· web viewlalu penjelasan tentang makna pertobatan dan puasa yang benar (mat.4:1-11; mrk. 1:9-15;...

108
Pengantar Tanpa terasa tahun ini usia GKSBS sudah 25 tahun. Ibarat seorang manusia pada usia 25 ia sudah disebut sebagai manusia/orang dewasa. Demikian halnya dengan GKSBS diusianya yang ke dua puluh lima, diharapkan kita sudah menjadi dewasa. Masa Perayaan Paskah dan Pentakosta tahun ini adalah kesempatan yang baik bagi kita untuk mengevaluasi 25 tahun perjalanan kita ber-GKSBS dan mengevaluasi perjalanan hidup beriman kita kepada “Domba Paskah” itu. Oleh karena itu MPPP 2012 ini kita mengusung tema: “25 Tahun Sinode GKSBS Meneguhkan Identitas Pemimpin Gereja Sebagai Pelayan Yang Mempersatukan”. Melalui tema ini diharapkan para pemimpin jemaat dan anggota jemaat menggumulkan ulang identitasnya; mengevaluasi dan meneguhkan identitasnya sebagai pelayan yang mempersatukan. Panduan ini berisi : 1. Bahan khotbah untuk digunakan ibadah minggu maupun ibadah hari raya. Bahan khotbah sengaja disajikan dalam bentuk khotbah jadi, namun demikian sangat diharapkan setiap pengkhotbah dapat melengkapinya dengan contoh-contoh dan penerapan serta menyesuaikan khotbah ini dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan masing-masing jemaat. 2. Bahan Renungan keluarga/kelompok. Bahan ini bisa digunakan untuk renungan di masing-masing keluarga atau bagi yang tidak terbiasa melakukan renungan keluarga, bisa dilakukan dalam kelompok atau blok. Pertanyaan-pertanyaan disertakan untuk didiskusikan dalam kelompok tersebut. Lagu-lagu bisa dipilih sendiri sesuai dengan keberadaan masing-masing kelompok/blok. 3. Bahan PA pemuda remaja disediakan khusus untuk PA pemuda remaja, sedangkan PA dewasa menggunakan bahan PA Sinode edisi Januari- Juni 2012. Akan sangat bermanfaat bila para pemimpin PA malakukan persiapan dengan mempelajari terlebih dahulu serta menyesuaikan pertanyaan-pertanyaan dengan kontek kelompok PA nya. 4. Aksi Puasa Paskah (APP). Konsep puasa Paskah masih sama dengan panduan tahun-tahun sebelumnya. Amplop Aksi Puasa Paskah dibagikan kepada jemaat dalam ibadah pembukaan tanggal 22 1

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pengantar

Tanpa terasa tahun ini usia GKSBS sudah 25 tahun. Ibarat seorang manusia pada usia 25 ia sudah disebut sebagai manusia/orang dewasa. Demikian halnya dengan GKSBS diusianya yang ke dua puluh lima, diharapkan kita sudah menjadi dewasa. Masa Perayaan Paskah dan Pentakosta tahun ini adalah kesempatan yang baik bagi kita untuk mengevaluasi 25 tahun perjalanan kita ber-GKSBS dan mengevaluasi perjalanan hidup beriman kita kepada “Domba Paskah” itu. Oleh karena itu MPPP 2012 ini kita mengusung tema:

“25 Tahun Sinode GKSBS

Meneguhkan Identitas Pemimpin Gereja

Sebagai Pelayan Yang Mempersatukan”.

Melalui tema ini diharapkan para pemimpin jemaat dan anggota jemaat menggumulkan ulang identitasnya; mengevaluasi dan meneguhkan identitasnya sebagai pelayan yang mempersatukan.

Panduan ini berisi :

1. Bahan khotbah untuk digunakan ibadah minggu maupun ibadah hari raya. Bahan khotbah sengaja disajikan dalam bentuk khotbah jadi, namun demikian sangat diharapkan setiap pengkhotbah dapat melengkapinya dengan contoh-contoh dan penerapan serta menyesuaikan khotbah ini dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan masing-masing jemaat.

2. Bahan Renungan keluarga/kelompok. Bahan ini bisa digunakan untuk renungan di masing-masing keluarga atau bagi yang tidak terbiasa melakukan renungan keluarga, bisa dilakukan dalam kelompok atau blok. Pertanyaan-pertanyaan disertakan untuk didiskusikan dalam kelompok tersebut. Lagu-lagu bisa dipilih sendiri sesuai dengan keberadaan masing-masing kelompok/blok.

3. Bahan PA pemuda remaja disediakan khusus untuk PA pemuda remaja, sedangkan PA dewasa menggunakan bahan PA Sinode edisi Januari-Juni 2012. Akan sangat bermanfaat bila para pemimpin PA malakukan persiapan dengan mempelajari terlebih dahulu serta menyesuaikan pertanyaan-pertanyaan dengan kontek kelompok PA nya.

4. Aksi Puasa Paskah (APP). Konsep puasa Paskah masih sama dengan panduan tahun-tahun sebelumnya. Amplop Aksi Puasa Paskah dibagikan kepada jemaat dalam ibadah pembukaan tanggal 22 Februari 2012 dan dikumpulkan pada ibadah Paskah tanggal6 April 2012Sedangkan penggunaan hasil APP diatur sebagai berikut: 25% dikelola oleh jemaat setempat untuk memberikan beasiswa kepada anggota jemaat yang membutuhkan atau yang berprestasi, 25% dikelola oleh Klasis untuk program beasiswa secara klasikal dan 25% dikirimkan ke kantor sinode GKSBS.

Adapun jadwal kegiatan MPP 2012 adalah sebagai berikut:

1. Pembukaan dilakukan pada hari Rabu Abu, tanggal 22 Februari 2012, dengan menggunakan panduan khotbah Rabu Abu. Pada ibadah pembukaan dibagikan amplop Aksi Puasa Paskah (APP).

2. Sarasehan dilaksanakan pada minggu-minggu awal MPPP dengan jadwal ditetapkan dan disesuaikan oleh jemaat masing-masing.

3. Renungan dilaksanakan satu minggu sekali bisa dalam keluarga atau dalam kelompok/blok. Lagu-lagu untuk renungan silahkan dipilih sendiri.

4. PA Pemuda remaja dilaksanakan satu minggu sekali, pada hari yang disepakati oleh masing-masing jemaat.

5. Ibadah Jumat Agung dilaksanakan tanggal 6 April 2012, pada ibadah ini sebaiknya dilayankan Perjamuan Kudus.

6. Ibadah Paskah dilaksanakan tanggal 8 April 2012, bila memungkinkan akan sangat baik dilaksanak pada pukul 4 atau 5 pagi. Bagi jemaat yang tidak melaksanakan Perjamuan Kudus pada hari Jumat Agung bisa melaksanakan Perjamuan Kudus pada Hari Raya Paskah. Pada ibadah ini juga dikumpulkan persembahan Aksi Puasa Paskah (APP).

7. Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus Kesorga dilaksanakan tanggal 17 Mei 2012. Bila memungkinkan ibadah bisa dilakukan di alam terbuka atau didalam ruangan yang didekorasi sedemikian rupa sehingga dapat menolong umat menghayati peristiwa kenaikan Yesus.

8. Hari Raya Pentakosta, sekaligus penutupan MPPP 2012 dilasanakan pada tanggal 27 Mei 2012. Akan baik jika setelah ibadah dilakukan jamuan kasih sesuai dengan kemampuan masing-masing jemaat. Pada ibadah ini juga bisa dialukan pengumpulan persembahan unduh-unduh. Untuk itu sebaiknya diberitakan terlebih dahulu kepada seluruh anggota jemaat, supaya semua jemaat terlibat.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Majelis Pekerja Klasis Kota Bumi dan Majelis Pekerja Klasis Bandarjaya yang telah memfasilitasi penulisan panduan MPPP 2012 ini. Juga kepada para penulis; Ibu Endrawati, Ibu Ella G.S., Bapak Ribut Purwanto, Bapak fulli Dede, Pdt. Lilik Priyo Santoso, Pdt. Yehuda Catur Rumpoko, Pdt. Agus Handoko Marpaung, Pdt. Kris Hermawan Santoso, Pdt. Eko Suyatno, Pdt. Deny Yuda Alexander Tampi, Pdt. Slamet Raharjo, Pdt. Lanjarian, Pdt. Tri Joko Hadi Nugroho, Pdt. Kurniawan Dewanto Wijaya, Pdt. Darmanto, Pdt. Wahyu Kristiono, Pdt. A.T. Hariyanto, juga kepada editor diluar penulis Pdt. Sri Yuliana. Kiranya pelayanan Bapak/Ibu/Saudara menjadi berkat bagi banyak orang di sinode GKSBS ini.

Akhirnya terima kasih atas dukungan semua pihak, kiranya panduan ini menjadi berkat bagi kita sekalian.

Metro, Febuari 2012

Salam & Doa

MPS GKSBS.

Dartar Isi

1. Pengantar

1

2. Kutipan Keputusan Majelis Pekerja Sinode GKSBS

4

3. Bahan Sarasehan

5

4. Khotbah Pembukaan/ Rabu Abu

7

5. Kotbah Minggu Pra Paskah I, 26 Februari 2012

9

6. Renungan Minggu Pra Paskah I

11

7. PA Pemuda Remaja Minggu Pra Paskah I

12

8. Kotbah Minggu Pra Paskah II, 4 Maret 2012

13

9. Renungan Minggu Pra Paskah II

15

10. PA Pemuda Remaja Minggu Pra Paskah II

16

11. Kotbah Minggu Pra Paskah III, 11 Maret 2012

17

12. Renungan Minggu Pra Paskah III

19

13. PA Pemuda Remaja Minggu Pra Paskah III

20

14. Kotbah Minggu Pra Paskah IV, 18 Maret 2012

21

15. Renungan Minggu Pra Paskah IV

24

16. PA Pemuda Remaja Minggu Pra Paskah IV

25

17. Kotbah Minggu Pra Paskah V, 25 Maret 2012

26

18. Renungan Minggu Pra Paskah V

28

19. PA Pemuda Remaja Minggu Pra Paskah V

29

20. Kotbah Minggu Palem, 01 April 2012

30

21. Renungan Minggu Palem

32

22. PA Pemuda Remaja Minggu Palem

33

23. Kotbah Kamis Putih, 05 April 2012

34

24. Kotbah Jumat Agung, 06 April 2012

36

25. Kotbah Minggu Paskah, 08 April 2012

38

26. Renungan Minggu Paskah

40

27. PA Pemuda Remaja Minggu Paskah

41

28. Kotbah Minggu Paskah II, 15 April 2012

42

29. Renungan Minggu Paskah II

44

30. PA Pemuda RemajaMinggu Paskah II

45

31. Kotbah Minggu Paskah III, 22 April 2012

46

32. Renungan Minggu Paskah III

48

33. PA Pemuda Remaja Minggu Paskah III

49

34. Kotbah Minggu Paskah IV, 29 April 2012

50

35. Renungan Minggu Paskah IV

52

36. PA Pemuda Remaja Minggu Paskah IV

53

37. Kotbah Minggu Paskah V, 06 Mei 2012

55

38. Renungan Minggu Paskah V

56

39. PA Pemuda Remaja Minggu Paskah V

57

40. Kotbah Minggu Paskah VI, 13 Mei 2012

58

41. Renungan Minggu Paskah VI

60

42. PA Pemuda Remaja Minggu Paskah VI

61

43. Kotbah Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga, 17 Mei 2012

62

44. Kotbah Minggu Paskah VII, 20 Mei 2012

64

45. Renungan Minggu Paskah VII

65

46. PA Pemuda Remaja Minggu Paskah VII

67

47. Kotbah Pentakosta, 27 Mei 2012

68

***

KUTIPAN KEPUTUSAN MAJELIS PEKERJA SINODE GKSBS

TENTANG BENTUK ATAU CARA BERPUASA YANG DIANJURKAN

DI LINGKUNGAN SINODE GKSBS

Setelah memperhatikan masukan-masukan dari Jemaat, baik melalui umpan balik tertulis maupun lisan (informal) tentang cara berpuasa, khususnya mengenai perlunya penyeragaman atau tidak, dengan mempertimbangkan:

a. Bahwa penyeragaman bentuk puasa akan mempermudah cara anggota dalam melaksanakan dan tidak menimbulkan “kebingungan”.

b. Bahwa penyeragaman bentuk puasa juga dapat berarti pemaksaan yang bisa mematikan kreatifitas yang selama ini menjadi ciri khas GKSBS.

Maka Majelis Pekerja Sinode GKSBS dalam Rapat VIII (Reguler) MPS GKSBS, 3-5 Pebruari 2004 memutuskan :

a. Puasa dimulai pada hari: Rabu Abu.

b. Bentuk Puasa yang dianjurkan selama Masa Penghayatan Paskah adalah demikian:

No

BENTUK

PENERAPAN

1

Matiraga

Pada siang hari tidak mengkonsumsi apapun juga secara total. Makan atau kegiatan konsumsi lainnya hanya dilakukan sekali pada waktu malam (bersamaan dengan jam makan malam). Menu yang dimakan adalah menu keseharian.

