anismunandziroh.files.wordpress.com€¦web viewbab i. pendahuluan. latar belakang. kebudayaan...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebudayaan adalah hasil berpikir dan merasa manusia yang terwujud dalam
kehidupan sehari-hari. Wujud budaya tak lepas dari situasi tempat dan waktu
dihasilkannya unsur kebudayaan tersebut. Di berbagai negara para penganut Islam
berusaha menampilkan suatu citra cita ke Esaan Tuhan lewat bermacam karya budaya.
Karya-karya budaya bercorak Islam di Nusantara tampil dengan ciri khasnya sendiri
yang menambah khasanah budaya Indonesia. Peninggalan-peninggalan sejarah bercorak
Islam di Indonesia, yaitu seni bangun, seni ukir, seni sastra serta tradisi, upacara dan
sosial. Lewat seni bangunan, Islam mampu menjangkau segmen lebih luas masyarakat
pribumi, termasuk para elitnya. Sunan Kudus misalnya untuk menarik masyarakat
nusantara pada masa itu yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu, Sunan Kudus
membangun masjid yang menaranya di buat seperti bangunan candi. Dan masih banyak
kebudayaan-kebudayaan Islam yang masih dipergunakan masyarakat di Indonesia
sekarang ini seperti halnya tradisi dan upacara sekaten.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Modul ini merupakan modul pembelajaran mata pelajaran sejarah untuk SMP kelas
VII yang bila digunakan dengan tepat akan mempermudah dalam proses
pembelajarannya. Di dalam modul ini terdapat 4 bab dengan tema besar Arsitektur
Masjid Agung Kauman Semarang. Yang pada masing-masing babnya membahas tentang
materi yang berbeda. Bab pertama berisi tentang pendahuluan. Kemudian Bab II bentuk
peninggalan sejarah yang bercorak Islam di berbagai daerah di Indonesia berupa seni
bangun, pahat dan seni ukir. Bab III bentuk peninggalan sejarah yang bercorak Islam di
berbagai daerah di Indonesia berupa seni sastra dan pada Bab IV membahas tentang
akulturasi bentuk peninggalan sejarah yang bercorak Islam dengan kebudayaan setempat
di berbagai daerah di Indonesia berupa upacara, tradisi.
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
1
C. STANDAR KOMPETENSI
Standar kompetensi yang hendak dicapai dalam modul pembelajaran ini adalah agar
peserta didik mampu memahami proses Islamisasi Nusantara di berbagai daerah dengan
menggunakan sumber-sumber sejarah secara kritis dan komprehensif. Adapun
kompetensi dasar dan indikator yang ingin dicapai sebagai berikut:
Kompetensi Dasar Indikator
Mendeskripsikan perkem-bangan
masyara-kat, kebudaya-an, dan
pemerintahan pada masa Islam di
Indonesia, serta pening-galan-pening-
galannya.
Mengidentifikasi bentuk dari setiap bagian masjid di berbagai daeraMendiskripsikan peninggalan kraton di Indonesia
Menjelaskan ciri-ciri makam dan nisan Islam di Indonesia
Menganalisis peninggalan kebudayaan Islam berupa seni ukir di Indonesia
Menganalisis dan menjelaskan jenis hikayat Memahami peninggalan babad islam di
Indonesia Mendiskripsikan peninggalan Syair Islam di
Indonesia Menjelaskan dan memberikan contoh
peninggalan-peninggalan sejarah berupa suluk di Indonesia
Menganalisis dan menjelaskan upacara Tahlil dan Ziarah kubur
Mendiskripsikan tradisi – tradisi sekaten dan gerebeg maulud yang masi terjadi di daerah-daerah
Memahami perkembangan dakwa dan Pengajian Al-Quran di Indonesia
Menganalisis tradisi Ramadhan
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
2
D. PETA KONSEP
E. MANFAAT
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan kepada para pengguna modul untuk
dapat memahami bentuk dan peninggalan sejarah yang bercorak Islam dapat menarik
kesimpulan sendiri serta mengambil nilai-nilai yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
PENINGGALAN SEJARAH BERCORAK ISLAM
BAB I PENDAHULUAN
BAB III
BENTUK PENINGGALAN SEJARAH BERCORAK ISLAM
BERUPA SENI SASTRA DI INDONESIA
BAB II
BENTUK PENINGGALAN SEJARAH BERCORAK ISLAM
BERUPA SENI BANGUN, PAHAT, DAN UKIR DI INDONESIA
BAB IVAKULTURASI BENTUK
PENINGGALAN SEJARAH BERCORAK ISLAM DENGAN KEBUDAYAAN SETEMPAT DI
BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA BERUPA UPACARA,
TRADISI, DAN PENDIDIKAN
BAB VEVALUASI
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
3
F. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran dari modul ini secara umum adalah agar peserta didik mampu
mengidentifikasikan dan memberi contoh berbentuk gambar peninggalan-peninggalan
sejarah kerajaan-kerajaan bercorak Islam di berbagai daerah.
G. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Agar modul pembelajaran ini dapat dipergunakan dengan optimal, maka ada
beberapa petunjuk yang harus dijalankan selama pembelajaran berlangsung
menggunakan modul ini, yaitu:
1. Bacalah terlebih dahulu kompetensi dasar pada setiap bab secara cermat.
2. Bacalah secara seksama materi pokok yang disajikan pada setiap bab.
3. Baca dan pahamilah materi yang diuraikan pada setiap bab dengan penuh perhatian
4. Bacalah rangkuman yang disajikan setelah uraian materi sebagai salah satu cara untuk
mengingat kembali apa yang telah Anda pelajari.
5. Kerjakan latihan/tugas yang diberikan dengan hati-hati sebagai evaluasi terhadap
materi yang telah Anda kuasai.
6. Periksalah jawaban Anda di kunci jawaban yang tertera di bagian terakhir dari modul
ini sesuai dengan bab yang Anda kerjakan.
7. Berilah penilaian terhadap hasil kerja Anda berdasarkan kunci jawaban dan berikan
umpan balik sesuai dengan petunjuk yang disediakan di akhir evaluasi materi di
setiap bab.
8. Selamat belajar. M
odul
Pem
bela
jara
n Se
jara
h
4
BAB II
BENTUK PENINGGALAN SEJARAH BERCORAK ISLAM BERUPA SENI
BANGUN, PAHAT, DAN UKIR DI INDONESIA
A. Kompetensi Dasar dan Alokasi Waktu Kemampuan menguraikan proses perkembangan agama, kebudayaan dan kerajaan
yang bercorak Islam di Indonesia serta menghargai peninggalan-peninggalan
sejarahnya.
Alokasi waktu: 4 x 45 menit.
B. Materi Pokok1. Masjid2. Keraton3. Makam Islam4. Seni Ukir
C. Uraian Materi
MASJID
1. Definisi Masjid
Masjid adalah tempat ibadah umat Islam. Masjid-masjid awal yang dibangun pasca
penetrasi Islam ke nusantara cukup berbeda dengan yang berkembang di Timur Tengah.
Salah satunya tidak terdapatnya kubah di puncak bangunan. Kubah digantikan semacam
meru, susunan limas tiga atau lima tingkat, serupa dengan arsitektur Hindu. Masjid
Banten memiliki meru lima tingkat, sementara masjid Kudus dan Demak tiga tingkat.
Namun, bentuk bangunan dinding yang bujur sangkar sama dengan budaya induknya.
Masjid juga berperan sebagai tempat membina jiwa dan pribadi-pribadi Islam yang hidup
di tengah-tengah masyarakat. Di masjid umat Islam dibina dan senantiasa mengingat
Allah.
2. Peninggalan Masjid di Indonesia
Sejak masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia banyak masjid
didirikan dan termasuk masjid kuno, di antaranya masjid Demak, masjid Kudus, masjid
Banten, masjid Cirebon, masjid Ternate, masjid Angke, dan sebagainya.
a. Masjid Angke
Masjid ini terletak di Jalan Tubagus Angke, Jakarta Barat yang dibangun pada
abad ke-18. Masjid ini beratap tumpang dua. Masjid Angke merupakan masjid tua
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
5
yang masih terlihat kekunoannya. Masjid ini memiliki gaya arsitektur dan hiasan
yang cantik, merupakan perpaduan antara gaya Jawa, Cina, Arab, dan Eropa. Masjid
ini dibangun pada tahun 1761. Pengaruh agama Islam menimbulkan tempat ibadah
yang namanya bermacam-macam. Tempat ibadah ukuran kecil disebut langgar, yang
berukuran sedang disebut masjid, dan yang ukuran besar disebut masjid agung atau
masjid jami. Masjid merupakan tempat peribadatan agama Islam (tempat orang
melakukan salat). Masjid juga berperan sebagai tempat penggemblengan jiwa dan
pribadi-pribadi Islam yang hidup di tengah-tengah masyarakat.
b. Masjid Demak
Masjid Demak didirikan pada masa pemerintahan Raden Patah. Bangunan
masjid terletak di Kadilangu, Demak. Masjid ini beratap tumpang yang mirip dengan
bentuk pura Hindu. Masjid Demak didirikan dengan bantuan para wali (walisongo).
