megajudrahhome.files.wordpress.com · web viewmanusia menurut al-qur’an adalah terdiri dari jiwa...
TRANSCRIPT
PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
Islam
Oleh Kelompok I
Sutarni
Sitti Hajrah
Megawati
Anwar
Syarifuddin
Dosen Pengampu:
Dr. Mustamir, M.Pd.
Dr. Fatmawati, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MAGISTER (S2)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) MUHAMMADIYAH SINJAI
TA. 2018/2019
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah tidak henti-hentinya kita berdo’a dan mengharap semoga
Allah SWT. Senantiasa melimpahkan hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua,
begitu pula fadhilah dan wasilah-Nya kiranya di limpahkan kepada junjungan
yang tercinta Nabi Muhammad SAW.
Salah satu bentuk kasih sayang dan rahmat yang diberikan oleh Allah
SWT kepada saya, karena segala pertolongan dan hidayaah-Nya sehingga tugas
yang kami susun dapat diselesaikan. Tugas ini disusun sebagai tugas di Pasca
Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Sinjai, oleh Bapak Dr. Mustamir,
M.Pd. dengan harapan dapat memberikan pengetahuan dan manfaat untuk semua
insan. Sebagai bahan mentah pada tatap muka perkuliahan.
Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan
pemahaman pembaca tentang Psikologi Pendidikan Islam. Pemahaman tersebut
dapat dipahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah, serta penarikan
kesimpulan dalam makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, kritik dan
masukan sangat penulis harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun
mutu makalah ini. Semoga bermanfaat bagi kami, Aamiin...
Sinjai, 09 Maret 2019 Kelompok I
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan...................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................5
A. Apa Pengertian Psikologi Pendidikan.......................................................5
B. Bagaimana Dasar-Dasar Psikologi Pendidikan.........................................7
C. Apa Fungsi Pendidikan dalam Dunia Pendidikan.....................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................11
A. Kesimpulan............................................................................................... 11
B. Saran......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya pandangan al-Qur’an terhadap manusia adalah
pandangan yang menyeluruh, terpadu, seimbang dan tepat. Manusia bukan
hanya berupa wujud materi yang terdiri dari fisika, fisika, kimia, dan otot-
otot mekanis, sebagaimana pandangan filosof-filosof materialistis. Manusia
juga bukan hanya roh yang terlepas dari raga sebagaimana pendapat
sebagian kaum terpelajar. Manusia menurut al-Qur’an adalah terdiri dari
jiwa dan raga yang keduanya saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Manusia bukanlah binatang yang akan habis riwayatnya dan lenyap
hidupnya setelah mati dan bukanlah binatang yang wujudnya tidak berbeda
dengan binatang-binatang lain. Manusia bukan juga makhluk yang paling
tinggi yang tidak ada sesuatu diatasnya. Namun manusia mempunyai
keutamaan, kelebihan, kemuliaan dan kedudukan yang tinggi dengan
notabene apabila tahu diri, berilmu dan mahu menggunakan akalnya.
Apabila ia jatuh meluncur ketingkat yang paling rendah jelek, maka
hilanglah kemanusiaannya dan ia berkedudukan yang paling hina daripada
binatang.1
Proses tranmisi pengaruh sosial kedalam diri individu melalui dua
cara, yaitu cara formal dan informal, pengetahuan dan ketrampilan dipelajari
1 Barnadjib, Imam, Filsafat Pendidikan,Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan FIP, 1987. h. 4.
4
oleh individu melalui proses belajar formal atau sistematik. Hasil belajar
formal itu nampak dalam tingkah laku ferbal dan tercermin pada apa yang
dipikirkannya. Nilai dan pola tingkah laku dipelajari oleh individu melalui
proses belajar informal, yaitu proses imitasi (yang sebagian tidak
didasarinya) dalam kontaknya dengan orang-orang yang berkewibawaan.
Para ahli berpendapat bahwa cara hidup masyarakat itu meresapnya
kedalam diri individu terjadi pada awal perkembangan kepribadiannya
melalui hubungan dengan orang-orang dewasa, khususnya orang tua.