2

Pantang/Tarak

Prinsipnya adalah mencegah untuk tidak mengkonsumsi atau mengurangi volume/jumlah atau kualitas dari apa-apa yang biasanya dikonsumsi. Misalnya, yang biasa merokok menghentikan kebiasaannya merokok. Yang biasa makan 3 kali dirobah menjadi 2 kali. Yang biasa uang belanjanya Rp. 2.000,- dikurangi menjadi Rp. 1.000,- saja. Yang biasa jajan (untuk anak-anak) Rp. 1.000,- dikurangi menjadi Rp. 500,-. Yang biasanya sehari menyewa VCD senilai Rp. 6.000,- dikurangi atau ditiadakan sama sekali. Dan sebagainya.

c. Apapun bentuk yang dipilih PUASA yang dianjurkan haruslah mempunyai dampak menguntungkan orang lain (sesama)

d. Puasa yang dianjurkan memiliki substansi BUKAN sebagai tindakan menyiksa diri. Melainkan mengendalikan diri demi terbaginya hidup bagi sesama.

e. Persembahan dari program PUASA digunakan secara pasti untuk membantu pembiayaan sekolah bagi anak-anak orang lain yang ditetapkan dalam program MPS GKSBS.

Metro, 5 Pebruari 2004

Majelis Pekerja Sinode GKSBS.

Bahan Sarasehan

Thema:

“25 Tahun Sinode GKSBS

Meneguhkan Identitas Pemimpin Gereja

Sebagai Pelayan Yang Mempersatukan”.

Filipi 2:5-8

“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”

Ada satu bentuk kecerdasan yang dipelajari dari pengalaman hidup pemimpin dan pelayan yang bernama Yesus Kristus. Dalam teks ini Yesus telah melakukan hal-hal yang patut diteladani semua umatNya, yaitu:

· Mengurangi/Melepaskan, meniadakan, mengurangi, mencurahkan milik-Nya untuk orang lain. Mengosongkan diri-Nya dari: Kemuliaan-Nya, Kedaulatan-Nya, Hak prerogatif keilahian-Nya, Lambang kebesaran-Nya, Atribut luar keilahian-Nya: mahatahu, mahahadir, mahakuasa, Kesetaraan-Nya dengan Allah. Mencurahkan diri: habis-habisan untuk memperkaya orang lain; Ia yang kaya telah menjadi miskin demi kita (2 Kor 8:9), Ia memenuhi jemaat-Nya (Ef 1:23), Ia turun untuk memenuhkan segala sesuatu (Ef 4:10)

· Menambahkan sesuatu pada diri-Nya bagi kepentingan orang lain. Dalam teks ini juga Yesus tidak menyerahkan segalanya yang Ia miliki melainkan menambahkan pada diri-Nya apa yang tidak dipunyai sebelumnya: Mengambil rupa seorang hamba, Menjadi sama dengan manusia, menjadi identitasnya, bukan kepura-puraan atau sekedar memakai baju

· Mempertahankan dan tetap memiliki atribut esensial: Kekudusan, Kasih, Kebenaran, keadilan, dll.

Kemampuan atau kecerdasan untuk mengosongkan diri tersebut disebut Kenotic Intelligence atau kecedasan kenotic; yaitu kemampuan untuk Meniadakan hak untuk mementingkan diri sendiri (tidak egois tapi mau berkorban bahkan mencurahkan milik kita untuk memperkaya orang lain) dan Menambahkan apa yang sebelumnya tidak ada dalam diri untuk kepentingan orang lain (memberikan diri-Nya untuk orang lain) serta mempertahankan kualitas spiritual. Kerelaan mengampuni, Kerendahan hati, Kearifan menimbang, Kematangan bersikap, Kesetiaan pelayanan, Hidup yang kudus, Ketekunan dalam pelayanan, Kesetiaan dalam iman. Atau disingkat KTP (Kurangi, Tambahakan, Perjelas)

Mencermati kiprah kepemimpinan di GKSBS pada tahun-tahun terakhir ini, di beberapa jemaat telah terjadi perpecahan yang sebagai akibat dari proses penahbisan pendeta sebagai salah satu unsure pimpinan gereja (unsure yang lain adalan penatua dan diaken). Ada yang perpecahan tersebut sudah terjadi ketika proses pemendetaan baru sampai pada tahap perkenalan/orientasi, pembimbingan, bahkan ada juga yang belum genap setahun setelah pentahbisan. Ada juga perpecahan yang terjadi karena proses pengangkatan seseorang menjadi penatua atau diaken. Ada juga perpecahan yang terjadi karena relasi kerjasama yang kurang baik antara pemimpin yang satu dengan pemimpin yang lainnya. –kenyataan-kenyataan itu (tidak perlu kita sebutkan nama dan tempat kejadiannya) menunjukkan pentingnya kita kembali menggumulkan identitas pemimpin gereja sebagai pelayan yang mempersatukan.

Melalui sarasehan ini mari kita curah pendapat, tukar pikiran, ‘urun rembuk’ tentang penerapan kecerdasan kenotic dalam meneguhkan identitas pemimpin gereja sebagai pelayan yang mempersatukan dalam konteks zaman sekarang.

1. Dafatarkan hal-hal apa dari kepemimpinan gereja saudara yang perlu dikurangi, ditambahkan dan dipertahankan sebagai pelayan yang mempersatukan.

Kurangi

Tambahkan

Pertahankan

1

1

1

2

2

2

3

3

3

4

4

4

5

5

5

2. Kiat-kiat atau langkah-langkah apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki, membangun dan memperkokoh kesatuan jemaat.

3. Komitmen apa yang bisa disepakati oleh anggota gereja dan pemimpin gereja dalam membangun kepemimpinan di gerejanya untuk masa yang akan dating.

‘Selamat Merayakan Paskah dan Pentakosta 2012”

Kiranya identitas pemimpin gereja sebagai pelayan yang mempersatukan semakin diteguhkan.

(Ath)

***

Khotbah Pembukaan

Rabu Abu, tanggal 22 Februari 2012

Warna Liturgi: Ungu

Bacaan: Matius 6:1-6, 16-21

BUKAN SEKEDAR POLESAN

Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus,

Saat ini kita memasuki ibadah Rabu Abu. Mungkin di antara kita masih ada yang bertanya-tanya: Mengapa dinamai Rabu Abu? Apa maknanya? Mungkin juga ada di antara kita yang bergumul: Apakah ini tidak mengaburkan ke-Protestan-an kita dan membuat kita menjadi ke-Katolik-katolik-an? Mungkin ada pula yang masih tidak habis pikir: Mengapa Sinode GKSBS harus menambah lagi liturgi yang masih asing bagi Jemaat?

Mari kita tengok sedikt sejarahnya, supaya Rabu Abu yang sering kita lakukan, tapi masih kita pertanyakan ini, tidak lagi menjadi aneh bagi kita…

Rabu Abu adalah hari pertama pembukaan masa Prapaskah, yakni masa pertobatan, perkabungan, intropeksi diri, pendekatan kepada Tuhan, dan berpuasa. Secara umum dalam tradisi Israel, abu melambangkan kefanaan manusiawi (Kej 3:19; 18:20), agar manusia menyesali diri dan bertobat. Sejak abad ke-4 hingga ke-10, istilah Rabu Abu belum muncul. Semula hari Prapaskah itu jatuh pada hari Minggu, bukan sebelumnya. Namun, jumlah hari berpuasa menjadi tidak genap empat puluh hari; hanya tiga puluh enam hari. Maka pada abad ke-6, masa Prapaskah dimulai sejak hari Rabu (tapi belum disebut Rabu Abu!) sehingga masa puasa menjadi genap empat puluh hari.

Lambat laun, gereja memperpanjang masa Prapaskah hingga beberapa hari Minggu sebelumnya. Menjelang abad ke-8 di Roma, Prapaskah mulai dilakukan pada 50 hari sebelum paskah, hari Minggu ke-7, 60 hari sebelum Paskah, hari Minggu ke-8, dan 70 hari sebelum Paskah, hari Minggu ke-9, sebelum hari Rabu. Hari-hari lainnya difokuskan pada hari teladan Yesus, yaitu kegiatan peribadatan yang mengingatkan umat pada karya-karya dan teladan Yesus. Biasanya, gereja mengisinya dengan pelatihan-pelatihan spiritual. Setalah Konsili Vatikan II, masa Prapaskah disederhanakan. Prapaskah dimulai sejak Rabu Abu hingga Kamis Putih. Namun, Rabu dengan menaburkan abu dan olesan abu di dahi baru dilakukan secara resmi pada abad ke-13. Sebagian besar Gereja-gereja Protestan di Indonesia dewasa ini, memulai Prapaskah pada 50 hari, hari Minggu ke-8, sebelum Paskah. Inti dari Ibadah Rabu Abu adalah pertobatan dan berpuasa.

Dan menurut kalender gerejawi, hari ini merupakan awal dari Masa Prapaskah. Hari ini adalah hari pertama kita berpuasa dalam rangka mempersiapkan diri untuk merayakan penebusan kita melalui kematian dan kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus. Dan untuk mengingatkan akan pentingnya sikap tobat yang seharusnya menyertai aksi puasa Prapaska ini, kita akan menerima olesan abu di dahi. Penggunaan abu dalam kaitan dengan pertobatan ini adalah sebagai simbol penerimaan rahmat Tuhan dan pemulihan hidup yang baru.

Saudara yang dikasihi Tuhan,

Simbol abu yang akan kita terima atau puasa, doa, dan sedekah/persembahan yang akan kita lakukan selama masa Prapaska ini janganlah kita jadikan hanya sebagai polesan penampilan luar, menjadi sekedar pencitraan diri melalui tingkah laku yang kelihatan. Kita perlu mengingat ajaran Tuhan Yesus supaya jangan pamer kesalehan (Mat 6:1) dan jangan terjebak dalam kemunafikan (Mat 6:2,5,16). Maka dalam kalender Gerejawi, diawali dengan uraian tentang penyesalan dan pertobatan kepada Tuhan (Yl 2:1-2, 12-17). Lalu penjelasan tentang makna pertobatan dan puasa yang benar (Mat.4:1-11; Mrk. 1:9-15; Luk. 4:1-13).

Sebaiknya, sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus, kita memiliki kesalehan yang melebihi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (Mat 5:20); kesalehan lahir batin; kesalehan luar dalam; kesalehan yang bukan sekedar polesan; kesalehan yang jauh dari kemunafikan. Jika kita bersedekah (juga ketika tidak ada orang lain yang melihat) lakukanlah dengan disertai hati yang sungguh-sungguh peduli terhadap orang yang menderita dan membutuhkan pertolongan. Kita seharusnya menjadikan sedekah atau persembahan sebagai latihan untuk senantiasa melayani, seperti yang disampaikan oleh Rasul Paulus: “...dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik;...sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang...” (II Kor 6:6,10).

Kalau kita berdoa hendaklah disertai hati yang sungguh-sungguh terbuka terhadap kehendak dan karya Allah. Sungguh-sungguh berdukacita karena dosa dan segala akibatnya: penderitaan, ketidakadilan, konflik, kerusakan alam, kemiskinan, dan sebagainya (Mzm 51; Mat 5:4). Namun sekaligus bersukacita karena anugerah penyelamatan Allah di dalam Kristus (II Kor 5:21-6:2). Dengan kata lain, seperti dikatakan oleh Santo Augustinus, kita hendaknya menghayati puasa sebagai fletus et himnus (ratapan dan pujian). Tidak perlu kita memasang muka muram atau wajah berduka (Mat 6:16). Biarlah dukacita kita hanya diketahui oleh kita dan Bapa di sorga, sementara orang lain hanya melihat sukacita kita. Dan sebagaimana diungkapkan oleh Rasul Paulus, puasa serta dukacita sekaligus sukacita ini merupakan bagian penting dari pelayanan yang sejati (II Kor 6:5,11).

Saudara yang dikasihi Tuhan,

Pada hari Rabu Abu yang adalah awal dari Masa Prapaska ini, sekali lagi kita diingatkan untuk sungguh-sungguh bertobat; untuk berusaha membangun kesalehan, berusaha mewujudkan pelayanan yang sesungguhnya, bukan sekedar polesan. Ini bukan usaha gagah-gagahan dengan mengandalkan kemampuan sendiri melainkan usaha didalam kebergantungan penuh kepada anugerah penyelamatan Allah di dalam Kristus yang telah mati tetapi juga telah bangkit dan siap menjadi pelayan-pelayan rahmat Tuhan bagi sesama.

