welcome to repository civitas ugm - repository civitas ugm · tinjauan pustaka testosteron adalah...
TRANSCRIPT
........
LAPOR AN PENELITIAN
• ~ r
ANALISIS KROMATOGRAFI LAPISAN TIPIS JAMU-JAMU YANG DIDUGA MENGANDUNG HORMON TESTOSTERON
OLEH :
ACHMAD SUWIJIYO
DIBIAYAI OLEH :
. : { ~
Proyek Pengembangan llmu Pengetahuan dan Teknologi Direktorat Binlitabmas, Ditjen Dikti
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dengan Surat Kontrak Penelitian :
No. 517/PIT/DPPM/436/1985 tanggal 11 Pebruari 1985
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN.
I 9 8 6
.. ~'
;,_, .
.... ' .. ··-·· 1 • 1
···1c
I
I I
-11-
KATA PENGANTAR
Fuji syukur kami panjatkan kehadlirat Allah s.w.t yang karena rahmatNya maka penelitian ini dapat selesai sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Penelitian ini berjudul " Analisis Khromatografi LapisanTipis Jamu-jamu yang Diduga Mengandung Hormon Testos teron" b:ertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hormon Tes tosteron didalam jamu yang beredar di Indonesia, yang khu susnya oleh pabrik pembuat dimaksudkan untuk : - menambah vitalitas dan tenaga kaum l~laki; memberi keku atan dan kesegaran tubuh; menambah keharmonisan rumah tang ga bagi pria yang telah menikah; menambah tenaga/kekuatan untuk membina kerukunan hidUIP suami isteri; dan lain tuju an yang seirama-.
Seperti diketahui banyak jamu-jamu yang beredar dipa saran mempunyai khasiat untuk menambah kesegaran tubuh , dan khususnya ditekankan pada efek aprodiasiaka. Hal ini ~tuliskan pada kertas pembungkus/kemasan -setiap bungkus jamu dengan segala variasi pengungkapannya. Khasiat ini sangat menyerupai dengan pengaruh yang d1perl1hatkan oleh hormon testosteron. Mengingat hal itu, dikhawatirkan bahwa jamu-jamu yang ber edar di pasaran sangat mungkin.mengandung hormon testoste ron. Kalati memang demikian keadaan ini sangat berbahaya ba gi manusia, karena pada pemakaian yang tidak terkontrol akan timbul dampak negatif seperti gangguan sistem hormonal, carcinoma dan lain-lain.
Pengamatan dilakukan dengan analisa khromatografi la pisan tipis dengan melihat bercak yang timbul dar1 jamu yang diperiksa dibandingkan dengan bercak dari metil testosteron standart atau metil testosteron yang terkandung didalam suatu sediaan tablet.
Hasil penelitian ini dapat merupakan informasi positif ke pada masyarakat,khususnya bagi Departemen Kesehatan Republik Indonesia terutama dalam mencegah efek samping yang dapat ditimbulkan akibat pemakaian jamu tradisional.
., '
l ·~ .. l ' l
- 111 -
Tidak lupa dengan selesainya penelitian ini kami sam paikan terima kasih kepada :
- Pimpinan Proyek Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekno logi Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Repu blik Indonesia
- Dekan Fakultas Farmasi UGM
- Semua pihak yang telah membantu di dalam mewujudkan pe-nelitian ini,
dengan harapan : semoga penelitian ini dapat bermanfaat ba gi peneliti, masyarakat, nusa dan bangsa.
-iv-
DAFTAR ISI
Bidang ilmu ••••••••••••••••• ·• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • i
Ka ta pengan tar • • • • • •. • • • • • • • • • • • • • • • • • • •.• • • • • • • • • • • • 11
Daf'tar is1 ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• 1v
In t1sa.r1 • • • • • • • • • •. • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •. • • • • • • • • • • v
BAB I. Pendahuluan ••.•••••••••••••••••••••• •·•....... 1
BAB II.Tinjauan pustaka •••••••••••••••••••••••••••• 5
BAB III.Metodologi •••••••••••••••••••••••••••••••.•• 21
Bahan dan alat •••••••••••••••••••••••••••. 21
Jalannya penelitian ••• •• •••••.•••• •·• •• •• •.• 22
Ana11sa basil • •·•·• ................... •·•·• ••••••• ,. • 23
BAB IV. Hasil dan pembahasan ••••••••••••••••••••••• 24
Pengambilan sampel ••••••••••••••••••••••• 24
Pemilihan metode penyarian ••••••••••••••• 25
Penyarian dengan petroleum eter dilanjut-
kan dengan etanol •••••••••••••••••••••••• 26
Penyarian langsung dengan etanol ••••••••• 32
Percobaan Khromatograf'i Lapisan Tipis • ••• 32
Deteksi ••••••••••••••••• •• ••••••• •• •·•.... 33
Penetuan ada tidaknya bercak jamu yang i
dentik dengan metil testosteron •••••••••• 39
BAB V. Kesimpulan dan saran • • • • • • • •. • • • • • • • • • • • • • • • • 41
Daf'tar pustaka ••••••••••••••••••••••••••••••••••••• 42
.1
-v-
INTISA.RI
Telah dilakukan peneli tian beberapa macu jenis ja
mu penambah vi tali tas lelaki yang beredar d1 Indonesia.
Sampel dikumpulkan dari beberapa kota d1 Indonesia : Ja -
kar.ta, Ba.ndung, .Purwokerto, Semarang, Yogyakarta, surabaya
dan Denpasar. Jumlah j enis sampel yang berhasil diperoleh
sebanyak 25 macam.
Pengujian dilakukan dengan menyari sampel terlebih
dulu dengan berbagai pelarut : Petroleum eter dan etanol,
dan· kemudian dilanjutkan dengan uji KLT·. Fase diam yang d1
pakai ialah Silika Gel GF 254, sedang fase geraknya diguna
kan beberapa macam pelarut : Bensena, bensena-etil asetat,
dikhloretana, heksana dengan berbagai variasi perbandingan.
Deteksi bercak dikerjakan dibawah sinar UV 254 nm dan UV
366 nm, dan kemudian dengan pereaksi anisaldehid-asamsulfat
dibandingkan dengan metil testosteron standart, dan jamu
yang sengaja ditambah metil testosteron •. Data hasil diana
lisis secara kualitatip berdasarkan harga Rf dan warna ber
cak yang timbul dibawah UV 254nm dan UV 366 nm, dan setelah
disemprot dengan pereaksi anisaldehi..d-a.sam sulfat.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa : metil testos
teron dapat dianalisis secara KLT setelah disari dengan e
tanol. Untuk itu diperlukan fase diam : silika Gel GF 254,
fase gerak : campuran bensena-etilasetat (85 : 15).
Selain itu dari semua jenis sampel yang diuji dengan meng
gunakan metode tersebut diatas, tidakmengandung metil tes
tosteron.
- 1 -
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan industri jamu di Indonesia dewasa ini cu kup menggembirakan. Perkembangan ini meliputi kuantitas ja mu yang diproduksi, macam bentuk sediaan,.komposisi formulas!, sampai pada bentuk kemasan yang digunakan. - kuantitas jamu : hal ini dapat dilihat jelas dengan sema
kin banyaknya macam jamu dengan masing-masing khasiatnya yang diproduksi oleh pabrik jamu yang juga terus berkembang jumlahnya.
- macam bentuk sediaan : ada beberapa macam bentuk sediaan yang ada di pasaran dewasa ini, seperti : serbuk (dengan jumlah yang paling banyak), pil, tablet, kapsul, dan ben tuk cairan didalam botol.
- komposisi tormulasi : untuk setiap jamu yang mempunyai ke gunaan yang sama memperlihatkan komposisi formulasi yang bervariasi, baik jenis tanaman maupun persentase masing masing komponen bahan didalam sediaan. Pada umumnya, setiap sediaan mengandung : cortex, fructus, folia, rhizoma, herba, radix, disamping bahan lain yang mungkin ditam bahkan.
