· web viewitu, juga telah dihasilkan galur bakteri rhizobium dan bakteri pelarut fosfat yang...

72
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI, KELAUTAN, DAN KEDIRGANTARAAN

Upload: others

Post on 25-Feb-2020

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI,KELAUTAN, DAN KEDIRGANTARAAN

BAB VII

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI,KELAUTAN, DAN KEDIRGANTARAAN

A. PENDAHULUAN

Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) mengamanatkan bahwa tujuan nasional, antara lain adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, UUD 1945 menegaskan pula bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dalam rangka itu, upaya memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan manusia, meningkatkan pertambahan nilai barang dan jasa, serta memajukan kesejahteraan masyarakat.

Sejak proklamasi kemerdekaan tahun 1945 sampai dengan tahun 1965, bangsa Indonesia mengalami serangkaian pergolakan politik sehingga usaha memperbaiki kesejahteraan masyarakat melalui

VII/3

pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi belum tertangani dengan baik. Perkembangan iptek di Indonesia dalam periode ini diwujudkan antara lain melalui pembangunan berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian, serta berdirinya Organisasi Penyelidikan Ilmu Alam (OPIA) yang selanjutnya berkembang menjadi Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI), dan Lembaga Tenaga Atom Nasional.

Pada masa itu telah diselenggarakan berbagai kegiatan ilmiah seperti Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional pada tahun 1958 di Malang dan pada tahun 1962 di Yogyakarta yang merupakan forum nasional para ilmuwan untuk mengevaluasi perkembangan iptek di Indonesia. Lingkup kegiatan penelitian yang dilaksanakan pada saat itu antara lain mencakup penelitian di bidang pertanian, perikanan, dan biologi. Di bidang pertanian pangan, sejak tahun 1945 sampai dengan tahun 1965 telah berhasil dilepas 34 varitas unggul tanaman pangan yaitu 8 varitas padi sawah, 3 varitas padi gogo, 14 varitas jagung, 2 varitas kedele, 4 varitas kacang tanah, dan 3 varitas kacang hijau.

Dalam rangka pendayagunaan sumber daya laut, pada tahun 1949 didirikan Lembaga Penyelidikan Laut. Sejak tahun 1952 lembaga ini didukung oleh kapal riset Samudera dalam melaksanakan kegiatan penelitian ilmiahnya. Sementara itu, dalam rangka pembangunan wilayah laut nasional untuk menegakkan Wawasan Nusantara, pada tahun 1957 dikeluarkan pengumuman pemerintah yang dikenal sebagai Deklarasi Juanda. Deklarasi ini memiliki nilai historis, politis dan ekonomis yang penting, karena dengan deklarasi tersebut bangsa Indonesia menyatakan bahwa batas laut teritorial nasional adalah 12 mil diukur dari garis yang menghubungkan titik -titik ujung terluar pada pulau-pulau negara Indonesia. Upaya pengembangan kedirgantaraan juga telah dirintis, diawali dengan

VII/4

dibentuknya Panitia Astronautika pada tahun 1962 dan dalam perkembangannya berhasil meluncurkan roket Kartika pada tahun 1964.

Dalam masa PJP I sejak awal Repelita I kegiatan iptek, kelautan dan kedirgantaraan, mulai berkembang secara teratur dan diarahkan terutama untuk menyiapkan bangsa Indonesia menciptakan landasan pembangunan yang kuat untuk lepas landas. Strategi pembangunan iptek dalam PJP I dilaksanakan melalui 4 tahapan transformasi teknologi yang diwujudkan dalam 9 wahana industri dan dikelompokkan menjadi 5 Program Utama Nasional Riset dan Teknologi (PUMAS-RISTEK). Kelima program tersebut adalah program kebutuhan dasar manusia; sumber daya alam dan energi; industrialisasi; pertahanan keamanan; serta sosial, ekonomi, budaya, hukum dan perundang-undangan.

Hasil pembangunan iptek di bidang kebutuhan dasar manusia selama PJP I antara lain tampak nyata di bidang pertanian khususnya tanaman pangan. Di bidang ini telah berhasil dilepas 98 varitas unggul padi dan 79 varitas unggul palawija yang telah berperan besar dan menentukan bagi tercapainya swasembada pangan terutama beras pada tahun 1984.

Di bidang sumber daya alam dan energi, selama PJP I kegiatan survei dan pemetaan telah menghasilkan peta dasar rupa bumi dalam berbagai skala sebanyak 2.546 nomor peta. Di bidang energi, pengembangan iptek dalam bidang migas, batubara, tenaga air, panas bumi, kelistrikan dan berbagai energi alternatif telah meningkat. Di bidang industri antara lain telah dikuasai teknik pembuatan berbagai komponen elektronika, rancang bangun dalam berbagai bidang industri, dan rancang bangun di bidang konstruksi. Pengembangan iptek di bidang

industri berperan besar dalam menumbuhkan industri

VII/5

nonmigas yang sekarang telah menjadi penggerak utama pembangunan.

Di bidang kelautan, hukum laut internasional telah diratifikasi oleh negara ke 60 pada tahun 1993, dan berlaku secara efektif pada tahun 1994. Dengan ratifikasi tersebut, wilayah laut yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan dan keamanan bangsa Indonesia sertambah dengan 2,7 juta kilometer persegi, menjadi kurang lebih 5,8 juta kilometer persegi, Potensi sumber daya laut yang telah banyak dimanfaatkan, antara lain produksi ikan laut sebesar 2,6 juta ton pada tahun 1991 atau 38 persen dari potensi lestari sumberdaya ikan, dan 38 cekungan sedimen dari 60 cekungan sedimen yang diduga mempunyai potensi kandungan hidrokarbon sampai dengan akhir Repelita V.

Di bidang kedirgantaraan, Indonesia telah berhasil memanfaatkan antariksa sebagai wahana komunikasi dengan menempatkan satelit Palapa di orbit geo stasioner. Di bidang industri, sampai dengan tahun keempat Repelita V, kemampuan industri dirgantara melalui strategi tahapan transformasi teknologi telah menghasilkan 228 buah berbagai jenis pesawat terbang dan helikopter, 15 buah diantaranya telah diekspor ke luar negeri. Untuk pengembangan teknologi penginderaan jauh dewasa ini telah tersedia sistem stasiun bumi yang dapat menangkap pancaran dari satelit inderaja di Pare-pare, propinsi Sulawesi Selatan.

Penataan dan pengelolaan kelembagaan iptek yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan melalui pengembangan sistem iptek nasional untuk

VII/6

memadukan sumber daya iptek secara optimal ikut berperan dalam menentukan perkembangan kemajuan iptek. Pada tahun 1984 dibentuk Dewan Riset Nasional (DRN) yang bertugas meningkatkan kegiatan koordinasi, perumusan, dan evaluasi terhadap program-

program nasional iptek. Pada tahun 1990, dibentuk Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) yang terutama bertugas untuk memberikan pertimbangan pada Pemerintah mengenai pembinaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menjelang akhir Repelita V, untuk meningkatkan mutu penelitian dikembangkan program penelitian terpilih (Hibah Bersaing) khusus untuk perguruan tinggi dan program riset unggulan terpadu (RUT) dalam berbagai bidang pembangunan.

Ketersediaan sarana, prasarana, dan sumber daya manusia (SDM) yang senantiasa meningkat dalam bidang iptek, termasuk di bidang kelautan dan kedirgantaraan dalam PJP I, merupakan faktor pendukung bagi keberhasilan pembangunan. Kemajuan dalam pengembangan iptek yang mengarah pada penguasaan proses produksi bagi peningkatan pertambahan nilai baring dan jasa merupakan faktor penting untuk memacu industrialisasi, dan meningkatkan efisiensi produksi dalam menunjang pembangunan nasional. Hasil-hasil pembangunan di bidang iptek yang telah dicapai akan dilanjutkan dan ditingkatkan dalam PJP II. Dalam Repelita VI kegiatan tersebut akan diupayakan melalui kebijaksanaan dan program-program yang lebih terarah, terpadu dan dilaksanakan dengan lebih mantap.

B. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

1. Sasaran, Kebijaksanaan dan Program Repelita VI

VII/7

Sasaran pembangunan iptek dalam Repelita VI adalah meningkatnya kemampuan memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai iptek yang dilaksanakan dengan mengutamakan peningkatan kemampuan alih teknologi melalui perubahan dan pembaharuan teknologi yang didukung oleh pengembangan kemampuan sumber daya manusia, prasarana dan sarana yang

memadai, serta peningkatan mutu pendidikan sehingga mampu mendukung upaya penguatan, pendalaman, dan perluasan industri dalam rangka menunjang industrialisasi menuju terwujudnya bangsa Indonesia yang maju, mandiri, unggul, dan sejahtera.

Sasaran pengembangan iptek adalah terciptanya kelembagaan iptek yang mampu mendukung berkembangnya kemitraan riset, kemampuan iptek di bidang pertanian, industri, dan dunia usaha serta pendidikan iptek yang diharapkan makin tertata dan mampu mengefektifkan kebijaksanaan dan program pengembangan iptek serta mengefisienkan penggunaan sumber dana yang tersedia sesuai dengan perkembangan dan tuntutan pembangunan.

Sehubungan dengan itu, dalam Repelita VI pokok kebijaksanaan dalam pembangunan bidang iptek adalah mengembangkan nilai-nilai iptek dan membentuk budaya iptek di masyarakat; mendorong kemitraan riset; mempercepat upaya manufaktur progressif; meningkatkan mutu produk dan proses produksi, produktivitas, efisiensi, dan inovasi dalam penguasaan iptek; meningkatkan kualitas, kuantitas, dan komposisi sumber daya manusia iptek; dan mengembangkan penataan dan pengelolaan kelembagaan iptek.

Atas dasar sasaran dan kebijaksanaan pembangunan iptek seperti dikemukakan di atas, disusun serangkaian program-program pembangunan sebagai berikut : (1) teknik produksi; (2) teknologi; (3) ilmu pengetahuan terapan; (4) ilmu pengetahuan dasar; dan (5) pengembangan kelembagaan iptek.

VII/8

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Pertama Repelita VI

Peningkatan kemampuan pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan iptek merupakan proses akumulasi yang terjadi

secara terus menerus. Kegiatan iptek disamping menghasilkan pengetahuan baru atau menyediakan informasi ilmiah yang dibutuhkan juga akan menghasilkan masyarakat peneliti yang mempunyai kemampuan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah. Kegiatan penelitian, pengembangan, dan pelatihan dalam berbagai bidang iptek dalam tahun pertama Repelita VI telah meningkatkan akumulasi kemampuan tersebut. Kemampuan ini merupakan modal dasar dalam rangka penerapan iptek untuk menyelesaikan berbagai masalah pembangunan di masyarakat.

Pelaksanaan program-program iptek dalam Repelita VI ditujukan untuk memecahkan berbagai masalah pembangunan seperti kebutuhan dasar manusia, sumber daya alam dan energi, industri, pertahanan dan keamanan, dan sosial budaya, falsafah, ekonomi, hukum dan perundang-undangan yang dikelompokkan ke dalam program teknik produksi, teknologi, ilmu pengetahuan terapan, ilmu pengetahuan dasar, serta program pengembangan kelembagaan iptek. Hasil-hasil pelaksanaan program iptek untuk tahun pertama Repelita VI (1994/95) pada garis besarnya adalah sebagai berikut:

a. Program Teknik Produksi

Program ini ditujukan untuk meningkatkan penguasaan proses produksi dan mutu produk yang lebih efisien dan efektif dalam mendayagunakan teknologi bagi peningkatan proses pertambahan nilai

VII/9

dalam menghasilkan barang dan jasa.

Dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia di bidang pertanian, pada tahun 1994/95 dikembangkan teknologi pertanian yang antara lain menghasilkan galur mutan padi sawah, padi lahan kering, kedelai, kacang hijau, dan gandum melalui iradiasi dan kultur jaringan. Selain

itu, juga telah dihasilkan galur bakteri Rhizobium dan bakteri pelarut fosfat yang efektif untuk inokulasi ganda di lahan marjinal, efisiensi pupuk-N+ dengan menggunakan Azola, serta data teknis penerapan teknik serangga mandul dalam pengendalian hama terpadu yang bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas tanaman.

Di samping berbagai galur mutan yang telah berhasil dikembangkan di atas, pada tahun 1994/95 juga berhasil dilepas berbagai varitas tanaman pangan yaitu 2 varitas padi gogo, 3 varitas padi introduksi, 2 varitas kedele, 1 varitas ubi jalar, dan 1 varitas kacang tunggak. Selanjutnya dalam bidang hortikultura pada tahun yang sama telah berhasil dilepas tambahan 9 varitas durian, 2 varitas salak, 2 varitas melinjo, 1 varitas sawo, 3 varitas mangga, 3 varitas sukun, 2 varitas jeruk, 1 varitas manggis, 3 varitas duku, 1 varitas nangka, 1 varitas markisa, 3 varitas cabe merah, 1 varitas cabe keriting, dan 1 varitas bawang putih. Demikian pula dalam bidang tanaman perkebunan telah berhasil dilepas tambahan 11 varitas karet, 3 varitas kopi, dan 2 varitas kenaf.

Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani bagi konsumsi masyarakat, di bidang peternakan khususnya genetika ternak berhasil dikembangkan teknologi transfer embrio beku sapi perah dan sapi potong, teknik penyimpanan embrio unggas, pembiakan ayam secara in vitro yang menghasilkan ayam kimera, dan semen beku ayam buras hasil

VII/l0

seleksi resistensi terhadap serum koksidiosis dari ayam hutan. Selanjutnya di bidang perikanan, berhasil dikembangkan teknik perekayasaan kromosom triploid untuk produksi masal ikan mas, teknik produksi F2 ginogenetik ikan mas galur Majalaya dan Si Nyonya, serta teknik perekayasaan kromosom poliploid ikan tilapia.

Dalam bidang kesehatan antara lain telah dihasilkan sertifikasi layak pakai formula semi otomatik diagnostik kit hematologi, 10

macam rancangan produk kit biokimia darah, 20 galur mikroba untuk pengembangan kit diagnostik cepat penyakit demam tifoid dengan protein membran luar (OMP), teknologi proses produksi antibiotika eritromisin skala pilot plant, dan teknologi proses produksi sefalosforin dengan fermentasi skala laboratorium. Selain itu, untuk menurunkan prevalensi penyakit kaki gajah, berhasil diisolasi protein antigen dari klon gen Brugia Malayi yang merangsang terbentuknya antibodi protektif, dan berhasil diidentifikasi mikrofilaria dengan menggunakan pelacak DNA.

Dalam rangka pemanfaatan sumberdaya alam, pada tahun 1994/95 berhasil dikembangkan teknik pengolahan batu mulia yang memenuhi kualitas ekspor untuk industri kecil, teknologi pengolahan Nikel dan Kobalt serta logam paduannya. Selain itu, berhasil dikembangkan teknik eksplorasi cebakan uranium, dan teknik proses pemurnian bahan galian radioisotop seperti Ce, I, Th, dan Gd termasuk metoda analisis serta instrumentasi uji kualitasnya. Sementara itu, dalam teknik perlindungan lingkungan berhasil dikembangkan teknik daur ulang limbah padat industri pertambangan.