Selamat menjalani Masa Prapaskah. Tuhan memberkati. Amin. (YAP)

Bahan Bacaan :

1. Nats Pembimbing : Mazmur 51 : 3 – 15

2. Hukum Kasih

: mazmur 82 : 1 - 8

3. BA/PHB

: Markus 1 : 12 – 15

4. Persembahan

: Mazmur 81 : 16 – 17

Pujian

1. PKJ. 13 : 1 – 3

2. KJ. 177 : 1 – 2

3. KJ. 178 : 1, 2, 5

4. PKJ. 239 : 1 – 3

5. PKJ. 265 : 1 –

6. KJ. 185 : 1

***

Bahan Khotbah

Minggu Pra Paskah I, 26 Februari 2012

Warna Liturgi : Ungu

Bacaan: Mazmur 51:1-15

PERTOBATAN YANG PENUH

(GAK SETENGAH-SETENGAH)

Bagaimanakah sikap kita ketika ada orang yang menegur kita atas dosa yang telah kita lakukan? Ada beberapa hal yang biasa dilakukan adalah mengeraskan hati, tidak mau mengakui bahwa kita memang telah berbuat dosa. Namun ada pula yang sebaliknya, ia sadar akan dosanya, mengakui dosanya dan memohon pengampunan atas segala dosanya. Hak kedua ini pernah dilakukan oleh Daud. Setelah ia berzinah dengan Betsyeba, Nabi Natan menegur dan memperingatkannya. Natan berkata: “Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon” (2 Sam 12:9). Mendengar perkataan itu Daud berkata: “aku sudah berdosa kepada Tuhan” Perkataan Daud tersebut menunjukkan bahwa ia tidak mengeraskan hati, melainkan merendahkan diri dihadapan Tuhan, mengaku dosa dan memohon pengampunan, bahkan memohon kekuatan untuk tidak jatuh dalam dosa yang sama. Pengakuan dosa itu diungkapkan lewat syair-syair mazmur, yang sarat makna sebagia berikut:

1. Seruan Pembukaan Permohonan ampun (ayat 3-4)

Doa pertobatan Daud dibuka dengan suatu permohonan ampun yang amat mendesak. Pemazmur seperti tidak sabar lagi merindukan kebebasan yang difinitif dari dosa-dosanya. Dalam seruan ini, ia menyerahkan diri kepada kasih setia Tuhan yang suka mengampuni (ayat 3), dan kepada kerahimanNya yang selalu dinyatakan dengan berlimpah-limpah (bnd Mzm 69:17). Pemazmur memandang dosa atau pelanggaran atau kesalahan sebagai kotoran yang melekat pada badannya, yang dibersihkan dan ditahirkan (ayat 4).

Bagaimanakah dengan kita? Ketika kita disadarkan akan dosa dan pelanggaran kita kepada Allah, bersegerakah kita dating kepada Tuhan untuk mohon pengampunan-Nya? Atau kita masih bias santai-santai dan berlambat-lambat memohon ampun. Bersegera dating dan memohon pengampunan ke[pada Tuhan menunjukkan sesungguhan dan keseriusan kita mengakui dosa. Oleh karena itu dimasa Paskah ini, jika kita disadarkan akan dosa kita, apapun itu, bersegeralah dating kepada Tuhan dan mohon pengampunanNya.

2. Pengakuan kesalahan (ayat 5-8)

Pemazmur memohon pengampunan kepada Tuhan karena ia sadar atas dosanya dan terus terang mengakuinya. Itulah tanda pertama pertobatan, tanpa pengakuan telah berdosa, tidak mungkin ada pengampunan. Kalimat dosaku selalu terbayang dihadapanku (ayat 5b) menunjukkan bahwa Kesadaran pemazmur bahwa ia telah berdosa, bukan terjadi sekarang, yakni pada waktu doa ini dipanjatkan dan bukan terjadi secara sepintas lalu, melainkan terjadi secara mendalam. Hal itu sangat menekan jiwanya. Kesadaran yang mendalam akan dosanya dan akan beratnya tekanan pada jiwanya dinyatakan pemazmur dengan ungkapan “dalam kesalahan” dan “dalam dosa” dia telah dikandung dan diperanakkan. Ungkapan ini ingin menjelaskan kepada kita bahwa manusia itu dilahirkan dalam dunia yang penuh dosa, dan memiliki kecenderungan yang jahat.

Jemaat Tuhan, sadarkah bahwa kitapun dilahirkan dan hidup dalam dunia yang jahat dengan segala kecenderungannya yang jahat pula. Hal itu membuat kita rentan dengan dosa. Meskipun demikian, ketika kita telah jatuh dalam dosa, segeralah mengakuinya, agar dosa tersebut tidak membuat jiwa kita tertekan.

3. Permohonan ampun (ayat 9-11).

Pemazmur sekali lagi memohon ampun kepada Tuhan (ayat 9 dan 11). Kesadaran yang mendalam akan dosanya seakan mendorongnya untuk mengulangi permohonannya. Mengulang dengan menekankan isi permohonannya. Pertama ia memohon agar Tuhan melepaskannya dari dosa dengan hisop agar ia menjadi tahir kembali. Kedua ia mohon agar dapat mendengar lagi kegirangan dan sukacita. Ketiga ia memohon agar Tuhan menyembunyikan wajahnya terhadap dosanya. Dengan kata lain agar Tuhan tidak menghukumnya.

Dari bagian ini kita mendapat pelajaran tentang isi permohonan ampun; bukan sekedar agar kita dibersihkan, tetapi juga agar kegirangan dikembalikan kepada kita dan agar hukuman tidak ditimpakan kepada kita. Sungguh sebuah pelajaran yang sangat berharga, yang bias kita adopsi sebagai isi permohonan ampun kita ketika kita telah berdosa.

4. Permohonan hati yang murni dan roh yang teguh (ayat 12-14)

Pertobatan belumlah sempurna hanya dengan permohonan ampun. Itu baru separoh perjalanan. Dalam bagian ini pemazmur sampai pada kepenuhan pertobatannya. Ia memohon agar Tuhan menjadikan mata hatinya murni (memperbaharui batin) dan membuat baru rohnya, sehingga menjadi teguh. Roh yang teguh akan memampukan kita untuk tidak berbuat dosa yang sama lagi. Jemaat Tuhan, jika kita mengaku dosa dihadapan Tuhan ada baiknya jika kita juga minta supaya Tuhan mengaruniakan roh yang teguh, yang akanmemampukan kita untuk tetap berdiri teguh, tidak goyah, tidak jatuh dalam dosa yang sama. Dan yakinkanlah dirimu bahwa Roh Kudus Allah akan memampukan kita melakukannya.

5. Janji orang yang diampuni (ayat 15)

Bagian ini bias dikatakan sebagai mahkota dari doa pertobatan. Pemazmur mengucapkan janji (ayat 15) sebagai tanda syukur atas pengampunan dan penciptaan hati yang tahir dan roh yang baru. Dia mau mengajarkan jalan kerahiman kepada orang berdosa. Pertobatan yang utuh tidak hanya berhenti pada mengaku dosa dan mohon ampun. Diatas semua itu harus ditambahkan janji untuk menagajarkan jalan Tuhan kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran supaya orang berdosa tersebut berbalik kepada Tuhan.

Jemaat Tuhan, Allah menghendaki pertobatan yang tidak setengah-setengah, melainkan pertobatan yang penuh. Bukan sekedar mengakui kesalahan dan memohon pengampunan, melainkan juga memohon keteguhan hati dan menyampaikan janji setia untuk tidak mengulangi dosa itu lagi. Bagaimana dengan pertobatan kita? Kiranya melalui Masa Perayaan Paskah dan Pentakosta ini kita dimampukan untuk melakukan pertobatan yang utuh. Amin. (Ath).

Liturgy :

Nats Pembimbing

: Keluaran 12:1-7

Hukum Kasih

: Markus 12:29-31

Berita Anugerah

: 1 Yohanes 1:8-10

Petunjuk Hidup Baru

: Kolose 2:6-7

Persembahan

: Roma 12:1-2

Pujian-pujian

1. PKJ 13.

2. PKJ 23

3. KJ 31

4. KJ 369

5. PKJ 145

6. KJ 226

***

Bahan Renungan

Minggu Pra Paskah I

Bacaan:II Korintus 5: 20b - 6:10

PUASA DAN PELAYANAN

“Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran,

dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah,

dalam berjaga-jaga dan berpuasa;” (II Korintus 6: 4-5)

Dietrich Bonhoefer (baca: Ditrik Bonufer), seorang ahli teologi abad XX, berkata: “…Daging yang kenyang tidak suka berdoa. Daging yang kenyang tidak suka melayani… Itulah sebabnya ketika seorang mulai mundur dalam pelayanan, dia akan menyerang tubuhnya dengan berpuasa…”.

Perkataan Bonhoefer ini agaknya bisa membantu kita untuk memahami mengapa Paulus dan Timotius menyatakan bahwa diri mereka adalah pelayan Allah antara lain dalam berjaga-jaga dan berpuasa. Kita bisa membayangkan bahwa ketika harus menghadapi berbagai tantangan pelayanan (seperti deraan, penjara, kerusuhan, hinaan, umpatan, tuduhan, ancaman kematian, kemiskinan), Paulus dan Timotius (yang adalah manusia biasa seperti kita) sangat rawan kehilangan kesabaran dan sukacita dalam melayani. Menyadari kondisi rawan tersebut, mereka secara teratur berjaga-jaga (untuk berdoa) dan ketika semangat untuk berjaga-jaga mulai menurun, mereka akan berpuasa. Dengan berjaga-jaga dan berpuasa, mereka membuka diri terhadap anugerah Allah Bapa di dalam Kristus melalui Roh Kudus yang memampukan mereka untuk terus melayani dengan penuh kesabaran dan sukacita.

Pertanyaannya sekarang adalah: Bagaimana dengan kita? Sudahkah pelayanan kita ditopang dengan disiplin berjaga-jaga dan berpuasa? (YAP)

Tata Laksana Renungan

1. Pujian Pembukaan PKJ / KJ :

2. Ucapan terima kasih dari/untuk tuan rumah.

3. Doa Syukur

4. Pujian Syukur PKJ / KJ :

5. Pembacaan perikop Alkitab

6. Pembacaan Renungan.

7. Pembahasan, diskusi, tanya jawab, saling berbagi pengalaman iman.

8. Pujian dan Persembahan PKJ / KJ :

9. Doa Syafaat + Doa Persembahan dan Bapa kami

10. Berkat.

***

Bahan PA Pemuda Remaja

Minggu Pra Paskah I

Bacaan: Yoel 2:1-2, 12-17

PENGANTAR

Teman-teman, ketika kita melihat ada orang atau sekelompok orang yang berdoa sampai menangis, atau bahkan sampai tersedu-sedu, apa tanggapan kita? Mungkin ada di antara kita yang mencoba berempati (menyelami apa yang dia/mereka alami): “Sepertinya begitu berat pergumulannya/pergumulan mereka.” Mungkin ada juga di antara kita yang paling tidak mencoba bersimpati (sekedar menghargai tanpa menyelami lebih dalam): “Ya, begitulah ekspresinya/ekspresi mereka.” Mungkin pula ada di antara kita yang cenderung menanggapinya dengan antipati (tidak senang): “Ngapain sich berdoa sampai kayak gitu? Lebai dech” atau “Ah, dibuat-buat tuh nangisnya… Munafik!”

Akan tetapi, apa yang dikatakan dalam bacaan kita saat ini tentang ekspresi semacam itu? Mari kita mencoba memahaminya.

PEMAHAMAN TEKS

Melalui nabi Yoel, TUHAN memerintahkan kepada para petugas di Bait Suci (yang terletak di Sion, gunung yang kudus) supaya meniup sangkakala dan berteriak dalam rangka memperingatkan umat Israel bahwa akan segera _ank a hari TUHAN, hari penghukuman (berupa serangan dari suatu bangsa yang banyak dan kuat) jikalau mereka tidak bertobat. Setelah menggentarkan umat dengan berita penghukuman, TUHAN pun memakai nabi Yoel untuk menyatakan kepada mereka kerahiman-Nya/sifat penyayang-Nya. Yoel meneruskan firman TUHAN yang mengundang umat untuk segera, sekarang juga berbalik kepada-Nya, bertobat dengan segenap hati seraya menegaskan bahwa TUHAN itu “pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia dan Ia menyesal karena hukuman-Nya”. Di dalam kegentaran akan penghukuman sekaligus keyakinan akan kerahiman TUHAN itulah tiap-tiap orang yang termasuk dalam umat TUHAN seharusnya mengungkapkan pertobatan “dengan berpuasa, dengan menangis, dan dengan mengaduh” sambil sungguh-sungguh “mengoyakkan hati”, menyesal karena dosa.

Selain menyerukan pertobatan pribadi, Yoel juga menyerukan pertobatan secara bersama-sama (sebagai satu jemaat/umat) yang diungkapkan melalui perkumpulan raya di Bait Suci. Perkumpulan raya ini hendaknya melibatkan semua yang termasuk dalam umat baik anak-anak, muda-mudi maupun orang tua. Sesuai dengan tradisi pada masa itu, perkumpulan raya ini dipimpin oleh imam. Itulah sebabnya Yoel secara khusus menyerukan kepada imam supaya menangis seraya memohon pengasihan TUHAN bagi umat yang sedang berada dalam keadaan yang memrihatinkan. Sampai sejauh ini, setidak-tidaknya kita bisa melihat bahwa tangisan, ratapan bisa menjadi ungkapan yang wajar dari sebuah pertobatan dan keprihatinan. (YAP)

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

1. Untuk saat ini, dari dosa apa sajakah kita perlu bertobat?

2. Adakah kondisi keluarga, gereja, masyarakat, alam yang saat ini sedemikian memrihatinkan _ank arena itu perlu kita ratapi?

