library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab1doc/rs1_2017_2... · web viewdki...
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata merupakan sektor yang menjadi peran penting dalam usaha meningkatkan
pendapatan indonesia dan menjadi kunci dalam mengenalkan negara Indonesia yang memiliki
keindahan alam dan keanekaragaman budaya, dan sejarah bangsa Indonesia kepada mata
internasional dan maupun bangsa Indonesia sendiri, sehingga perlu menjaga dan meningkatkan
sektor pariwisata ini. Hal ini dikarenakan pariwisata menjadi sektor penting yang dapat
dikembangkan sebagai salah satu potensi kekayaan bangsa Indonesia.
Menurut undang – undang No.10 tahun 2005 bab 1 pasal 1 tentang kepariwisataan,
pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
Destinasi adalah tempat yang dikunjungi dengan waktu yang signifikan selama
perjalanan seseorang dibandingkan dengan tempat lain yang dilalui selama perjalanan. (Pitana
2009 dalam jurnal Hary Hermawan 2017) Sedangkan menurut Philip Kotler (2017:510) destinasi
adalah tempat dengan beberapa bentuk batas nyata atau yang dirasakan, seperti batas fisik sebuah
pulau, batas-batas politik, atau bahkan batas-batas yang dibuat oleh pasar.
Wisata merupakan suatu kegiatan bepergian dari suatu tempat ke tempat tujuan lain di
luar tempat tinggalnya, dengan maksud bukan untuk mencari nafkah, melainkan untuk
menciptakan kembali kesegaran baik fisik maupun psikis agar dapat berutinitas kembali.
(Fandeli 1995 dalam jurnal Riwayatiningsih 2017)
Pemasaran pariwisata adalah sistem yang dijalankan oleh suatu organisasi yang
berorientasi bisnis pariwisata baik dalam lingkup lokal, nasional, maupun internasional untuk
melakukan identifikasi wisatawan yang mempunyai potensi untuk melakukan konsumsi
pariwisata. (Yoeti 2008 dalam jurnal Faisal Akbar 2017)
Tabel 1. 1 Perolehan Devisa Indonesia Menurut Lapangan Usaha
Sumber: BPS dan Pusdatin Kementerian Pariwisata Indonesia 2015
Pada masa sekarang ini pariwisata Indonesia dihidupkan kembali dengan tujuan untuk
meningkatkan perekonomian negara. Menurut Tabel1.1 Perolehan Devisa Indonesia Menurut
Lapangan Usaha, dalam laporan kerja bersama [Kemenpar] Kementerian Pariwisata Indonesia,
hasil data menunjukan pariwisata sebagai salah satu tulang punggung perekonomian bangsa
Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2016, pariwisata memperoleh USD 13.568 juta, Di tahun
2019 Industri Pariwisata diproyeksikan menjadi penghasil devisa terbesar, USD 24 Miliar,
melampaui sektor migas, batubara dan minyak kelapa sawit.
Munculnya sektor pariwisata, pastinya mendatangkan beberapa dampak diberbagai aspek
antara lain dampak lingkungan, dampak ekonomi, dampak sosial dan budaya. Dari segi ekonomi
menurut Menteri Pariwisata Indonesia Arief yahya sektor pariwisata merupakan sumber
pendapatan devisa bagi pemerintah sejak tahun 2016 mengalahkan industri migas dibawah
pemasukan dari minyak sawit mentah, segi kebudayaan memberikan dampak positif dalam
promosi wisata Indonesia dimata masyarakat indonesia dan internasional dalam laporan kerja
Kementerian Pariwisata Indonesia, Indonesia mendapatkan 21 penghargaan di 10 negara
dibilang promosi selain itu promosi pariwisata indonesia sudah tersebar dengan munculnya
gerakan promosi penayangan media ruang di beberapa negara seperti di Paris dan Times square
New York USA. (Finance.detik.com ,2017)
Menurut presiden Indonesia Joko Widodo, pariwisata sebagai sektor yang strategis dan
menjadi kegiatan antar sektor pembangunan, sehingga pariwisata dapat menggerakkan
perekonomian bangsa karena berhasil meningkatkan intensitas kunjungan pariwisata pada
Agustus 2015 sebesar 2,87% atau sebesar 850.000. (BeritaSatu.com 2015)
Tabel 1. 2 Laporan Perkembangan Pariwisata 2017: Asia and the Pacific
Sumber: World Economic Forum 2017
Menurut Tabel 1.2 Laporan Perkembangan Pariwisata 2017: Asia and the Pacific, dalam
data survei The Travel & Tourism Competitiveness Report 2017 Indonesia menempati urutan 42
dengan nilai 4.16 dalam peringkat dunia dibidang persaingan sektor pariwisata, meningkat 8
peringkat dari tahun 2015 diatas Sri Langka dan Vietnam. Saat ini negara- negara di dunia secara
terus-menerus mempromosikan objek-objek wisatanya melalui pesona keindahan alam, budaya,
dan pelayanan untuk menarik para wisatawan untuk berkunjung, selain itu media promosi turut
digunakan oleh pemerintah sebagai sebuah strategi pemasaran dalam menarik perhatian para
wisatawan dalam memberikan informasi mengenai keindahan yang ada di objek wisata tersebut.
Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk meningkatkan jumlah wisatawan untuk
berkunjung ke objek wisata di Indonesia menggunakan berbagai strategi dalam meningkatkan
sektor pariwisata setiap daerah karena pada dasarnya daerah yang mempunyai sisi pariwisata
yang baik dapat meningkatkan jumlah wisatawan.
Gambar 1. 1 Pencapaian Pariwisata Indonesia Tahun 2015
Sumber: Kementerian Pariwisata Indonesia
Perkembangan Indonesia yang cukup baik dalam meningkatkan sektor pariwisata
Indonesia. Pada Gambar 1.1 Pencapaian Pariwisata Indonesia Tahun 2015, Indonesia
memperoleh banyak pencapaian antara lain Wonderful Indonesia menempati peringkat 47
branding terbaik dunia, dan didalam the travel & Tourism Competitiveness Report 2017,
Indonesia telah berhasil membuat sebagian besar sumber daya alamnya diakui secara global
(peringkat 14, skor 4.75). Untuk mengembangkan sektor pariwisata.
Menurut Sekretariat Kabinet Republik Indonesia M. Arief Khumaedy, Indonesia telah
mengutamakan sektor pariwisata sebagai pendorong penting pengembangan ekonomi dan
menjadi negara dengan kebijakan visa terkuat kedua. Jumlah wisatawan internasional sebesar
10,406,759 wisatawan dengan total pendapatan USD 10.761,0 juta. Dalam bidang ekonomi,
PDB industri pariwisata dan perjalanan adalah sebesar USD 28,208.9 juta dan terdapat 3.468.400
pekerjaan di sektor pariwisata. Sehingga saat ini pariwisata mewakili 6% dari ekspor negara,
pemerintah mengakui potensi pariwisata dan perjalanan dan menginvestasikan sekitar 9% dari
anggaran Negara untuk sektor pariwisata. (Setkab.go.id, 2017)
Tabel 1. 3 Perkembangan Wisatawan di Indonesia 2013-2017
Jenis Wisatawan Tahun Total
2014 2015 2016 2017
Wisatawan
Mancanegara
(Juta
Kunjungan)
9,4 10,4 12 15 55,6
Wisatawan
Nusantara
(Juta
Kunjungan)
251 255 260 265 1.281
Sumber: Pusdatin dan Kementerian Pariwisata 2017
Menurut Tabel 1.3 Perkembangan Wisatawan di Indonesia 2014 - 2017, secara nasional
jumlah wisatawan mancanegara sampai akhir tahun 2017 meningkat sebesar 55,6 juta kunjungan
serta diikuti oleh wisatawan nusantara meningkat sebesar 1.281 juta kunjungan. Wisatawan
mancanegara adalah setiap pengunjung yang mengunjungi suatu negara di luar tempat
tinggalnya, wisatawan nusantara sendiri adalah warga negara yang melakukan perjalanan di
dalam negeri dengan tujuan untuk berwisata / bertamasya. Kementerian pariwisata Indonesia
sendiri telah memberikan informasi mengenai keindahan keanekaragaman pariwisata indonesia
untuk meningkatkan kebutuhan masyarakat mengenai informasi tempat pariwisata tersebut baik
secara kondisi lingkungan alam yang indah, maupun kebudayaan masyarakat lokal sekitar objek
wisata tersebut, pilihan akses transportasi baik melalui udara, darat ataupun transportasi laut,
serta ekonomi kreatif kerajinan lokal yang dipamerkan dalam bentuk pertunjukan atau pameran
juga dapat menjadi potensi daya tarik masyarakat untuk mendukung promosi pariwisata
Indonesia, dengan tujuan wisatawan yang akan berkunjung ke suatu destinasi memiliki suatu
gambaran pengalaman tersendiri akan destinasi tersebut, selain itu pemerintah memberikan
harapannya wisatawan dapat merasa dimudahkan dalam berwisata dan merasa puas maupun
loyal.
