ciussblog.files.wordpress.com€¦  · web viewpariwisata merupakan salah satu pintu gerbang...

29
MAKALAH PENGEMBANGAN WISATA YOGYAKARTA 1

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ciussblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewPariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan

MAKALAH

PENGEMBANGAN WISATA

YOGYAKARTA

1

Page 2: ciussblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewPariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan

DAFTAR ISI

Daftar isi.................................................................................................2

Kata Pengantar .....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................

1.1.Latar Belakang .........................................................................3

1.2.Rumus Masalah.........................................................................5

1.3.Tujuan........................................................................................5

1.4. Manfaat.......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................6

2.1. Penjelasan Kawasan Industri Yogyakarta...........................6

2.2. Karakter Spresifik Pariwisata...............................................8

BAB III PENUTUP...............................................................................

3.1. Sejarah...................................................................................15

3.2. Keistimewaan yogyakarta....................................................16

3.3. Kesimpulan............................................................................17

3.4. Saran......................................................................................20

2

Page 3: ciussblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewPariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan

pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan di sektor ini sangat

tidak terlepas dari perkembangan yang nantinya akan terus terjadi di masa yang akan datang.

Pariwisata pada esensinya sangat kompleks, sehingga sangat erat kaitannya dengan interaksi

aspek-aspek lainnya, seperti aspek sosial, budaya, ekonomi, agama atau kepercayaan, hingga

aspek politik, yang secara keseluruhan membutuhkan suatu gerakan yang bersifat dinamis

bukan statis.

Interaksi yang ditimbulkan oleh pariwisata juga akan melibatkan tidak hanya satu

kebudayaaan saja namun bisa bermacam-macam kebudayaan (lintas budaya/cross cultural)

yang akan dipertemukan dalam satu aktivitas yang bernama „pariwisata‟. Keuntungan yang

mampu diberikan oleh sektor pariwisata sangat bervariasi dan memberikan nilai tambah

(value added) yang sangat luar biasa. Disebutkan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009

tentang Kepariwisataan (UU No 10 Tahun 2009) menyebutkan bahwa ada 13 jenis usaha

yang diberi keleluasaan oleh pemerintah dalam pengembangan kepariwisataan1 , yaitu:

1. Daya tarik wisata

2. Kawasan pariwisata

3. Jasa transportasi wisata

4. Jasa perjalanan wisata

5. Jasa makanan dan minuman

6. Penyediaan akomodasi

7. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi

8. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran

(MICE)

9. Jasa informasi wisata

10. Jasa konsultan wisata

11. Jasa pramuwisata

12. Wisata tirta, dan

13. Spa.

3

Page 4: ciussblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewPariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan

Pengembangan sektor ini, memiliki potensi untuk menjadi solusi bagi persoalan-

persoalan yang terkait dengan kemiskinan, kesejahteraan masyarakat, maju dan tidaknya

suatu daerah bahkan sampai masalah politik. Hal ini yang menyebabkan program-program

yang dibentuk oleh pemerintah yang terkait dengan sektor pariwisata akan berimbas kepada

sektor-sektor lainnya. Sedangkan untuk realisasi dari berbagai program pengembangan sektor

pariwisata bisa membawa dampak yang mampu mendorong masyarakat untuk lebih berdaya,

berbudaya dan sadar akan potensi yang dimiliki oleh daerahnya.

Pengembangan kawasan wisata ini disampaikan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan

Hamengku Buwono pada pidato pertama setelah dilantik pengembangan wisata berbasis

kawasan ini menjadi satu dari beberapa cara untuk meningkatkan kualitas dan keragaman

perekonomian masyarakat, atau menjadi bagian dari panca mulia kedua dari panca mulia

yang disampaikan Gubernur.Diharapkan Gubernur, wilayah-wilayah pinggiran bisa

dimajukan.Sektor pariwisata berbasis kawasan ini meliputi beberapa kawasan.Yakni kawasan

karst Gunungsewu, kawasan Siung-Wediombo, kawasan Parangtritis-Depok-Kuwaru,

kawasan Kasongan-Tembi, kawasan Malioboro, kawasan Glagah-Trisik, dan kawasan

Sermo-Menoreh-Suroloyo.

Terkait hal ini, Kepala Dinas Pariwisata DIY, Aris Riyanta mengatakan secara prinsip

adalah pengembangan khusus di wilayah selatan dan banyak yang harus ditindaklanjuti.

Bukan hanya soal destinasinya saja, namun juga terkait dengan sumber daya manusia

(SDM).Kawasan ini pun sejalan dengan adanya New Yogyakarta International Airport

(NYIA) yang dibangun di Kulonprogo.

Diharapkan NYIA bisa menjadi gerbang wisatawan mancanegara.Ini tentu saja menjadi

bagian yang menarik sekaligus tantangan Jogja dengan adanya NYIA sebagai pintu

gerbang wisatawan mancanegara, ini memang benar fungsi NYIA akan mempunyai dampak

signifikan dan spending mereka untuk menyejahterakan masyarakat," lanjutnya.