Pembangunan masjid dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga. Keunikan masjid ini
terletak pada salah satu tiang utamanya, yakni terbuat dari bahan pecahan-pecahan
kayu yang disebut tatal (soko tatal).
c. Masjid Kudus
Masjid Kudus didirikan oleh Sunan Kudus. Bentuk bangunan masjid ini
memiliki ciri khusus. Bagian menaranya menyerupai candi Hindu.
d. Masjid Banten
Masjid Banten didirikan pada abad ke-16. Bangunannya memiliki atap tumpang
sebanyak lima tingkat. Kemungkinan model bangunan seperti ini untuk
menggambarkan derajat yang dapat diraih seseorang dalam Islam. Menara masjid
Banten dibangun oleh arsitektur Belanda bernama Cardel. Itulah sebabnya, menara
tersebut bergaya Eropa menyerupai mercusuar.
e. Masjid Cirebon
Masjid Cirebon didirikan pada abad ke-16 M, ketika Kerajaan Cirebon
berkuasa. Bentuk atap masjid Cirebon juga berupa atap tumpang, terdiri atas dua
tingkat.
3. Corak Khas Bangunan Masjid di Indonesia
Beberapa hal yang menarik dan menjadi corak khas dari bangunan masjid-
masjid kuno di Indonesia adalah sebagai berikut:
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
6
a. Masjid mempunyai denah bujur sangkar.
b. Pada sisi barat terdapat bangunan yang menonjol untuk mihrab.
c. Di kedua sisi majid kadang kala ada serambi di atas pondasi yang agak tinggi.
d. Atap masjid kebanyakan beratap tumpang (atap yang bersusun, semakin ke atas
semakin kecil, dan yang paling atas berbentuk limas).
e. Halaman masjid di kelilingi pagar tembok dengan satu atau dua pintu gerbang.
f. Di dalam masjid terdapat barisan tiang yang mengelilingi empat tiang induk yang di
sebut sokoguru.
g. Di kiri atau kanan masjid terdapat menara sebagai tempat menyerukan panggilan
sholat.
h. Letak masjid tepat di tengah-tengah kota atau dekat dengan istana.
i. Di sekitar masjid (kecuali bagian barat) biasanya terdapat tanah lapang (alun-alun).
Di Indonesia hanya ada dua masjid yang memiliki menara peninggalan kerajaan
islam, yaitu menara Masjid Kudus dan menara Masjid Banten. Kedua menara tersebut
sama-sama mempunyai ke unikan. Keunikan menara Masjid Kudus yaitu bentuk
menaranya yang menyerupai candi yang diberi atap tumpang, sedangkan menara Masjid
Banten menyerupai mercusuar Eropa.
4. Seni Bangunan Masjid Sebagai Wujud Akulturasi Kebudyaan Islam
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid. Untuk
lebih jelasnya silahkan Anda simak gambar 1.1 berikut ini.
Gambar 1.1. Masjid Aceh merupakan salah satu masjid kuno di Indonesia.
Wujud akulturasi dari masjid kuno seperti yang tampak pada gambar 1.1. memiliki
ciri sebagai berikut:
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
7
a. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil
dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan
biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya
yang disebut dengan Mustaka.
b. Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar
Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug
untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan
budaya asli Indonesia.
c. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun ataun bahkan
didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengann makam.
d. Mengenai contoh masjid kuno selain seperti yang tampak pada gambar 1.1 Anda
dapat memperhatikan Masjid Agung Demak, Masjid Gunung Jati (Cirebon), Masjid
Kudus dan sebagainya.
KERATON
1. Definisi Keraton
Keraton merupakan tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan penting yang
menyangkut urusan kerajaan. Keraton juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan
sebagai tempat tinggal raja beserta keluarganya. Pada zaman kekuasaan Islam, didirikan
cukup banyak keraton sesuai dengan perkembangan kerajaan Islam. Keraton dibangun
sebagai lambang pusat kekuasaan pemerintah. Pada umumnya keraton-keraton kerajaan
Islam di bangun dengan mengarah ke utara atau agak ke utara. Bangunan utama keraton
biasanya dikelilingi pagar tembok, parit atau sungai kecil buatan. Untuk memasuki
bangunan utama harus melalui suatu tempat berupa pintu gerbang keraton. Halaman
keraton dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian paling belakang amat disakralkan dan tidak
boleh sembarangan orang memasukinya. Di depan keraton terdapat lapangan luas yang
disebut alun-alun. Biasanya di tengah-tengah alun-alun ditanam pohon beringin sebagai
lambang pengayoman sultan terhadap rakyatnya.
2. Peninggalan Keraton di Indonesia
Di Indonesia banyak Beberapa keraton yang tersebar di berbagai daerah. Bahkan
hingga sampai saat ini keraton masi di pergunakan sebagai tempat tinggal dan pusat
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
8
pemerintahan sultan dan keluarganya. Seperti halnya Keraton Yogyakarta yang sekarang
ini masi di jadikan Sultan Hamengkubuwono X sebagai kediamannya beserta
keluarganya dan menjalankan pemerintahannya sebagai Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta. Berikut ini akan di sebutkan contoh keraton yang ada di Indonesia yakni
sebagai berikut:
a. Keraton Cirebon
Keraton Cirebon didirikan oleh Fatahillah atau Syarif Hidayatullah pada tahun
1636. Letaknya di kota Cirebon, Jawa Barat. Keraton Kasepuhan adalah keraton
termegah dan paling terawat di Cirebon. Makna di setiap sudut arsitektur keraton ini
pun terkenal paling bersejarah. Halaman depan keraton ini dikelilingi tembok bata
merah dan terdapat pendopo didalamnya. Keraton ini memiliki museum yang cukup
lengkap dan berisi benda pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi
yang dikeramatkan yaitu kereta Singa Barong. Kereta ini saat ini tidak lagi
dipergunakan dan hanya dikeluarkan pada tiap 1 Syawal untuk dimandikan. Bagian
dalam keraton ini terdiri dari bangunan utama yang berwarna putih. Didalamnya
terdapat ruang tamu, ruang tidur dan singgasana raja.
b. Istana Keraton Surakarta
Keraton Surakarta atau lengkapnya dalam bahasa Jawa disebut Karaton
Surakarta Hadiningrat adalah istana Kasunanan Surakarta. Keraton ini didirikan
oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun 1744 sebagai pengganti
Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat Geger Pecinan 1743. Istana
terakhir Kerajaan Mataram didirikan di desa Sala (Solo), sebuah pelabuhan kecil di
tepi barat Bengawan (sungai) Beton/Sala. Setelah resmi istana Kerajaan Mataram
selesai dibangun, nama desa itu diubah menjadi Surakarta Hadiningrat. Istana ini
pula menjadi saksi bisu penyerahan kedaulatan Kerajaan Mataram oleh Sunan PB II
kepada VOC pada tahun 1749. Setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755, keraton ini
kemudian dijadikan istana resmi bagi Kasunanan Surakarta. Kompleks bangunan
keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sunan dan rumah tangga
istananya yang masih menjalankan tradisi kerajaan hingga saat ini. Keraton ini kini
juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Solo. Sebagian kompleks keraton
merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kasunanan, termasuk
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
9
berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari
segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa
tradisional yang terbaik.
c. Keraton Yogyakarta
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan
istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan
tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950,
kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan
rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini.
Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta.
Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi
milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka
keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu
contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah
dan lapangan serta paviliun yang luas.
Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I
beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon
adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini
digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan
Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi
keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan
Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I
berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah
Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. Secara fisik istana para Sultan
Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara),
Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton,
Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil
Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai
warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan
bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
10
lengkap dengan pemangku adatnya. Pada tahun 1995 Komplek Keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan
Dunia UNESCO.
Untuk mengetahui bentuk keraton tersebut, silahkan Anda amati gambar 1.2,
1.3 dan 2.1 berikut ini.
Gambar 1.2. Keraton Cirebon
Gambar 1.3 Keraton Surakarta
Gambar 1.4. Keraton Yogyakarta
Demikianlah uraian materi tentang bentuk peninggalan Islam berupa seni
bangun Kraton di Indonesia. sebenarnya masih banyak contoh seni bangun Keraton
yang lain, untuk itu silahkan diskusikan dengan teman-teman Anda. Hasil diskusi
Anda, nanti Anda kumpulkan kepada guru bina di sekolah penyelenggara.
MAKAM DAN NISAN
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
11
1. Definisi Makam dan Nisan Islam
Makam merupakan tempat kediaman terahir seorang yang telah meninggal. Makam
memiliki daya tarik tersendiri karena merupakan hasil kebudayaan. Makam biasanya
memiliki batu nisan. Di samping kebesaran nama orang yang dikebumikan pada makam
tersebut, biasanya batu nisannya pun memiliki nilai budaya tinggi. Makam yang terkenal
antara lain makam para anggota Walisongo dan makam raja-raja. Pada makam orang-
orang penting atau terhormat didirikan sebuah rumah yang disebut cungkup atau kubah
dalam bentuk yang sangat indah dan megah. Misalnya, makam Sunan Kudus, Sunan
Kalijaga, dan sunan-sunan besar yang lain.