Gambar 1. 2 10 Destinasi Pariwisata Prioritas
Sumber: Kementerian Indonesia
Bangsa Indonesia memiliki banyak potensi wisata untuk dikembangkan menjadi destinasi
pariwisata tingkat dunia, karena bangsa Indonesia memiliki keindahan alam, kekayaan budaya
dan keramahan penduduk lokal yang mendukung kenyaman wisatawan asing untuk berkunjung.
Demi memenuhi target kunjungan wisatawan padatahun 2019, yaitu sebesar 275.000 wisatawan
domestik dan 20 juta wisatawan mancanegara, kementerian Indoneisa membuat program yang
disebut sebagai 10 Bali Baru karena Bali merupakan ikon pariwisata bahkan menjadi destinasi
nomor satu menurut TripAdvisor, mengalahkan London, Paris, dan NewYork. Selain itu
program tersebut dibuat karena hanya 10% wisatawan mengunjungi tempat wisata selain Bali,
DKI Jakarta, Kep. Riau dan 10 destinasi tersebut dipilih karena memiliki potensi dapat dikelola
dan pada akhirnya memiliki performa seperti Bali. Menurut Tabel 1.4 10 Destinasi Pariwisata
Prioritas, saat ini Kementerian pariwisata Indonesia sedang mengembangkan 10 destinasi
prioritas yang diharapkan menarik wisatawan asing berkunjung ke Indonesia, yaitu destinasi
Danau Toba di Sumatera Utara, Candi Borobudur di Jawa Tengah, Mandalika di NTB, Gunung
Bromo di Jawa Timur, Labuan Bajo di NTT, Tanjung kelayang di Bangka Belitung, Kepulauan
seribu di DKI Jakarta, Tanjung lesung di Jawa Barat, Moratai di Maluku Utara. Begitu
pentingnya sektor pariwisata ini, sehingga presiden Jokowi selalu mengingatkan untuk
mengembangkan pariwisata, terutama 10 destinasi pariwisata Indonesia. Menurut Menteri
Pariwisata Indonesia, Arief Yahya, pariwisata adalah kunci pembangunan dan kesejahteraan,
sehingga sektor pariwisata patut di dorong perkembangannya. (Setkab.go.id ,2017)
Sektor pariwisatapun diharapkan menjadi penghasil devisa terbesar negara dan dapat terus
berkembang memajukan perekonomian Indonesia saat ini. Industri pariwisata merupakan
dampak baik bagi perekonomian nasional maupun daerah, hal ini terlihat dari pertumbuhan
jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia dengan tujuan liburan. Nilai yang diharapkan oleh
wisatawan yang berkunjung kesuatu destinasi, sangatlah menentukan potensi destinasi tersebut
ke depannya.
Tabel 1. 4 Analisa Performansi 10 Destinasi Pariwisata Prioritas
Sumber: Kementerian Pariwisata Indonesia 2017
Tabel 1. 5 Perjalanan penduduk Indonesia Menurut Provinsi Tujuan 2016
Sumber: Kementerian Pariwisata Indonesia 2016
Menurut Pusdatin Kemenparekraf dalam Tabel 1.5 Perjalanan Penduduk Indonesia
Menurut Provinsi Tahun 2016, perkembangan jumlah perjalanan wisatawan nusantara
mengalami penurunan selama 6 bulan terakhir, wisatawan nusantara sendiri adalah wisatawan
yang melalukan perjalanan atau berwisata didalam negeri sendiri. Berdasarkan laporan
Kementerian Pariwisata Indonesia, jumlah wisatawan yang berkunjung menurut provinsi tujuan
utama, yaitu NTT sebesar 2,712,365 untuk mengunjungi provinsi tersebut dengan tujuan
pariwisata. Keinginan untuk berwisata dan kemudahan informasi dan perkembangan internet
dalam membantu para wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata tersebut yang mengantarkan
Labuan Bajo menuju salah satu tujuan yang cukup diminati saat ini sehingga hal ini
mempengaruhi seseorang untuk melakukan kegiatan wisata.