Bukan hanya bandara, adanya jalan penghubung pun dirasa penting untuk menghubungkan

antar destinasi yang ada. Dimana hal ini akan ditopang oleh jalan jalur lintas selatan (JJLS)

yang nantinya akan menghubungkan ujung Kulonprogo hingga ke ujung Gunungkidul

sepanjang 113 kilometer.

Menurut Aris, JJLS bukan hanya untuk mengkoneksikan kawasan wisata di bagian pantai,

JJLS juga diharapkan bisa menjadi koneksi ke destinasi wisata lain yang ada di Gunungkidul

yang memiliki potensi yang tak kalah dengan wisata pantai.

.

4

Page 5: ciussblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewPariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan

sebuah rumusan masalah dengan pertanyaan besar dalam penelitian ini, yaitu “Problematika

apa saja yang menjadi kendala dalam perkembangan wisata MICE di Daerah Istimewa

Yogyakarta dan upaya apa saja yang bisa ditempuh untuk mengembangkan wisata MICE

menjadi wisata andalan di Daerah Istimewa Yogyakarta?”

1.3 Tujuan

Memberikan potret atau gambaran secara umum mengenai wisata MICE di Daerah

Istimewa Yogyakarta dan mengidentifikasi persoalan-persoalan yang menjadi hambatan

dalam perkembangan wisata MICE di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu, penelitian ini

juga bertujuan untuk memberikan rekomendasi yang dapat menjadi pilihan untuk dilakukan

oleh seluruh stakeholder yang berhubungan dengan wisata MICE di Daerah Istimewa

Yogyakarta.

1.4. Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, akan memberikan gambaran

serta informasi mengenai perkembangan wisata MICE di Yogyakarta yang dapat berguna

dalam menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan wisata MICE di Yogyakarta.

2. Bagi pihak swasta, seperti PHRI, ASITA, event organizer dan tour and travel agencies,

penelitian ini dapat memberikan referensi mengenai perkembangan wisata MICE di

Yogyakarta.

3. Bagi masyarakat, baik yang berada di wilayah Yogyakarta maupun yang berada di luar

wilayah Yogyakarta, penelitian ini bisa digunakan untuk melihat potensi dan aset yang

dimiliki oleh Yogyakarta untuk selanjutnya diharapkan partisipasi dan kesadaran akan

Sapta Pesona dari masyarakat mampu tergali lebih dalam.

4. Bagi penulis, penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menambah wawasan dan

pengetahuan tentang gambaran mengenai pariwisata, terutama pada segmen MICE di

Yogyakarta.

5. Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini diharapkan mampu bermanfaat sebagai bahan

pertimbangan dalam mengangkat masalah yang berfokus sama beserta pemecahannya.

5

Page 6: ciussblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewPariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penjelasan Kawasan Industri YogyakartaYogyakarta hingga saat ini menjadi salah satu kawasan industri pariwisata yang

menjadi kebanggaan Indonesia. Industri pariwisata yang dimiliki kota ini cukup berpotensi

tinggi dan memiliki bargainning position yang cukup kuat pada level nasional, regional

bahkan mencapai level internasional. Yogyakarta telah terbukti sebagai salah satu destinasi

wisata yang banyak dijadikan referensi oleh berbagai kalangan. Penawaran objek wisata yang

cukup beragam di kota ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, baik

wisatawan lokal/nusantara (wisnus) maupun mancanegara (wisman). Yogyakarta memiliki

berbagai potensi wisata, antara lain wisata alam seperti gunung, bukit atau perbukitan, dan

sudah sangat dikenal di Indonesia bahkan di dunia, yaitu Gunung Merapi yang merupakan

salah satu gunung aktif di dunia, pegunungan karst, wisata gua, wisata pantai yang cukup

beragam; wisata budaya seperti Kasultanan atau Pura Pakualaman, museum, kota tua; wisata

kuliner; wisata pendidikan ke Kampus PT yang menjadi trend di kalangan siswa

SMA/SMK/MAN yang akan melanjutkan ke PT di Yogyakarta, hingga wisata religi memiliki

faktor penarik destinasi wisata di Yogyakarta. Termasuk pariwisata yang bersinggungan

dengan kegiatan-kegiatan pemerintah, instansi ataupun perusahaan, berupa kegiatan Meeting,

Incentive, Convention dan Exhibition (MICE) yang semakin marak diselenggarakan

Yogyakarta. Peningkatan industri wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta terus terjadi dan

menjadi salah satu concern bagi seluruh stakeholder di bidang pariwisata, terutama

pemerintah daerah. Dalam upaya pengembangan dan kerja keras pada sektor ini telah

terbukti, yaitu dengan adanya data pertumbuhan kunjungan wisata dari tahun ke tahun seperti

yang tertera pada tabel dibawah ini:

6

Page 7: ciussblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewPariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan

Tabel 1.1

Tahun Wisatawan Mancanegar

a

Pertum -buhan

(%)

Wisatawan

Nusantara

Pertum -

buhan (%)

Wisatawan Mancanegar

a dan Nusantara

Pertum-buhan

(%)

