium kapiler alat dalam, sehingga skizogoni berlangsung di
sirkulasi alat dalam. Eritrosit yang terinfeksi menempel pada endothelium dan
membentuk gumpalan yang mengandung kapiler yang bocor dan menimbulkan
Anoksia dan edema jaringan. (Pribadi, 2000)
2.5 Manifestasi KlinikGejala klinis penyakit malaria sangat khas dengan adanya serangan demam yang
intermiten, anemia sekunder dan splenomegali. Gejala didahului oleh keluhan prodromalberupa, malaise, sakit kepala, nyeri pada tulang atau otot, anoreksia, mual, diare ringan
dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan ini sering terjadi pada P.vivax
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
12/29
12
dan P.ovale, sedangkan P.falciparum dan P.malariae keluhan prodromal tidak jelas
bahkan gejala dapat mendadak ( Harijanto, 2000).
Demam periodik berkaitan dengan saat pecahnya schizon matang (sporolasi). Pada
malaria tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan schizon tiap 48 jam maka
periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan malaria kuartana (P. Malariae)pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari.
Gambar 6. Grafik siklus demam khas dari infeksi Plasmodium falciparum danPlasmodium vivax(Schmidt & Janovy, 2013)
Gejala klasik malaria biasanya terdiri atas 3 (tiga) stadium yang berurutan, yaitu
(Depkes, 2005):
1. Stadium dingin (Cold stage)Penderita akan merasakan dingin menggigil yang amat sangat, nadi cepat dan lemah,
sianosis, kulit kering, pucat, kadang muntah. Periode ini berlangsung antara 15 menit
sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
2. Stadium demam (Hot stage)
PMAMPMAMPMAMPMAM
P. falciparum
Day 1 Day 2 Day 3 Day 4
Plasmodiumvivax
Bodytemperature
(F)
Plasmodiumfalciparum
104
103
102
101
100
99
98
Chills
Chills
Sweats
P. vivax
SweatsSweats
Sweats
Sequestered Sequestered
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
13/29
13
Muka penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas badan
tetap tinggi dapat sampai 40C atau lebih, dapat terjadi syok (tekanan darah turun),
kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase
dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih,
3. Stadium berkeringat (Sweating stage)Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali. Hal ini berlangsung 2-4 jam.Meskipun demikian, pada dasarnya gejala tersebut tidak dapat dijadikan rujukan
mutlak, karena dalam kenyataannya gejala sangat bervariasi antar manusia dan antarPlasmodium.
Anemiamerupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria, dan lebih sering
dijumpai pada penderita daerah endemik terutama pada anak-anak dan ibu hamil. Derajat
anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena
P.falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan. eritrosit
normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time) dan gangguan pembentukan
eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang (Mansjoer, 2001).
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas malaria kronik.
Limpa merupakan organ penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria.
Limpa akan teraba setelah 3 hari dari serangan infeksi akut dimana akan terjadi bengkak,
nyeri dan hiperemis. Pembesaran terjadi akibat timbunan pigmen eritrosit parasit dan
jaringan ikat bertambah (Harijanto, 2000).
Hampir semua kematian akibat penyakit malaria disebabkan oleh P.falciparum. Padainfeksi P.falciparum dapat menimbulkan malaria berat yang menurut WHO didefinisikan
sebagai infeksi P.falciprum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi(Harijanto, 2000).
2.6 Diagnosis (Depkes RI, 2008)Anamnesis
Pada anamnesis, sangat penting diperhatikan:
a. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringan dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria.c. Riwayat tinggal di daerah endemik malariad. Riwayat sakit malariae.
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhirf. Riwayat mendapat transfusi darah
Selain hal di atas, pada penderita tersangka malaria berat, dapat ditemukan keadaan
sebagai berikut:
a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajatb. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)c. Kejang-kejangd. Mata atau tubuh kuninge. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaanf. Nafas cepat dan atau sesak nafasg.
Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minumh. Warna air seni seperti the tua dan dapat sampai kehitaman
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
14/29
14
i. Jumlah air seni kurang (oliguria) sampai tidak ada (anuria)j. Telapak tangan sangat pucat.Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, didapat kondisi pasien antara lain:
a. Demam (pengukuran dengan termometer > 37,5Cb. Konjungtiva atau telapak tangan pucatc. Pembesaran limpa (splenomegali)d. Pembesaran hati (hepatomegali)Pada tersangka malaria berat, ditemukan tanda-tanda klinis sebagai berikut:
a. Temperatur rektal 40Cb. Nadi cepat dan lemah/kecilc. Tekanan darah sistolik 40 kali permenit pada balita,anak di bawah 1 tahun >50 kali per menit.
e. Penurunan derajat kesadaran dengan Glasgow coma scale (GCS) 10 parasit dalam 1 LPB)
ii. KuantitatifJumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal(leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit)
Contoh:Bila dijumpai 1500 parasit per 200 leukosit, sedangkan jumlah leukosit
8.000/uL, maka hitung parasit = 8.000/200 x 1500 parasit = 60.000 parasit/uL.