Kementerian Pariwata Indonesia adalah kementerian yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada presiden, dimana kementerian pariwisata mempunyai tugas
menyelanggarakan urusan pemerintahan di bidang pariwisata untuk membantu presiden dalam
menjalankan pemerintahan negara. Dalam menjalankan tugas kementerian pariwisata
mempunyai beberapa fungsi yaitu perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pengembangan
destinasi dan industri pariwisata, pengembangan pemasaran pariwisata nusantara dan
mancanegara, koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan
destinasi dan industri pariwisata, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan dan
perintisan daya tarik wisata dalam pertumbuhan destinasi pariwisata nasional dan pengembangan
serta peningkatan kualitas daya saing pariwisata Indonesia.
Demi memenuhi target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2019,
Pemerintah Indonesia meluncurkan program “10 Destinasi Prioritas” dengan tujuan untuk
mengembangkan 10 destinasi wisata di tanah air, sehingga dapat menarik perhatian wisatawan.
Ke-10 destinasi pariwisata tersebut yang menjadi prioritas ialah Candi Borobudur, Kepulauan
Seribu, Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Mandalika, Bromo Tengger Semeru,
Labuan Bajo, Wakatobi, dan Moratai. Dan menurut Kementerian Pariwisata Indonesia, destinasi
– destinasi inilah yang dianggap siap untuk memenuhi keinginan para wisatawan untuk melihat
keindahan alam Indonesia yang diharapkan dapat menjadi “Bali Baru”. (Okezone.com ,2017)
Tabel 1. 6 Rekaptulasi pengunjung Labuan Bajo 2014 - 2017
Sumber: Balai Taman Nasional Komodo, NTT 2017
Menurut Tabel1.6 Rekaptulasi Pengunjung Labuan Bajo Tahun 2014-2017, menunjukan
bahwa pertumbuhan jumlah wisatawan terus meningkat yang membuktikan bahwa minat
wisatawan dalam berkunjung ke Labuan Bajo cukup diminati dengan peningkatan fasilitas serta
promosi oleh pemerintah yang memudahkan akses para wisatawan dalam berwisata ke objek
wisata tersebut, dari informasi mengenai perjalanan dan budaya lokal, akses transportasi dan
penginapan, serta kegiatan yang dapat dilakukan di objek wisata tersebut. Perkembangan
wisatawan nusantara sangat penting untuk menjadi koreksi dan bekal sebelum menetapkan
rencana pembangunan sektor pariwisata kedepannya. Menurut menteri pariwisata Indonesia,
Arief Yahya pergerakan wisatawan nusantara telah berkontribusi dalam menempatkan Indonesia
ke dalam posisi 20 besar negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat dalam kurun waktu 3
tahun dengan pertumbuhan 24%. (Marketeers.com ,2017)
Kendati terdapat kenaikan jumlah pengunjung Labuan Bajo, namun secara luas,
kunjungan terhadap Labuan Bajo masih rendah, terutama wisatawan nusantara yang masih lebih
rendah daripada kunjungan wisatawan asing. Dari hasil preliminary research, didapatkan bahwa
kunjungan wisatawan nusantara ke Labuan Bajo masih rendah di mana sebanyak 85,7%
mengetahui objek wisata Labuan Bajo seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.3. Sedangkan
menurut Gambar 1.4 hanya 4,1% yang pernah mengunjunginya, Labuan Bajo diharapkan dapat
menjadi salah satu pariwisata unggulan untuk menjadi 10 destinasi pariwisata prioritas yang
diharapkan dapat sejajar dengan Bali dan menghasilkan devisa besar untuk negara. Sehingga
dapat dikatakan bahwa tourist ntention terhadap Labuan Bajo merupakan hal yang penting untuk
diteliti lebih lanjut.
Gambar 1. 3 preliminary research 1
Sumber: Peneliti
Gambar 1. 4 preliminary research 2
Sumber: Peneliti
Visit Intention mengacu pada kemungkinan yang dirasakan untuk mengunjungi tujuan
tertentu dalam jangka waktu tertentu. (Hwang, Yong, & Ko, 2015) Namun, ada perbedaan antara
pengambilan keputusan wisatawan dan pengambilan keputusan pada produk lain, karena
wisatawan tidak dapat mengalami produk perjalanan sebelum membelinya. Oleh karena itu,
keputusan wisatawan selalu memiliki risiko dan kebutuhan yang lebih besar untuk pencarian
informasi yang lebih luas. Pengambilan keputusan harus dilakukan hanya dengan mengandalkan
penilaian subjektif wisatawan apakah tujuan memenuhi kebutuhan mereka atau tidak.