2. Corak Khas Bangunan Makam IslamSetelah diadakan upacara jenazah pada hari ke-100 biasanya bangunan makam akan
terlihat lengkap dan dibuat secara permanen, terutama makam raja atau kalangan
bangsawan. Makam kuno Islam terdiri dari:
a. Jirat adalah bangunan yang dibuat dari batu atau tembokan yang berbentuk persegi
panjang dengan arah lintang utara-selatan.
b. Nisan adalah tongak pendek dari batu yang ditanam di atas gundukan tanah sebagai
tanda kubur yang biasanya dipasang di ujung utara dan seatan jirat.
c. Cangkup adalah bangunan mirip rumah yang berada di atas jirat.
3. Peninggalan Makam Kuno yang bercorak Islam di Indonesia
Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk makam dapat kita lihat antara lain pada
beberapa makam berikut:
a. Makam Sunan Langkat (di halaman dalam masjid Azisi, Langkat)
b. Makam Walisongo
c. Makam Imogiri (Yogyakarta)
d. Makam Raja Gowa
4. Peninggalan Nisan Kuno yang bercorak Islam
a. Di Leran, Gresik (Jawa timur) terdapat batu nisan bertuliskan bahasa dan huruf Arab,
yang memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah
binti Maimun yang berangka tahun 475 Hijriah (1082 M);
b. Di Sumatra (di pantai timur laut Aceh utara) ditemukan batu nisan Sultan Malik
alsaleh yang berangka tahun 696 Hijriah (!297 M);
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
12
c. Di Sulawesi Selatan, ditemukan batu nisan Sultan Hasanuddin;
d. Di Banjarmasin, ditemukan batu nisan Sultan Suryana Syah; dan
e. Batu nisan di Troloyo dan Trowulan.
Untuk mengetahui bentuk makam tersebut, silahkan Anda amati gambar 2.1 dan 2.2
berikut ini:
Gambar 2.1. Makam Sultan Hasanuddin Sultan Gowa ke-16.
Gambar 2.2. Batu Nisan Sultan Malik alsaleh
Dari gambar 2.2 dan 2.3 tersebut, yang perlu Anda ketahui bahwa makam dan nisan
tersebut ialah makam kuno yang bercorak Islam. Demikianlah uraian materi tentang seni
bangun makam dan nisan.
KALIGRAFI1. Definisi Kaligrafi
Secara Etimologi, kata Kaligrafi merupakan penyederhanaa dari CALLIGRAFY,
yaitu Callos yang berarti indah dan graph yang berarti tulisan. Jadi Kaligrafi adalah
tulisan yang indah, atau aksara yang sudah dibentuk dan dimasuki unsur keindahan.
Seni kaligrafi mulai berkembang pada abad ke-16 berupa tulisan indah dalam bahasa
Arab yang di pahat pada sebuah batu. Seni kaligrafi biasanya memiliki sebuah gambar
dengan pola beragam, misalnya daun-daunan, perbukitan atau bahkan sekedar garis-garis
geometri.
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
13
2. Bentuk Seni Pahat Kaligrafi
Senikaligrafi yang tumbuh subur itu biasanya dituangkan pada masjid dan makam.
Letak bagian masjid yang mendapat ukir-ukiran umumnya hanya di bagian mimbar. Hal
ini dapat dilihat pada hiasan Masjid Mantingan di kota Jepara sebagai contoh berikut ini:
Gambar 3.1. Relief di Masjid Mantingan Kabupaten Jepara, Jawa Tengah
Dari gambar 3.1 tersebut, yang perlu Anda ketahui bahwa Satu citra yang telah begitu
melekat dengan Jepara adalah predikatnya sebagai “Kota Ukir” atau Ukiran Jepara.
Demikianlah uraian materi tentang seni ukir kaligrafi.
BAB III
BENTUK PENINGGALAN SEJARAH BERCORAK ISLAM BERUPA SENI
SASTRA DI INDONESIA
A. Kompetensi Dasar dan Alokasi Waktu Kemampuan menguraikan proses perkembangan agama, kebudayaan dan kerajaan
yang bercorak Islam di Indonesia serta menghargai peninggalan-peninggalan
sejarahnya.
Alokasi waktu: 4 x 45 menit.
B. Materi Pokok
1. Hikayat
2. Babad
3. Syair Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
14
4. Suluk
C. Uraian MateriHIKAYAT
1. Definisi Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita,
cerita pelipur lara yang sulit diterima akal dan merupakan cerita rekaan, tetapi memiliki
pesan dan amanat kisah, dongeng maupun sejarah . Umumnya mengisahkan tentang
kephalawanan seseorang, lengkap dengan keanehan, kekuatan/ kesaktian, dan mukjizat
sang tokoh utama.
2. Ciri-ciri Hikayat
a. Berisi kisah - kisah kehidupan lingkungan istana (istana sentris).
b. Banyak peristiwa yang berhubungan dengan nilai - nilai Islam
c. Nama nama tokoh dipengaruhi oleh nama - nama Arab
d. Ditemukan tokoh dengan karakter diluar batas kewajaran karakter manusia pada
umumnya
e. Tidak ada`pembagian bab atau judul
f. Juru cerita tidak pernah disebuntak secara eksplisit (anonim)
g. Sulit membedakan peristiwa yang nyata dan peristiwa yang imajinatif
h. Banyak menggunaka kosakata yang kini tidak lazim digunakan dalam komunikasi
sehari-hari.
i. Seringkali menggunakan pernyataan yang berulang – ulang
j. Peristiwa seringkali tidak logis
k. Sulit memahami jalan ceritanya
l. Berbahasa klise,meniru bahasa penutur sebelumnya
m. Bersifat logis,menggunakan logika sendiri tidak sesuai dengan logika sendiri
3. Peninggalan Sejarah Bercorak Islam Berupa Hikayat
a. Hikayat Hang Tua sebuah karya sastra Melayu yang termasyhur dan mengisahkan
Hang Tuah. Dalam zaman kemakmuran Kesultanan Malaka, adalah Hang Tuah,
seorang laksamana yang amat termasyhur. Ia berasal dari kalangan rendah, dan
dilahirkan dalam sebuah gubug reyot. Tetapi karena keberaniannya, ia amat dikasihi
dan akhirnya pangkatnya semakin naik. Maka jadilah ia seorang duta dan mewakili
negeranya dalam segala hal. Hang Tuah memiliki beberapa sahabat karib: Hang Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
15
Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu. Ada yang berpendapat bahwa
kedua tokoh terakhir ini sebenarnya hanya satu orang yang sama saja. Sebab huruf
Jawi wau; "و" dan ra; bentuknya sangat mirip. Tetapi yang lain menolak dan "ر"
mengatakan bahwa kelima kawan ini adalah versi Melayu daripada para Pandawa
lima, tokoh utama dalam wiracarita Mahabharata. Hikayat ini berputar pada kesetiaan
Hang Tuah pada Seri Sultan. Bahkan ketika ia dikhianati dan dibuang, teman
karibnya, Hang Jebat yang memberontak membelanya akhirnya malah dibunuhnya.
Hal ini sampai sekarang terutama di kalangan Bangsa Melayu masih kontroversial.
Selain itu setting cerita ini adalah di Malaka sekitar abad ke-14 Masehi. Sebab banyak
diceritakan dalam hikayat ini perseteruan antara Malaka dan Majapahit. Banyak kritik
ditujukan kepada orang Jawa dalam hikayat ini. Meskipun begitu senjata paling
ampuh, yaitu sebilah keris, berasal dari Majapahit. Malah Hang Tuah lima bersaudara
dikatakan menuntut banyak ilmu kebatinan dari petapa Jawa. Untuk mengetahui
contoh Hikayat Hang Tua tersebut, silahkan Anda amati gambar 3.2 berikut ini:
Gambar 3.2. Hikayat Hang Tuah
b. Hikayat Amir Hamzah menceritakan perihal kegagahan dan keperwiraan seorang
pejuang Islam, iaitu Amir Hamzah, pada zaman sebelum dan awal kebangkitan Islam.
Hikayat Amir Hamzah merupakan salah satu dari kisah hikayat yang disebut dalam
Sejarah Melayu, semasa pertahanan Melaka dari serangan Portugis, hikayat ini
dikatakan telah dibacakan bagi menaikan semangat pahlawan Melayu. Oleh itu ia
jelas menunjukkan kehadirannya sebelum 1511 lagi. Dalam versi bercetak edisi 1987
terdapat 245,273 perkataan di dalamnya. Hikayat Amir Hamzah merupakan salah satu
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
16
dari kisah hikayat yang disebut dalam Sejarah Melayu, semasa pertahanan Melaka
dari serangan Portugis, hikayat ini dikatakan telah diberikan oleh Sultan Melaka
untuk dibacakan bagi menaikkan semangat pahlawan Melayu. Oleh itu ia jelas
menunjukkan kehadirannya sebelum 1511 lagi.