2008 128.660 24,64 1.156.097 0,86 1.284.757 2,83

2009 139.492 8,42 1.286.565 11,29 1.426.057 11,00

2010 152.843 9,57 1.304.137 1,37 1.456.980 2,17

2011 169.565 10,94 1.438.129 10,27 1.607.694 10,34

2012 197.751 16,62 2.162.422 50,36 2.360.173 46,80

2013 202.518 2,41 2.260.953 4,55 2.463.471 4,37

Sumber: Data Statistik Kepariwisataan 2012-2013

Terlihat dari tabel diatas, bahwa pariwisata di Yogyakarta, yang dapat dilihat dari

kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara, pada masa periode 2008 hingga 2013

mengalami pergerakan yang fluktuatif. Peluang yang dimiliki pariwisata merupakan salah

satu sektor yang akan memberikan pengaruh juga terhadap sektor-sektor lainnya. Lonjakan

yang cukup besar terjadi pada tahun 2011 ke tahun 2012. Namun secara keseluruhan, dari

tahun 2008 hingga tahun 2013, pertumbuhan kunjungan wisatawan bergerak secara positif

dan tidak menunjukkan adanya penurunan. Hal tersebut membuktikan bahwa Yogyakarta

tetap menjadi salah satu daerah yang tidak kehilangan pesonanya di mata para wisatawan.

Baik dari segi atraksi, amenitas maupun aksesibilitas, Yogyakarta ternyata mampu

menunjukkan kekuatan dalam mempertahankan kinerja pada ketiga sisi tersebut. Sehingga

secara langsung maupun tidak langsung, pencapaian pada aspek tersebut bisa membuahkan

hasil pada aspek-aspek lain.

Berawal dari kondisi tersebut, penyerapan Sumber Daya Manusia (SDM) mulai

terjadi, baik yang berada pada taraf profesional hingga masyarakat awam di sekitar daerah

tujuan wisata. Hal ini menunjukkan bahwa pembukaan lapangan kerja yang baru dapat

terwujud dan pemberdayaan masyarakat terhadap potensi pariwisata yang dimiliki di

daerahnya dapat terjadi. Kegiatan perdagangan pasti akan menggeliat ketika pariwisata telah

masuk di daerah tersebut, misalnya kuliner, pemanfaatan rumah untuk penginapan, industri

rumah tangga, pengisi acara, seperti kesenian tradisional, penyedia transportasi lokal, menjadi

pemandu wisata, penyedia jasa, seperti tukang foto, tukang parkir, keamanan, pengojek

7

Page 8: ciussblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewPariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan

payung, menyewakan kuda, bendi atau andong adalah beberapa contoh yang akan ikut

mengalami perkembangan dan mendorong roda perekonomian masyarakat di daerah wisata.

Kreativitas dan inovasi masyarakat pun semakin terpacu untuk bersaing seiring dengan

kompetensi yang terjadi didalamnya serta kesempatankesempatan yang muncul. Oleh sebab

itulah, tidak heran apabila Pendapatan Asli Daerah DIY juga meningkat, seperti terlihat pada

tabel 1.3.

Grafik 1.1 Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sektor Pariwisata

Grafik PAD tersebut sebagai satu catatan bagi pemerintah Yogyakarta, khususnya

bagi para pemangku kebijakan dan pelaku industri pariwisata bahwa sektor pariwisata terus

mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. PAD menjadi salah satu indikator

keberhasilan program-program yang telah dibentuk oleh pemerintah dan dijalankan oleh para

stakeholder yang berkepentingan di dalamnya. Ketika PAD bisa mengalami peningkatan,

maka kegiatan seperti penajaman promosi, peningkatan aksesibilitas, kemudahan

transportasi, meningkatnya local support dan inovasi-inovasi kegiatan lain telah membuahkan

suatu hasil yang signifikan.

8

Page 9: ciussblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewPariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan

B. Karakter Spesifik Pariwisata

Salah satu karakter yang spesifik dari pariwisata yang memiliki arti untuk dapat

menkonsumsi suatu produk kepariwisataan yang ditawarkan oleh suatu destinasi, industri ini

mengharuskan konsumennya (wisatawan) untuk berkunjung mendatangi lokasi dimana

produk pariwisata itu berada (dihasilkan). Dari satu karakter itu saja, sudah dapat

tergambarkan bahwa PAD pariwisata mampu mendatangkan keuntungan-keuntungan yang

berasal dari wisatawan-wisatawan saat wisatawan tersebut berada pada saat perjalanan atau

berada di lokasi wisata, yaitu akan mengeluarkan biaya-biaya keperluan wisatanya.

Pengeluaran tersebut antara lain: penginapan, makan dan minum, trasportasi, biro perjalanan,

jasa pramuwisata, hingga kerajinan untuk buah tangan akan menjadi sumber pendapatan bagi

masyarakat pada daerah destinasi wisata. Pertumbuhan pendapatan ini pun akan berimbas

pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

PAD yang meningkat juga mampu membuat kemudahan bagi pemerintah untuk

melakukan berbagai kegiatan pemeliharaan dan pengembangan fasilitas pariwisata di

Yogyakarta. Hal tersebut menjadi hal yang sangat crucial untuk dilakukan agar menjaga

kestabilan kualitas pariwisata yang telah dicapai oleh Yogyakarta. Penglokasian dana PAD

untuk berbagai langkah strategi, misalnya untuk program-program kepariwisataan

selanjutnya juga harus terus dilaksanakan serta diawasi pelaksanaannya agar tepat sasaran

dan sesuai dengan kebutuhan sektor ini.

