winarto a 2

Upload: elmasdienul

Post on 09-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Winarto

TRANSCRIPT

  • 9

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Service Oriented Architecture

    Definisi Service Orientation Architecture (SOA) menurut Open Group

    adalah sebuah model arsitektur yang mendukung service orientation (John

    Erickson, Keng Siau, 2008). Definisi tersebut terfokus pada model arsitektur,

    service orientation, service serta fitur fitur yang menonjol pada SOA.

    Organization for Advancement of Structured Information Standards (OASIS)

    mendefinisikan SOA sebagai paradigma yang digunakan untuk mengatur dan

    memanfaatkan kemampuan terdistribusi yang mungkin berada di bawah

    kendali kepemilikan suatu domain yang berbeda (John Erickson, Keng Siau,

    2008). Definisi OASIS disebut sebagai reference model yang selanjutnya

    diperluas dan diformalkan.

    SOA didefinisikan oleh World Wide Web Consortium (W3C) sebagai

    suatu bentuk arsitektur sistem terdistribusi yang pada umumnya ditandai

    dengan logical view, message orientation, description orientation, granularity

    dan platform neutrality (John Erickson, Keng Siau, 2008). XML.com pada

    tahun 2007 mendefinisikan SOA sebagai sebuah gaya arsitektur yang

    memiliki tujuan untuk mencapai loosely couple antara agen perangkat lunak

    yang berinteraksi (John Erickson, Keng Siau, 2008). Service adalah satuan

    kerja yang dilakukan oleh penyedia service untuk mencapai hasil akhir yang

  • 10

    diinginkan kepada consumer service. Empat karakteristik yang dimiliki oleh

    SOA berdasarkan Raghu Kodali antara lain :

    a. Antarmuka yang disusun dengan XML yang menggunakan WSDL

    b. Skema XML yang disebut dengan XSD yang harus digunakan untuk

    mengolah pesan

    c. Registry UDDI berdasarkan pada penyimpanan daftar service yang

    disediakan

    d. setiap service harus mempertahankan tingkat kualitas yang ditetapkan

    untuk melalui persyaratan keamanan QoS.

    IBM mengusulkan bahwa SOA menggambarkan gaya arsitektur yang

    memperlakukan komponen perangkat lunak sebagai service set (UNL IBM

    system in Global Innovation Hub, 2007). Definisi tersebut ditegaskan sebagai

    kebutuhan bisnis yang harus mengendalikan definisi dari service dan nilai

    tujuan harus terfokus dengan reusability dan fleksibilitas service yang telah

    didefinisikan (John Erickson, Keng Siau, 2008).

    2.2 Prinsip Prinsip Service Orientation

    Pendekatan Service Oriented Architecture (SOA) tidak memiliki prinsip

    prinsip yang baku digunakan untuk pengembangan SOA tersebut. Beberapa

    prinsip yang seringkali digunakan terkait dengan pendekatan SOA terdapat

    pada pembahasan di bawah ini (Thomas Erl, 2008, p290-310):

    i. Prinsip 1 : Service dapat digunakan kembali (Reusability)

  • 11

    Pengembangan sistem yang menggunakan pendekatan SOA, service

    dirancang secara khusus untuk mendukung penggunaan kembali sesuai

    dengan kebutuhannya.

    ii. Prinsip 2 : Service merupakan formal specifation

    Service tidak membutuhkan suatu pembagian apa pun di dalam

    pengembangan yang menggunakan pendekatan SOA untuk dapat

    berinteraksi dengan service. Service membutuhkan sebuah kontrak yang

    formal yang dapat mendeskripsikan setiap service yang telah ada dan

    menentukan persyaratan yang dibutuhkan pada pertukaran informasi yang

    terjadi.

    iii. Prinsip 3 : Service merupakan loosely couple

    Service secara khusus pada pendekatan SOA dirancang untuk dapat

    berkomunikasi dengan antar service tanpa perlu saling ketergantungan.

    iv. Prinsip 4 : Inti sari service berdasarkan logika

    Satu satunya bagian dari service yang terlihat di dunia luar pada

    penerapan pendekatan SOA merupakan hal hal yang ditampilkan

    melalui kontrak service tersebut. Logika dasar yang melampui hal tersebut

    dinyatakan ke dalam deskripsi yang terdiri dari kontrak yang tidak nyata

    dan tidak relevan dengan permintaan dari service tersebut.

