profsyamsiah.files.wordpress.com · web viewtantangan perjalanan cukup berat, karena kami harus...

14
MUTIARA TERPENDAM DI MUARA RUNGGA (SEBUAH FAKTA SOSIAL) Muara Rungga merupakan salah satu dusun/kampung terjauh dan terujung dari Provinsi Sumatera Selatan. Muara Rungga adalah salah satu dusun dari Kecamatan Pasema Air Keruh Kabupaten Empat Lawang. Walau daerah ini merupakan wilayah Sumatera Selatan, namun perjalanan dari Palembang Ibu Kota Sumatera Selatan paling tidak memakan waktu hingga 9-10 Jam. Pada tanggal 18 Maret 2021 yang lalu, saya Bersama keluarga menghadiri hajatan salah satu kemanakan kami yang kebetulan menikah dengan salah seorang Warga Muara Rungga. Sebelum meninggalkan Jakarta, kami terlebih dahulu menentukan Rute mana yang tercapat dan terbaik yang akan kami tempuh untuk samapai ke dusun ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Jika memilih jalur darat, perjalanan akan ditempuh kurang lebih 15 jam melalui pelabuhan Merak menuju pulau Sumatera. Alternatif kedua, jika terbang dari Jakarta menuju Palembang, maka perjalanan Darat akan ditempuh kurang lebih 9 Jam. Lalu kami memutuskan memlih alternatif ketiga, yaitu terbang dari Jakarta menuju Bengkulu, dan dari Bengkulu perjalanan akan ditempuh kurang lebih 3 jam saja.

Upload: others

Post on 02-Jun-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: profsyamsiah.files.wordpress.com · Web viewTantangan perjalanan cukup berat, karena kami harus melalui gunung tinggi, jalanan berkelok dan Supir menyebutnya dengan Leko 9 sama halnya

MUTIARA TERPENDAM DI MUARA RUNGGA

(SEBUAH FAKTA SOSIAL)

Muara Rungga merupakan salah satu dusun/kampung terjauh dan terujung dari Provinsi Sumatera Selatan. Muara Rungga adalah salah satu dusun dari Kecamatan Pasema Air Keruh Kabupaten Empat Lawang. Walau daerah ini merupakan wilayah Sumatera Selatan, namun perjalanan dari Palembang Ibu Kota Sumatera Selatan paling tidak memakan waktu hingga 9-10 Jam.

Pada tanggal 18 Maret 2021 yang lalu, saya Bersama keluarga menghadiri hajatan salah satu kemanakan kami yang kebetulan menikah dengan salah seorang Warga Muara Rungga. Sebelum meninggalkan Jakarta, kami terlebih dahulu menentukan Rute mana yang tercapat dan terbaik yang akan kami tempuh untuk samapai ke dusun ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Jika memilih jalur darat, perjalanan akan ditempuh kurang lebih 15 jam melalui pelabuhan Merak menuju pulau Sumatera. Alternatif kedua, jika terbang dari Jakarta menuju Palembang, maka perjalanan Darat akan ditempuh kurang lebih 9 Jam. Lalu kami memutuskan memlih alternatif ketiga, yaitu terbang dari Jakarta menuju Bengkulu, dan dari Bengkulu perjalanan akan ditempuh kurang lebih 3 jam saja.

Gambar 1. MUARA RUNGGA SUMATERA SELATAN

Page 2: profsyamsiah.files.wordpress.com · Web viewTantangan perjalanan cukup berat, karena kami harus melalui gunung tinggi, jalanan berkelok dan Supir menyebutnya dengan Leko 9 sama halnya

Kami berangkat dari Jakarta by Citilink pada pukul 13.00 dan tiba di Benguku pada pukul 14.20. Setelah tiba di Bandara, kami langsung menghubungi Driver yang akan mengantar kami ke Muara Runggu. Belum terbayang sama sekali bagaimana kondisi perjalanan menuju tujuan. Kami baru dapat meninggalkan Bengkulu sekitar pukul 16.00 karena masih ada urusan yang perlu diselesaikan sebelumnya. Tantangan perjalanan cukup berat, karena kami harus melalui gunung tinggi, jalanan berkelok dan Supir menyebutnya dengan Leko 9 sama halnya dengan Kelok 9 yang ada di Sumatera Barat. Setelah beberapa lama perjalanan, kami singgah sejenak beristirahat di Terminal Kepahiang (masih wilayah Provinsi Bengkulu). Sekitar pukul 17.30 kami tinggalkan Kepahiang dan Kembali menyusuri jalan berkelok dan jalanan yang mulai kurang baik.