Sektor pariwisata tidak dapat dipungkiri lagi keberadaannya sebagai penggerak

ekonomi yang cukup diandalkan. Bahkan saat terjadi „gonjang-ganjing‟ faktor ekonomi di

Indonesia bahkan dunia, salah satu sektor yang hampir tidak terkena imbas secara signifikan

adalah sektor pariwisata. Berdasarkan banyaknya jenis wisata yang ditawarkan di Daerah

Istimewa Yogyakarta seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, wisata MICE (Meeting,

Incentive, Convention, and Exhibition) menjadi salah satu wisata yang menjadi primadona

saat ini. data berikut ini menunjukkan perkembangan wisata MICE di Daerah Istimewa

Yogyakarta yang semakin berkembang dari waktu ke waktu.

9

Page 10: ciussblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewPariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan

Grafik 1.2

Berdasar grafik diatas, dapat terlihat bagaimana pergerakan perkembangan industri wisata

MICE di Yogyakarta pada periode 2011 ke 2012 dan tergambarkan pula bahwa ada

pergerakan yang terjadi pada industri wisata ini. Lebih dari 100 persen realisasi yang

diperoleh dari target yang telah ditentukan. Tentu saja, hasil ini juga mampu membuat

reputasi dan citra Yogyakarta menjadi meningkat dimata nasional, regional bahkan di dunia

internasional. Pertumbuhan wisata MICE di Yogyakarta ini memang cukup mencengangkan.

Realisasinya bisa menembus angka 13.000 lebih selama satu tahun event yang tercatat

berhasil terselenggarakan di berbagai tempat di Yogyakarta. Bisa dibayangkan apabila

selama satu tahun kegiatan yang terselenggara mencapai 13.000 lebih, maka akan berapa

banyak tenaga kerja yang dibutuhkan dan industri-industri lainterkena dampaknya. Tenaga

kerja yang dibutuhkan pada setiap event MICE cukup berbeda dengan tenaga kerja di

kegiatan wisata yang lain. Sebagai contoh adalah di setiap event MICE, pasti membutuhkan

jasa Professional Conference Organizer (PCO) atau Event Organizer (EO) dan juga Tour

and Travel Agency yang merupakan orang-orang yang berkompeten atau qualified labor di

bidang tersebut. Bukan perkara mudah dalam hal penanganan penyelenggaraan setiap

kegiatan MICE. Dibutuhkan kualifikasi tertentu agar dapat terpilih sebagai organizer suatu

event meeting/conference, terlebih lagi yang bertaraf internasional. Lain halnya dengan event

pameran atau exhibition yang sifat kegiatannya lebih informal namun selalu membutuhkan

man power dalam jumlah cukup besar. Hal lain yang ikut terkena dampak dari

penyelenggaraan kegiatan MICE adalah Convention Center, misalnya JEC dan hotel-hotel

yang telah mempunyai fasilitas sebagai persyaratan penyelenggaraan meeting/conference.

Industri kuliner yang juga otomatis akan terpengaruh dari setiap kehadiran para wisatawan

MICE. Hingga industri kerajinan yang ikut ramai di setiap adanya kegiatan MICE. Oleh

10

Page 11: ciussblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewPariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan

sebab itulah, multiplier effect yang dibawa oleh MICE mendatangkan magnet tersendiri bagi

industri wisata di Yogyakarta khususnya.

Fenomena tersebut tentu dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya yang menjadi

push factor kemajuan wisata MICE di Yogyakarta, berdasarakan penelitian pada beberapa

pemberitaan di media dan wawancara dengan pihak yang terkait, seperti Dinas Pariwisata

Daerah Istimewa Yogyakarta dan PHRI chapter DIY, antara lain:

1. Pembangunan berbagai fasilitas pendukung. Yogyakarta termasuk daerah yang sangat

pesat pengembangan fasilitas pendukung pariwisata, seperti hotel berbintang, hotel melati,

maupun berbagai usaha kecil atau perorangan yang menyediakan penginapan, fasilitas

perbelanjaan, pusat informasi wisata hingga jasa penyedia perjalanan wisata merupakan

suatu upaya pemerintah daerah Yogyakarta dan sebagai bukti kesiapan pemerintah untuk

menjadikan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai destination MICE setelah Bali dan

Jakarta. Terlebih lagi semenjak tahun 2002, Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki salah

satu Convention Centre yang menjadi salah satu icon kebanggaan rakyat Yogyakarta.

Dengan daya tampung yang mencapai sekitar 3000 orang, yaitu Jogja Expo Center (JEC)

hadir untuk menambah aset daerah yang memiliki daya tarik bagi industri wisata MICE.

Hotel-hotel berbintang, khususnya hotel berbintang 4 dan 5 yang sudah mendeklarasikan

diri sebagai hotel convention, dengan kepemilikian ballroom maupun meeting room yang

memiliki kapasitas cukup banyak, juga menjadi salah satu indikasi mengapa industri

wisata MICE mengalami pertumbuhan yang tinggi.