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
15/29
15
Untuk penderita tersangka malaria berat, perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 56jam sampai 3 hari berturut-turut.
2. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidakditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.
b. Pemeriksaan tes diagnostik cepat (RDT)Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, denganmenggunakan metode imunokromatografi, dalam bentuk dipstick. Tes ini sangat
bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di
daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survei tertentu.
Tes yang tersedia di pasaran saat ini mengandung:
1. HRP-2 (Histidine rich protein 2) yang diproduksi oleh trophozoit, skizon, dangametosit mudaP. falciparum.
2. Enzim parasite lactate dehydrogenase (p-LDH) dan aldolase yang diproduksioleh parasit untuk aseksual atau seksual P. falciparum, P. vivax, P. ovale, P.
malariae.
Kemampuan rapid test yang beredar pada umumnya ada 2 jenis, yaitu:
1. Single, yang mampu mendiagnosis hanya infeksiP. falciparum.2. Combo, yang mampu mendiagnosis infeksi-infeksi P. falciparum dan non
falciparum
Oleh karena teknologi baru sangat perlu untuk memperhatikan kemampuan
sensitivity dan specificity dari alat ini. Dianjurkan untuk menggunakan rapid testdengan kemampuan minimal sensitivity 95% dan specificity 95%. Hal yang penting
lainnya adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam lemari es tetapi tidak dalam
freezer pendingin.
c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat1. Hemoglobin dan hematokrit2. Hitung jumlah leukosit & trombosit3. Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas darah)
4. EKG5.
Foto toraks6. Analisis cairan serebrospinalis
7. Biakan darah dan uji serologi8. Urinalisis
2.7 Diagnosis Banding (Depkes RI, 2008)Manifestasi klinis malaria sangat bervariasi dari gejala yang ringan sampai berat. Malariatanpa komplikasi harus dapat dibedakan dengan penyakit infeksi lain sebagai berikut:
a. Demam tifoidDemam lebih dari 7 hari ditambah keluhan sakit kepala, sakit perut (diare, obstipasi),
lidah kotor, bradikardi relatif, roseola, leukopenia, limfositosis relatif, aneosinofilia,uji Widal positif bermakna, biakan empedu positif.
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
16/29
16
b. Demam dengueDemam tinggi terus menerus selama 2 7 hari, disertai keluhan sakit kepala, nyeri
tulang, nyeri ulu hati, sering muntah, uji torniquet positif, penurunan jumlah
trombosit dan peninggian hemoglobin dan hematokrit pada demam berdarah dengue,
tes serologi inhibisi hemaglutinasi, IgM atau IgG anti dengue positif.
c. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)Batuk, beringus, sakit menelan, sakit kepala, manifestasi kesukaran bernafas antaralain: nafas cepat/sesak nafas, tarikan dinding dada ke dalam dan adanya stridor.
d. Leptospirosis ringanDemam tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual, muntah, conjunctival
injection (kemerahan pada konungtiva bola mata), dan nyeri betis yang menyolok.
Pemeriksaan serologi Microscopic Agglutination Test (MAT) atau tes Leptodipstik
positif.
e. Infeksi virus akut lainnya.Malaria berat atau malaria dengan komplikasi dibedakan dengan penyakit infeksi lain
sebagai berikut:a. Radang otak (meningitis/ensefalitis)
Penderita panas dengan riwayat nyeri kepala yang progresif, hilangnya kesadaran,
kaku duduk, kejang dan gejala neurologis lainnya.
b. Stroke (gangguan serebrovaskuler)Hilangnya atau terjadi gangguan kesadaran, gejala neurologik lateralisasi
(hemiparese atau hemiplegia), tanpa panas, ada penyakit yang mendasari (hipertensi,diabetes mellitus, dan lain-lain).
c. Tifoid EnsefalopatiGejala demam tifoid ditandai dengan penurunan kesadaran dan tanda-tanda demam
tifoid lainnya.d. Hepatitis
Prodromal hepatitis (demam, mual, nyeri pada hepar, muntah, tidak bisa makan
diikuti dengan timbulnya ikterus tanpa panas), mata atau kulit kuning, urin seperti
air teh. Kadar SGOT dan SGPT meningkat >5 kali.