BABAD
1. Definisi Babad
Dalam khazanah sastra Jawa, karya sastra sejarah disebut babad. Kata babad dalam
khazanah sastra Jawa, karya sastra sejarah disebut babad. Kata babad dalam kosa kata
Jawa berarti: merambah atau menebang pohon-pohon di hutan, memangkas semak
belukar, mulai menggarap, dan cerita sejarah. Babad merupakan penulisan sejarah
tradisional atau historiografi tradisional sebagai suatu bentuk dan suatu kultur yang
membentangkan riwayat, dimana sifat – sifat dan tingkat kultur mempengaruhi dan
bahkan menentukan bentuk itu sehingga historiografi selalu mencerminkan kultur yang
menciptakannya. Cerita babad yang biasanya lebih berupa cerita dari pada uraian sejarah
meskipun yang menjadi pola adalah memang peristiwa sejarah.
2. Golongan dan Fungsi Babad
a. Babad terdiri dari tiga golongan yaitu:
babad yang isinya tidak sesuai dengan judulnya, karena isinya jauh lebih luas
dari yang disebut dalam judulnya.
babad yang isinya menceritakan sejarah setempat; artinya isinya hanya
menceritakan tentang sejarah asal mula daerah tertentu.
babad yang isinya menceritakan suatu periode tertentu dari sejarah Jawa, artinya
isinya hanya menceritakan peristiwa yang terjadi pada suatu masa tertentu.
b. Babad berfungsi antara lain yaitu:
Untuk melegitimasi (mengesahkan) asal – usul/silsilah leluhur,
kejadian/peristiwa, desa, pura atau hal – hal lainnya.
Sebagai penghormatan kepada leluhur.
Sebagai penuntun para keturunan dalam menjalankan kewajibannya masing –
masing.
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
17
Sebagai sumber inspirasi seni.
3. Peninggalan Sejarah Bercorak Islam Berupa Babad
a. Babad Tanah Jawi Merupakan karya sastra sejarah dalam berbentuk tembang Jawa.
Sebagai babad/babon/buku besar dengan pusat kerajaan zaman Mataram, buku ini
tidak pernah lepas dalam setiap kajian mengenai hal hal yang terjadi di tanah Jawa.
Babad ini juga memuat silsilah raja-raja cikal bakal kerajaan Mataram, yang juga
unik dalam buku ini sang penulis memberikan cantolan hingga nabi Adam dan nabi-
nabi lainnya sebagai nenek moyang raja-raja Hindu di tanah Jawa hingga Mataram
Islam. Silsilah raja-raja Pajajaran yang lebih dulu juga mendapat tempat. Berikutnya
Majapahit, Demak, terus berurutan hingga sampai kerajaan Pajang dan Mataram pada
pertengahan abad ke-18. Babad ini telah dipakai sebagai salah satu babon
rekonstruksi sejarah pulau Jawa. Namun menyadari kentalnya campuran mitos dan
pengkultusan, para ahli selalu menggunakannya dengan pendekatan kritis. Untuk
mengetahui contoh Babad tanah Jawi tersebut, silahkan Anda amati gambar 4.1
berikut ini:
Gambar 4.1. Babad Tanah Jawi
b. Babad Giyanti adalah sebuah syair dalam bentuk tembang macapat yang dikarang
oleh Yasadipura tentang sejarah pembagian Jawa pada 13 Februari 1755. Sesudah
keraton dipindahkan ke Surakarta dari Kartasura karena dibakar oleh orang Tionghoa,
maka Pangeran Mangkubumi pun keluar dari keraton dan marah sampai
memberontak. Sebab tanah bengkoknya dikurangi banyak sekali. Maka berperanglah
beliau melawan keraton Surakarta. Selama peperangan ini beliau dibantu oleh banyak
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
18
pangeran dan bangsawan lainnya, antara lain Pangeran Sambernyawa
(Mangkunegaran I). Lalu Pangeran Sambernyawa dibuat panglima perang. Dalam
peperangan ini, Pangeran Mangkubumi menaklukkan daerah-daerah di sebelah barat
Surakarta, di daerah Mataram. Selanjutnya Pangeran Sambernyawa malahan bentrok
dengan Pangeran Mangkubumi. Terjadinya bentrok ini karena kedua nya sama sama
ingin mendapatkan supremasi tunggal kedaulatan yang tidak terbagi. Sambernyawa
menjadi pesaing yang serius dari Mangkubumi dalam mendapatkan dukungan elite
Jawa sebab ketika diambil pemungutan suara antara memilih Samber nyawa atau
Mangkubumi maka pilihan dan dukungan kepada Sambernyawa melebihi dukungan
kepada Mangkubumi. Melihat dukungannya berkurang, Mangkubumi menyerang
sambernyawa dengan kekuatan bersenjata tetapi Samber nyawa alih alih dikalahkan,
Mangkubumi bahkan menderita kekalahan yang telak dan serius. Kekuatan bersenjata
Mangkubumi kalah telak dengan kekuatan Sambernyawa. Satu satu nya jalan untuk
cepat cepat bisa mendapat separuh kerajaan Mataram maka jalan pengkianatan
dilakukan oleh Mangkubumi. Mangkubumi meminta Semarang memberinya separuh
kekuasaan Mataram dan berjanji setia dan tunduk kepada Belanda serta bersedia
membantu Surakarta dan Belanda untuk melenyapkan Sambernyawa. Sebagai ikatan
perjanjian yang baru antara bekas musuh maka Mangkubumi bersedia untuk
memberikan isterinya Raden Ayu Retnosari dari Sukowati kepada Belanda atau VOC
sebagai tanda perjanjian persahabatan yang baru itu. Akhirnya Pangeran
Mangkubumi menjadi raja sendiri; sultan Hamengkubuwana I di kota baru yang
dinamakan Yogyakarta Karya sastra ini memuat visi Yasadipura dari peristiwa di atas
ini. Secara umum karya sastra ini dianggap indah dan mendapatkan kritik yang baik
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
19
oleh para pakar kesustraan Jawa. Untuk mengetahui contoh Babad Giyanti tersebut,
silahkan Anda amati gambar 4.2 berikut ini:
SYAIR
1. Definisi SyairSyair merupakan puisi lama yang tiap-tiap baitnya terdiri dari empat baris yang
berahir dengan bunyi yang sama. Syair berasal dari Persia (sekarang Iran) dan telah
dibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan Islam. Kata syair berasal
dari bahasa Arab syu’ur yang berarti perasaan. Kata syu’ur berkembang menjadi kata
syi’ru yang berarti puisi dalam pengertian umum. Syair dalam kesusastraan Melayu
merujuk pada pengertian puisi secara umum. Akan tetapi, dalam perkembangannya syair
tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga syair di desain sesuai dengan
keadaan dan situasi yang terjadi.
2. Ciri-ciri Syair
Ciri-ciri syair, antara lain sebagai berikut:
a. Setiap bait terdiri atas empat baris.
b. Setiap baris terdiri atas 8 sampai 14 suku kata.
c. Semua baris merupakan isi.
d. Syair bersajak aaaa.
e. Setiap bait syair tidak dapat berdiri sendiri.
f. Biasanya, setiap baris terdiri atas empat kata.
3. Peninggalan Sejarah Bercorak Islam Berupa Syair
a. Syair Abdul Muluk
Syair Abdul Muluk” menceritakan kisah seorang putra raja Hindustan yang
bernama Abdul Muluk. Dia adalah putra Abdul Hamid Syah. Abdul Hamid Syah
sangat bergembira melihat anaknya sudah cukup dewasa. Pada saat mencapai usia
tiga belas tahun, ia tampak sudah sangat dewasa. Selain pemikirannya yang
cemerlang, parasnya yang tampan, ia juga sangat bijak dalam menghadapi banyak
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
20
Gambar 4.2. Babad Giyanti
persoalan sehingga banyak orang yang mengagumi dan menyukainya. Tema ”Syair
Abdul Muluk” adalah kisah putra raja yang bijak. Pesan atau amanatnya adalah
hendaklah kita menjadi orang yang bijak dan baik budi agar dicintai sesama.
Contoh Syair Abdul Muluk:
Syair Abdul Muluk
Berhentilah kisah raja Hindustan,
Tersebutlah pula suatu perkataan,
Abdul Hamid Syah paduka Sultan,
Duduklah baginda bersuka-sukaan.
Abdul Muluk putra baginda,
Besarlah sudah bangsawan muda,
Cantik menjelis usulnya syahda,
Tiga belas tahun umurnya ada.
Parasnya elok amat sempurna,
Petah menjelis bijak laksana,
Memberi hati bimbang gulana,
Kasih kepadanya mulya dan hina.
Demikianlah uraian materi tentang peninggalan sejarah yang bercorak Islam
berupa syair. Untuk menguji pemahaman Anda, maka isilah tabel 1.1 berikut ini, Dan
untuk mengetahui kebenaran jawaban Anda. Silahkan tanyakan kepada guru bina
Anda.
Tabel 1.1. Peninggalan sejarah yang bercorak Islam berupa syair
Definisi Syair Ciri-ciri Syair Contoh syair
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
21
SULUK
1. Definisi Suluk
Suluk secara harfiah berarti menempuh (jalan). Dalam kaitannya dengan agama
Islam dan sufisme, kata suluk berarti menempuh jalan (spiritual) untuk menuju Allah.