***

Bahan Khotbah

Minggu Pra Paskah II, 4 Maret 2012

Warna Liturgi Ungu

Bacaan 1 : Kejadian 9 : 8 – 17, Mazmur 25 : 1 – 10

Bacaan 2 : 1 Petrus 3 : 18 – 22, Markus 1 : 9 – 15

JANJI ALLAH DIGENAPI

Bapak, Ibu Saudara Yang Di Kasihi Tuhan

Saat ini kita memasuki Minggu-Minggu Prapaskah di mana kita semua diingatkan sengsara Kristus sebelum kematiannya di atas Kayu Salib. Dan bagian Kitab Suci yang hendak kita renungkan berisi tentang perkataan-perkataan Yesus yang mempersiapkan murid-muridNya menyongsong datangnya masa-masa sulit, masa-masa penderitaan. Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa untuk senang, untuk hidup enak, orang tidak perlu bersiap, tetapi untuk hidup susah, orang harus siap secara mental lahir dan batin. Oleh karena itu marilah kita renungkan perikop bacaan kita pada saat ini sehingga kita semakin mengerti akan kebenaran sabda Tuhan.

Bapak, Ibu Saudara Yang Di Kasihi Tuhan,

Menurut kita yang hadir pada ibadah saat ini, apa saja karya Allah dalam kehidupan kita? yah, memang benar bahwa Allah berkarya dalam wujud apa saja, bahkan seluruh hidup kita, dunia dan segala yang ada di dalamnya adalah karya Allah. Allah telah memelihara, memberkati, menyertai, membimbing, mendidik dan bahkan menyelamatkan kehidupan manusia. Dengan pengertian kita seperti yang tersebut di atas maka kita memiliki gambaran tentang Allah.

Gambaran tentang Allah, bahwa Allah yang kita kenal dan kita yakini adalah Allah yang berkuasa untuk melakukan apa saja dalam kehidupan umat manusia dan kekuasaan-Nya itu, Ia tunjukkan dengan menepati janji-Nya. Hal ini tergambar dengan jelas dalam bacaan pertama. Dalam Kejadian 9: 8-11, ada suatu perjanjian yang terjadi antara Allah dan manusia bahwa tidak ada lagi yang hidup di muka bumi ini yang akan dilenyapkan oleh air bah. Dengan kebesaran, Kemahakuasaan dan kesetiaan Allah dalam menepati janji-Nya ada suatu pokok pengakuan bahwa hanya Allah saya yang layak untuk di sembah.

Pengakuan ini menjadi penolakan terhadap ilah-ilah lain dan sekaligus sebagai pengakuan iman dalam menanggapi kesetiaan Tuhan dalam memenuhi janji-janji-Nya. Pengakuan ini dinaikkan karena beberapa hal :

1. Allah dengan kasih-Nya yang begitu besar telah menyelamatkan umat-Nya, kesetiaannya turun temurun kekal sampai selama-lamanya.

2. Allah menjadi tempat perlindungan dan sumber keselamatan bagi setiap umat-Nya yang percaya kepada janji-janjinya.

Dengan gambaran Tuhan yang maha kasih berkuasa dan menyelamatkan, tentu setiap orang akan datang menyembah Tuhan.

Bapak, Ibu Saudara Yang Di Kasihi Tuhan

Sungguh indah gambaran tentang Allah dalam setiap karya penyelamatan-Nya sebagaimana tertulis dalam kitab Kejadian tadi, Tuhan digambarkan sebagai kekuatan positif, yang mendatangkan kebaikan yaitu yang menyelamatkan, berkuasa, tempat perlindungan. Bahkan lebih indah dan sangat manusiawi dalam mazmur 25, Tuhan di lukiskan sebagai tempat perlindungan dan memohon pengampunan. Meskipun acapkali manusia jatuh dalam kungkungan dosa dan ketidak setiaan kepada Tuhan, berulang kali pula manusia diingatkan akan keberadaan hidupnya yang fana dan tak berdaya Tuhan tetap memberi pengampunan, Tuhan itu baik dan benar adanya, sebab Ia menunjukkan jalan-jalanya kepada orang yang sesat, Ia membimbing orang yang rendah hati menurut hukum, Ia mengajarkan jalan-Nya dan segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian dan peringatan – peringatan-Nya (mazmur 25: 8 – 10). Gambaran dalam mazmur 25 menegaskan bahwa Tuhanlah tempat perlindungan dan memohon ampun atas segala dosa.ia tidak akan membiarkan umat-Nya tersebut tetapi dengan kasih setia-Nya Allah mengajak dan memelihara semua umat-Nya.

Inilah gambaran Tuhan yang begitu mengasihi umat-Nya, Tuhan yang seperti inilah yang terus memelihara, menjaga, memanggil, dan menyelamatkan umat-Nya di masa kini untuk mengalami, kasih dan karya-Nya. Dan karya penyelamatan itu tidak ditujukan kepada umat tertentu saja, melainkan kepada semua orang di dunia ini.

Bapak, Ibu Saudara Yang Di Kasihi Tuhan

Karya penyelamatan Allah di dalam dunia ini kemudian menjadi dalam karya penebusan di dalam Yesus Kristus. Perikop bacaan kita yang kedua Markus 1: 9 – 15 adalah kisah awal sebelum Yesus menuju pada kesengsaraan kayu Salib. Dikisahkan bahwa sebelum memulai karyanya Yesus di Babtis oleh Yohanes di sungai Yordan dan kemudian Roh Tuhan dalam bentuk burung merpati turun ke atas-Nya dan kemudian terdengar suara dari Surga “Engkaulah anak-Ku yang Kukasihi kepada -Mulah Aku berkenan dan kemudian Roh itu memimpin kepadang gurun dan selama empat puluh hari lamanya ia di coba oleh iblis. Lalu setelah Yohanes di tangkap datanglah Yesus keGalilea dan memberitakan tentang injil Allah”. Waktunya telah genap kerajaan Allah sudah dekat, bertobatlah dan percaya kepada Injil.

Bapak, Ibu Saudara Yang Di Kasihi Tuhan

Adakah cerita ini menjadi sebuah cerita biasa saja bagi kita semua ? saya harap tidak seperti itu ! sebab ini adalah titik sentral karya. Roh Kudus yang bekerja dengan giat dalam kehidupan Kristus. Roh Kudus yang diberikan tanpa batas memperlengkapi Kristus untuk melayani sebagai Mesias, dan setelah diurapi oleh Roh Kudus Yesus memulai pekerjaan-Nya. Dalam karya Roh Kudus yang bersifat menyelamatkan kejatuhan dan kerusakan manusia akibat dosa maka Roh Kudus itu memperbaharui tinggal di dalam diri orang percaya, membabtis dan memeteraikan. Ada jaminan, hak milik dan keamanan yag senantiasa di curahkan kepada kita untuk terus bersaksi bahwa kita adalah anak-anak Allah yang telah memperoleh keselamatan karena pengampunan-Nya. Jika kita menyadari bahwa Allah dalam Yesus Kristus berkarya dalam kehidupan kita, maka Roh itu akan memimpin kita dalam pertobatan, artinya bahwa :

1. Ia membimbing. orang percaya di perintahkan untuk hidup dan dipimpin oleh Roh ( Galatia 5: 16, 25 ). di satu sisi hal ini memungkinkan orang percaya unuk tidak menuruti keinginan daging dan di sisi lain menjaga agar tidak terperangkap dalam perbuatan – perbuatan dosa yang dapat mendatangkan murka Allah

2. Ia memberi kuasa, orang percaya terlibat dalam peperangan melawan roh – roh yang acap kali mendominasi kehidupan orang percaya yaitu, roh keakuan merasa benar, kesombongan yang sering kali memecah belah kehidupan umat. Oleh karena itu orang percaya memerlukan kuasa Roh Kudus supaya ia memperoleh kemenangan dalam peperangan iman tersebut

3. Ia mengajar, Roh Allah melakukan pekerjaan yang baik sekali di dalam kehidupan orang – orang percaya, sehingga orang-orang percaya diingatkan untuk tidak mendukakan Roh dengan berbuat dosa semaunya, jangan menghina Roh Kudus dengan meremehkan karya perdamaian yang tersedia dalam darah Yesus dan melawan Roh Kudus dengan menolak untuk menanti arahan-Nya

Bapak, Ibu Saudara Yang Di Kasihi Tuhan

Disinilah letak pelajaran yang mau diberikan kepada kita semua bahwa Allah setia dalam menepati janjiNya dan janji itu nyata dalam karya penyelamatan melalui kuasa Roh Kudus dalam Kristus Yesus. Sebagai orang yang telah diselamatkan hendaknya kita siap sedia untuk tidak menjalani hidup seenaknya. Kita yang telah percaya dan mendapatkan anugrah keselamatan tersebut di tentukan untuk mengisi hidup dengan pantas dan patut itulah sebabnya manakalah kita menerima injil keselamatan maka kita harus :

1. Hidup sesuai dengan kehendak Tuhan sebagai orang – orang yang telah di selamatkan. Janji Allah yang telah dinyatakan bagi kita semua hendaknya kita respon dengan kesetiaan kita untuk hidup seturut dengan kehendak-Nya. Kita harus hidup dengan mengendalikan tingkah laku kita dengan penuh pertobatan sebagai orang yang telah di selamatkan.

2. Bersukacita senantiasa dalam Tuhan dan mengandalkan Tuhan karena telah menerima anugrah keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus yang melalui kuasa Roh Kudus senantiasa memberi kemampuan kepada kita untuk memberikan warta keselamatan.

3. Berjanji untuk seumur hidup untuk tinggal dekat dengan Tuhan dan tidak meninggalkan persekutuan.

Oleh sebab itu, sebagai umat-Nya mari kita semua merespon janji keselamatan yang sudah Tuhan berikan dengan hidup setia kepada-Nya. Hidup yang selalu diliputi kesukacitaan, keharmonisan, keberanian, berpengharapan dengan keyakinan yang kuat pada kuasa Tuhan. Bahkan lebih dari itu kita mau menjalani kehidupan ini dan menjalankan tugas pelayanan kita dengan syukur dan bukan dengan terpaksa. Tuhan yang berkarya di masa lampau, Tuhan juga yang akan senantiasa berkarya dalam kehidupan baik di masa kini dan dimasa yang akan datang. Amin. (YCR)

Bahan Bacaan :

Nats Pembimbing

: 1 Petrus 3 : 18 – 22

Hukum Kasih

: Matius 22 : 37 – 40

Berita Anugerah

: Ibrani 9 : 28

Petunjuk Hidup Baru: Mazmur 25 : 8 – 10

Persembahan

: I Korintus 1 : 4

Pujian-pujian

1. PKJ No. 13 : 1 – 3

2. PKJ No. 98 : 1 – 2

3. KJ No. 467 : 1 – 2

4. PKJ No. 126 : 1 – 4

5. PKJ No. 146 : 1 –

6. PKJ No. 165 : 1 – 3

Bahan Renungan

Minggu Pra Paskah II

Bacaan Kejadian 9: 8 – 17

ALLAH SEMPURNA GENAPI JANJINYA

Begitu banyak janji Allah yang telah diberikan kepada kita. Baik janji keselamatan, damai, sejahtera, kelimpahan, dan lain – lain. Jika Allah sudah berjanji memberikan firman-Nya kepada kita, sesungguhnya dia ingin menggenapinya dengan sempurna. Tetapi sering kali janjiNya kepada kita tidak bisa tergenapi, atau tergenapi tetapi tidak sempurna karena kita sendiri tidak mengikuti kehendak Allah.

Sering persoalan demi persoalan datang menghampiri, kekerasan, kejahatan, bencana terjadi dimana – mana. Tetapi manusia tetap saja mengeraskan hati. Teguran Tuhan seringkali kurang kita dengarkan ada kecenderungan bahwa manusia lebih mengandalkan kuasa – kuasa yang ada pada dirinya daripada mengandalkan kuasa Allah. Sebenarnya kalau kita sadari hanya kuasa Allah saja yang mampu menyelamatkan manusia. Untunglah Nuh tidak bersikap demikian (mengeraskan hati). Nuh tahu siapa Allahnya, Allah yang berkuasa dan tidak setengah–setengah dalam menggenapi janji dan firman-Nya

Di dalam hidup ini, seringkali kita tidak memiliki kepercayaan dan penyerahan diri yang kuat kepada Tuhan seperti Nuh. Jika ada tantangan yang berat dihadapi kita malah menjauhkan diri dari Tuhan. Tentu saja ini adalah sikap yang salah. Disinilah kita perlu merenungkan dengan baik, jika ada yang terbaik, mengapa memilih yang kurang baik? Jika Allah berjanji dia ingin menggenapi seluruh janjinya dengan sempurna, Mengapa kita membatasinya dengan ketidaksabaran dan ketidakpercayaan? Hidup dimuka bumi yang fana ini hanya sekali, janganlah kita salah dalam mengambil keputusan. Berkomitmenlah pada saat ini untuk meninggalkan keputusan – keputusan yang salah. Ambil keputusan untuk memilih yang terbaik. Sekali Allah berjanji pada kita, terimalah janji terbaik itu, dan teruslah bertahan untuk tetap mempercayainya sampai semua tergenapi dalam hidup kita. (YCR).

Bahan Diskusi.

1. Apa yang dimaksud dengan janji Allah bahwa ia tidak akan melenyapkan bumi dengan air bah lagi (kejadian 9 : 11)?.

2. Apa yang melatarbelakangi dan mengapa Allah harus mengikat perjanjian dengan manusia?

3. Dengan kejadian yang sering kita saksikan saat ini banjir, tsunami , gempa bumi, dan lain-lain. Apakah Allah lupa akan janji – janjiNya?.