  • 12

    v. Prinsip 5 : Decomposition Service

    Penggunaan SOA menyebabkan service dapat menyusun service yang

    lain. Hal ini memungkinkan logika yang dapat digambarkan pada tingkat

    granularity yang berbeda dan mempromosikan penggunaannya kembali

    serta penyusunan dari inti sari yang berada pada layer.

    vi. Prinsip 6 : Service bersifat otonomi

    Logika yang menggunakan pendekatan SOA dipengaruhi oleh sebuah

    service yang diletakan pada sebuah batasan yang tidak dapat dilihat.

    Service tersebut akan mengontrol batas tersebut dan untuk

    mengeksekusinya tidak perlu bergantung dengan service lain.

    vii. Prinsip 7 : Service bersifat stateless

    Service yang berbasiskan SOA tidak harus membutuhkan pengaturan

    informasi state. Hal ini dikarenakan state tersebut dapat menghalangi

    kemampuan service untuk bergabung atau berintegrasi.

    viii. Prinsip 8 : Service tidak terdeteksi

    Service yang dirancang harus dapat memungkinkan deskripsi

    mengenai diri service sendiri di dalam sistem yang telah menerapkan SOA

    untuk dapat menemukan servicenya tersebut dan dapat dimengerti oleh

  • 13

    manusia dan pemohon service tersebut yang dapat menggunakan logika

    dalam service tersebut.

    2.3 Service Oriented Modeling and Architecture (SOMA)

    Sebagai metode pengembangan perangkat lunak lifecycle untuk

    mengembangkan solusi berbasis SOA, atau solusi dengan menggunakan prinsip

    berorientasi layanan, SOMA mendefinisikan teknik kunci dan menjelaskan peran

    pada sebuah proyek SOA dan Work Breakdown Structure (WBS). SOMA sendiri

    dikemukakan oleh IBM (IBM Global Services, 2004, p2-3). WBS meliputi tugas,

    input dan hasil output, serta prescriptive guidance yang diperlukan untuk rincian

    analisis, desain, implementasi, dan deployment of services, komponen, dan flow yang

    dibutuhkan untuk membangun lingkungan SOA kuat dan dapat digunakan kembali.

    Metode SOA dalam SOMA meliputi tujuh fase utama ditunjukkan pada Gambar 2.1.

    Fractal phases menjelaskan kapabilitas yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan

    dalam berbagai situasi. SOMA mengaplikasikan metode komponen dengan cara

    rekursif kepada dirinya sendiri dalam rilis kecil atau siklus iterasi, dan juga fokus

    pada pengelolaan resiko teknis dan menghasilkan perangkat lunak yang berguna

    secara bisnis.) Realisasinya, sebagai contoh pengembangan semua tahap. Tidak ada

    urutan yang baku. Dalam fractal model, fase akan terdiri dari kapabilitas yang

    mungkin dipergunakan oleh fase lainnya. SOMA memberikan dukungan dan

    hubungan terhadap dua aspek utama pengelolaan: desain-waktu dan tata olah

    runtime.

  • 14

    2.4 Fractal Model untuk Pengembangan Perangkat Lunak

    SOMA terdiri dari beberapa pola yang mewakili kemampuan teknik untuk

    diterapkan ke dalam metode. Setiap isi pola dijalankan atau diterapkan ke dalam

    semua tahap dalam SOMA dengan tingkat elaborasi dan presisi yang berbeda.

    Sebagai salah satu contoh, dengan membuat paparan keputusan berdasarkan pada

    informasi yang kita tahu tentang services selama identifikasi dan kemudian kita

    gabungkan dan sempurnakan paparan keputusan di fase spesifikasi ketika kita tahu

    lebih banyak tentang persyaratan nonfunctional dari services. Contoh kedua adalah

    dengan menganalisa aset yang ada ke dalam fase identifikasi untuk mengidentifikasi

    sistem serta fungsi sistem yang dapat dimanfaatkan dalam pemberntukan services,

    serta diperluas lebih lanjut mengenai analisis dalam fase spesifikasi untuk

    mengidentifikasi komponen-komponen yang ada dan objek dan operasi yang dapat

    dipergunakan kembali untuk mewujudkan services. Dan sebagai contoh ketiga, model

    dibuat berdasarkan dependensi antar services yang didefinisikan ke dalam portofolio

    services dimana selanjutnya dependensi antar services dengan komponen dan fisik

    sistem diuraikan dan diidentifikasi untuk mewujudkan services.

