viable count

26
ACARA III PERHITUNGAN MIKROBA A. Tujuan Tujuan dari praktikum acara III Perhitungan Mikroba ini adalah: 1. Mahasiswa dapat menghitung jumlah yeast secara langsung menggunakan haemocytometer. 2. Mahasiswa dapat menghitung jumlah bakteri secara tidak langsung (agar plate method). B. Tinjauan Pustaka Jumlah seluruh sel dalam larutan contoh dapat dihitung secara cepat dan langsung dengan menghitung jumlah sel yang terlihat di bawah mikroskop. Prosedur yang paling sederhana ialah menghitung secara mokroskopis masing-masing sel di dalam suspensi contoh dengan volume yang sangan sedikit dan telah diukur dengan teliti. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan kaca slide khusus yang dikenal sebagai kotak penghitung (counting chamber). Kaca slide ini terdiri dari kotak-kotak kecil dengan ukuran tertentu dan luas tertentu dan dibentuk sedemikian rupa sehingga suatu larutan tipis yang diketahui tebalnya dapat diletakkan di antara kaca slide ini dengan gelas penutupnya. Dengan demikian volume

Upload: yiyinsetiaranta

Post on 23-Nov-2015

92 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

viable perhitungan bakteri

TRANSCRIPT

ACARA III

PERHITUNGAN MIKROBA

A. Tujuan

Tujuan dari praktikum acara III Perhitungan Mikroba ini adalah:

1. Mahasiswa dapat menghitung jumlah yeast secara langsung menggunakan haemocytometer.2. Mahasiswa dapat menghitung jumlah bakteri secara tidak langsung (agar plate method).

B. Tinjauan Pustaka

Jumlah seluruh sel dalam larutan contoh dapat dihitung secara cepat dan langsung dengan menghitung jumlah sel yang terlihat di bawah mikroskop. Prosedur yang paling sederhana ialah menghitung secara mokroskopis masing-masing sel di dalam suspensi contoh dengan volume yang sangan sedikit dan telah diukur dengan teliti. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan kaca slide khusus yang dikenal sebagai kotak penghitung (counting chamber). Kaca slide ini terdiri dari kotak-kotak kecil dengan ukuran tertentu dan luas tertentu dan dibentuk sedemikian rupa sehingga suatu larutan tipis yang diketahui tebalnya dapat diletakkan di antara kaca slide ini dengan gelas penutupnya. Dengan demikian volume cairan yang berada di tiap-tiap kotak dapat diketahui secara pasti. Oleh karena volume ini diketahui dan jumlah sel dalam tiap-tiap kotak dapat terlihat dan dihitung, maka jumlah sel/ml larutan asal dapat diketahui (Buckle et al., 1987).

Perhitungan dengan penumbuhan dalam agar, yaitu secara sederhana suatu contoh suspensi sel atau bahan pangan homogen yang diinokulasi ke dalam atau ke atas media nutrien agar dan setelah diikubasi, jumlah koloni yang terbentuk dihitung. Karena satu koloni terbentuk dari satu sel maka jumlah koloni menunjukkan jumlah sel dalam larutan asalnya. Prosedur ini hanya menghitung sel-sel yang hidup dan sangat peka. Keuntungannya adalah kemungkinan untuk mengetahui berbagai jenis organisme yang berada dalam contoh dari perbedaan bentuk koloni yang tumbuh dan kemungkinan mengisolasi tipe koloni yang paling dominan untuk identifikasi taksonomi. Perhitungan secara penumbuhan dalam cawan petri dengan menggunakan tiga metode yaitu metode penuangan, penuangan dan penetasan dalam cawan (Buckle et al., 1973). Pengambilan dan penanganan sampel bakteri dilakukan dengan botol niskin, botol sampel, ice box. Peralatan yang digunakan untuk analis mikrobiologis antara lain inkubator, autoklaf, mikroskop, colony counter, lampu bunsen, cawan petri, tabung reaksi dan jarum oase. Perhitungan yang diambil adalah adalah bila jumlah koloni tiap cawan petri antara 30-300 koloni. Jika tidak ada yang memenuhi syarat maka dipilih jumlah yang mendekati 30 atau 300 koloni per cawan petri (Feliatra, 1999).