4. Bagaimana sikap kita sebagai orang percaya menyikapi janji Allah tersebut?

Tata Laksana Renungan

1. Pujian Pembukaan PKJ / KJ:

2. Ucapan terima kasih dari/untuk tuan rumah.

3. Doa Syukur

4. Pujian Syukur PKJ / KJ :

5. Pembacaan perikop Alkitab

6. Pembacaan Renungan.

7. Pembahasan , diskusi, tanya jawab, saling berbagi pengalaman iman.

8. Pujian dan Persembahan PKJ / KJ :

9. Doa Syafaat + Doa Persembahan dan Bapa kami

10. Berkat

***

Bahan PA Pemuda Remaja

Minggu Pra Paskah II

Bacaan Mazmur 25: 1 – 10

Pengantar.

Hidup ini adalah ibarat perjalanan, ada saat di mana kita berhenti sejenak untuk merenungkan tentang hidup yang sedang dijalani ini. Lalu, apa perasaan kita pada saat perhentian seperti itu? Barangkali dengan lega kita menarik nafas panjang dan mengaku bahwa walaupun perjalanan kita berat dan susah, tetapi kita dapat melewatinya dengan selamat. Atau jika kita mau jujur terhadap diri kita sendiri barangkali perjalanan hidup yang kita lalui tidak selalu enak. Kadang kala kita tergelincir, tersandung, jatuh lalu bangun, mengalami pahit getir bahkan barangkali babak belur. Namun, toh kita sudah melewatinya dengan selamat artinya ada kuasa diluar diri kita yang menolong kita. Yaitu kuasa Tuhan-lah yang menolong kita sampai sejauh ini.

Tetapi di sini letak persoalannya karena sesungguhnya perjalanan hidup kita itu belum selesai, masih panjang perjalanan hidup yang harus kita lalui dan masih harus diteruskan. Kita memandang ke depan pada perjalanan hidup yang masih panjang dan mungkin akan ada banyak rintangan dan tantangan yang semakin berat yang dapat mengakibatkan rasa cemas, kuatir, bahkan ketakutan. Sebab, selama manusia hidup di dalam dunia ini, ada sederet masalah dan persoalan yang harus kita hadapi dan biasanya hal ini akan berpengaruh terhadap ketahanan iman kita. Oleh karena itu, selain menengok ke belakang dan menatap ke depan, saat perhentian adalah juga waktu untuk menengadah ke atas, mengingat yang Kuasa, dan mempercayakan perjalanan hidup pada tuntunan tangan Tuhan.

Inilah kualitas iman yang teruji yaitu ketika seseorang mengakui sebagai orang beriman, maka ada beberapa hal yang tidak dapat dipisahkan :

· Mengakui pertolongan, perlindungan dan keselamatan yang sudah Tuhan berikan.

· Menyerahkan hidup secara total pada kehendak Tuhan.

· Mempertahankan iman dengan hidup benar di hadapan Tuhan.

Hidup memang tidak mudah. Namun kalau kita menengok ke belakang, menatap ke depan dan menengadah ke atas dengan iman, maka hidup ini akan terasa enak dan membahagiakan. Kita akan merasa bahwa hidup ini sungguh berharga, buktinya Allah sendiri menghargai hidup kita. Allah menolong kita menapaki perjalanan hidup ini. (YCR)

Bahan Diskusi.

1. Sebagai pemuda / pemudi Kristen, nilai – nilai apa sajakah yang dapat kita kembangkan dari perikop bacaan Mazmur 25 : 1 – 10 ?

2. Sudahkah kita mengandalkan Tuhan dalam kehidupan kita dan berjanji tetap setia dan taat kepadaNya?

3. Dengan cara apakah kesetiaan dan ketaatan itu harus diwujudkan?

***

Bahan Khotbah

Minggu Pra Paskah III, 11 MARET 2012

Warna Liturgi Ungu

Bacaan: Roma 10: 8-15

Berpegang kepada TUHAN

Sumber Kebenaran

Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus,

Tahukah anda, di dunia ini sebenarnya ada dua kebenaran. Yaitu: Pertama, Kebenaran oleh Iman dan yang ke dua Kebenaran oleh Perbuatan. Kebenaran oleh perbuatan adalah kebenaran yang mengandalkan kemampuan manusia. Ia berpusat pada manusia. Sebaliknya, Kebenaran oleh Iman itu berpusat pada keyakinan iman di dalam Tuhan Yesus Kristus, bukan pada diri manusia.

Rasul Paulus mengungkapkan bahwa ”kebenaran oleh iman” itu bertentangan dengan ”kebenaran oleh perbuatan”. Kebenaran iman menurut Paulus justru bersumber pada kitab-kitab Taurat. Kebenaran iman tidak perlu dicari dengan terlebih dulu ”naik ke sorga” untuk membawa Yesus turun” atau ”turun ke jurang maut” untuk mendatangkan Kristus dari situ (ayat 6-7). Naik ke sorga atau turun ke jurang maut adalah tindakan-tindakan yang mustahil untuk dilakukan.oleh manusia. Tuhan Yesus sendiri telah turun ke jurang maut karena ia mati demi pelanggaran kita. Tetapi Ia telah kembali dari sana. Selanjutnya, Ia telah kembali ke sorga dan menganugerahkan kebenaran kepada kita melalui iman kepada-Nya. Itulah sebabnya pada bagian ini Paulus mengutip sebagian dari kitab Ulangan 8:17 dan 9:4, kemudian Ul.30 : 12 – 14, yang konteksnya adalah tentang perintah Tuhan. Dikatakan bahwa perintah Tuhan itu tidak jauh, di sorga atau di dunia bawah, akan tetapi perintah itu ada di dekatmu, di mulutmu dan di hatimu, supaya kamu melakukan kebenaran itu (ayat 8).

Adapun isi kebenaran iman itu dirumuskan dalam Roma 10:9 demikian ”...jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Jadi kebenaran iman terwujud pada kebenaran Kristus yang adalah Juru selamat yang sejati. Karena orang harus percaya kepada-Nya dengan hati dan mulutnya sehingga mengalami kebenaran Tuhan dan keselamatan

Selanjutnya, dalam Roma 10: 11 – 13 ada jaminan yang akan diterima bagi semua orang yang mau hidup dalam ”kebenaran iman” akan menerima keselamatan dan penyertaan Tuhan hingga ia takkan dipermalukan. Hal ini berlaku untuk semua orang dari suku dan bangsa apapun, serta bagi status sosial apapun. Karena Kitab Suci berkata, ”barang siapa yang percaya kepada Tuhan, tidak akan dipermalukan”(ayat 11), Tambahnya, ”Sebab barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.” (ayat 13).

Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus,

Pada bagian sebelumnya (Roma 8:1–4) Paulus mengungkapkan keprihatinannya secara mendalam tentang nasib saudara-saudara sebangsanya (Yahudi) yang menolak kebenaran TUHAN di dalam karya Tuhan Yesus Kristus. Mereka justru jatuh pada ”kebenaran oleh Perbuatan”, yaitu kebenaran manusia dan bukan kebenaran Tuhan. Perhatikanlah ungkapannya yang bernada emosional: ”Keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan, supaya mereka diselamatkan”(ay.1), ”...mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar” (ay.2) ”....olehkarena mereka tidak mengenal kebenaran Allah... mereka berusaha mendirikan kebenaran mereka sendiri... dan tidak takluk pada kebenaran Allah” (ay.3). Akibatnya, orang-orang Yahudi tidak mampu memahami bahwa kebenaran diperoleh oleh setiap orang percaya di dalam Tuhan Yesus Kristus. Akibat lebih lanjut, mereka tidak menerima pengampunan dosa, sebagai wujud kebenaran. Mengapa demikian? Karena mereka mengandalkan diri sendiri melalui konsep kebenaran oleh perbuatan tadi. Begitulah, mengandalkan diri sendiri, berarti menolak karya penyelamatan Allah atau menolak pengampunan Tuhan. Inilah kesalahan orang-orang Yahudi.

Jemaat Tuhan Yang terkasih.

Pada masa Pra Paskah 2012 sekarang ini. Firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk semakin memantapkan diri guna hidup dalam kasih karunia Allah melalui Tuhan Yesus Kristus. Kita juga diajak untuk berpegang pada ”Kebenaran oleh Iman” kepada-Nya, sehingga hidup dan kehidupan kita akan membuahkan amal kebaikan sesuai dengan kekristrenan yang sejati. Saudara, mari kita isi masa-masa PraPaskah ini untuk hidup dalam pertobatan secara dinamis dan kesediaan untuk menjadi alat kesaksian sehingga banyak orang semakin mengenal Kristus.

Pada akhir dari perikop kita, Rasul Paulus meneruskan uraiannya bahwa kepercayaan kepada Yesus yang adalah Tuhan dan Juruselamat memang sangat penting, tetapi yang tak kalah pentingnya bagaimana orang bisa senantiasa berseru kepada-Nya.... syaratnya adalah harus percaya kepada Dia. Namun, orang baru memiliki kemungkinan untuk percaya jika mereka telah mendengar tentang Dia, tentu untuk keperluan tersebut harus ada orang yang bersedia diutus untuk menyampaikan kabar baik. Semoga kita termasuk orang yang bersedia menyampaikan kabar baik Kristus. Tuhan memberkati. Amin. (KDW)

Nats Pembimbing : 1 Petrus 2 : 4 – 5

Berita Anugerah : Roma 3 : 23 – 25

Pet. Hidup Baru : Roma 12 : 9 – 12

Persembahan :Mazmur 4 : 6

PUJI-PUJIAN

1). KJ.18:1-4

2). KJ.368:1,2, 4

3). KJ.365c.:1-3 4). KJ. 363:1-4

5). KJ.157:1,3

6). KJ.253:1

***

Bahan Renungan

Minggu Pra Paskah III

Bacaan: Markus 8: 31-38

JALAN PENDERITAAN MENUJU KESELAMATAN

Jalan penderitaan Yesus Krsitus adalah Salib. Salib Kristus adalah lambang penderitaan, kematian, kehinaan, cemoohan, penolakan serta penyangkalan diri. Apabila kita sebagai orang percaya mengangkat salib kita dan mengikut Yesus, maka kita menyangkal diri dan mengabdikan diri kepada empat macam pergumulan dan penderitaan:

1. Kita menderita dalam perjuangan seumur hidup melawan dosa dengan menyalibkan semua keinginan yang berdosa.

2. Kita menderita dalam peperangan terhadap Iblis dan kuasa-kuasa kegelapan sewaktu kita memajukan Kerajaan Allah. Kita mengalami perseteruan dari Iblis dengan pasukan setannya secara langsung maupun melalui pihak lain yang dipakai oleh Iblis. Kita mungkin akan mengalami penganiayaan yang datang dari perlawanan kita terhadap para guru palsu yang memutarbalikkan Injil yang benar dengan ajaran-ajarannya.

3. Kita menanggung kebencian dan ejekan dari dunia ketika bersaksi dengan kasih bahwa perbuatannya itu jahat, dengan memisahkan diri kita dari dunia secara moral dan rohani.

4. Seperti Yesus, mungkin kita juga akan menerima ejekan dan penganiayaan dari dunia agama. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.

“Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus." (Mr 8:38). Yesus memandang dunia dan masyarakat di sekitar kita itu sebagai "angkatan yang tidak setia dan berdosa". Semua orang yang berusaha untuk disenangi atau diterima oleh generasi sekarang yang jahat daripada mengikut Kristus dan prinsip-prinsip-Nya yang benar akan ditolak oleh-Nya ketika Ia datang kembali.

Inilah jalan penderitaan menuju keselamatan, kita menderita di dunia yang penuh dosa namun pengharapan kita dalam Yesus Kristus adalah keselamatan yang kekal. Ketika kita mengikuti Yesus dengan taat dan setia, maka janji Tuhan akan keselamatan akan dirasakan dalam kehidupan kita. Marilah dengan setia dan pengharapan kepada Yesus untuk merasakan dan menjalani kehidupan walau harus menderita, karena ada janji Keselamatan dalam Yesus Kristus. Amin. (KDW)

Tata Laksana Renungan

1. Pujian Pembukaan PKJ / KJ:

2. Ucapan terima kasih dari/untuk tuan rumah.

3. Doa Syukur

4. Pujian Syukur PKJ / KJ :

5. Pembacaan perikop Alkitab

6. Pembacaan Renungan.

7. Pembahasan , diskusi, tanya jawab, saling berbagi pengalaman iman.

8. Pujian dan Persembahan PKJ / KJ :

9. Doa Syafaat + Doa Persembahan dan Bapa kami

10. Berkat

***

Bahan PA Pemuda Remaja

Minggu Pra Paskah III.

Bacaan: Markus 8: 31-38

Pengantar

Salib Kristus merupakan lambang penderitaan, kematian, kehinaan, cemoohan, penolakan serta penyangkalan diri. Apabila kita sebagai orang percaya mengangkat salib kita dan mengikut Yesus, maka kita menyangkal diri dan mengabdikan diri kepada empat macam pergumulan dan penderitaan:

1. Kita menderita dalam perjuangan seumur hidup melawan dosa dengan menyalibkan semua keinginan yang berdosa.

2. Kita menderita dalam peperangan terhadap Iblis dan kuasa-kuasa kegelapan sewaktu kita memajukan Kerajaan Allah. Kita mengalami baik perseteruan dari Iblis dengan pasukan setannya maupun penganiayaan yang datang dari perlawanan kita terhadap para guru palsu yang memutarbalikkan Injil yang benar.