Di bidang pemetaan dasar hingga tahun 1994/95 telah tersedia 1.435 buah stasiun faring kontrol horizontal, 5.503 buah stasiun dan 22.273 kilometer-lari jaring kontrol sipat datar, 5.317 buah stasiun dan 20.619 kilometer-lari jaring kontrol gaya berat, 153 buah tugu batas untuk penegasan perbatasan, 341 buah stasiun survei geodinamika, dan 3.618

VII/11

nomor peta digital (Tabel VII-1). Bila dibandingkan dengan tahun 1993/94 pelaksanaan program ini menghasilkan tambahan 166 buah stasiun jaring kontrol horizontal, 80 buah stasiun dan 961 kilometer-lari jaring kontrol sipat datar, 427 buah stasiun jaring kontrol gaya berat, 10 buah tugu batas, 76 buah stasiun survei geodinamika, dan 696 nomor peta digital.

Di bidang industri kimia antara lain dihasilkan disain proses produksi pigmen, teknik preparasi katalis, dan teknik pembuatan amina, disain proses pembersih mikrobial skala industri, karakterisasi difusi molekul bioreaktif dan morfologi membran. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan kimia produksi luar negeri, telah berhasil dikembangkan teknik produksi bahan kimia adi, bahan kimia penolong, serta teknik produksi 10 jenis radio isotop dan 17 jenis radiofarmaka.

Di bidang industri rekayasa dan rancang bangun khususnya untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing produksi industri kecil dan menengah berhasil dikembangkan alat pintal sabut kelapa, teknik pembuatan cetakan tempa berkualitas tinggi, teknik pembuatan alat uji tak merusak untuk beton, dan teknik produksi keramik porselen khususnya teknik pencampuran bahan baku, pewarnaan, dan pembakaran termasuk penyempurnaan desain dan dekorasinya. Selain itu, untuk mengurangi ketergantungan atas produk dari luar negeri, berhasil dikembangkan teknik pembuatan kertas dari limbah kelapa sawit, dan disain sistem mekanik dan kontrol elektronik alat scanning tunneling microscope (STM).

Di bidang pertahanan dan keamanan dilanjutkan berbagai kajian antara lain pengkajian industri kendaraan tempur, sistem pengawasan clan pengamanan perairan Indonesia, studi skenario teknologi pertahanan, pengkajian bahan baku peledak dan propelan, studi teknologi bawah air, dan studi teknologi peperangan elektronika. Dari pengkajian ini telah diketahui antara lain daftar komponen kendaraan tempur tank yang mudah aus

VII/12

dan teknologi manufakturnya, data dan informasi kekayaan sumber daya laut secara global dan sistem pengamanannya, teknologi pembuatan bahan propelan, dan karakteristik lingkungan laut bagi optimasi perekayasaan sistem deteksi bawah permukaan laut.

b. Program Teknologi

Program teknologi ditujukan pada usaha mengkaji, menerapkan, dan mengembangkan cara, metoda, teknik, dan piranti rekayasa baru yang lebih efisien dan efektif untuk menyempurnakan produk barang dan jasa yang telah ada maupun membangun yang baru.

Dalam tahun 1994/95, pelaksanaan program teknologi untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia meliputi teknologi pengolahan air masam yang memenuhi persyaratan layak minum, dan peningkatan kesuburan tanah masam untuk budidaya hortikultura. Selain itu, telah dihasilkan teknologi proses pembuatan papan laminasi dari bambu untuk memenuhi kebutuhan bahan baku alternatif bagi permukiman sederhana.

Dalam rangka mengembangkan sumber-sumber energi alternatif, telah dilaksanakan penelitian pemanfaatan gambut, dan energi surya. Pemanfaatan gambut dalam tahun 1994/95 telah diujicobakan sebagai bahan bakar industri dan bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap di Pekanbaru. Selanjutnya telah berhasil dikembangkan teknologi pemanfaatan energi surya untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat terpencil, menggerakkan pompa air, dan mengeringkan kayu. Di samping itu telah berhasil dikembangkan teknologi hibrid yang merupakan perpaduan antara teknologi energi surya dan energi angin.

Dalam pengembangan teknologi energi nuklir telah berhasil dikuasai teknologi fabrikasi, peletisasi, dan perakitan elemen bakar reaktor riset. Penguasaan teknologi ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pasokan bahan bakar nuklir dari luar negeri. Selain itu, telah dikembangkan pula teknologi pengujian komponen nuklir

VII/13

menggunakan akselerator, pembuatan detektor energi sinar beta rendah, alat pengkalibrasi dosimeter, dan detektor foton Co-60.

Dalam bidang industri telah berhasil dikembangkan teknologi kontrol otomatik robot industri untuk pengelasan, sistem pakar untuk audit energi, jaringan neural untuk pemahaman suara, electronic data interchange (EDI) untuk pengelolaan pelabuhan, serta pengendalian ketebalan kertas menggunakan radiasi. Selain itu, juga berhasil dikembangkan teknologi kamus elektronik untuk Bahasa Indonesia yang memuat 5.000 kata. Selanjutnya juga dikembangkan teknologi komposit metal matriks aluminium, pembuatan komposit lapisan tipis superkonduktor suhu tinggi, pemurnian logam tanah jarang CeO2, pembuatan piranti optik mikro, pembuatan baja paduan dan logam Zirkonium.

Selain hasil-hasil yang dikemukakan di atas, telah berhasil pula dikembangkan prototipe blok mesin 100 cc, rancangan alat pendingin udara dan motor listrik, rancangan sistem pembangkit listrik mikro hidro dan bioreaktor, pembuatan prototipe alat pembenam pupuk tablet dan penyiang secara mekanis, prototipe kolektor tabung hampa, rekayasa termometer derau, alat penyerap emisi NOx dan partikulat lain, dan berbagai modul-modul pelatihan untuk teknologi permesinan.

Dalam rangka alih teknologi dari perguruan tinggi ke masyarakat, pada tahun 1994/95 telah berhasil dikembangkan 43 paket penerapan teknologi bagi industri kecil. Penerapan paket-paket ini antara lain telah berhasil meningkatkan kualitas balast elektronik lampu neon produksi industri kecil, penyebaran informasi tentang pemanfaatan limbah kulit kerang untuk dijadikan sumber mineral bagi pakan ternak, dan berbagai peralatan untuk menunjang proses produksi di industri kecil.

VII/14

c. Ilmu Pengetahuan Terapan

Program ilmu pengetahuan terapan ditujukan pada usaha penerapan, pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dasar yang merupakan unsur dalam suatu sistem yang berfungsi sebagai cara baru bagi pelaksanaan teknologi.

Dalam bidang pemenuhan kebutuhan dasar manusia, khususnya di bidang pertanian tanaman pangan, pada tahun 1994/95 berhasil dikembangkan kegiatan pemuliaan tanaman pangan untuk komoditi padi, jagung, kedele, dan ubi kayu. Hasil utama untuk pengembangan produktivitas padi meliputi perbaikan kultivar padi sawah tahan wereng coklat biotipe 3, perbaikan varitas padi untuk lahan pasang surut, gambut, dan rawa lebak. Selain itu dilakukan teknik seleksi somaklonal tanaman padi untuk pengembangan beberapa galur yang memiliki toleransi tinggi pada kondisi lahan pasang surut, rawa lebak, dan cekaman lingkungan.

Untuk jagung, telah dikembangkan beberapa varitas hibrida melalui peningkatan heterosis dasar. Selanjutnya, dalam pengembangan kedele telah ditemukan sistem deteksi dini dan biokontrol penyakit bisul bakteri, dan sistem regenerasi in vitro dan transformasi genetik untuk pembentukan tanaman transgenik. Demikian pula, dikembangkan sistem seleksi beberapa galur bintil akar kedele yang tahan pada kondisi pH rendah dan kekeringan melalui rekayasa genetik, serta perakitan varitas kedele yang tahan terhadap serangan ulat Grayak maupun penyakit Krayak. Dalam upaya pemuliaan ubi kayu, ditemukan 13 isolat amilolitik penghasil poli-B-Hydroxi Butiric Acid.