Metode yang digunakan dalam perhitungan tidak langsung yaitu metode perhitungan cawan. Prinsip perhitungan cawan ini adalah jika mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dillihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menghitung jumlah mikroba karena adanya alasan yaitu hanya sel yang hidup yang dihitung, beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus, dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel. Metode hitungan cawan dibagi menjadi dua yaitu metode tuang (Pour Plate) dan metode permukaan (Surface plate) (Fardiaz, 1993).

Kedua, beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai satu koloni. Ketiga, suatu rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni. Prinsip hitungan cawan dapat digunakan menggunakan Plate Count Agar (PCA) sebagai medium pemupukan. PCA (Plate Count Agar) adalah suatu medium yang mengandung 0,5% tripton, 0,25% ekstrak khamir, dan 0,1 % glukosa sehingga semua mikroba termasuk bakteri, kapang, dan khamir dapat tumbuh dengan baik pada medium tersebut (Fardiaz, 1993).Bahan pangan yang diperkirakan mengandung lebih dari 300 sel mikroba per ml, per g, atau per cm permukaan, memerlukan perlakuan pengenceran sebelum ditumbuhkan pada medium agar didalam cawan petri, sehinggga setelah inkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung, dimana jumlah yang terbaik adalah antara 30 sampai 300. Pengenceran biasanya dilakukan secara desimal yaitu 1:10 , 1:100, 1:1000, dan seterusnya. Pengenceran secara desimal memudahkan dalam perhitungan jumlah koloni. Faktor pengenceran dapat dihitung dengan rumus tingkat pengenceran dikalikan dengan jumlah yang ditumbuhkan. Sedangakan jumlah koloni dapat dihitung dengan rumus jumlah koloni dikalikan dengan 1/faktor pengenceran (Fardiaz, 1993).Pertumbuhan yeast dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yeast adalah nutrisi, oksigen, kadar air, temperatur, dan pH. Semua mikroorganisme memerlukan nutrien yang akan menyediakan energi, nitrogen untuk sintesis protein, vitamin dan mineral. Semua jamur dan khamir serta beberapa bakteri, termasuk hampir semua patogen adalah bersifat heterotrofik atau tidak dapat membuat makanan sendiri (Gaman, 1992).

Ragi adalah jamur eukariotik uniseluler. Klasifikasi yang tepat adalah menggunakan dasar karakteristik sel, askospora dan koloni. Karakteristik fisiologis juga digunakan untuk mengidentifikasi spesies. Ragi umumnya ada tiga jenis: a) Ascomycetous b) Basidiomycetous c) Deuteromycetous. Ragi dimorfik akan menjadi filamen dalam kondisi lingkungan tertentu. Ascomycetous dua jenis: ragi (Saccharomyces cerevisiae) dan ragi fisi (Schizosaccharomyces pombe). Pada umumnya mereka diperoleh dalam sumber daya alam. Contohnya pada permukaan daun, jus buah, sirup kelapa, tuak, susu, tanah, permukaan hewan dan dalam saluran usus hewan berdarah panas, di mana mereka dapat hidup bersimbiosis atau sebagai parasit, dll (Ghosh, 2011).Pada metode hitungan mikroskopis langsung, sampel ditaruh di suatu ruang hitung (seperti hemasitometer) dan jumlah sel dapat ditentukan secara langsung dengan bantuan mikroskop. Keuntungan metode ini ialah pelaksanaannya cepat dan tidak memerlukan banyak peralatan. Namun kelemahannya ialah tidak membedakan selsel yang hidup dari yang mati, dengan perkataan lain hasil yang diperoleh ialah jumlah total sel yang ada di dalam polulasi. Kelemahan lain metode hitungan mikroskopis langsung ialah sulitnya menghitung sel yang berukuran sangat kecil seperti bakteri karena ketebalan hemasitometer tidak memungkinkan digunakannya lensa obyektif celup minyak. Hal ini biasanya diatasi dengan cara mewarnai sel sehingga menjadi lebih mudah dilihat. Kelemahan lain lagi ialah kadangkadang sel cenderung bergerombol sehingga sukar membedakan selsel individu. Cara mengatasinya ialah mencerai-beraikan gerombolan sel-sel tersebut dengan menambahkan bahan anti gumpal seperti dinatrium etilenadiamina-tetraasetat dan Tween 80 sebanyak 0,1 % (Hadioetomo, 1990).Hemositometer adalah ruang kaca atau gelas yang dirancang sedemikian rupa dengan sisi-sisi yang ditinggikan yang memiliki penutup kecil tembus cahaya yang tepat 0,1 mm diatas lantai ruang. Untuk menghitung ruang yang disketsa yaitu pada jumlah area permukaan yang berukuran 9 mm2. Menghitung konsentrasi didasarkan pada volume dibawah penutup kecil. Panjang persegi mempunyai volume sebesar 0,0001 ml (lebar x panjang x tinggi : 0,1 cm x 0,1 cm x 0,1 cm) (Hansen, 2013).

