working diagnosis rhinosinusitis

19
Diagnosis

Upload: franchristta

Post on 10-Apr-2016

225 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

diagnostik

TRANSCRIPT

Page 1: Working Diagnosis Rhinosinusitis

Diagnosis

Page 2: Working Diagnosis Rhinosinusitis

• Rhinosinusitis akut: gelaja selama > 2minggu• Rhinosinusitis subakut: gejala selama 4-12minggu• Rhinosinusitis kronis: gejala selama <12minggu• Rhinosinusitis aksaserbasi akut: adanya 4/lebih episode dlm setahun dgn adanya

interval bebas penyakit

Faktor mayor Faktor minorNyeri facial/tekanan* Sakit kepala

Obstruksi nasal Demam (non akut)

Secret dari nasal (nasal discharge) / post nasal drip

Halitosis (bau tidak sedap yang tercium ketika menghembuskan nafas)

Hiposmia / anosmia Nyeri dentalAdanya pus pd pemeriksaan fisik Fatigue

Demam (akut)** Batuk

Nyeri telinga / penekanan / rasa penuh

*nyeri fasial/tekanan sendiri tidak dapat menunjukan diagnosis tanpa adanya faktor mayor yang lain**demam pd sinusitis akut tdk dp menunjukan diagnosis tanpa adanya faktor mayor yang lain

Kriteria Rhinosinusitis = 2/1 faktor mayor & 2 faktor minor

Page 3: Working Diagnosis Rhinosinusitis

Nyeri & Nyeri alih

• Sinusitis maksilaris nyeri di gigi, pipi, & daun telinga

• Sinusitis etmoid nyeri diantara atau di belakang kedua mata

• Sinusitis frontal nyeri dahi & seluruh kepala• Sinusitis sfenoid nyeri verteks, oksipital,

belakang bola mata & daerah mastoid

Page 4: Working Diagnosis Rhinosinusitis
Page 5: Working Diagnosis Rhinosinusitis

Diagnosis (Rhinosistis)

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Fisik

Anamneis

Page 6: Working Diagnosis Rhinosinusitis

Anamnesis

• Gejala-gejala klinis• Faktor lain yang berpengaruh:– Alergi– Rhinitis– Penggunaan obat-obatan sebelumnya– Riwayat trauma– Riwayat tindakan pembedahan

Page 7: Working Diagnosis Rhinosinusitis

Pemeriksaan Fisik

• Pembengkakan & edema: sinus yang berbatasan dgn kulit (frontal, maksila, ethmoid anterior) dpt membengkak Palpasi: sensasi spt ada penebalan ringan/spt meraba beludru

Page 8: Working Diagnosis Rhinosinusitis

• Rhinoskopi Anterior• Dilakukan dengan menggunakan spekulum hidung yg dimasukkan kedalam

kavum nasi struktur kavum nasi dilihat dengan menundukkan dan menegakkan posisi kepala penerita

• Yang dilihat:– Konka inferior nasi– Vestibulum– Meatus inferior– Meatus media– Konka media– Septum nasi dan– Apakah ada tumor atau tanda-tanda radang

Hasil:– hiperemis– edema konka inferior&media– Ditemukan sekret berupa pus/mukopurulen:• Meatus media peradangan di sinus frontalis, ethmoidalis anterior/maksilaris• Fissura olfaktorius (antara septum&konka media) peradangan di sinus ethmoidalis

posterior&spheinoidalis

diperiksa 2x : dgn&tanpa topikal dekongestan (u/ melihat respon thd dekongestan)

Page 9: Working Diagnosis Rhinosinusitis

• Rhinoskopi Posterior• Menggunakan kaca reflektor dan lampu kepala. Dengan

menggunakan spatel, lidah ditekan kebawah. Pada saat memasukkan kaca reflektor, penderita diminta bernafas dari mulut, tetapi setelah kaca masuk penderita diminta bernafas dari hidung.

• Yang diperiksa:– Bagaimana keadaan koana– Septum nasi– Konka nasalis media dan superior– Adakah sekret atau postnasal drip– Adakah masa tumor– Bagaimana keadaan fossa Rossenmuller– Bagaimana keadaan muara tuba eustachi dan– Pada anak kecil perhatikan keadaan adenoidnya

Hasil:– Post nasal drip

Page 10: Working Diagnosis Rhinosinusitis

Rhinoskopi Anterior Rhinoskopi Posterior

Page 11: Working Diagnosis Rhinosinusitis

Pemeriksaan Penunjang

Page 12: Working Diagnosis Rhinosinusitis

Transiluminasi

• Merupakan pemeriksaan sederhana terutama untuk menilai kondisi sinus. Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibandingkan dengan sisi yang normal.

Page 13: Working Diagnosis Rhinosinusitis

• Normal tampak bayangan bulan sabit di posisi kelopak mata bawah

Page 14: Working Diagnosis Rhinosinusitis

Endoskopi Nasal

• Dapat menilai kondisi rongga hidung, adanya sekret, patensi kompleks ostiomeatal, ukuran konka nasi, udem disekitar orifisium tuba, hipertrofi adenoid dan penampakan mukosa sinus.

• Indikasi endoskopi nasal yaitu evaluasi bila pengobatan konservatif mengalami kegagalan. Untuk rinosinusitis kronik, endoskopi nasal mempunyai tingkat sensitivitas sebesar 46 % dan spesifisitas 86 %.

• Sblm pemeriksaan menggunakan topikal dekongestan & topikal anestesi

Page 15: Working Diagnosis Rhinosinusitis

Radiologi• Merupakan pemeriksaan tambahan yang umum dilakukan, meliputi X-foto

posisi Water, CT-scan, MRI dan USG. CT-scan merupakan modalitas pilihan dalam menilai proses patologi dan anatomi sinus, serta untuk evaluasi rinosinusitis lanjut bila pengobatan medikamentosa tidak memberikan respon.

• MRI sangat bagus untuk mengevaluasi kelainan pada jaringan lunak yang menyertai sinusitis, tapi memiliki nilai yang kecil untuk mendiagnosis sinusitis akut.

• Ini diperlukan pada rinosinusitis kronik yang akan dilakukan pembedahan.

Page 16: Working Diagnosis Rhinosinusitis

Teknik radiografi sinus paranasal yang rutin digunakan

• 1. Proyeksi Parietoacantial (Water’s Method)

Page 17: Working Diagnosis Rhinosinusitis

• 2. Proyeksi Lateral

Page 18: Working Diagnosis Rhinosinusitis

Laboratorium

• Tes sedimentasi, leukosit, dan C-reaktif protein dapat membantu diagnosis sinusitis akut

• Kultur merupakan pemeriksaan yang tidak rutin pada sinusitis akut, tapi harus dilakukan pada pasien immunocompromise dengan perawatan intensif dan pada anak-anak yang tidak respon dengan pengobatan yang tidak adekuat, dan pasien dengan komplikasi yang disebabkan sinusitis.

Page 19: Working Diagnosis Rhinosinusitis

Pemeriksaan mikrobiologik

• Sebaiknya untuk pemeriksaan mikrobiologik diambil sekret dari meatus medius atau meatus superior. Mungkin ditemukan bermacam – macam bakteri yang merupakan flora normal di hidung atau kuman patogen, seperti Pneumococcus, Streptococcus, Stphylococcus dan Haemophylus influeanzae. Selain itu mungkin juga ditemukan virus atau jamur.

• Biasanya merupakan infeksi campuran oleh bermacam-macam mikroba, seperti kuman aerob S. aureus, S. viridians, H. Influenzae dan kuman anaerob Peptostreptokokus dan Fusobakterium.