- bentuk kemasan : jamu-jamu yang beredar di pasaran disajikan dalam bentuk kemasan yang beraneka ragam, baik jenis maupun warna kemasan yang sangat menarik. Sediaan serbuk misalnya, ada yang dikemas de.ngan kertas, tetapi banyak pula yang dimasukkan dalam kantong dari aluminium toil. Maksud pengemasan ini adalah untuk menjaga stabili tas serbuk komponen terhadap pengaruh luar, disamping pu la untuk menambah daya tariknya.
Dilain pihak, konsumen pemakai jamu terutama masyarakat pedesaan juga meningkat. Kepercayaan masyarakat dalam menggunakan jamu tradisional masih tetap menancap kuat,mes kipun pengadaan obat modern terus berjalan dalam kuantitas yang semakin besar. Hal ini berarti bahwa sumper-sumber sim plisia nabati yang terdapat di tanah air mempunyai potensi
- 2-
yang cukup besar sebagai penunjang kesehatan masyarakat.
Pada wawmya sebagian besar masyarakat ( terutama pada lapisan ekonollli menengah-kebawah) memilih penggunaan jamu di
dasarkan pada beberapa macam pertimbangan, seperti :
1. Kepercayaan masyarakat terhadap pengalaman para leluhur dalam pemakaian obat tradisional sebagai sarana penunjang kesehatan.
2. Kemantapan dan kebanggaan masyarakat akan pemakaian ja mu sebagai milik nasional yang mempunyai ciri khas Bang sa Indonesia.
3. Harganya relatif terjangkau oleh sebagian besar masyara kat.
4. Sampai saa t ini tidak ada laporan yang mengungkapkan adanya efek samping yang berarti.
5. Adanya suatu bukti khasiat yang dirasakan masyarakat setelah memakan jamu.
Mengingat akan hal tersebut diatas, perhatian pemerintah terhadap penelitian, pengembangan, pengadaan dan penataan distribusi sediaan jamu terus dikembangkan, mencakup:
- Keamanan penggunaan jamu. Seperti dik.etahui, komponen jamu adalah simplisia·nabati. Kandungan yang ada bermacam-macam seperti minyak atsiri, alkaloida, glukosida, senyawa-senyawa sterol, zat pahit, enzim, vitamin dan masih banyak yang lain. Dari sekian macam kandungan itu, beberapa menunjukkan khasiat yang keras, dilihat dari segi toksisitasnya. Untuk itu usaha pemerintah dalam mendapatkan komposisi jamu yang mempunyai segi keamanan tinggi adalah· dengan mengadakan selek si terhadap tumbuh-tumbuhan yang berbahaya.
- Pembuktian khasiat. Dalarn bidang pengobatan, penggunaan senyawa kimia sebagai zat berkhasiat dalam suatu bentuk sediaan seperti tablet, sirup dan lain-lain, mempunyai keuntungan yaitu: adanya gambaran yang pasti tentang efek farmakodinamik yang d1 tuju, dosis yang dipakai, dan aturan pakai yang dipersya ratkan. Lain halnya dengan pemakaian jamu/obat tradisio-
- 3-
nal yang terdiri dari preparat nabati. Masalah yang timbul adalah : banyaknya spesies tumbuh-tumbuhan, adanya faktor tempat tumbuh, umur tanaman· terhadap kandungan ki mia serta relatif masih sedikitnya kepasti-an secara ilmi ah terhadap khasiat tanaman obat. Kesemuanya itu mendo -rong pemerintah untuk memikirkan lebih dalam tentang fitoterapi, yang lebih menekankan tentang pembuktian khasi at tanaman secara pasti berdasarkan data ilmiah yang metodologis, baik percobaan invitro (skrining fitokimia) , sampai in-vivo.
-Penyempurnaan bentuk sediaan. Pada umumnya o bat tradisional yang beredar sekarang ini dibuat langsung dari bahan nabati yang terlebih dulu digerus halus. Pemakaiannya bisa langsung dimakan atau dapat pula disedu dalam air, baru diminum. Terutama pada pe makaian cara pertama, disamping kandungan kimia tanaman, ikut pula terminum bagian tumbuhan lain yang tidak bergu na. Untuk menghindari hal ini, usaha yang dapat dilaku -kan adalah dengan menjadikan komponen jamu lepas dar1 si sa tanaman yang tidak berguna, misalnya di bua t ekstrak. Untuk mewujudkan langkah penyempurnaan sediaan ini, banyak langkah yang telah diambil pemerintah.
-Pengawasan dalam pengadaan, produksi dan distribusi. Dalam hubungannya dengan produksi jamu, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, lewat Direktorat Jendral Penga wasan Obat dan Makanan telah mengeluarkan peraturan khusus tentang tata cara produksi jamu di Indonesia, antara lain adanya ketentuan larangan penambahan zat aktif yang berasal dari senyawa kimia pada obat tradisional. Misalnya menambahkan preparat analgetik antipiratik (paraceta mol, acetosal atau yang lain) pada serbuk jamu. Demikian pula halnya dengan jamu penguat, yang sangat mungkin di
campur dengan harmon testosteron, seperti metil testoste ron. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, masalah ini ha
- 4-
rus mendapat penenganan yang serius sebab penggunaan hormon testosteron yang tidak terkont~l dapat mengakibatkan efek samping yang membahayakan manusia. Bahkan d1 beberapa negara maju seperti: Kanada, Inggris, Amerika Serikat, Perancis akhir-ak.hir ini melarang beberapa macam obat yang diantaranya mengandung testosteron dan turunannya.
Penelitian mengenai khasiat jamu saat ini terus diga lakkan, dan sebaiknya harus pula diikuti dengan pengamatan efek sampingannya secara ilmiah metodologis. Hal ini akan bermanfaat karena dapat menghindarkan kerugian yang diderita oleh para konsumen jamu yang sebagian besar adalah ma syarakat pedesaan. Khususnya mengenai jamu-jamu penguat , apabila dapat diketahui dengan pasti ada-tidaknya senyawa kimia lthususnya hormon testosteron didalam ramuan, maka d1 satu pihak dapat merupakan informasi yang positif bagi De partemen Kesehatan Republik Indonesia, dan dilain pihak da pat menghindarkan masyarakat dari bahaya efek samping jamu.
\
- 5 -
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Testosteron adalah hormon lelaki hasil produksi testis yang bekerja memacu pertumbuhan genital lelaki dan me nentukan karakter seksual sekunder laki-laki (Robert P., 1977). Merupakan suatu steroid dengan inti cyclopentan -perhidrophenantren dengan gugus keton pada posisi 3 dan gugus alkohol sekunder pada posisi 17. Berupa kristal putih, tidak larut dalam air, larut dalam solven /pelarut lemak. Dihasilkan oleh sel-sel Leydig, sel interstisiel testis. Biosintesanya berasal dari cholesterol seperti di gambarkan dalam skema di ha.laman 6. Sekresi testosteron mencapai 5 sampai 10 mg setiap hari pa da laki-laki dan 0,5 mg pada wanita. Pada pemakaian dosis yang cukup, testosteron menghalangi sekresi FSH (Folicel Stimulating Hormon) dan memacu· atrophi testiculaire (re -duksi tube seminifere, degenerasi elemen intraseluler, fi brose peritubuler) dan mengacaukan sekresi endogen. Penga ruhnya pada alat glandula, testosteron menyebabkan hyperplasi sel-sel glandula prostat,_menaikkan berat dan sekre si vesicula seminalis sesuai dengan dosis yang diberikan. Pada orang dewasa, testosteron memperbesar ukuran penis, menaikkan frek,ensi ereksi dan menjadi penyebab kontraksi scrotum dalam keadaan dingin. Aksinya dalam anabolisme protein, hormon ini menaikkan be rat skelet, menyebabkan retensi nitrogen dan mengurangi a mina dalam darah. (Schmitt H.,l976).