Beberapa komoditi hortikultura seperti kentang, cabe dan tomat, bawang putih, kacang hijau serta anggrek mendapatkan perhatian juga

VII/15

untuk ditingkatkan produktivitasnya. Pengembangan galur kentang meliputi pengembangan kultivar klon sintetik, produksi anti serum poliklonal dan monoklonal. Untuk cabe dan tomat, telah dikembangkan teknik koleksi isolat-isolat cucumber mosaic virus (CMV) melalui proteksi silang. Identifikasi beberapa galur yang toleran terhadap kondisi sub optimum menghasilkan dua galur toleran dan satu galur peka terhadap kondisi pH rendah dengan kadar Alumina tinggi dan lahan kering. Selain itu, ditemukan pula tiga galur toleran yang mantap.

Dalam rangka menanggulangi permasalahan penyakit mata di sektor kesehatan, dilaksanakan penelitian peranan enzim Glutathion dan Kristalin takson-spesifik pada proses pembentukan Katarak Senilis. Selain itu, juga dilaksanakan kegiatan penelitian untuk penyakit darah seperti Thalassemia dan penyakit Toksoplasma. Dalam rangka itu telah berhasil dilakukan ekstraksi gen serta pembentukan antibodi monoklonal, dan diidentifikasi variasi genetik Thalassemia Beta di beberapa propinsi di Indonesia, serta dikembangkan agen diagnostik Toksoplasma dengan cara imunositokimia. Selanjutnya juga telah diketahui metabolisme parasit malaria serta mekanisme timbulnya kekebalannya terhadap obat guna pengembangan metoda diagnostik baru untuk penyakit ini.

Untuk mendukung program perbaikan gizi masyarakat telah berhasil dikembangkan metoda deteksi biji dan kacang-kacangan untuk mengetahui komposisi zat gizinya, metoda baru rehabilitasi gizi pada diare kronik dengan menggunakan formula makanan dari tempe, dan hubungan antara status unsur Zn dengan tumbuh kembang anak balita.

Dalam bidang sumber daya alam dan energi, pada tahun 1994/95 telah berhasil dibuat zonasi biostratifigrasi pulau Jawa, Sumatera, sebagian Kalimantan, Natuna, dan sebagian Kawasan Timur

VII/16

Indonesia. Selain itu dilakukan pula kuantifikasi pola geometri dan seismik sesar Sumatera, defortifikasi kerak bumi sesar aktif Palu Karo di Sulawesi Tengah, dikembangkan simulator reservoir untuk enhanced oil recovery (EOR), dan deformasi resen kerak bumi daerah Selat Sunda. Demikian pula telah dikaji perkembangan geologi dan tektonik Doang Borderland dan cekungan Spermonde di lepas pantai Sulawesi Selatan dan implikasinya terhadap prospek hidrokarbon.

Masih di bidang sumber daya alam dan energi pada tahun 1994/95 telah berhasil ditetapkan datum tinggi Indonesia, dikembangkan metoda geofisika untuk mendeteksi lokasi alur sungai dan kantong air dalam tanah, diidentifikasi dan dievaluasi parameter gempa bumi dan mitigasinya untuk pembuatan peraturan perencanaan bangunan tahan gempa dan perancangan pesawat tak berawak untuk penginderaan jauh. Selain itu dikembangkan sistem pengolah dan analisis citra digital, dibuat model mikroseismik dan mitigasi bencana geologi pada zona aktif, dan metoda penanggulangan dampak pemanasan global. Dalam hal pengkajian geologi telah berhasil diperoleh data sesar Sumatera, pegunungan Meratus, Karang Sambung, Banggai, Mentawai dan Pegunungan Jayawijaya, diidentifikasi Melange yang menunjukkan adanya subduksi di berbagai kawasan di Indonesia.

Dalam bidang industri, telah dikembangkan berbagai material maju antara lain generator ion untuk substrat optik, fabrikasi Mg-Zn-Ferrite dengan doping oksida logam tanah jarang untuk komponen telekomunikasi gelombang mikro. Selanjutnya dikembangkan pula pengkajian mengenai parameter bahan dan suhu permukaan pada pemakaian baja ferrite perlitik, material untuk baterei padat yang berbasis senyawa Perak dan Tembaga, serbuk logam Ni, Cu, dan Fe, serbuk Zirkonia Toughened Alumina (ZTA). Demikian pula

VII/17

dilakukan penelitian terhadap penggunaan gelas keramik sistem mika, bahan komposit keramik, aluminium cor serta perilaku paduannya yang tahan terhadap kondisi suhu tinggi. Selain itu dikembangkan model analitik perhitungan karakteristik statik dan dinamik dari sayap pesawat yang terbuat dari bahan komposit, metoda karakterisasi pengujian sel surya, sifat termoplastik elastomer karet alam, kristal tunggal silikon, dan bahan senyawa golongan III dan V untuk alat-alat fotonik. Dalam bidang industri pangan telah berhasil dikembangkan teknologi pengolahan ikan hiu, kulit ikan, minyak kacang tanah, buah rumbia, dan emping.

Dalam rancang bangun instrumen-instrumen maju telah berhasil dikembangkan bahan piezoelektrik untuk transducers, transducer ultrasonik untuk benda cair yang terbuat dari film polyfinilidine fluoride (PVdF), sensor cerdik untuk mengukur getaran mekanis, film tebal untuk sensor panas dan sensor tekanan, dan proses fabrikasi sensor mikroelektronika. Demikian pula dalam rancang bangun sistem manufaktur modern telah berhasil dikembangkan satu unit sistem manufaktur fleksibel mini yang terdiri dari sebuah mesin bubut CNC dan sebuah robot gantry, dan pembangkit pulsa laser CO2 berdaya tinggi serta pemanfaatannya untuk pengerasan permukaan baja ferit perlitik.

Sementara itu, dalam rancang bangun alat-alat elektronik telah dihasilkan perangkat semikonduktor dengan teknologi CMOS, miniaturisasi rangkaian elektronik film hibrid tebal, perancangan chip matrix switching dan penerapannya pada sentral telepon, matching co-processor untuk pengolahan citra, alat pandu gelombang, dan modem berkapasitas 9.600 bps serta perangkat jaringan komputer wilayah berkecepatan tinggi.

VII/18

Peningkatan kemampuan di berbagai disiplin ilmu antara lain ilmu fisika menghasilkan penguasaan metoda aktivasi untuk pengukuran reaksi mikroskopis neutron unsur-unsur berumur pendek, dan teknik hamburan neutron untuk penelitian struktur kristal dan struktur magnetik.

d. Ilmu Pengetahuan Dasar

Program ilmu pengetahuan dasar ditujukan pada usaha mendapatkan pemikiran baru yang berorientasi pada usaha pengembangan ilmu pengetahuan terapan dan teknologi. Untuk itu, dilaksanakan berbagai kegiatan penelitian di bidang sosial, ekonomi, budaya, falsafah, hukum dan perundang-undangan, serta bidang matematika dan ilmu pengetahuan alam (MIPA).

Dalam upaya memahami permasalahan strategis di bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya, dalam tahun 1994/95 telah dihasilkan antara lain kajian wawasan kebangsaan masyarakat di kawasan-kawasan industri, dinamika kondisi sosial budaya di kawasan segitiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand, dan dinamika politik kawasan-kawasan Timur Tengah, Eropa, Pasifik Selatan, dan Asia Tenggara.

Untuk memahami dinamika sosial dalam proses industrialisasi dan globalisasi telah dihasilkan antara lain kajian tentang dampak media internasional terhadap remaja di Indonesia, peran budaya dalam pembentukan sikap dan etos kerja orang muda, sejarah hak ulayat masyarakat pesisir, faktor-faktor penyebab timbulnya perambahan hutan, ciri-ciri pola perubahan sosiolinguistik dan sosiokultural pada masyarakat Irian Jaya, dinamika sosial budaya masyarakat Madura, dan daya serap tenaga kerja pada industri kecil.