3. Kita menanggung kebencian dan ejekan dari dunia ketika bersaksi dengan kasih bahwa perbuatannya itu jahat (Yoh 7:7), dengan memisahkan diri kita dari dunia secara moral dan rohani

4. Seperti Yesus, mungkin kita juga akan menerima ejekan dan penganiayaan dari dunia agama. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. (ayat 31).

“Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus." (Mr 8:38). Yesus memandang dunia dan masyarakat di sekitar kita itu sebagai "angkatan yang tidak setia dan berdosa". Semua orang yang berusaha untuk disenangi atau diterima oleh generasi sekarang yang jahat daripada mengikut Kristus dan prinsip-prinsip-Nya yang benar akan ditolak oleh-Nya ketika Ia datang kembali. (KDW)

Pendalaman untuk diskusi :

1. Sebagai Pemuda Kristen, seberapa kuatkah saudara menerima jalan penderitaan dalam memikul salib? Mudahkah untuk mencari jalan pintas yang lebih mudah dan enak?

2. Apa maknanya bagi saudara sebagai pemuda, menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus dalam konteks saat ini? Apa tantangannya bagi saudara dalam melakukan ajakan Juruselamat ini? Ungkapkan pendapat saudara!

***

Bahan Khotbah

Minggu Pra Paskah IV, 18 Maret 2012

Warna Liturgi Ungu

Bacaan: Bilangan 21: 1 – 9

GAYUNG BERSAMBUT

Bapak ibu saudara yang di kasihi Tuhan Yesus Kristus,

Kita tentu pernah mendengar kisah perjalanan bangsa Israel yang mengembara di padang gurun bukan? Ya, setelah keluar dari tanah Mesir dan menyeberangi laut Teberau, maka bangsa Israel pun mengembara di padang gurun selama kurang lebih 40 tahun. Sebenarnya Tuhan bisa saja memimpin mereka langsung memasuki tanah Kanaan tanpa mengembara di padang gurun selama 40 tahun tersebut. Sikap bangsa Israel sendiri yang suka memberontak dan lemahnya keyakinan mereka pada kekuasaan Allah, membuat Tuhan memerintahkan mereka untuk mengembara di padang gurun terlebih dahulu selama 40 tahun sebelum mereka memasuki tanah Kanaan agar mental, fisik, iman mereka ‘terlatih’ dengan baik. Agar mereka benar-benar mengenal Tuhan Allah mereka.

Nah, kisah yang kita baca saat ini adalah sudah mendekati bagian akhir dari kisah perjalanan bangsa Israel yang mengembara di padang gurun tersebut. Jadi setelah mereka mengembara di padang gurun selama 40 tahun itu, dari generasi ke generasi, akhirnya Tuhan mengijinkan dan memerintahkan mereka untuk bergerak maju menuju tanah Kanaan. Harapannya adalah, bahwa setelah mengalami banyak pergumulan yang berat dan pertolongan Tuhan yang luar biasa dalam setiap pergumulan tersebut, maka bangsa Israel sudah belajar beriman dan percaya penuh pada pimpinan dan penyertaan Tuhan serta Musa hambaNya. Tetapi, yang diharapkan ternyata lain dengan kenyataan. Sebab, bangsa Israel ternyata masih belum berubah perangainya. Mereka masih saja mudah mengeluh, mudah menyerah dan mudah menyalahkan Musa dan Tuhan.

Saudara yang dikasihi Tuhan,

Apa sebenarnya yang dapat kita petik dari kisah ini? Peristiwa pemberontakan umat Israel akan nazar yang mereka ucapkan sendiri dihadapan Tuhan, mereka langgar ketika mereka menghadapi tantangan, yaitu masalah makanan. Ketika mereka dalam kondisi “baik-baik” saja, mereka dengan semangat mengucapkan janji untuk meneruskan perjalanan dan perjuangan bersama Tuhan. Tetapi ketika situasi “baik-baik” saja itu mulai terguncang dengan masalah perut, mereka mulai gelisah, marah, putus asa, dan memberontak. Sungguh, sikap yang menyebalkan bukan? Tapi manusiawi!

Ular diturunkan sebagai wujud kemarahan Tuhan pada bangsa Israel. Ada personifikasi (pencintraan Allah sebagai manusia) yang menunjukkan bahwa Tuhan juga punya perasaan, punya emosi, dan merasa sakit juga jika dipermainkan…Itu sebabnya, Tuhan mengirim ular untuk memagut orang-orang yang seenaknya saja berbicara tanpa memedulikan perasaan Tuhan Allah. Ular dalam konteks ini adalah ‘saraf’ (dari bahasa Ibrani), yang artinya menyala. Yaitu sejenis ular kobra Mesir, yang mempunyai kecepatan terbang dan mematuk dengan bisa yang sangat berbahaya. Ular terbang ini memancarkan sinar keemasan. Itu sebabnya, Tuhan memerintah Musa untuk membuat ular dari tembaga, yang memancarkan sinar, dan menyematkannya pada tongkat. Hingga setiap orang yang dipatuk ular tidak akan mati saat memandang sinar dari patung ular itu. Ini bukan berarti Tuhan mengijinkan umat meminta kesembuhan dari patung ular, melainkan sebagai peringatan akan kesalahan mereka. Orang yang memandang patung ular, hatinya akan segera menyesali perbuatan mereka, dan penyesalan (bisa diartikan pertobatan) itulah yang menyembuhkan mereka. Melalui peristiwa ini, Allah memberikan kelepasan kepada umat itu dan mengajar mereka agar sepenuhnya menggantungkan diri kepada-Nya saja.

Saudara yang dikasihi Tuhan,

Kisah ini bisa menjadi pelajaran bagi semua yang terlibat dalam peristiwa itu. Pertama, Musa sebagai pemimpin yang selalu sabar dan setia dalam menghadapi perilaku bangsa Israel yang dipimpinnya. Namun, sekalipun pemimpinnya itu sabar dan tabah serta kuat, tetapi tanpa dukungan dari rakyat, atau dari orang-orang yang dipimpinnya, maka akan sulit untuk bisa mencapai keberhasilan dan mencapai tujuan bersama. Baik Musa maupun bangsa Israel itu mempunyai tujuan yang sama: Mencapai tanah Kanaan dan menikmati kebahagian dan kesejahteraan seluruh bangsa. Dalam mencapai tujuan itu pastilah akan ada hambatan atau pun rintangan yang menghadang, akan ada pergumulan bersama yang menanti untuk diselesaikan bersama pula. Maka sehebat-hebatnya seorang pemimpin, ia tetap tidak akan berhasil tanpa kepercayaan dan dukungan moril dari orang-orang yang ia pimpin. Interaksi Musa dan bangsa Israel itu adalah contohnya.

Kedua, bangsa Israel adalah bangsa yang hanya ingin mendapat kemudahan-kemudahan. Perjalanan panjang, perjuangan melawan cobaan dari dalam diri maupun dari luar, seharusnya dapat melatih mereka untuk lebih sabar menghadapi tantangan. Tetapi kekerasan hati mereka, tegar tengkuk, keras kepala, suka memberontak, suka melecehkan dan tidak menghormati pemimpin membuat Tuhan dan Musa harus bekerja keras. Tentu tidak semua bangsa Israel bersikap seperti itu, tetapi bagaimanapun juga pihak yang mayoritas hampir selalu mewakili sikap seluruh bangsa. Maka begitulah jadinya, Musa hampir-hampir tidak mampu mengendalikan perilaku bangsa Israel tersebut dan mengalami kesulitan untuk mengarahkannya pada tujuan bersama mereka mencapai tanah Kanaan. Akhirnya, mereka pun harus mengalami berbagai masalah yang diijinkan Tuhan untuk terjadi atas mereka agar mereka belajar menghormati Musa sebagai pemimpin dan mendengar perintah Tuhan, menjadi dewasa dalam iman mereka. Dan pribadi Musa tentu juga semakin dibentuk oleh Tuhan melalui perjalannnya memimpin bangsa Israel.

Saudara,

Peristiwa padang gurun itu juga sering kita temui dalam keseharian kita. Pelajaran bagi kita sebagai umat, kita sering dengan semangat yang berkobar-kobar ingin melakukan perubahan-perubahan dalam hidup kita, baik secara pribadi maupun sebagai komunitas Gereja. Dalam kondisi “baik-baik” saja, kita bisa dengan mudah mengucapkan janji kepada Tuhan dan sesama untuk bersama-sama menjalani perjuangan hidup. Mengusulkan program-program yang begitu baik kepada pemimpin kita, bahkan berjanji akan memperjuangkannya. Dalam kondisi “baik-baik” saja, kita menghormati para pemimpin kita. Tetapi apa yang terjadi, jika dalam perjalanan dan perjuangan itu, kita terbentur pada situasi yang “tidak baik-baik saja”? banyak hambatan disana-sini, pertentangan dalam diskusi-diskusi, penolakan dalam kerja-kerja yang kita lakukan. Dan terlebih disaat kita menghadapi pergumulan pribadi, masalah ekonomi, masalah sosial, apa yang kemudian kita lakukan? Ya, kita lupa pada janji kita yang semula, lupa pada semangat yang menyala, menjadi kendor, semplah, putus asa, dan mulai menyalahkan satu sama lain. Mengeluh pada Tuhan dan memberontak pada pemimpin. Bukankah itu, mentalitas Israel “pra-kanaan”? kita masih mewarisi mentalitas Israel yang paling kuno, yaitu saat mereka masih di Mesir, di padang gurun, saat mereka masih belum terdidik menjadi manusia dewasa dan beriman. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah bagaimana kita bisa mengubah mentalitas kita sebagai umat yang tetap memperjuangkan kehidupan dan menjalaninya dengan kesabaran, ketabahan, dan keimanan kepada Tuhan Allah kita.

Pelajaran bagi kita sebagai para pemimpin, baik majelis sebagai pemimpin jemaat, atau orang tua sebagai pemimpin dalam keluarga, atau mandor dan manajer dalam perusahaan, atau aparat pemerintah dalam kehidupan bermasyarakat. Karena, Jemaat baik secara pribadi atau sebagai persekutuan kadang kala menunjukkan sikap dan perilaku yang mirip dengan perilaku bangsa Israel dalam kisah ini. Kalau ada hal-hal yang menyenangkan mereka, maka pujian yang mengalir kepada pelayan itu pasti bisa dihitung dengan jari. Tetapi, kalau ada hal atau program baru yang akan memajukan kehidupan jemaat, tetapi mungkin akan menyusahkan jemaat atau dianggap memberatkan jemaat, maka sikap tidak percaya atau perlawanan itu akan segera muncul dari hampir seluruh jemaat. Apalagi kalau kemudian pemimpin itu ada terlihat salah sedikit saja, maka hujatan dan cercaan akan datang bertubi-tubi tanpa bisa dihindari. Ya, tetapi tidak semua jemaat seperti itu, ada juga jemaat atau warga jemaat yang baik dan mengerti dengan kehidupan para pemimpin mereka di tengah tengah jemaat. Sebagaimana Tuhan menyertai dan menopang Musa dalam memimpin bangsa Israel itu demikian juga saat ini Allah masih dan selalu menyertai dan menolong para hambaNya yang mau memimpin dan melayani umat kepunyaanNya dengan sabar, tulus, tabah dan setia sampai tua, bahkan sampai mati. Oleh karena itu, maka setiap kita yang kebagian tugas untuk memimpin jemaat mari kita memimpin dengan tekun, sabar, dan tabah sekalipun kita seringkali menghadapi sikap penolakan dan ketidaksenangan dari jemaat yang kita pimpin, karena untuk itulah kita dipanggil dan diutus.

Saudara yang dikasihi Tuhan,

Mari kita renungkan bersama tentang tujuan hidup kita. Sebagai pemimpin maupun sebagai umat, kita sama-sama dibentuk dan dididik oleh Allah untuk menjadi pribadi-pribadi yang setia pada janji yang kita ucapkan dihadapanNya. Janji untuk setia, sabar, berjuang bersama, baik dalam kondisi “baik-baik saja” maupun dalam kondisi penuh tantangan. Kita dilatih untuk saling menghargai dan bekerjasama. Ketika kita memberontak dan saling menyalahkan, bukan mustahil jika Tuhan mengirimkan hukuman dengan maksud agar kita tahu kesalahan kita dan bertobat. Kita juga harus belajar untuk percaya dan menghormati serta mencintai para pemimpin dan pelayan kita. Kenapa? Ya, supaya mereka lebih semangat, lebih kreatif, dan mau berjuang bersama-sama dengan umat dan masyarakat. Dan tidak hanya itu, kita juga bisa belajar semakin dewasa dalam iman. Bisa menerima kelebihan dan kekurangan dari para pemimpin kita, karena mereka juga adalah manusia biasa bukan malaikat dan bukan Tuhan yang tidak punya salah sama sekali. Karena itu marilah kita belajar untuk percaya pada kepemimpinan mereka, dan tidak mudah menghujat hanya karena satu kesalahan kecil saja. Marilah kita juga mulai belajar dewasa dalam sikap dan tidak mudah mencari kambing hitam dengan menimpakan sebab penderitaan atau pergumulan kita kepada para pemimpin atau pelayan jemaat kita. Jangan seperti bangsa Israel yang mudah mengeluh pada penderitaan dan mudah mengumpat pada para pemimpin mereka. Apa sih yang mereka dapatkan kemudian dari sikap pemberontakan mereka tersebut? Bukankah hanya kesusahan dan penderitaan semata? Maka marilah kita tarik pelajaran dari kisah perjalanan bangsa Israel tersebut.