· Farmakodinamika testosteron.
fraksi .bebas testosteron masuk dalam c
-...........--....,--AJH 3 n OH
0 4 O 4 I 6 Testoateron H Androstanolon
Gambar l;Hormon testo§teron dan bentuk aktifnya.
0 -L___R
'1- I OH
; 0"
~ 1\) ••
~ H.., HO ..
I ~ ! HO ...
! Cholesterol
. . 1H3 ~0
0 0"
Debidroandrosteron Androstenedioy 5 "'Andro st .1 z en 3on ~ ~H3 CO-CH3 f . ~
~ I I · ~ J · .,. 0 H,P _ I . . _ 0 CD .... , I co ~--OH ("~ ~ I
i
HO H H
g ~ r:s
H .... -r 0 ~ HO
A 5-Pregnenolon
G,, Progesteron 17 o(- OH Progest.
:o-ca3 ...., t ·OH ~~ ~o
Androstenedion 17 OH Androstenedion ~ 0
'I I OH ...... , vo
0 HO
17-0H Progesterol}- Dehidroepiandrost. Testosteron Adrenosteron
I
0"\
I
0
HO_
-?-
sel-cible, ikatan rangkapnya disaturasikan oleh 5 oC-reduk tase, dan diperoleh androstanolon aktif. Yang terakhir ini terikat pada protein sitoplasmik spesifik yang mengantar sampai pada intinya. Akibatnya mendorong sintesa RNA.Akti fitasnya langsung pada otot (muscle), saluran Wolff,carti lage laryux dan sistem syaraf sentral.
Farmakokinetika testosteron. Metabolisme : dalam hati, testosterori kehilangan dua atom H pada c17 dan menghasilkan androstenedion.Lalu mengalami dua kali hidrogenasi yang berurutan, dan hidroksilasi gugus keton menghasilkan : androsteron atau dapat pula etio cholanolon. Selain itu testosteron dapat mengalami hidrogenasi langsung, dan menghasilkan : androstanediol dan etiocholanediol. Secara skematis digambarkan sebagai beri• kut :
Gambar 3: skema katabolisme testosteron.
H 0 0
Testosteron Androstenedion H H Etiocholanolon
H H
HO
H
H
____ .,..HO
OH
HO..._
A.Ddrostanediol
HO
I If
.if'- Etiocholanolon
~---~~~ 0
H !=Piandrostero;
- 8 -
Dalam urine, androsteron dan etiocholanolon dieliainasikan dalam bentuk konjugasi glukuronat d~ sulfonat.
Toksisitas dan efek samping.(Lechat P.,l978)
- pada janin, menyebabkan maskulinisasi. - pada anak-anak, mengakibatkan pubertas precoc dan menye
babkan pertumbuhan terhenti. - pada wani ta: virilisme (pilosi te, hypertrophi eli toridi-
en)
Pada penggunaan dosis yang berlebih, dapat menimbulkan oedema. Bahkan pada akumulasi dosis yang cukup besar dan ber langsung lama dapat menyebabkan timbulnya kanker.
Mengingat efek samping tersebut, maka penggunaan obat obat yang mengandung derivat hOI'f:IOn steroid anabolik saat ini sangat dibatasi di negara maju terutama Kanada dan Ing gris (Anonim, 1983).
Obat-obat yang dimaksud biasanya dipromosikan sebagai perangsang nafsu makan, untuk menaikkan berat badan dan me ngatasi kelesuan. Khasiat yang terakhir inilah yang kemudi an dipakai sebagai dasar promosi obat untuk melawan kelema han syahwat, obat kejantanan dan sejenisnya.
Pemeriksaan khromatografi lapisan tipis, testosteron terlebih dulu dapat dilarutkan (disari) dengan menggunar kan pelarut non polar seperti khloroform, eter, dikhlorometan, sedangkan deteksinya dengan sinar UV atau dengan pe
· nyemprotan pereaksi seperti : antimontriklorida, asam fos fomolibdat dan lain sebagainya. Fase_diam : silika gel GF, sedang fase geraknya : campuran kloroform,. etil asetat , petroleum eter dengan perbandingan : 50-45-5 (Nieschlag E. 1976) atau heksana- bensena- eter : 51 - 9 - 20.
- 9 -
Dilihat dari komponennya, jamu-jamu yang biasa digunakan un tuk menaikkan vi tali tas dan tenaga k~um lelaki; memberi k.e kuatan dan kesegaran tubuh; menambah keharmonisan ;rUIIlah -tangga bagi pria yang telah menikah;atau lain tujuan yang sejenis dan kemungkinan dapat dicampur dengan hormon tes -tosteron adalah jamu-jamu dengan komposisi sebagai berikut:
1. - Coptici Fructus 10% Curcumae Rhizoma 20%
- Languatis Rhizoma 20% - Zingiberis Rhizoma 15%
Zingiberis aromaticae Rhizoma 15% - Lain bahan sampai 100%.
2. - Zingiberis Rhizoma 10%
Curcumae Rhizoma 40% - Languatis Rhizoma 25%
Sindorae Fructus 15% - Lain bahan sampai 100%.
3. - Zingiberis Rhizoma 25% Coriandri Fructus 5% Curcumae Rhizoma 40% Isorae Fructus 10% Bahan lain sampai 100%.
4. - Pipernigrum Fructus - Miristicum
Cytrus hytrix D.C Parkiae Semen Bahan lain quantum satis.
5. - Melaleucae Fructus Zingiberis Rhizoma
- Foaniculi Fructus Bahan lain q. s
- 10 -
6. Fbeniculi Fructus 8% - Al;yxiae Cortex 8%
,
Retrotractri Fructus 12% - Piperis nigri Fructus 8%
Eucalypti Fructus 8% Cubebae Fructus 4% Zingiberis Rhizoma 8% Zingiberis zerumbeti Rhizoma 8% Caryophyli Folia 8% Centhella Herba 4% Coptici Fructus 2%
Eurycoma longifolia Radix 8% - Alstoniae Cortex 8% - Massoia Cortex 2%
Curcumae Rhizoma 4%.
7. Dioscoriae Tuber 4% Parkiae Semen 7% Burmanni Cortex 3%
· Eurycomae Radix 20%
Piperis nigri Fructus 4% - Alyxiae Cortex 6%
Curcumae Rhizoma 10%
Bahan lain q. s ad 100%.
8. - Retrofracti Fructus Curcumae Rhizoma Coriandri Fructus
- Alyxiae Cortex Eurycoma longifolia Radix Bahan lain q. s
nalam hubungannya dengan analisis testosteron dalam ramuan maka harus diperhatikan kandungan kimia masing-masing komponen jamu tersebut terutama senyawa-senyawa yang sejenis dengan testosteron seperti sterol, triterpen dan kemungki~ nan juga terpenoid yang lain.
- 11 -
Dari kepustakaan (Djoko Hargono,1985), diperoleh data kandungan kimia masing-masing komponen sebagai berikut :
1. Curcumae Rhizoma ( Rimpang temulawak)
Adalah rhizoma dari tanaman : Curcuma xanthorriza R. , familia : Zingiberaceae. Nama daerah : - Indonesia : temulawak ; Sumatera : Temu
lawak; Jawa : Koneng Gede, temu lawak, temo labak.
Kandungan kimia ( dalam rimpang): Kurkumin, minyak atsi ri, xantorrizol.
Kegunaan (rimpang): obat luka, pelancar ASI, peluruh ba tu empedu, pencanar dan penurun panas.
2. Languatis Rhizoma (Rimpang langkuas) Berasal dari tanaman : Languas galanga (L.) Merr.,Famili a Zingiberaceae. Nama daerah : - Indonesia : Langkuas - Sumatera : Lang
kueueh, lengkueus, kelawas, halawas, laku we, lengkuas, langkuweh, lawas - Jawa :la ja, laos - Kalimantan : langkuwas, laus -Nusatenggara : kalawasan, laja, lehwas, i sem, langkuwas, laos, hingkuase - Sulawesi : Laja, langkuwasa, aliku, lingkuwas, likui, lingkoboto, linggobo, lekui - Malu ku : Lawase, lakwasae, kourola, laawasi, lawasi, galiasa, lauwasel, logoase.