Metode viable count atau disebut dengan metode TPC (Total Plate Count) merupakan kultur yang diencerkan sampai batas yang diinginkan. Kultur encer ditumbuhkan kembali pada media, sehingga diharapkan setiap sel tumbuh menjadi satu koloni, biasanya 4-12 jam. Namun, cara ini memiliki keterbatasan yaitu jumlah sel terhitung biasanya lebih kecil dari sebenarnya dan tidak dapat diaplikasikan pada bakteri yang tumbuh lambat. Faktor yang mempengaruhi perhitungan bakteri dengan metode ini adalah jumlah sel bakteri harus mendekati kelipatan 10 pada setiap pengencerannya. Jika tidak, maka perhitungan dianggap gagal (Purwoko, 2007).Yeast merupakan salah satu fungi bersel tunggal (uniseluler), dengan bentuk spheroid sampai ovoid dan kadang membentuk miselium semu (pseudomicellium). Sebagian besar yeast melakukan reproduksi secara aseksual melalui pembentukkan tunas (budding). Sebagi sel tunggal yeast dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan kapang (mould) yang tumbuh dengan pembentukan filamen. Disamping itu juga yeast lebih efektif dalam memecah komponen bahan kimia dengan volume hasil yang lebih banyak. Yeast dapat tumbuh dalam larutan yang pekat, misalnya dalam laruan gula, garam, dan asam yang berlebih. Yeast mempunyai sifat antimikroba sehingga dapat mengahambat pertumbuhan bakteri dan kapang. Adanya sifat-sifat tahan terhadap stress lingkungan (gula, garam, dan asam berlebih) menjadikan yeast dapat bertahan atau bersaing dengan mikroorganisme lain. Dari berbagai penelitian juga telah ditunjukkan bahwa yeast dapat toleran terhadap beberapa logam berat (Satife et al., 2009).Agar merupakan campuran agarosa dan agaropektin. Polisakarida utamanya terdiri dari D-galaktosa dan 3,6-anhidrogalaktosa yang disambungkan secara liniar dan silih berganti oleh ikatan -1,4 dan ikatan 1,3. Agar diperoleh dari jenis Gelidium. Agar tidak dipengaruhi oleh kebanyakan mikroorganisme. Hanya saja dapat diisolasi beberapa bakteri dari laut dan ganggang laut yang menghidrolisis agar. Kerusakan agar dapat diketahui dari berkurangnya jumlah koloni bakteri dalam lapisan agar (Schlegel, 1994).

Ragi adalah organisme eukariotik dan dapat memfermentasi D-glukosa menjadi etanol dan karbondioksida. Fermentasi ini terjadi dalam oksigen bebas lingkungan dan menimbulkan pertanyaan tentang suhu yang optimal dalam konversi glukosa menjadi etanol oleh sel ragi, juga dikenal sebagai Saccharomyces cerevisiae, ragi roti. Ragi sel Saccharomyces cerevisiae (ragi roti) saat ini digunakan dalam penelitian untuk meningkatkan hasil produksi bio-ethanol dari gula. Sel-sel ragi milik eukariota dan diklasifikasikan sebagai Jamur. Ragi tidak memerlukan sinar matahari untuk tumbuh, tapi jangan mengunakan gula sebagai sumber energi (Slaa, et al. 2009).TPC merupakan pemeriksaan kuantitatif terhadap bakteri dalam sampel. TPC adalah Total Plate Count, yaitu suatu hitungan jumlah bakteri yang terkandung didalam 1 ml sampel. Untuk menghitung Total Plate Count (TPC) dilakukan pemeriksaan terhadap sample air dengan metode tuang (pour plate methode) Setiap satu sampel dilakukan pengulangan tiga kali. Pertumbuhan koloni yang terjadi setelah 24 jam inkubasi, dihitung dengan bantuan qubec colony counter. Karena setiap sampel dilakukan pemeriksaan 3 kali (pengulangan 3 kali), maka hasil penghitungan TPC pada 3 petridisk dijumlahkan dan dibuat angka rata-ratanya (Rahayu, 2000).Pertumbuhannya, yeast memerlukan energi dari karbon. Gula adalah substrat yang lebih disukai, oleh karenanya konsentrasi gula sangat mempengaruhi kualitas alkohol yang dihasilkan. Untuk yeast, pH optimal untuk pertumbuhannya ialah berkisar antara 4-4,5. Pada pH 3 atau lebih rendah lagi, maka fermentasi alkohol akan berjalan dengan lambat. Kandungan gas karbondioksida sebesar 15 gram/l (kira-kira 7,2 atm) akan menyebabkan terhentinya pertumbuhan yeast (Widiastuti, 1984).