Tak terasa malam mulai menjelang, gelap mulai menyelimuti dan dingin pun mulai merasuki tubuh. Kami bertanya kepada Driver, berapa lama lagi pak, berapa kilometer lagi pak Supir. Driver hanya menjawab dengan Lantang, “Masih Jauh bu, sekitar lebih 1 jam lagi. Kami lalu meminta kepada Driver, jika ada Masjid singgah sejenak untuk Shalat Magrib. Usai shalat Magrib kembali kami melanjutkan perjalanan. Malam makin beranjak, sudah sekitar pukul 20.00, akhirnya tibalah kami di ibukota Kecamatan Pasema Air Keruh dan jalan menuju kampung yang akan kami tuju harus melalui sebuah jembatan yang mereka sebut sebagai Jembatan Kuning. Sebenarnya, ada jalanan pintas dan lebih dekat yaitu menyeberang menggunakan Rakit, namun Jika malam hari atau air sedang tinggi dan arus deras, biasanya Driver tidak ingin mengambil resiko, dan lebih memilih rute Jembatan Kuning.

Setelah melewati jembatan kuning, kami melalui hutan – hutan yang tak berpenghuni, kecuali binatang dan makhluk lainnya. Cukup menyeramkan, apalagi disepanjang perjalanan tak satupun kendaraan yang berpapasan ataupun beriringan hanya gelap yang Nampak di sisi kanan dan kiri. Rasa takut mulai menyelimuti, apalagi diiringi dengan suara berbagai macam binatang bersahut-sahutan. Kami Kembali bertanya kepada Driver, “Berapa lama lagi Bang”, jawabnya tetap sama. “Masih jauh kira-kira sejam lagi”. Kami pasrah menunggu kapan kira-kira ada bayang-bayang cahaya yang menandakan jika itu kampung. Namun belum juga kunjung datang. Sesekali Driver bercerita jika di kawasan tersebut seringkali ada perampok dan palak di tengah jalan, maklum jalannya sepi dan tak satupun rumah penduduk.

Akhirnya dari kejauhan nampaklah cahaya sedikit demi sedikit muncul dari lembah menandakan itu perkampungan penduduk. Namun, Ketika kami tiba dimana cahaya tadi berasal, ternyata kampung tersebut bukan kampung yang akan kami tuju. Driver kemudian menyampaikan bahwa kampung kita masih di depan lagi dan Kembali kami menyusuri jalan-jalan gelap dan sisi kanan kiri hutan belantara. Sekitar pukul 21.00 akhirnya tibalah kami di sebuah kampung megah, rumah penduduk banyak

Page 3: profsyamsiah.files.wordpress.com · Web viewTantangan perjalanan cukup berat, karena kami harus melalui gunung tinggi, jalanan berkelok dan Supir menyebutnya dengan Leko 9 sama halnya

rumah batu dan rumah kayu yang ukuran besar-besar, menandakan jika penduduk kampung ini cukup Sejahtera. Inilah Dusun Muara Rungga tempat kami akan melaksanakan hajatan Pengantin.

Keesokan harinya, masih pagi buta penghuni rumah tempat kami menginap menyampaikan agar kami segera bersiap-siap untuk menyambut tetamu yang akan mulai berdatangan pada pukul 06.00 untuk melaksanakan dua agenda acara yakni acara Pemotongan Hewan dan Pelepasan Bibit Ikan di Sungai. Kami pun berdandan rapi dan siap menyambut tamu Bersama dengan kedua orang tua calon mempelai. Dari sinilah kemudian saya mulai mengamati aktivitas warga yang datang.

Ada pemandangan dan perilaku masyarakat yang asing dan bahkan baru kali ini saya menemukan ketika orang datang ke suatu hajatan. Setiap perempuan/ibu-ibu yang datang ke acara ini pasti membawa bakul berisi beras dan keranjang berisi ayam, sedangkan laki-laki/bapak-bapak membawa amplop yang diserahkan kepada ibu calon pengantin perempuan. Ibu-ibu yang membawa bakul beras dan ayam, langsung dijemput oleh panitia dan kemudian dicatat oleh petugas yang telah dietntukan, demikian seterusnya. Sejak kami duduk di penjemputan tamu, setidaknya sudah ada 500 ekor ayam yang sudah terkumpul dan langsung dipotong oleh petugas yang telah ditunjuk, dan beras juga sudah terkumpul sekitar 5 karung. Dan menurut informasi, satu hari sebelum kami tiba, juga sudah terkumpul sekitar 500 ekor ayam dan 5 karung beras. Ayam dan beras yang telah terkumpul tersebut langsung dimasak untuk jamuan hari ini.