Diinternalisasi kedalam diri anak dan secara tidak sadar menjadi bagian
dirinya. Proses internalisasi itu kadang-kadang juga disebut juga dengan
istilah akulturasi, introjeksi, atau sosialisasi. Corak hubungan orang tua dan
anak sangat menentukan proses sosialisasi anak, corak hubungan dengan
orang tua dengan anak ini, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fels
research institute, dapat dibedakan menjadi tiga pola yaitu: Pertama, pola
menerima menolak, pola ini didasarkan atas taraf kemesraan orang tua
terhadap anak. Kedua, pola memiliki melepaskan, pola ini berdasarkan atas
seberapa besar sikap protektif orang tua terhadap anak. Pola ini bergerak
dari sikap orang tua yang overprotektif dan memiliki anak sampai pada
sikap mengabaikan anak sama sekali. Ketiga, pola demokrasi otokrasi, pola
ini didasarkan atas taraf partisipasi anak dalam menentukan kegiatan-
kegiatan dalam keluarga. Pola otokrasi berarti orang tua bergerak sebagai
didaktor terhadap anak, sedangkan dalam pola demokrasi, sampai batas-
5
batas tertentu, anak dapat dipartisipasi dalam keputusan-keputusan
keluarga.2
Dalam lembaga formal yang sangat kompeten terhadap anak adalah
seorang guru karena hal ini ikut menentukan keberhasilan. Tugas guru
adalah keterbukaan kejiwaan guru itu sendiri. Keterbukaan ini merupakan
dasar kompetensi profesional (kemampuan dan kewenangan melaksanakan
tugas) keguruan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Guru yang terbuka
secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediaannya yang relatif tinggi
untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor eksternal antara
lain siswa, teman sejawat lingkungan pendidikan tempat bekerja. Ia mahu
menerima kritik dengan ikhlas. Di samping itu ia juga memiliki empati,
yakni respon efektif terhadap pengalaman emosional dan perasaan tertentu
terhadap orang lain. Jika salah seorang muridnya diketahui sedang
mengalami kemalangan, umpamanya, maka ia ikut bersedih dan
menunjukkan simpati serta berusaha memberi jalan keluar.
Keterbukaan psikologis sangat penting bagi seorang guru
mengingat pasisinya sebagai panutan siswa. Selain sisi positif yang dimiliki
oleh seorang guru dalam keterbukaan psikologis yaitu: Pertama,
keterbukaan psikologis merupakan pra kondisi atau persyaratan penting
yang harus dimiliki guru untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain.
Kedua, keterbukaan psikologis diperlukan untuk menciptakan suasana
2 Vembriarto, , Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta: Andi Offset, 1990. h. 50-51.
6
hubungan antar pribadi guru dan siswa yang harmonis, sehingga mendorong
siswa untuk mengembangkan dirinya secara bebas dan tanpa ganjalan.3
Ketika terjadi komunikasi psikologis inilah seorang guru telah
membangun saling percaya kepada siswanya sehingga siswa secara
psikologis akan membuka diri terhadap informasi dan komunikasi yang baru
yang akan dapat merubah pola fikir dan pola prilakunya. Dengan demikian
proses pendidikan akan semakin menemukan bentuknya dan dapat
mencapai tujuan pembelajaran dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka adapun yang
menjadi pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Psikologi Pendidikan?
2. Bagaimana Dasar-dasar Psikologi Pendidikan ?
3. Apa Fungsi Pendidikan dalam Dunia Pendidikan?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka adapun yang menjadi
tujuan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tentang Pengertian Psikologi Pendidikan
2. Untuk mengetahui tentang Dasar-dasar Psikologi Pendidikan
3. Untuk mengetahui tentang Fungsi Pendidikan dalam Dunia Pendidikan.
BAB II
3 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 1995. h. 228.
7
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi Pendidikan
Secara etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti
jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut
seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari
tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya
obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi
sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa
merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara
langsung.
Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin
untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam
bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan
demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang
mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum
(general phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya dan
psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus,
diantaranya:
1. Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada dalam
proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir
hayat.
2. Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari
aspek-aspek kepribadiannya.
3. Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan
penyembuhan (klinis).
4. Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.
8
5. Psikologi Industri; mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan
dunia industri.
6. Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi
pendidikan.