2.8 TatalaksanaMalaria merupakan salah satu penyebab demam yang paling sering terjadi di daerah
tropis, dan para wisatawan yang mengunjungi daerah endemik. Simptom malaria dapat
terlihat pada saat tahap infeksi eritrosit. Beberapa obat antimalaria dapat melawan parasit
pada tahap tersebut, kecuali primaquine, karena sifatnya radikal menghilangkan parasit
di hati. (Papadakis & McPhee, 2013)
Malaria non-falciparum
Obat lini pertama yang digunakan pada penderita malaria non-falciparum adalah
chloroquine. Karena sering dilaporkan peningkatan resistensi P. vivax terhadap
chloroquine, terapi alternatif dapat diberikan, terutama pada infeksi yang terjadi diIndonesia, Oceania, dan Peru. Infeksi ini dapat diterapi dengan obat artemisinin dan
dikombinasi dengan obat lini pertama lain. Untuk P. vivax dan P. ovale, pemusnahanparasit di eritrosit dengan chloroquine harus dibarengi dengan pemberian primaquine,
karena primquine mampu memberantas parasit di hati yang dalam masa dorman(hypnozoite).P. malariaebisa diterapi dengan memberikan chloroquine saja.
(Papadakis & McPhee, 2013)
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
17/29
17
Lini pertama
Klorokuin+Primakuin
Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan malaria vivax dan
ovale. Pemakaian klorokuin bertujuan membunuh parasit stadium aseksual dan seksual.
Pemberian primakuin selain bertujuan untuk membunuh hipnozoit di sel hati, juga dapat
membunuh parasit aseksual di eritrosit.Dosis total klorokuin= 25 mg/kgBB (1x/hr selama 3 hari), primakuin= 0,25 mg/kgBB/hr(selama 14 hari).
Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat badan penderitaobat dapat diberikan berdasarkan golongan umur, sesuai dengan tabel.
Hari Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th !15 th
I
Klorokuin " # 1 2 3 3-4
Primakuin - - " # $ 1
IIKlorokuin " # 1 2 3 3-4
Primakuin - - " # $ 1
III
Klorokuin 1/8 " # 1 1# 2
Primakuin - - " # $ 1
IV-XIV Primakuin - - " # $ 1
Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke 28 setelah pemberian obat, ditemukankeadaan sebagai berikut:
Klinis sembuh (sejak hari-4)
Tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ke-7 .
Pengobatan tidak efektif apabila dalam 28 hari setelah pemberian obat:
Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif, atau
Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atautimbul kembali setelah hari ke-14 (kemungkinan resisten).
Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara hari ke-15 sampaihari ke-28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru).
Malaria Vivax Resisten Chloroquine
Lini kedua
Kina+Primakuin
Dosis kina= 10 mg/kgBB/kali (3x/hr selama 7 hari), primakuin= 0,25 mg/kgBB (selama
14 hari).
Dosis obat juga dapat ditaksir dengan menggunakan tabel dosis berdasarkan golongan
umur sebagai berikut:Pengobatan Malaria vivax Resisten Klorokuin
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
18/29
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
19/29
19
Pengobatan Lini Pertama MalariaFalciparumMenurut Kelompok Umur.
P
e
n
go
b
at
a
n
efektif bila sampai dengan hari ke-28 setelah pemberian obat ditemukan keadaan
sebagai berikut: klinis sembuh (sejak hari ke-4) dan tidak ditemukan parasit stadium
aseksual sejak hari ke-7.
Pengobatan tidak efektif bila dalam 28 hari setelah pemberian obat:
1. Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif atau2. Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten)atau timbul kembali (rekrudesensi).
Pengobatan lini kedua malaria falciparumdiberikan bila pengobatan lini pertama tidak
efektif.
Lini kedua
Kina+Doksisiklin/Tetrasiklin+Primakuin
Dosis kina = 10 mg/kgBB/kali (3x/hari selama 7 hari), doksisiklin = 4 mg/kgBB/hr
(dewasa, 2x/hr selama 7 hari), 2 mg/kgBB/hr (8-14 th, 2x/hr selama 7 hari), tetrasiklin =4-5 mg/kgBB/kali (4x/hr selama 7 hari).
Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat badan penderita,
pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur.
Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria falciparum
*
: dosis diberikan per kgBB**: 2x50 mg doksisiklin***: 2x100 mg doksisiklin
2.9 Komplikasia. Malaria Serebral
Merupakan komplikasi paling berbahaya. Ditandai dengan penurunan kesadaran
(apatis, disorientasi, somnolen, stupor, sopor, koma) yang dapat terjadi secara
perlahan dalam beberapa hari atau mendadak dalam waktu hanya 1-2
jam, sering disertai kejang. Penilaian penurunan kesadaran ini dievaluasi
berdasarkan GCS.