Kandungan kimia : Minyak atsiri, damar. Kegunaan : obat panu, penawar racun, pembersih darah, pe
reda kejang dan ruam kulit.
3. Zingiberis Rhizoma (Rimpang jahe) Nama tanaman : Zingiber officinale Rose., Familia : Zi
ngiberaceae. Nama daerah : - Indonesia : Jahe - Sumatera : Halia, be
uing, bahing, pege, sipode, lahia, sipadeh.
- 12 -
Kandungan kimia Minyak atsiri, jinjerol, jinjeron, z1 ngeron, resin, zat pati, gula.
Kegunaan · : peluruh dahak, obat batuk, peluruh haid, peluruh kentut,keringat, pencegah mual, penambah nafsu makan, penurun tekanan darah.
4. Zingiberis · aromaticae Rhizoma <&mpyg L.!!!PY.Y!a!•ans±_l
Berasal dari tanaman : Zing:i.ber aromaticum Val., Fam:i.lia : Zingiberaceae.
Nama daerah : - Indonesia : Lempuyang wang±,- Jawa: Lempuyang wang±, lempuyang ruum, lampu yang wangi, lempuyang emprit, lempu -yang pahit, lempojang room..
Kandungan kim:i.a : minyak atsiri, resin, pati, gula. Kegunaan : mengurangi rasa nyeri, pembersih da -
rah, penambah nafsu makan, pencegah ke hamilan dan pereda kejang.
5. Coriandri fructus (Buah Ketumbar) Nama tanaman Nama daerah
: Coriandrum sativum L.,Familia : ARiaceae : - Indonesia : Ketumbar - Sumatera : Keu
tumba, ketumeur, ketumber, hatumbar, ka
tumba, penyilang - Jawa : Katuncar, tun car, katumbar, kathombar, tumbar, penje lang.
Kandungan kimia Minyak atsiri, tanin., lendir, asam malat dan Vit8zrln A,C.
Kegunaan Biji - pelelap tidur, peluruh dahak, o-bat batuk, peluruh haid, kentut, penam- · bah nafsu makan, penyegar badan. Buah : Obat pereda, pelancar AS!, pence
· gah mual.
- 13 -
6. I so rae fructus ( Buah kavu · ulta)
Nama tanaman : Helicteres isora L~, Familia : Sterculiaceae.
Nama daerah : - Indonesia : Kayu ules - Jawa : Kayu ules, kayu mules, kayu puter, puteran, je lumpang, dlumpang, dlumpangan.
Kandungan kimia : Pigman kloroplas, asam hidroksi kar -boksilat, fitosterol, saponin, flobata -nin, gula.·
Kegunaan : Penambah nafsu makan, pelembut kulit.
7. Piperis nigri Fructus (Buah lada hi.tam)
Nama tanaman Nama daerah
: Piper nigrum L. , Familia : Piperaceae : - Indonesia : Lada hitam - Suaatera : La
da, leudeu pedih, raro, lada kecik, lada ketek, lada naseh, ladau, lade, rica jawa, lado kabon - Jawa : Lada, pedes, marica, sakong, mariyos, mrica, saang.
Kandungan kimia : Minyak atsiri, piperina (alkaloida) ,
Kegunaan
kavisina, piperetina, piperidina, minyak lemak, zat pati. Peluruh air seni, kentut, pencegah mual, penawar racun, perangsang kulit.
8. Myristicae Semen (Biji Pala)
Nama tanaman : Myristica fragans Routt), Familia Myristiceae.
Nama daerah . : - Indonesia : Pala - Sumatera : Falo, pa la, pahalo - Jawa : Pala, paala.
Kandungan kimia : Minyak atsiri, minyak lemak. Kegunaan : Pelelap tidur, peluruh kentut, pencegah
mual, penambah nafsu makan, pereda ke -jang.
- 14-
9. Parkiae Semen (Biji Kedawung)
~rama tanaman Parkia roxburghii G. Don .• , Familia :. Mimo saceae.
Nama daerah : - Kedawung - Suma tera : Alai, kedahung -Jawa : Peundeuy, kedawung.
Kandungan kimia : Glikosida, damar, tanin, sistin Kegunaan : Peluruh kentut.
lO.Melaluecae Fructus (Buah Kayuputih)
Nama tanaman : Melaleuca leucadendron L., Familia : Myr taceae.
Nama daerah - Indonesia Kayu putih - Sumatera : Ing golom, gelam, kayu gelang, kayu putih -Jawa : Gelam, ghelam.
Kandungan kimia : Minyak atsiri Kegunaan : Peluruh kentut.
ll.Foeniculi Fructus (Buah Adas)
Nama tanaman Nama daerah
: Foeniculum vulgare t1ill.,Familia : Apiaceae - Indonesia : Adas - Sumatera Das pedas, adas pedas, adeh manih,- Jawa : Buah adas, adas landi, adhas, hadhes.
Kandungan kimia : Minyak atsiri, minyak lemak, stigmasterin, umbeliferon, gula.
Kegunaan : Peluruh dahak, kentut, penambah nafsu makan.
12.Alyxiae Cortex (Kulit Pulosari)
Nama tanaman Alyxia reinwardtii Bl., Familia : Apocy-naceae.
Nama daerah : - Indonesia : Pulosari - Sumatera : Akar mempelas hari, empelas hari, palasari, pu lasari, talatari - Jawa : Arey pulasari,
- 15-
das plasare, adas pulasari. Kandungan kimia Alkaloid, tanin, z_at pahit, kumarin. Kegunaan : Peluruh haid, kentut, penambah nafsu ma-
kan, pereda kejang.
13.Retrofracti Fructus (Buah cabe jawa)
Nama tanaman Piper retrofractum Va~l.,Familia ceae.
Pipera-
Nama daerah - Indonesia : Cabe Jawa - Sumatera : Cabe Jawa, lada panjang - Jawa : Cabean, cabe alas, cabe aula, cabhi jhoma, cabe ongghu.
Kandungan kimia : Minyak atsiri, pi_perin, piperidin, har
Kegunaan sa.
: Peluruh air seni, kentut, keringat, penurun panas, pereda kejang.
14.Cubebae Fructus (Buah Kemukus)
Nama tanaman Nama daerah
: Piper cubeba L.f.,Familia : Piperaceae. : - Indonesia : Kemukus - Sumatera : Kemu -
kus, temukus, kemekuh - Jawa : Rinu, ke -mukus, kamokos.
Kandungan kimia : Minyak atsiri, harsa, kubebin, piperin, piperidin, minyak lemak.
Kegunaan : Peluruh air seni, kentut, liur dan pence-gab mual.
15. Zingiberis zerumbeti Rhizoma (Ri.:npang lempuyang ga.jah)
Nama tanaman
Nama daerah
Zingiber zerumbet L., Familia : Zingibe-raceae.
- Indonesia : Lempuyang gajah - Jawa : Lem puyang gajah, lempuyang kapur, lempuyang kebo, lampoyang paek.
Kandungan kimia : Minyak atsiri, jinjerol, resin, pati, gula.
Kegunaan "
- 16-
Mengurangi rasa nyeri, pembersih darah, pencahar, pencegah kehamilan, pengobatan pasca kehamilan, pereda kejang.
16.Centella Herba (Herba Pegagan)
Nama tanaman Nama daerah
: Centella asiatica L., Familia : Apiaceae : - Indonesia : Pegagan - Sumatera : Pega
ga, daun kaki kuda, daun penggaga, rum -put kaki kuda, pegagan, kaki kuda, pegago, pugago - Jawa : Cowet gompeng, antanan , an tanan bener, an tanan gede, gagan gagan, ganggagan, kerok batok, panegowang pacul gowang, calingan rambat.
