validasi ibuprofen kel 3
TRANSCRIPT
VALIDASI METODE ANALISIS IBUPROFEN DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan
kesehatan. Obat yang berkhasiat dan berkualitas baik harus memiliki kandungan suatu
zat aktif yang terbukti dalam suatu analis . Sebelum dilakukan analisis perlu dilakukan
suatu tindakan (validasi) penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan
laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan
untuk penggunaanya atau tidak. Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan
verifikasi bahwa parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi
problem pada saat analisis.
Karakteristik dalam metode validasi menurut USP (United States
Pharmacopeia) XXX yaitu akurasi/kecermatan, presisi/keseksamaan, spesifisitas, batas
deteksi, batas kuantitasi, linieritas, rentang dan kekuatan/ketahanan.
Metode validasi analisis ibuprofen ini dilakukan karena banyak kasus metoda
yang menghasilkan hasil yang berbeda padahal metode tersebut dilakukan persis sama
dengan aslinya. Maka dari itu validasi perlu dilakukan untuk dapat memastikan bahwa
metode analisis yang digunakan dapat diulang oleh semua orang serta di tempat yang
berbeda dengan hasil percobaan yang sama.
A. Perumusan Masalah
1. Apa saja yang parameter validasi spektrofotometer uv ibuprofen
2. Bagaimana cara validasi ibuprofen secara spektrofotometer uv
3. Apakah metode tersebut memenuhi krikteria validasi
B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui parameter validasi analisis ibuprofen dengan spektrofotometer uv
2. Mengetahui cara validasi analisis ibuprofen dengan spektrofotometer uv
3. Mengetahui apakah metode validasi analisis tersebut memenuhi kriteria validasi
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA
Ibuprofen merupakan salah satu obat antiinflamasi non steroid (NSAID) yang biasa
digunakan untuk mengobati, radang, demam, dan nyeri. Prostaglandin adalah bahan-bahan
kimia tubuh yang bertanggung jawab atas penyebab terjadinya nyeri, demam, dan peradangan.
Mekanisme kerjanya yaitu menghalangi kerja COX dalam membentuk prostaglandin sehingga
dapat mengurangi peradangan, rasa nyeri, dan demam. Ibuprofen dimetabolisme oleh enzim
sitokrom P-450 CY4A dengan menginduksi enzim tersebut dan merupakan substrat dari enzim
sitokrom P-450 CYP 2D6 dan CYP 2D8 (Oetari, 1998).
Validasi metoda menurut United States Pharmacopoeia (USP) dilakukan untuk
menjamin bahwa metode analisis yang digunakan akurat, spesisfik dan reproduksibel serta
tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Suatu metode analisis harus divalidasi untuk
melakuka n verifikasi bahwa parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi
problem analisis (Gandjar, G.H., dan Rohman, A.,2007).
Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode
analisis:
1. Kecermatan (accuracy)
Merupakan ukuran yang menunjukan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar
analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery)
analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi
(spiked-placebo recovery) dan metode penambahan baku (standard addition method). Dalam
metode simulasi sejumlah analit bahan murni ditambahkan ke dalam campuran bahan
pembawa sediaan farmasi lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan
kadar analit yang ditambahkan, tetapi bila tidak memungkinkan membuat sampel placebo
karena matriksnya tidak diketahui seperti obat-obat paten atau karena analitnya berupa suatu
senyawa endogen misalnya metabolit skunder maka dapat dipakai metode adisi. Metode adisi
dibuat dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang
diperiksa, lalu dianalisis dengan metode tersebut (Harmita, 2004).
Rentang kesalahan yang diijinkan pada setiap konsentrasi analit pada matriks dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Rentang persen recovery yang diperbolehkan
2. Keseksamaan (Precision)
Merupakan ukuran yang menunjuakan derajat kesesuaian antara hasil uji individual,
diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara
berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Keseksamaan
dilakukan dengan cara melakuka n analisis, minimal 9 kali perlakuan yaitu tiga konsentrasi
dengan tiga replikasi atau minimal 6 replikasi pada konsentrasi 100 %. Rentang presisi yang
diperbolehkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Anonim 2, 2007)
Tabel 3. Rentang presisi yang diperbolehkan
3. Selektivitas (spesifisitas)
Merupakan suatu parameter untuk mengetahui kemampuannya yang hanya mengukur
zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada
dalam matrik sampel. Selektivitas seringkali dapat dinyatakan sebagai derjat penyimpangan
metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa
cemaran hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainya dan dibandingkan terhadap hasil
analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan (Harmita ,2004; Gandjar,
G.H., dan Rohman, A., 2007).
4. Linearitas
Adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon secara langsung atau
dengan bantuan transformasi matematika yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit
dalam sampel. Menurut USP XXX, linieritas dilakuka n dengan melakuka n analisis,
minimal 5 konsentrasi dengan kisaran 80-100 % dari konsentrasi perlakuan.
5.Rentang (Range)
Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah
ditunjukan dapat ditetapkan dengan kecermatan dan linieritas yang dapat diterima (Gandjar,
G.H., dan Rohman, A., 2007).
6.Batas Deteksi dan Batas Kuantisi
Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang
masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko, batas deteksi merupakan
uji batas. Batas kuantisi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat
memenuhi kriteria cermat dan seksama ( Harmita, 2004)
7. Ketangguahan metode
Merupakan derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari analisis yang sama dalam
berbagai kondisi uji normal seperti laboratorium analisis, instrument, bahan pereaksi, suhu
dan lain-lain. Ketangguhan metode dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaaan
operasi atau lingkungan kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode merupakan ukuran
ketertiruan pada kondisi opersi normal antar lab dan antar analis (Gandjar, G.H., dan Rohman,
A., 2007; Harmita, 2004).