2. Dibukanya akses jalur penerbangan dari berbagai wilayah ke Yogyakarta. Bahkan saat ini

jumlah penerbangan ke Ibu Kota bisa dilakukan beberapa kali dalam sehari hingga

penerbangan langsung (direct flight) dari beberapa negara tetangga juga sudah dapat

diakses. Akses jalan darat dan kereta api pun juga telah mampu memberikan option bagi

para wisatawan yang akan berkunjung ke Yogyakarta. Di samping itu kesadaran

pemerintah daerah untuk membuka dan memperbanyak jalur penerbangan, menjadi

kemudahan tersendiri bagi penyelenggara kegiatan untuk menjangkau Daerah Istimewa

Yogyakarta.

3. Promosi yang berbasis teknologi juga terus dilakukan secara gencar untuk menarik para

wisatawan ke Yogyakarta oleh para pelaku usaha pariwisata. Operasionalisasi website

yang bertajuk visitingjogja.com pun memberikan pengetahuan bagi para wisatawan

domestik maupun mancanegara tentang apa saja yang menjadi referensi tujuan wisata.

11

Page 12: ciussblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewPariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan

Kegiatan promosi kepariwisataan dan meningkatkan kualitas pelayanan (service public) di

bidang ini juga menjadi prioritas utama yang untuk selanjutnya diharapkan mampu

memberikan kontribusi lebih pada pertumbuhan industri pariwisata di Yogyakarta.

4. Kondisi serta posisi Yogyakarta yang berada cukup strategis dan juga faktor keamanan,

membuat para penyelenggara event MICE memiliki ketertarikan tersendiri untuk

menyelenggarakan kegiatan mereka di Yogyakarta. Julukan kota pendidikan atau kota

pelajar, kota budaya, kota perjuangan juga menjadi salah satu faktor pendukung

perkembangan bisnis wisata ini. Dengan banyaknya perguruan tinggi di Yogyakarta, yaitu

5 PTN dan 100-an lebih PTS serta instansi pendidikan di Yogyakarta membuat MICE

semakin menggeliat untuk diselenggarakan. Hal tersebut juga mempengaruhi pangsa pasar

wisata ini, peminat yang ikut serta dalam setiap event MICE cukup besar, sehingga

penyelenggara juga melihat hal ini sebagai nilai tambah tersendiri. Sejumlah kegiatan-

kegiatan yang berskala besar menjadi salah satu bukti bahwa industri wisata ini sudah

berhasil menarik perhatian berbagai kalangan, seperti Jogja Air Show, Jogja Fashion

Week, Fashion Carnaval, dan event-event meeting atau conference baik yang berskala

nasional maupun internasional dibeberapa venue. Hal ini belum data yang berasal dari

Perguruan Tinggi yang sering menyelenggarakan berbagai macam kegiatan semacam ini

yang berskala nasional, regional dan internasional, kalau ini terdata dengan baik maka

akan menunjukkan seberapa besar potensi wisata MICE yang dimiliki oleh Yogyakarta.

Faktor lain yang memengaruhi wisata MICE adalah aktor-aktor yang berada di balik

layar untuk menjalankan seluruh kebijakan yang telah disepakati. Peran dari setiap aktor

tentu memberikan kontribusi yang berbeda-beda. Pengembangan akan terlaksana apabila

sebelumnya telah terbentuk suatu perencanaan yang matang dan terarah. Berdasarkan

perencanaan tersebut akan menjadi sebuah strategi yang optimal apabila dilaksanakan sesuai

dengan kewenangan dan kemampuan setiap stakeholder. Oleh sebab itulah, pemerintah yang

bekerjasama dengan stakeholder lainnya, seperti Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia

(PHRI) Provinsi DIY, Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD), Association of The

Indonesian Tour and Travel Agencies (ASITA) Provinsi DIY terus berupaya untuk membuat

wisata MICE menjadi salah satu tujuan destinasi wisata yang tumbuh secara terus menerus

dan berkesinambungan. Kerjasama ini pun telah tertuang pada Rencana Induk Pembangunan

Pariwisata Daerah (RIPPARDA) Provinsi DIY periode 2012-2025. Semangat ini juga telah

terbukti dengan penerimaan award dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk

12

Page 13: ciussblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewPariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan

Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Desember tahun 2013 lalu sebagai: “The Most

Popular MICE Destination dan The Best Achievement Tourism” .

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terbutki mampu mengalahkan kotakota lain yang

ikut diseleksi dalam kompetisi tersebut, termasuk mengalahkan Bali dan Jakarta yang sudah

sangat terkenal sebagai „surga‟- nya pagelaran MICE. Penghargaan tersebut merupakan

pencapaian lain dan bukti penghargaan dari pihak luar yang patut dibanggakan. Keberhasilan

aktor-aktor pariwisata untuk mempromosikan pariwisata Yogyakarta membuat daerah ini

menjadi daerah yang disegani dan mampu disandingkan dengan kota-kota besar lainnya.