Menempuh jalan suluk (bersuluk) mencakup sebuah disiplin seumur hidup dalam
melaksanakan aturan-aturan eksoteris agama Islam (syariat) sekaligus aturan-aturan
esoteris agama Islam (hakikat). Ber-suluk juga mencakup hasrat untuk Mengenal Diri,
Memahami Esensi Kehidupan, Pencarian Tuhan, dan Pencarian Kebenaran Sejati
(ilahiyyah), melalui penempaan diri seumur hidup dengan melakukan syariat lahiriah
sekaligus syariat batiniah demi mencapai kesucian hati untuk mengenal diri dan Tuhan.
Kata suluk berasal dari terminologi Al-Qur'an, Fasluki, dalam Surat An-Nahl [16] ayat
69, Fasluki subula rabbiki zululan, yang artinya Dan tempuhlah jalan Rabb-mu yang
telah dimudahkan (bagimu). Seseorang yang menempuh jalan suluk disebut salik.
2. Peninggalan Sejarah Bercorak Islam Berupa Syair
Kitab suluk merupakan karya sastra tertua peninggalan kerajaan Islam di Nusantara
contohnya:
a. Suluk Wujil
Contoh:
Oleh karena itu ketahuilahTempat datangnya yang menyembah
Dan Yang DisembahPribadi besar mencari hakikat diriDengan tujuan ingin mengetahui
Makna sejati hidupDan arti keberadaannya di duniaKarena itu, Wujil, kenali dirimu
Kenali dirimu yang sejatiIngkari benda
Agar nafsumu tidur terlenaDia yang mengenal diri
Nafsunya akan terkendaliDan terlindung dari jalanSesat dan kebingungan
Kenal diri, tahu kelemahan diriSelalu awas terhadap tindak tanduknya
b.
Apakah salat yang sebenar-benar salat?
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
22
Renungkan ini: Jangan lakukan salatAndai tiada tahu siapa dipujaBilamana kaulakukan juga
Kau seperti memanah burungTanpa melepas anak panah dari busurnya
Jika kaulakukan sia-siaKarena yang dipuja wujud khayalmu semata
Lalu apa pula zikir yang sebenarnya?Dengar: Walau siang malam berzikirJika tidak dibimbing petunjuk Tuhan
Zikirmu tidak sempurnaZikir sejati tahu bagaimanaDatang dan perginya nafas
Di situlah Yang Ada, memperlihatkanHayat melalui yang empat
Pedoman hidup sejatiIalah mengenal hakikat diri
Tidak boleh melalaikan shalat yang khusyuk
BAB IV
AKULTURASI BENTUK PENINGGALAN SEJARAH BERCORAK ISLAM DENGAN KEBUDAYAAN SETEMPAT DI BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA
BERUPA UPACARA, TRADISI, DAN PENDIDIKAN
A. Kompetensi Dasar dan Alokasi Waktu Kemampuan menguraikan proses perkembangan agama, kebudayaan dan kerajaan
yang bercorak Islam di Indonesia serta menghargai peninggalan-peninggalan
sejarahnya.
Alokasi waktu: 4 x 45 menit.
B. Materi Pokok
1. Tahlil dan Ziarah
2. Tradisi Sekaten dan Grebeg Maulud
3. Dakwa dan Pengajian Al-Quran
4. Tradisi Ramadhan
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
23
C. Uraian Materi
TAHLIL DAN ZIARAH
1. Definisi Tahlilan
Pada mempersiapkan penguburan orang mati yang ditandai dengan memandikan,
mengkafani, menshalati dan pada akhirnya menguburkan. Setelah penguburan itu selama
sepekan, tiap malam hati diadakan slametan mitung dina (tujuh hari), yaitu kirim doa
dengan didahului bacaan tasybih, tahmid, takbir, tahlil, dan shalawat Nabi yang secara
keseluruhan rangkaian bacaan itu disebut tahlilan. Istilah tahlil itu sendiri berarti
membaca dzikir dengan bacaan laa ilaalah illallaah. Slametan yang sama dilakukan pada
saat kematian iyu sudah mencapai 40 hari (matang puluh), 100 hari (nyatus), satu tahun
(mendhak sepisan), dua tahun (mendhak pindo), dan tiga tahun (nyewu). Tahlilan kirim
doa kepada leluhur terkadang dilakukan juga oleh kelurga bersama-sama pada saat-saat
ziarah kubur, khususnya pada waktu menjelang bulan Ramadha. Tahlilan lebi meluas
penggunaanya. Tahlilan tidak saja di baca sebagai upaya mendoakan ahli kubur, tetapi
tahlil dibaca sebagai pelengkap dari doa selametan. Sehingga kapan saja di adakan
upacara selametan dimungkinkan juga untuk dibacakan tahlilan. Misalnya pada waktu
mau pindah rumah, syukuran sembuh dari sakit,naik pangkat dan lain sebagainya.
2. Definisi Ziarah
Ziarah kubur ialah berkunjung ke makam/pesarean orang Islam yang sudah wafat,
baik orang muslim biasa, orang shalih, ulama, wali atau Nabi. Upacara ziarah kubur ini di
sebut sebagai upacara nyadran. dalam tata-cara pelaksana'annya diketahui bahwa Ziarah
Kubur terdiri dari 4 (empat) macam :
a. Ziarah orang-orang mulia yang masih hidup ke makam orang-orang mulia. Seperti
berziarahnya Fatimah ra (putri Nabi SAW) setiap hari Jum'at ke makam Hamzah bin
Abdul Muttholib ra, dan berziarahnya 'Aisyah ra (istri Nabi SAW) ke makam
saudaranya Abdurrahman bin Abu Bakar ra, begitu pula berziarahnya Imam Syafi'ie
ra ke makam Imam Abu Hanifah al-Nu'man ra.
b. Ziarah orang-orang mulia yang masih hidup ke makam orang-orang biasa (awam).
Seperti berziarahnya Nabi SAW ke makam para syuhada Uhud, begitu pula
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
24
berziarahnya Nabi SAW ke makam seorang wanita tua yang selalu menyapu halaman
masjid.
c. Ziarah orang-orang biasa (awam) ke makam orang-orang mulia. Seperti berziarahnya
kaum muslimin ke makam Nabi SAW di Madinah. Begitu pula berziarahnya orang-
orang biasa (awam) ke makam para Nabi dan Rasul Allah, serta para Waliyullah, para
Ulama dan orang tua.
d. Ziarah orang-orang biasa (awam) ke makam orang-orang biasa (awam).
Adapun tujuan dari kegiatan Ziarah Kubur adalah sebagai berikut:
a. Mendo'akan kepada ahli kubur supaya mendapat Maghfiroh dan Rahmat dari Allah
SWT, serta senantiasa mendapat kelapangan dalam kubur. Dan dijadikan kuburnya
Raudhoh min Riyadhil Jannah (taman Syurga) serta selamat dari azab kubur. Karena
orang-orang yang telah meninggal dunia sangat mengharap kiriman Do'a dari sanak
saudara yang masih hidup.
b. Sebagai tanda Bakti anak kepada orang tua.
c. Sebagai tanda Cinta (Mahabbah) kepada orang yang diziarahi, dan mengharap
Barakah (Tabarruk) dari Allah SWT ketika berziarah ke makam para Waliyullah atau
para Ulama (Pewaris para Nabi). Semoga keberkahan dan kebaikan yang Allah SWT
berikan kepada mereka dapat diberikan pula kepada kita yang menziarahi kubur
mereka.
d. Mengingatkan diri pada Kematian dan negeri akhirat. Sehingga timbul rasa
penyesalan dan penuh dosa, yang membangkitkan semangat untuk bertaubat, dan
berbuat Taqwa kepada Allah SWT, serta kepedulian terhadap sesama manusia, serta
lapang dada dalam mema'afkan kesalahan orang lain.
TRADISI SEKATEN DAN GREBEG MAULUD
1. Tradisi Sekaten
Sekaten atau upacara Sekaten (berasal dari kata Syahadatain atau dua kalimat
syahadat) adalah acara peringatan ulang tahun nabi Muhammad s.a.w. yang diadakan
pada tiap tanggal 5 bulan Jawa Mulud (Rabiul awal tahun Hijrah) di alun-alun utara
Surakarta dan Yogyakarta. Upacara ini dulunya dipakai oleh Sultan Hamengkubuwana I,
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
25
pendiri keraton Yogyakarta untuk mengundang masyarakat mengikuti dan memeluk
agama Islam. Pada hari pertama, upacara diawali saat malam hari dengan iring-iringan
abdi Dalem (punggawa kraton) bersama-sama dengan dua set gamelan Jawa: Kyai
Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu. Iring-iringan ini bermula dari pendopo Ponconiti
menuju masjid Agung di alun-alun utara dengan dikawal oleh prajurit Kraton. Kyai
Nogowilogo akan menempati sisi utara dari masjid Agung, sementara Kyai Gunturmadu
akan berada di Pagongan sebelah selatan masjid. Kedua set gamelan ini akan dimainkan
secara bersamaan sampai dengan tanggal 11 bulan Mulud selama 7 hari berturut-turut.