C. Metode1. Alat

1.1 Perhitungan mikroba secara langsung

a. Mikroskop cahaya

b. Haemacytometer

c. Kaca penutup

d. Pipet

e. Counter1.2 Perhitungan mikroba tidak langsunga. Cawan petridish

b. Tabung reaksi

c. Spirtus

d. Pipet

e. Inkubator

2. Bahan

1.1 Perhitungan mikroba secara langsunga. Yeast (Saccharomyces cerevisiae) dengan pengenceran 10-3b. Alkohol 1.2 Perhitungan mikroba tidak langsunga. Sampel sosis

b. Sampel air jeruk

c. Sampel saus cabai

d. Medium PCAe. Aquades steril3. Cara Kerjaa. Perhitungan Jumlah Bakteri secara Tidak Langsung

b. Perhitungan Jumlah Bakteri secara Tidak Langsung

D. Hasil dan PembahasanTabel 3.1 Perhitungan Jumlah Yeast secara LangsungKelompokJumlah YeastRata-rata yeastJumlah/ml

1

57915,839,5 . 108

2

67815,639 . 108

3

710621,253 . 108

4

86813,634 . 108

9

13601230 . 108

10

1445922,5 . 108

11

15448,822 . 108

12

1645922,5 . 108

17

198917,844,5 . 108

18

2015430,877 . 108

Sumber : Laporan SementaraPada percobaan perhitungan mikroba, hemasitometer adalah alat yang digunakan untuk menghitung mikroba secara langsung dengan bantuan mikroskop cahaya. Mikroskop cahaya digunakan untuk membantu melihat yeast yang ada pada kotak perhitungan. Terdapat lima kotak perhitungan yang ada pada hemasitometer yaitu pada sisi kanan atas, kiri atas, kanan bawah, kiri bawah dan tengah. Menurut Hansen (2013), hemositometer adalah ruang kaca atau gelas yang dirancang sedemikian rupa dengan sisi-sisi yang ditinggikan yang memiliki penutup kecil tembus cahaya yang tepat 0,1 mm diatas lantai ruang. Untuk menghitung ruang yang disketsa yaitu pada jumlah area permukaan yang berukuran 9 mm2. Kaca slide (hemasitometer) yang terdiri dari kotak-kotak kecil dengan ukuran tertentu dan luas tertentu dan dibentuk sedemikian rupa sehingga suatu larutan tipis yang diketahui tebalnya dapat diletakkan di antara kaca slide ini dengan gelas penutupnya. Dengan demikian volume cairan yang berada di tiap-tiap kotak dapat diketahui secara pasti. Oleh karena volume ini diketahui dan jumlah sel dalam tiap-tiap kotak dapat terlihat dan dihitung, maka jumlah sel/ml larutan asal dapat diketahui (Buckle et al., 1987).

Gambar 3.1 Ukuran Hemasitometer

Menggunakan hemasitometer terdapat kelemahan dan kelebihannya. Menurut Hadioetomo (1990), pada metode hitungan mikroskpis langsung, sampel ditaruh di suatu ruang hitung (seperti hemasitometer) dan jumlah sel dapat ditentukan secara langsung dengan bantuan mikroskop. Keuntungan metode ini ialah pelaksanaannya cepat dan tidak memerlukan banyak peralatan. Namun kelemahannya ialah tidak membedakan selsel yang hidup dan yang mati, dengan perkataan lain hasil yang diperoleh ialah jumlah total sel yang ada di dalam polulasi.