Kandungan kim.:ia :Alkaloid hidrokotilina, glikosid asiati-
Kegunaan
kosid, saponin, oksiasiatikosid, minyak lemak, minyak atsiri. Peluruh air seni, pembersih darah.
17. Eurycoma Radix (Akar pasak bumi)
Nama tanaman Eurycoma longifolia Jack.,Familia : Sima rubaceae.
Nama daerah : - Indonesia : Pasak bumi - Suma tera : Ba.
bi kurus, bidara laut, bidara pait, bida ra putih, kebel, mempoleh, tungke ali -Kalimantan : Pasak bumi.
Kandungan kimia : Eurikomolakton, amarolid. Kegunaan : Peluruh air seni, penawar racun, penurun
panas.
18.Alstoniae Cortex (Kulit Pulai)
Nama tanaman Alstonia scholaris R.Br., Familia Apocynaceae.
- 1? -
Nama daerah : - Indonesia : Pulai - Sumatera : Pulai , kayu gabus - Jawa : Lame, pule, polay.
Kandungan 'kimia : Di tamin, eki tamin, eki tenin, alstonin,
Kegunaan
da kejang.
19.Massoia Cortex (Kulit Masoyi)
Nama tanaman : Cryptocarya massoy Oken. K. , Familia raceae.
Nama d.aerah - Indonesia : Masoyi - Jawa : Mangsoi, ma soiyi, masoyi, masoji.
Kandungan kimia : minyak atsiri Kegunaan Pencahar, pengobatan pasca persalinan, pe
nurun panas, perangsang kulit.
20.Dioscoreae Tuber (Umbi Gadung) Nama tanaman Dioscorea hispida Dennst.,Familia : Dios
coreaceae. Nama daerah : - Indonesia : Gadung - Jawa : Gadung, gha
dhung - Nusatenggara : Boti, kasimun. Kandungan kimia : Alkaloida Dioskorin. Kegunaan : Mempercepat pemasakan bisul, obat pereda,
pembunuh serangga.
21.Burmani Cortex (Kulit Ka1U mania)
Nama tanaman Cinnamomum burmani Ness.ex Bl., Familia : Lauraceae.
Nama daerah : - Indonesia Kayu mania - Jawa : Huru men tek, ki amis, mania jangan, kanyengar -
sumatera : kayu mania, kanigar, holim.
-18-
Kandungan kimia Kegunaan
Minyak atsiri, tanin, damar dan lendir. Pengelat, penurun panas.
Seperti terlihat dalam beberapa contoh tanaman diatas, yang merupakan komponen utama jamu penguat lelaki dan seje nisnya, dapatlah dimengerti bahwa kandungan/zat aktif yang ada dalam tanaman sangatlah bervariasi. Untuk mengetahui a neka ragam zat aktif tersebut dalam suatu jamu dapat dilaku kan beberapa pengujian antara lain : Khromatografi Lapisan Tipis ( KLT) •
Langkah pertama adalah penyarian dengan menggunakan pelarut organik yang cocok. Pemilihan pelarut (berdasarkan polaritasnya), serta metoda penyarian sangat bergantung pa da kandungan senyawa bagian tanaman yang disari. Pelaru t . yang bersifat non polar digunakan untuk menyari senyawa yang bersifat non polar, demikian halnya dengan sebaliknya, artinya pelarut polar untuk senyawa polar.
Polaritas solven tergantung dari besarnya harga tetapan dielektrikumnya. Kenaikan harga ini akan menunjukkan kenaikan polaritasnya sehingga daya elusinya juga naik. Un tuk mendapatkan gambaran polaritas pelarut organik, dapat dilihat dalam tabel 1 berikut ini :
Tabel 1 Jenis pelarut organik dan harga Konstanta Dielek-trikanya.
; Pelarut I
K.Dielek d No I Pelarut : K.Dielek No ! i ' i i i i I I II I I
1. ! n - heksana ' 1,890 ! ! 7. ' Etil asetat ! 6,020 . . l ' I I ' I
2. Heptana ! 1,924 ' ' 8 ! Piridina !' 12,300 . . . . l t I t ' I
3. Sik.loheksana! 2,023 ! ! 9. ' Aseton ! 20,700 . l I ' t
I ' 4. cc14 2,238 ! ! 10.! Etanol ! 24,300 • ' n 11.1 I 5. ! Bensena ! 2,284 Metanol 33,620 I ' ' I I
I 6. I Kloroform ! 4,806 Air ' 80,370
i I i l 12.l i
- 19 -
Khromatografi Lapisan Tipis (KLT) merupakan salah satu meta de yang dipakai untuk memisahkan suatu campuran yang terdiri dari bebetapa komponen senyawa kimia.Akibatnya metode ini dapat digunakan untuk identifikasi (Stahl E.,l970). KLT juga merupakan cara yang cepat, khas dan mudah dilakukan untuk zat dengan jumlah yang sedikit seperti senyawa yang terkandung didalam tanaman (Harborne J.B, 1975).
Dalam pelaksanaannya KLT memerlukan fase diam dan fase gerak yang sesuai dengan penyari yang digunakan. Untuk menge tahui kelarutan zat yang dicari, dilakukan penyari~ dengan pelarut orga.ilik. ,dari derajat. polarisasi yang bervariasi.
Penyarian dengan pelarut non polar dapat digunakan fa se diam Silika Gel GF 254, dan fase gerak : campuran n-heksana-dietileter-asam asetat glasial (90:10:1). Penyari semi polar, fase diam yang dipakai Silika Gel GF 254 fase gerak:campuran kloroform-metanol (85:15) atau campuran etilasetat-metanol-air (77:13:10). Sedangkan untuk penyari polar, fase diam : selulosa, fase gerak : campuran n-butanol -asamasetat glasial-air (40:10:50).
Dengan mengetahui kandungan kimia tanaman yang menjadi komponen penyusun jamu, sifat-sifat harmon testosteron dan prinsip analisa dengan Khromatografi Lapisan Tipis, dapatlah disusun hipotesa sebagai berikut :
Diduga metode KLT dapat digunakan untuk mengetahui adatidaknya harmon testosteron dalam jamu-jamu yang beredar di pasaran terutama yang ditujukan sebagai penambah vitalitas, memberi kekuatan dan kesegaran tubuh, dan lain tujuan yang identik.
Untuk membuktikan hipotesa tersebut diatas , dalam peneli tian ini dilakukan langkah-langkah yang digambarkan da
lam rencana penelitian seperti terungkap dalam Skema beri -kut •
' ---20-
Gambar 4 : Skema jalannya penelitian
Sampel jamu
Sari dengan petroleum eter
Serbuk sisa Filtrat
Serbuk sisa Filtrat
Uji KLT
Filtrat
Uji KLT
Sari dengan etanol
Serbuk sisa
- 21 -
BA.B III
METOOOLOGI
Un tuk pelaksanaan pen eli tian ini digunakan bahan dan alat sebagai berikut •
BAHAN
1. Silika Gel GF 254 (E. Merck) 2. Petroleum eter p.a (E. Merck) 3. Etanol p.a (E. Merck) 4. Eter p.a (E. Merck) 5. Bensena p.a (E. Merck) 6. Eti1 asetat p.a (E. Merck) 7. Khlorotorm p. a (E. Merck) 8. Metano1 p.a (E. Merck) 9. Anisaldehid p.a (E. Merck) 10. Asam sultat p.a (E. Merck) 11. A quad est 12. Kertas saring 13. Jamu penguat yang diteliti 14. Metil testosteron standart.
AW
1. Tabung maserasi bertutup 2. Timbangan miligram 3. Corong gelas 4. Erlenmeyer 5. Pengaduk 6. Pipet mikro 7. Lempeng khromatograti B. Bejana khromatografi 9. Alat penyemprot 10. Lampu ultraviolet 254 nm dan 366 nm 11. Pemanas I al!pari pengering.