Hari Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th !15 th
I
Klorokuin " # 1 2 3 3-4
Primakuin - - " # $ 1
II
Klorokuin " # 1 2 3 3-4
Primakuin - - " # $ 1
III
Klorokuin 1/8 " # 1 1# 2
Primakuin - - " # $ 1
IV-XIV Primakuin - - " # $ 1
Hari Jenis obat
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th !15 th
1-7 Kina 3x# 3x1 3x2 3x3
1-14 Primakuin - - " # $ 1
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
20/29
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
21/29
21
tekanan intrakranial pada pusat pernapasan di otak; 3) Infeksi sekunder pada
paru-paru; 4) Anemia berat; 5) Kelebihan dosis antikonvulsan (phenobarbital)
menekan pusat pernafasan.
e.
HipoglikemiaHipoglikemi sering terjadi pada anak-anak, wanita hamil, dan penderita dewasa dalam
pengobatan quinine (setelah 3 jam infus kina). Hipoglikemi terjadi karena: 1)
Cadangan glukosa kurang pada penderita starvasi atau malnutrisi; 2) Gangguan
absorbsi glukosa karena berkurangnya aliran darah ke splanchnicus; 3) Meningkatnya
metabolisme glukosa di jaringan; 4) Pemakaian glukosa oleh parasit; 5) Sitokin akan
menggangu glukoneogenesis; 6) Hiperinsulinemia pada pengobatan quinine.
Metabolisme anaerob glukosa akan menyebabkan asidemia dan produksi laktat yang
akan memperburuk prognosis malaria berat
f. Haemoglobinuria (Black Water Fever)Merupakan suatu sindrom dengan gejala serangan akut, menggigil, demam, hemolisis
intravascular, hemoglobinuria, dan gagal ginjal.Biasanya terjadi pada infeksi P.
falciparum yang berulang-ulang pada orang non-imun atau dengan pengobatan kina
yang tidak adekuat dan yang bukan disebabkan oleh karena defisiensi G6PD atau
kekurangan G6PD yang biasanya karena pemberian primakuin.
g. Malaria AlgidTerjadi gagal sirkulasi atau syok, tekanan sistolik 1 C, kulit tidakelastis, pucat.Pernapasan dangkal, nadi cepat, tekanan darah turun, sering tekanan
sistolik tak terukur dan nadi yang normal.
Syok umumnya terjadi karena dehidrasi dan biasanya bersamaan dengan sepsis.Pada
kebanyakan kasus didapatkan tekanan darah normal rendah yang disebabkan karena
vasodilatasi.
h. AsidosisAsidosis (bikarbonat
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
22/29
22
i. Manifestasi gangguan Gastro-IntestinalGejala gastrointestinal sering dijumpai pada malaria falsifarum berupa keluhan tak
enak diperut, flatulensi, mual, muntah, kolik, diare atau konstipasi.Kadang lebih berat
berupa billious remittent fever (gejala gastro-intestinal dengan hepatomegali), ikterik,
dan gagal ginjal, malaria disentri, malaria kolera.
j. HiponatremiaTerjadinya hiponatremia disebabkan karena kehilangan cairan dan garam melalui
muntah dan mencret ataupun terjadinya sindroma abnormalitas hormon anti-diuretik
(SAHAD).
k. Gangguan PerdarahanGangguan perdarahan oleh karena trombositopenia sangat jarang. Perdarahan lebihsering disebabkan olehDiseminata Intravaskular Coagulasi(DIC).
(Sudoyo, 2007)
2.10PencegahanPengendalian Malaria
a. Pemberantasan vektorPenangulangan vector dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa
(penyemprotan rumah dengan Insektisida). Dengan di bunuhnya nyamuk maka parasityang ada dalam tubuh, pertumbuhannya di dalam tubuh tidak selesai, sehingga
penyebaran/transmisi penyakit dapat terputus (Depkes RI, 2003)
Demikian juga kegiatan anti jentik dan mengurangi atau menghilangkan tempat-
tempat perindukan, sehingga perkembangan jumlah (Density) nyamuk dapatdikurangi dan akan berpengaruh terhadap terjadinya transmisi penyakit malaria
(Depkes RI, 2003)
Menurut Marwoto (1989) penangulangan vector dapat dilakukan dengan
memanfaatkan ikan pemakan jentik. Penelitian Biologik yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa prospek terbaik adalah ikan, karena mudah dikembangbiakkan,
ikan suka memakan jentik, dan sebagai sumber protein bagi masyarakat.