  • 15

    Gambar 2.1 Fractral Model Development Software (A. Arsanjani, 2008, p382)

    Prinsip dari pengembangan perangkat lunak fraktal adalah iterasi berturut-

    turut. Konsep siklus pengembangan iteratif dan incremental kehidupan telah ada

    untuk waktu yang lama. Fokus pada prioritas dan mitigation faktor risiko dalam

    rangka menjamin kualitas produk dari solusi. Ini berakar dalam model spiral

    pengembangan perangkat lunak oleh Boehm. Iterasi yang berurutan dihubungkan

    dengan gagasan evolusi services dan menyiratkan fokus tidak hanya pada risiko yang

    terkait dengan implementasi, tetapi juga dengan dependensi yang terkait dengan

    portofolio services sebagai evolusi services dalam lifecycle.

    2.5 SOMA Lifecycle

  • 16

    Siklus SOMA mengilustrasikan urutan proses dalam pelaksanaan metode

    SOMA dengan business proses yang ada.

    Gambar 2.2 SOMA Lifecycle (A. Arsanjani, 2008, p383)

    2.5.1 SOMA Step 1 : Business Modeling dan Transformasi

    Tahapan pertama dari metodologi SOMA ini, kondisi proses bisnis sekarang

    dimodelkan, simulasi, dan dioptimalkan, dan area fokus transformasi diidentifikasi

    yang akan mendorong serangkaian proyek selanjutnya menggunakan serangkaian

    tahapan yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 dimana hasilnya akan membentuk proses

    bisnis baru yang merupakan hasil dari Business Process Reengineering.

    Menurut Michael R dan Boris L (Applied SOA) Business process modeling

    dapat dilakukan dengan penggunaan Value Chain, process diagram dan use case

    diagram. Pembahasan Teori mengenai Value Chain, process diagram dan use case

  • 17

    terdapat pada sub bab ini. Untuk pemilihan prioritas dari business component, IBM

    (2005) merekomendasikan dapat menggunakan Component Business Model yang

    dijelaskan pada sub bab 2.5.1.1.

    2.5.1.1 Component Business Model

    Komponen model bisnis menawarkan pendekatan yang terbukti

    mengarahkan secara fokus baik secara internal maupun eksternal. Secara

    internal, komponen membantu perusahaan-perusahaan memikirkan kembali

    pengaruh yang dapat terjadi dengan aset dan kapabilitasnya sendiri. Secara

    eksternal, komponen membantu perusahaan untuk mendokumentasikan

    kapabilitas secara spesifik dimana tidak dapat terbentuk dengan sendirinya.

    Ini adalah komponen industri tertentu dimana perusahaan tidak dapat

    menciptakan sendiri (Misalnya perusahaan dapat membuatnya dengan

    bantuan perusahaan eksternal atau organisasi publik). Menggabungkan jenis

    spesialisasi memungkinkan perusahaan untuk mendefinisikan kembali posisi

    kompetitif mereka dalam menghadapi perubahan besar dalam industrinya,

    sementara secara bersamaan mendapatkan keuntungan persaingan secara

    skala, fleksibilitas dan efisiensi. CBM memungkinkan perusahaan untuk

    mengevaluasi tujuan dan strategi perusahaan untuk mengambil keuntungan

    secara simultan dari internal dan eksternal spesialisasi. Tanpa meningkatnya

    kompleksitas, model ini memungkinkan organisasi untuk memperluas dan

    berkembang sekaligus mengurangi risiko, mendorong kinerja bisnis,

  • 18

    meningkatkan produktivitas, mengendalikan biaya dan meningkatkan efisiensi

    modal dan prediktabilitas keuangan.

    Gambar 2.3 Component Business Diagram (George Pohle, 2005, p7)

    2.5.1.2 Use Case Diagram

    Menurut Whitten et al. (2004, p271), use case diagram adalah diagram

    yang menggambarkan interaksi antara system, external system dan user.

    Dengan kata lain, digram ini menjelaskan siapa yang akan menggunakan

    sistem tersebut dan bagaimana cara user tersebut berinteraksi dengan sistem.

    Gambar 2.4 Use Case Diagram (Joseph Schmuller, 1999, p385)

    2.5.1.3 Value Chain

  • 19

    Menurut Michael, R. (2008, p125), value chain pertama kali

    dipopulerkan oleh Michael Porter dan diagram ini biasanya digunakan untuk

    menggambarkan proses bisnis utama dari suatu organisasi dan manajemen

    bisnis perusahaan yang terbagi menjadi dua bagian yaitu aktivitas utama dan

    aktivitas pendukung.