Visit Intention merupakan konsekuensi dari dua faktor , yaitu karakteristik wisatawan
asing dan pengaruh kegiatan pemasaran (Woodside and Lysonski, 1989 dalam junal Kartini,
2015). Dari Gambar 1.5 diketahui hasil preliminary research menunjukan bahwa tourist
intention terhadap Labuan bajo cukup tinggi, yaitu sebesar 67,4%, tetapi yang pernah
mengunjunginya baru 4,1 %. Untuk itu, diperlukan usaha untuk mendorong tourist intention
terhadap Labuan Bajo agar dapat menjadi the next Bali.
Gambar 1. 5 preliminary research 3
Sumber: Peneliti
Destination Image dapat didefinisikan sebagai kombinasi variasi produk, atraksi, dan
atribut yang ditambahkan kedalam presepsi seseorang dari proses seleksi berdasarkan informasi
yang diterima (Whang, Yong, & Ko, 2016 dalam jurnal Rangga Restu Prayogo 2017)
Selain itu, Destination Image juga diasumsikan sebagai persepsi seseorang tentang produk,
objek, perilaku, dan peristiwa yang didorong oleh keyakinan, perasaan, dan beberapa tujuan yang
memiliki ide dan harapan untuk sebuah tempat atau perjalanan tertentu (Stylos et.al, 2016 dalam
jurnal Rangga Restu Prayogo 2017)
Destination image telah memberi banyak kontribusi pada visit intention, keputusan yang
dilakukan kepada visit intention sangat mempengaruhi brand image yang dimiliki oleh tempat
wisata tertentu. (Abubakar & Ilkan, 2016 dalam jurnal Rangga Restu Prayogo 2017) yang
kemudian visit intention secara langsung dipengaruhi oleh destination image yang dimiliki oleh
seorang wisatawan (Whang et al., 2016 dalam jurnal Rangga Restu Prayogo 2017)
Dari hasil preliminary research yang disajikan oleh Gambar 1.6 didapatkan bahwa attitude
towards destination pada Labuan Bajo sebagai objek wisata yang layak dikunjungi sangat baik,
dimana 98,9% mengatakan bahwa Labuan Bajo memiliki pemandangan dan wisata alam yang
indah. Menurut Gambar 1.7 didapatkan bahwa 91% mengatakan bahwa Labuan Bajo
menawarkan objek dan aktivitas yang menarik untuk dikunjungi, sera dari Gambar 1.8 diketahui
bahwa sebesar 93,3% mendapati bahwa Labuan Bajo memberikan nilai atau value yang sesuai
dengan harga yang di tawarkan.
Gambar 1. 6 preliminary research 4
Sumber: Peneliti
Gambar 1. 7 preliminary research 5
Sumber: Peneliti
Gambar 1. 8 preliminary research 6
Sumber: Peneliti
Menurut data Accenture Consulting Millennial sebagai potensi besar di berbagai industri,
termasuk pariwisata. Millennial merepresentasikan 45% dari populasi di Asia Pasifik. Di tahun
2020, 60% populasi millennial secara global akan berada di Asia, millennial menggunakan
teknologi digital untuk mengatur perjalan. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Accenture
Consulting, lebih dari 50% millennial diseluruh dunia menggunakan peralatan digital untuk
berinteraksi sejak perjalanan hingga akhir perjalanan dimana millennial mengutamakan
kemudahan. Perkembangan teknologi saat ini membuat semua orang terhubung dengan internet
dan menjadikan hal tersebut sebagai aktivitas sehari – hari mereka dan sudah menjadi salah satu
gaya hidup masyarakat saat ini. (kompas.com, 2016)
Dari hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun
2017, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa, meningkat
dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 132,7 juta jiwa. Serta berdasarkan usia, sebanyak 16,68
% pengguna berusia 13-18 tahu, dan 49,52% berusia 19 – 34 tahun. Sementara itu pengguna
internet berusia 35-54 tahun mencapai 29,55% dan berusia 54 tahun ke atas mencapai 4,24%.
(ekonomi.kompas.com ,2017).
Aktifitas – aktifitas yang terhubung dengan internet begitu beraneka raham, salah
satunya yaitu penggunaan pada media, dari hasil survei Expedia Millennial Traveller Report,
43% millennials mengatur kehidupan pribadi mereka dengan smart phone dalam sehari, selain
itu penggunaan social media dapat dipergunakan untuk berbagi informasi salah satunya dengan
membagikan pengalaman dalam bentuk artikel ataupun foto saat melakukan sebuah perjalanan
sangat membantu dalam menentukan sebuah destinasi wisata untuk dikunjungi.