Penggunaan ikan nila merah (Oreochromis Nilotis) sebagai pengendali vektor telahdilakukan. Menurut Nurisa (1994), ikan nila memiliki daya adaptasi tinggi diberbagai
jenis air. Nila dapat hidup di air tawar, air payau, dan di laut.
b. Pengendalian VektorPengendalian vector malaria dilaksanakan berdasarkan pertimbangan, Rasioanal,
Efektif, Efisiensi, Sustainable, dan Acceptable yang sering disingkat RESSA yaitu :
1. Rational : Lokasi kegiatan pengendalian vektor yang diusulkan memang terjadipenularan (ada vektor) dan tingkat penularannya memenuhi criteria yang
ditetapkan, antara lain : Wilayah pembebasan : desa dan ditemukan penderita
indegenius dan wilayah pemberantasan PR > 3%
2. Effective : Dipilih salah satu metode / jenis kegiatan pengendalian vektor ataukombinasi dua metode yang saling menunjang dan metode tersebut dianggap
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
23/29
23
paling berhasil mencegah atau menurunkan penularan, hal ini perlu didukung oleh
data epidemiologi dan Laporan masyarakat.
3. Sustainable : Kegiatan pengendalian vektor yang di pilih harus dilaksanakan secaraberkesinambungan sampai mencapai tingkat penularan tertentu dan hasil yang
sudah di capai harus dapat dipertahankan dengan kegiatan lain yang biayanya lebihmurah, antara lain dengan penemuan dan pengobatan penderita.
4. Acceptable : Kegiatan yang dilaksanakan dapat diterima dan didukung olehmasyarakat setempat (Depkes RI, 2005)
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian vektor adalah sebagai berikut :
1. Penyemprotan rumah, penyemprotan dilakukan pada semua bangunan yang ada,pada malam hari digunakan sebagai tempat menginap atau kegiatan lain, masjid,
gardu ronda, dan lain-lain.
2. Larviciding adalah kegiatan anti larva yang dilakukan dengan cara kimiawi, kegiatanini di lakukan dilingkungan yang memiliki banyak tempat perindukan yang potensial(Breeding Pleaces). Yang dimaksud dengan tempat perindukan adalah genangan air
disekitar pantai yang permanen, genangan air dimuara sungai yang tertutup pasir dansaluran dengan aliran air yang lambat.
3. Biological control, kegiatan anti larva dengan cara hayati (pengendalian dengan ikanpemakan jentik), dilakukan pada desa-desa di mana terdapat di mana terdapat banyaktempat perindukan vektor potensial dengan ketersedian air sepanjang tahun, seperti
mata air, anak sungai, saluran air persawahan, rawarawa daerah pantai dan air payau,
dll.
4. Pengolahan lingkungan (Source reduction) adalah kegiatan-kegiatan yang mencakupperencanaan, pelaksanaan dan pengamatan kegiatan modifikasi dan manipulasi
faktor lingkungan dan interaksinya dengan manusia untuk mencegah dan membatasi
perkembangan vector dan mengurangi kontak antara manusia dan Vektor (Depkes,
2005)
5. Kelambunisasi adalah pengendalian nyamuk Anopheles spp secara kimiawi yangdigunakan di Indonesia. Kelambunisasi adalah pengunaan kelambu yang terlebihdahulu dicelup dengan insektisida permanent 100EC yang berisi bahan aktif
permethrin.
Pencegahan MalariaMalaria ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles pada malam hari. Segala upaya
pembuatan vaksin malaria telah dilakukan, dan perlindungan sebagian terhadap malariatelah diberikan kepada anak-anak di Afrika, namun sampai saat ini belum ada vaksin
yang mampu memberikan perlindungan penuh terhadap malaria.
Ketika wisatawan pergi dari daerah nonendemik ke daerah endemik, perlu diperhatikan
cara-cara untuk menghindari gigitan nyamuk, misalnya dengan menggunakan lotionanti
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
24/29
24
nyamuk, insektisida, dan kelambu tidur. Rekomendasi dari CDC adalah dengan
mengonsumsi chloroquine sebelum bepergian ke daerah endemik di Kepulauan Karibia,
Amerika Tengah, Kanal Panama. CDC juga merekomendasikan mefloquine atau
Malarone sebagai alternatif. Untuk daerah di mana terdapat malaria falciparum yang
resisten terhadap beberapa obat, maka perlu mengonsumsi doxycycline.