    Gambar 2.5 Porters Diagram of Value Chain (Michael, R., 2008, p125)

    2.5.1.4 Process Diagram

    Process Diagram digunakan untuk menggambarkan satu tingkat lebih

    detail dari proses bisnis utama dimana user dan proses dibuat detail untuk satu

    alur proses pekerjaan dan kemungkinan yang dapat terjadi. Skenario yang

    terjadi tersebut yang menggambarkan satuan proses bisnis dari suatu bagian

    kegiatan. Contoh process diagram yaitu sebagai berikut :

  • 20

    Gambar 2.6 Process Diagram (R. Mike, 2008, p510)

    2.5.2 SOMA Step 2 : Manajemen Solusi

    Tahapan kedua dari metodologi SOMA ini, solusi SOA biasanya mencakup

    beberapa jenis solusi di dalamnya. Hal ini karenakan services diidentifikasi dan

    ditetapkan selama fase awal SOMA yang dapat direalisasikan dalam fase berikutnya

    SOMA dalam skenario yang berbeda, seperti pengembangan secara kustomisasi,

    legacy integration dan transformasi, serta integrasi paket aplikasi.

    SOMA dirancang untuk mendukung solusi SOA dalam mengatur kegiatan

    dan bimbingan yang khusus untuk implementasi setiap jenis solusi di atas. Dalam

    metode SOMA, berisi metode umum untuk semua jenis solusi SOA yang dipisahkan

    dari konten metode variabel dimana bergantung pada jenis solusi yang spesifik.

    Metode variabel konten yang spesifik untuk masing-masing jenis didefinisikan dan

    externalized sebagai template metode yang disebut solution template. Pada saat

  • 21

    realisasi keputusan untuk pembuatan services biasanya menemukan pilihan jenis

    solusi yang dibutuhkan untuk membangun solusi SOA bagi klien. Kegiatan dan tugas

    dari solution template yang terpilih dimasukkan ke dalam poin ekstensi standar pada

    metode SOMA untuk menyediakan suatu proses yang komprehensif untuk proses

    pengabungan dan realisasi. Secara keseluruhan tahapan kedua ini terdiri dari tiga

    bagian yaitu pembentukan project management activities, pemilihan solution

    template, dan diskusi pemilihan metode untuk dipergunakan.

    2.5.3 SOMA Step 3 : Identifikasi

    Tahapan ketiga dari metodologi SOMA ini, berkaitan dengan identifikasi dari

    tiga fundamental dasar SOA: services, components, dan flows. Praktek terbaiknya

    adalah dengan menggunakan seperangkat teknik identifikasi services yang saling

    melengkapi. Mengandalkan suatu teknik tertentu cenderung menghasilkan

    serangkaian services yang tidak lengkap. Informasi diawal sangat penting dalam

    pengembangan lifecycle, sering kali menjadi solusi atas pembiayaan yang lebih besar

    pada service lifecycle nanti dimana juga memerlukan upaya yang lebih besar pada

    service refactoring. Selain itu, ini sering mengarah kepada kegagalan dalam

    mengidentifikasi dependensi antar servis diawal, yang berdampak pada perencanaan

    realisasi dan penyelesaian proyek.

    Rekomendasinya adalah dengan mulai dari penyelarasan services dengan

    tujuan bisnis, yang disebut dengan Goal Service Modeling (GSM). Hal ini sejalan

    antara eksekusi IT dengan business drivers, imperatif, dan tujuan yang sama halnya

  • 22

    dengan pemantauan dan pengelolaan ruang lingkup pemodelan proses bisnis lebih

    lanjut dan analisis aset.

    Tahap identifikasi SOMA adalah proses identifikasi calon services dan

    menciptakan portofolio services bisnis-blok services TI yang secara kolektif

    mendukung proses bisnis dan tujuan organisasi. Hal ini dilakukan melalui proses

    penilaian fungsi yang ada untuk melihat apakah dapat ditempatkan dalam pemodelan

    services, dan dengan menentukan kapabilitas IT yang hilang dimana akan diperlukan

    untuk mendukung penyelarasan strategi bisnis, tujuan, dan proses.

    Gambar 2.7 Goal Service Modelling (A. Arsanjani, 2008, p386)

    2.5.4 SOMA Step 4 : Spesifikasi

    Tahapan keempat dari metodologi SOMA ini, SOA dirancang. Rancangan

    tingkat tinggi sama halnya dengan bagian-bagian penting dari rincian desain

    komponen service diselesaikan dalam fase ini. Selama fase spesifikasi, pemanfaatkan

    aset yang ada dan penggabungan services, flows, dan komponen dari tahap

    identifikasi secara iteratif dan inkremental untuk membantu pencapaian realisasi

  • 23

    keputusan. Model services akan dibahas lebih lanjut dalam hal dependensi antara

    services, flows dan komposisi, event, peraturan dan kebijakan, operations, dan pesan.