Menurut Penelitian terdahulu Zarrad & Debabi M. (2015) menyatakan bahwa E-word of
mouth yang dilakukan secara online berpengaruh terhadap travel intention. Penelitian terdahulu
ini juga menyatakan Informasi yang diposkan di beberapa komunitas online travel adalah bentuk
komunikasi eWOM yang berpengaruh dan digunakan oleh wisatawan saat ini dalam
pengambilan keputusan perjalanan mereka.
Selain itu menurut Kotaro Sugiyama & Tim Andree dalam laporan The Dentsu Way
(2010), menyebutkan bahwa konsumen mengalami perubahan perilaku dimana konsumen pada
saat ini mulai memiliki kebiasaan mencari informasi sebelum memutuskan membeli dan mulai
berbagi informasi mengenai produk yang sudah pernah digunakan ini. Dari Gambar 1.9 hasil
preliminary research, didapatkan bahwa sebesar 92,1% mengumpulkan informasi dari online
review wisatawan lain dan hasil Gambar 1.10 86,5% membaca online review perjalanan
wisatawan lain untuk memilih objek wisata yang tepat, serta dari Gambar 1.11 sebesar 68,5%
merasa khawatir apabila dalam melakukan perjalanan kesebuah destinasi tidak membaca terlebih
dahulu online review dari wisatawan lain.
Gambar 1. 9 preliminary research 7
Sumber: Peneliti
Gambar 1. 10 preliminary research 8
Sumber: Peneliti
Gambar 1. 11 preliminary research 9
Sumber: Peneliti
Menurut hasil survei Expedia Millennial Traveller Report yang dibagikan kepada 1000
online responden berumur 18 - 64 tahun di 2016, sebanyak 42% millennials dipengaruhi oleh
foto liburan yang di upload dalam social media dalam memutuskan tujuan liburan. Selain itu
menurut data Singapore Tourism Board 31% wisatawan millennial Indonesia cenderung
mengambil wisata secara mendadak, wisatawan Indonesia sering terpengaruh oleh pengalaman
orang lain secara online ataupun offline baik forum online dan wisatawan yang berbagi
pengalaman melalui media sosial mereka. (mix.co.id ,2016). selain itu ada indikator yang
mempengaruhi yaitu tourist motivation.
Seseorang dalam motivasi menjadi khusus atau selektif apabila wisatawan terdorong
untuk mengunjungi suatu objek, daerah atau negara tertentu atau untuk memilih suatu paket
wisata atau acara perjalanan wisata yang spesifik. Motivasi berdasarkan pendekatan push yaitu
keinginan melakukan perjalanan (kebutuhan psikologis), dan pull yaitu pilihan tempat tujuan
(daya tarik destinasi) (Menurut Kim,et al., 2013 didalam jurnal Ketwadee, 2016)
Travel Motivation mengacu pada seperangkat kebutuhan yang menyebabkan seseorang
untuk berpartisipasi dalam kegiatan wisata ( Pizam et al., 2012 didalam jurnal Kartini Dwi,
2015). Berdasarkan survei yang menargetkan para backpacker di komunitas online, mereka
menemukan enam faktor motivasi, yaitu pertumbuhan pribadi / sosial, pengalaman, relaksasi,
pengetahuan budaya, perjalanan anggaran, dan kemandirian.
Dalam motivasi untuk mengunjungi sebuah objek wisata, sebagian besar wisatawan
mungkin awalnya tidak berpikir untuk pergi melakukan perjalanan ke tujuan tertentu, tetapi
karena mendapatkan informasi mengenai keindahan alam, wisata budaya, keramahan penduduk
lokal, wisatawan akan memutuskan untuk melakukan perjalanan ke wisata tujuan tersebut.
Wisatawan akan bersedia mengunjungi sebuah objek wisata apabila mereka mendapat
pengalaman yang baik pada kunjungan pertama mereka atau karena mereka mendengar cerita
menarik dari orang lain tentang tujuan wisata tersebut, alasan lain adalah karena mereka
memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan perjalanan, dan mereka memilih sebuah
objek wisata sebagai tujuan wisata utama untuk dikunjungi jika mereka memiliki kesempatan
untuk berpergian. (Kartini Dwi, 2015).
Menurut Tabel 1.7 Tujuan wisatawan melakukan perjalanan wisata, dari hasil preliminary
research, didapatkan bahwa 3 tujuan utama melakukan sebuah perjalanan wisata yaitu 61,5%
untuk mencari pengalaman baru, dan 43,8% untuk relaksasi menenangkan diri, 36,5% untuk
beristirahat dari rutinitas kerja.