Pencegahan dengan cara konsumsi chemoprophylaxis secara terus-menerus merupakan
tata cara pencegahan yang kurang tepat di negara berkembang, karena berpotensi
menyebabkan toksisitas dalam penggunaan jangka panjang. Salah satu solusinya adalah
dengan menggunakan sulfadoxine-pyrimethamine, yang diberikan dalam dosis 1 kali
sehari.
Tabel 5. Obat untuk pencegahan malaria bagi wisatawan (Papadakis & McPhee 2013)
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Vektor Malaria di Indonesia
3.1 Morfologi dan Perindukan VektorNyamuk anopheles dapat dikatakan sebagai vektor malaria apabila memenuhi suatupersyaratan tertentu diantaranya seperti yang di sebutkan dibawah ini:
1. Kontaknya dengan manusia cukup besar.2. Merupakan species yang selalu dominan.3. Anggota populasi pada umumnya berumur cukup panjang,
sehinggamemungkinkan perkembangan dan pertumbuhan plasmodium hingga
menjadi sporosoit
4. Ditempat lain terbukti sebagai vektorAda beberapa jenis vektor malaria yang perlu diketahui diantaranya.1. Anopheles aconitus
Vektor A. aconitus pertama sekali ditemukan oleh Donitz pada tahun 1902.Vektor jenis A. aconitus betina paling sering menghisap darah ternak
dibandingkan darah manusia. Perkembangan vektor jenis ini sangat erat
hubungannya denganlingkungan dimana kandang ternak yang ditempatkan satu
atap dengan rumah penduduk.
Vektor Aconims biasanya aktif mengigit pada waktu malam hari, hampir 80%
dari vektor ini bisa dijumpai diluar rumah penduduk antara jam 18.00 -22.00.
Nyamuk jenis Aconitus ini hanya mencari dm-ah didalam rumah penduduk.
Setelah itu biasanya langsung keluar. Nyamuk ini biasanya suka hinggap di
daerah-daerah yang lembab. Seperti dipinggir-pinggir parit, tebing sungai, dekat
air yang selalu basah dan lembab.
Drug Use2 Adult Dosage (all oral)3
Chloroquine Areas without resistant Plasmodium falciparum 500 mg weekly
Malarone Areas with multidrug-resistant P falciparum 1 tablet (250 mg atovaquone/100 mg proguanil) daily
Mefloquine Areas with chloroquine-resistant P falciparum 250 mg weekly
Doxycycline Areas with multidrug-resistant P falciparum 100 mg daily
Primaquine4 Terminal prophylaxisof Plasmodium vivaxand Plasmodium ova leinfections; alternative for P falciparumprophylaxis
30 mg base daily for 14 days after travel
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
25/29
25
Tempat perindukan vektor Aconitus terutama didaerah pesawahan dan saluran
irigasi. Persawahan yang berteras merupakan tempat yang baik untuk
perkembangan nyamuk ini. Selain disawah, jentik nyamuk ini ditemukan pula di
tepi sungai yang airnya mengalir perlahan dan kolam air tawar.
Distribusi dari An- Aconims, terdapat hubungan antara densitas dengan umurpadi disawah. Densitas mulai meninggi setelah tiga - empat minggu penanamanpadi dan mencapai puncaknya setelah padi berumur lima sampai enam minggu.
2. Anopheles sundaicusA sundaictuspertama sekali ditemukan oleh Rodenwalt pada tahun 1925. Pada
vektor jenis ini umurnya lebih sering menghisap darah manusia dari pada darah
binatang. Nyamuk ini aktif menggigit sepanjang malam tetapi paling
seringantara pukul 22.00 - 01.00 dini hari. Pada waktu malam hari nyamuk
masuk ke dalam rumah untuk mencari darah, hinggap didinding baik sebelum
maupun sesudah menghisap darah.
Perilaku istirahat nyamuk ini sangat berbeda antara lokasi yang satu dengan
lokasi yang lainnya. Di pantai Selatan Pulau Jawa dan pantai Timur Sumatera
Utara, pada pagi hari, sedangkan di daerah Cilacap dan lapangan dijumpai pada
pagi hingga siang hari, jenis vektor A. sundaicus istirahat dengan hinggap
didinding rumah penduduk. Jarak terbang A. sundaicusbetina cukup jauh. Padamusim densitas tinggi, masih dijumpai nyamuk betina dalam jumlah cukup
banyak disuatu tempat yang berjarak kurang lebih 3 kilometer (Km) dari tempatperindukan nyamuk tersebut .
Vektor A. sundaicus biasanya berkembang biak di air payau, yaitu campuran
antara air tawar dan air asin, dengan kadar garam optimum antara 12% -18%.