    Dalam melakukan spesifikasi, diperlukan fokus pada desain pesan services

    yang meliputi input, output, dan pesan kesalahan. Untuk menghilangkan beberapa

    transformasi data pada lapisan services, praktik terbaiknya adalah dengan

    menggunakan model pesan umum yang disetujui semua pihak. Model ini

    mendefinisikan aliran pesan dalam lapisan services. Dalam canonical message model,

    pemilihan format pesan (misalnya, Extensible Markup Language atau record fixed-

    length) dan pendefinisian set tipe, elemen, dan atribut yang mewakili entitas bisnis

    dan atribut bisnis masing masing pesan. Jenis pesan yang digunakan sebagai

    pembatas untuk input, output, dan pesan kesalahan untuk services. Spesifikasi model

    services dan analisa subsystem secara sederhana dibentuk ke dalam Domain Model.

    Refactoring dari aset dan kode yang ada sebagai persiapan untuk membuat

    keputusan tentang bagaimana realisasi services yang diberikan harus dengan

    pemikiran yang cermat dan matang. Analisis antarmuka sistem dan parameter

    masukan dan keluaran dari sistem yang ada serta pemetaan yang baik dan terarah

    pada services untuk transaksi aplikasi tertentu atau proses batch. Pemetaan

    menyimpulkan suatu rangkaian potensi realisasi keputusan untuk SOA tersebut.

    Pemanfaatan aset yang ada melalui refactoring dan pemetaan ke services adalah

    aspek kunci dari orientasi services. Sebagai contoh, diperlukan identifikasi duplikasi

    kode, kode yang tidak terstruktur, dan kode yang tidak terpakai sebelum

  • 24

    dirasionalisasi dan enkapsulasi fungsionalitas yang terpapar sebagai services bersama

    antar channels.

    Gambar 2.8 Domain Model (Craig Larman, 2002, p129)

    2.5.5 SOMA Step 5 : Realisasi

    Tahapan kelima dari metodologi SOMA ini memerlukan validasi keputusan

    realisasi dengan mengeksplorasi kelayakan teknis yang bertujuan untuk

    melaksanakan keputusan arsitektur dan faktor risiko tertinggi proyek melalui

    prototipe extensible yang dirancang dan dikembangkan sebelumnya. Selection awal

    dikembangkan dan instantiation pola merupakan dasar untuk realisasi SOA yang

    berhasil dan berulang. Pemilihan kategori pola yang sesuai untuk menangani

    beberapa masalah domain termasuk pola pelayanan informasi untuk realisasi

  • 25

    informasi, Enterprise Service Bus (ESB) pola untuk skenario integrasi, dan pola

    aturan untuk realisasi aturan. Tahapan pengambilan keputusan dan proses percobaan

    dapat disederhanakan ke dalam tahapan prototyping, di samping itu detail layer SOA

    tergambarkan lewat SOA Reference Architecture.

    2.5.6 SOMA Step 6 : Implementasi

    Tahapan keenam dari metodologi SOMA ini, mulai dilakukan pembentukan

    servis servis yang sudah didefine sebelumnya dan semua servis dinaikkan ke tahap

    testing dimana unit test yang bertugas seperti Quality Control / Quality Assurance

    dan Developer melakukan testing terhadap servis yang ada. Tidak dilupakan untuk

    testing sistem integrasi dengan pihak luar jika ada dan sistem secara keseluruhan

    dapat dipastikan berjalan lancar dimana dapat digabungkan dalam tahapan Unit

    Testing.

    2.5.7 SOMA Step 7 : Deployment, Monitoring dan Management

    Tahapan ketujuh dari metodologi SOMA ini, mulai dilakukan deployment

    terhadap semua services ke tingkat production setelah dilakukan application

    acceptance test dimana user melakukan testing secara keseluruhan dan memberikan

    tanda bahwa proses sistem berjalan benar. Setelah deployment services, perlu

    dilakukan monitoring akan proses dan perfoma stabilitas sistem.