-22-
JALANNYA PENELITIAN
1. Pengambil~ sampel. Sampel penelitian berupa jamu penguat dalam bentuk serbuk, kapsul dan pil yang diambil dari beberapa daerah di
Indonesia : Jakarta, Bandung, Purwokerto, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar. Pengambilan sampel . di toko penjual jamu atau pasar,di kota yang bersangkutan.
2. Penentuan pemilihan metode penyarian berdasarkan komponen penyusun jamu.
3. Penyarian jamu dengan petroleum eter, dilanjutkan dengan
etanol. Masing-masing sampel ditimbang 1 gram, dimasukkan dalam tabung maserasi, ditambah dengan 10 ml petroleum eter ( titik didih 60°C - 80°C), ditutup rapat dan digojog sela ma 15 meni t. Campuran lalu dibiarkan selama 24 jam, de• ngan setiap kali.digojog. Larutan petroleum eter dipisah kan dari serbuknya dengan disaring. Sisa serbuk dimaserasi kembali dengan cara yang sama menggunakan etanol. Larutan etanol yang diperoleh dari penyaringan campuran siap untuk diamati dengan KLT.
4. Penyarian jamu langsung dengan etanol. Masing-masing sampel ditimbang 1 gram, dimasukkan dalam tabung maserasi, ditambah dengan 10 ml etanol, ditutup rapat dan digojog selama 15 menit. Campuran dibiarkan se l~~a 24 jam dengan setiap kali digojog. Larutan etanol dipisahkan dari serbuk dengan disaring dan siap untuk diperikss secara KLT.
5. Percobaan Khromatografi Lapisan ~ipis. a. Pemurnian melalui eluasi bercak pengotor dengan eter
b. Pencarian rase gerak yang paling tepat. Fase gerak yang dicoba adalah : bensena, bensena~etil asetat, dikhlor etana, heksana. dengan perbandingan :(95-5), (90-10), (85-15), (80-20), dan (75-25).
- 23-
6. Deteksi bercak dibawah sinar ultraviolet 254 nm dan 366 nm, dan kemudian dengan pereaksi anisaldehid-asam sulfat dibandingkan dengan - metil testosteron standart, dan - jamu yang sengaja ditambah metil testosteron. Jumlah metil testosteron yang ditambahkan untuk satu gram jamu adalah 5 mg, sehingga diperkirakan akan tampak jelas pada khromatogram. Hal ini didasarkan juga pada pemakaian lazim dari metil testosteron tersebut dalam pengobatan.
?. Isolasi bercak yang identik dengan metil testosteron. Apabila berdasarkan Rf, fluorescensi dan reaksinya terhadap anisaldehid-asam sulfat ada bercak yang identik dengan metil testosteron, maka bercak tersebut segera diisolasi dengan metode Khromatografi Lapisan Tipis preparatip. Sistem yang digunakan adalah sama dengan prosedur tersebut dalam butir 5b.
8. Penentuan bercak yang identik dengan bercak metil testes teron dengan berbagai fase gerak yang berbeda dan berbagai pereaksi penyemprot.
ANALISI& HA.SIL
Data hasil penelitian dianalisis secara kualitatip berda sarkan harga Rf dan warna bercak yang timbul dibawah sinar ultraviolet 254 nm dan 366 nm, dan setelah disemprot dengan pereaksi anisaldehid-asam sulfat.
- 24-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. PENGAMBILAN SAMPEL
Ada tujuh daerah/kota yang dipilih sebagai tempat pengambilan sampel jamu, yaitu : Jakarta, Bandung, Pur wokerto, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar. Sampling dilakukan di toko penyalur jamu atau pasarpasar d1 kota yang bersangkutan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ada bermacam-ma cam jenis jamu penguat dan bervariasi baik nama maupun komposisi bahan penyusunnya. Jumlah keseluruhan yang terkumpul sebanyak dua puluh lima jenis jamu, dan untuk setiap kota berbeda-beda seperti tampak dalam tabel 2 berikut ini :
Tabel 2 : Jumlah ,jenis jamu :tans di:eeroleh di tia:e kota
! No Nama kota Jumlah jenis jamu Kode jamu
l. r Jakarta sepuluh (10) KJ, KM, K, KL, PB, JK,
CH, PBs,SH, dan MK.
! 2. Ban dung ! Lima (5) KJ, SL, SH",
I SP dan PK
3. I Purwokerto Empat (4) !" SL,KM,PK,KJ I I
4. Semarang Sembilan (9) I SP,KL,BC,M,
I ST,PP,TT,V, dan KLs.
5. !' Yogyakarta Tujuh (7) I PJ,KM,PB,AL
I I I PK,NS &KLs. 6. ' Surabaya I Tujuh (7) ! PK,JK,MK,JM .
I I I SH,KJ,StP.
?. ! Denpasar I' Enam (6) ' SH,PB,PP,V . I I I I JM dan KLs
- 25 -
Seperti terlihat dalam tabel 2, maka disetiap kota tempat pengambilan sampel ternyata tidak dapat diperoleh_jumlah jenis jamu penguat yang sama. Hal ini disebabkan karena distribusi peredaran jamu tidak merata di seluruh Indonesia, sehingga untuk beberapa jenis jamu hanya dapat diper oleh disuatu kota saja, dan tidak ditemui di kota lain. Dilain pihak, kadang-kadang pada saat pengambilan sampel di suatu kota kebetulan persediaan jenis tertentu sedang habis.
2. P}MILIHAN METODE PENYARIAN
Seperti diketahui, testosteron, metil testosteron dan derivat testosteron lain termasuk senyawa yang non polar. Senyawa-senyawa tersebut larut dalam lemak dan kelarutannya dalam berbagai pelarut sama dengan lemak-lemak tanaman sehingga apabila dilakukan penyarian testosteron akan ter tarik kedalam pelarut organik bersama-sama dengan lemak dan senyawa non polar lain. Adanya lemak ini sangat meng -ganggu baik dalam pemisahan maupun pada deteksi atau analisis testosteron. Oleh karena itu sebelum melakukan penya rian harus dipelajari terlebih dulu kandungan kimia dalam bahan tanaman atau simplisia yang dianalisis.
Apabila dalam suatu campuran terdapat banyak biji-bi jian maka untuk memisahkan testosteron dari lemak-lemak yang banyak terdapat dalam biji-bijian tersebut harus. dila kukan penyabunan. Dalam hal ini lemak-lemak dengan basa pa da pemanasan akan membentuk sabun yang tidak dapat larut dalam pelarut organik. Sedangkan testosteron yang tidak ter sabunkan dapat disari dengan pelarut organik yang tidak ber campur dengan air seperti eter atau khloroform.
Reaksi penyabunan ini tidak perlu dilakukan apabila dalam campuran yang dianalisis tidak banyak terkandung bahan berlemak.
Hasil analisis komponen penyusun masing-masing jamu dalam penelitian ini menunjukkan bahwa bahan yang berupa
)_
- 26 -
biji., buah dan bahan berlemak lain sangat sedikit juml$11
"'nya sehingga dalam hal ini reaksi penyabunan tidak per- · ...
lu dilakukan. Titik tangkap pemisahan ditekankan pada kenyataan
banyaknya klorofil yang terkandung, sebab kebanyakan ja mu yang digunakan mempunyai komponen yang sebagian besar berupa daun. Klorofil ini juga bersifat non polar se perti halnya testosteron dan derifatnya.
3. PENYARIAN DENGAN PETROLEUM ETER DILANJUTKAN DENGAN ETANOL
Testosteron dan derivatnya larut dalam etanol, klo roform, eter, petroleum eter dan pelarut·organik lain te tapi tidak larut dalam air. Diantara pelarut organik ter sebut petroleum eter termasuk pelarut yang sangat non po lar. Basil dari penyarian ini menampakkan banyak sekali bercak dari masing-masing jamu yang diuji. Sebagai gamba ran hasil ini,tertuang dalam gambar 5, 6 dan 7 ~erik~t ini.