Bukankah akan menjadi indah bila kita mempunyai pemimpin yang cerdas, rendah hati, sabar dan tabah dan jemaatnya juga adalah jemaat yang menurut, menghormati dan mengasihi pemimpinnya. Itu akan menjadi semakin indah di dalam sebuah ungkapan yaitu: Gayung Bersambut. Pemimpin akan memimpin dengan sabar dan jemaat mengikuti dengan semangat. Maka bila begitu, akan mudah bagi kita untuk mencapai tujuan bersama. Karena jemaat tidak akan menjadi maju tanpa hadirnya pemimpin di tengah-tengah mereka, sebaliknya, pemimpin tanpa jemaat bukanlah siapa-siapa. Selamat menjalani kehidupan dan menikmati kerjasama yang indah dalam pelayanan bersama Tuhan. Amin. (Why)

Liturgi :

1. Persiapan

: KJ 15 / PKJ 2

2. Ayat

: Masmur 107 : 1 – 9

3. Pujian

: KJ 14 / PKJ 7

4. Hukum Kasih

: Markus 12 : 29 – 31

5. Pujian Pengakuan: KJ 33 / PKJ 156

6. Berita Anugerah

: Yohanes 3 : 14 – 15

Ptj. Hidup Baru

: Efesus 2 : 8 – 10

7. Pujian Kesanggupan: KJ 344 / PKJ 281

8. Doa Safaat + Doa Firman:

9. Pujian Masuk Firman: KJ 49 / PKJ 15

10. Firman

: Bilangan 21 : 1 – 9

Tema

: Gayung Bersambut

Saat teduh

:

11. Persembahan

: Masmur 107 : 19 – 22

Pujian Persembahan: KJ 439 / KJ 146

12. Doa Bapa Kami

:

13. Pujian Penutup

: KJ 341 / PKJ 182

14. Pengutusan dan Berkat:

***

Bahan Renungan

Minggu Pra Paskah IV

Bacaan: Bilangan 21: 1 – 9

PEMIMPIN YANG TABAH

Bacaan ini adalah bagian dari sejarah panjang perjalanan bangsa Israel keluar dari tanah mesir menuju ke tanah kanaan. Sebenarnya mereka bisa saja memasuki tanah kanaan tidak lama setelah mereka meninggalkan tanah mesir. Tetapi, karena mereka tidak percaya bahkan memberontak kepada Tuhan, maka mereka harus berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun lamanya. Nah cerita ini terjadi jutru pada masa – masa mendekati 40 tahun itu akan berakhir. Mestinya mereka telah belajar banyak dari pengalaman perjalanan mereka selama hampir 40 tahun itu, tapi ternyata mereka masih sama, sebagaimana orang tuanya dulu suka memberontak dan melawan Tuhan serta Musa, demikianlah mereka saat ini.

Musa adalah pemimpin yang diutus Tuhan untuk mendampingi perjalanan bangsa tersebut dari mesir menuju Kanaan. Dan Musa telah mendampingi bangsa itu lebih dari 40 tahun, sudah 2 generasi ia damping dan ia pimpin. Tentu harapan sebagian besar pemimpin setelah memimpin rakyatnya sekian lama adalah munculnya perubahan yang cukup berarti atau perubahan karakter yang semakin baik atau sesuai dengan harapan sang pemimpin. Tetapi, yang dialami oleh Musa bukanlah kenyataan yang menyenangkan, melainkan kenyataan pahit. Mereka bukan saja tidak berubah tetapi malah memberontak dan menghujat Musa serta Tuhan. Ketika mereka menghadapi sedikit kesulitan saja mereka sudah langsung menuduh Musa hendak membinasakan mereka. Padahal Musa baru saja memimpin mereka dalam memenangkan pertempuran dengan tentara raja negeri Arad.

Kita bisa membayangkan betapa kecewa dan hancurnya hati Musa melihat kelakuan umat yang ia pimpin itu. Tetapi Musa selalu tabah dan menerima hujatan itu dengan iklas. Bahkan Musa malah mendoakan mereka, memohonkan pengampunan Tuhan untuk mereka. Perintah Tuhan kepada Musa agar membuat ular tembaga adalah hasil dari doa Musa kepada Tuhan untuk bangsa Israel tersebut. Dan itu terjadi tidak cuma satu kali saja, melainkan sudah berkali-kali dan Musa selalu berdoa kepada Tuhan memohonkan pengampunan untuk bangsa Israel, setiap kali bangsa itu memberontak kepada Musa dan Tuhan. Tentu Musa juga manusia lemah, seperti kita. Tetapi itu tidak mengurangi kebesaran hatinya. Musa tetap pemimpin yang tabah dan berjiwa besar. Ia tidak menyerah pada sifat jahat bangsa Israel. Ia adalah pemimpin yang tidak mudah menyerah, ia sabar berproses bersama dengan orang-orang yang ia pimpin. (Why)

Pertanyaan:

1. Apa yang bapak ibu saudara pahami tentang kata tabah?

2. Menurut Bapak Ibu saudara sekalian, pemimpin yang tabah itu yang seperti apa?

3. Jika kita sebagai pemimpin, baik di dalam rumah tangga, atau di sekolah atau di gereja atau di masyarakat, bagaimana kita menghadapi sikap dari orang-orang yang kita pimpin yang mungkin pernah seperti orang Israel di atas?

4. Jika kita sebagai anak, atau bawahan atau jemaat apakah kita juga sering berbuat seperti orang Israel itu? Apakah kita akan seperti itu terus atau akan berubah lebih baik dan menghormati pemimpin/orang tua kita?

Tata Laksana Renungan

1. Pujian Pembukaan PKJ / KJ

2. Ucapan terima kasih dari/untuk tuan rumah.

3. Doa Syukur

4. Pujian Syukur PKJ / KJ

5. Pembacaan perikop Alkitab

6. Pembacaan Renungan.

7. Pembahasan, diskusi, tanya jawab, saling berbagi pengalaman iman.

8. Pujian dan Persembahan PKJ / KJ

9. Doa Syafaat + Doa Persembahan dan Bapa kami

10. Berkat

Bahan PA Pemuda Remaja

Minggu Pra Paskah IV

Bacaan: Bilangan 21: 1 – 9

Pengantar

Apakah rekan-rekan pernah mendengar atau melihat video klip dari lagu Rhoma Irama yang berjudul “Darah Muda”. Lagunya kira-kira begini : Darah muda, darahnya para remaja, yang selalu menang sendiri, walau salah tak peduli…..biasanya para remaja berpikirnya sekali saja tanpa menghiraukan akibatnya….. dan selanjutnya. Memang benar, masa muda adalah masa yang berapi-api. Kalau digunakan dengan baik akan sangat bermanfaat, tetapi kalau salah dalam menggunakan semangat anak muda itu akan terjerumus dalam segala kehancuran masa depannya. Oleh karena itu, sebagai anak muda, kita haruslah bisa mawas diri, tidak grusa-grusu atau anut grubyuk. Kita haruslah berpikir dengan baik, tenang dan hati-hati dalam memutuskan segala sesuatu.

Sebagai anak muda kita juga terkenal kurang sabar dalam segala hal. Kita seringkali ingin cepat dan terburu-buru. Sebenarnya itu baik-baik saja kalau dikelola dengan tepat. Masalahnya kita sering kurang bisa mengelola sifat kita yang ingin serba cepat tersebut. Kita jadi kurang sabar dalam suatu proses kehidupan, kurang sabar menderita dan lebih banyak mengeluh. Kita juga terkenal suka memberontak kepada orang tua, kepada guru-guru di sekolah, dan kepada para pemimpin di kelompok kita, juga cenderung mengumpat atau menghujat orang lain. Padahal kalau kita sendiri yang jadi pemimpin, belum tentu kita bisa lebih baik dari mereka.

Mari kita perhatikan bacaan kita dari Bilangan 21: 1 – 9 ini. Ini menceritakan bangsa Israel yang selalu banyak mengeluh dan selalu ingin menang sendiri. Mereka tidak mau sedikitpun mendengarkan nasihat Musa sebagai pemimpinnya dan selalu memberontak kepada Musa dan Tuhan. Padahal mereka sudah melihat pengalaman sebelumnya bahwa kalau mereka melawan Tuhan dan juga Musa pemimpin mereka, itu hanya akan mendatangkan malapetaka bagi mereka sendiri. Tetapi mereka tetap saja memberontak. Mereka tidak sabar dalam menanggung penderitaan atau kesulitan hidup yang mereka alami, mereka mudah mengeluh dan menghujat pemimpin mereka.

Pada akhirnya, tindakan bodoh mereka itu hanya merugikan mereka sendiri. Lihat saja, banyak diantara mereka yang kemudian mati dipagut ular berbisa. Kamudian perhatikan apa yang terjadi ketika orang Israel itu menyesali dosa dan pemberontakannya pada Tuhan dan minta maaf kepada Musa maka kehidupan mereka dipulihkan. Itu artinya, semua manusia itu butuh pemimpin, butuh orang tua, butuh guru. Tanpa pemimpin, orang tua atau guru, maka manusia itu akan tersesat.

Karena itu wahai rekan-rekan pemuda, marilah kita sadari kelebihan sekaligus kekurangan kita sebagai anak muda. Marilah kita belajar untuk tunduk dan hormat pada pemimpin, orang tua dan guru-guru kita. Sebab, menuruti keinginan sendiri dan tidak mendengarkan didikan pemimpin, orang tua atau guru-guru kita itu hanya akan merugikan kita sendiri. Kita juga harus sabar dalam proses, untuk menjadi pintar kita harus belajar tiap hari dengan tekun. Untuk menjadi ahli dalam suatu bidang kita harus tekun berlatih setiap hari tanpa mengenal lelah atau pun bosan. Mari kita ciptakan masa depan kita yang lebih baik dengan kita lebih sabar, tekun dan taat pada didikan yang benar. Tuhan memberkati. (Why)

Pertanyaan Diskusi:

1. Apakah kalian punya cita-cita? Sebutkan !

2. Lalu, saat ini apakah ada kesulitan yang menghalangi cita-cita kalian? Dengan adanya masalah itu apakah kalian akan menyerah atau akan terus berusaha dengan tekun dan sabar menggapai cita-cita?

***

Bahan Khotbah

Minggu Pra Paskah V, 25 MARET 2012

Warna Liturgi Ungu

Bacaan: Mazmur 51: 1-12

 

BANGKIT, KITA MULAI DARI SALIB

 

Saudara yang dikasihi Tuhan,

Kata “dosa” nampaknya sudah sangat lazim digunakan dikalangan Kristen, bahkan demikian gampang disebutkan “kita semua adalah orang berdosa” sama seperti menyebutkan “kita semua adalah orang Indonesia” dalam sebuah rapat besar. Sehingga kita semua seperti bersama-sama mengamini saja, bila di gedung gereja ia digelar sebagai “orang berdosa”: tidak ada orang yang merasa tersinggung, sehingga dengan marahnya ia keluar. Juga dalam kotbah-kotbah evangelisasi, kata “dosa” memegang peranan besar. Lazim seorang pengkotbah memulainya dengan menceritakan riwayat penciptaan dunia, lalu menyusul riwayat kejatuhan manusia dalam dosa (kej 1-2) dan pasal 3 sebagai penjelasannya.

Tetapi perlu kita ketahui, bahwa dalam Alkitab, kata “dosa” memiliki arti yang lain dan isinya jauh lebih berat. Keadaan kita selaku “orang-orang berdosa” tidak bisa dibicarakan sebagai kebenaran umum yang disetujui. Kata “dosa” bukan hanya berarti manusia melanggar hukum-hukum atau aturan-aturan tertentu. Bahwa manusia berdosa itu tidak cukup disadarkan hanya dengan kita membicarakan dengan menganalisis perbuatan-perbuatan, mengupas pikiran-pikirannya. Analisa semacam itu hanya menunjuk pada kesalahan dan kekurangan orang. Sehingga ketika kita berbicara mengenai dosa, kita jatuh pada penghakiman dan penghukuman, baik pada diri sendiri maupun orang lain.

“Dosa” tidaklah sama dengan kejahatan. Memang segala kejahatan adalah dosa. Walaupun kita berbuat baik, tetap saja kita disebut “orang berdosa”. Dosa bukan hanya soal tubuh manusia. Dosa juga bukan sifat atau pembawaan atau kodrat, sehingga kita tidak bisa mengatakan “apa boleh buat kita ini hanya manusia berdosa”. Dan dalam menjalankan “siasat” atau disiplin Gerejawi, janganlah kita berbuat seolah-olah dosa yang sesungguhnya adalah dosa seksuil, sehingga praktek siasat/disiplin hanya dosa dalam hal itu saja. Pendeknya: dosa itu tidak bisa dijadikan istilah etika manusia yang berbicara tentang pelanggaran berbagai peraturan atau kebiasaan di bidang kesusilaan, moral, kesopanan. Dosa itu ada sangkut-pautnya dengan Allah!