    2.6 Web Services

  • 26

    Web Service merupakan sebuah sistem perangkat lunak yang didesain untuk

    mendukung interaksi operasi mesin-ke-mesin melalui jaringan. Memiliki antarmuka

    yang dijelaskan dalam format mesin yang dapat diproses (Web Services Description

    Language / WSDL). Sistem lain berinteraksi dengan web service dengan cara yang

    ditentukan oleh deskripsi menggunakan pesan SOAP, biasanya disampaikan

    menggunakan HTTP dengan serialisasi XML dalam hubungannya dengan standar

    Web-terkait lainnya. Web Service biasanya menggunakan Extensible Markup

    Language (XML) pesan yang mengikuti standar SOAP dan telah populer dengan

    perusahaan tradisional. Dalam sistem seperti itu, sering kali ada deskripsi dapat

    dibaca oleh mesin operasi yang ditawarkan oleh layanan ditulis dalam Web Services

    Description Language (WSDL)

    2.7 Penggunaan Service Berulang

    Penggunaan Berulang merupakan salah satu keuntungan SOA dimana

    perusahaan dapat menekan biaya yang tidak diperlukan. Penggunaan kembali pola

    teknik bisa digunakan untuk model driven architecture (MDA), model-driven design

    (MDD) dan penggunaan dalam dekomposisi model industri.Arsitek akan membentuk

    business services baru dan melakukan peningkatan pada business services yang ada

    dengan penggunaan kembali model dan pola yang sudah ada. Pendekatan lainnya

    disebut "aset analisis yang sudah ada" Analisis aset merupakan suatu pendekatan

    yang digunakan untuk memeriksa aset seperti aplikasi warisan yang ada dan

    menentukan leverage untuk mewujudkan fungsi layanan. Ketika transisi ke SOA,

  • 27

    khususnya, ada empat area sistem warisan untuk mempertimbangkan menggunakan

    kembali dan mengubah yang logika fungsional itu sendiri, aturan bisnis legacy dalam

    logika fungsional, alur kerja fungsi, dan data antarmuka. Dengan bermigrasi aset

    warisan ke layanan reuseable, itu akan mengendalikan jumlah besar waktu, tenaga

    dan biaya yang telah diinvestasikan oleh perusahaan menjadi sesuatu yang reuseable

    sekarang dan ke masa depan

    2.8 Customer Service

    Customer Service adalah suatu rangakain kegiatan yang dirancang untuk

    meningkatkan nilai kepuasan pelanggan yang meliputi tingkat kepercayaan dan

    informatif. Dari sudut pandang bisnis, Customer Service memberikan pengaruh yang

    cukup penting dalam meningkatkan pendapatan dari suatu perusahaan atas barang

    atau jasa yang dijual kepada konsumen.

    2.9 Insurance

    Asuransi adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu bisnis

    perlindungan keuangan yang meliputi Jiwa, Property, Kesehatan, dan lain

    sebagainya. Bentuk perlindungan yang ditawarkan meliputi jaminan ganti rugi atas

    segala jenis kejadian seperti kematian, kehilangan, kerusakan, sakit dan lain

    sebagainya dengan syarat adanya jaminan pembayaran premi secara berkala yang

    dilakukan oleh tertanggung kepada pihak penanggung.

  • 28

    2.10 Life Insurance

    Asuransi jiwa atau yang biasa disebut juga dengan polis asuransi jiwa, adalah

    sebuah bentuk bisnis dimana perusahaan asuransi / penanggung wajib untuk

    membayar manfaat atas kematian orang yang diasuransikan / tertanggung. Asuransi

    Jiwa diberikan untuk perorangan maupun kumpulan dan diberikan daman bentuk

    polis. Asuransi Jiwa terbagi ke dalam 3 jenis :

    a. Asuransi Jiwa Berjangka

    Asuransi Jiwa Berjangka memberikan manfaat kematian jika tertanggung

    meninggal dalam suatu jangka waktu tertentu.

    b. Asuransi Jiwa Tetap (Seumur Hidup)

    Asuransi Jiwa Tetap memberikan pertanggungan asuransi jiwa seumur hidup

    bagi tertanggung dan juga memiliki unsur tabungan. Sejalan dengan premi

    yang dibayarkan untuk polis ini, maka jumlah tabungan terakumulasi

    disebut nilai tunai polis yang terkumpul secara bertahap.

    c. Asuransi Jiwa Dwiguna

    Asuransi jiwa Dwiguna memberikan mafaat polis yang dibayar pada saat

    tertanggung meninggal atau pada tanggal yang ditentukan jika tertanggung

    masih hidup sampai dengan tanggal tersebut.