Gambar 5: Basil KLT beberapa jamu yang disari dengan pe troleum eter
Keterangan gambar : lihat sebalik
- 27-
Keterangan • Sampel yang diperiksa dari kiri kekanan : . 1. MK- Jakarta 6. KM - Purwokerto
2. SR - Jakarta ?. Sampel X ( campuran) yang
3. PJ - Jakarta diberi metil testosteron
4. KJ - Bandung B. Me til testosteron stan -5. SH - Bandung dart.
Gambar 6 : Hasil KLT beberapa jamu yang disari dengan petroleum eter
Keterangan :. Sampel yang diperiksa dari kiri kekanan. 1. KJ - Purwok~rto 6. MK - Surabaya 2. M - Semarang 7. Sampel X ( campuran) yang
3. SH - Semarang 4. KM - Yogyakarta 5. PJ - Yogyakarta
diberi metil testosteron 8. Metil testosteron stan
dart.
-·28-
Gambar 7 : Hasil KLT beberapa jamu yang disari dengan petroleum eter
Keterangan : Sampel yang diperiksa dari kiri ke kanan 1. SH - Surabaya 6. Sampel X (campuran) yang 2. KM - Surabaya diberi metil testosteron 3. SR - Denpasar ?. Metil testosteron stan -4. SH - Denpasar dart. 5. Sam pel X ( campuran jamu)
Seperti tampak dalam gambar 5, 6 dan 7 dari contoh sampel yang diperiksa terlihat dengan jelas bahwa : - metil testosteron tersari dengan baik pada pelarut yang
digunakan. Bercaknya jelas muncul baik sebagai zat tung gal (metil testosteron standart), ataupun yang sudah di campurkan kedalam sam pel X ( campuran jamu).
- sedangkan jamu-jamu lain tidak memberikan bercak yang sa ma Rf nya dengan bercak metil testosteron.
-·29-
Bercak-bercak lain yang tampak berderet-deret dari setiap jamu yang diuji adalah bercak dari zat-zat yang merupakan kandungan di dalam tanaman penyusun ramuan jamu.
Untuk mengetahui apakah masih ada metil testosteron didalam serbuk sisa, maka terhadap sisa serbuk basil penyarian dengan petroleum eter, disari kembali dengan eta nol. Hasil yang diperoleh terlihat dalam gambar 8, 9 dan
10 berikut ini.
Gambar 8 Hasil KLT beberapa jamu yang disari kembali de ngan etanol
Keterangan : Sampel yang diperiksa dari kiri ke kanan : 1. MK - Jakarta 6. KM - Purwokerto 2. SR - Jakarta 7. ~pel X )campuran) yang 3. PJ - Jakarta 4. KJ - Bandung
5. SH - Bandung
diberi metil testosteron 8. Metil testosteron stan
dart.
- 30-
Gambar 9 ; Hasil KLT beberapa jamu yang disari kembali de ngan etanol
Keterangan Sampel yang diperiksa dari kiri ke kanan
1. KJ - Purwokerto 2. N - Semarang
3. SH- Semarang
4. KM- Yogyakarta
5. PJ - Yogyakarta 6. MK- sura bay a
7. Sam pel X ( campuran) yang diberi metil tes
tosteron 8. Metil testosteron standart.
- 31 -
Gambar 10 Has11 KLT beberapa jamu Yang disari kembali de ngan etano1
Keterangan Sampel yang diperiksa dari kiri ke kanan : 1. SH - Surabaya 6. Sampel X (campuran) yang 2. KM- Surabaya diberi metil testosteron
3. SR - Denpasar 7. Me til testosteron stan -4. SH - Denpasar dart. 5. Sampel X ( campuran jamu)
Berdasarkan hasil yang terungkap dalam gambar 8,9 dan 10 da
pat ditarik kesimpulan, bahwa : - metil testosteron ternyata telah tersari sempurna dengan
pelarut petrolem eter, karena pada pengamatan berikutnya setelah sisa serbuk disari kembali dengan etanol tidak muncul bercak yang dimaksud. (Tampak pada sampel X yang diberi metil testosteron tidak menghasilkan bercak yang Rf-nya sama dengan Rf metil testosteron yang berada di sebelah kanannya).
- 32-
- dilain pihak, klorofil yang terkandung didalam jamu ikut tersari dengan etanol, sehingga m~mberikan hasil khromatogram yatJ.g sanga t mengganggu. Disamping 1 tu juga senyawa-senyawa lain kandungan tanaman memberikan bercak de -ngan harga Rf yang tidak jauh dari Rf metil testosteron, dan memberikan warna sama (peredaman) dengan metil testosteron. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode ini tidak tepat untuk digunakan.
4. PEHYARIAN WJiGSUNG DElfGAN ETANOL
Klorofil merupakan senyawa non polar dan larut da -lam etanol panas tetapi mempunyai kelarutan kecil dalam etanol dingin. Dilain pihak metil testosteron larut baik dalam etanol panas maupun etanol dingin~ Hal ini dapat digunakan sebagai dasar pemisahan metil testosteron dari klorofil, dengan menyari langsung dengan etanol.
Cara ini mempunyai kerugian berupa semakin banyaknya zat warna kurkumin yang ikut tersari karena memang kelarutannya dalam etanol juga tinggi. Tetapi senyawa ini dengan mudah dapat dibedakan dari metil testosteron baik warnanya secara visibel, dibawah sinar Ultra violet 254 nm dan 366 nm, serta reaksinya terhadap anisaldehid.
5.PEBCOEAAN KHRQM4TOGR!FI 1APISAN TIPIS
a. Eluasi dengan eter. Walaupun masalah klorofil telah dapat diatasi de
ngan penyarian menggunakan alkohol dingin, tetapi masih terdapat senyawa-senyawa lain dalam bahan yang ha rus dipisahkan.
Untuk itu dilakukan eluasi bercak dengan eter yang memang sering digunakan dalam metode pemurnian. Ternyata tidak memberikan hasil yang memuaskan. Bercak -bercak pengotor naik keatas seirama dengan naiknya
bercak metil testosteron. Oleh karena itu eluasi de -ngan eter tidak dapat digunakan.
- 33-
b. Pencarian fase gerak yang tepa±.
Seperti diketahui, metil testosteron dan derifat testosteron pada umumnya merupakan senyawa non polar. Untuk itu dicoba berbagai pelarut non polar baik tunggal atau campuran yang dapat memberikan pemisahan dengan tepat. Eluasi yang dicoba meliputi : Heksana, bensena, dikhloretana, bensena-etilasetat de ngan berbagai perbandingan : (95- 5), (90- 10), (85-15), (80 - 20) dan (75- 25).
Hasil penelitian menunjukk.an bahwa pemisahan terbaik diperoleh dengan campuran bensena-etil asetat (85 - 15) seperti terlihat pada hasil KLT yang terung kap dalam gambar 11, 12 dan 13, dan merupakan hasil re presentatip dari seluruh jamu yang diuji.
6. DETEKSI
Setelah mendapatkan fase gerak yang cocok maka de teksi dilakukan dengan sinar UV 254 nm dimana meti1 tes tosteron memberikan pemadaman dengan Rf yang lebih kecil dibanding bercak-bercak lain, seperti tampak dalam gambar 11, 12 dan 13 berikut ini.