Pada malam hari terakhir, kedua gamelan ini akan dibawa pulang ke dalam Kraton. Di
awal masa permulaan perkembangan agama Islam di Jawa, Sunan Kalijogo (salah
seorang dari Wali Songo) mempergunakan instrumen musik jawa Gamelan, sebagai salah
satu sarana untuk menarik perhatian masyarakat, agar mau datang untik menghadiri dan
menikmati pagelaran karawitannya.
Pagelaran karawitan ini mempergunakan dua perangkat gamelan yang memiliki
laras suara sangat merdu, yaitu Kyai Nogowilogo dan Kyai Guntur Madu. Selain
memainkan alat gamelannya, saat pagelaran Sunan Kali Jogo juga melakukan khotbah
dan pembacaan ayat-ayat suci Al Qur’an. Dan selama khotbahnya, Sunan Kali Jogo
memberikan kesempatan bagi masyarakat yang berkeinginan untuk memeluk agama
Islam. Mereka diwajibkan memengucapkan kalimat “Syahadat” yang sebagai pernyataan
taat kepada ajaran agama Islam. Istilah “Syahadat” ini kemudian dikenal masyarakat
Jawa dengan istilah “Syahadatain”, yang berangsur-angsur berubah menjadi “Syakatain”
dalam pengucapannya. Dan saat ini lebih dikenal dengan istilah “Sekaten”.
2. Grebeg Maulud
Acara puncak peringatan Sekaten ini ditandai dengan Grebeg Muludan yang
diadakan di hari ulang tahun Nabi Muhammad S.A.W mulai jam 8:00 pagi. Dengan
dikawal oleh 10 macam (bregodo/kompi) prajurit Kraton: Wirobrojo, Daeng,
Patangpuluh, Jogokaryo, Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijero, Surokarso, dan
Bugis, sebuah Gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan dan buah-buahan serta
sayur-sayuan akan dibawa dari istana Kemandungan melewati Sitihinggil dan Pagelaran
menuju masjid Agung. Setelah dido'akan Gunungan yang melambangkan kesejahteraan
kerajaan Mataram ini dibagikan kepada masyarakat yang menganggap bahwa bagian dari
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
26
Gunungan ini akan membawa berkah bagi mereka. Bagian Gunungan yang dianggap
sakral ini akan dibawa pulang dan ditanam di sawah/ladang agar sawah mereka menjadi
subur dan bebas dari segala macam bencana dan malapetaka.
DAKWAH DAN PENGAJIAN AL-QUR’AN
1. Dakwah
Pada abad 7 masehi, Islam sudah sampai ke Nusantara. Para Dai yang datang ke
Indonesia berasal dari jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India yakni
bangsa Gujarat dan ada juga yang telah beradaptasi dengan bangsa Cina, dari berbagai
arah yakni dari jalur sutera (jalur perdagangan) dakwah mulai merambah di pesisir-
pesisir Nusantara. Sampainya dakwah di Indonesia melalui para pelaut-pelaut atau
pedagang-pedagang sambil membawa dagangannya juga membawa akhlak Islami
sekaligus memperkenalkan nilai-nilai yang Islami. Pada abad 13 Masehi ada fenoma
yang disebut dengan Wali Songo yaitu ulama-ulama yang menyebarkan dakwah di
Indonesia. Wali Songo mengembangkan dakwah atau melakukan proses Islamisasinya
melalui saluran-saluran:
a. Perdagangan
b. Pernikahan
c. Pendidikan (pesantren)
Wali Songo menggunakan wayang sebagai media dakwah dengan sebelumnya
mewarnai wayang tersebut dengan nilai-nilai Islam. Yang menjadi ciri pengaruh Islam
dalam pewayangan diajarkannya egaliterialisme yaitu kesamaan derajat manusia di
hadapan Allah dengan dimasukannya tokoh-tokoh punakawam seperti Semar, Gareng,
Petruk, dan Bagong. Para Wali juga menggubah lagu-lagu tradisional (daerah) dalam
langgam Islami, ini berarti nasyid sudah ada di Indonesia ini sejak jaman para wali.
Dalam upacara-upacara adat juga diberikan nilai-nilai Islam.
2. Pengajian Al-Qur’an
Pengenalan Islam ke Indonesia sejak awal perkembangannya pada abad VII hingga
sekitar abad XII belum dilakukan secara sistematis. Dakwah Islamiah secara sistematis
baru dilakukan berlangsung pada awal abad XIII ketika para pedagang Arabia berlayar
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
27
hingga ke Sumatra Utara. Kemudian, pada awal abad XV, mereka sampai di Jawa dan
menyebarkan Islam dengan cara yang ‘halus’. Para ulama Islam berhasil duduk dalam
birokrasi dan menjadi pemimpin upacara keagamaan diberbagai kerajaan/kesultanan.
Para ulama bahkan memasuki kehidupan kalangan istana melalui perkawinan. Hal ini
memungkinkan mereka untuk mengenalkan Islam kepada kalangan istana maupun rakyat
kebanyakan yang tinggal di sekitarnya. Di pihak lain, para sufi atau guru mistik
melakukan perjalanan berkeliling pedalaman untuk berdakwah kepada masyarakat di
wilayah pedalaman. Mereka mendatangi pusat-pusat pemukiman penduduk untuk
mengenalkan dan mengajarkan Islam. Ketika ajaran yang disampaikan menarik semakin
banyak penduduk, maka pengajaran itu mulai dipusatkan di suatu tempat dan
dilaksanakan secara rutin. Sejak saat itulah, tampaknya institusi pengajian mulai
dikenalkan di wilayah Nusantara, khususnya Jawa, untuk menyebut lembaga yang
menyelenggarakan pengajaran Islam. Pada awal kehadirannya, materi pengajian meliputi
pelajaran membaca al-Qur’an, fiqh, tauhid, dan tasawuf. Bahkan, pertengahan abad
XVIII, kegiatan pengajian lebih difokuskan pada kegiatan pengajaran al-Qur’an. Proses
transmisi pengetahuan pada waktu itu masih bersifat individual, yang lazim disebut
sebagai mangaji (mengaji) atau baguru (berguru). Pengajian yang bersifat komunal
belum berkembang.
TRADISI RAMADHAN
Di Indonesia, dimana masyarakatnya mayoritas muslim, berbagai acara atau tradisi
menyambut Ramadhan banyak digelar di berbagai daerah. Tentu saja caranya berbeda-
beda namun semangatnya tetap sama, yakni merupakan bentuk ucap syukur serta
kegembiraan umat muslim akan datangnya bulan puasa.Dalam kalender Islam, bulan
Ramadhan akan di awali dengan datangnya bulan Sya’ban.Nah di bulan Sya’ban ini
biasanya banyak digelar upacara tradisi menyambut datangnya bulan Ramadhan. Berikut
ini tradisi menyambut ramadhan dari berbagai daerah di indonesia :
1. Dugderan
Tradisi “Dugderan” ini berasal dari kota Semarang, Jawa Tengah. Nama
“Dugderan” sendiri berasal dari kata “Dug” dan “Der”. Kata Dug diambil dari suara dari
bedug masjid yang ditabuh berkali-kali sebagai tanda datangnya awal bulan Ramadhan.
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
28
Sedangkan kata “Der” sendiri berasal dari suara dentuman meriam yang disulutkan
bersamaan dengan tabuhan bedug. Tradisi yang sudah berumur ratusan tahun ini terus
bertahan ditengah perkembangan jaman. biasanya digelar kira-kira 1-2 minggu sebelum
puasa dimulai. Karena sudah berlangsung lama, tradisi Dugderan ini pun sudah menjadi
semacam pesta rakyat. Meski sudah jadi semacam pesta rakyat berupa tari japin, arak-
arakan (karnaval) hingga tabuh bedug oleh Walikota Semarang, tetapi proses ritual
(pengumuman awal puasa) tetap menjadi puncak dugderan. Untuk tetap mempertahankan
suasana seperti pada jamannya, dentuman meriam kini biasanya diganti dengan suara-
suara petasan atau bleduran. Bleduran terbuat dari bongkahan batang pohon yang
dilubangi bagian tengahnya, untuk menghasilkan suara seperti meriam biasanya diberi
karbit yang kemudian disulut api.
2. Padusan
Lain daerah pasti lain pula tradisinya, masyarakat di Klaten, Boyolali, Salatiga dan
Yogyakarta biasa melakukan upacara berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber
mata air ditempat-tempat kramat. Tradisi ini disebut “Padusa” yang bermakna agar jiwa
dan raga seseorang yang akan melakukan ibadah puasa bersih secara lahir dan batin.
Selain itu juga bermakna sebagai pembersihan diri atas segala kesalahan dan perbuatan
dosa yang telah dilakukan sebelumnya.
3. Meugang
Berbeda dengan lainnya, di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) atau yang akrab
disebut dengan kota “Serambi Mekah”, warganya menyambut datangnya bulan suci
Ramadhan dengan menyembelih kambing atau kerbau. Tradisi ini disebut “Meugang”,
konon kabarnya tradisi “Meugang” sudah ada sejak tahun 1400 Masehi, atau sejak jaman
raja-raja Aceh.