Psikologi pendidikan menurut pakar adalah subdisiplin psikologi,
dan bukan psikologi itu sendiri. Artur S. Reber seorang guru besar psikologi
pada Brooklyn College, University of New York City, University of British
Columbia Canada, dan juga pada University of Insbruck Austria, dalam
pandangannya, psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu
pendidikan yang berkaitan denagan teori dan masalah kependidikan.
Secara sederhana dan praktis, Barlow dalam Muhibbin Syah
mendefinisikan psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan
berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber untuk
membantu anda melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses
pembelajaran secara lebih efektif.
Sultan Muhammad dalam Sudarwan Danim mendefinisikan
psikologi pendidikan adalah aplikasi dari temuan psikologis di bidang
pendidikan. Dengan demikian psikologi pendidikan adalah studi sistematis
tentang perkembangan individu dalam lingkungan pendidikan. Psikologi
pendidikan merupakan disiplin ilmu terapan yang menggabungkan dua
bidang yang berbeda, yaitu pendidikan dan psikologi. Psikologi pendidikan
adalah studi ilmiah untuk memahami, memprediksi, dan mengarahkan
perilaku peserta didik bagi usaha pencapaian tujuan pendidikan dan
pembelajaran.
John W. Santrock mengatakan bahwa psikologi pendidikan adalah
cabang ilmu psikologi yang menghususkan diri pada cara memahami
pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Menurutnya
psikologi adalah bidang yang sangat luas, sehingga dibutuhkan satu narasi
tersendiri untuk menjelaskannya.
Menurut The American People of Encyclopedia dalam Abdul
Hadis dan Nurhayati bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari
9
psikologi yang berusaha untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologis
dalam memecahkan persoalan pendidikan.
Sedangkan Bimo Walgito dengan jelas menguraikan bahwa
psikologi pendidikan adalah psikologi yang khusus menguraikan aktivitas-
aktivitas atau kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi
pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik minat atau perhatian peserta
didik agar pelajaran dapat dengan mudah diterima, bagaimana cara belajar,
dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa defenisi di atas, penulis menyimpulkan
bahwa psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
manusia belajar dalam tatanan pendidikan yang teratur atau intervensi untuk
pembelajaran yang efektif. Dengan kata lain, psikologi pendidikan adalah
sebuah disiplin ilmu yang berupaya menggunakan konsep atau prinsip-
prinsip psikologis dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam
dunia pendidikan.
B. Dasar-dasar Psikologi Pendidikan
Manusia merupakan makhluk pilihan Allah yang mengembangkan
tugas ganda, yaitu sebagai khalifah Allah dan Abdullah (Abdi Allah). Untuk
mengaktualisasikan kedua tugas tersebut, manusia dibekali dengan sejumlah
potensi didalam dirinya. Hasan Langgulung mengatakan, potensi-potensi
tersebut berupa ruh, nafs, akal, qalb, dan fitrah. Sejalan dengan itu, Zakiyah
Darajat mengatakan, bahwa potensi dasar tersebut berupa jasmani, rohani,
dan fitrah namun ada juga yang menyebutnya dengan jismiah, nafsiah dan
ruhaniah.
1. Aspek jismiah
Aspek jismiah adalah keseluruhan organ fisik-biologis, serta sistem
sel, syaraf dan kelenjar diri manusia. Organ fisik manusia adalah organ yang
paling sempurna diantara semua makhluk. Alam fisik-material manusia
tersusun dari unsur tanah, air, api dan udara. Keempat unsur tersebut adalah
materi dasar yang mati. Kehidupannya tergantung kepada susunan dan
10
mendapat energi kehidupan yang disebut dengan nyawa atau daya
kehidupan yang merupakan vitalitas fisik manusia. Kemampuannya sangat
tergantung kepada sistem konstruksi susunan fisik-biologis, seperti: susunan
sel, kelenjar, alat pencernaan, susunan saraf sentral, urat, darah, tulang,
jantung, hati dan lain sebagainya. Jadi, aspek jismiah memiliki dua sifat
dasar. Pertama berupa bentuk konkrit berupa tubuh kasar yang tampak dan
kedua bentuk abstrak berupa nyawa halus yang menjadi sarana kehidupan
tubuh. Aspek abstrak jismiah inilah yang akan mampu berinteraksi dengan
aspek nafsiah dan ruhaniah manusia.