Apa yang dilakukan oleh Masyarakat Muara Rungga ini adalah sebuah Fakta social, dimana hal tersebut sudah menjadi kesepakatan antara seluruh warga yang ada di kampung ini. Kebiasaan ini sudah mengikat seluruh warga, bahwa setiap warga wajib membawa seekor ayam dan beberapa liter beras untuk mendukung pelaksanaan acara hajatan. Dengan demikian, acara hajatan salah seorang warga sudah merupakan tanggung jawab Bersama semua warga yang ada di Muara Rungga. Balasannya adalah, jika ada warga lainnya yang melaksanakan hajat, pemilik hajat yang telah disumbang wajib juga membawa ayam dan beras kepada warga yang melaksanakan hajat yang sama. Untuk melakukan control, apakah seluruh warga sudah melakukan kewajibannya, maka ada petugas yang mencatat secara detail sumbangan tiap orang, untuk memastikan apakah si A. si B dan lainnya sudah hadir dan melaksanakan kewajibannya sebagai warga.

Page 4: profsyamsiah.files.wordpress.com · Web viewTantangan perjalanan cukup berat, karena kami harus melalui gunung tinggi, jalanan berkelok dan Supir menyebutnya dengan Leko 9 sama halnya

Gambar 2. Seorang Warga membawa ayam dan Bakul Beras

Gambar 3. Petugas Menjemput bawaan warga

Page 5: profsyamsiah.files.wordpress.com · Web viewTantangan perjalanan cukup berat, karena kami harus melalui gunung tinggi, jalanan berkelok dan Supir menyebutnya dengan Leko 9 sama halnya

Gambar 4. Petugas Mencatat Siapa yang Membawa ayam dan Beras

Gambar 5. Beras dimasukkan ke dalam Karung

Page 6: profsyamsiah.files.wordpress.com · Web viewTantangan perjalanan cukup berat, karena kami harus melalui gunung tinggi, jalanan berkelok dan Supir menyebutnya dengan Leko 9 sama halnya

Gambar 6. Nampak Ayam yang terkumpul dan langsung dipotong

Fakta social ini menunjukkan adanya kesepakatan yang mengikat individu, bukan karena keinginan individu melainkan sudah merupakan kesepakatan Bersama, sehingga siapapun yang melanggarnya (tidak menunaikannya), maka akan mendapat cemoohan, cibiran dan bahan perbincangan dari warga lainnya. Hal tersebut sejalan denga apa yang dikatakan oleh Emile Durkheim dalam bukunya Rules of Sociological Method, bahwa: "Fakta sosial adalah setiap cara bertindak, baik tetap maupun tidak, yang bisa menjadi pengaruh atau hambatan eksternal bagi seorang individu." Dan dapat diartikan bahwa fakta sosial adalah cara bertindak, berfikir, dan merasa yang ada diluar individu dan sifatnya memaksa serta terbentuk karena adanya pola di dalam masyarakat. Artinya, sejak manusia dilahirkan secara tidak langsung ia diharuskan untuk bertindak sesuai dengan lingkungan sosial dimana ia dididik dan sangat sukar baginya untuk melepaskan diri dari aturan tersebut. Sehingga ketika seseorang berbuat lain dari apa yang diharapkan oleh masyarakat maka ia akan mendapatkan tindakan koreksi, ejekan, celaan, bahkan mendapat sebuah hukuman

Apa yang dilakukan masyarakat Kampung Muara Rungga ini telah dilaksanakan secara turun temurun, sehingga sulit bagi masyarakat untuk keluar dari tradisi tersebut. Namun demikian, dengan cara tersebut menyebabkan beban yang seharusnya dipikul oleh orang yang akan melaksanakan hajatan menjadi ringan oleh karena menjadi beban Bersama seluruh warga Muara Rungga.

Page 7: profsyamsiah.files.wordpress.com · Web viewTantangan perjalanan cukup berat, karena kami harus melalui gunung tinggi, jalanan berkelok dan Supir menyebutnya dengan Leko 9 sama halnya

Berdasarkan fakta tersebut, Emile Durkheim mengelompokkan dengan tegas 3 karakteristik yang dimiliki oleh Fakta Sosial yaitu :

1. Eksternal Terhadap Individu

Eksternal artinya fakta tersebut berada diluar pertimbangan-pertimbangan seseorang dan telah ada begitu saja jauh sebelum manusia ada didunia. Cara bertindak, berfikir dan berperasaan yang memperlihatkan sifat yang patut dilihat sdbagi suatu yang berada di luar kesadaran individu.