Kelemahan lain metode hitungan mikroskopis langsung ialah sulitnya menghitung sel yang berukuran sangat kecil seperti bakteri karena ketebalan hemasitometer tidak memungkinkan digunakannya lensa obyektif celup minyak. Hal ini biasanya diatasi dengan cara mewarnai sel sehingga menjadi lebih mudah dilihat. Kelemahan lain lagi ialah kadangkadang sel cenderung bergerombol sehingga sukar membedakan selsel individu. Cara mengatasinya ialah mencerai-beraikan gerombolan sel-sel tersebut dengan menambahkan bahan anti gumpal seperti dinatrium etilenadiamina-tetraasetat dan Tween 80 sebanyak 0,1% (Hadioetomo, 1990).

Yeast merupakan salah satu fungi bersel tunggal (uniseluler), dengan bentuk spheroid sampai ovoid dan kadang membentuk miselium semu (pseudomicellium). Sebagian besar yeast melakukan reproduksi secara aseksual melalui pembentukkan tunas (budding). Sebagai sel tunggal yeast dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan kapang (mould) yang tumbuh dengan pembentukan filamen. Disamping itu yeast lebih efektif dalam memecah komponen bahan kimia dengan volume hasil yang lebih banyak (Satife et al., 2009).

Menurut Buckle (1987) khamir (ragi) adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5 dan 20 mikron. Biasnya berukuran 5 sampai 10 kali lebih besar dari bakteri. Kapang berlawanan dengan bakteri dan khamir, seringkali dapat dilihat dengan mata. Berbeda dengan bakteri dan khamir, kapang adalah multiseluler, terdiri dari banyak sel yang bergabung menjadi satu. Kapang tumbuh dengan cara memperpanjang hifa pada ujungnya, dikenal sebagai pertumbuhan apikal. Berbeda dengan kapang, khamir (yeast) mengalami bertumbuhan dengan cara bertunas (budding).Pembelahan sel khamir terjadi secara aseksual dengan pembentukan tunas (budding) suatu proses yang merupakan sifat khas dari khamir. Mula-mula timbul suatu gelembung kecil dari permukaan sel induk. Gelembung ini secara bertahap membesar dan setelah mencapai ukuran yang sama dengan induknya terjadi pengerutan yang melepaskan tunas dari induknya. Sel yang baru terbentuk selanjutnya akan memasuki tahap pertunasan kembali. Bagi kebanyakan khamir seperti Saccharomyces cerivisae, tunas dapat berkembang dari setiap bagian permukaan sel induk (pertunasan multipolar), tetapi bagi beberapa spesies hanya pada bagian tertentu saja (Buckle, 1987).Pertumbuhan yeast dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yeast adalah nutrisi, oksigen, kadar air, temperatur, dan pH. Semua mikroorganisme memerlukan nutrien yang akan menyediakan energi, nitrogen untuk sintesis protein, vitamin dan mineral. Semua jamur dan khamir serta beberapa bakteri, termasuk hampir semua patogen adalah bersifat heterotrofik atau tidak dapat membuat makanan sendiri (Gaman, 1992). Menurut Widiastuti (1984) Untuk pertumbuhannya, yeast memerlukan energi dari karbon. Gula adalah substrat yang lebih disukai, oleh karenanya konsentrasi gula sangat mempengaruhi kualitas alkohol yang dihasilkan. Untuk yeast, pH optimal untuk pertumbuhannya ialah berkisar antara 4-4,5. Pada pH 3 atau lebih rendah lagi, maka fermentasi alkohol akan berjalan dengan lambat. Kandungan gas karbondioksida sebesar 15 gram/l (kira-kira 7,2 atm) akan menyebabkan terhentinya pertumbuhan yeast. Tabel 3.2 Hasil Pengamatan dan Perhitungan Tidak langsungSampelUlanganTingkat PengenceranJumlah KoloniJumlah Mikroba (Cfu/ml)