Tradisi makan daging kerbau atau kambing ini biasa dilakukan oleh seluruh warga
Aceh. Bahkan jika ada warga yang tidak mampu membeli daging untuk dimakan, semua
warga akan bergotong-royong membantu, agar semua warganya dapat menikmati daging
kambing atau kerbau sebelum datangnya bulan Ramadhan. Tradisi “Meugang” biasanya
juga dilakukan saat hari raya Lebaran dan Hari Raya Haji.
4. Balimau
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
29
Tradisi Balimau hampir sama dengan tradisi padusa, yakni membersihkan diri
dengan cara berendam atau mandi bersama-sama di sungai atau tempat pemandian.
Tradisi Balimau dilakukan oleh masyarakat Padang, Sumatera Barat. Biasanya tradisi ini
dilakukan dari mulai matahari terbit hingga terbenam beberapa hari sebelum bulan
Ramadhan. Mirip dengan “Padusa”, makna dari tradisi Balimau ini berarti melakukan
pembersihan diri secara lahir dan batin, agar seseorang siap menjalankan ibadah puasa.
5. Jalur Pacu
Di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, masyarakatnya memiliki tradisi yang mirip
dengan lomba dayung. Tradisi “Jalur Pacu” ini digelar di sungai-sungai di Riau dengan
menggunakan perahu tradisional, seluruh masyarakat akan tumpah ruah jadi satu
menyambut acara tersebut. Tradisi yang hanya digelar setahun sekali ini akan ditutup
dengan “Balimau Kasai” atau bersuci menjelang matahari terbenam hingga malam.
6. Nyorog
Di Betawi, tradisi “Nyorog” atau membagi-bagikan bingkisan makanan kepada
anggota keluarga yang lebih tua, seperti Bapak/Ibu, Mertua, Paman, Kakek/Nenek,
menjadi sebuah kebiasan yang sejak lama dilakukan sebelum datangnya bulan
Ramadhan. Meski istilah “Nyorog”nya sudah mulai menghilang, namun kebiasan
mengirim bingkisan sampai sekarang masih ada di dalam masyarakat Betawi. Bingkisan
tersebut biasanya berisi bahan makanan mentah, ada juga yang berisi daging kerbau, ikan
bandeng, kopi, susu, gula, sirup, dan lainnya. Tradisi “Nyorog” di masyarakat Betawi
memiliki makna sebagai tanda saling mengingatkan, bahwa bulan suci Ramadhan akan
segera datang, selain itu tradisi “Nyorog” juga sebagai pengikat tali silahturahmi sesama
sanak keluarga.
7. Mungguhan
Mungguhan adalah satu kegiatan berkumpul bagi anggota keluarga, sahabat dan
bahkan juga teman-teman kita saling bermaaf-maafan sambil menikmati sajian makanan
khas untuk kemudian mempersiapkan diri masing-masing dalam menghadapi bulan
Ramadhan yang akan datang. Tradisi ini adalah kebiasaan yang dilakukan oleh orang
sunda dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan. Biasanya tradisi ini dilakukan oleh
hampir semua golongan masyarakat walaupun dengan cara yang berbeda-beda. Tetapi
intinya tetap satu, yaitu berkumpul bersama sambil menikmati sajian makanan yang
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
30
disuguhkan. Inilah tradisi yang biasa dilakukan ditengah masyarakat sunda pada
umumnya yang secara turun temurun terus dipertahankan oleh setiap generasi berikutnya.
BAB V
EVALUASI
A. Maksud dan Tujuan Evaluasi
Evaluasi Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang wajib dilakukan di dunia
pendidikan. Evaluasi Pembelajaran tentu saja tidak hanya mengadakan evaluasi namun
memiliki beberapa tujuan an fungsi. Evaluasi pembelajaran memilki berbagai tujuan
diantaranya adalah untuk :
1. Menentukan angka kemajuan atau hasil belajar pada siswa. Berfungsi sebagai :
a. Laporan kepada orang tua / wali siswa.
b. Penentuan kenaikan kelas
c. Penentuan kelulusan siswa.
2. Penempatan siswa ke dalam situasi belajar mengajar yang tepat dan serasi dengan tingkat
kemampuan, minat dan berbagai karakteristik yang dimiliki. Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
31
3. Mengenal latar belakang siswa (psikologis, fisik dan lingkungan) yang berguna baik bagi
penempatan maupun penentuan sebab-sebab kesulitan belajar para siswa, yakni berfungsi
sebagai masukan bagi tugas Bimbingan dan Penyuluhan (BP).
4. Sebagai umpan balik bagi guru, yang pada gilirannya dapat digunakan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan program remdial bagi siswa.
Evaluasi mempunyai fungsi : Kurikuler (alat pengukur ketercapaian tujuan mata
pelajaran), instruksional (alat ukur ketercapaian tujuan proses belajar mengajar), diagnostik
(mengetahui kelemahan siswa, penyembuhan atau penyelesaian berbagai kesulitan belajar
siswa)., placement (penempatan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya, serta
kemampuannya) dan administratif BP (pendataan berbagai permasalahan yang dihadapi
siswa dan alternatif bimbingan dan penyuluhanya).
Kegiatan evaluasi ini diberikan dalam bentuk pengujian tertulis yang terdiri dari 15 soal
pilihan ganda dan 10 essai. Dalam setiap soal pilihan ganda dengan jawaban yang benar
mendapatkan skor 2, sehingga total skor yang diperoleh dari seluruh soal adalah 30.
Kemudian, dalam setiap soal essai dengan jawaban yang benar mendapatkan skor 7, sehingga
total skor yang diperoleh adalah 70. Selanjutnya, total skor tersebut akan diolah menjadi
bentuk nilai dari 0 sampai 100 dengan rumus: Nilai = (total skor pilihan ganda+total skor
essai).
Adapun tingkat keberhasilan, pemahaman dan daya serap siswa terhadap materi
pelajaran ini ditentukan dari total perolehan skor jawaban benar dengan kriteria pembobotan
penilaian sebagai berikut:
NILAI PREDIKAT90-100 Baik Sekali80-89 Baik
70-79 Cukup60-69 Kurang
B. Materi Evaluasi
1. Ruang lingkup materi evaluasi
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
32
Materi evaluasi dalam modul ini meliputi seluruh materi yang telah disampaikan,
yaitu bentuk peninggalan sejarah bercorak Islam berupa seni bangun, pahat dan ukir di
Indonesia, bentuk peninggalan sejarah bercorak Islam berupa seni sastra di Indonesia,
akulturasi bentuk peninggalan sejarah bercorak Islam dengan kebudayaan setempat di
berbagai daerah di Indonesia berupa upacara, tradisi, dan pendidikan.
2. Aspek evaluasi
Adapun aspek yang dievaluasi dalam modul ini, yaitu:
a. Aspek kognitif penguasaan peserta didik terhadap seluruh materi ysng
disajikan dalam bentuk modul ini.
b. Aspek afektif kedisiplinan dan kejujuran siswa dalam mengejakan tugas-tugas
yang diberikan.
c. Aspek psikomotor ketelitian dan kecakapan siswa dalam mengerjakan tugas-
tugas yang diberikan.
C. Soal Evaluasi
Soal Pilihan Ganda1. Bagaimana ciri atap masjid-masjid kuno di Indonesia…..
a. Beratap tumpang (atap yang bersusun, semakin ke atas semakin kecil, dan yang
paling atas berbentuk limas).
b. Terdapat barisan tiang yang mengelilingi empat tiang induk
c. Terdapat mimbar dan menara untuk menyeruhkan sholat
d. Terdapat pondasi yang agak tinggi
2. Keraton yang didirikan oleh Fatahillah atau Syarif Hidayatullah pada tahun 1636,
yaitu…..
a. Keraton kesultanan Aceh
b. Keraton Cirebon
c. Keraton Surakarta
d. Keraton Yogyakarta
3. Corak khas bangunan makam kuno Islam terdidi dari…..
a. Jirat, nisan dan Cangkup
b. Nisan, soko guru dan mimbar
c. Jirat, serambi dan taman
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
33
d. Cangkup, menara dan mimbar
4. Nisan bertuliskan bahasa dan huruf Arab, yang memuat keterangan tentang
meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimun yang berangka tahun
475 Hijriah (1082 M) yakni…..
a. Batu nisan di Aceh
b. Batu nisan di Sulawesi Selatan
c. Batu nisan di Leran, Gresik
d. Batu nisan di Troloyo dan Trowulan
5. Seni kaligrafi mulai berkembang pada abad ke-16 berupa tulisan indah dalam bahasa….
a. Persia
b. Arab
c. Gujarat
d. Jawa kuno
6. Salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita, cerita pelipur lara
yang sulit diterima akal dan merupakan cerita rekaan, tetapi memiliki pesan dan amanat
kisah, dongeng maupun sejarah merupakan…..
a. Suluk
b. Babad
c. Hikayat
d. Syair
7. Hikayat Hang Tua sebuah karya sastra Melayu yang termasyhur dan mengisahkan Hang
Tuah. Dalam zaman kemakmuran Kesultanan……
a. Malaka
b. Melayu
c. Aceh
d. Cirebon
8. Babad merupakan penulisan sejarah tradisional atau historiografi tradisional sebagai
suatu bentuk dan suatu kultur yang berfungsi antara lain……
a. Melegitimasi (mengesahkan) asal–usul leluhur, kejadian/peristiwa, desa, pura atau
hal – hal lainnya.