2. Koersif (Memaksa)

Fakta ini memeliki kekuatan untuk menekan dan memaksa individu menerima dan melaksanakannya. Dalam fakta sosial sangat nyata sekali bahwa individu itu dipaksa, dibimbing, diyakinkan, didorong dengan cara tertentu yan dipengaruhi oleh berbagai tipe fakta sosial dalam lingkungan sosialnya. Artinya, fakta sosial mempunyai kekuatan untuk memaksa individu untuk melepaskan kemauannya sendiri sehingga eksistensi kemauannya terlingkupi oleh semua fakta social. Namun demikian, tidak berarti bahwa individu harus mengalami paksaan fakta social dengan cara negative atau membatasi seperti memaksa seseorang untuk berprilaku yang bertentangan dengan kemamuannya. Proses Sosialisasi yang berhasil, akan memudahkan individu menerima fakta social itu sebagaimana adanya.

3. Menyebar/umum (General) dalam Masyarakat

Fakta sosial itu bersifat umum atau tersebar secara meluas dalam suatu masyarakat. Dengan kata lain, fakta sosial ini merupakan milik bersama, bukan sifat individu perseorangan. Fakta social benar-benar bersifat kolektif, dan pengaruhnya terhadap individu merupakan hasil dari sifat kolektifnya ini.

Penjelasan Emile Durkheim di atas menunjukkan bahwa perilaku Masyarakat Muara Rungga benar-benar merupakan fakta social. Bukan hanya dalam bentuk Material, melainkan segala aktivitas yang berkaitan pelaksanaan hajatan di Muara Rungga pun dilaksanakan secara Bersama dan bergotong royong oleh semua warga Kampung Muara Rungga yang fungsi dan peranannya tertera pada Kepanitiaan yang telah disusun Bersama. Sehingga, tiap warga memiliki fungsi dan peranan dan dilaksanakan pada saat diperlukan. Misalnya, setelah kerbau disembelih, maka warga laki-laki yang telah ditetapkan segera melaksanakan tugasnya untuk menyelesaikan daging sembelihan mulai dari memotong, mengiris-iris, mencuci. hingga siap untuk dimasak.

Pelaksanaan fungsi oleh masing-masing warga dilaksanakan secara sukarela dan secara tertib menempatkan diri pada tempat tugas sesuai denga apa yang telah

Page 8: profsyamsiah.files.wordpress.com · Web viewTantangan perjalanan cukup berat, karena kami harus melalui gunung tinggi, jalanan berkelok dan Supir menyebutnya dengan Leko 9 sama halnya

disepakati pada Kepanitiaan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Pemandangan seperti ini tentu sangat berbeda dengan pemandangan apa yang ada di kota atau di daerah lain yang lebih memilih menyerahkan segala keperluan pelaksanaa hajatan melalui Biro Jasa, misalnya Catering untuk Jamuan makan, sehingga tidak membutuhkan keterlibatan banyak orang dan tentu saja hal ini mengurangi interaksi social antara warga.

Gambar 7. Warga Laki-laki menyelesaikan pengerjaan Daging Sembelihan hingga siap dimasak

Khusus bagi warga perempuan, mereka ditugaskan untuk mengerjakan ayam yang telah dipotong yang jumlahnya mendekati angka 1000 ekor yang akan disajikan pada acara akad Nikah dan Resepsi besoknya. Merekapun melaksanakan tugasnya dengan ihlas dan sukarela sesuai dengan tuntutan peran yang telah ditetapkan pada SK Kepanitiaan yang telah ditempel di dinding rumah pelaksanaan Hajatan. Dengan cara seperti ini, semua pekerjaan dapat selesai dengan tuntas tanpa harus membebani yang punya hajatan, melainkan sudah menjadi tanggung jawab Bersama.