Sosis110-4100106

10-56464 . 10-5

10-6606 . 107

210-4237237 . 104

10-5189189 . 105

10-6115115 . 106

310-41616 . 104

10-51212 . 105

10-6spreader-

Air Jeruk110-4115115 . 104

10-5170170 . 105

10-666 . 106

210-4117117 . 104

10-5110110 . 105

10-66969 . 106

310-47676 . 104

10-5162162 . 105

10-6TBUD-

Saus Cabai110-49494 . 104

10-56363 . 105

10-65656 .106

210-4TBUD-

10-5126126 . 105

10-6104104 . 106

Sumber : Laporan Sementara

Berdasarkan tabel 3.2 diatas dapat diketahui jumlah mikroba pada masing-masing sampel yang digunakan. Pada sampel padat atau sosis, air jeruk, saus cabai dengan tiga kali pengulangan dan pada masing-masing tingkat pengenceran yaitu 10-4 , 10-5,10-6 menghasilkan jumlah mikroba yang berbeda-beda. Semakin rendah tingkat pengencerannya menghasilkan jumlah mikroba yang semakin banyak. Pada masing-masing sampel yang berbeda tersebut juga menghasilkan jumlah mikroba yang berbeda pula. Jumlah mikroba pada air jeruk lebih banyak daripada jumlah mikroba pada sosis dan saus cabai.

Untuk melakukan perhitungan pada jumlah mikroba diatas maka menggunakan langkah-langkah yaitu yang pertama, cawan yang dihitung dan dipilih adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 sampai 300. Kedua, beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah kolonimya diragukan dapat dihitung sebagai satu koloni. Ketiga, suatu rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni (Fardiaz, 1993).

Metode viable count atau disebut dengan metode TPC (Total Plate Count) merupakan kultur yang diencerkan sampai batas yang diinginkan. Kultur encer ditumbuhkan kembali pada media, sehingga diharapkan setiap sel tumbuh menjadi satu koloni, biasanya 4-12 jam. Namun, cara ini memiliki keterbatasan yaitu jumlah sel terhitung biasanya lebih kecil dari sebenarnya dan tidak dapat diaplikasikan pada bakteri yang tumbuh lambat. Faktor yang mempengaruhi perhitungan bakteri dengan metode ini adalah jumlah sel bakteri harus mendekati kelipatan 10 pada setiap pengencerannya. Jika tidak, maka perhitungan dianggap gagal (Purwoko, 2007).

PCA (Plate Count Agar) adalah suatu medium yang mengandung 0,5% tripton, 0,25% ekstrak khamir, dan 0,1 % glukosa sehingga semua mikroba termasuk bakteri, kapang, dan khamir dapat tumbuh dengan baik pada medium tersebut (Fardiaz, 1993).

E. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum acara III Perhitungan Mikroba ini adalah1. Pembelahan sel khamir terjadi secara aseksual dengan pembentukan tunas (budding) suatu proses yang merupakan sifat khas dari khamir dimulai dengan timbul suatu gelembung kecil dari permukaan sel induk.2. Keuntungan dari hemasitometer ialah jumlah sel dapat ditentukan secara langsung dengan bantuan mikroskop dan pelaksanaannya cepat dan tidak memerlukan banyak peralatan.

3. Kelemahan dari hemasitometer ialah tidak membedakan selsel yang hidup dan yang mati, sulitnya menghitung sel yang berukuran sangat kecil seperti bakteri, dan sel cenderung bergerombol sehingga sukar membedakan selsel individu.4. Hasil perhitungan jumlah yeast/ml secara berturut turut adalah 39,5 . 108; 39 . 108; 53 . 108; 34 . 108; 30 . 108; 22,5 . 108; 22 . 108; 22,5 . 108; 44,5 . 108; 77 . 108.5. Hasil perhitungan yeast/ml yang terbesar adalah 77 . 108 dan hasil perhitungan yeast/ml yang terkecil adalah 22 . 108.

6. Semakin rendah tingkat pengenceran sampel akan menghasilkan jumlah mikroba yang semakin banyak dan masing-masing sampel yang berbeda akan menghasilkan jumlah mikroba yang berbeda pula.7. Jumlah mikroba pada air jeruk lebih banyak daripada jumlah mikroba pada sosis dan saus cabai.