VII/19

Dalam bidang kependudukan dan keluarga berencana antara lain dihasilkan kajian tentang peranan bidan desa dalam pelayanan kontrasepsi, pengelolaan KIA dan KB di masyarakat, dan pengayoman akseptor KB. Di bidang pariwisata berhasil diidentifikasi karakteristik wisatawan manca negara antara lain negara tempat tinggal, kebangsaan, dan kelompok umur. Di bidang pendidikan anta-ra lain dikembangkan model muatan lokal untuk STM dalam rangka meningkatkan relevansi pendidikan dengan industri setempat di Malang, dan pengembangan pengajaran pendidikan lingkungan hidup untuk pendidikan dasar dalam rangka menunjang pembangunan ber-kelanjutan. Selanjutnya dilaksanakan pula penelitian terhadap pengembangan kurikulum baru, metoda belajar mengajar baru, dan sistem pembinaan tenaga kependidikan, penelitian tentang relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan, penelitian tentang kebijaksanaan pendidikan untuk menunjang Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun, serta penelitian tentang pola partisipasi masyarakat terhadap pendidikan dasar.

Dalam bidang agama, dilaksanakan penelitian dampak indus-trialisasi terhadap kehidupan beragama di Batam dan Sungai Beduk, pengkajian bimbingan beragama dalam menghadapi transformasi kehidupan beragama pada masyarakat di 4 propinsi, pengkajian perilaku keagamaan pada masyarakat nelayan dan petani, serta penelitian kehidupan beragama pada komunitas industri kecil. Selain itu, dilakukan juga penelitian khazanah lektur keagamaan yang meliputi penelitian naskah-naskah kuno yang bernafaskan Islam di luar Jawa, dan lektur keagamaan kontemporer di Indonesia. Sedangkan dalam bidang kesejahteraan sosial dilaksanakan penelitian tentang nilai-nilai yang melandasi kesejahteraan sosial dalam masyarakat, evaluasi tentang pelaksanaan kegiatan bimbingan sosial, evaluasi tentang kegiatan pembinaan lanjut usia/jompo terlantar, pengkajian dan uji coba pola rehabilitasi sosial cacat tubuh di dalam panti.

VII/20

Di bidang pembangunan perkotaan dan perdesaan telah dihasilkan model dinamika sosial usia muda di daerah perkotaan, kajian dampak kerjasama Sijori terhadap pembangunan ekonomi dan politik terhadap perkembangan wilayah pantai Timur Sumatera, kajian tentang perilaku pedagang kaki lima dalam memanfaatkan ruang perkotaan, dan kajian tentang kesenjangan sosial budaya masyarakat kawasan industri di Riau Kepulauan dan Aceh Utara, serta model rekayasa sosial budaya untuk meningkatkan produksi padi dan pangan.

Di bidang transmigrasi, pada tahun 1994/95 dilakukan studi penyusunan pola transmigrasi asal perambah hutan, profil ekonomi transmigran yang terpadu, kajian aspek perbankan dalam permukiman transmigrasi, rekomendasi pengembangan teknik pengelolaan lahan kritis di daerah transmigrasi, dan pengembangan model sistem usaha tani konservasi terpadu.

Di bidang tenaga kerja, pada tahun 1994/95 antara lain telah dilakukan studi dampak perkembangan ekonomi terhadap kesempatan kerja di 66 sektor ekonomi. Dari studi ini, antara lain diketahui bahwa sektor pertanian adalah penyerap tenaga kerja terbesar, terjadi pergeseran penyerapan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri, dan upah dan gaji rata-rata tertinggi terjadi di sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian sedangkan terendah di sektor pertanian dan jasa. Penelitian ketenagakerjaan yang lain menyangkut hubungan antara tingkat upah dengan produktivitas. Dari penelitian ini diketahui bahwa faktor penghambat utama penetapan upah berdasarkan produktivitas adalah kurangnya pengetahuan terhadap metoda penetapannya, di samping sifat produksi, pemasaran dan bahan baku.

VII/21

Di bidang ilmu biologi, pada tahun 1994/95 antara lain dilakukan studi keragaman respon beberapa galur Pinus Merkusii terhadap teknik pembiakan vegetatif, identifikasi genetik plasma nutfah pisang Indonesia, studi populasi dan aspek biologis penyu air tawar, studi kelainan tulang sendi degeneratif pada usia produktif dan manula, dan pengembangan metoda seleksi Bacillus Thuringiensis. Di bidang kedokteran antara lain dilakukan studi antibodi antisperma pada pria infertil, dan pengaruh pemicu terbentuknya radikal bebas terhadap terjadinya komplikasi pada sistem syaraf dan persendian.

Di bidang ilmu fisika pada tahun 1994/95 antara lain dikembangkan metoda penentuan struktur material superkonduktor dan molekul-molekul raksasa seperti polimer. Di bidang ilmu kimia antara lain dilakukan studi tentang kinematika dan termodinamika pembentukan hidrat gas alam hash reaksi antara gas alam berkadar tinggi dengan air laut. Di bidang matematika antara lain dikembangkan metoda volume hingga (finite volume method) untuk analisa dinamika fluida.

Di bidang ilmu geologi, pada tahun 1994/95 antara lain telah dikembangkan model geometri akuifer karstik, hidrodinamika dan hidrokimia sistem aliran air bawah tanah, dan pengaruh aktifitas gempa tektonik di daerah busur subduksi terhadap aktifitas erupsi gunung: Di bidang ilmu rekayasa antara lain dikembangkan model numerik pengolah citra untuk struktur yang terbuat dari beton, dan perbandingan stoikhiometri resin bahan pengeras dan bahan pengisi untuk isolator tegangan tinggi. Di bidang ilmu jiwa antara lain dilakukan studi tentang pengungkapan emosi melalui komunikasi nonverbal di masyarakat dengan latar budaya yang berbeda, dan pengembangan alat ukur psikologis.

VII/22

e. Pengembangan Kelembagaan Iptek

1) Pengembangan Sumber Daya Manusia Iptek

Untuk memacu pembangunan iptek terus ditingkatkan SDM yang bermutu dan terampil melalui pendidikan dan pelatihan terutama dalam bidang-bidang yang sangat diperlukan bagi pembangunan. Untuk itu dilaksanakan pendidikan dan pelatihan baik di dalam maupun di luar negeri.

Di dalam negeri sampai dengan tahun 1994/95 secara kumulatif tercatat 277 orang doktor dan 879 orang magister, atau masing-masing meningkat dengan 11 orang doktor dan 16 orang magister dibanding dengan keadaan tahun 1993/94. Untuk jenjang S3 dan S2 yang dilaksanakan di luar negeri tercatat sebanyak 303 orang doktor, dan 1.532 orang magister, atau meningkat sebanyak 9 orang doktor dan 12 orang magister dibanding dengan keadaan tahun sebelumnya. Untuk pendidikan tenaga peneliti di semua sektor dalam tahun 1994/95 tercatat penambahan 122 orang doktor, serta 1.302 orang magister dan sarjana. Dengan demikian, sampai dengan tahun 1994/95 secara kumulatif tercatat 3.933 orang doktor, serta 51.021 magister dan sarjana (Tabel VII-2).

Sementara itu, untuk lebih mengintegrasikan kegiatan pendidikan dan penelitian di perguruan tinggi, pada tahun 1994/95 telah dikembangkan upaya peningkatan mutu penelitian pasca sarjana dengan pemberian bantuan bagi peneliti secara kompetitif. Dengan makin meningkatnya jumlah dan kualitas SDM iptek diharapkan makin meningkat pula kemampuan dalam mengembangkan dan menguasai iptek untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam pembangunan.