Tabel 1. 7 Tujuan wisatawan melakukan perjalanan wisata
Sumber: Peneliti
Generasi milenial Indonesia suka sekali melakukan wisata. Hasil riset Badan Pusat Statistik
(BPS) menemukan adanya peralihan konsumsi di masyarakat. Menurut Kepala BPS Suhariyanto,
kalangan usia produktif kini lebih senang membelanjakan uangnya untuk mencari pengalaman
ketimbang memiliki barang. (Beritagar.id)
Menurut kepala bandara Komodo, Djarot Subiyanto mengatakan bahwa jumlah pengguna
transportasi udara meningkat sebesar 20% dimana setiap hari bandara Komodo dapat menerima
14 kali penerbangan dimana penerbangan tersebut berasal dan tujuan dari Jakarta, Denpasar dan
Kupang. (Kupang.tribunnews.com, 2017)
Gambar 1. 12 Penduduk Domestik
Sumber: Peneliti
DKI Jakarta sendiri adalah ibu kota negara dan kota terbesar di Indonesia, DKI Jakarta
merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. pada tahun
2017 DKI Jakarta Memiliki kepadatan penduduk sebesar 15.366.87 jiwa. Berdasarkan data
Susenas BPS Maret 2017, 48,1 persen penduduk Yogyakarta suka berwisata, disusul penduduk
DKI Jakarta yang mencapai 43 persen. Namun, tentu saja, jika membicarakan jumlah, DKI
menjadi nomor satu karena provinsi ini memiliki populasi mencapai 10,18 juta jiwa (sensus
2014), nyaris tiga kali lipat dibandingkan penduduk Yogya (3,59 juta jiwa). (Beritagar.id)
Untuk mengembangkan penelitian sebelumnya, penelitian ini bermaksud untuk meneliti
bagaimana tanggapan millennial di DKI Jakarta untuk menentukan intention untuk berwisata
dengan citra terhadap sebuah destinasi, motivasi untuk berkunjung, dan rekomendasi secara
online dapat mempengaruhi keputusan mereka.
Dengan adanya masalah pada upaya untuk penyebaran destinasi pariwisata meskipun
mengalami pertumbuhan jumlah wisatawan baik mancanegara maupun domestik saat ini,
penyebaran wisatawan terbanyak masih menumpuk di Bali, Jakarta dan Kepulauan Riau, tetapi
menurut Ketua Tim Percepatan Pembangunan Pariwisata, Kementerian Pariwisata Republik
Indonesia Hiramsyah S. Thalib mengatakan, 50 persen wisatawan lokal datang ke Bali, 30 persen
ke Jakarta dan sekitarnya, dan 20 persen ke Kepulauan Riau, hanya 10 persen wisatawan yang
berkunjung ke tempat selain Bali, Jakarta dan Riau. Padahal Indonesia dengan lebih dari 17 ribu
pulau, keragaman sumber daya, dan budaya, membuat para wisatawan juga mengunjungi
destinasi wisata selain Bali. (viva.co.id, 2017)
Selain itu, jumlah wisatawan nusantara dimana menurut kajian statistik profil wisatawan
nusantara 2016, wisatawan nusantara mempengaruhi keputusan Kementerian Pariwisata
Indonesia dalam menentukan kebijakan maupun strategi perkembangan sektor pariwisata yang
menjadi salah satu komponen permintaan dalam ekonomi pariwisata. Pergerakan wisatawan
nusantara menjadi bekal sebelum menetapkan peta jalan pembangunan sektor pariwisata, salah
satunya dapat digunakan untuk mengembangkan objek wisata Labuan Bajo yang mempunyai
potensi dalam program 10 destinasi “Bali Baru” yang menjadi program prioritas kementerian
pariwisata Indonesia.
Berdasarkan data dan asumsi di atas, penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul :
“ANALISA PENGARUH TRAVEL MOTIVATION DAN E-WOM TERHADAP
DESTINATION IMAGE DAN DAMPAKNYA TERHADAP VISIT INTENTION PADA
OBJEK WISATA LABUAN BAJO”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka identifikasi masalah dapat
diformulasikan sebagai berikut:
1. Apakah Travel Motivation memiliki pengaruh terhadap Destination Image Labuan Bajo
pada milennial di DKI Jakarta ?
2. Apakah E-WOM memiliki pengaruh terhadap Destination Imge Labuan Bajo pada
milennial di DKI Jakarta ?
3. Apakah Destination Image memiliki pengaruh terhadap Visit Intention Labuan Bajo pada
milennial di DKI Jakarta ?