Penghargaan tersebut juga menjadi bukti bahwa pariwisata Yogyakarta mampu memberikan

kualitas pelayanan yang baik bagi para wisatawan yang berkunjung ke daerah ini. Baik yang

bertujuan untuk leisure tourism hingga wisata dalam bentuk perjalanan bisnis atau

pendidikan. Hal ini tentu juga menjadi titik tumpu dan dorongan bagi tidak hanya pemerintah

saja namun seluruh pihak yang terlibat di dalamnya, termasuk masyarakat yang juga telah

memiliki kesadaran akan potensi pariwisata yang semakin hari semakin diminati oleh para

wisatawan dari berbagai penjuru daerah. Termasuk wisata MICE yang ikut menjadi salah satu

wisata yang berkontribusi cukup besar dalam perkembangan insutri wisata di Yogyakarta.

Disisi lain, walaupun telah mengukir prestasi dengan menunjukkan eksistensinya di

dunia pariwisata Yogakarta, namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa masih ada

problematika yang terjadi di dalam perkembangan wisata MICE.

Beberapa problematika yang ditemukan berdasarkan pra penelitian penulis pada Dinas

Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, PHRI Provinsi DIY dan Pusat Studi Pariwisata

(Puspar) UGM, diantaranya adalah:

- Belum adanya regulasi khusus tentang wisata MICE dan ketersediaan data yang masih

bisa dikatakan minim. Bahkan Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta „justru

mempertanyakan data yang bersumber dari Lakip Dinas Pariwisata itu sendiri‟. Hal ini

menunjukkan bahwa belum adanya koordinasi dan sinergi yang baik antar instansi. -

Data yang minim juga dinyatakan oleh PHRI yang memang belum memiliki inisiatif

untuk mencatat setiap penyelenggaraan kegiatan MICE di setiap hotel di Yogyakarta.

- Menurut Pusat Studi Pariwisata (Puspar), data yang sangat minim juga terjadi pada

penyelenggaraan MICE di desa-desa wisata, bahkan Puspar menyebutkan bahwa

13

Page 14: ciussblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewPariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan

kegiatan MICE cukup banyak terselenggara di desa wisata, namun belum ada inisiatif

dari pihak manapun untuk mencatatnya.

- Belum adanya regulasi yang mengatur tentang standar Professional Conference

Organizer (PCO) di Yogyakarta, sehingga beberapa EO dan Tour and Travel yang ingin

meningkatkan kualifikasinya mengalami kesulitan.

- Persoalan sinergitas yang belum optimal antara pemerintah yang berperan besar sebagai

regulator dengan aktor-aktor pelaku di bisnis wisata MICE, seperti event organizer dan

tour and travel agencies. Karena pada RIPARDA hanya tertera koordinasi pemerintah

daerah dengan PHRI saja, tidak dengan pihak yang lainnya yang berkepentingan dalam

pengembangan wisata MICE.

- Kegiatan promosi kepariwisataan yang belum terintegrasi dengan seluruh aktor di bidang

pariwisata, termasuk Badan Promosi Pariwisata Daerah DIY yang belum terbentuk.

Di samping itu Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta pun menggaris bawahi bahwa

ada beberapa isu strategis dalam pengembangan pariwisata di DIY, diantaranya:

- Kurangnya kemitraan antar usaha pariwisata, sehingga tidak tercipta rantai nilai (value

chain) produk wisata yang dihasilkan.

- Belum terstandarisasinya kualitas berbagai produk kepariwisataan yang dihasilkan.

- Iklim persaingan usaha kepariwisataan yang cenderung mengarah kepada persaingan

kurang atau bahkan tidak sehat.

- Rendahnya kesadaran kalangan industri pariwisata terhadap pengembangan daya tarik

wisata dan tanggungjawab sosial korporasi (CSR).

Berawal dari situasi yang menggambarkan potensi maupun problematika dalam

perkembangan wisata MICE yang telah dipaparkan sebelumnya, maka limitasi penelitian ini

adalah untuk memberikan potret atau gambaran mengenai apa yang terjadi pada wisata

MICE di Daerah Istimewa Yogyakarta.

14

Page 15: ciussblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewPariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan

BAB III

PENUTUP

3.1. SEJARAH

Saat pertama kali didirikan oleh Pangeran Mangkubumi pada saat itu, Yogyakarta

bernama Ngayogyakarto Hadiningrat. Luas Yogyakarta sekitar 3.186 km persegi, dengan

total penduduk 3.226.443 (statistic Desember 1997). Semula Yogyakarta merupakan

bagian dari Kerajaan Mataram, namun mulai 1755 Kerajaan Mataram dibagi menjadi

Yogyakarta dan Surakarta (Solo). Keraton Yogyakarta memegang kebudayaan murni

ditengah modernisasi selamaberabad-abad.Yogyakarta merupakan pusat kebudayaan

Jawa seperti tarian, lukisan, wayang kulit, music gamelan, hingga kesenian lainnya.

Selain kesenian tradisional ada pula seni kontemporer yangdimajukan oleh ASRI

(Akademi Seni Rupa).