VII/23

2) Pembangunan Prasarana Penelitian

Dalam rangka meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan yang lebih efisien dan produktif, sarana dan prasarana iptek terus ditingkatkan secara sertahap sesuai kebutuhan. Dalam tahun 1994/95, antara lain dimulai pembangunan laboratorium limnologi di Cibinong seluas 1.600 m2 dan diselesaikan pembangunan laboratorium fisika terapan, elektroteknika, geoteknologi, dan kimia terapan seluas 2.400 m2 di Bandung, serta dilanjutkan pembangunan fasilitas rekayasa peralatan industri di Lampung. Selain itu, telah direhabilitasi 11 unit rumah kaca di 4 Kebun Raya di Bogor dan Cibodas di Jawa Barat, Purwodadi di Jawa Timur, dan Bedugul di Bali. Dalam bidang bioteknologi, dilanjutkan pembangunan laboratorium biologi molekuler di Jakarta, dan diselesaikan pembangunan laboratorium bioteknologi di Cibinong seluas 1.950 m2 yang dilengkapi dengan 103 unit peralatan.

3) Penyebaran dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Penyebaran dan pemasyarakatan iptek terus dilakukan dengan ditujukan untuk membentuk budaya iptek, meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan penguasaan iptek, serta memberi kesempatan kepada masyarakat untuk memanfaatkan hasil-hasil penelitian dan pengembangan yang tersedia. Dalam upaya mendorong industri kecil memanfaatkan hasil penelitian dan pengembangan, pada tahun 1994/95 antara lain telah dimulai pelaksanaan penelitian VII/24

bersama antara perguruan tinggi dan industri kecil di Jawa Barat dan DI Yogyakarta dalam bidang-bidang industri logam dan elektronika, sandang dan kulit, pangan dan agribisnis, kimia dan bahan bangunan, serta kerajinan. Untuk menumbuhkembangkan wawasan iptek sejak dini terutama untuk anak

dan remaja, telah dibangun Pusat Peragaan Ilmu dan Teknologi di Taman Mini Indonesia Indah. Selain itu, dilanjutkan kegiatan pemasyarakatan hasil penelitian melalui berbagai media massa, pameran, organisasi ilmiah, dan seminar-seminar. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan iptek di masyarakat.

C. KELAUTAN DAN KEDIRGANTARAAN

1. Sasaran, Kebijaksanaan dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan kelautan dalam Repelita VI dititikberatkan pada penguatan, pendalaman, peningkatan, perluasan, dan penyebaran industri kelautan ke seluruh wilayah Indonesia. Dalam Repelita VI produksi penangkapan dan budi daya perikanan laut diproyeksikan mencapai 3,4 juta ton per tahun atau rata-rata pertumbuhannya sebesar 5 ,2 persen per tahun. Industri perkapalan, diupayakan dapat membangun dan merawat kapal sampai dengan ukuran 100 ribu dead weight ton (DWT). Industri bangunan lepas pantai diharapkan mampu memproduksi konstruksi bangunan lepas pantai sampai kedalaman 300 meter. Selain itu, juga akan ditetapkan batas wilayah perairan di Zona Ekonomi Eksklusif.

Berkenaan dengan sasaran tersebut, pokok kebijaksanaan pembangunan kelautan dalam Repelita VI adalah menegakkan kedaulatan dan yurisdiksi nasional; mendayagunakan potensi laut dan

VII/25

dasar laut; meningkatkan harkat dan taraf hidup nelayan; mengembangkan potensi berbagai industri kelautan nasional dan penyebarannya di seluruh wilayah tanah air; memenuhi kebutuhan data dan informasi kelautan serta memadukan dan mengembangkannya dalam

suatu jaringan sistem informasi geografis kelautan; dan memper -tahankan daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan hidup laut.

Sasaran pembangunan kedirgantaraan pada Repelita VI dalam rangka penegakan kedaulatan adalah terwujudnya penyempurnaan kelembagaan kedirgantaraan nasional, tersusunnya konsepsi kedir-gantaraan nasional, tersusunnya peraturan perundang-undangan kedirgantaraan nasional, berhasilnya perjuangan dalam forum internasional tentang geo stationery orbit (GSO), dan ratifikasi berbagai konvensi internasional.

Selanjutnya, sasaran pengembangan teknologi kedirgantaraan pada Repelita VI adalah meningkatnya penguasaan teknologi kedirgantaraan, berkembangnya rekayasa dan produksi konfigurasi pesawat terbang dengan kapasitas 50 - 80 orang dengan kecepatan transonik, terwujudnya pelayanan informasi inderaja nasional, tersedianya peta dasar rupa bumi yang mampu memenuhi kebutuhan, serta meningkatnya kemampuan nasional untuk mendukung sistem navigasi. Juga diharapkan dapat terpenuhi peta angin dan peta insolasi, terciptanya industri yang membuat perangkat keras dan lunak bagi pengembangan energi angin dan surya, meningkatnya kemampuan dalam prakiraan iklim dan cuaca, serta telah dirumuskannya pola pemanfaatan ruang dirgantara nasional.

Berkenaan dengan sasaran tersebut, kebijaksanaan pembangunan kedirgantaraan dalam Repelita VI pada pokoknya adalah menegakkan kedaulatan atas wilayah dirgantara nasional; mengembangkan potensi industri dirgantara; mencukupi kebutuhan transportasi udara dan menjamin keselamatan penerbangan; serta menjamin kelestarian fungsi lingkungan dirgantara.

VII/26

Atas dasar sasaran dan kebijaksanaan seperti yang dikemukakan di atas, maka program pembangunan kelautan dalam Repelita VI terdiri atas: (1) inventarisasi dan evaluasi potensi laut; dan pengembangan kemampuan pemanfaatan kelautan. Selanjutnya program kedirgantaraan terdiri atas: (1) penyediaan jasa kedirgantaraan; (2) pemanfaatan teknologi dirgantara; dan pembinaan kedirgantaraan.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Pertama Repelita VI

Pembangunan kelautan merupakan pembangunan seluruh aspek kelautan yang mencakup wilayah kelautan, kehidupan masyarakat maritim, beserta potensi sumber daya dan komponen pendukungnya. Pembangunan kedirgantaraan mencakup wilayah dirgantara sebagai wilayah kepentingan yang diperjuangkan bagi kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan. Dengan demikian, pembangunan kelautan dan kedirgantaraan antara lain bertujuan agar bangsa Indonesia mempunyai kemampuan untuk mengelola dan memanfaatkan seluruh potensi yang terkandung di wilayah perairan dan dirgantara.

a. Kelautan

1) Program Inventarisasi dan Evaluasi Potensi Laut.

Program inventarisasi dan evaluasi ditujukan untuk memperoleh data dan informasi kelautan melalui kegiatan survei dan pemetaan laut, pelestarian fungsi lingkungan dan penataan ruang laut, dan jaringan sistem informasi geografis kelautan.

VII/27

Upaya untuk memanfaatkan dan mendayagunakan potensi laut membutuhkan data dan informasi kelautan yang akurat. Kegiatan kelautan dalam tahun pertama Repelita VI meliputi upaya untuk memperoleh antara lain data dasar geologi, geofisika, oseanografi, peta laut, lokasi potensi ikan, keanekaragaman potensi kekayaan biota laut, serta pelestarian lingkungan laut dan memadukannya dalam jaringan sistem informasi geografi kelautan. Data dan informasi tersebut selanjutnya digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan wilayah laut dan pesisir berdasarkan kemampuan sumberdaya yang tersedia. Data ini juga menjadi masukan dalam penyusunan Strategi Nasional Pengembangan Pala Tata Ruang (SNPPTR), yang juga mencakup matra laut dan udara disamping matra darat.

Dalam pelaksanaan kegiatan survei dan pemetaan laut, pada tahun 1994/95 tercatat 233 titik pangkal dan 30 nomor peta garis pangkal. Dengan demikian apabila dibandingkan dengan tahun 1993/94, maka pada tahun 1994/95 terdapat penambahan masing-masing sebanyak 12 titik dan 10 nomor peta. Selanjutnya dalam tahun tersebut juga dilaksanakan survei datum bersama Indonesia dan Australia di celah Timor guna menentukan parameter transformasi antara datum Indonesia dan datum Australia. Kegiatan pemetaan geologi dasar laut dangkal yang dilaksanakan di 4 lokasi di selat Sunda, perairan Belitung, perairan Bangka Utara, dan Riau Kepulauan menghasilkan 4 nomor peta dengan skala 1:250.000, dan 2 nomor peta dengan skala 1 : 1.000.000 di kepulauan Aru dan laut Sawu di Maluku.

