wasiat wajibah

5
Wasiat Wajibah (Ps 209 KHI) ? Yang dimaksud wasiat wajibah adalah suatu wasiat yang dianggap telah dibuat oleh pewasiat meskipun sebenarnya pewasiat tidak pernah membuatnya. Wasiat wajibah ini ditujukan bagi orang tua angkat dan anak angkat, dengan jumlah maksimal 1/3 dari harta warisan. Ketentuannya adalah bahwa harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan ketentuan yang ada (KHI), sedangkan bagi orang tua angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah maksimal 1/3 dari harta warisan anak angkatnya, sebaliknya terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat juga diberi wasiat wajibah maksimal 1/3 dari harta warisan orang tua a Pertanyaan: 1. Apa yang dimaksud Wasiat Wajibah? 2. Apakah adanya wasiat itu bisa diputuskan oleh orang lain atau pengadilan? Sementara si orang tua tidak pernah mewasiatkan sesuatu kepada anak-anaknya atau orang lain? 3. Bila keputusan itu bertentangan dengan ajaran agama Islam, siapa yang berdosa? Jawab: 1. Menurut Jumhurul Ulama dari para Imam madzhab empat menganggap bahwa wasiat itu pada dasarnya hukumnya adalah sunnah. Namun sebagian ulama dari kalangan madzhab Hanbali ada yang menyatakan bahwa ada wasiat yang hukumnya wajib yaitu wasiat yang diperuntukkan orang tua atau kerabat yang tidak dapat mewaris karena terhalang atau ada faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat mewarisi. Pendapat kedua ini kemudian diadopsi oleh Undang-Undang Mesir dan Syiria, sementara dalam Kompilasi Hukum Islam di Indonesia wasiat wajibah ini dibelokkan pada anak angkat (pasal 209) yang dalam hukum Islam sebenarnya tidak mungkin diberi warisan dan tidak wajib di beri wasiat. Untuk lebih lengkap baca "Wasiat Wajibah dan Pergantian Waris" oleh KH. Hasyim Abbas pada AULA edisi April 1993.

Upload: ummiabhar

Post on 26-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

sirah

TRANSCRIPT

Wasiat Wajibah (Ps 209 KHI)

?Yang dimaksud wasiat wajibah adalah suatu wasiat yang dianggap telah dibuat oleh pewasiat meskipun sebenarnya pewasiat tidak pernah membuatnya. Wasiat wajibah ini ditujukan bagi orang tua angkat dan anak angkat, dengan jumlah maksimal 1/3 dari harta warisan.

Ketentuannya adalah bahwa harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan ketentuan yang ada (KHI), sedangkan bagi orang tua angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah maksimal 1/3 dari harta warisan anak angkatnya, sebaliknya terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat juga diberi wasiat wajibah maksimal 1/3 dari harta warisan orang tua aPertanyaan:1. Apa yang dimaksud Wasiat Wajibah?

2. Apakah adanya wasiat itu bisa diputuskan oleh orang lain atau pengadilan? Sementara si orang tua tidak pernah mewasiatkan sesuatu kepada anak-anaknya atau orang lain?

3. Bila keputusan itu bertentangan dengan ajaran agama Islam, siapa yang berdosa?

Jawab:1. Menurut Jumhurul Ulama dari para Imam madzhab empat menganggap bahwa wasiat itu pada dasarnya hukumnya adalah sunnah. Namun sebagian ulama dari kalangan madzhab Hanbali ada yang menyatakan bahwa ada wasiat yang hukumnya wajib yaitu wasiat yang diperuntukkan orang tua atau kerabat yang tidak dapat mewaris karena terhalang atau ada faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat mewarisi. Pendapat kedua ini kemudian diadopsi oleh Undang-Undang Mesir dan Syiria, sementara dalam Kompilasi Hukum Islam di Indonesia wasiat wajibah ini dibelokkan pada anak angkat (pasal 209) yang dalam hukum Islam sebenarnya tidak mungkin diberi warisan dan tidak wajib di beri wasiat. Untuk lebih lengkap baca "Wasiat Wajibah dan Pergantian Waris" oleh KH. Hasyim Abbas pada AULA edisi April 1993.

Dasar Pengambilan: 8 122 . : : .

"Telah dijelaskan bahwa wasiat kepada kerabat itu adalah disunnatkan menurut jumhur ulama'. Di antara mereka itu adalah para imam madzhab empat. Wasiat itu tidak wajib bagi seseorang kecuali sebab hak dari Allah atau bagi para para hamba Allah. Sebagian ahli fiqih, seperti Ibnu Hazm Adh-Dhahiri dan At-Thobari dan Abu Bakar bin Abdil Aziz dari ulama' madzhab Hambali berpendapat bahwa wasiat itu adalah kewajiban agama dan pembayaran kewajiban bagi kedua orang tua dan para kerabat yang tidak dapat mkarena terhalang dari mewarisi sampai ucapan pengarang: "Undang-undang Mesir dan Suriah teelah mengambil pendapat yang kedua.2. Wasiat wajibah ini tidak membutuhkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam wasiat biasa, karena wasiat wajibah ini tidak membutuhkan ijab kabul. Wasiat wajibah dalam hal ini seperti warisan dan dijalankan sebagaimana pembagian waris.

8 123 . , ,

Dan karena wasiat ini tidak memenuhi keteentuan-ketentuan wasiat yang dilakukan secara sukarela karena ketiadaan ijab dari orang yang memberi wasiat dan tidak ada qabul dari orang yang menerrima wasiat, maka wasiat wajibah ini menyerupai pembagian warisan; sehingga diperlakukan seperti perlaakuan warisan, yaitu bagi laki-laki mendapat bagian dua kali dai bagian perempuan dan ahliwaris yang asal menutupi cabangnya. an setiap cabang mengambil bagian dari asalnya saja.3. Secara substansial ketetapan hukum MA ini tidak keliru karena sesuai dengan madzhab Hanbali, tetapi ketetapan ini menjadi perlu dipertanyakan karena diputuskan pada orang yang bermadzhab Syafii yang tidak mengakui adanya wasiat wajibah.