2. Aspek nafsiah
Aspek nafsiah adalah keseluruhan kualitas insaniah yang khas
dimiliki dari manusia berupa pikiran, perasaan dan kemauan serta
kebebasan. Dalam aspek nafsiah ini terdapat tiga dimensi psikis, yaitu
dimensi nafsu, ‘aql, dan qalb.
a. Dimensi nafsu merupakan dimensi yang memiliki sifat-sifat kebinatangan
dalam sistem psikis manusia, namun dapat diarahkan kepada kemanusiaan
setelah mendapatkan pengaruh dari dimensi lainnya, seperti ‘aql dan qalb,
ruh dan fitrah. Nafsu adalah daya-daya psikis yang memiliki dua kekuatan
ganda, yaitu: daya yang bertujuan untuk menghindarkan diri dari segala
yang membahayakan dan mencelakakan (daya al-ghadabiyah) Serta daya
yang berpotensi untuk mengejar segala yang menyenangkan (daya al-
syahwaniyyah).
b. Dimensi akal adalah dimensi psikis manusia yang berada diantara dua
dimensi lainnya yang saling berbeda dan berlawanan, yaitu dimensi nafsu
danqalb. Nafsu memiliki sifat kebinatangan dan qalb memiliki sifat dasar
kemanusiaan dan berdaya cita-rasa. Akal menjadi perantara diantara
keduanya. Dimensi ini memiliki peranan penting berupa fungsi pikiran yang
merupakan kualitas insaniah pada diri manusia.
c. Dimensi qalb memiliki fungsi kognisi yang menimbulkan daya cipta seperti
berpikir, memahami, mengetahui, memperhatikan, mengingat dan
11
melupakan. Fungsi emosi yang menimbulkan daya rasa seperti tenang,
sayang dan fungsi konasi yang menimbulkan daya karsa seperti berusaha.
3. Aspek ruhaniah
Aspek ruhiyah adalah keseluruhan potensi luhur (high potention)
diri manusia. Potensi luhur itu memancar dari dimensi ruh dan fitrah. Kedua
dimensi ini merupakan potensi diri manusia yang bersumber dari Allah.
Aspek ruhaniyah bersifat spiritual dan transedental. Spiritual, karena ia
merupakan potensi luhur batin manusia yang merupakan sifat dasar dalam
diri manusia yang berasal dari ruh ciptaan Allah. Bersifat transidental,
karena mengatur hubungan manusia dengan yang Maha transenden yaitu
Allah.4
Berdasarkan beberapa dasar-dasar psikologi pendidikan tersebut di
atas, penulis menyimpulkan sebagaimana ungkapan Zakiyah Darajat bahwa
potensi dasar psikologi pendidikan berupa jasmani, rohani, dan fitrah namun
ada juga yang menyebutnya dengan jismiah, nafsiah dan ruhaniah.
C. Fungsi Pendidikan dalam Dunia Pendidikan
Psikologi merupakan suatu cabang ilmu yang memberikan
kontribusi banyak dalam dunia pendidikan. Dimana bagi pendidik,
pengetahuan tentang psikologi yang dimiliki akan membantu dalam
menghadapi anak didiknya. Hal ini disebabkan pada diri anak didik ada
keefektifan-keefektifan jiwa yang dapat diperhalus atau diperkuat melalui
pendidikan atau latihan-latihan yang sistematis dan kontinue.
Disini para pendidik, khususnya para guru sekolah, sangat
diharapkan memiliki pengetahuan psikologi pendidikan yang sangat
memadahi agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar mengajar
yang berdaya guna dan berhasil guna. Pengetahuan mengenai psikologi
pendidikan bagi para guru berperan penting dalam menyelenggarakan
pendidikan di sekolah-sekolah.
4 Yacinta Senduk , Mengasah Kecerdasan Emosi Orang Tua Untuk Mendidik Anak, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007), h. 9.
12
Misalnya, dengan memberikan alat-alat bermain bagi anak-anak
yang belum masuk sekolah, berarti kita telah memberikan kesempatan bagi
pertumbuhan jiwa anak seperti ingatan, fantasi, berfikir, dan sebagainya.