8. Faktor yang mempengaruhi TPC adalah jumlah sel bakteri yang mendekati kelipatan 10 pada tiap pengencerannya.

9. PCA (Plate Count Agar) adalah suatu medium yang mengandung 0,5% tripton, 0,25% ekstrak khamir, dan 0,1 % glukosa.DAFTAR PUSTAKA

Buckle, et al. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Raja Grafinda Persada: Jakarta.Feliatra. 1999. Identifikasi Bakteri Patogen (Vibrio sp) di Perairan Nongsa Batam Propinsi Riau. Jurnal Natur Indonesia II hal 28-33. Universitas Riau : Riau.Gaman, P. H. Pengantar Ilmu pangan Nutisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ghosh, Swapan kr. 2011. Study of yeast flora from fruit of Syzygium cumini (linn) skeel. Agriculture and Biology Journal of North America, Vol. 2, No. 8, 2011.Hadioetomo, Ratna Siri. 1990. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.Hansen, P.J. http://www.animal.ufl.edu/hansen/protocols/hemacytometer.htm diunduh pada 27 Mei 2013.Purwoko, Thahjadi. 2007. Fisiologi Mikroba. Bumi Aksara : Jakarta.Rahayu, Asih. 2000. Deteksi Adanya Bakteri Pada Air Minum dalam Kemasan Galon. Jurnal Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, 2000.Satife, et al. 2009. Potensi Yeast pada Pengurangan Konsentrasi Uranium dalam Limbah Organik Tbp-Kerosin yang Mengandung Uranium. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX, 2009.Schlegel, Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum edisi keenam. Gadjah Mada Press: Yogyakarta.Slaa, et al. 2009. Yeast and fermentation: The Optimal Temperature. Journal of Organic Chemistry, 2009.Widiastuti, Dian dan Eska Pramesti. 1984. Proses Pembuatan Anggur dari Buah Rambutan. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, 1984.

LAPORAN PRAKTIKUMACARA III

MIKROBIOLOGI UMUM

Oleh :

KELOMPOK 5Amalia Lutviana (H0912008)Ayu Novia L

(H0912021)Citra Maylindasari(H0912029)Dhita Eka Rizki(H0912037)

Fadhila Putri R(H0912048)Fransiska Putri(H0912056)Guruh Panji

(H0912061)

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013 Yeast

Diencerkan hingga pengenceran 10-3

Diambil dengan pipet

Dimasukkan pada haemacytometer yang sudah dibersihkan dengan alkohol

Suspensi dimasukkan pada tepi kaca tutup haemacytometer tepat pada petak-petaknya

Ditutup dengan kaca penutup yang telah dibersihkan dengan alkohol

Diamati dengan perbesaran lemah untuk menemukan petak - petaknya

Pengamatan diawali dengan bagian kiri atas

Heaemacytometer diletakkan pada meja mikroskop

Perbesaran diubah ke perbesaran sedang

Dihitung jumlah sel dalam setiap petak kecil dengan counter, jika berada pada batas atas atau kanan dihitung namun batas bawah dan kiri tidak dihitung

Dilakukan hal yang sama untuk petak petak berikutnya

Dihitung jumlah sel yeast tiap ml bahan

Diberi tanda pada bagian belakang masing-masing petridish sesuai dengan tingkat pengenceran 10-4 , 10-5 , 10-6

Diberi tanda pada bagian belakang masing-masing petridish sesuai dengan tingkat pengenceran 10-4 , 10-5 , 10-6

Dipipet 1 ml sampel sosis/air jeruk/saus cabai dengan pengenceran 10-1, dimasukkan kedalam 9 ml aquades steril (pengenceran 10-2) dan digojok supaya bakteri tersuspensi homogen

Diinokulasikan secara aseptik 1 ml pengenceran 10-2 dalam 9 ml aquades steril (Pengenceran 10-3) dan digojok supaya bakteri tersuspensi homogen

Diinokulasikan secara aseptik 1 ml pengenceran 10-3 dalam 9 ml aquades steril (pengenceran 10-4) dan digojok supaya bakteri tersuspensi homogen.

Dilakukan hal yang sama sampai pengenceran 10-5 , dan 10-6 didalam tabung reaksi

Diambil 1 ml pada masing masing pengenceran (10-4, 10-5 , dan 10-6) Dan dimasukkan kedalam petridish, kemudian diberi media agar pada pengenceran 10-4, 10-5 , 10-6

Diinkubator selama 24 jam dan kemudian dihitung jumlah mikrobanya