Yogyakarta adalah kota yang padat penduduk dan merupakan pintu gerbang untuk

mencapai tengah pulau Jawa. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

dari 34 propinsi di Indonesia. Propinsi ini dibagi menjadi 5 daerah tingkat II, Kotamadia

Yogyakarta, Kabupaten Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten

Kulon Progo, dan Kabupaten Gunung Kidul.Berdasarkan sejarah, sebelum 1755 Surakarta

merupakan Ibukota Kerajaan Mataram. Setelah perjanjian Gianti (Palihan Nagar) pada 1755,

Mataram dibagi menjadi 2 kerajaan: Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan

Ngayogyakarto Hadiningrat . mengikuti kebiasaan, Pangeran Mangkubumi Susuhunan

Pakubuwono II, dimahkotai sebagai Raja Ngayogyakarto Hadiningrat . kemudian beliau

disebut sebagai Sultan Hamengku Buwono I.

Pada tahun 1813, dibawah penjajahan Inggris, pemisahan kerajaan Mataram terjadi untuk

ketiga kalinya. Pangeran Notokusumo, putra dari Hamengku Buwono I, dimahkotai sebagai

Pangeran Paku Alam I. Kerajaannya terpisah dari Kasultanan Yogyakarta. Ketika Republik

Indonesia berdiri pada 17 Agustus 1945, yang dilambangkan dengan penandatanganan

Proklamasi Kemerdekaan, Ngayogyakarto Hadiningrat dan Pakualam menyatu sebagai salah

15

Page 16: ciussblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewPariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan

satu propinsi di Indonesia dimana Sri Sultan Hamengku Buwono IX ditunjuk ssebagai

wakilgubernurnya.

3.2. KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA

Daerah Istimewa Yogyakarta provinsi yang memiliki status istimewa atau otonomi khusus.

Status ini merupakan sebuah warisan dari zaman sebelum kemerdekaan. Kesultanan

Yogyakarta dan juga Kadipaten Paku Alaman, sebagai cikal bakal atau asal usul DIY,

memiliki status sebagai "Kerajaan vasal/Negara bagian/Dependent state" dalam

pemerintahan penjajahan mulai dari VOC , Hindia Perancis (Republik Bataav Belanda-

Perancis), India Timur/EIC (Kerajaan Inggris), Hindia Belanda (Kerajaan Nederland), dan

terakhir Tentara Angkatan Darat XVI Jepang (Kekaisaran Jepang).

Oleh Belanda status tersebut disebut sebagai Zelfbestuurende Lanschappen dan oleh Jepang

disebut dengan Koti/Kooti. Status ini membawa konsekuensi hukum dan politik berupa

kewenangan untuk mengatur dan mengurus wilayah [negaranya] sendiri di bawah

pengawasan pemerintah penjajahan tentunya.Status ini pula yang kemudian juga diakui dan

diberi payung hukum oleh Bapak Pendiri Bangsa Indonesia Soekarno yang duduk dalam

BPUPKI dan PPKI sebagai sebuah daerah bukan lagi sebagai sebuah Negara.

Pada 19 Agustus 1945 terjadi pembicaraan serius dalam sidang PPKI di Jakarta membahas

tentang kedudukan Kooti. Sebenarnya kedudukan Kooti sendiri sudah dijamin dalam UUD,

namun belum diatur dengan rinci. Dalam sidang itu Pangeran Puruboyo, wakil dari

Yogyakarta Kooti, meminta pada pemerintah pusat supaya Kooti dijadikan 100% otonom,

dan hubungan dengan Pemerintah Pusat secara rinci akan diatur dengan sebaik-baiknya.

Usul tersebut langsung ditolak oleh Soekarno karena bertentangan dengan bentuk negara

kesatuan yang sudah disahkan sehari sebelumnya. Puruboyo menerangkan bahwa banyak

kekuasaan sudah diserahkan Jepang kepada Kooti, sehingga jika diambil kembali dapat

menimbulkan keguncangan.

Ketua Panitia Kecil PPKI untuk Perancang Susunan Daerah dan Kementerian Negara , Oto

Iskandardinata, dalam sidang itu menanggapi bahwa soal Kooti memang sangat sulit

dipecahkan sehingga Panitia Kecil PPKI tersebut tidak membahasnya lebih lanjut dan

16

Page 17: ciussblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewPariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan

menyerahkannya kepada beleid Presiden. Dengan dukungan Mohammad Hatta, Suroso,

Suryohamijoyo, dan Soepomo, kedudukan Kooti ditetapkan status quo sampai dengan

terbentuknya Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah. Pada hari itu juga Soekarno

mengeluarkan piagam penetapan kedudukan bagi kedua penguasa tahta Kesultanan

Yogyakarta dan Kadipaten Paku Alaman. Piagam tersebut baru diserahkan pada 6 September

1945 setelah sikap resmi dari para penguasa monarki dikeluarkan.

Pada tanggal 1 September 1945, Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Yogyakarta

dibentuk dengan merombak keanggotaan Yogyakarta Kooti Hookookai. Pada hari yang

sama juga dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Usai terbentuknya KNID dan BKR,

Sultan HB IX mengadakan pembicaraan dengan Sri Paduka PA VIII dan Ki Hajar

Dewantoro serta tokoh lainnya. Setelah mengetahui sikap rakyat Yogyakarta terhadap

Proklamasi, barulah Sultan HB IX mengeluarkan dekrit kerajaan yang dikenal dengan

Amanat 5 September 1945.