4. Apakah Travel Motivation memiliki pengaruh terhadap Visit Intention Labuan Bajo pada
milennial di DKI Jakarta ?
5. Apakah E-WOM memiliki pengaruh terhadap Visit Intention Labuan Bajo pada milennial
di DKI Jakarta ?
6. Apakah Travel Motivation memiliki pengaruh terhadap Visit Intention melalui
Destination Image ?
7. Apakah E-WOM memiliki pengaruh terhadap Visit Intention melalui Destination Image ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah Travel Motivation memiliki pengaruh terhadap Destination
Image Labuan Bajo pada milennial di DKI Jakarta
2. Untuk mengetahui apakah E-WOM memiliki pengaruh terhadap Destination Imge
Labuan Bajo pada milennial di DKI Jakarta
3. Untuk mengetahui apakah Destination Image memiliki pengaruh terhadap Visit Intention
Labuan Bajo pada milennial di DKI Jakarta
4. Untuk mengetahui apakah Travel Motivation memiliki pengaruh terhadap Visit Intention
Labuan Bajo pada milennial di DKI Jakarta
5. Untuk mengetahui apakah E-WOM memiliki pengaruh terhadap Visit Intention Labuan
Bajo pada milennial di DKI Jakarta
6. Untuk mengetahui apakah Travel Motivation memiliki pengaruh terhadap Visit Intention
melalui Destination Image
7. Untuk mengetahui apakah E-WOM memiliki pengaruh terhadap Visit Intention melalui
Destination Image
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Perusahaan
1. Membantu perusahaan untuk mengukur penggunaan Travel Motivation
sehingga memudahkan mereka menentukan perencanaan strategi marketing
yang efektif.
2. Membantu perusahaan untuk mengukur penggunaan E-WOM sehingga
memudahkan mereka menentukan perencanaan strategi marketing yang
efektif.
3. Membantu perusahaan untuk mengukur penggunaan destination image
sehingga memudahkan mereka menentukan perencanaan strategi marketing
yang efektif.
4. Membantu perusahaan untuk meningkatkan Visit Intention sehingga
memudahkan mereka menentukan perencanaan strategi marketing yang
efektif.
5. Membantu perusahaan untuk meningkatkan target achievement yang dicapai
sebuah objek wisata dengan hasil Visit Intention yang diterima.
6. Membantu membuat strategi Customer Behavior sehingga dapat mengukur
tingkat Visit Intention yang diperlukan perusahaan.
1.4.2 Bagi Penulis
1. Mendapat pembelajaran mengenai bagaimana Travel Motivation dapat
berpengaruh terhadap Destination image dan dampaknya pada Visit Intention
wisatawan objek wisata.
2. Mendapat pembelajaran mengenai bagaimana E-WOM dapat berpengaruh
terhadap Destination Image dan dampaknya pada Visit Intention wisatawan
objek wisata.
3. Mendapat pembelajaran mengenai bagaimana Tourism Motivation dapat
berpengaruh terhadap Visit Intention dan dampaknya pada jumlah wisatawan
objek wisata.
4. Mendapat pembelajaran mengenai bagaimana E-WOM dapat berpengaruh
terhadap Visit Intention dan dampaknya pada jumlah wisatawan objek wisata.
5. Mendapat pembelajaran mengenai bagaimana Destination Image dapat
berpengaruh terhadap Visit Intention dan dampkanya pada jumlah wisatawan
objek wisata.
1.4.3 Bagi Pembaca
1. Mendapat informasi mengenai penggunaan Travel Motivation dan apa
dampak pentingnya pada marketing.
2. Mendapat informasi mengenai penggunaan E-WOM dan apa dampak
pentingnya pada marketing.
3. Mendapat informasi mengenai penggunaan Destination Image dan apa
dampak pentingnya pada marketing.
4. Mendapatkan informasi mengenai penggunaan Visit Intention dan apa
dampak pentingnya pada marketing
5. Mengetahui bagaimana membuat Customer Behavior Marketing Strategy
yang efektif dan berdampak baik terhadap jumlah target achievement.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
1. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah travel
motivation, E-WOM, Destination Image, dan Visit intention
2. Objek penelitian ini adalah destinasi wisata Labuan Bajo yang terletak di
Propinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
3. Responden pada penelitian ini adalah millennial ( usia 20 – 39 ) yang
berdomisili di DKI Jakarta karena keterbatasan data yang dimiliki.
4. Penulis melakukan penelitian tersebut melalui penyebaran kuisioner.