Penyebaran jentik ditempat perindukan tidak merata dipermukaan air, tetapi
terkumpul ditempat-tempat tertutup seperti diantara tanaman air yang
mengapung, sampah dan rumput - rumput dipinggir Sungai atau pun parit.
Genangan air payau yang digunakan sebagai tempat berkembang biak, adalah
yang terbuka yang mendapat sinar matahari langsung. Seperti pada muara
sungai, tambak ikan, galian -galian yang terisi air di sepanjang pantai dan lain -
lain.
3.Anopheles maculatus.VektorA. maculatuspertama sekali ditemukan oleh Theobaldt pada tahun 1901.
Vektor An. Maculatus betina lebih sering mengiisap darah binatang daripada
darah manusia. Vektor jenis ini aktif mencari darah pada malam hari antara
pukul 21.00 hingga 03.00.
Nyamuk ini berkembang biak di daerah pegunungan. Dimana tempat perindukan
yang spesifik vektorA. maculatusadalah di sungai yang kecil dengan air jernih,mata air yang mendapat sinar matahari langsung. Di kolam dengan air jemih
juga ditemukan jentik nyamuk ini, meskipun densitasnya rendah. Densitas A.
maculatus tinggi pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan vektor
jenis ini agak berkurang karena tempat perindukan hanyut terbawa banjir.
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
26/29
26
4. Anopheles barbirostris.Vektor A. barbirotris pertama sekali diidentifikasi oleh Van der Wulp pada
tahun 1884. Jenis nyamuk ini di Sumatera dan Jawa jarang dijumpai menggigit
orang tetapi lebih sering dijumpai menggigit binatang peliharaan. Sedangkan
pada daerah Sulawesi, Nusa Tenggara Timur dan Timor- Timur nyamuk ini
lebih sering menggigit manusia daripada binatang. Jenis nyamuk ini biasanyamencari darah pada waktu malam hingga dini hari berkisar antara pukul 23.00 -05.00. Frekuensi mencari darah tiap tiga hari sekali. Pada siang hari nyamuk
jenis ini hanya sedikit yang dapat ditangkap, di dalam rumah penduduk, karenatempat istirahat nyamuk ini adalah di alam terbuka. Paling sering hinggap pada
pohon-pohon seperti pahon kopi, nenas dan tanaman perdu disekitar rumah.
Tempat berkembang biak (Perindukan) vektor ini biasanya di sawah sawah
dengan saluran irigasinya kolam dan rawa-rawa. Penyebaran nyamuk jenis ini
mempunyai hubungan cukup kuat dengan curah hujan disuatu daerah. Dari
pengamatan yang dilakukan didaerah Sulawesi Tenggara vektor A. barbirotris
ini paling tinggi jumlahnya pada bulan Juni.
3.2 Perilakua. Perilaku Mencari Darah.
Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:
1. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu. Nyamuk anopheles padaumumnya aktif mencari darah pada waktu malarn hari. apabila dipelajari
dengan teliti. ternyata tiap spesies mempunyai sifat yang tertentu, ada spesiesyang aktif mulai senja hingga menjelang tengah malam dan sampai pagi hari.
2. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat apabila dengan metode yangsama kita adakan. Penangkapan nyarnuk didalam dan di luar rumah makadari hasil penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan nyamuk,
yaitu: eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah dan
endofagik yang lebih senang mencari darah didalam rumah.
3. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah. Berdasarkan macamdarah yang disenangi, kita dapat membedakan atas: antropofilik apabila lebih
senang darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih senang menghisap
darah binatang dan golongan yang tidak mempunyai pilihan tertentu.
4. Frekuensi menggigit, telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanyakawin satu kali selama hidupnya Untuk mempertahankan danmemperbanyak keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan darah
untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali nyamuk akan
mencari darah. Interval tersebut tergantung pada species, dan dipengaruhi
oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus gonotrofik. Untuk iklim
Indonesia memerlukan waktu antara 48-96 jam.
b. Perilaku Istirahat.Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnyaselama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara
yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnyanyamuk memilih tempat yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
27/29
27
apabila diteliti lebih lanjut tiap species ternyata mempunyai perilaku yang
berbeda-beda. Ada spesies yang halnya hinggap tempat-tempat dekat dengan
tanah (AnAconitus) tetapi ada pula species yang hinggap di tempat-tempat yang
cukup tinggi (An.Sundaicus).
Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk kedalam rumah hanya untukmenghisap darah orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula yang baiksebelum maupun sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding
untuk beristirahat.c. Perilaku Berkembang Biak. Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan
memilih tempat perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai
dengan kesenangan dan kebutuhannya Ada species yang senang pada tempat-
tempat yang kena sinar matahari langsung (an. Sundaicus), ada pula yang senang
pada tempat-tempat teduh (An. Umrosus). Species yang satu berkembang
dengan baik di air payau (campuran tawar dan air laut) misalnya (An. Aconitus)
dan seterusnya Oleh karena perilaku berkembang biak ini sangat bervariasi,
maka diperlukan suatu survai yang intensif untuk inventarisasi tempatperindukan, yang sangat diperlukan dalam program pemberantasan.
(Hiswani, 2004)
3.3 PemberantasanDewasa ini upaya pemberantasan penyakit malaria dilakukan melalui,
pemberantasan vektor penyebab malaria (nyamuk Anopheles) dan dilanjutkandengan melakukan pengobatan kepada mereka yang diduga menderita malaria atau
pengobatan juga sangat perlu diberikan pada penderita malaria yang terbukti positifsecara laboratorium. Dalam hal pemberantasan malaria selain dengan pengobatan
langsung juga sering dilakukan dengan jalan penyemprotan rumah dan lingkungan
sekeliling rumah dengan racun serangga, untuk membunuh nyamuk dewasa upaya
lain juga dilakukan untuk memberantas larva nyamuk. Ada beberapa cara yang
dapat digunakan untuk membunuh larva nyamuk anopheles:
1. Secara Kimiawi.Pemberantasan nyamuk anopheles secara kimiawi dapat dilakukan dengan
menggunakan larvasida yaitu zat kimia yang dapat membunuh larva nyamuk,
yang termasuk dalam kelompok ini adalah solar/minyak tanah, parisgreen,
temephos, fention, altosid dll. Selain zat-zat kimia yang disebutkan di atas dapatjuga digunakan herbisida yaitu zat kimia yang mematikan tumbuhtumbuhan air
yang digunakan sebagai tempat berlindung larva nyamuk.
2. Secara Hayati. Pemberantasan larva nyamuk anopheles secara hayati dilakukandengan mengunakan beberapa agent biologis seperti predator misalnya pemakan
jentik (clarviyorous fish) seperti gambusia, guppy dan panchax (ikan kepala
timah). Selain secara kimiawi dan secara hayati untuk pencegahan penyakitmalaria dapat juga dilakukan dengan jalan pengelolaan lingkungan hidup
(environmental management), yaitu dengan pengubahan lingkungan hidup(environmental modification) sehingga larva nyamuk anopheles tidak mungkin
hidup. Kegiatan ini antara lain dapat berupa penimbunan tempat perindukan
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
28/29
28
nyamuk, pengeringan dan pembuatan dam, selain itu kegiatan lain mencakup
pengubahan kadar garam, pembersihan tanaman air atau lumut dan lain-lain.
Diantara cara pemberantasan nyamuk seperti yang sudah diuraikan di atas,
sampai saat ini di Indonesia paling sering di pakai cara yang pertama yaitu secara
kimiawi. Dengan menggunakan solar dan minyak tanah yang dicampur denganspreading agent yaitu zat kimia yang dapat mempercepat penyebaran bahan aktifyang digunakan. Pengunaan minyak solar untuk anti larva di Indonesia pertama
dilakukan di Bali pada tahun 1974, yang kemudian pada tahun 1975 cara tersebutjuga diterapkan didaerah Jawa Timur dan Jawa Barat.
-
8/13/2019 Wrap Up Skenario 3 IPT
29/29
DAFTAR PUSTAKA
Irawati. (2009).Analisis Faktor Kejadian Relaps pada Penderita Malaria di Kecamatan Juli
Kabupaten Bireuen. Medan: FKM Universitas Sumatera Utara.
Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A., Brooks, G. F., Carroll, K. C., Butel, J. S., et al.
(2010).Jawetz, Melnick & Adelberg's medical microbiology(25th ed.). New York:
McGraw-Hill Medical.
Junita, S. (2010).Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian Penyakit
Malaria Di Desa Suka Karya Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue
Propinsi Aceh. Medan: FKM Universitas Sumatera Utara.
Kandun, I. N. (2008). Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta:Departemen Kesehatan RI.
Papadakis, M. A. (2013). Current medical diagnosis & treatment 2013(52nd ed.). New York:
McGraw-Hill Medical.
Schmidt, G. D., & Roberts, L. S. (2013). Gerald D. Schmidt & Larry S. Roberts' foundations of
parasitology(9th ed., international student ed.). New York: Mcgraw Hill.
Soepriadi, J. (2011). Epidemiologi Malaria di Indonesia.Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan,I, 1-15.
Sudoyo, A. W. (2007).Buku Ajar ! Ilmu Penyakit Dalam(Edisi IV ed.). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.