Isi dekrit tersebut adalah integrasi monarki Yogyakarta ke dalam Republik Indonesia.Dekrit

integrasi dengan Republik Indonesia semacam itu sebenarnya juga dikeluarkan oleh berbagai

monarki di Nusantara, walau tidak sedikit monarki yang menunggu ditegakkannya

pemerintahan Nederland Indie setelah kekalahan Jepang. Dekrit semacam itu mengandung

risiko yang sangat besar. Seperti di daerah Sulawesi, Raja Kerajaan Luwu akhirnya terpaksa

meninggalkan istananya untuk pergi bergerilya melawan Sekutu dan NICA untuk

mempertahankan dekritnya mendukung Indonesia.

Dengan memanfaatkan momentum terbentuknya Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia

Daerah Yogyakarta pada 29 Oktober 1945 dengan ketua Moch Saleh dan wakil ketua S.

Joyodiningrat dan Ki Bagus Hadikusumo, sehari sesudahnya Sultan HB IX dan Sri Paduka

PA VIII mengeluarkan dekrit kerajaan bersama (dikenal dengan Amanat 30 Oktober 1945)

yang isinya menyerahkan kekuasaan Legislatif pada BP KNI Daerah Yogyakarta.

Mulai saat itu pula kedua penguasa kerajaan di Jawa bagian selatan memulai persatuan

kembali kedua kerajaan yang telah terpisah selama lebih dari 100 tahun. Sejak saat itu dekrit

kerajaan tidak dikeluarkan sendiri-sendiri oleh masing-masing penguasa monarki.

Selain itu dekrit tidak hanya ditandatangani oleh kedua penguasa monarki, melainkan juga

oleh ketua Badan Pekerja KNI Daerah Yogyakarta yang dirangkap oleh Ketua KNI Daerah

Yogyakarta.

17

Page 18: ciussblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewPariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan

Seiring dengan berjalannya waktu, berkembang beberapa birokrasi pemerintahan (kekuasaan

eksekutif) yang saling tumpang tindih antara bekas Kantor Komisariat Tinggi (Kooti

Zimukyoku) sebagai wakil pemerintah Pusat, Paniradya (Departemen) Pemerintah Daerah

(Kerajaan) Yogyakarta, dan Badan Eksekutif bentukan KNID Yogyakarta.

Tumpang tindih itu menghasilkan benturan yang cukup keras di masyarakat dan

menyebabkan terganggunya persatuan. Oleh karena itu, pada 16 Februari 1946 dikeluarkan

Maklumat No. 11 yang berisi penggabungan seluruh birokrasi yang ada ke dalam satu

birokrasi Jawatan (Dinas) Pemerintah Daerah yang untuk sementara disebut dengan

Paniradya. Selain itu melalui Maklumat-maklumat No 7, 14, 15, 16, dan 17, monarki

Yogyakarta mengatur tata pemerintahan di tingkat kalurahan (sebutan pemerintah desa saat

itu).

3.3 Kesimpulan

  Dari bacaan diatas dapat disimpulkan bahwa Yogyakarta memiliki banyak sekali

tempat wisata yang unik dan mengagumkan, tempat-tempat bersejarah dan tempat-tempat

yang indah. Dan semua itu sangat berkaitan erat dengan pendidikan, karena dengan

mengetahui tempat-tempat wisata tersebut kita bisa tahu sejarah dan menambah ilmu

pengetahuan. Dan tempat-tempat pariwisata yang ada di Yogyakarta itu sangat banyak, dan

kita harus senantiasa menjaga serta merawatnya agar tetap asri seperti aslinya. agar menarik

para wisatawan untuk berlibur ke jogja.

Selain itu, kota jogja yang menawan itu tidak harus kita tambahkan dengan budaya-

budaya barat yang kita rasa sangat bagus atau trendy. tapi justru itu salah,kita harus tetap

menjaga budaya asli  itu sendiri,agar mempunyai keaslian yang khas dimata dunia.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kota favorit para wisatawan untuk

berlibur dan menghabiskan sisa waktu istirahatnya di tempat-tempat wisata yang ada di

Yogyakarta. walaupun banyak cerita-cerita mistis  yang beredar di masyarakat luas, para

wisatawan tetap antusias menikmati tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja.

18

Page 19: ciussblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewPariwisata merupakan salah satu pintu gerbang masuknya pembangunan dan pengembangan suatu daerah atau bahkan suatu negara. Pengembangan

3.4. Saran

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ini banyak ditemui kesulitan, oleh

karena itu kami mengharapkan saran dan kritik agar kami dapat menyempurnakan karya tulis

ini.

Demikianlah Kesimpulan dan saran dalam pembuatan karya tulis ini. Dalam pembuatan

karya tulis ini banyak sekali kekurangan-kekurangan, untuk itu  penulis sebagai manusia

biasa mohon maaf atas segala keurangan dan kekhilafan. Semoga karya tulis ini bermanfaat

bagi kita semua.

19