Hal ini merupakan upaya untuk membantu pertumbuhan suatu fungsi dalam
jiwa anak.
Dengan mempelajari psikologi, pendidik dapat mengetahui bahwa
masa peka pada anak-anak terjadi sekiar umur 3-4 tahun, sedang untuk
belajar berhitung terjadi sekitar umur 5-6 tahun. Dengan demikian pada
umur-umur tersebut (orang tua) dirumah dapat memberikan latihan
pendahuluan sebelum si anak masuk sekolah. Disamping itu si anak juga
harus diberikan pendidikan kehendak, agar tindakan si anak sesuai dengan
norma-norma yang ada.
Jiwa anak memang berbeda dengan jiwa orang dewasa, karena itu
cara mendidiknya pun tidak sama dengan mendidik orang dewasa. Lebih-
lebih disaat pertumbuhan anak menuju tingkat dewasa, pendidik harus
menyesuaikan pola penddidikannya dengan karakter yang dimiliki anak.
Disinilah pentingnya psikologi pendidikan. Dengan memiliki pengetahuan
tentang psikologi pendidikan anak, maka para pendidikpun akan dapat
menepikan kesalahan-kesalahan dalam proses pendidikan dan pertumbuhan
anak menuju dewasa.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa
fungsi pendidikan dalam dunia pendidikan sangat berperan penting bagi
para pendidik, khususnya para guru sekolah, sangat diharapkan memiliki
pengetahuan psikologi pendidikan yang sangat memadahi agar dapat
mendidik para siswa melalui proses belajar mengajar yang berdaya guna
dan berhasil guna. Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan bagi para
guru berperan penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah-
sekolah. Misalnya, dengan memberikan alat-alat bermain bagi anak-anak
yang belum masuk sekolah, berarti kita telah memberikan kesempatan bagi
pertumbuhan jiwa anak seperti ingatan, fantasi, berfikir, dan sebagainya.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
manusia belajar dalam tatanan pendidikan yang teratur atau intervensi untuk
pembelajaran yang efektif. Dengan kata lain, psikologi pendidikan adalah
sebuah disiplin ilmu yang berupaya menggunakan konsep atau prinsip-
prinsip psikologis dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam
dunia pendidikan.
Dasar-dasar psikologi pendidikan sebagaimana ungkapan Zakiyah
Darajat bahwa potensi dasar psikologi pendidikan berupa jasmani, rohani,
dan fitrah namun ada juga yang menyebutnya dengan jismiah, nafsiah dan
ruhaniah.
Fungsi pendidikan dalam dunia pendidikan sangat berperan penting
bagi para pendidik, khususnya para guru sekolah, sangat diharapkan
memiliki pengetahuan psikologi pendidikan yang sangat memadahi agar
dapat mendidik para siswa melalui proses belajar mengajar yang berdaya
guna dan berhasil guna. Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan bagi
para guru berperan penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah-
sekolah. Misalnya, dengan memberikan alat-alat bermain bagi anak-anak
yang belum masuk sekolah, berarti kita telah memberikan kesempatan bagi
pertumbuhan jiwa anak seperti ingatan, fantasi, berfikir, dan sebagainya.
14
Berdasarkan paparan dan pembahasan di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa Pendidikan Islam pada haikikatnya adalah suatu
proses penggalian, pembentukan, pendayagunaan, dan pengembangan fikir,
zikir, dan kresi manusia, melalui pengajaran, bimbingan, latihan, dan
pengabdian yang dilandasi oleh nilai-nilai ajaran Islam, sehingga terbentuk
pribadi muslim yang sejati. Peran psikologi dalam pendidikan Islam sebagai
menjembatan proses penyampaian ilmu pengetahuan agar lebih efektif
sesuai dengan kematangan psikologi masing-masing peserta didik dan
kesediaan peserta didik untuk membuka diri terhadap informasi dan
pengetahuan baru serta kesediaan menggunakannya dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan memperhatikan psikologi siswa dari para guru kepada
siswa.
B. Saran
Dari penulisan makalah ini penyusun beranggapan bahwa masih
jauh dari kata sempurna, maka dari itu Saran, kritik dan masukan sangat
penulis harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu
makalah ini dan menjadi bahan perbandingan kedepannya agar jauh lebih
baik dari sebelunnya.
15