BAB III
METODE
Validasi yang akan dilakukan adalah validasi terhadap metode analisis spektrofotometer
UV bahan uji ibuprofen secara kualitatif dan kuantitatif. Adapula validasi tersebut meliputi:
1. Validasi akurasi (kecermatan)
Tingkat akurasi biasanya diinterpretasikan dari persen perolehan kembali / recovery.
Persyaratan dari akurasi adalah < ± 5% (Harmita, 2004). Validasi dapat dilakukan dengan
metode spiked placebo dan standar adisi. Dalam hali ini, metode yang akan dilakukan
adalah metode standar adisi untuk mencegah adanya interferensi zat tambahan pada
sampel.
Metode ini dilakukan dengan cara menyiapkan sampel dengan konsentrasi 80%, 100%, dan
120% dari kandungan zat aktif sampel. Jumlah sampel tersebut dikonversi ke dalam
perbandingan sampel:baku = 70:30.
Sampel tersebut dilarutkan dalam sejumlah pelarut tertentu, dalam hal ini NaOH (Ditjen
POM, 1995) dan diukur absorbansinya. Dari absorbansi tersebut diperoleh konsentrasi
sampel sebelum penambahan analit.
Kemudian ke dalam larutan sampel tersebut ditambahkan sejumlah baku (70:30 =
sampel:baku) dan diukur kembali absorbansinya. Dari absorbansi tersebut diperoleh
kosentrasi sampel setelah penambahan analit.
Hasil yang diperoleh disubtitusikan ke dalam persamaan:
Keterangan:
Cf = konsentrasi setelah penambahan baku
CA = konsentrasi sebelum penambahan baku
C*A = konsentrasi baku
(Harmita, 2004).
2. Presisi (keseksamaan)
Merupakan derajat kesamaan antara hasil pengukuran yang diperoleh pada kondisi yang
sama dalam interval waktu pendek terhadap sampel yang identik (berasal dari batch yang
sama). Diinterpretasikan melalui simpangan baku relatif / koefisien variasi yang diperoleh
dari setiap pengukuran, dan memenuhi persyaratan bila simpangan baku relatif (KV) yang
diperoleh ≤ ± 2% (Harmita, 2004).
Cara pengerjaan dilakukan dengan membuat larutan baku ibuprofen dalam beberapa
konsentrasi (misal 120 ppm, 200 ppm, 280 ppm, 350 ppm dan 450 ppm) dalam NaOH.
Absorbansi dari baku tersbut digunakan untuk membuat kurva kalibrasi.
Larutan sampel ibuprofen dibuat menimbang ibuprofen sebanyak 80%, 100%, dan 120%
dari jumlah ibuprofen dalam sampel. Larutan ibuprefen tersebut kemudian dibuat dalam
konsentrasi tertentu (misal 280 ppm) dan diukur sebanyak enam kali (Harmita, 2004).
3. Spesifisitas (selektivitas)
Kemampuan suatu metoden untuk mengukur suatu zat secara cermat dengan adanya
komponen lain dalam matrik sampel. Selektivitias ditentukan dengan membandingkan hasil
analisis sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing
dengan sampel murni. Penyimpangan jika ada perbedaan antara pengukuran keduanya
(Harmita, 2004).
Cara kerja:
- Tentukan panjang gelombang maksimum.
- Pembuatan larutan baku ibuprofen (280 ppm) dalam NaOH (Ditjen POM, 1995).
- Pembuatan larutan sampel ibuprofen (280 ppm) dalam NaOH (Ditjen POM, 1995).
- Bandingkan serapan antara sampel dan baku.
4. Linearitas
Merupakan kemampuan metode analisis untuk memberikan respon matematik yang baik
dan proporsional terhadap konsentrasi analit.
Linearitas ditentukan dengan menggunakan nilai koefisien korelasi (r) dan nilai b pada
persamaan regresi linier dimana nilai r mendekati ± 1 dan nilai b mendekati 0 menunjukkan
nilai linearitas yang semakin baik.
Cara penentuan:
- Dengan menggunakan kurva baku.
- Larutan baku ibuprofen dibuat dalam beberapa konsentrasi (misal 120 ppm, 200 ppm,
280 ppm, 350 ppm dan 450 ppm).
- Absorbansi diukur dan dibuat kurva kalibrasi.
- Nilai r dan b ditentukan.
5. Batas deteksi dan batas kuantifikasi (LOD/LOQ)
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit yang masih dapat dideteksi dan memberikan
respon yang signifikan dengan blanko. Batas kuantifikasi merupakan kuantitas terkecil
analit yang masih dapat dikuantifikasi secara cermat dan seksama.
Ditentukan dengan pembuatan kurva baku ibuprofen dengan beberapa konsentrasi (misal
120 ppm, 200 ppm, 280 ppm, 350 ppm dan 450 ppm).
Nilai LOD dan LOQ ditentukan dengan persamaan:
Keterangan:
Q = LOD atau LOQ
k = 3 untuk LOD atau 10 untuk LOQ
Sb = standar deviasi/simpangan baku
SI = slope/kemiringan kurva
(Harmita, 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Gandjar, G.H., dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol I (3): 117-135
Oetari, R.A. 1998. The Interaction Between Curcumin and Curcumin Analogues and Cythochrome P450 Molecular and Sturcture Activity Relationship Study, Dissertation, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.