Selain keterlibatan secara materian maupun tenaga, masih ada hal lain yang kami angga unik di Muara Rungga ini, yakni setiap Seksi dalam Kepanitiaan dan tiap dusun yang ada diwilayah Muara Rungga dan kampung-kampung yang ada di sebelahnya diwajibkan membawakan sebuah lagu, sehingga semarak hiburan mulai

Page 9: profsyamsiah.files.wordpress.com · Web viewTantangan perjalanan cukup berat, karena kami harus melalui gunung tinggi, jalanan berkelok dan Supir menyebutnya dengan Leko 9 sama halnya

dari acara akad nikah hingga acara resepsi dilantunkan oleh warga, sehingga tidak membutuhkan penyanyi sewaaan. Keterlibatan baik secara fisik maupun secara psikhis oleh seluruh warga dalam mendukung sebuah pelaksanaan hajatan tersebut, selain memenuhi fungsi utama sebagai bantuan kepada pelaksana hajatan, juga tercermin adanya interaksi yang optimal, silaturrahmi antar warga, sehingga kehidupan kekeluaragan sebagai warga Muara Rungga tetap terjaga dengan baik.

Tabel 8. Para Warga Perempuan menyelesaikan pengerjaan Ayam

Apa yang telah berlaku di Muara Rungga ini telah memenuhi karakteristik sebagai sebuah Fakta Sosial. Fakta sosial mengarahkan pada sesuatu yang ada diluar individu yang mengharuskannya untuk mengikuti adat istiadat, sopan santun, dan tata cara penghormatan yang lazim dilakukan sebagai anggota masyarakat dan melakukan hubungan antar individu dengan individu lain dalam suatu masyarakat. Dengan perkataan lain, fakta sosial seperti tindakan individu dalam melakukan hubungan dengan anggota masyarakat lain yang berpedoman dengan norma-norma dan adat istiadat seseorang sehingga ia melakukan hubungan-hubungan terpola dengan anggota masyarakat lain.

Page 10: profsyamsiah.files.wordpress.com · Web viewTantangan perjalanan cukup berat, karena kami harus melalui gunung tinggi, jalanan berkelok dan Supir menyebutnya dengan Leko 9 sama halnya

Dari penjelasan tersebut, Emile Durkheim menambahkan penjelasan tentang Fakta Sosial dan fakta Individu. Perbedaan fakta sosial dengan fakta individu

1. Fakta sosial

Fakta sosial adalah perbuatan-perbuatan yang ada diluar individu secara terpisah, umum, dan memaksa karena fakta itu tidak dapat terlepas dari individu-individu secara bersama-sama serta memaksakan individu berbuat sesuai dengan keadaan masyarakatnya. Jadi fakta sosial tidak menyatu dengan individu-individu secara utuh tetapi juga tidak bisa lepas dari individu-individu tersebut. Inti dari fakta sosial ini yaitu adanya tindakan yang dilakukan disebabkkan karena adanya pola dalam hubungan sosial itu sendiri.

2. Fakta individu

Sedangkan fakta individu , sering disebut sebagai fakta organis atau fakta psikis. Fakta organis ini merupakan tindakan yang dilakukan dengan didasari kesadaran individu itu sendiri. sehingga tidak ada bentuk intervensi dari luar yang memaksa seseorang untuk melakukan tindakan tersebut karena tidak memerlukan sebuah pola dalam sistem sosial.

Menurut Emile Durkheim, fakta sosial tidak dapat direduksi menjadi fakta individu, karena ia memiliki eksistensi yang independen ditengah-tengah masyarakat. Fakta sosial sesungguhnya suatu kumpulan dari fakta-fakta individu akan tetapi kemudian diungkapkan dalam suatu realitas yang riil. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa fakta sosial dihasilkan oleh pengaruh dari fakta psikis (sui generis).

Dengan demikian, maka apa yang saya amati di Muara Rungga pada pelaksanaan Hajatan adalah Fakta Sosial, bukan Fakta Individu. Itulah sebabnya, mengapa saya menyebut Muara Rungga adalah Mutiara yang terpendam, oleh karena nun jauh disana, di pelosok Provinsi Sumatera Selatan, ada sebuah kampung yang tatanan kemasyarakatannya masih terjaga, hubungan social tetap berlangsung secara harmoni antar warga dan lingkungannya termasuk pada lingkungan alamnya. Serasa semua warga adalah satu keluarga. Persudaraan sangat kental, saling mendukung dalam berbagi hal.

DAFTAR PUTAKA

Ritzer, George, TEORI SOSIOLOGI Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2009.

Page 11: profsyamsiah.files.wordpress.com · Web viewTantangan perjalanan cukup berat, karena kami harus melalui gunung tinggi, jalanan berkelok dan Supir menyebutnya dengan Leko 9 sama halnya

Paul Doyle Johnson, TEORY SOSIOLOGI KLASIK DAN MODEREN, PT Gramedia, Jakarta, 1986.