Kegiatan survei dan pemetaan laut dalam tahun 1994/95 juga menghasilkan 49 nomor peta lingkungan pantai Indonesia (LPI) dengan skala 1:50.000 untuk daerah Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur. Selain itu, dihasilkan pula 10 nomor peta LPI dengan skala 1:250.000 untuk daerah Sulawesi Utara dan

VII/28

Kalimantan Timur, serta 44 nomor peta lingkungan laut nasional (LLN) dengan skala 1:500.000.

Dalam upaya mendukung penyediaan basis data kelautan dilaksanakan pula penyusunan peta LPI dalam bentuk digital dengan skala 1:50.000 sebanyak 30 nomor peta, skala 1:250.000 sebanyak 12 nomor peta, dan skala 1:500.000 sebanyak 44 nomor peta. Untuk meningkatkan perbendaharaan data dasar kelautan, dalam tahun 1994/95 dipasang 3 buah stasiun pasang surut baru di Pemangkat di propinsi Kalimantan Barat, Ende di propinsi Nusa Tenggara Timur, dan Jayapura di Irian Jaya.

Kegiatan pemetaan laut lainnya diarahkan untuk keperluan perencanaan fisik wilayah laut dan pantai. Untuk itu, kegiatan pemetaan batimetri yang dilaksanakan dalam tahun 1994/95 menghasilkan tambahan peta dengan skala 1:250.000 sebanyak 13 nomor peta perairan Kalimantan Timur, 18 nomor peta perairan sekitar Kupang di Nusa Tenggara Timur, 10 nomor peta perairan sekitar Biak di Irian Jaya, dan 15 nomor peta perairan sekitar Ambon di Maluku. Selanjutnya telah dikembangkan penerapan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk mengevaluasi kesesuaian lahan untuk tambak udang di Lampung, dan mengevaluasi kenaikan paras laut dan penurunan permukaan tanah di daerah Semarang.

Pada tahun 1994/95 juga dilaksanakan berbagai kegiatan survei kelautan antara lain survei dinamika wilayah pantai di perairan Madura - Kangean di Jawa Timur, perairan Bali Timur, dan perairan Lombok Barat di Nusa Tenggara Barat untuk melengkapi liputan data wilayah pantai bagi keperluan perencanaan sumber daya kelautan di propinsi-propinsi tersebut.

VII/29

Untuk mengetahui potensi sumber daya perikanan di wilayah pesisir laut, pada tahun itu juga dilakukan survei di perairan sekitar Majene - Ujung Pandang di Sulawesi Selatan, perairan Menado di Sulawesi Utara, perairan Seram dan Ambon di Maluku, perairan sekitar Kupang di Nusa Tenggara Timur, dan perairan Biak di Irian Jaya. Demikian pula, untuk memperoleh data tentang karakteristik ekosistem di wilayah pantai, telah dilakukan survei perairan sekitar Manado di Sulawesi Utara, Ambon dan Seram di Maluku, Kupang di Nusa Tenggara Timur, Biak di Irian Jaya. Sedangkan untuk mengetahui tata guna lahan wilayah pantai telah dilakukan survei di sekitar pesisir Bangka di Sumatera Selatan seluas 580 ribu hektare yang menghasilkan 13 nomor peta, dan pesisir Jawa Timur - Madura seluas 470 ribu hektare yang menghasilkan 33 nomor peta. Untuk keperluan informasi cuaca, pada tahun 1994/95 dilaksanakan survei terhadap variasi iklim di wilayah pantai sekitar perairan-perairan selat Bangka di Sumatera Selatan, Madura - Kangean di Jawa Timur, Bali, Lombok di Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Biak di Irian Jaya.

Dalam rangka pengumpulan data tentang potensi kekayaan keragaman hayati laut, pada tahun 1994/95 dilaksanakan inventarisasi ikan hias dan ekspedisi kelautan yang menghasilkan data sebaran jenis biota dan kondisi perairannya di P. Weh di Aceh, P. Nias di Sumatera Utara, dan P. Siberut di Sumatera Barat, P. Rinca di Flores, dan P. Derawan di Kalimantan Timur.

Kegiatan kelautan yang penting pula adalah pelestarian fungsi lingkungan dan penataan ruang laut. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mengatur secara seimbang kepentingan semua pihak dalam memanfaatkan sumber daya laut dengan tetap memperhatikan nilai guna secara optimal. Untuk itu; dalam tahun 1994/95 telah dilaksanakan kegiatan pemantauan tingkat pencemaran

VII/30

laut di muara Kali Porong dan Kali Mas di Surabaya, pemantauan kestabilan karakteristik kandungan nitrogen di muara sungai di Teluk Jakarta, pengaruh tingkat keracunan Kadmium dan Fenol terhadap benih ikan kakap dan udang windu, serta pemantauan distribusi Red Tide kondisi pencemaran laut di perairan Teluk Jakarta, Lampung, Balikpapan, Ujung Pandang, dan Kupang.

Dalam upaya melestarikan ekosistem terumbu karang dikem-bangkan jaringan pemantauan terumbu karang secara nasional antara lain kegiatan kursus selam dan metodologi penelitian kondisi terumbu karang secara terintegrasi. Untuk itu, pada tahun 1994/95 telah dilatih sebanyak 140 orang tenaga profesional survei bawah laut, masing-masing sebanyak 36 orang di Manado, 28 orang di Ambon, 29 orang di Mataram, 22 orang di Surabaya, dan 25 orang di P. Pari Jakarta.

Dalam rangkaian kegiatan jaringan pemantauan terumbu karang tersebut dikembangkan kriteria standar kerusakan terumbu karang yang dapat digunakan secara nasional. Metodologi yang dikembang-kan dalam pelatihan tersebut telah diterapkan pada tahun 1994/95 di kepulauan Karimun Jawa, P. Pari di kepulauan Seribu, dan perairan Bakauheni di Lampung.

Untuk ekosistem mangrove, pada tahun 1994/95 dilaksanakan survei penentuan status ekosistem mangrove dalam kawasan Suaka Margasatwa Sembilang di Sumatera Selatan, dan kawasan teluk Bintuni di Irian Jaya, serta kawasan Suaka Margasatwa di P. Komodo. Sementara itu, untuk mengetahui peran ekosistem estuari sebagai tempat asuhan bagi udang dan ikan, dilaksanakan survei di muara sungai Musi Banyuasin. Sedangkan untuk mengetahui pencemaran lingkungan di pesisir pantai, ditelaah penggunaan foraminifera sebagai bioindikator pencemaran.

VII/31

Program inventarisasi dan evaluasi potensi laut didukung oleh kegiatan pembentukan jaringan sistem informasi geografis kelautan. Untuk itu dalam tahun 1994/95 dikembangkan penataan koleksi referensi, dan penyempurnaan sistem pengelolaan data oseanografi pada beberapa jaringan basis data kelautan di Bandung, Riau dan Ambon.

2) Program Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan

Program pemanfaatan sumber daya kelautan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan nasional dalam mendayagunaan dan memanfaatkan potensi kekayaan laut Nusantara. Untuk itu dilaksanakan berbagai kegiatan pembinaan organisasi kelautan, peningkatan kemampuan untuk memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai iptek kelautan dan pengembangan sumber daya manusia kelautan.

Dalam rangka pembinaan organisasi kelautan, pada tahun 1994/95 telah dikembangkan Badan Pengelolaan Pembangunan Kelautan yang bertugas untuk mengkoordinasikan pembangunan kelautan di Sulawesi Selatan. Di samping itu juga dibentuk gugus tugas propinsi yang beranggotakan unsur pemerintah, masyarakat dan dunia usaha untuk menangani permasalahan kelautan.