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,

Karena dosa ada sangkut-pautnya dengan Allah, maka dosa atau kesalahan apapun yang kita buat, kecil atau besar, pastilah mendatangkan penderitaan batin, perasaan malu pada diri sendiri dihadapan Allah. Dan kalau kesalahan dilakukan tanpa pengakuan, maka ia akan menjadi beban batin dan meyebabkan penderitaan menjadi semakin berat. Oleh sebab itu, menyembunyikan atau berusaha menutupi kesalahan, pada hakekatnya adalah sesuatu yang tidak baik, terutama bagi diri kita sendiri dan hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.

 

Maka pemulihan dari dosa hanya dimulai dari diri kita sendiri kepada Allah. Sikap moral yang sejati dalam kehidupan manusia adalah kesediaan mengakui kesalahan kita secara terbuka. Walaupun Gereja bertugas untuk mengingatkan, tetapi keputusan untuk bertobat bukan berasal dari lembaga manapun, termasuk Gereja. Sekali lagi, hanya dari diri kita sendiri. Sifat dasar manusia adalah kecenderungan menyembunyikan kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya, misalnya korupsi, kolusi, nepotisme, gratifikasi birokrasi, narkoba, pembunuhan, perzinahan dan lain sebagainya. Dan tiadk pernah mengakuinya sebagai “kesalahan” dihadapan Tuhan. Yang lebih fatal lagi, setelah melakukan kesalahan, cenderung melakukan kesalahan baru lagi, seperti mencoba melemparkan kesalahan itu kepada orang lain dan berusaha membenarkan atau membersihkan diri sendiri. Sikap seperti ini dipandang sebagai perbuatan bodoh, jika ditinjau dari kehendak Allah. Karena pada gilirannya hal itu akan menjadi belenggu yang membuat diri kita sengsara tiada akhir.

Saudara yang terkasih,

Mazmur 51 merupakan ungkapan jujur tentang pengakuan dosa yang dilakukan oleh Raja Daud setelah skandalnya dengan Batsyeba dan persekongkolannya untuk membunuh Uria, suami Betsyeba. Dia mengakui perbuatan dosanya setelah ia ditegur oleh Nabi Natan. Oleh karena itu tidak ada cara lain yang dapat dilakukannya, kecuali mengakui kesalahannya secara terbuka, bukan pertama-tama kepada manusia, tetapi terutama kepada Tuhan. Peristiwa pengakuan dosa Daud ini, mengajarkan kepada kita betapa besar pengaruh pengakuan dosa itu kepada kehidupan baru dan masa depan manusia.

 

Pengakuan dan keterbukaan terhadap sesama manusia menawarkan hati yang luka, tetapi keterbukaan kepada Tuhan menjanjikan kesembuhan terhadap luka yang ada di dalam hati kita.

Adalah sangat mengesankan bahwa Raja Daud melakukakan pengakuan dosanya, tidak pertama-tama kepada manusia, tetapi langsung membuka dirinya di hadapan Tuhan. Ia sadar bahwa penyerahan diri kepada Allah adalah satu-satunya cara melepaskan diri dari penderitataan abadi sebagai akibat dari kesalahan yang dilakukan. Bahkan lebih jauh, Daud tidak hanya menghubungkan penyesalannya dengan skandal perzinahannya, tetapi lebih dari itu, justru dengan seluruh hidupnya, seperti dalam ayat 7 dia katakan “ Dalam dosa aku dikandung ibuku, dalam kesalahan aku dilahirkan”. Hal ini mengingatkan kita, bahwa kita tidak pernah dapat meluputkan diri dari dosa, karena kita memang manusia berdosa, sekalipun dosa yang kita perbuat tidak sema seperti yang dilakukan oleh Daud.

 

Walaupun pengakuan Daud diawali oleh teguran dari Nabi Nathan, namun dari perikop ini menjadi jelas bahwa pengakuan itu muncul dari dalam hati yang luka, yang menyadari dan merasakan penderitaan dan kesengsaraan akibat perbuatan jahatnya. Oleh karena itu ungkapan pengakuan dosa itu begitu menyentuh perasaan kita. Raja Daud menunjukkan kehampaan dirinya, kekerdilannya di hadapan Allah. Pada ayat 8, ada pengakuan lain yang menunjukkan seolah-olah Daud menerima teguran langsung dari Allah. Hal ini menandakan adanya kesadaran yang dalam akan dosa dan kesalahannya, sehingga ia sangat merendahkan diri di hadapan Allah.

 

Saudaraku yang terkasih,

Dalam memasuki masa-masa kesengsaraan Tuhan Yesus, kita diingatkan kembali akan tujuan kematianNya. Semua adalah karena pengampunan Tuhan bagi hidup kita. Tetapi apakah pengampunan itu dapat kita rasakan, jika kita sendiri tidak mau jujur dengan apa yang kita lakukan? Sebagaimana kita lihat dan saksikan melalui kisah Daud, kita dapat memetik hikmah darinya, bahwa pengakuan dosa harus diikuti oleh pembaharuan hidup dan janji untuk hidup dengan cara baru, yaitu hidup dalam kebenaran dan terang Tuhan. Pengakuan dosa juga adalah suatu upaya untuk menyingkirkan keinginan-keinginan dosa. Suatu pengakuan dan permohonan hidup baru berisi kesediaan dan keberanian menyatakan tekad dan janji untuk tidak hanya mentaati tetapi juga menyatakan jalan pertobatan. Inilah sikap yang paling positif dari Raja Daud yang juga dapat kita tiru.

 

Jadi apa pun status dan keberadaan kita sebagai jemaat, mari kita menghayati pengorbanan Yesus yang karena kasihNya memenangkan hati kita. PengorbananNya adalah pengorbanan tertinggi, dan yang dapat kita lakukan adalah jatuh dikakiNya dan menyerahkan hati kita yang penuh dengan dosa. Kematian Kristus memberi kita satu titik permulaan yang baru.

Di salib dapat kita mulai lagi, kita yang sudah mati karena pelanggaran dan dosa-dosa kita, sekarang dijadikan hidup. Semua bekas luka kita, kesalahan, kegagalan, akan hilang di dalam Kristus. Ketika masalah dan rintangan mulai menumpuk, kita dapat mulai lagi di salib.

 

Ia ada di sana untuk mengangkat jiwa kita dalam pengharapan, untuk mengisi kehampaan yang memedihkan. Ia ada disana untuk menguatkan kita menghadapi perjalanan hari esok. Ia ada di sana untuk memberikan semua kasih yang dibutuhkan hati kita. Mari kita hancurkan segala kekerasan hati kita dan belenggu dosa yang ada dalam diri kita. Amin. (Ella)  

Bahan Bacaan :

· Nats Pembimbing : I Yoh. 3: 1-3

· Hukum Kasih

: Matius 7:1-5

· BA/PHB

: I Petrus 2 : 19 – 24

· Persembahan

: Mazmur 4 : 6 – 8

Pujian

1) PKJ 13 : 1 – 3

2) KJ 355 : 1 – 2

3) KJ 467 : 1 – 3

4) PKJ 239 : 1 – 3

5) KJ 425 : 1 – 2

6) KJ 426 : 1 – 2

***

Bahan Renungan

Minggu Pra Paskah V

Bacaan : Yeremia 31: 31-34    

 

PENGGENAPAN SEMPURNA

Masa depan Yehuda sangat cerah, baik secara rohani maupun materi, karena mereka bukan bangsa yang hina lagi dihadapan bangsa-bangsa lain. Tuhan sudah kembali bersemayam ditengah-tengah mereka. Kehadiran Allah menjadi sumber kekuatan bagi masyarakat Yehuda. Allah tidak lagi mencanangkan malapetaka atas mereka, namun merencanakan pembangunan bagi Yehuda. Mereka yang lahir di tanah pembuangan mengenal Allah sebagai Allah yang adil, sebab mereka tidak lagi menanggung dosa nenek moyangnya dengan hidup sebagai tawanan di negara asing.

 

Mengapa Allah melakukan semua itu?  Karena Allah mengasihi mereka dan Yehuda sendiri sudah bertobat. Mereka mengakui dan menerima penderitaan mereka sebagai hajaran Allah karena pemberontakan mereka terhadap Allah. Mereka menyadari betapa menjijikkannya diri mereka (ayat 19), sehingga mereka sadar bahwa jika Allah tidak membawa mereka berbalik, maka mereka tidak mungkin berbalik kepadaNya.

 

Dengan kata lain, pertobatan ini merupakan anugerah Allah dan dengan pertobatan itu dapat memampukan mereka untuk hidup menjadi umat Allah. Allah akan menaruh firmanNya dalam batin mereka dan menuliskannya di dalam hatinya. Itulah perjanjian yang baru.  Allah melakukan transformasi hati manusia yang merupakan pusat kehendakNya. Karena itu mereka dapat mengenal Allah secara pribadi, dosanya diampuni dan dapat meresponi Allah dengan hati yang murni.

 

Yehuda memang sudah kembali dari pembuangan. Bait Allah yang kedua kembali dibangun dan ditahbiskan. Namun pertobatan yang memimpin kita kepada transformasi hati dan digenapi di dalam kematian Yesus Kristus. Kini siapa yang percaya kepada Yesus, hidupnya akan dipulihkan. Anugerah ini memungkinkan setiap manusia untuk menikmati hidup dalam persekutuan dengan Allah. (Ela)

Tata Laksana Renungan

1. Pujian Pembukaan PKJ / KJ:

2. Ucapan terima kasih dari/untuk tuan rumah.

3. Doa Syukur

4. Pujian Syukur PKJ / KJ :

5. Pembacaan perikop Alkitab

6. Pembacaan Renungan.

7. Pembahasan , diskusi, tanya jawab, saling berbagi pengalaman iman.

8. Pujian dan Persembahan PKJ / KJ :

9. Doa Syafaat + Doa Persembahan dan Bapa kami

10. Berkat

***

Bahan PA Pemuda Remaja

Minggu Pra Paskah V

Bacaan: Yohanes 13: 21-30

Pengantar

Banyak orang yang menerima Tuhan Yesus dan keselamatanNya, karena mereka yakin bahwa Yesus lebih dahulu mengasihi mereka (1 Yoh 4:10). Tetapi ada pula orang yang menerima Tuhan Yesus dan menjadi pengikutNya dengan maksud menerima pahala. Kita bandingkan dengan beberapa murid yang mengikut Yesus supaya dapat kedudukan dan harta benda (Mat. 19: 17-29). Golongan pertama mengikut dan mengasihi Yesus sebagai ungkapan terima kasih atas karunia Tuhan Yesus yang begitu besar kepada mereka. Golongan kedua menjadi pengikut Yesus dengan tujuan memperoleh sesuatu sebagai pahala atau imbalan. Karena itu golongan ini akan tetap mengikut Yesus selama kebutuhan mereka tetap dipenuhi atau selama tujuan mereka mengikut Yesus itu tidak mengecewakan.

Perhitungan Yudas selaku seorang murid Tuhan Yesus meleset. Yudas berada dalam golongan kedua yang mengikut Yesus dengan maksud tertentu. Ia mengikut Yesus dengan motif kedudukan dan materi. Selaku bendahara yang memegang uang belanja, ia termasuk orang penting di kalangan murid-murid Yesus. Ketika Yesus sampai tiga kali memberitahukan tentang kematianNya, sudah jelas bagi Yudas bahwa pengharapannya untuk menjadi orang penting dan terhormat dalam kerajaan Yesus itu kandas. Artinya tujuan mengikut Yesus yang dianggap sebagai tokoh pejuang nasionalis yang akan membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Romawi itu akan gagal.

Yesus mengikuti rencana Yudas yang akan menjual diriNya. Ia berkata pada murid-muridNya bahwa seorang diantara mereka akan menyerahkan Dia. Orang yang dipakai oleh iblis untuk mewujudkan tindakan jahatnya itu, tidak dicegah oleh Yesus. Sebenarnya Yesus mampu mencegah Yudas dan menggagalkan pengkhianatan itu, tetapi itu tidak dilakukanNya. Kata-kata Yesus yang membuka rahasia bahwa seorang dari antara muridNya akan mengkhianati Dia, sudah cukup menyadarkan Yudas. Tetapi karena kekerasan hati dan kepentingan dirinya, Yudas telah melupakan semua kebaikan dan kasih gurunya itu.

Sebagai generasi muda, sama halnya seperti Yudas, kita juga memilki ambisi dalam hidup kita untuk meraih sesuatu yang kita inginkan. Dimana hal itu kita anggap sebagai sesuatu hal yang membahagiakan kita. Sehingga segala cara pun dilakukan dan bahkan kita terjebak di jalan yang tidak benar, dan tetap saja kita lakukan walaupun jelas-jelas kita tahu itu salah. Pada saat ada seseorang yang menegur kita atau mengingatkan kita, bagaimana respon kita? Harusnya kita bersyukur dan tidak mengeraskan hati seperti Yudas. Pada saat kita ditegur, kita memang mungkin merasakan sakit, tetapi jika kita mendengarkan teguran itu dengan baik dan mengindahkannya, maka itu adalah suatu kebahagiaan dalam hidup kita. Karena orang yang hidup dalam ke