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
34
b. Memahami Esensi Kehidupan, Pencarian Tuhan, dan Pencarian Kebenaran Sejati
(ilahiyyah),
c. Sebagai ikatan perjanjian yang baru antara bekas musuh maka Mangkubumi bersedia
untuk memberikan isterinya Raden Ayu Retnosari dari Sukowati kepada Belanda atau
VOC
d. melaksanakan aturan-aturan eksoteris agama Islam (syariat) sekaligus aturan-aturan
esoteris agama Islam
9. Syair Abdul Muluk menceritakan kisah seorang putra raja Hindustan yang bernama…..
a. Abdul Hamid Syah
b. Amir Hamzah
c. Abdul Muluk
d. Hang Kesturi
10. Kata suluk berasal dari terminologi Al-Qur'an, Fasluki, dalam Surat An-Nahl [16] ayat
69, Fasluki subula rabbiki zululan, yang artinya…..
a. Tanpa melepas anak panah dari busurnya jika kaulakukan sia-sia karena yang dipuja
wujud khayalmu semata
b. Kenal diri, tahu kelemahan diri selalu awas terhadap tindak tanduknya
c. Dan tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah dimudahkan (bagimu). Seseorang yang
menempuh jalan suluk disebut salik.
d. Memberi hati bimbang gulana, kasih kepadanya mulya dan hina.
11. Kirim doa dengan didahului bacaan tasybih, tahmid, takbir, tahlil, dan shalawat Nabi yang secara keseluruhan rangkaian bacaan itu disebut…..a. Tahlilanb. Dakwac. Sekatend. Gerebeg Maulud
12. Acara puncak peringatan Sekaten ini ditandai dengan Grebeg Muludan yang diadakan setiap hari…..a. Ulang tahun Sultan Hamengkubuwonob. Ulang tahun Sunan Bonangc. Ulang tahun Nabi Muhammad S.A.W
13. Wali Songo mengembangkan dakwah atau melakukan proses Islamisasinya melalui saluran-saluran…..a. Kekuasaan dan Pemerintahan
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
35
b. Perdagangan, Pernikahan, dan Pendidikan (pesantren)c. Pengabdian d. Pelayaran
14. Pertengahan abad XVIII, kegiatan pengajian lebih difokuskan pada kegiatan pengajaran…..a. Tasawufb. Tajwidc. Akhlaqd. Al-Quran
15. Nama “Dugderan” sendiri berasal dari kata “Dug” dan “Der”. Kata Dug berasal dari…..a. Suara dari kentongan yang membangunkan orang puasab. Suara dari ucapan sunan kudus untuk menggemakan adzan c. Suara dari bedug masjid yang ditabuh berkali-kali sebagai tanda datangnya awal
bulan Ramadhand. Bunyi alunan nada pembacaan Al-Quran
Soal Essai
1. Jelaskan Keunikan menara Masjid Kudus dan Masjid Banten!
2. Jelaskan Definisi dan fungsi dari keraton!
3. Sebutkan tujuh kompleks inti yang berada di istana para Sultan Yogyakarta!
4. Sebutkan peninggalan sejarah yang bercorak Islam dalam bentuk makam!
5. Bagaimana pengertian dari nama kaligrafi?
6. Ulaskan kembali mengenai cerita Hikayat Amir hamzah!
7. Sebutkan tiga golongan dari babad!
8. Bagaimanakah definisi dari karya sastra syair?
9. Jelaskan isi cerita mengenai Syair Abdul Muluk Syair Abdul Muluk!
10. Bagaimana bunyi beberapa bait suluk Wijil karya Sunan Bonang!
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
36
BAB VI
PENUTUP
Melalui pembelajaran berbasis modul, diharapkan akan membantu siswa agar dapat
belajar secara mandiri, mengukur kemampuan diri sendiri, dan menilai dirinya sendiri. Tidak
terkecuali dalam memahami konsep dasar pemrograman dan implementasinya. Semoga
modul ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan dalam proses pembelajaran di kelas.
Siswa dapat mendalami materi lain di samping materi yang ada di modul ini melalui
berbagai sumber, jurnal, maupun internet. Semoga modul ini bermanfaat bagi peserta didik
khususnya pada jenjang SMP kelas VII.
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
37
Tak lupa dalam kesempatan ini, penulis mohon saran dan kritik yang membangun
terhadap modul ini, demi sempurnanya penyusunan modul ini di masa yang akan datang.
Semoga modul ini dapat memberikan manfaat.
GLOSARIUM
Akulturasi : percampuran dua kebudayaan atau lebih yg saling bertemu dan saling
mempengaruhi
Balairung : balai atau pendapa besar tempat raja dihadap rakyatnya (di Yogyakarta dan
Surakarta disebut bangsal kencana)
Eksoteris : milik kalangan luar atau kalangan yang belum diinisiasi
Esoteris : bersifat khusus (rahasia, terbatas)
Kubah : atap yg melengkung merupakan setengah bulatan (kupel)
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
38
Meru : bangunan yg terdapat di kuil, merupakan tempat persembahan, terdiri atas 3-
11 atap atau tingkat (di Bali); atap bangunan pura yg bersusun dan semakin
ke atas semakin kecil
Mihrab : ruang kecil di langgar atau di masjid, tempat imam berdiri waktu salat
berjamaah
Paviliun : rumah (bangunan) tambahan di samping rumah induk
UNESCO : United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
(Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB)
DAFTAR PUSTAKA
Mas’ud Abdurrahman, dkk. 2000. Islam dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media
Sudjianingsih, Sri. 1994. Sejarah Daerah Jawa Tengah. Jakarta: Proyek Inventarisasi danDokumentasi Sejarah Nasional.
Syafi’I Jamal. 2006. Profil Kota Semarang. Semarang: CV Imperium Agung.
R. Soekmono, Sejarah Kebudayaan Indonesia 3, Kanisius, Yogyakarta, 1985
Nugroho Notosusanto, dkk. 1992. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Depdikbud
Abu Bakar. 1962. Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawwuf. Semarang: Ramadhani.
Poerbatjaraka. 1952. Kepustakaan Djawa. Amsterdam/Jakarta: Djambatan.
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
39
KUNCI JAWABAN SOAL
A. Pilihan Ganda1. A 6. C 11. A2. C 7. B 12. C3. A 8. A 13. B4. C 9. C 14. D5. B 10. C 15. C
B. Essai1. Keunikan menara Masjid Kudus yaitu bentuk menaranya yang menyerupai candi
yang diberi atap tumpang, sedangkan menara Masjid Banten menyerupai mercusuar
Eropa.
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
40
2. Keraton merupakan tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan penting yang
menyangkut urusan kerajaan. Keraton juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan
sebagai tempat tinggal raja beserta keluarganya
3. Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri
Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan),
dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan)
4. Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk makam dapat kita lihat antara lain pada
beberapa makam berikut:
Makam Walisongo
Makam Sunan Langkat (di halaman dalam masjid Azisi, Langkat)
Makam Imogiri (Yogyakarta)
Makam Raja Gowa
5. Kata Kaligrafi merupakan penyederhanaa dari CALLIGRAFY, yaitu Callos yang
berarti indah dan graph yang berarti tulisan. Jadi Kaligrafi adalah tulisan yang indah,
atau aksara yang sudah dibentuk dan dimasuki unsur keindahan
6. Hikayat Amir Hamzah menceritakan perihal kegagahan dan keperwiraan seorang
pejuang Islam, iaitu Amir Hamzah, pada zaman sebelum dan awal kebangkitan Islam.
Hikayat Amir Hamzah merupakan salah satu dari kisah hikayat yang disebut dalam
Sejarah Melayu, semasa pertahanan Melaka dari serangan Portugis, hikayat ini
dikatakan telah dibacakan bagi menaikan semangat pahlawan Melayu. Oleh itu ia
jelas menunjukkan kehadirannya sebelum 1511 lagi
7. - babad yang isinya tidak sesuai dengan judulnya, karena isinya jauh lebih luas
dari yang disebut dalam judulnya.
- babad yang isinya menceritakan sejarah setempat; artinya isinya hanya
menceritakan tentang sejarah asal mula daerah tertentu.
- babad yang isinya menceritakan suatu periode tertentu dari sejarah Jawa, artinya
isinya hanya menceritakan peristiwa yang terjadi pada suatu masa tertentu.
8. Syair merupakan puisi lama yang tiap-tiap baitnya terdiri dari empat baris yang
berahir dengan bunyi yang sama.
9. ”Syair Abdul Muluk” adalah kisah putra raja yang bijak. Pesan atau amanatnya
adalah hendaklah kita menjadi orang yang bijak dan baik budi agar dicintai sesama.
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
41
10. Apakah salat yang sebenar-benar salat?
Renungkan ini: Jangan lakukan salat
Andai tiada tahu siapa dipuja
Bilamana kaulakukan juga
Kau seperti memanah burung
Tanpa melepas anak panah dari busurnya
Jika kaulakukan sia-sia
Karena yang dipuja wujud khayalmu semata
Mod
ul P
embe
laja
ran
Seja
rah
42