Dalam rangka peningkatan kemampuan untuk memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai iptek kelautan, telah dilakukan berbagai upaya untuk mendayagunakan potensi kelautan, khususnya mengetahui manfaat dari potensi biota laut. Untuk itu pada tahun 1994/95 antara lain dilaksanakan penelitian teknik pembenihan tiram mutiara di Tanjung Ringgit di Lombok, uji coba produksi teripang di Lampung, uji coba produksi masal benih rajungan di P. Pari di Kepulauan Seribu, dan dilanjutkan penyusunan pedoman kelimpahan,

VII/32

komposisi dan sebaran plankton di daerah Sumatera Barat guna melengkapi data untuk perairan Indonesia.

Dalam upaya mendukung pengembangan penelitian bidang kelautan, pada tahun 1994/95 telah dimulai kegiatan pembangunan stasiun kelautan di Lombok Nusa Tenggara Barat, serta dilengkapi fasilitas stasiun kelautan di pulau Pari di Kepulauan Seribu, dan diselesaikan pembangunan stasiun oseanografi di Biak Irian Jaya seluas 347 m2.

b. Kedirgantaraan

Upaya pemanfaatan wilayah dan sumberdaya dirgantara memerlukan penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penggunaan sumberdaya yang terdapat di udara untuk keperluan energi, pertanian dan industri, pembangunan industri dirgantara, dan sebagai media transportasi. Pelaksanaan kegiatan kedirgantaraan dalam tahun pertama Repelita VI telah meningkatkan kemampuan penyediaan jasa kedirgantaraan melalui penguasaan teknologi penginderaan jauh, pemanfaatan energi angin dan surya, jasa inderaja iklim dan cuaca, serta pengembangan komunikasi.

1) Program Penyediaan Jasa Kedirgantaraan

Program penyediaan jasa kedirgantaraan ditujukan untuk mendorong, menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan industri jasa kedirgantaraan dalam menghasilkan berbagai produk jasa kedirgantaraan. Untuk itu, dalam tahun 1994/95 berhasil dikuasai proses akuisisi. data penginderaan jauh dari satelit Landsat, SPOT, ERS-1, NOAA dan GMS untuk wilayah Indonesia. Penguasaan proses akuisisi ini bermanfaat dalam menunjang kegiatan inventarisasi, perencanaan, dan pemantauan serta eksploitasi sumber daya alam di

VII/33

berbagai sektor pembangunan. Pada tahun 1994/95, teknologi inderaja antara lain telah diterapkan untuk memantau kekeringan, memperkirakan datangnya musim hujan, memantau kebakaran hutan, menentukan daerah rawan bencana banjir dan letusan gunung berapi, serta menyediakan informasi daerah penangkapan ikan laut.

Dalam upaya meningkatkan pelayanan data dan informasi inderaja kepada pengguna telah dikembangkan model pengolahan data inderaja berbasis komputer pribadi, dan dilakukan pelatihan guna memahami dan memanfaatkan data dan informasi inderaja. Sampai saat ini lebih dari 48 instansi Pemerintah, perguruan tinggi, dan dunia usaha telah memanfaatkan jasa inderaja dalam melaksanakan kegiatan pembangunan. Pada tahun 1994/95 telah ditingkatkan pula kemampuan Sistem Stasiun Bumi Satelit Penginderaan Jauh guna mengatasi masalah pemantauan wilayah Indonesia yang tertutup awan dengan menerapkan teknologi gelombang mikro.

Kegiatan pemotretan udara dalam tahun 1994/95 telah menghasilkan foto udara untuk pemetaan rupa bumi digital beberapa daerah di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Timor Timur, Sumatera Utara, dan Irian Jaya. Juga dihasilkan model peta navigasi udara dengan skala 1:250.000 untuk daerah Denpasar di Bali, dan Mataram di Lombok. Pemetaan udara dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) Kinematik telah berhasil diselesaikan untuk daerah Biak di Irian Jaya, Seram Barat di Maluku, dan Kalimantan Timur.

2) Pemanfaatan Teknologi Dirgantara

Program ini dimaksudkan untuk memperluas jangkauan pemanfaatan teknologi dirgantara agar dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Dalam tahun 1994/95, pemanfaatan teknologi

VII/34,

dirgantara diutamakan untuk mendukung pembangunan industri peroketan dan pemanfaatan energi angin.

Di bidang peroketan telah dikembangkan struktur roket satu tingkat dan dua tingkat yang telah diuji terbang secara terkendali dan pasif. Selanjutnya dikembangkan pula formula baru bahan bakar motor roket dengan propelan Hydroxy Terminated Poly Butadiene (HTPB) yang mampu memberikan daya dorong roket sampai 200 kg/detik, sesuai standar internasional roket sonda. Selain itu, telah dapat dikembangkan model muatan roket berupa perangkat pengukur data atmosfer.

Dalam pemanfaatan energi angin, telah dilengkapi 31 unit Pembangkit Listrik Tenaga Bayu di Desa Angin Percontohan di Jepara yang menghasilkan listrik sebesar 38 KW, termasuk 2 lokasi di kabupaten Maluku Tengah propinsi Maluku, dan kabupaten Lombok Timur propinsi Nusa Tenggara Barat, yang dibangun pada tahun 1994/95. Di samping itu, telah dilakukan pemetaan potensi energi angin pada 20 lokasi di Indonesia, termasuk tambahan 2 lokasi pada tahun 1994/95.

Dalam rangka pengembangan model perubahan iklim global, pada tahun 1994/95 dilakukan penelitian parameter cuaca, perilaku parameter atmosfer, dan gangguan atmosfer seperti El Nino and Southern Oscillation (ENSO), Quasi Bienial Oscillation (QBO), dan badai tropis, serta efek rumah kaca. Untuk mengantisipasi penyimpangan iklim di Indonesia telah dikembangkan model prakiraan cuaca, dan penelitian profil ozon di atas wilayah Indonesia. Penelitian profil ozon ini menunjukkan bahwa kondisi ozon di atas wilayah Indonesia masih normal dan aman terhadap radiasi. ultraviolet. Sementara itu, kegiatan pemantauan polusi gas CO, CO2, SO2, aerosol dan hujan asam menghasilkan kesimpulan bahwa pada

VII/35

kebanyakan daerah di Indonesia kadarnya pada umumnya masih relatif rendah dan dibawah ambang batas.

Dalam rangka meningkatkan kualitas komunikasi teresterial dengan menggunakan komunikasi radio frekuensi HF, telah dilakukan prediksi frekuensi dengan penelitian ionosfer dengan mendayagunakan jejaring Stasiun Pengamat Dirgantara (SPD). Prediksi frekuensi tersebut telah digunakan untuk komunikasi radio antar Ibu Kota propinsi, untuk keperluan pertahanan keamanan, dan hubungan antar kecamatan di Kawasan Indonesia Timur.

3) Pembinaan Kedirgantaraan

Program pembinaan kedirgantaraan ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam pemanfaatan kawasan dirgantara. Pada tahun 1994/95 dilanjutkan perjuangan penegakan kedaulatan atas wilayah dirgantara melalui forum internasional. Dalam rangka meningkatkan peran dan partisipasi Indonesia dalam kegiatan kedirgantaraan di forum regional dan internasional, pada tahun 1994/95 delegasi Indonesia mengikuti Konperensi Tingkat Menteri tentang Aplikasi Antariksa bagi Pembangunan Asia Pasifik. Forum tersebut menghasilkan program kerjasama regional tentang aplikasi antariksa bagi pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

VII/36

Dalam upaya pembinaan kedirgantaraan nasional, pada tahun 1994/95 diadakan sidang paripurna Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional Republik Indonesia (DEPANRI) untuk menyusun dan memantapkan konsepsi kedirgantaraan nasional.