Gambar 11 : akhir uji beberapa jamu dengan de
- 34-
Keterangan • Sampe1 yang diperiksa dari kiri ke kanan • . . 1. MK- Jakarta 6. KM - Purwokerto 2. SR - Jakarta 7. Sam pel X ( campuran) yang
3. PJ - Jakarta diberi meti1 testosteron 4. KJ - Ban dung 8. Me til testosteron stan -5. SH - Ban dung dart.
Gambar 12 Hasi1 ak.hir uji KLT beberapa jamu dengan detek si sinar UV-254 nm
Keterangan Sampel yang diperiksa dari kiri ke kanan :
1. KJ - Purwokerto 6. MK - Surabaya
2. M - Semarang 7. Sampel X (cam pur an) yang
3. SH - Semarang diberi metil testosteron
4. KM - Yogyaka.rta 8. Me til testosteron stan -
5. PJ - Yogyak.arta dart.
- 35-
Gambar 13 Hasil akhir uji KLT beberapa jamu dengan detek
si sinar UV - 254 nm
Keterangan Sampel yang diperikse. dari kiri ke kanan
1. SH - Sura bay a 8. Me til testosteron stan-
2. KM- Surabaya dart.
3. SR - Denpasar
4. SH - Denpasar
5. Sam pel X ( campuran jamu)
6. Sam pel X yang di beri me til testosteron
(petroleum eter) ·
7. Sampel X yang diberi metil test.{pet.eter &etanol)
Deteksi selanjutnya adalah dengan pereaksi anisaldehid - asam sulfat yang setelah dipanaskan dan dilihat di bawah sinar UV - 366 nm memberikan fluorescensi biru te -rang kehijauan untuk metil testosteron, seperti terlihat jelas pada gambar 14, 15 dan 16 berikut ini.
- 36-
Gpbar 14 ; Basil akhir uji KLT beberapa juu dengap dettj. si anisaldehid - .... sulfat pada vv 366 .. ':·<: .
Keterangan : Sampel yang diperiksa dari kiri ke kanan
1. MK - Jakarta 6. KM - Purwokerto 2. SR - Jakarta 7. Sampel X ( campuran) yang 3. PJ - Jakarta diberi metil testosteron 4. KJ - Bandung 8. Me til testosteron stan -5. SH - Bandung dart.
Dua bercak yang tampak disebelah kanan berfluorescensi bi ru kehijauan adalah bercak metil testosteron, baik terda pat sebagai zat tunggal (paling kanan) atau terdapat bersama-sama dengan komponen bahan tanaman dalam ramuan jamu (nomer dua dari kanan).
Bercak-bercak lain yang tampak berderet-deret dari se tiap jamu yang diperiksa tidak memberikan satupun bercak yang berfluorescensi kuat seperti pada kedua bercak metil testosteron tersebut diatas.
- 37 -
Gpbar 15 ; Basil akhir uji KLT beberapa jaau dengan detek
s1 anisaldthici-aw tul f'a t pacta uv-"366 Dl
Keterangan : Sampel yang diperiksa dari kiri ke kanan
1. KJ - Purwokerto 2. M - Semarang 3. SH - Semarang
4. KM- Yogyakarta
5. PJ - Yogyakarta
6. MK- surabaya
7. Sam pel X ( campuran) yang diberi metil tea-
tosteron 8. Metil testosteron standart
Seperti pada gambar 14 terdahulu, maka gambar diatas juga memperlihatkan dua bercak metil testosteron yang berfluorescensi jelas biru kehijauan. Warna bercak yang lain beraneka warna, tetapi tidak sama dengan bercak metil testos-
teron.
1 I !
-38-
Gy}!a.r 16 ; Basil a.khir uji KLT b.eberapa Jamu dengan det& si anisaldehid-asam sulfat pad! UV-366 na
Keterangan : Sampel yang diperiksa dari kiri ke kanan :
1. SR-• Surabaya 8. Metil testosteron stan-2. KM - Surabaya dart 3. SR - Denpasar 4. SH - Denpasar 5. Sampel X ( campuran) 6. Sampel X yang diberi metil testosteron
(disari petroleum eter) 7. Sampel X yang diberi metil testosteron
(disari petroleum eter lalu etanol)
Ada tiga bercak. yang berfluorescensi biru kehijauan, kesemuanya berasal dari metil testosteron baik sebagai zat tung gal ataupun yang berada dalam campuran.
-39-
7. PENEffTUAN· ADA TiptPY! BERW JjiW YAJG IPpiK pwgtlf MlfiL TF.§T08TIRQif
Dari hasil penelitian yang telah dibahas pada butir 5 dan 6 ternyata tidak diketemukan bercak jamu yang memberikan pemadaman dibawah sinar UV 254 na pada daerah harga Rf metil testosteron.
Demikian pula setelah penyemprotan dengan anisal
dehid - asam sulfa t tidak terdapa t bercak jaau yang mem berikan fluorescensi biru terang kehijauan pada daerah harga Rf metil testosteron. Hal 1n1 menunjukkan bahwa tidak ada jamu yang mengandung metil testosteron. Akibatnya tidak diperlukan isolasi maupun karakterisasi senyawa yang identik dengan metil testosteron. Hasil penelitian secara keseluruhan dituangkan dalam tabel 3 d1 halaman 40.
-·--'"~.~ - ~-- .... _ -~-~~~.~ ... ¥ .... .......
..... ~e ~~
KJ KM K KL KLs PB PBs PP' PK PJ JK JM CH SH ST SL SP StP MK M BC TT v AL NS
ro QS +) ,....
~ - - - - 0 - - 0 0 0 - 0 - - 0 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0
"':) -f--·
tiO R :.::s '
'1:1 0 0 0' 0 0 0 0 0 0 0 Q. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ~ - - - - -I
i.S ,....,.... - - 0 0 0 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 0 a &!.: •
~ ~ ,.... QS Q. 0 0 - - 0 0 - o· 0 0 0 0 0 -· 0 - 0 0 - - - - a a s
' CD Cll
I cdcd trt: 0 - 0 0 - - 0 0 - - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - -~-= I QS~ ~! - 0 0 0 0 0 0 0 - 0 - - 0 - 0 0 a - - 0 0 0 0 0 0
i cd a! 0 0 0 -· - 0 - 0 0 0 - - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0 0 Pt R !
.. ~eterangan : (-) : Hasil detekai hormon testosteron-NEGATIF
(O) : Sampel tidak diketemukan dalam daerah/kota yang bersangkutan •
. j.___
-41-
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN-
Dari data hasil pengamatan salama uji dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Metil testosteron dapat dianalisis didalam ramuan jamu dengan menggunakan metode Kromatografi Lapisan Tipis se telah dilakukan penyarian langsung dengan etanol. Sistem KLT yang digunakan adalah : - fase diam : silika Gel GF 254, dan
- fase gerak : campuran bensena - etil asetat dengan per bandingan 85 : 15.
- deteksi dilakukan dengan sinar UV 254 DJI. serta dengan pereaksi anisaldehid - as-. sulfat, dilihat dibawah sinar UV - 366 nm.
2. Jamu-jamu penguat yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengandung metil testosteron.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang anali sis terhadap senyawa-senyawa kimia lain yang kemungkinan dapat ditambahkan didalam ramuan jamu, seperti zat aktif yang mempunyai pengaruh analgetik-antipiratik : misal fe nil butazon, paracetamol dan lain-lain.
l l I
\
-42-
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 1983, Promosi obat sering dibuat-buat dan disu
nat, Kom~s, 18 September 1983.
2. Djoko Hargono, 1985, Tanamy Obat Indonesia, jilid 1,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
3. Djoko Hargono, 1985, Tanaman Obat Indo;neaia, jilid 2,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
4. Harborne J.B., PhYtochemical methods, Chapman and Hall,
London.
5. Lechat P., 1978, Abrege de Pharmacolosie MeQicale, 3em
edition, Masson, Paris.
6. Merck E., 1975, pyeing Reagents for thin laYer and pa
per chromatographY, Darmstadt, Germany.
7. Nieschlag E., 1976, Radioilllunoassay of testosteron in
plasma dalam Breuer H. , Haael D. ,_ Kruskemper H. L. , f:!!
thods of hormone analYsis, George Thienne Verlag,Stugart.
8. Robert P., 1977,- Dictionnaire alphabetigue et analogique
de la langue Francaise, Societe du Nouveau litre, Paris.
9. Schmitt H., 1976, Etements de pharmacologia, Flamarion
· Medecine-sciences, Paris.
lO.Stahl E., 1970, Chrgmatographische und mikroskopische
Analyse von drogue, Gustav Fische Verlag, Stuttgart.